Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA DENGAN

DIABETES MELITUS
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik

Dosen pengampu: Ns. Diah Ratnawati, Skep, M.Kep, Sp. Kep. Kom

Disusun oleh:
Farras Jihan Afiifah 1710711119
Christin Natalia 1710711126
Ridha Tiomanta Purba 1710711128
Stephanie Ester R. Sitorus 1710711133
Ayu Inda Puspitasari 1710711137

TUTOR A

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JAKARTA
2020
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Gerontik pada
Lansia dengan Diabetes Melitus” ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini diajukan
guna memenuhi tugas yang diberikan dosen pada mata kuliah Keperawatan Gerontik.
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari semua
pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah ini, baik itu
secara langsung maupun tidak langsung. 
Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi kalimat,
isi, maupun dalam penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari dosen mata
kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya, sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya.

Depok, 3 Mei 2020

Kelompok

2
DAFTAR ISI

COVER .....................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR ................................................................................................................2
DAFTAR ISI .............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Prevalensi Diabetes Melitus pada Lansia........................................................6
B. Pengertian, Etiologi, Komplikasi dari masalah yang dialami Lansia.................................10
C. Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Perubahan Kardiovaskuler.................................27
1. Kasus .......................................................................................................................27
2. Pengkajian Individu Kesehatan Keperawatan Lansia ......................................................28
3. Analisa Data ..........................................………………………………………..........…36
4. Diagnosa .....................................…………………………………………...….........…38
5. Intervensi .................................................................................................................38
BAB III PENUTUP
A. Simpulan …..........................………………………….……………....……………….41
B. Saran …….........................…………………………….....……………………………41
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................42

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara global, diperkirakan 422 juta orang dewasa hidup dengan diabetes pada
tahun 2014, dibandingkan dengan 108 juta pada tahun 1980. Prevalensi diabetes di
dunia (dengan usia yang distandarisasi) telah meningkat hampir dua kali lipat sejak
tahun 1980, meningkat dari 4,7% menjadi 8,5% pada populasi orang dewasa. Hal ini
mencerminkan peningkatan faktor risiko terkait seperti kelebihan berat badan atau
obesitas. Selama beberapa dekade terakhir, prevalensi diabetes meningkat lebih cepat
di negara berpenghasilan rendah dan menengah daripada di negara berpenghasilan
tinggi.
Diabetes menyebabkan 1,5 juta kematian pada tahun 2012. Gula darah yang
lebih tinggi dari batas maksimum mengakibatkan tambahan 2,2 juta kematian, dengan
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan lainnya. Empat puluh tiga persen
(43%) dari 3,7 juta kematian ini terjadi sebelum usia 70 tahun. Persentase kematian
yang disebabkan oleh diabetes yang terjadi sebelum usia 70 tahun lebih tinggi di
negaranegara berpenghasilan rendah dan menengah daripada di negara-negara
berpenghasilan tinggi. (WHO Global Report, 2016).
Meskipun faktor risikonya sering dikaitkan dengan gaya hidup, namun jumlah
kematian akibat penyakit kardiovaskular dan diabetes cenderung lebih banyak terjadi
di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju. Menurut data WHO tahun
2008, jumlah kematian yang disebabkan diabetes melitus dan penyakit kardiovaskular
di negara maju seperti Jepang, Inggris, Swedia, dan Amerika Serikat lebih sedikit
dibandingkan dengan di negara berkembang seperti di Laos, Kamboja, dan Myanmar.

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prevalensi mengenai kasus Diabetes Melitus pada lansia di
Indonesia?
2. Apa definisi dari kasus Diabetes Melitus pada lansia?
3. Apa etiologi dari Diabetes Melitus pada lansia?
4. Apa saja komplikasi yang timbul pada kasus Diabetes Melitus pada lansia?
5. Apa saja yang harus ditanyakan saat pengkajian individu kesehatan
keperawatan pada lansia?
6. Bagaimana penilaian psikososial dan spiritual pada lansia?
7. Apa saja penilaian dalam kemandirian lansia?
8. Bagaimana mengkaji status mental lansia?
9. Bagaimana mengkaji skala depresi lansia?
10. Apa saja analisa data dari kasus lansia yang didapatkan?
11. Apa saja diagnosa yang di dapat dalam kasus lansia?
12. Apa saja intervensi yang dilakukan pada kasus lansia tersebut?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui prevalensi mengenai kasus Diabetes Melitus pada lansia di
Indonesia
2. Mengetahui definisi dari kasus Diabetes Melitus pada lansia
3. Mengetahui Etiologi dari kasus Diabetes Melitus pada lansia
4. Mengetahui komplikasi yang timbul pada kasus Diabetes Melitus pada lansia
5. Mengetahui cara pengkajian individu kesehatan keperawatan pada lansia
6. Mengetahui penilaian psikososial dan spiritual pada lansia
7. Mengetahui penilaian dalam kemandirian lansia
8. Mengetahui pengkajian status mental pada lansia
9. Mengetahui pengkajian skala depresi pada lansia
10. Mengetahui analisa data dari kasus lansia yang didapatkan
11. Mengetahui diagnosa yang di dapat dalam kasus lansia
12. Mengetahui intervensi yang dilakukan pada kasus lansia

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prevalensi Diabetes Melitus pada Lansia


Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995-2001 dan Riskesdas
2007 menunjukkan bahwa penyakit tidak menular seperti stroke, hipertensi,
diabetes melitus, tumor, dan penyakit jantung merupakan penyebab kematian
utama di Indonesia. Pada tahun 2007, sebesar 59,5% penyebab kematian di
Indonesia merupakan penyakit tidak menular. Selain itu, persentase kematian
akibat penyakit tidak menular juga meningkat dari tahun ke tahun, yaitu 41,7%
pada tahun 1995, 49,9% pada tahun 2001, dan 59,5% pada tahun 2007.
Prevalensi diabetes melitus pada semua umur dengan rutin periksa kadar
gula darah di Indonesia selama tahun 2018, dimana dapat diketahui bahwa
kesadaran untuk memeriksa kadar gula darah secara rutin pada penderita diabetes
sudah cukup baik, karena prevalensinya lebih tinggi dibandingkan penderita DM
semua umur.
Prevalensi DM pada tahun 2018 berdasarkan diagnosis dokter, jenis
kelamin, dan daerah domisili. Berdasarkan kategori usia, penderita DM terbesar
berada pada rentang usia 55-64 tahun dan 65-74 tahun. Selain itu, penderita DM
di Indonesia lebih banyak berjenis kelamin perempuan (1,8%) daripada laki-laki
(1,2%). Kemudian untuk daerah domisili lebih banyak penderita diabetes melitus
yang berada di perkotaan (1,9%) dibandingkan dengan di perdesaan (1,0%)
Berdasarkan diagnosis dokter dan status pendidikan, prevalensi penderita
DM tertinggi merupakan tamatan pendidikan setingkat D1/D2/D3/PT, yang
merupakan kategori jenjang pendidikan tertinggi pada hasil Riskesdas 2018.
Untuk status pekerjaan yang paling banyak mengidap DM berstatus
PNS/TNI/Polri/ BUMN/BUMD.

6
7
B. Pengertian, Etiologi, Komplikasi dari masalah yang dialami Lansia
1. Diabetes Melitus pada Lansia
1.1 Pengertian
Lansia adalah seseorang yang mencapai berusia 55 tahun yang merupakan
kelompok orang lansia yang mengalami proses penuan yang terjadi secara bertahap
dan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari (UU No.4 Tahun 1945).
Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Pada usia ini
adalah fase menurunkan kemampuan akan akal dan fisik, yang di mulai dengan
adanya perubahan hidup (Kemenkes RI, 2010).
Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa), atau
ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya.
Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting, menjadi salah satu
dari empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh
para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus meningkat selama
beberapa dekade terakhir. (WHO Global Report, 2016).
Kriteria diagnosis Diabetes Melitus (DM) menurut pedoman American
Diabetes Association (ADA) 2011 dan konsensus Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia (PERKENI) 2011:
1. Glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl dengan gejala klasik penyerta;
2. Glukosa 2 jam pasca pembebanan ≥200 mg/dl;

8
3. Glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl bila terdapat keluhan klasik DM
seperti banyak kencing (poliuria), banyak minum (polidipsia), banyak
makan (polifagia), dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya.

Kriteria diagnosis DM (konsensus PERKENI 2015) :


1. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi
tidak ada asupan kalori minimal 8 jam, atau
2. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram, atau
3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik
(poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya), atau
4. Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program
(NGSP).

1.2 Etiologi
Diabetes melitus mempunyai beberapa penyebab, yaitu:
1. Hereditas
Peningkatan kerentanan sel-sel beta pancreas dan perkembangan antibodi
autoimun terhadap penghancuran sel-sel beta.
2. Lingkungan (makanan, infeksi, toksin, stress)
Kekurangan protein kronik dapat mengakibatkan hipofungsi pancreas.
Infeksi virus coxsakie pada seseorang yang peka secara genetik.
Stress fisiologis dan emosional meningkatkan kadar hormon stress (kortisol,
epinefrin, glucagon, dan hormon pertumbuhan), sehingga meningkatkan
kadar glukosa darah.
3. Perubahan gaya hidup
Pada orang secara genetik rentan terkena DM karena perubahan gaya hidup,
menjadikan seseorang kurang aktif sehingga menimbulkan kegemukan dan
beresiko tinggi terkena diabetes melitus.
4. Kehamilan

9
Kenaikan kadar estrogen dan hormon plasental yang berkaitan dengan
kehamilan, yang mengantagoniskan insulin.
5. Usia
Usia diatas 65 tahun cenderung mengalami diabetes melitus
6. Obesitas
Obesitas dapat menurunkan jumlah reseptor insulin di dalam tubuh. Insulin
yang tersedia tidak efektif dalam meningkatkan efek metabolik.
7. Antagonisasi efek insulin yang disebabkan oleh beberapa medikasi, antara
lain diuretic thiazide, kortikosteroid adrenal, dan kontraseptif hormonal.

1.3 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala diabetes melitus yaitu:
a. Poliuria (air kencing keluar banyak) dan polydipsia (rasa haus yang
berlebih) yang disebabkan karena osmolalitas serum yang tinggi akibat
kadar glukosa serum yang meningkat.
b. Anoreksia dan polifagia (rasa lapar yang berlebih) yang terjadi karena
glukosuria yang menyebabkan keseimbangan kalori negatif.
c. Keletihan (rasa cepat lelah) dan kelemahan yang disebabkan penggunaan
glukosa oleh sel menurun.
d. Kulit kering, lesi kulit atau luka yang lambat sembuhnya, dan rasa gatal
pada kulit.
e. Sakit kepala, mengantuk, dan gangguan pada aktivitas disebabkan oleh
kadar glukosa intrasel yang rendah.
f. Kram pada otot, iritabilitas, serta emosi yang labil
akibat ketidakseimbangan elektrolit.
g. Gangguan penglihatan seperti pemandangan kabur yang disebabkan karena
pembengkakan akibat glukosa.
h. Sensasi kesemutan atau kebas di tangan dan kaki yang disebabkan
kerusakan jaringan saraf.
i. Gangguan rasa nyaman dan nyeri pada abdomen yang disebabkan karena
neuropati otonom yang menimbulkan konstipasi.
j. Mual, diare, dan konstipasi yang disebabkan karena dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit serta neuropati otonom.

10
1.4 Komplikasi
Komplikasi dari diabetes diklasifikasikan menjadi komplikasi akut dan
komplikasi kronik. Komplikasi akut terjadi karena intoleransi glukosa yang
berlangsung dalam jangka waktu pendek yang mencakup:
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dimana glukosa dalam darah mengalami
penurunan dibawah 50 sampai 60 mg/dL disertai dengan gejala
pusing,gemetar, lemas, pandangan kabur, keringat dingin, serta penurunan
kesadaran.
b. Ketoasidosis Diabetes (KAD)
KAD adalah suatu keadaan yang ditandai dengan asidosis metabolic akibat
pembentukan keton yang berlebih.
c. Sindrom nonketotik hiperosmolar hiperglikemik (SNHH)
Suatu keadaan koma dimana terjadi ganagguan metabolisme yang
menyebabkan kadar glukosa dalam darah sangat tinggi, menyebabkan
dehidrasi hipertonik tanpa disertai ketosis serum.

Komplikasi kronik biasanya terjadi pada pasien yang menderita diabetes


mellitus lebih dari 10 – 15 tahun. Komplikasinya mencakup:
a. Penyakit makrovaskular (Pembuluh darah besar): biasanya penyakit ini
memengaruhi sirkulasi koroner, pembuluh darah perifer, dan pembuluh
darah otak.
b. Penyakit mikrovaskular (Pembuluh darah kecil): biasanya penyakit ini
memengaruhi mata (retinopati) dan ginjal (nefropati); kontrol kadar gula
darah untuk menunda atau mencegah komplikasi mikrovaskular maupun
makrovaskular.
c. Penyakit neuropatik: memengaruhi saraf sensori motorik dan otonom yang
mengakibatkan beberapa masalah, seperti impotensi dan ulkus kaki.
.

11
C. Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Perubahan Kardiovaskuler

1. Kasus
Seorang lansia laki-laki berusia 75 tahun tinggal di panti jompo bersama dengan istrinya
(68 tahun). Lansia mengeluh lemas serasa ingin pingsan.Akhi-akhir ini lansia mengeluh
sering haus, sering BAK terutama di malam hari, sering merasa lapar, berat badan turun 5
kg dalam satu bulan terakhir. Lansia juga mengeluh mudah lelah, kesemutan pada jari
tangan dan kaki, pandangan kabur seperti ada kabut putih. Hasil pemerikasaan GDS
lansia dalam 3 hari terakhir : 320 mg/dl, 201 mg/dl, 375 mg/dl. Istri mengatakan lansia
lebih banyak berbaring di tempat tidur sambil menonton TV sambil makan cemilan, tidak
mau ikut kegiatan senam ataupun kegiatan seni lainnya. Istri mengakatan tidak tau
tentang penyakit suaminya. Lansia mendapatkan injeksi insulin 1x/hari, tetapi jarang
diinjeksikan karena lansia mengganggap penyakitnya adalah penyakit tua. Istri
mengatakan sering bertengkar karena lansia mengalami penurunan pendengaran. Lansia
sering nonton TV dengan volume yang kencang, berbicara kepada istri dengan nada
tinggi dan berteriak. Namun lansia menganggap istri tidak pernah mendengarkan
perkataannya. Istri mengatakan sudah menjawab namun sambil mengerjakan sesuatu
dengan jarak yang cukup jauh.

2. Pengkajian Individu Keperawatan Kesehatan


Lansia

Tanggal masuk :
Nama Panti : Panti Jompo Cahaya Amanah Limo

I. IDENTITAS DIRI KLIEN


Nama : Tn. X
Umur : 75 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan Terakhir : SMP

12
Sumber Informasi : Klien dan istri
Keluarga yang dapat dihubungi :
Diagnosis medis (bila ada) : Diabetes Mellitus

II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Keluhan Utama
Klien mengeluh lemas serasa ingin pingsan. Akhir - akhir ini klien mengeluh
sering haus, sering mengalami BAK terutama di malam hari, sering merasa
lapar dan berat badan turun 5 kg dalam satu bulan terakhir. Klien juga
mengeluh mudah lelah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, pandangan kabur
seperti ada kabut putih.
4P (poliuri, polifagi, polidipsi, pruritus):
a. sering kencing (poliuri)
b. sering merasa lapar (polifagia)
c. haus berlebihan (polidipsi)
d. (pruritus)

2. Kronologi keluhan
a. Faktor pencetus : Usia lanjut, gaya hidup, pengobatan tidak
efektif (injeksi insulin tidak dilakukan secara
teratur)
b. Timbulnya keluhan : ( ) mendadak ( √ ) bertahap
c. Lamanya : (dt: 1 tahun)
d. Tindakan utama mengatasi : Klien mendapatkan injeksi insulin 1x/hari

III. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU

Klien tidak memiliki riwayat kesehatan sebelumnya (dt: klien sudah memiliki DM
sejak 1 tahun yang lalu).
IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Tidak ada dikasus (dt : ayah klien memiliki riwayat DM).


V. STATUS PEMERIKSAAN FISIK

13
A. Keadaan Umum
1. Tanda-tanda vital :
a. Tekanan Darah (TD) : (dt: 130/80 mmHg)
b. Nadi : (dt: 78x / menit)
c. RR : (dt: 23x / menit)
d. Suhu : (dt: 36,5 derajat celcius)
e. Tinggi Badan : (dt: 165 cm)
f. Berat Badan : (dt: bb awal : 53 kg bb ; sekarang: 48 kg)
g. IMT : 17,6 (Berat badan KURANG)
Penghitungan BMI = bb:tb² = 48:2,72 =
17,6
Kategori berat badan:
a. Dibawah 18,5 = berat badan kurang
b. 18,5 – 22,9 = berat badan normal
c. 23-29,9 = berat badan berlebih (kecenderungan obesitas)
d. 30 ke atas = obesitas

2. Kepala dan Rambut


a. Inspeksi : rambut berwarna putih, tidak ada lesi, tidak ada ketombe,
tidak ada kerontokan rambut, penyebaran rambut merata
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada kepala, tidak ada benjolan

3. Mata
a. Inspeksi : simetris, konjungtiva tidak anemis, tidak ada strabismus, pupil
isokor, sklera anikterik, tidak memakai kacamata, pandangan kabur
seperti ada kabut putih
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada kedua mata, tidak teraba massa

4. Hidung
a. Inspeksi : tidak ada benjolan dan tidak ada lesi, simetris, tampak bersih
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada hidung, tidak ada hambatan jalan
napas

14
5. Telinga
a. Inspeksi : Kedua telinga simetris, di kedua telinga terdapat sedikit
kotoran dan mengeras
b. Palpasi : terasa nyeri tekan di telinga, uji test weber didapatkan hasil
pendengaran : telinga sebelah kanan tidak dapat mendengar
(konduktif) sedangkan telinga kiri sensorineural, uji test schwabach :
telinga sebelah kanan memendek dan telinga sebelah kiri memanjang

6. Mulut
a. Inspeksi : mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak ada karies
gigi, tidak ada tonsilitis
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada rahang

7. Leher
a. Inspeksi : Tidak ada benjolan/pembesaran kelenjar tiroid, reflek menelan
baik
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada leher

B. Sistem Kardiovaskuler
1. Dada :
Inspeksi : Pengembangan dada simetris kanan dan kiri, tulang dada
terlihat jelas.
Palpasi : Taktil fremitus teraba sama antara kanan dan kiri, depan dan
belakang.
Perkusi : Perkusi dada sonor.
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler.
2. Jantung
Inspeksi : Warna kulit sesuai dengan warna kulit bagian tubuh lainnya.
Palpasi : Tidak ada pembesaran jantung.
Perkusi : Perkusi suara redup
Auskultasi : Tidak terdapat bunyi jantung tambahan.

C. Sistem Pencernaan
Inspeksi : Cekung, tidak terdapat lesi

15
Auskultasi : Bising usus 7x/menit.
Perkusi : Timpani.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

D. Sistem Perkemihan
Inspeksi : BAK > 7x/ hari
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

E. Sistem Integumen
Inspeksi : Kulit tampak pucat dan terdapat kerutan, ada lesi dibagian tangan
kanan atas, kulit kering.
Palpasi : tidak ada nyeri pada kulit, turgor kulit tidak elastic

F. Ekstremitas
1. Ekstremitas atas
Kuku bersih, capilary refil kembali <3 detik, kekuatan otot 4/4
2. Ekstremitas bawah
Kuku bersih, capilary refil kembali <3 detik, telapak kaki pecah-pecah,
kekuatan otot 4/4, warna kulit kaki menjadi hitam, kulit kaki pecah-
pecah, denyut nadi dorsal pedis tidak teraba, serta kaki terasa kebas (baal)

VI. PENILAIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL


A. Pola interaksi dengan lingkungan
Hubungan klien dengan lingkungan di panti jompo kurang baik
B. Bahasa
Klien menggunakan bahasa Indonesia sehari – hari
C. Perhatian dengan orang lain/lawan bicara
Klien mengalami gangguan interaksi karena mengalami penurunan kemampuan
pendengaran
D. Keadaan emosi
Klien mengalami control emosi yang kurang baik (suka marah – marah) dan
sensitif
E. Persepsi klien tentang kondisinya
Klien merasa tidak mengalami gangguan pendengaran dan menganggap
16
penyakit yang sedang di alami sekarang adalah penyakit tua
F. Konsep diri
1. Gambaran diri
Klien tidak merasa tidak menerima keadaan fisik dan penyakit terhadap
tubuhnya saat ini .
2. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat pulang dan sembuh agar bisa berkumpul
dengan keluarganya
3. Harga diri
Klien merasa tidak dihargai oleh istrinya
4. Peran diri
Klien mengatakan perannya sebagai kepala keluarga saat ini tidak efisein
dan tidak baik
5. Identitas diri
Klien menyadari identitasnya sebagai kepala keluarga bagi istrinya dan
klien menyadari identitas pribadi saat ini

G. Spiritual
Klien merasa malas melakukan ibadah sesuai dengan kepercayaannya dan tidak
mau mengikuti kegiatan ibadah.

I. PENILAIAN KEMANDIRIAN LANSIA


A. INDEKS KATZ
1. Mandi (ke kamar mandi, menggosok bagian tubuh, gosok gigi
Tanpa bantuan
Dengan menggunakan bantuan tapi hanya untuk satu bagian tubuh (misalnya:
menggosok bagian punggung/kaki)
Dengan bantuan lebih dari satu bagian tubuh
2. Berpakaian (memakai dan melepaskan pakaian dan melakukannya dengan
cepat) Memakai pakaian komplit tanpa bantuan
Memakai pakaian tanpa bantuan, tapi kegiatan tertentu memerlukan asisten,
seperti: memakai/mengikat tali sepatu
Memakai pakaian komplit dengan bantuan

17
3. Toilet (pergi ke toilet, untuk BAB dan BAK, membersihkan diri sendiri serta
memakai baju/celana sendiri)
Dapat pergi ke toilet, membersihkan sendiri dan menata baju/celana tanpa
antuan sama sekali
Membutuhkan bantuan untuk pergi ke toilet, membersihkannya, memakai
pakaian setelah eliminasi
Tidak bisa pergi ke toilet sendiri
4. Pergerakan
Bergerak dari dan ke tempat tidur kursi tanpa bantuan/ asisten (mungkin bisa
juga dengan pegangan/ tongkat penyangga)
Bergerak dari dan ke tempat tidur dengan bantuan/ asisten
Tidak dapat bergerak dari tempat tidur sama sekali
5. Continence
Dapat mengontrol saat BAK dan BAB dengan
sendiri Kadang tidak dapat mengontrol saat BAK
dan BAB sendiri
Membutuhkan bantuan serta supervisi untuk mengontrol BAK
dan BAB atau dengan penggunaan kateter

6. Makan
Makan sendiri tanpa bantuan
Makan sendiri tetapi membutuhkan bantuan untuk memotong
makanan seperti daging, sayur ataupun buah
Makan dengan bantuan/ makan melalui IV fluids/ tubes

Keterangan :
= mengindikasikan kemandirian
= mengindikasikan ketegantungan

Hasil Penilaian :
Klien masih bisa melakukan aktivitas secara mandiri tetapi klien tidak mau melalukan
aktivitas karena malas yang sangat kuat.

KATEGORI :

A – Ketidaktergantungan dalam semua fungsi keenam fungsi

18
B – Ketidaktergantungan dalam semua hal tetapi masih ada fungsi yang tidak bisa
dilakukan
C – Ketidaktergantungan dalam semua fungsi tetapi tidak bisa mandi sendiri dan satu
tambahan fungsi lainnya
D – Ketidaktergantungan dalam semua fungsi tetapi tidak bisa mandi,
berpakaian, dan satu tambahan fungsi lainnya
E – Ketidaktergantungan dalam semua fungsi tetapi tidak bisa mandi, berpakaian,
toilet dan satu fungsi lainnya
F - Ketidaktergantungan dalam semua fungsi tetapi tidak bisa mandi, berpakaian,
toilet, bergerak dan satu fungsi lainnya
G – Tergantung dalam semua fungsi tersebut

A. BARTHEL INDEKS
No. Aktifita Dengan Tanpa
s Bantuan Bantuan
1 Makan (jika makan harus dipotong terlebih dahulu berarti 5 10
memerlukan bantuan)
2 Bergerak dari kursi roda ke tempat tidur dan kembali 5-10 15
(termasuk duduk tegak di tempat tidur)
3 Personal toilet (mencuci muka, menyisir rambut, bercukur, 0 5
membersihkan gigi)
4 Duduk dan berdiri dari toilet (cara memegang pakaian, 5 10
mengelap, menyiram WC)
5 Mandi sendirik 0 5
6 Berjalan di permukaan yang berbeda (jika tidak bisa berjalan 10 15
penggunaan kursi roda)
7 Naik turun tangga 5 10
8 Berpakaian (termasuk didalamnya mengikat tali sepatu 5 10
mengencangkan dan mengendorkannya)
9 Mengontrol BAB 5 10
10 Mengontrol BAK 5 10
Jumlah 95

19
Hasil Penilaian :
Dari hasil perhitungan test barthel indeks didapatkan nilai sebanyak 95 dengan
masalah ketergantungan ringan
Penilaian:
0-20 : ketergantungan
21-61: ketergantungan berat/ sangat tergantung
62-90: ketergantungan berat
91-99: ketergantungan ringan
100 : mandiri

VII. PENGKAJIAN STATUS MENTAL


A. SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONARE (SPMSQ)
Benar Salah No. Pertanyaa
n
√ 1 Tanggal berapa hari ini (tanggal bulan, tahun)?
√ 2 Hari apa hari ini?
√ 3 Apa nama tempat ini?
√ 4 Dimana alamat anda?
√ 5 Berapa umur anda sekarang?
√ 6 Tanggal, bulan dan tahun anda dilahirkan?
√ 7 Siapa presiden kita saat ini?
√ 8 Siapa presiden sebelumnya?
√ 9 Siapa nama ibu anda?
√ 10 Berapakah 20-3? Hasilnya dikurang 3 dan seterusnya?
Jumlah

Hasil Penilaian :
Dari hasil SPMSQ didapatkan nilai 4 dengan masalah Fungsi intelektual kerusakan ringan
Keterangan :
Pertanyaan 1: Benar apabila dapat menyebutkan tanggal, bulan dan tahun yang tepat
Pertanyaan 2: Benar apabila dapat menyebutkan hari
Pertanyaan 3: Benar apabila dapat mendeskripsikan tempat dengan benar
Pertanyaan 4: Benar apabila dapat menyebutkan alamat dengan benar

20
Pertanyaan 5: Benar apabila dapat menjawab umur sesuai dengan kelahirannya
Pertanyaan 6: Benar apabila menjawab tanggal, bulan dan tahun kelahiran
Pertanyaan 7: Benar apabila menyebutkan nama presiden saat ini
Pertanyaan 8: Benar apabila menyebutkan nama presiden sebelumnya
Pertanyaan 9: Benar apabila dapat menyebutkan nama ibunya
Pertanyaan 10: Benar apabila dengan mengurangi dengan benar sampai akhir
Interpretasi:
Skala 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Skala 3-4 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Skala 5-7 : Fungsi inteletual kerusakan sedang
Skala 8-10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
B. MINI MENTAL STATUS EXAMINATION (MMSE)
No. ASPEK KOGNITIF NILA KRITERI
I A
1 ORIENTASI 6 Dapat menyebutkan dengan benar hari,
(Skor maksimum: 10) tanggal, bulan, tahun sekarang, musim
apa, nama tempat, alamat rumah
(jalan, no rumah, kota, kabupaten dan
provinsi), nama presiden sebelumnya,
nama ibu kandung, dan hasil
pengurangan
Bilangan
2 REGISTRASI 2 Pewawancara menyebutkan 3 buah
(Skor maksimum: 3) benda, 1 detik untuk tiap benda.
Kemudian mintalah klien mengulang ke
3 nama tersebut. Berikan satu angka
untuk setiap jawaban yang benar. Bila
masih salah, ulanglah menyebutkan 3
nama tersebut, sampai ia dapat dapat
mengulangnya dengan benar.
Hitunglah jumlah percobaan dan
catatlah (bola,
bendera, pohon)

21
3 ATENSI & KALKULASI 3 Hitunglah berturut-turut selang 7 mulai
(Skor maksimum: 5) dari 100 kebawah 1 angka untuk tiap
jawaban yang benar. Berhenti setelah 5
hitungan (93, 86, 79, 72, 65).
Kemungkinan lain ejalah kata “dunia”
dari akhir ke awal (a-i-n-u-d).

4 DAYA INGAT (RECALL) 2 Tanyakanlah kembali nama ke 3 benda


(Skor maksimum: 3) yang telah disebutkan di atas. Berikan 1
angka untuk setiap jawaban yang
benar.
5 BAHASA 6 a. Apakah benda-benda ini
(Skor maksimum: 9) (Perlihatkan pensil dan arloji) (2
angka)
b. Ulangi kalimat berikut, “Jika
Tidak Dan Atau Tapi.” (1 angka)
c. Laksanakan 3 buah perintah ini,
“Peganglah selembar kertas
dengan tangan kananmu, lipatlah
kertas dengan tangan kananmu,
lipatlah kertas itu pada
pertengahan dan letakkanlah di
lantai.” (3 angka)
d. Bacalah dan laksanakan perintah
berikut: “Pejamkan mata anda!”
(1 angka )
e. Tulislah sebuah kalimat (1 angka)
f. Tirulah gambar ini (1 angka)

22
TOTAL SKOR 19

Hasil Penilaian :
Dari hasil pengkajian mmse didapatkan nilai 19 dengan masalah probable gangguan kognitif
Penilaian:
Nilai 24-30: Normal
Nilai 17-23: Probable gangguan kognitif
Nilai 0-16: Definitif gangguan kognitif

3. Analisa Data
DIAGNOSA
Analisa Data Masalah Keperawatan
DO: Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
pada Tuan G Usia 75 Tahun
- Warna kulit kaki tampak hitam
- Kulit kaki tampak pecah-pecah
- Denyut nadi dorsal pedis tidak teraba
DS:
- Lansia mengatakan serta kaki terasa
kebas (baal)
- Lansia mengeluh kesemutan pada jari
tangan dan kaki
- Lansia mengeluh pandangan kabur
seperti ada kabut putih.

23
DO : Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa
- Hasil pemeriksaan GDS lansia dalam 3 Darah pada Tuan G Usia 75 Tahun.
hari terakhir: 320mg/dl, 201 mg/dl, (Nanda;00179 hal.187)
375mg/dl
- TTV:
Tekanan darah: 130/80
Nadi : 88x/ menit
Respirasi: 22x/ menit
Suhu: 36 derajat celcius
CRT < 3 detik
DS :
- Akhir-akhir ini lansia mengeluh sering
haus
- Lansia mengeluh sering BAK terutama
di malam hari
- Lansia mengeluh sering merasa lapar

DO: Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan


- Lansia mendapatkan injeksi insulin 1 pada Tuan G Usia 75 Tahun
kali perhari, tetapi jarang diinjeksikan
DS :
- Istri mengatakan lansia lebih banyak
berbaring di tempat tidur sambil
menonton TV sambil makan cemilan.
- Istri mengatakan lansia tidak mau ikut
kegiatan senam ataupun kegiatan seni
lainnya.
- Istri mengatakan tidak tau tentang
penyakit suaminya.
lansia menganggap penyakitnya adalah
penyakit tua.
DO : - Gangguan Persepsi Sensori Pendengaran
DS : pada Tuan G Usia 75 Tahun
- Istri mengatakan sering bertengkar
karena lansia mengalami penurunan
pendengaran.
- Istri mengatakan Lansia sering nonton
TV dengan volume yang kencang

24
- Istri mengatakan Lansia sering berbicara
kepada istri dengan nada tinggi dan
berteriak. Namun lansia menganggap
istri tidak pernah mendengarkan
perkataannya.
- Istri mengatakan sudah menjawab
namun sambil mengerjakan sesuatu
dengan jarak yang cukup jauh.

25
Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1 Ketidakefektifan (NOC hal. 653) (NIC hal. 570)
Perfusi Jaringan Setelah dilakukan tindakan Manajemen sensasi perifer (NIC
Perifer pada Tuan G keperawatan selama 3 kali 24 hal. 2660)
Usia 75 Tahun (Nanda jam, diharapkan resiko  Monitor adanya daerah
00204 hal. 253) ketidakefektifan perfusi jaringan tertentu yang hanya peka
perifer pada tuan A usia 75 terhadap
tahun dapat teratasi dengan panas/dingin/tajam/tumpul
kriteria hasil:  Monitor adanya paretese
 lnstruksikan keluarga untuk
Perfusi jaringan: perifer (NOC mengobservasi kulit jika
hal. 0407) ada isi atau laserasi
 Memantau pengisian  Gunakan sarung tangan
kapiler jari kaki untuk proteksi
 Suhu kulit ujung kaki  Batasi gerakan pada kepala,
dan tangan leher dan punggung
 Kekuatan denyut nadi  Kolaborasi pemberian
karotis analgetik
 Tekanan systole dan
diastole dalam rentang
yang diharapkan
2 Risiko ketidakstabilan (NOC hal.682) (NIC hal.530)
kadar glukosa darah Setelah dilakukan tindakan Manajemen hiperglikemi (NIC
pada tuan G usia 75 keperawatan selama 3 kali 24 2120 hal.180)
tahun. jam, diharapkan resiko ● Monitor kadar glukosa
(Nanda 00179 hal.187) ketidakstabilan kadar glukosa ● Monitor tanda dan gejala
darah pada tuan A usia 75 tahun hiperglikemi
dapat teratasi dengan kriteria ● Berikan insulin sesuai resep
hasil: intruksikan pada pasien dan
keluarga mengenai manajemen
Pengetahuan: manajemen diabetes selama periode sakit,
diabetes (NOC 1820 hal.374) termasuk penggunaan insulin
● Faktor-faktor penyebab dan dan/atau obat oral, monitor
faktor yang berkontribusi asupan cairan, penggantian
● Tanda dan gejala awal karbohidrat, dan kapan mencari
penyakit bantuan petugas kesehatan,
● Peran olahraga dalam sesuai kebutuhan
mengontrol glukosa darah
● Peran diet dalam mengontrol Pengajaran: peresepan obat-obatan
kadar glikosa darah (NIC 5616 hal.297)
● Penggunaan insulin dengan a. Intruksikan pasien mengenai
benar tujuan dan kerja setiap obat
● Pencegahan hiperglikemi b. Bantu pasien dalam membuat
● Pentingnya pemeriksaan jadwal pemakaian obat
dilatasi mata dan pengujian c. Libatkan keluarga/ orang
penglihatan oleh dokter mata terdekat sesuai kebutuhan

3 Ketidakefektifan (NOC hal:635) (NIC hal: 549)


manajemen kesehatan Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Latihan (NIC 0200
diri pada tuan G usia keperawatan selama 3 kali 24 hal: 338)
75 tahun. jam, diharapkan ● Hargai keyakinan individu
Ketidakefektifan manajemen terkait latihan fisik
kesehatan diri pada tuan G usia ● Gali pengalaman individu

26
75 tahun dapat teratasi dengan sebelumnya mengenai latihan
kriteria hasil: fisik
● Pertimbangkan motivasi
Perilaku patuh: Aktivitas yang individu untuk memulai atau
disarankan (NIC 1632 hal:474) melanjutkan program latihan
● Menambah aktivitas ● Gali hambatan untuk melakukan
rekomendasi dengan latihan
profesional kesehatan ● Lakukan layihan bersama
● Mengidentifikasi manfaat individu, jika diperlukan
yang diharapkan dari ● Informasikan individu
aktivitas fisik mengenai manfaat kesehatan
● Mengindentifikasi hambatan dan efek fisiologis latihan
untuk melaksanakan ● Monitor kepatuhan individu
aktivitas fisik yang terhadap program latihan
ditentukan
● Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik sehari-hari Manajement Obat (NIC 238
yang ditentukan hal:199)
● Tentukan kemampuan pasien
Manajement Diri: Diabetes untuk mengobati diri sendiri
(NOC 1619 hal: 285) dengan cara yang tepat
● Menjalankan aturan ● Monitor efektifitas cara
pengobatan sesuai resep pemberian obat yang sesuai
● Memantau glukosa darah ● Pertimbangkan pengetahuan
● Mengikuti diet yang pasien mengenai obat-obatan
direkomendasikan ● Pantau kepatuahn mengenai
● Mengikuti level aktivitas regimen obat
yang direkomendasikan ● Pertimbangkan faktor-faktor
● Memantau Berat Badan yang dapat menghalangi pasien
● Menggunakan strategi untuk mengonsumsi obat yang
kontrol yang efektif diresepkan
● Menggunakan prosedur yang ● Ajarkan pasien dan/atau
tepat untuk mengelola anggota keluarga mengenai
insulin metode pemberian obat yang
sesuai
● Ajarkan pasien dan/atau
anggota keluarga mengenai
tindakan dan efek samping yang
diharapkan dari obat

4 Gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan a. Kaji penyebab adanya gangguan


sensori pendengaran keperawatan selama 3 kali 24 pendengaran
pada tuan G usia 75 jam, diharapkan Gangguan b. Bersihkan telinga, pertahankan
tahun persepsi sensori pendengaran komunikasi
pada tuan G usia 75 tahun dapat c. Berbicara pada telinga yang
teratasi dengan kriteria hasil: masih baik dengan suara yang
● Mampu membaca gerakan tidak terlalu keras
bibir lawan bicara d. Berbicara secara perlahan-lahan
(dipertahankan pada 1, jelas, dan tidak terlalu panjang
ditingkatkan ke 4) e. Beri kesempatan klien untuk
● Mampu menggunakan menjawab pertanyaan
peralatan pendengaran f. Gunakan sikap dan gerakan /
secara kontinue objek untuk memudahkan
(dipertahankan pada 1, persepsi klien

27
ditingkatkan ke 4) g. Beri sentuhan untuk menarik
● Mengingatkan orang lain perhatian sebelum memulai
untuk menggunakan teknik pembicaraan
untuk meningkatkan atau h. Beri motivasi dan reinforcement
mempertahankan fungsi i. Kolaborasi untuk menggunakan
pendengarannya alat bantu pendengaran (jika
(dipertahankan pada 1, diperlukan)
ditingkatkan ke 3). j. Lakukan pemeriksaan secara
berkala

28

Anda mungkin juga menyukai