Anda di halaman 1dari 19

ANALISA TERHADAP PROSES PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG

Nama:

ANDRE CIPTO MARTIANUS ( 201810115184)

JUAN DANIEL SIHITE ( 201810115198)

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Analisa
Proses Pembentukan undang-undang” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Rahmat Ferdian Andi
Rosidi.,SH,MH selaku Dosen yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Penulis ingin makalah ini berguna dalam upaya memberikan wawasan terkait
Analisa Terhadap proses pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Kami juga
sadar sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan yang
membantu kami dalam membuat makalah yang telah kami buat untuk dimasa yang
akan datang.

Dan kami berharap makalah ini dapat dipahami serta berguna bagi kami dan
siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna
bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi makalah ini diwaktu mendatang.

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. 2

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 4

A. Latar belakang...................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................. 7

BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................

A. Istilah dalam pembentukan peraturan perundang-undangan................ 8


B. Pembentukan peraturan perundang-undangan sebagai konsekuensi negara
hukum................................................................................................... 9
C. Perkembangan Pembentukan Undang-undang..................................... 11
D. Proses pembentukan undang-undang pada umumnya.......................... 13
E. Proses pembentukan undang-undang dengan Ringkas......................... 16

BAB 3 KESIMPULAN.................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Negara indonesia adalah Negara hukum sesuai dengan pasal 1 ayat 3 Undang-
undang Dasar 1945 “ Negara indonesia adalah negara hukum”, hal ini
menyatakan bahwa segala aspek dalam masyarakat, sistem pemerintahan,
kebangsaan, semuanya diatur oleh hukum yang dibuat. Supaya terwujud nya
negara hukum diperlukan nya sebuah tatanan yang tertib, diantaranya diperlukan
tatanan yang tertib pada proses pembentukan undang-undang sebagi hukum yang
mengatur dalam negara hukum. susunan atau struktur undang-undang harus di
buat secara baik, tertibnya sebuah Pembentukan peraturan perundang-undangan
harus di tentukan sejak saat perencanaan sampai dengan selesai. Untuk membuat
peraturan perundang-undangan yang baik sangat di perhatikan dalam
pembentukan yaitu suatu persyaratan dalam sistem, asas, tata cara penyiapan dan
pembahasan, cara penyusunan hingga kepada pengesahan.

Sampai saat ini banyak ktentuan dari kaitan nya dengan proses pembentukan
undang-undang yang termasuk diantaranya, tata cara penyusunan perundang-
undangan yang diatur secara tumpang tindih, baik peraturan pada masa colonial
maupun yang telah dibuat setelah indonesia merdeka. Pipin syarifin dalam
bukunya menuliskan bahwa ada beberapa peraturan perundang-undangan yang
berlaku dari masa colonial dan diterapkan hingga sekarang.

1. Algemeene Bepalingen van Wetgeving voor indonesie, yang disingkat AB


( stb. 1847: 23) yang mengatur ketentuan-ketentuan umum peraturan
perundang-undangan. Sepanjang mengenai peraturan perundang-
undangan, ketentuan dari AB tidaklah digunakan secara seutuhnya karena
telah diatur dalam peraturan peundang-undangan nasional yang telah
dibuat.

4
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1950 peraturan tentang jenis dan bentuk
peraturan yang di keluarkan oleh pemerintah pusat. Undang-undang ini
adalah undang-undang yang dahulu ketika indonesia sempat berbentuk
negara bagian. Peraturan perundang-undangan tersebut dibuat di negara
bagian Yogyakarta.
3. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang menetapkan undang-
undang darurat tentang penerbitan lembaran negara Repulik Indonesia
serikat dan berita Negara Republik Indonesia serikat, dan tentang
mengeluarkan, mengumumkan, dan mulai berlakunya undang-undang
Federal dan peraturan pemerintah sebagai undang-undang federal.
4. Selain undang-undang tersebut terdapat ketentuan lain yaitu:
a. Peraturan pemerintah Nomor 1 Tahun 1945 tentang pengumuman dan
mulai berlakunya undang-undang dan peraturan pemerintah.
b. Keputusan presiden Republik indonesia nomor 234 tahun 1960 tentang
pengembealian seksi pengundangan lembaran negara dari departemen
kehakiaman ke sekertariat Negara
c. Instruksi presiden Repulik indonesia nomor 15 tahun 1970 tentang
tatacara mempersiapkan rancangan undang-undang dan rancangan
peraturan pemerintah republic indonesia
d. Keputusan presiden republik indonesia nomr 188 tahun 1998 tentang
tata cara mempersiapkan rancangan undang-undang
e. Keputusan Presiden Republik indonesia nomor 44 Tahun 1999 tentang
teknik penyusunan peraturan perundang-undangan dari bentuk
rancangan undang-undang, rancangan pemerintah dan rancangan
keputusan presiden.1

Dalam lingkungan Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan


rakyat daerah, berlaku peraturan tata tertib yang mengatur, anatara lain

1
Pipin syarifin, ilmu perundang-undangan, Bandung: cv. Pustaka setia, 2012, hlm.133.

5
tata cara pembahasan dam pengajuan rancangan undang-undang dan
peraturan daerah atas inisiatif Dewan perwakilan rakyat dan Dewan
Perwakilan Rakyat daerah.

Dengan adanya perubahan undang-undang dasar negara republik


indonesia Tahun 1945, khusunya pasal 20 ayat 1 yang menentukan bahwa
Dewan Perwakilan rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-
undang, berbagai peraturan perundang0undangan tersebut tidak sesuai
lagi. Dengan demikian, diperlukan undang-undang, sebagai landasan
yuridis dalam membentuk peraturan perundang-undangan, baik tingkat
pusat maupun daerah, sekaligus mengatur secara lengkap dan terpadu,
baik, sistem, asas, jenis dan materi muatan peraturan perundang-undangan
persiapan, pembahasan, pembahsan, pengesahan, pengundangan dan
penyebarluasan mauapun partisipasi masyrakat.

Undang-undang ini pada dasarnya dimaksudkan untuk membentuk


ketentuan baku mengenai tata cara pembentukan peraturan perundang-
undangan, serta memenuhi perintah 22A Undang-undang Dasar negara
republic indonesia Tahun1945 dan pasal 6 TAP MPR nomor 3/MPR/2000
tentang sumber hukum dan tata urutan peraturan-perundangundangan.
Akan tetapi, undang-undang ini hanya mengatur pementukan peraturan-
perundang-undangan yang meliputi undang-undang, peraturan pemerintah,
pengganti undang-undang peraturan pemerintah, peraturan presiden, dan
peraturan daerah. Dalam undang-undang RI nomor 10 tahun 2004 ini,
pada tahap perencanaan diatur mengenai program legislasi nasional dan
program legislasi daerah dalam rangka penyusunan peraturan peundang-
undangan secara terencana, bertahap, terarah, dan terpadu.. diperlukan
peran tenaga perancang peraturan perundang-undangan, diperlukan peran
sebagai tenaga fungsiona yang berkualitas yang mempunyai tugas
menyiapkan, mengolah, dan merumuskan rancangan peraturan perundang-

6
undangan dipusat dan di daerah-daerah prvinsi, kabupaten/kota dan
desa/kelurahan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaiman proses pembentukan peraturan perundang-undangan dalam
kaitan nya negara hukum?
2. Apakah peraturan perundang-undangan yang telah dibentuk merupakan
bentuk final?

7
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Istilah dalam Pembentukan Undang-undang


Pembentukan undang-undang merupakan sebuah bentuk proses dari tata
cara terbentuknya undang-undang meliputi pernecanaan, pembahasan,
penulisan hingga pada pengesahan. Berdasarkan jurnal yang penulis kutip
pengertian dari pembentukan undang-undang adalah bagian dari
pembangunan hukum yang mencakup sistem hukum nasional dengan tujuan
mewujudkan tujuan negara yang dilakukan nya mulai dari tahap perencanaan
atau program secara rasional, terpadu dan sistematis. 2 Menurut pipin syarifin
dalam bukunya Pembentukan undang-undang adalah proses pembuatan dari
perencanaan, persiapan, teknik, penyusunan, perumusan, pembahasan,
pengesahan, pengundangan, dan penyebarluasan. Penulis menyimpulkan
bahwa pembentukan peraturan perundang-undang adalah tahapan atau proses
teknis mulai dari perencanaan hingga pada tahapan pengesahan dalam bentuk
pembangunan hukum di dalam sistem hukum indonesia.
Menurut undang-undang nomor 10 Tahun 2004 tentang pembentukan
peraturan perundang-undangan yang dimaksud dengan peraturan perundang-
undangan ialah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau
pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum. Jimly asshiddiqie
menuliskan pengertian tentang peraturn perundang-undangan ialah peraturan
tertulis yang berisi norma-norma hukum yang mengikat untuk umum, baik
yang ditetapkan oleh legislator maupun oleh regulator atau lembaga-lembaga
pelaksana undang-undang yang mendapatkan kewenangan delegasi dari
undang-undang untuk menetapkan peraturan-peraturan tertentu menurut

2
Siti Hidayati, “ partisipasi masyarakat dalam proses pembentukan undang-undang “, jurnal bina
mulya Hukum, vol.3 nomor 2 maret 2019. Hlm. 3

8
peraturan yang berlaku3. Berdasarkan pengertian tersebut bahwa peraturan
perundang-undangan adalah hukum tertulis yang dibuat oleh Legislator dan
Lembaga yang berwenang dan di delegasikan berdasarkan undang-undang.
Istilah-istilah lain nya yang meliputi pembentukan peraturan perundang-
undangan yaitu, program legislasi. Program legislasi dibagi menjadi dua yaitu
program legislasi nasional dan program legislasi daerah, program legislasi
merupakan instrument perencanaan program pembentukan undang-undang
yang disusun secara terencana dan terpadu dan sistematis.
Pengundangan merupakan penempatan peraturan perundang-undangan
dalam materi yang dimuat dalam lembaran negara, tambahan lemabaran
negara, berita negara, tambahan berita negara.
B. Pembentukan peraturan perundang-undangan sebagai konsekuensi negara
hukum.
Dalam konstitusi UUD 1945 pasal 1 ayat 3 menyebutkan bahwa negara
indonesia adalah negara hukum mengharuskan seluruh yang ada di dalam
negara diatur oleh hukum baik dalam bermasyrakat maupun dalam tindakan
pemerintah. Friderich mengatakan dalam negara hukum diperlukan 4 elemen
yang penting dan harus ada yaitu;
1. Perlindungan hak asasi manusia
2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan
4. Peradilan administrasi dan perselisihan.4

Konsekuensi yang terjadi karena indonesia merupakan negara hukum ialah


adanya pemerinatahan berdasarkan peraturan perundang-undangan dimana
gerak dan batasan pemerintah telah diatur oleh peraturan perundang-undangan
yang dibuat. Indonesia sebagai perwujudan negara hukum tidak akan luput
dari proses pembentukan berbagai peraturan perundang-undangan untuk
3
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Hukum Tata Negara, Jakarta: Raja grafindo, 2019, hlm.163
4
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Raja grafindo, 2018, hlm.3

9
mengatur jalan nya pemerintahan yang gerak dan ruang nya dibatasi oleh
undang-undang untuk menjalankan pemerintahan. Undang-undang merupak
salah satu jenis dari peraturan yang dalam peraturan perundang-undangan
cukup familiar, karena semua yang masih bersifat pokok atau yang merupakan
unsur yang murni dari Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik
indonesia 1945 dapat diturunkan untuk selanjutnya diatur dalam undang-
undang.

Sistem perundang-undangan di indonesia hanya familiar dengan sejenis


undang-undang saja yaitu , yang dibuat oleh DPR dengan persetujuan yang
dibuat bersama presiden, dan disahkan oleh presiden. Selain daripada undang-
undang yang dibuat oleh DPR dengan presiden tidak ada yang lain karena
dalam Konstitusi pasal 20 ayat ( 2) UUD 1945 mengatkan “setiap
perancangan undang-undang dibahas Dewan Perwakilan Rakyat dan presiden
untuk mendapat persetujuan bersama”. hal ini terjadi bukan karena tidak ada
alasan mengapa harus anggota DPR yang memberikan persetujuan dan kenapa
tidak lembaga lain, karena memang pada hakekatnya DPR diberikan
wewenang membuat Undang-undang karena memang secara teori DPR
memiki fungsi legislatif, dalam menjalankan fungsi legisalsi DPR harus
menjalankan 4 bentuk kegiatan pembentukan undang-undang antara lain

1. Prakarsa pembuatan undang-undang


2. Pembahasan rancangan undang-undang
3. Persetujuan atas pengesahan rancangan undang-undang
4. Pemberian persetujuan pengikatan atau ratifikasi atas perjanjian atau
persetujuan international dan dokumen-dokumen hukum yang bersifat
5
mengikat lain nya.

5
Jimly, Loc.cit, hlm.300

10
DPR merupakan lembaga legislatif yang terdiri dari perwakila dari
partai-partai politik yang merupakan wadah mewakil aspirasi dari
masyarakat yang telah memilih. Peraturan perundang-undangan yang
dibentuk oleh lembaga legislatif ini merupakan hasil dari proses pembuatan
yang bersifat politis karena DPR ini merupakan lembaga politis yang
suaranya berasal dari partai politik. Peraturan perundang-undangan yang
dalam proses pembentukan nya sangat di pengaruhi oleh factor politik
hukum yang sedang berlangsung dalam negara kita.

Yang dimaksud dengan politik hukum adalah sebuah keinginan yang


mungkin besifat politis oleh pembuat peraturan perundang-undangan yang
ketika substansi dari peraturan perundang-undangan itu dibuat melalui
perdebatan para pembuat untuk kemudian di bentuk kedalam kalimat-
kalimat hukum.6 Dalam hal ini politik hukum dapat dipegaruhi oleh hal-hal
dari histori terhadap masalalu lahirnya isi hukum. Mafud MD mengatakan
bahwa hal tersbut didasarkan pada kenyataanya bahwa produk hukum
merupakan kristalisasi atau formalisasi dari berbagai kehendak dan
perdebatan politik yang saling bersaingan.7 Berdasarkan penjalasan yang
kami pahami dari pemahaman diatas bahwa produk yang dibuat oleh DPR
merupakan peraturan perundang-undangan yang sifatnya politis karena
memang lembaga legislasi kita adalah lembaga politik, yang pada dasarnya
berpacu kepada kepentingan politik.

C. Perkembangan proses pembentukan undang-undang


Proses atau tata cara pembentukan undang-undang merupakan suatu tahapan
kegiatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan untuk membentuk
undang-undang. Proses ini diawali terbentuknya suatu ide atau gagasan

6
Muhammad Fadli, Pembentukan undang-undang mengikuti perkembangan Masyarakat, Jurnal
Legislasi indonesia, vol. 15 No.01 Maret 2018
7
Mafud MD, perdebatan hukum tata negara pasca amademen konstitusi, Jakarta: Rajawali pers,
2011, hlm. 123

11
tentang perlunya pengaturan terhadap suatu permasalahan, yang kemudian
dilanjutkan dengan kegiatan mempersiapkan rancangan undang-undang baik,
oleh DPR, oleh DPD, Maupun pemerintah, kemudian pembahasa rancangan
undang-undang di dewan perwakilan rakyat untuk mendapatkan persetujuan
bersama, dilanjutkan dengan pengesahan, dan diakhiri dengan pengundangan.
Tata cara membuat rancangan perancangan undang-undang dari
pemerintah yang dilaksankan selama ini atau lebih tepat mengikuti instruksi
presiden No.15 Tahun 1970 tentang tata cara mempersiapkan rancangan
undang-undang dan rancangan peraturan pemerintah. Sedangkan tata cara
mempersiapkan rancangan undang-undang atas usul inisiatif DPR itu sendiri
dan pembahasan kedua rancangan undang-undang tersebut yang diatur dalam
peraturan tata tertib DPR-RI
Dengan ditetapkan nya keputusan presiden Nomor 188 Tahun 1998 tentang
cara mempersiapkan undang-undang yag di tetapkan pada tanggal 28 oktober
1998. Maka proses pembentukan undang-undang itu dilakasanakan dengan
landasan pada keputusan presiden tersebut, sedangkan tata cara
mempersiapkan undang-undang yang berasal dari DPR dan proses
pembahasan dari kedua RUU di DPR yang dilaksanakan berdasarkan
keputusan DPR-RI Nomor 30A/DPR-RI/I/2001-2002 tentang peraturan tata
tertib peraturan DPR-RI, DPR telah mengeluarkan RUU tentang tata cara
pembentukan peraturan perundang undangan yang disahkan sebagai Undang-
undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang pembentukan peraturan perundang-
undangan.
Bersamaan dengan pasal 58 Undang-undang no 10 Tahun 2004 tentang
Peraturan pembentukan peraturan perundang-undangan sejak itu segala seuatu
pebentukan peraturan terikat oleh undang-undang itu sendiri. Secara garis
besar proses pembentukan undang-undang terdiri dari beberapa tahapan yang
cukup rumit. Maria Farida memaparkan ada 4 Tahapan yaitu,

12
a. Proses persiapan pembentukan undang-undang, yang merupakan proses
penyusunan dan perancangan dilinkungan pemerintahan, di lingukan
Dewan perwakilan Rakyat, atau di lingkungan Dewan Perwakilan
Daerah
b. Proses pembahasan di Dewan Perwakilan Rakyat
c. Proses pengesahan oleh Presiden
d. Proses pengundangan ( oleh mentri yang memiliki tugas dan wewenang
dibidang peraturan perundang-undangan).8

Berdasarkan pemahaman diatas peulis memahami bahwa setiap bentuk


peraturan perundang-undangan yang disahkan sudah melewati proses yang cukup
panjang dan rumit sehingga menghasilkan produk hukum yang trbaik.

D. Proses Pembentukan undang-undang pada umumnya


Setelah penulis memahami perkembangan proses pembentukan undang-undang,
penulis juga memahami proses pembentukan undang-undang yang selanjutnya
penulis uraikan menjadi beberapa tahapan.
a. Tahapan perencanaan
Proses pembentukan peraturan perundang-undangan dilaksanakan sesuai
dengan program legislasi nasional yang nerupakan perencanaan penyusunan,
undang-undang yang disusun secara terpadu antara Dewan Perwakilan
Rakyat dan pemerintahan Republik Indonesia.
Koordinasi penyusunan program legislasi nasional antara Dewan
Perwakilan Rakyat dan Pemerintah tersebut dilakukan melalui alat
kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat, yang khusus menangani bidang
legislasi. Penyusunan Program legislasi nasional dilingkungan dewan
perwakilan Rakyat yang dikordinasika oleh alat kelengkapan Dewan
perwakilan rakyat yang khusu menangani bidang legislasi, sedangkan

8
Maria Farida, Ilmu Perundang-undangan: proses, dan teknik pembentukan, Jakarta: kanisius, 2019,
hlm. 11

13
dilingkungan pemerintah koordinasi dilakukan oleh menteri yang
berwewang dan bertanggungjawab meliputi bidang perundang-undangan.
Tata cara penyusunan dan pengelolaan legislasi nasional dalam
pelaksnaanya diatur lebih lanjut dengan peraturan presiden nomor 61 tahun
2005 tentang tata cara penyusunan dan pengelolaan program legislasi
nasional.
b. Persiapan pembentukan undang-undang
Rancangan undang-undang yang berasal dari DPR, presiden maupun dari
dewan perwakilan daerah disusun berdasarkan program legislasi nasional.
Rancangan undang-undang yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Daerah
adalah RUU yang berkaitan dengan Otonomi daerah, hubungan pusat dan
daerah, pembentukan dan pemekaran sertan penggabungan daerah,
pengelolaan sumberdaya alam dan sumberdaya ekonomi lainya. Berkaitan
degan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Dalam keadaan tertentu,
DPR atau presiden dapat mengajukan RUU di luar Program Legislasi
Nasional. RUU yang diajukan Presiden disiapkan oleh mentri atau pimpinan
lembaga pemerintah non departemen, sesuai dengan wewenang nya. Oleh
karena itu ketentuan mengenai tata cara mempersiapkan RUU diatur dalam
operaturan presiden. Adapun RUU yang berasal dari DPR diusulkan oleh
DPR. RUU dari DPD yang diajukan oleh Dewan perwakilan Rakyat.
c. Pengajuan rancangan undang-undang
Pengajuan rancangan undang undang yang berasal dari Presiden, Dewan
Perwakilan Rakyat, dan Dewan perwakilan daerah diatur dalam pasl 18 dan
pasal 19 Undang-undang No 10 tahun 2004 Tentang pembentukan peraturan-
perundang-undangan. Dalam Proses pengajuan pihak yang berwewenang
mengajukan Rancangan undang-undang disebutkan dalam pasal 18 yang
berbunyi:

14
1. Rancangan undang-undang yang diajukan oleh presiden disiapkan oleh
mentri atau pimpinan lembaga pemerintah non departemen, sesuai dengan
lingkup tugas dan tanggungjawab.
2. Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi RUU yang
berasal dari presiden, dikoordinasikan oleh mentri yang tugas dan
tanggung jawab nya di bidang peraturan perundang-undangan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mempersiapkan rancangan
undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan
peraturan presiden.

Pasal 19 berbunyi:

1. Rancangan Undang-undang yang berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat


diusulkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
2. Rancangan Undang-undang yang berasal dari Dewan Perwakilan Daerah
dapat diajukan oleh DPD kepada DPD
3. Tata cara pengajuan Rancangan Undang-undang yang berasal dari Dewan
Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah tersebut diatur lebih
lanjut degan peraturan tata tertib Dewan Perwakilan Rakyat dan peraturan
tata tertib Dewan Perwakilan Daerah.9

Selanjutnya Dewan Perwakilan Rakyat akan membahas rancangan undang-


undang yang berasal dari presiden tersebut dalam jangka waktu 60 hari sejak
surat presiden tersebut diterima oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Untuk
mempermudah proses pembentukan undang-undang naskah Rancangan
undang-undang akan diperbanyak diberikan kepada Menteri dan lembaga
neagra yang berwewenang membentuk undang-undang..

Apabila RUU berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat, sesuai dengan


ketentuan pasal 21, RUU akan disampaikan kepada presiden Selanjutnya

9
Undang-Undang Nomor 10 tahun 2004 tentang pembentukan Peraturan perundang-undangan.

15
Presiden akan memberi tugas kepada mentri untuk mewakili dalam
pembahasan RUU yang akan disahkan, dalam hal ini mentri yang diutgaskan
oleh Presiden adalah mentri yang memilki tugas dan wewenang di bagian
peraturan perundang undangan.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan


perundang-undangan pada pasal 23 menyebutkan bahwa apabila dalam satu
masa sidang, Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden menyampaikan RUU
Mengenai materi yang sama, maka yang di bahas ialah RUU yang
disampaikan oleh Dewan Perwakilan Rakyat, Sedangkan RUU disampaikan
dari Presiden digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan.

E. Pembentukan undang-undang secara ringkas


Dalam buku yang dibuat oleh Maria F. ditetapkan secara ringkas dengan berbagai
peraturan yang menjadi landasan dan pedoman dalam membentuk undang-undang
dibagi menjadi 4 Tahapan.
1. Tahap Perencanaan
a. Peraturan presiden No 61 Tahun 2005 tentang tata cara penyusunan
dan pengelolaan Program Legislasi Nasional.
b. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia No.
01/DPR-RI/III/2004-2005 tentang persetujuan penetapan Prolegnas
c. Keputusan DPR-RI No.02f/DPR-RI/II/2005-2006
2. Tahapan penyiapan RUU
a. RUU dari pemerintah berdasarkan peraturan Presiden No.68 thn 2005
tentang tata cara mempersiapkan RUU.
b. RUU dari Dewan Perwakilan Rakyat berdasarkan Keputusan Dewan
perwakilan Rakyat Republik Indonesia No 08/DPR/I/2005-2006
c. RUU DPD, Keputusan DPD-RI No.02/DPD/2004.

16
3. Tahap pembahasan di Dewan Perwakilan Rakyat, Berdasarkan Keputusan
Dewan Perwakilan Rakyat RI No.08/DPR-RI/I/2005-2006 Tentang
peraturan tata tertib Dewan Perwakilan Rakyat
4. Tahap Pegesahan
a. berdasarkan Undang-undang nomor 10 Tahun 2004 tentang
pembentukan peraturan perundang-undangan,
b. berdasarkan peraturan Presiden No. 1 tahun 2007 tentang pengesahan,
pengundangan, dan penyebarluasan peraturan perundang-undangan
5. Tahap Pengundangan
a. Berdasarkan undang-undang nomor 10 tahun 2004 Tentang
pembentukan peraturan perundang-undangan
b. Peraturan presiden nomor 1 tahun 2007 tentang pengesahan,
pengundangan, dan penyebarluasan peraturan perundang-undangan.10

Berdasarkan analisa ringkasan terhadap pembentukan peraturan perundang-undangan


penulis memahami bahwa proses pembentukan peraturan perundang-undangan
tersebut memiliki landasan-landasan untuk melakukan proses pembentukan oleh
karena itu peraturan perundang-undangan merupakan bentuk kompleks yang sangat
baik.

10
Maria farida, Loc.cit, hlm.45

17
BAB III
Kesimpulan

1. Pembentukan undang-undang sebagai konsekuensi negara hukum


menghasilkan, Proses pembentukan peraturan perundangundangan di
Indonesia masih menemui berbagai hambatan sehingga untuk menyelesaikan
satu produk undang-undang lembaga legislatif. Maka dari itu pemerintah dan
lembaga legislatif serta seluruh pemangku kepentingan sudah seharusnya
memikirkan jalan keluar dari persoalan proses pembentukan undang-undang
yang sedikit rumit sehingga memerlukan waktu yang sangat lama
2. Proses pembentukan undang-undang menghasilkan bentuk atau produk
hukum yang bersifat final karena proses nya yang sangat rumit. Undang-
undang yang dibuat dapat diubahkan jika undang-undang tersebut tidak dapat
mengikuti perkembangan masyarakat.

18
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Pipin syarifin, ilmu perundang-undangan, Bandung: cv. Pustaka setia, 2012.

Jimly Asshiddiqie, Pengantar Hukum Tata Negara, Jakarta: Raja grafindo, 2019.
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Raja grafindo, 2018.

Mafud MD, perdebatan hukum tata negara pasca amademen konstitusi, Jakarta:
Rajawali pers, 2011.
Maria Farida, Ilmu Perundang-undangan: proses, dan teknik pembentukan, Jakarta:
kanisius, 2019.

JURNAL

Muhammad Fadli, Pembentukan undang-undang mengikuti perkembangan


Masyarakat, Jurnal Legislasi indonesia, vol. 15 No.01 Maret 2018.
Siti Hidayati, “ partisipasi masyarakat dalam proses pembentukan undang-undang “,
jurnal bina mulya Hukum, vol.3 nomor 2 maret 2019.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang pembentukan peraturan perundang-
undangan.
Perpres nomor 1 Tahun 2007 Tentang pengesahan, pengundangan, dan
penyebarluasan peraturan perundang-undangan.

19

Anda mungkin juga menyukai