Disusun oleh:
Nur Fitriah 1710711049
Nurul Fatihah Auliani 1710711076
Husna Maharani 1710711078
Sanaya Azizah Puteri 1710711079
Riski Dwiana 1710711080
Ghina Regiana 1710711082
2. Konsep Alzheimer/Dementia
A. Definisi
Demensia merupakan hilangnya ingatan yang bisa timbul bersama dengan gejala
gangguan perilaku maupun psikologis pada seseorang (Ikawati, 2009). Gambaran paling awal
berupa hilangnya ingatan mengenai peristiwa yang baru berlangsung. Terganggunya intelektual
seseorang dengan Demensia secara signifikan mempengaruhi aktivitas normal dan hubungan.
Mereka juga kehilangan kemampuan untuk mengontrol emosi dan memecahkan sebuah masalah,
sehingga bukan tidak mungkin mereka mengalami perubahan kepribadian dan tingkah laku.
Penyakit Alzheimer adalah penyakit degeneratif otak dan penyebab paling umum dari
demensia. Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan gangguan degeneratif
otak dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif, dan kemampuan untuk merawat diri (Suddart,
&Brunner, 2002). Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan penurunan daya
ingat, intelektual dan kepribadian. Tidak dapat disembuhkan, pengobatan ditujukan untuk
menghentikan progresivitas penyakit dan meningkatkan kemandirian penderita (Dr. Sofi Kumala
Dewi, dkk, 2008).
Penyakit Alzheimer merupakan sebuah kelainan otak yang bersifat irreversible dan
progresif yang terkait dengan perubahan sel-sel saraf sehingga menyebabkan kematian sel otak.
Penyakit Alzheimer terjadi secara bertahap, dan bukan merupakan bagian dari proses penuaan
normal dan merupakan penyebab paling umum dari demensia. Demensia merupakan kehilangan
fungsi intelektual, seperti berpikir, mengingat, dan berlogika, yang cukup parah untuk mengganggu
aktifitas sehari-hari. Demensia bukan merupakan sebuah penyakit, melainkan sebuah kumpulan
gejala yang menyertai penyakit atau kondisi tertentu. Gejala dari demensia juga dapat termasuk
perubahan kepribadian, mood, dan perilaku.
B. Etiologi
Sampai sekarang belum ada satupun penyebab penyakit ini diketahui, tetapi ada tiga teori
utama mengenai penyebab – penyebabnya :
1. Virus lambat
Akhir – akhir ini teori terbaru adalah yang berkaitan dengan virus lambat. Virus - virus
ini memiliki masa inkubasi 2-30 tahun sehingga transmisinya sulit dibuktikan. Beberapa jenis
tertentu dari ensefalopati viral (pada jenis khusus, yaitu bovine spongiform ensefalopati dapat
menyebabkan penyakit Creutzfeldt – Jacob varian baru) ditandai oleh perubahan patologis yang
menyerupai plak senilis pada penyakit Alzheimer.
2. Proses autoimun
Teori Autoimun bedasarkan pada adanya peningkatan kadar antibodi – antibodi reaktif
terhadap otak pada penderita Alzheimer. Ada dua tipe Amigdaloid (suatu kompleks protein
dengan ciri seperti pati yang diproduksi dan dideposit pada keadaan – keadaan patologis
tertentu), yang satu terdiri atas rantai – rantai IgG dan yang satu lagi komposisinya tidak
diketahui. Teori ini menyatakan bahwa kompleks antigen – antibodi dikatabolisasi oleh fagosit
dan fragmen – fragmen immunoglobulin dihancurkan di dalam lisosom sehingga terbentuk
deposit amigdaloid ekstraselular.
3. Keracunan alumunium
Teori keracunan aluminium menyatakan bahwa karena aluminium bersifat neurotoksik
sehingga dapat menyebabkan perubahan neurofibrilar pada otak. Deposit aluminium
C. Faktor Resiko
D. Patofisiologi
Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang dijumpai pada
penyakit Alzheimer. Antara lain serabut neuron yang kusut (massa kusut neuron yang tidak
berfungsi) dan plak senil atau neuritis (deposit protein betaamiloid, bagian dari suatu protein besar,
protein prekursor amiloid [APP]. Kerusakan neuron tersebut terjadi secara primer pada korteks
serebri dan mengakibatkan rusaknya ukuran otak. Perubahan serupa juga dijumpai pada tonjolan
kecil jaringan otak normal lansia. Sel utama yang terkena penyakit ini adalah yang menggunakan
neurotransmiter asetilkolin. Secara biokimia, produksi asetilkolin yang dipengaruhi aktifitas enzim
menurun. Asetilkolin terutama terlihat dalam proses ingatan (Muttaqin, 2008).
Secara maskroskopik, perubahan otak pada Alzheimer melibatkan kerusakan berat
neuron korteks dan hippocampus, serta penimbunan amiloid dalam pembuluh darah intracranial.
Secara mikroskopik, terdapat perubahan morfologik (struktural) dan biokimia pada neuron-neuron.
Perubahan morfologis terdiri dari 2 ciri khas lesi yang pada akhirnya berkembang menjadi
degenarasi soma dan/atau akson dan/atau dendrit. Satu tanda lesi pada AD adalah kekusutan
neurofibrilaris yaitu struktur intraselular yang berisi serat kusut dan sebagian besar terdiri dari
protein “tau”. Dalam SSP, protein tau sebagian besar sebagai penghambat pembentuk structural
yang terikat dan menstabilkan mikrotubulus dan merupakan komponen penting dari sitokleton sel
neuron. Pada neuron AD terjadi fosforilasi abnormal dari protein tau, secara kimia menyebabkan
perubahan pada tau sehingga tidak dapat terikat pada mikrotubulus secara bersama-sama. Tau yang
abnormal terpuntir masuk ke filament heliks ganda yang sekelilingnya masing-masing terluka.
Dengan kolapsnya system transport internal, hubungan interseluler adalah yang pertama kali tidak
berfungsi dan akhirnya diikuti kematian sel. Pembentukan neuron yang kusut dan berkembangnya
neuron yang rusak menyebabkan Alzheimer (Muttaqin, 2008).
Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta amiloid (A-beta) yang
terbentuk dalam cairan jaringan di sekeliling neuron bukan dalam sel neuronal. A-beta adalah
fragmen protein prekusor amiloid (APP) yang pada keadaan normal melekat pada membrane
neuronal yang berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan neuron. APP terbagi menjadi fragmen-
fragmen oleh protease, salah satunya A-beta, fragmen lengket yang berkembang menjadi gumpalan
yang bisa larut. Gumpalan tersebut akhirnya bercampur dengan sel-sel glia yang akhirnya
membentuk fibril-fibril plak yang membeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan diyakini beracun
bagi neuron yang utuh. Kemungkinan lain adalah A-beta menghasilkan radikal bebas sehingga
mengganggu hubungan intraseluler dan menurunkan respon pembuluh darah sehingga
mengakibatkan makin rentannya neuron terhadap stressor. Selain karena lesi, perubahan biokimia
dalam SSP juga berpengaruh pada AD. Secara neurokimia kelainan pada otak (Muttaqin, 2008).
E. Manifestasi Klinis
Gejala Alzheimer Berdasarkan National Alzheimer ‘s Association (2003), dibagi menjadi 3 tahap,
yaitu:
1) Gejala Ringan (lama penyakit 1-3 tahun)
Lebih sering bingung dan melupakan informasi yang baru dipelajari
Disorientasi : tersesat di daerah sekitar yang dikenalnya dengan baik
Bermasalah dalam melaksanakan tugas rutin
Mengalami perubahan dalam kepribadian dan penilaian, misalnya mudah tersinggung,
mudah menuduh ada yang mengambil barangnya, bahkan menuduh pasangannya selingkuh
2) Gejala sedang (lama penyakit 3-10 tahun)
Kesulitan dalam mengerjakan aktivitas hidup sehari-hari seperti makan dan mandi
Perubahan tingkah laku, misalnya sedíh dan emosi
Mengalami gangguan tidur
Keluyuran
Kesulitan mengenali keluarga dan teman(pertama-tama yang akan sulit untuk dikenali
adalah orang-orang yang paling jarang ditemuinya, mulai dari nama ingá tidak mengenali
wajah sama sekali, kemudian bertahap kepada orang-orang yang cukup jarang ditemui)
3) Gejala berat (lama penyakit 8-12 tahun)
Sulit / kehilangan kemampuan berbicara
Kehilangan napsu makan, menurunya berat badan
Sangat tergantung pada caregiver/pengasuh
Perubahan perilaku misalnya : Mudah curiga, depresi, apatis atau mudah mengamuk
F. Gejala Klinis
Kehilangan daya ingat/memori, terutama memori jangka pendek.
Kesulitan melakukan aktivitas rutin
Kesulitan berbahasa
Disorientasi waktu dan tempat
Penurunan dalam memutuskan sesuatu atau fungsi eksekutif
Salah menempatkan barang
Perubahan tingkah laku
Perubahan perilaku
Kehilangan inisiatif
G. Komplikasi
Kehilangan memori, gangguan penilaian dan perubahan kognitif lain dapat disebabkan
oleh Alzheimer. Seseorang dengan penyakit Alzheimer mungkin tidak dapat berkomunikasi.
Penyakit Alzheimer dapat berkembang menjadi tahap akhir, perubahan otak mulai
mempengaruhi fungsi fisik, seperti menelan, keseimbangan, dan kontrol usus dan kandung kemih.
Efek ini dapat meningkatkan kerentanan terhadap masalah kesehatan tambahan seperti :
1. Pneumonia dan infeksi lainnya
Orang dengan Alzheimer menjadi semakin rentan untuk jatuh. Jatuh dapat
menyebabkan patah tulang. Selain itu, jatuh adalah penyebab umum dari cedera kepala serius.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi neuropatologi. Secara
umum didapatkan :
Atropi yang bilateral, simetris lebih menonjol pada lobus temporoparietal, anterior frontal,
sedangkan korteks oksipital, korteks motorik primer, sistem somatosensorik tetap utuh.
Berat otaknya berkisar 1000 gr (850-1250gr).
Fungsi pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya
gangguan fungsi kognitif umum dan mengetahui secara rinci pola defisit yang terjadi.
Test psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan oleh beberapa
bagian otak yang berbeda-beda seperti gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi,
perhatian dan pengertian berbahasa.
Evaluasi neuropsikologis yang sistematik mempunyai fungsi diagnostik yang penting
karena :
1) Adanya defisit kognisi: berhubungan dgn demensia awal yang dapat diketahui bila terjadi
perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan yang normal.
2) Pemeriksaan neuropsikologik secara komprehensif : untuk membedakan kelainan kognitif
pada global demensia dengan deficit selektif yang diakibatkan oleh disfungsi fokal, faktor
metabolik, dan gangguan psikiatri
3) Mengidentifikasi gambaran kelainan neuropsikologik yang diakibatkan oleh demensia
karena berbagai penyebab.
3. CT scan dan MRI
Merupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk melihat kwantifikasi
perubahan volume jaringan otak pada penderita Alzheimer antemortem, berfungsi untuk:
1) Menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab demensia lainnya selain alzheimer seperti
multiinfark dan tumor serebri. Atropi kortikal menyeluruh dan pembesaran ventrikel
keduanya merupakan gambaran marker dominan yang sangat spesifik pada penyakit ini
2) Penipisan substansia alba serebri dan pembesaran ventrikel berkorelasi dengan beratnya
gejala klinik dan hasil pemeriksaan status mini mental
Peningkatan intensitas pada daerah kortikal dan periventrikuler (Capping anterior horn
pada ventrikel lateral). Capping ini merupakan predileksi untuk demensia awal. Selain
didapatkan kelainan di kortikal, gambaran atropi juga terlihat pada daerah subkortikal seperti
adanya atropi hipokampus, amigdala, serta pembesaran sisterna basalis dan fissura sylvii. MRI
lebih sensitif untuk membedakan demensia dari penyakit alzheimer dengan penyebab lain,
dengan memperhatikan ukuran (atropi) dari hipokampus.
4. EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang pada penyakit
alzheimer didapatkan perubahan gelombang lambat pada lobus frontalis yang non spesifik
5. PET (Positron Emission Tomography) dan SPECT (Single Photon Emission Computed
Tomography)
I. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan
patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya memberikan
rasa puas pada penderita dan keluarga. Pemberian obat stimulan, vitamin B, C, dan E belum
mempunyai efek yang menguntungkan.
1. Inhibitor kolinesterase
Beberapa tahun terakhir ini, banyak peneliti menggunakan inhibitor untuk pengobatan
simptomatik penyakit Alzheimer, dimana penderita Alzheimer didapatkan penurunan kadar
asetilkolin. Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti kolinesterase
yang bekerja secara sentral seperti fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine). Pemberian
obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori dan apraksia selama pemberian berlangsung.
Beberapa peneliti mengatakan bahwa obat-obatan anti kolinergik akan memperburuk
penampilan intelektual pada organ normal dan penderita Alzheimer .
2. Thiamin
Pada penderita Alzheimer, sering kali terjadi gangguan psikosis (delusi, halusinasi) dan
tingkah laku. Pemberian oral haloperiodol 1-5 mg/hari selama 4 mgg akan memperbaiki gejala
tersebut. Bila penderita Alzheimer menderita depresi sebaiknya diberikan tricyclic anti
depressant (aminitryptiline25-100 mg/hari).
6. Acetyl L-Carnitine (ALC)
PENGKAJIAN INDIVIDU
KEPERAWATAN KESEHATAN LANSIA
3. Mata
Penglihatan sudah mulai berkurang
4. Hidung
Opa A hidung bagus dan simetris
5. Telinga
Opa A pendengarannya masih baik
6. Mulut
Mukosa mulut lembab, gigi tidak bersih
7. Leher
Trakea simetris, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
B. Sistem Pernafasan
RR: 20x/menit, irama pernafasan normal
C. Sistem Kardiovaskuler
HR: 100x/menit, irama dan denyut jantung normal
D. Sistem Pencernaan
Pencernaan tidak normalkarena Opa A sering lupa kapan terakhir kali dia makan
E. Sistem Perkemihan
Lansia mengatakan sering pergi ke toilet pada malam hari, lansia sering lupa untuk
membersihkan diri sehabis BAK. Tercium bau pesing pada.
F. Sistem Integumen
S: 36,5°C, tidak ada lesi/lebam
G. Ekstremitas
1. Ekstremitas atas
Tidak terdapat luka/lebam
2. Ekstremitas bawah
Tidak tedapat luka/lebam
B. Bahasa
Klien menggunakan Bahasa Indonesia dengan logat Jawa
C. Perhatian dengan orang lain/lawan bicara
Perhatian mudah teralihkan dan tidak mudah focus, jarang melakukan eye-contact dengan
lawan bicara
D. Keadaan emosi
Emosi tidak begitu stabil, klien sering mengalami mood swings dan sering tampak murung
E. Persepsi klien tentang kondisinya
Klien mengatakan kondisinya merupakan hal biasa yang dialami oleh orang yang sudah
berumur dan tidak bias disembuhkan
F. Konsep diri
1. Gambaran diri
Klien mengatakan merasa tidak berguna karena penyakitnya
2. Ideal diri
Klien mengatakan dari dulu ingin tinggal bersama anaknya jika sudah tua
3. Harga diri
Klien mengatakan dirinya merupakan beban bagi istrinya yang juga sudah tua
4. Peran diri
Klien mengatakan berperan sbg seorang suami, ayah, dan kakek
5. Identitas diri
Klien seorang laki-laki berusia 86 tahun yg tinggal hanya dgn istri
G. Spiritual
Klien beragama islam dan beribadah shalat 5 waktu setiap hari.
Hasil Penilaian :
Skor salah sebanyak 4, berarti fungsi intelektual lansia mengalami kerusakan ringan
Interpretasi:
Skala 0-2: Fungsi intelektual utuh
Skala 3-4: Fungsi intelektual kerusakan ringan
Skala 5-7: Fungsi inteletual kerusakan sedang
Skala 8-10: Fungsi intelektual kerusakan berat
NO Pertanyaan Ya Tidak
Pilihlah jawaban yang sesuai sebagaimana yang anda
rasakan dalam 1 minggu terakhir.
1 Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan Ya Tida
saat ini k
2 Apakah anda membatalkan banyak dari rencana Ya Tidak
kegiatan minat anda
3 Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong/ Ya Tidak
hampa
4 Apakah anda sering merasa kebosanan Ya Tidak
5 Apakah anda mempunyai suatu harapan/ masa depan Ya Tida
yang baik setiap waktu k
6 Apakah anda terganggu dengan memikirkan kesulitan Ya Tida
anda tanpa jalan keluar k
7 Apakah anda seringkali merasa bersemangat Ya Tidak
8 Apakah anda mengkhawatirkan sesuatu hal yang Ya Tida
buruk akan menimpa anda k
9 Apakah anda seringkali merasa gembira Ya Tidak
10 Apakah anda seringkali merasa tak terbantukan Ya Tidak
11 Apakah anda seringkali merasa gelisah dan resah Ya Tidak
12 Apakah anda lebih menyukai tinggal dirumah Ya Tidak
daripada keluar rumah dan melakukan sesuatu hal
yang baru
13 Apakah anda seringkali mengkhawatirkan masa Ya Tidak
depan anda
14 Apakah anda merasa kesulitan dengan daya ingat Ya Tidak
anda
15 Apakah anda berpikir/bersyukur masih hidup saat ini Ya Tida
k
16 Apakah anda sering merasa kelabu dan berputus asa Ya Tidak
17 Apakah anda merasa tidak berguna saat ini Ya Tidak
18 Apakah anda sering menyesalkan masa lalu anda Ya Tidak
19 Apakah menurut anda hidup ini penuh tantangan Ya Tida
yang menyenangkan k
20 Apakah anda merasa kesulitan mengawali suatu Ya Tidak
kegiatan
21 Apakah anda merasakan penuh daya dan energi Ya Tida
k
22 Apakah menurut anda keadaan yang dihadapi tanpa Ya Tida
harapan k
23 Apakah anda seringkali marah karena alasan sepele Ya Tida
k
24 Apakah menurut anda keadaan orang lain lebih baik Ya Tida
dari anda k
25 Apakah anda sering lupa bagaimana menangis Ya Tida
k
26 Apakah anda sulit berkonsentrasi Ya Tida
k
27 Apakah anda bangun pagi dengan perasaan yang Ya Tida
menyenangkan k
28 Apakah anda lebih suka menghindari acara/sosialisasi Ya Tida
k
29 Apakah mudah bagi anda dalam mengambil Ya Tida
keputusan k
30 Apakah anda berpikiran jernih seperti biasanya Ya Tida
k
JUMLAH ITEM YANG TERGANGGU 18
Hasil Penilaian:
Jumlah item yang terganggu: 18, depresi sedang
Keterangan:
Pertanyaan bila dijawab dengan pilihan “Ya” atau “Tidak” yang bercetak tebal berarti
terganggu: nilai 1, yang tidak bercetak tebal berarti tidak terganggu: nilai 0, jawaban
kemudian dibuat total skornya, bila:
Jakarta,……………………
(…………………………….)
1. ANALISA DATA
No Data Fokus Masalah Keperawatan
1. DS : Hambatan Memori bd Gangguan
Klien mengatakan 2 tahun yang lalu di Kognitif (00131)
diagnosis penyakit Alzheiner, tapi masih bias
melakukan kegiatan sehari-hari.
Klien tidak mampu mengingat kapan terakhir
kali makan
Istri klien mengatakan, klien sering terbangun
di malam hari untuk pergi ke toilet, dan
beberapa kali klien bukannya kembali ke
kamar tidur malah membuka pintu apartemen,
keluyuran diluar dan tidak bias kembali ke
rumah.
DO :
GDS : 18, depresi sedang
MMSE : 20, probable gangguan sedang
SPMSQ : 6, fungsi intelektual lansia
mengalami kerusakan sedang.
2. DS: Pengabaian Diri b.d Gangguan
Klien mulai mengabaikan kebersihan dirinya. Fungsi Kognitif (000193)
Klien mengatakan penglihatan sudah mulai
berkurang.
DO:
Tercium bau pesing.
SPMSQ: 6, fungsi intelektual lansia mengalami
kerusakan sedang.
MMSE: 20, probable gangguan kognitif.
GDS: 18, depresi sedang.
3. DS : Keluyuran bd Gangguan Kognitif
Istri klien mengatakan, klien sering terbangun (00154)
di malam hari untuk pergi ke toilet, dan
beberapa kali klien bukannya kembali ke
kamar tidur malah membuka pintu apartemen,
keluyuran diluar dan tidak bias kembali ke
rumah.
Klien mengatakan ayah klien dulu mempunyai
penyakit yang sama yaitu mudah lupa dan
pernah hilang karena tidak bias pulang ke
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hambatan Memori pada Opa
b. Pengabaian Diri pada Opa
c. Keluyuran pada Opa
d. Inkontinensia Urin Fungsional pada Opa
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
3. Peningkatan Koping
(5230)
Berikan penilaian
[kemampuan]
penyesuaian pasien
terhadap perubahan-
perubahan dalam
citra tubuh, sesuai
dengan indikasi.
Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
informasi yang dia
paling tertarik untuk
dapatkan.
Dukung sikap pasien
terkait dengan
harapan yang
realistis.
Evaluasi kemampuan
pasien dalam
membuat keputusan.
3. Keluyuran bd Setelah dilakukan perawatan, 1. Manajemen Demensia:
Gangguan Kognitif diharapkan : Keluyuran
(00154) 1. Keluyuran yang aman Sertakan anggota
(1926) keluarga dalam
Ketika tidak ditemani, perencanaan,
tetap bertahan di area memberikan, dan
aman. Dipertahankan mengevaluasi
pada skala 3, perawatan, sejauh
ditingkatkan ke skala 5 yang diinginkan
Bergerak hanya disekitar Identifikasi pola
ruang sendiri dan public. biasa dari perilaku
dipertahankan pada skala berkeliaran pasien
3, ditingkatkan ke skala Ingatkan tetangga
5 mengenai perilaku
Tersesat di area aman. keluyuran pasien
dipertahankan pada skala 2. Pembatasan area (6420)
3, ditingkatkan ke skala Batasi pada area yang
5 tepat
2. Kejadian melarikan diri Sediakan pengingat
(1919) secara verbal sesuai
Meninggalkan tempat dengan kebutuhan,
tinggal yang tidak ada untuk tetap berada di
penjaganya. area yang telah
Dipertahankan pada ditentukan
skala 3, ditingkatkan ke Bantu klien untuk
skala 5 memodifikasi perilaku
Terbukannya pintu yang tidak tepat saat
masuk. Dipertahankan dimungkinkan
pada skala 3, 3. Pencegahan melarikan
ditingkatkan ke skala 5 diri (6470)
Monitor tanda-tanda
keinginan melarikan diri
pada klien
Batasi klien dengan
mengatur ruangan yang
lebih aman
Lakukan pemantauan
dengan ketat
4. Inkontinensia Urin Setelah dilakukan asuhan 1. Latihan Kebiasaan
Fungsional keperawatan pada Opa Berkemih (0600)
pada Opa diharapkan masalah Simpan catatan
keperawatan dapat spesifikasi penahanan
teratasi dengan KH: selama 3 hari untuk
membentuk pola
1. Kontinensia Urin (0502) pengosongan
Menjaga pola [kandung kemih].
berkemih yang Tetapkan interval
teratur, dipertahankan jadwal toilet awal,
pada skala 1, berdasarkan pada
ditingkatkan menjadi pola pengosongan
skala 3. [kandung kemih].
Berkemih pada tempat Bantu pasien ke toilet
yang tepat, dan dorong untuk
dipertahankan pada mengosongkan
skala 2, ditingkatkan [kandung kemih]
menjadi skala 5. pada interval waktu
Mengonsumsi cairan yang ditentukan.
dalam jumlah yang Berikan privasi untuk
cukup, dipertahankan aktivitas eliminasi
pada skala 3, yang dilakukan.
ditingkatkan menjadi Gunakan kekuatan
skala 5. sugesti (missal: air)
Memulai dan untuk membantu
menghentikan aliran pasien mngosongkan
urin, dipertahankan kandung kemih.
pada skala 1, Jangan meninggalkan
ditingkatkan menjadi pasien di toilet
skala 3. selama lebih dari 5
menit.
2. Perawatan Diri: Eliminasi Jaga interval
(0310) eliminasi jika
Merespons saat terdapat dua atau
kandung kemih penuh kurang episode
dengan tepat waktu, inkontinensia dalam
dipertahankan pada 24 jam.
skala 3, ditingkatkan Tingkatkan interval
menjadi skala 5. eliminasi dalam satu
Mengelap sendiri setengah jam jika
setelah buang urin, pasien memiliki
dipertahankan pada episode inkontinensia
skala 1, ditingkatkan dalam 48 jam, sampai
menjadi skala 5. 4 jam interval optimal
dicapai.
Daftar Pustaka
Suddarth, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Nisa, Kandita Mahran, dan Rika Lisiswanti. 2016. “Faktor Risiko Demensia Alzheimer.” Majority 5 (4):
86.
Robbins, Stanley. L et all. 2007. Buku Ajar Patologi edisi 7. Buku Kedokteran EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika.
Henry W. Querfurth MD, Ph.D, Frank M. LaFerla PD. Mechanisms of Disease : Alzheimer’s Disease.
NEJM. 2011;362:1-16.
https://www.kemkes.go.id/article/view/16031000003/menkes-lansia-yang-sehat-lansia-yang-jauh-dari-
demensia.html (Diakses pada 10 Mei 2020, 21:00)
Alzheimer’s Disease International, diakses pada www.alz.co.uk (Diakses pada 10 Mei 2020, 21:00)