Referat Peritonitis
Referat Peritonitis
PENDAHULUAN
rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan
terjadilah peritonitis.1,4
resistensi yang menurun, dan adanya benda asing atau enzim pencerna aktif,
1
tergantung dari kemampuan melakukan analisis pada data anamnesis,
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi
akibat penyebaran infeksi dari organ abdomen, perforasi saluran cerna, atau dari
yang hidup dalam kolon (pada kasus ruptura appendik) yang mencakup
obstruksi usus.2
timbul ileus paralitik, usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan
3
2.2. Anatomi dan Fisiologi
Dibagian belakang struktur ini melekat pada tulang belakang sebelah atas pada
iga, dan di bagian bawah pada tulang panggul. Dinding perut ini terdiri dari
berbagai lapis, yaitu dari luar ke dalam, lapis kulit yang terdiri dari kuitis dan sub
kutis, lemak sub kutan dan facies superfisial ( facies skarpa ), kemudian ketiga
bagian depan tengah terdiri dari sepasang otot rektus abdominis dengan fascianya
yang di garis tengah dipisahkan oleh linea alba.1,2 Dinding perut membentuk
rongga perut yang melindungi isi rongga perut. Integritas lapisan muskulo-
bawaan, dapatan, maupun iatrogenik. Fungsi lain otot dinding perut adalah pada
pernafasan juga pada proses berkemih dan buang air besar dengan meninggikan
4
Gambar 1 :Tampak anterior otot dinding abdomen dan penampang melintang otot
abdomen11
Peritoneum terdiri atas dua bagian utama, yaitu peritoneum parietal, yang melapisi
peritoneum visceral, yang menyelaputi semua organ yang berada di dalm rongga
nyeri lepas.1,2 Ruang yang bisa terdapat di antara dua lapis ini disebut ruang
kira 1,8 meter2, sama dengan luas permukaan kulit orang dewasa. Fungsi
5
yang berguna untuk difusi air, elektrolit, makro, maupum mikro sel. Oleh karena
itu peritoneum punya kemampuan untuk digunakan sebagai media cuci darah
yaitu peritoneal dialisis dan menyerap cairan otak pada operasi ventrikulo
serosa).
perempuan mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui tuba uterina, uterus
disebut letak intraperitoneale, seperti pada lambung, jejunum, ileum, dan limpa.
dengan alat viscera lainnya seperti dengan hepar (omentum minus), dengan colon
6
mesoappendix dari colon trnsversum dan sigmoideum disebut mesocolon
mempersarafi kulit dan otot yang ada si sebelah luarnya. Iritasi pada peritoneum
dan sobekan tapi tidak sensitif untuk perabaan, tekanan maupun temperature.4,5
7
perdarahan.1,2,3 Persarafan dinding perut dipersyarafi secara segmental oleh
Sangat penting untuk memahami posisi dari alat-alat viscera abdomen agar
dapat segera mengetahui atau memperkirakan alat apa yang terkena tusukan pada
perut: .
Hepar merupakan suatu organ yang besar yang mengisi bagian atas rongga
abdomen.
Kandung empedu merupakan kantong berbentuk seperti buah per melekat pada
hepar.
umbilicalis
pada lien.
Lien terletak pada bagian atas kiri dari rongga abdomen antara lambung dan
Ren terletak pada dinding belakang abdomen posterior dari peritoneum parietale
Glandula suprarenalis terletak pada dinding belakang abdomen di sisi kana dan
8
Jejunum mengisi bagian atas kiri rongga abdomen dan ileum mengisi bagian
Colon terbentang mengelilingi jejunum dan ileum, terbagi atas caecum, colon
2.3. Etiologi
1. Peritonitis primer
2. Peritonitis sekunder
infeksi. 3,4,5
9
Iritasi bakteri : Perforasi kolon, usus halus, appendix, kista ovarii
pecah, ruptur buli dan ginjal.
Luka/trauma penetrasi, yang membawa kuman dari luar masuk ke
dalam
cavum peritoneal.
3. Peritonitis Tersier
Peritonitis yang mendapat terapi tidak adekuat, superinfeksi
kuman, danakibat tindakan operasi sebelumnya. 2,3
2.4. Patofisiologi
tetapi dapat menetap sebagai pita-pita fibrosa, yang kelak dapat mengakibatkan
obstuksi usus.2
mengalami kebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif,
tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit
meningkatkan curah jantung, tapi ini segera gagal begitu terjadi hipovolemia.2,5
10
dan lumen-lumen usus serta oedem seluruh organ intra peritoneal dan oedem
Hipovolemia bertambah dengan adanya kenaikan suhu, masukan yang tidak ada,
serta muntah.2
sulit dan menimbulkan penurunan perfusi. Bila bahan yang menginfeksi tersebar
luas pada permukaan peritoneum atau bila infeksi menyebar, dapat timbul
berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian menjadi atoni dan
dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oliguria. Perlekatan dapat terbentuk antara
Sumbatan yang lama pada usus atau obstruksi usus dapat menimbulkan
peristaltik usus sebagai usaha untuk mengatasi hambatan. Ileus ini dapat berupa
ileus sederhana yaitu obstruksi usus yang tidak disertai terjepitnya pembuluh
darah dan dapat bersifat total atau parsial, pada ileus stangulasi obstruksi disertai
terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemi yang akan berakhir dengan
nekrosis atau ganggren dan akhirnya terjadi perforasi usus dan karena penyebaran
disebabkan kuman S. Typhi yang masuk tubuh manusia melalui mulut dari makan
11
dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung,
sebagian lagi masuk keusus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di
dan perforasi intestinal dapat terjadi, perforasi ileum pada tifus biasanya terjadi
pada penderita yang demam selama kurang lebih 2 minggu yang disertai nyeri
kepala, batuk dan malaise yang disusul oleh nyeri perut, nyeri tekan, defans
peritonitis akut. Penderita yang mengalami perforasi ini tampak kesakitan hebat
seperti ditikam di perut. Nyeri ini timbul mendadak terutama dirasakan di daerah
epigastrium karena rangsangan peritonium oleh asam lambung, empedu dan atau
perut pada awal perforasi, belum ada infeksi bakteria, kadang fase ini disebut fase
berupa mengenceran zat asam garam yang merangsang, ini akan mengurangi
apendiks oleh hiperplasi folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena
12
mengakibatkan oedem, diapedesis bakteri, ulserasi mukosa, dan obstruksi vena
sehingga udem bertambah kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark
dinding apendiks yang diikuti dengan nekrosis atau ganggren dinding apendiks
Pada trauma abdomen baik trauma tembus abdomen dan trauma tumpul
organ yang berongga intra peritonial. Rangsangan peritonial yang timbul sesuai
dengan isi dari organ berongga tersebut, mulai dari gaster yang bersifat kimia
sampai dengan kolon yang berisi feses. Rangsangan kimia onsetnya paling cepat
dan feses paling lambat. Bila perforasi terjadi dibagian atas, misalnya didaerah
lambung maka akan terjadi perangsangan segera sesudah trauma dan akan terjadi
gejala peritonitis hebat sedangkan bila bagian bawah seperti kolon, mula-mula
berkembang biak baru setelah 24 jam timbul gejala akut abdomen karena
perangsangan peritonium.2,4,8
Jenis Peritonitis
Peritonitis Aseptik.
Terjadi sekitar 20% dari seluruh kasus peritonitis di Inggris, dan biasanya
sekunder dari perforasi ulkus gaster atau duodenal. Peritonitis steril dapat
Peritonitis bilier
13
1. iatrogenic (ligasi duktus sistikus saat cholesistektomi)
2. kolesistitis akut
3. trauma
4. idiopatik
1. Cairan pankreas
Misalnya dari pankreatitis akut, trauma. Pankreatitis bisa disebabkan karen proses
amilase.
2. Darah.
3. Urine
4. Meconium
Adalah campuran steril dari sel epitel, mucin, garam,, lemak, dan bilier dimana
Peritonitis TB
TB.
14
2. Melalui darah (blood-borne) infeksi dari TB paru.
kronik (onsetnya lebih spesifik, dengan nyeri perut, demam, penurunan berat
komplikasi intra-abdominal.
Peritonitis Klamidia
Fitz Hugh Curtis sindroma dapat menyebabkan inflamasi pelvis dan digambarkan
tekan dan defans muskular, pekak hati bisa menghilang akibat udara bebas di
sementara usus.4
Bila telah terjadi peritonitis bakterial, suhu badan penderita akan naik dan
terjadi takikardia, hipotensi dan penderita tampak letargik dan syok. 4 Rangsangan
15
ini menimbulkan nyeri pada setiap gerakan yang menyebabkan pergeseran
bergerak seperti jalan, bernafas, batuk, atau mengejan. Nyeri objektif berupa nyeri
jika digerakkan seperti palpasi, nyeri tekan lepas, tes psoas, atau tes lain.4,5
2.6 Diagnosis
nadi, pernapasan, suhu badan, dan sikap baring pasien, sebelum melakukan
pemeriksaan abdomen. Gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok, dan infeksi
baik. Demam dengan temperatur >380C biasanya terjadi. Pasien dengan sepsis
karena mual damuntah, demam, kehilangan cairan yang banyak dari rongga
bisa menjadi semakin hipotensi. Hal ini bisa menyebabkan produksi urin
berkurang, dan dengan adanya peritonitis hebat bisa berakhir dengan keadaan
syok sepsis.8
usus atau gerakan usus yang disebabkan oleh gangguan pasase. Pada peritonitis
biasanya akan ditemukan perut yang membuncit dan tegang atau distended. 1,2
16
Palpasi : Peritoneum parietal dipersarafi oleh nervus somatik dan viseral
yang sangat sensitif. Bagian anterir dari peritoneum parietale adalah yang paling
sensitif. Palpasi harus selalu dilakukan di bagian lain dari abdomen yang tidak
dikeluhkan nyeri. Hal ini berguna sebagai pembanding antara bagian yang tidak
nyeri dengan bagian yang nyeri. Nyeri tekan dan defans muskular (rigidity)
somatik). Defans yang murni adalah proses refleks otot akan dirasakan pada
inspirasi dan ekspirasi berupa reaksi kontraksi otot terhadap rangsangan tekanan3,5
setempat. Otot dinding perut menunjukkan defans muskular secara refleks untuk
setempat. 1,5
adanya udara bebas atau cairan bebas juga dapat ditentukan dengan perkusi
melalui pemeriksaan pekak hati dan shifting dullness. Pada pasien dengan
memberikan informasi pada peritonitis murni; nyeri pada satu sisi menunjukkan
Nyeri pada semua arah menunjukkan general peritonitis. Colok dubur dapat pula
17
membedakan antara obstruksi usus dengan paralisis usus, karena pada paralisis
dijumpai ampula rekti yang melebar, sedangkan pada obstruksi usus ampula
bising usus. Pasien dengan peritonitis umum, bising usus akan melemah atau
menghilang sama sekali, hal ini disebabkan karena peritoneal yang lumpuh
Sedangkan pada peritonitis lokal bising usus dapat terdengar normal. 3,7
anteroposterior ( AP ).
2.Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan sinar
3.Tiduran miring ke kiri (left lateral decubitus = LLD), dengan sinar horizontal,
proyeksi AP.
abdomen, preperitonial fat dan psoas line menghilang, dan adanya udara bebas
18
Gambar 3 Foto BNO pada peritonitis.8
(lebih dari 3 gram/100 ml) dan banyak limfosit; basil tuberkel diidentifikasi
2.8. Penatalaksanaan
Konservatif
- Memuasakan pasien
19
- Dekompresi saluran cerna dengan penghisapan nasogastrik atau intestinal
1. Pemberian oksigen
Adalah vital untuk semua pasien dengan syok. Hipoksia dapat dimonitor oleh
2. resusitasi cairan
dikateterisasi untuk memonitor output urine tiap jam. Monitoring tekanan vena
sentral dan penggunaan inotropik sebaiknya digunakan pada pasien dengan sepsis
atau pasien dengan komorbid. Hipovolemi terjadi karena sejumlah besar cairan
dan elektrolit bergerak dari lumen usus ke dalam rongga peritoneal dan
3. analgetik
4. Antibiotik
Harus spektrum luas, yang mengenai baik aerob dan anaerob, diberikan intravena.
Cefalosporin generasi III dan metronidazole adalah strategi primer. Bagi pasien
lini kedua diberikan meropenem atau kombinasi dari piperacillin dan tazobactam.
20
Terapi antifungal juga harus dipikirkan untuk melindungi dari kemungkinan
Definitif
Pembedahan
1. Laparotomi
Biasanya dilakukan insisi upper atau lower midline tergantung dari lokasi yang
yang mengalami inflamasi atau ischemic (atau penutupan viscus yang mengalami
perforasi).
- Peritoneal lavage
terencana biasanya dibuat dengan membuka dinding abdomen dengan pisau bedah
diingat bahwa tidak semua pasien sepsis dilakukan laparotomi, tetapi juga
21
masalah dan kontrol pada sepsis saat operasi adalah sangat penting karena
2. Laparoskopi
Teori bahwa resiko keganasan pada hiperkapnea dan syok septik dalam
pada kasus perforasi kolon, tetapi angka konversi ke laparotomi lebih besar. Syok
3. Drain
Efektif digunakan pada tempat yang terlokalisir, tetapi cepat melekat pada
setelah laparotomi.
2.9. Komplikasi
22
1. Syok Sepsis1,10
perkutaneus dengan antobiotik pilihan terbaik merupakan terapi pada tempat yang
terlokalisir. Terapi antibiotik disesuaikan dengan kultur yang diambil dari hasil
- Usia
- Penyakit kronis
- Wanita
3. Adhesi
2.10. Prognosa
Prognosis untuk peritonitis lokal dan ringan adalah baik, sedangkan pada
BAB III
23
KESIMPULAN
yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi
akibat penyebaran infeksi dari organ abdomen, perforasi saluran cerna, atau dari
tekan dan defans muskular, pekak hati bisa menghilang akibat udara bebas di
sementara usus.4
hilang yang dilakukan secara intravena , pemberian antibiotic yang sesuai, dan
pembuangan dari focus infeksi dari organ abdomen. Prognosis untuk peritonitis
DAFTAR PUSTAKA
24
1. Wim de jong, Sjamsuhidayat.R. 2011 Buku ajar Ilmu Bedah. Edisi 3.
Jakarta : EGC.
2. Schwartz, Shires, Spencer. 2000.Peritonitis dan Abses Intraabdomen
dalam Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal
489 – 493
3. Schrock. T. R.. 2000.Peritonitis dan Massa abdominal dalam Ilmu
Bedah, Ed.7, alih bahasa dr. Petrus Lukmanto, EGC, Jakarta.
4. Arief M, Suprohaita, Wahyu.I.K, Wieiek S, 2000, Bedah Digestif, dalam
Kapita Selekta Kedokteran, Ed:3; Jilid: 2; p 302-321, Media Aesculapius
FKUI, Jakarta.
5. Wim de jong, Sjamsuhidayat.R, 1997.Gawat Abdomen, dalam Buku ajar
Ilmu Bedah; 221-239, EGC, Jakarta.
6. Price, Sylvia. 2005.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
25
om=1&sa=X&ved=0CHAQhBwwCA&ved=1t:3588,r:8,s:0,i:112&iact=r
c&dur=2450&page=1&tbnh=176&tbnw=175&start=0&ndsp=10&tx=88
&ty=117
26