Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS

A. PENELITIAN TERDAHULU

Menurut (Mudjiyono, 2019) dalam penelitian yang berjudul faktor-faktor

yang mempengaruhi akuntabilitas keuangan daerah (studi empiris pada pada

satuan kerja perangkat daerah provinsi jawa tengah). Berdasarkan hasil uji yang

dilakukan diketahui bahwa penyajian laporan keuangan dengan nilai signifikansi

0,003 berpengaruh terhadap akuntabilitas keuangan daerah. Aksesibilitas laporan

keuangan dengan nilai signifikansi 0,317 tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas

keuangan daerah. Sistem informasi akuntansi dengan nilai signifikansi 0,05

berpengaruh terhadap akuntabilitas keuangan daerah. Tujuan penelitian ini adalah

untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi akuntabilitas keuangan

daerah. Sampel penelitian ini adalah 51 responden yang menjadi pelaksana

pengelolaan keuangan langsung di Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah

Provinsi Jawa Tengah. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan purposive sampling dengan kriteria pelaksana pengelolaan

keuangan langsung. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran

kuesioner dilakukan secara langsung pada Satuan Kerja Perangkat Daerah

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

metode angket sehingga instrumen penelitiannya adalah kuesioner atau skala

bertingkat. Berkaitan dengan instrumen tersebut maka dinyatakan baik jika

10
11

memenuhi syarat validitas dan reliabilitas, kemudian uji asumsi klasik, uji

kelayakan model, uji hipotesis dan uji regresi linear berganda. Hasil penelitian ini

adalah laporan keuangan dan sistem pelaporan keuangan berpengaruh terhadap

akuntabilitas keuangan daerah. Sementara aksesibilitas laporan keuangan daerah

tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas keuangan daerah.

Menurut (Anik Irawati, 2019) dalam penelitian yang berjudul faktor-

faktor yang mempengaruhi akuntabilitas kinerja. Penelitian ini bertujuan

untuk meguji pengaruh kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi,

penerapan akuntansi sektor publik, ketaatan terhadap peraturan perudangan,

dan sistem pelaporan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Untuk menguji hipotesis digunakan data primer dengan teknik pengolahan

data menggunakan metode partial least quare (PLS). Hasil analisis data di

atas ditemukan bahwa kejelasan sasaran anggaran, penerapan akuntansi

publik, ketaatan terhadap peraturan perundangan, dan sistem pelaporan

berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Sementara

pengendalian akuntansi tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja

instansi pemerintah.

Menurut (Kurniawan & Rahayu, 2019) dalam penelitian yang berjudul

Pengaruh penyajian laporan keuangan dan aksesibilitas laporan keuangan

terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah (studi pada sekertariat

daerah kota Mataram tahun 2018). Dalam penelitian ini penyajian laporan
12

keuangan dan aksesibilitas laporan keuangan dengan masing-masing nilai

signifikansi yaitu 0,033 dan 0,000 berpengaruh terhadap akuntabilitas

keuangan daerah. Dan juga secara simultan berpengaruh terhadap

akuntabilitas keuangan daerah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji

pengaruh penyajian laporan keuangan, aksesibilitas laporan keuangan,

terhadap akuntabilitas keuangan daerah. Populasi dalam penelitian ini adalah

Sekretariat Daerah Kota Mataram tahun 2018. Teknik pemilihan sampel yang

digunakan yaitu purposive sampling dan sampel pada penelitian ini adalah

sebanyak 54 orang pegawai yang terdiri dari Kepala Bagian, Bendahara

Bagian, keseluruhan pegawai Bagian Umum, dan Kepala Sub Bagian di

Sekretariat Daerah Kota Mataram tahun 2018. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif dan analisis regresi linier

berganda.

Menurut (Diah, 2019) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Kejelasan

Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi, Dan Sistem Pelaporan Terhadap

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Jombang. Penelitian ini

bertujuan menguji pengaruh kejelasan sasaran anggaran, pengendalian

akuntansi, sistem pelaporan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah

pegawai/aparatur 25 SKPD Kabupaten Jombang. Penelitian ini menggunakan

metode purposive sampling dalam pengambilan sampelnya. Adapun kriteria

pengambilan sampel adalah kepala bagian keuangan, kepala bidang akuntansi,


13

dan staff sebanyak 50 orang. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan

data pada penelitian ini adalah adalah dengan menggunakan studi

dokumentasi dimana teknik ini dilakukan dengan mempelajari atau meneliti

data, dokumen maupun sumber tertulis lainnya. Teknik analisis data dalam

penelitian kali ini yaitu menggunakan Partical Least Square. PLS dipilih

sebagai teknik analisis data karena tidak mengharuskan adanya asumsi atau

harus menggunakan skala tertentu dan biasa digunakan pada penelitian

dengan jumlah sampel kecil. Hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa

kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi, dan sistem pelaporan

berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Menurut (Setyanto, 2018) dalam penelitian yang berjudul Faktor-faktor

yang mempengaruhi akuntabilitas keuangan pemerintah daerah. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi aparatur, kualitas software

SIA, sistem pengendalian intern terhadap akuntabilitas keuangan daerah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan

pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah 27 pemerintah

kabupaten dan kota yang ada di provinsi Jawa Barat. Peneliti mengambil

sampel dengan teknik purposive sampling. Sumber data yang digunakan

adalah data primer yang diperoleh secara langsung, dengan cara menyebarkan

kuesioner kepada responden yang menjadi sampel, untuk mengetahui

tanggapan tentang penelitian yang sedang diteliti. Serta data sekunder yang

diperlukan untuk mendukung hasil penelitian, yang berasal dari literatur,


14

artikel dan berbagai sumber lain yang berhubungan dengan masalah

penelitian. Dalam penelitian ini data sekunder yang diperlukan berupa data-

data resmi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten dan Kota yang ada di

Provinsi Jawa Barat maupun oleh BPK RI. Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah kuesioner, wawancara, dan studi pustaka (library research).

Hasil penelitian menunjukan bahwa kompetensi aparatur, kualitas software

SIA, penerapan SPI berpengaruh secara signifikan terhadap akuntabilitas

keuangan daerah.

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian


1 Mudjiyono, Yetti faktor-faktor yang  Penyajian Laporan  Laporan keuangan berpengaruh
Iswahyuni 2019 mempengaruhi akuntabilitas Keuangan secara Parsial
keuangan daerah (studi  Aksesibilitas Laporan  Aksesibilitas Tidak
empiris pada pada satuan kerja Keuangan Berpengaruh Secara signifikan
perangkat daerah provinsi  Sistem Laporan Keuangan Sistem laporan keuangan
jawa tengah) Akuntabilitas Pengelolaan berpengaruh secara signifikan
Keuangan Daerah
2 Anik Irawati, Faktor-faktor yang  Kejelasan sasaran  Kejelasan sasaran anggaran
Caesar Agesta 2019 mempengaruhi akuntabilitas anggaran berpengaruh positif dan
kinerja  Pengendalian akuntansi signifikan
 Penerapan akuntansi  Pengendalian akuntansi tidak
publik berpengaruh positif dan
 Ketaatan pada peraturan signifikan

 Sistem pelaporan  Penerapan akuntansi publik


Akuntabilitas kinerja berpengaruh positif dan
instansi pemerintah signifikan
 Ketaatan peraturan berpengaruh
15

positif dan signifikan


 Sistem pelaporan berpengaruh
positif dan signifikan

3 Dika kurniawan, Sri Pengaruh penyajian laporan  Penyajian laporan keuagan  Penyajian laporan keuangan
Rahayu 2019 keuangan dan aksesibilitas  Aksesibilitas laporan berpengaruh positif dan
laporan keuangan terhadap keuangan Akuntabilitas signifikan
akuntabilitas pengelolaan laporan keuangan  Aksesibilitas laporan keuangan
keuangan daerah berpengaruh positif dan
signifikan
4 Devika Diah Pengaruh Kejelasan Sasaran  Kejelasan Sasaran  Kejelasan sasaran anggaran
Precelina, 2019 Anggaran, Pengendalian Anggaran berpengaruh positif terhadap
Akuntansi, Dan Sistem  Pengendalian Akuntansi akuntabilitas kinerja instansi
Pelaporan Terhadap  Sistem Pelaporan pemerintah
Akuntabilitas Kinerja Instansi  Akuntabilitas Kinerja  Pengendalian akuntansi
Pemerintah Kabupaten Instansi Pemerintah berpengaruh positif terhadap
Jombang akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah
 Sistem pelaporan berpengaruh
negatif terhadap akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah
5 Eko Setyanto, Faktor-faktor yang  Kompetensi aparatur  Kompetensi aparatur
Hamzah Ritchi. mempengaruhi akuntabilitas  Kualitas software SIA berpengaruh positif dan
2018 keuangan pemerintah daerah  Sistem pengendalian intern signifikan terhadap

 Akuntabilitas keuangan akuntabilitas keuangan daerah

daerah  Kualitas software SIA


berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
akuntabilitas laporan keuangan
 Sistem pengendalian intern
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
akuntabilitas laporan keuangan
Sumber : (Anik Irawati, 2019),(Kurniawan & Rahayu, 2019), (Setyanto, 2018), (Mudjiyono, 2019), (Diah, 2019)
16

B. Kajian Teori

1. Grand Theory

a. Teori Stewardship

Grand theory yang mendasari penelitian ini merupakan bagian dari

agency theory yaitu stewardship theory. Menurut Donaldson dan Davis,

(1991) dalam Anton, (2010) Stewardship menggambarkan bahwa tidak

ada suatu keadaan situasi para manajemen termotivasi untuk tujuan-tujuan

individu melainkan lebih fokus untuk tujuan sasaran utama yaitu

kepentingan organisasi. teori stewardship juga merupakan teori yang

menggambarkan situasi dimana para manajer tidak termotivasi oleh

tujuan-tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil utama

mereka untuk kepentingan organisasi, sehingga teori ini mempunyai dasar

psikologi dan sosiologi yang telah dirancang dimana para eksekutif

sebagai steward berusaha mencapai sasaran organisasinya (Sanjaya,

2017).

Teori stewardship dibangun berdasarkan asumsi filosofi mengenai

sifat manusia yaitu pada hakikatnya manusia dapat dipercaya, mampu

bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki intregritas dan

kejujuran pada pihak lain. Tercapainya kesuksesan dalam sebuah

organisasi pemerintah dapat dicapai dengan cara maksimalisasi utilitas

principals dan manajemen. Teori swewartship dapat diterapkan dalam


17

penelitian akuntansi organisasi sektor publik seperti organisasi

pemerintahan dan profit lainnya (Haliah, 2012 dalam Wahida 2015).

Laporan Keuangan Perangkat Daerah (LKPD) merupakan salah satu

upaya dalam mewujudkan pelaksanaan good governance. Pemerintah

Daerah harus mengungkapkan secara jelas dan terperinci terkait dengan

data akuntansi dan informasi-informasi lainnya secara relevan. LKPD

yang dibuat oleh pemerintah daerah bermanfaat bagi berbagai pihak yang

membutuhkan laporan keuangan guna untuk pengambilan keputusan.

Awal perkembangannya, akuntansi organisasi sektor publik

bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan informasi antara stewards dengan

principals. Akuntansi merupakan alat penggerak akuntansi serta diikuti

dengan perubahaan yang semakin kompleks, adanya spesialisasi dalam

akuntansi serta perkembangannya dalam organisasi sektor publik, selaku

principals sangat sulit untuk melakukan sendiri fungsi-fungsi pengelolaan.

Secara prinsip akuntansi adalah alat pengendalian diri, sebagai sarana

pelaporan aktivitas manajer atas pengelolaan sumber daya manusia dan

keuangan.

Implikasi teori stewardship terhadap penelitian ini yaitu dapat

menjelaskan eksistensi pemerintah daerah sebagai suatu lembaga yang

dapat dipercaya dapat menampung aspirasi masyarakat, dapat memberikan

pelayanan yang baik bagi publik, dan mampu pertanggungjawabkan


18

keuangan yang diamanahkan kepadanya, sehingga tujuan ekonomi

terpenuhi seta kesejahteraan masyarakat dapat tercapai secara maksimal.

b. Teori Stakeholders

Individu, kelompok, komunitas maupun masyarakat dapat dikatakan

stakeholder jika memiliki karakteristik berupa kekuasaan, legitimasi, dan

kepentingan terhadap perusahaan.

Pada dasarnya stakeholder theory umumnya berkaitan dengan cara-cara

yang digunakan perusahaan untuk mengatur stakeholder-nya (Gray 1997.

dalam Chariri 2007:410).

Teori di atas menegaskan bahwa pelaporan keuangan merupakan salah

satu cara untuk mengelola kepercayaan para pemangku kepentingan,

dimana keberadaan stakeholder akan sangat mempengaruhi pola pikir dan

persepsi manajemen terhadap urgensi praktik akuntansi.

Stakeholder adalah sistem yang secara eksplisit berbasis pada pandangan

tentang suatu organisasi dan lingkungannya, mengakui sifat saling

mempengaruhi antara keduanya yang kompleks dan dinamis.

2. Akuntabilitas Keuangan Daerah

Berdasarkan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, bahwa akuntabilitas adalah

mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan

kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan secara periodik.


19

Menurut Bappenas (2003) definisi akuntabilitas adalah alat untuk

menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/pimpinan

organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta

pertanggungjawaban atau keterangan.Selanjutnya, definisi akuntabilitas

menurut Mardiasmo ialah :

“Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk


memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan
mengungkapkan segala aktivitasnya dan kegiatannya yang menjadi tanggung
jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan
kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas
publik terdiri dari akuntabilitas vertikal (vertical accuntability), dan
akuntabilitas horisontal (horizontal accountability).”(Mardiasmo, 2002:20)
Tuntutan dilaksanakannya akuntabilitas publik mengharuskan pemerintah

daerah memperbaiki sistem pencatatan dan pelaporan. Pemerintah daerah

harus melakukan vertical reporting, yaitu pelaporan kepada pemerintah atasan

(termasuk pemerintah pusat), akan tetapi juga melakukan horizontal reporting,

yaitu pelaporan kinerja pemerintah daerah kepada DPRD dan masyarakat luas

sebagai bentuk horizontal accountability.

Menurut Jay M. Shafritz & E.W. Russel (1997:368), Indikator

Akuntabilitas adalah :

1) Proses pembuatan keputusan yang dibuat tertulis

2) Akurasi dan kelengkapan informasi yang berhubungan dengan cara-

cara mencapai sasaran suatu program


20

3) Kejelasan dari tujuan yang ingin dicapai

4) Kelayakan dan konsistensi dari target operasional

3. Penyajian Laporan Keuangan

Laporan keuangan organisasi sektor publik publik merupakan komponen

penting untuk menciptakan akuntabilitas sektor publik. Adanya tuntutan yang

semakin besar terhadap pelaksanaan akuntabilitas publik menimbulkan

implikasi bagi manajemen sektor publik untuk manajemen sektor publik untuk

memberikan informasi kepada publik, salah satunya adalah informasi

akuntansi yang berupa laporan keuangan (Mardiasmo, 2002). Menurut

Diamond (2002) penyajian laporan keuangan merupakan hal yang sangat

penting, pengungkapan atas informasi ini merupakan suatu elemen dasar dari

trasparansi dan akuntabilitas.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, laporan keuangan

merupakan laporan terstruktur mengenai laporan posisi keuangan dan

transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Dalam

peraturan pemerintah No 8 Tahun 2006, tentang pelaporan keuangan dan

kinerja instansi pemerintah,menyatakan bahwa laporan keuangan adalah

bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara dan daerah selama

satu periode.

Dari pengertian yang telah dibahas dapat disimpulkan bahwa penyajian

laporan keuangan daerah adalah bentuk pertanggungjawaban pengelolaan

keuangan negara dan daerah mengenai laporan posisi keuangan dan transaksi-
21

transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Sehingga pemerintah

dituntut untuk mampu menyajikan laporan keuangan yang secara wajar dan

diungkap secara lengkap agar laporan keuangan yang disajikan dapat

dipertanggungjawabkan sehingga terciptalah transparansi dan akuntabilitas

suatu laporan keuangan sesuai harapan.

3.1. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi

mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus

kas, hasil operasi dan perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan yang

bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi

keputusan mengenai alokasi sumber daya (Siti dan Aida 2012).

Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 71 tentang standar akuntansi

pemerintah, komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan

keuangan berbasis akrual terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran dan

laporan finansial, yang jika diuraikan adalah sebagai berikut :

l. Laporan Realisasi Anggaran;


2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih;
3. Laporan Operasional;
4. Laporan Perubahan Ekuitas;
5. Neraca;
6. Laporan Arus Kas;
7. Catatan Atas Laporan Keuangan.
22

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan laporan keuangan

adalah informasi posisi keuangan yang dihasilkan dari kinerja dan aset

perusahaan sangat dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan,

sebagai bahan evaluasi dan perbandingan untuk melihat dampak keuangan

yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya.

Indikator variabel penyajian laporan keuangan daerah yang

dikembangkan oleh Amalina (2018) diukur dengan 5 indikator yaitu :

1. Laporan Keuangan disajikan dengan basis akrual

2. Informasi yang disajikan bermanfaat untuk pengambilan keputusan

3. Informasi yang disajikan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas

pelaporan

4. Penyajian laporan keuangan daerah disajikan lengkap sesuai

dengan komponen laporan keuangan

5. Laporan keuangan disajikan sekurang-kurangnya disajikan sekali

dalam setahun

4. Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah

Mulyana (2006), mengemukakan bahwa aksesibilitas dalam laporan

keuangan sebagai kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi laporan

keuangan. Disisi lain, Rohman (2009), mengemukakan bahwa aksesibilitas

dalam perspektif tata ruang adalah keadaan atau ketersediaan hubungan dari

suatu tempat ke tempat lainnya atau kemudahan seseorang atau kendaraan


23

untuk bergerak dari suatu tempat ke tempat lain dengan aman, nyaman, serta

kecepatan yang wajar. Sedangkan menurut Mardiasmo (2002), laporan

keuangan pemerintahan merupakan hak publik yang harus diberikan oleh

pemerintah, baik pusat maupun daerah.

Sehingga dari kesimpulan diatas selain menyajikan laporan keuangan, hal

lain yang perlu dilakukan pemerintah daerah adalah memberikan kemudahan

akses laporan keuangan bagi para pengguna laporan keuangan. Agar informasi

yang disampaikan dalam laporan keuangan pemerintah daerah dapat

memenuhi prinsip akuntabilitas, sehingga perlu diselenggarakan Sistem

Informasi Keuangan Daerah (SIKD).

Indikator variabel dari aksebilitas laporan keuangan daerah yang

dikembangkan oleh Amalina (2018) terdiri dari:

1) Laporan keuangan dipublikasikan di media masa

2) Kemudahan mengakses laporan keuangan bagi pengguna

laporan

3) Masyarakat dapat mengakses laporan keuangan melalui

internet.

5. Pengendalian Akuntansi

Pengendalian akuntansi mengasumsikan bahwa telah ditetapkan suatu

rencana tindakan atau standar untuk mengukur prestasi pelaksanan kegiatan.

Mulyadi (2008). Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bagi

perusahaan, pengendalian harus dikembangkan sehingga dapat diambil


24

keputusan yang sesuai dengan rencana. Dalam perusahaan atau organisasi

kecil, manajer atau pemilik dapat mengamati dan mengendalikan sendiri

semua operasinya.Baginya adalah mudah untuk mengamati usaha produksi

dari setiap pegawai dan juga tingkat persediaan bahan baku dan barang dalam

proses. Pengendalian dan laporan akuntansi mengenai operasi merupakan

bagian dari suatu rencana yang terpadu dengan baik untuk memelihara

efisiensi dan menetapkan penyimpangan atau trends yang tidak memuaskan.

Penggunaan struktur akuntansi memungkinkan diadakannya pengendalian

biaya dan perbandingan biaya-biaya tersebut dengan rencana tindakan yang

ditetapkan sebelumnya. Melalui pengukuran prestasi kerja (performance)

dengan penggunaan catatan dan laporan-laporan akuntansi dan statistik,

manajemen dapat memberikan petunjuk yang sesuai dan mengarahakan

kegiatan perusahaan. Menurut (Sulistyowati, 2017) indikator untuk mengukur

pengendalian akuntansi adalah sebagai berikut : a) transaksi dilaksanakan

sesuai dengan persetujuan pimpinan. b) pencatatan transaksi sesuai dengan

prinsip akutansi. c) penguasaan atas aktiva hanya dengan persetujuan dan

otorisasi dari pimpinan. d) pencocokan aktiva dalam catatan dengan wujud

aktiva.

6. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Akuntansi merupakan aktivitas jasa untuk menyediakan informasi yang

diperlukan untuk pengembilan keputusan. Pada sektor publik, pengambilan

keputusan terkait dengan keputusan baik pada sektor ekonomi, sosial, dan
25

politik. Dalam pengelolaan keuangan Negara dan Daerah yang besar

pemerintah memerlukan suatu sistem akuntansi yang diperlukan untuk

pengelolaan dana, transaksi ekonomi yang semakin besar dan beragam. Pada

dasarnya baik sektor swasta maupun pemerintah, akuntansi dibedakan menjadi

dua bagian yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Definisi

Sistem Akuntansi Pemerintahan menurut PP No. 24 Tahun 2005 tentang

Standar Akuntasi Pemerintahan : Sistem akuntansi pemerintahan adalah

serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari

pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan posisi keuangan

dan operasi pemerintah..

Indikator variabel sistem informasi akuntansi menurut Perdhiansyah (2016)

adalah sebagai berikut :

1) Proses akuntasi dilakukan secara komputerisasi

2) Pengolahan data transaksi keuangan menggunakan software yang

sesuai dengan peraturan

3) Bekerja berdasarkan pedoman mengenai proses akuntansi yang telah

ada

4) Laporan akuntansi yang disajikan dari sistem informasi yang benar

C. Kerangka Konseptual

Pada bagan kerangka konseptual dibawah ini menunjukan bagaimana

penyajian laporan keuangan, aksesibilitas laporan keuangan, pengendalian

akuntansi, dan sistem informasi akuntansi dapat mempengaruhi akuntabilitas


26

keuangan daerah secara langsung dan bagaimana penyajian laporan keuangan,

aksesibilitas laporan keuangan, pengendalian akuntansi, dan sistem informasi

akuntansi dapat mempengaruhi akuntabilitas keuangan daerah secara simultan.

Berikut ini adalah kerangka konseptual penelitian ini :

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Penyajian Laporan
Keuangan (X1)

Aksesibilitas Laporan
Keuangan (X2)
Akuntabilitas
Keuangan Daerah (Y)
Pengendalian
Akuntansi (X3)

Sistem Informasi
Akuntansi (X4)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarakan kerangka konseptual diatas maka dapat dibuat hipotesis dalam

penelitian ini sebagai berikut :


27

1. Pengaruh penyajian laporan Keuangan terhadap Akuntabilitas

Keuangan Daerah

Penyajian laporan keuangan merupakan faktor penting untuk menciptakan

akuntabilitas pengelolaan keuangan. Pemerintah harus bisa menyusun laporan

keuangan sesuai standar akuntansi yang diterima umum dan memenuhi

karakteristik kualitatif laporan keuangan. Penyajian informasi yang utuh

dalam laporan keuangan akan menciptakan transparansi dan nantinya akan

mewujudkan akuntabilitas (Nordiawan, 2010). Berarti semakin baik

penyajian laporan keuangan pemerintah maka akan berimplikasi terhadap

peningkatan terwujudnya akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

Mudjiyono (2019) menyatakan penyajian laporan keuangan daerah

berpengaruh positif terhadap akuntabilitas keuangan daerah.

Berdasarkan atas dasar dukungan teori dan bukti empiris di atas, maka dapat

dibangun hipotesis:

H1 : Penyajian Laporan Keuangan Berpengaruh Terhadap

Akuntabilitas Keuangan Daerah

2. Pengaruh Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Akuntabilitas

Keuangan Daerah

Akuntabilitas yang efektif tergantung kepada akses publik terhadap

laporan pertanggungjawaban maupun laporan temuan yang dapat dibaca dan

dipahami. Dalam demokrasi yang terbuka, akses ini diberikan oleh media

seperti surat kabar, majalah, radio, stasiun televisi, website (internet), dan
28

forum yang memberikan perhatian langsung atau peranan yang mendorong

akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakat (Shende dan Bennet dalam

Mulyana, 2006). Pemerintah harus memberikan kemudahan akses bagi para

pengguna laporan keuangan. Apalah artinya menyajikan laporan keuangan

dengan baik tapi tidak memberikan kemudahan akses bagi para pengguna

laporan keuangan, maka usaha untuk menciptakan akuntabilitas pengelolaan

keuangan daerah tidak akan berjalan dengan baik. Dika (2019) menyatakan

bahwa aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh terhadap akuntabilitas

keuangan daerah.

Berdasarkan atas dasar dukungan teori dan bukti empiris di atas, maka dapat

dibangun hipotesis:

H2 : Aksesibilitas Laporan Keuangan Berpengaruh Terhadap

Akuntabilitas Keuangan Daerah

3. Pengaruh Pengendalian Akuntansi Terhadap Akuntabilitas Keuangan

Daerah

Menurut Mulyadi (2010) pengendalian akuntansi dirancang dari dua

tujuan sistem yaitu menjaga kekayaan perusahaan dan mengecek ketelitian

serta keterandalan informasi akuntansi. Pengendalian intern akuntansi

meliputi rencana organisasi dan prosedur-prosedur serta catatan-catatan yang

bertujuan untuk mengamankan aktiva dan juga agar dapat dipercayainya

catatan keuangan (Hartadi, 1999). Pengendalian akuntansi dibuat untuk

memberikan keyakinan akan transaksi-transaksi apakah dilaksanakan


29

signifikan sesuai dengan kewenangannya. Pengedalian serta keterandalan

informasi menjadi penting bagi akuntabilitas keuangan daerah karena

pengendalian yang baik akan menciptakan keterandalan informasi yang

berpengaruh terhadap akuntabilias keuangan daerah.

Berdasarkan atas dasar dukungan teori dan bukti empiris di atas, maka dapat

dibangun hipotesis:

H3 : Pengendalian Akuntansi Berpengaruh Terhadap Akuntabilitas

Keuangan Daerah

4. Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Akuntanbilitas

Keuangan Daerah

Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2005 yang telah

diperbaharui menjadi Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2010 tentang

Sistem Informasi Keuangan Daerah disebutkan bahwa untuk menindaklanjuti

terselenggaranya proses pembangunan yang sejalan dengan prinsip tata kelola

pemerintahan yang baik informasi keuangan yang bermanfaat bagi para

pemakai, maka laporan keuangan harus disusun oleh personel yang memiliki

kompetensi di bidang pengelolaan keuangan daerah dan sistem akuntansi

(Tuasikal, 2007 dalam Afrianti 2011). Selain itu, untuk menyajikan (Good

Governance), Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berkewajiban untuk

mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk

meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan, dan menyalurkan informasi

keuangan kepada pelayanan publik sebagai wujud akuntabilitas atas kegiatan


30

yang dilakukan Pemerintah, mengingat bahwa dari tahun ke tahun volume

transaksi keuangan pemerintah menunjukkan kuantitas yang semakin besar,

semakin rumit dan kompleks. Untuk itu Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah dapat memanfaatkan dan mendayagunakan kemajuan teknologi

informasi, sehingga laporan keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah

dapat memenuhi kriteria nilai informasi yang disyaratkan. Informasi akuntansi

yang telah memenuhi kriteri yang disyaratkan dapat mempengaruhi

akuntabilitas serta transparansi pengelolaan keuangan daerah. Menurut Rosa

(2019) menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi berpengaruh positif

terhadap akuntabilitas keuangan daerah.

Berdasarkan atas dasar dukungan teori dan bukti empiris di atas, maka dapat

dibangun hipotesis:

H4 : Sistem Informasi Akuntansi Berpengaruh Terhadap Akuntabilitas

Keuangan Daerah

5. Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan, Aksesibilitas Keuangan

Daerah, Pengendalian Akuntansi, Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

Terhadap Akuntabilitas Keuangan Daerah

Menurut amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara yang didalamnya memberikan amanat untuk

mengintegrasikan informasi keuangan dan kinerja dalam sebuah sistem.

SAKIP mencoba mengintegrasikan berbagai sistem dalam manajemen pemerintahan

di Indonesia. Berbagai sistem tersebut antara lain sistem perencanaan, sistem


31

penganggaran, sistem pengukuran, sistem pelaporan, dan sistem evaluasi yang

kelimanya diatur dengan berbagai peraturan perundangan dan oleh berbagai instansi

yang berbeda. Dari proses integrasi yang disebutkan diatas dapat dikatan bahwa

proses pengelolaan keuangan daerah tentunya akan menjadi lebih baik lagi

kedepannya, sehingga transparansi serta keterbukaan terhadap publik akan lebih baik.

Berdasarkan atas dasar dukungan teori dan bukti empiris di atas, maka dapat

dibangun hipotesis:

H5 : Penyajian Laporan Keuangan, Aksesibilitas Keuangan Daerah,

Pengendalian Akuntansi, Sistem Informasi Akuntansi Berpengaruh

Terhadap Akuntabilitas Keuangan Daerah.

Anda mungkin juga menyukai