Anda di halaman 1dari 2

Hakikat Ilmu dan Buah Ilmu dalam Agama

Hampir setiap tahun nya , para orang tua disibukkan oleh agenda dalam mencarikan
sekolah dan perguruan tinggi untuk putra putrinya yang akan melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi. Bahkan ada beberapa pula dari beberapa kelompok penguasa pendidikan membuka jalan
dengan cara yang tidak etis bagi para pencari Pendidikan dan tak sedikit pula orang tua mencari
jalan apapun untuk buah hati nya agar mendapatkannya bahkan dengan biaya yang besar pun,
dengan satu motivasi yang terbesit di hati mereka, yaitu : Anakku harus menjadi orang suskes, dan
fenomena ini terjadi setiap tahun.

Sebagai kaum intelektual dan berfikir, harus paham makna kata sukes itu. Sukses yang
hakiki merupakan berhasil dalam menjalani hidup ini untuk mendapatkan syurgaNya. Berapa
banyak dari kalangan masyarakat, memandang bahwa kesuksesan itu adalah dengan nilai duniawi,
hal itu merupakan hal yang keliru. Ada banyak beberapa perumpaan di jaman para Nabi dan Rasul,
bahkan sudah ada dijelaskan dalam kebenaran yang skriptualis yaitu Kitab yang diturunkan oleh
Pemilik seluruh Alam semesta melalui para MalaikatNya dan disampaikan kepada Nabi dan
RasulNya. Perumpaan yang dimaksud adalah “bagaimana nilai dunia tidak lebih berharga dari
sayap seekor nyamuk”. Kita lupa akan tujuan dalam menuntut ilmu ialah harus ikhlas karena Allah
dan agar generasi kita tidak berada dalam kebodohan. Ilmu yang dimaksud ini merupakan
menuntut ilmu Syar’I yang merupakan kewajiban yang mencakup seluruh individu Muslim dan
Muslimah. Baik ia sebagai orang tua, anak, karyawan, dosen, Doktor, Profesor dan yang lainnya.

Ilmu berdasarkan hukumnya sudah di klasifikasikan secara jelas yaitu Ilmu Dien dan Ilmu
Duniawi.
1. Ilmu Dien yang terbagi menjadi dua :
1. Ilmu Dien /yang hukumnya Fardlu’Ain (Wajib dimiliki oleh setiap orang) yaitu : Ilmu
tentang akidah
2. Ilmu dien yang hukumnya Fardlu Kifayah (harus ada sebagian orang islam yang
menguasai, bila tidak ada maka semua kaum muslimin di tempat itu berdosa) yaitu
Ilmu tafsir, ilmu hadist, ilmu fara’idh, dan ushul fiqh.
2. Ilmu Duniawi yaitu segala ilmu yang dengan ilmu tersebut tegaklah maslahat dunia dan
kehidupan manusia, seperti : ilmu kedokteran, pertanian, Teknik, perdagangan, militer dan
sebagainya. Yang hukumnya adalah Fardlu kifayah menurut para ulama
Dengan demikian, islam adalah agama ilmu, ilmu kemaslahatan hidup dunia maupun akhirat,
Namun dengan seiring dengan pergeseran tujuan hidup manusia, motivasi menuntut ilmu pun
mulai bergeser. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia lebih condong kepada ilmu duniawi
dan menomor duakan bahkan melupakan ilmu dien. Entah kekhawatiran apa yang membayangi
manusia sehingga mereka lebih mementingkan ilmu dunia daripada ilmu dien, padahal Allah
telah berfirman dalam QS. Ar-Rum:7 “Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari
kehidupan dunia sedang mereka tentang (kehidupan) Akhirat adalah lalai”
Dan Rasulullah bersabda yang artinya :
“Sesungguhnya Allah membenci setiap orang yang pandai dalam urusan dunia namun bodoh
dalam urusan akhiratnya” (Shahih Jami’ Ash Shaghir)
Apakah sebenarnya Hakikat Ilmu Dienulislam itu tersebut, dikutip dari perkataan Imam al-Auza’i
rahimahullah, :
“ilmu yang sebenarnya adalah apa yang datang dari para sahabat Muhammad shallallahu’alaihi
wa sallam. Ilmu apapun yang tidak berada di atas jalan itu maka pada hakikatnya itu bukanlah
ilmu”(Da’a’im Minhaj an-Nubuwwah, hal 390-391)

Bukankah Sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dari Anas bin Malik,


“Sebagian di antara tanda dekatnya hari kiamat adalah diangkatnya ilmu, kebodohan marajalela,
khamr ditenggak, dan perzinaan merebak”(HR. Bukhari)
Kemudian hal itu dijelaskan oleh Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dalam hadist Abdullah bin
Amr al-Ash radhiyallahu’anhuma :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu itu secara tiba-tiba dari dada manusia akan tetapi
Allah mencabut ilmu itu dengan cara mewafatkan para ulama. Sampai-sampai apabila tidak
tersisa lagi orang alim maka orang-orang pun mengangkat pemimpini-pemimpin dari kalangan
orang yang bodoh. Mereka pun ditanya dan berfatwa tanpa ilmu. Mereka itu sesat dan
menyesatkan” (HR. Bukhari)

Anda mungkin juga menyukai