(Skripsi)
Oleh
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
Oleh:
Oleh
EKA FITRI WAHYUNI
Skripsi
pada
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Wasiyem.
diselesaikan pada tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Dente
Teladas pada tahun 2011, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kota
Universitas Lampung. Selama kuliah, penulis aktif pada kegiatan UKMF Pusat
perdata.
PERSEMBAHAN
(HR.Turmudzi)
SANWACANA
(KHI)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Penyusunan skripi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hasriyadi Mat Akin, M.P., Rektor Universitas Lampung yang
Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Sunaryo, S.H., M.H., Ketua Bagian Hukum Perdata Universitas
Lampung yang telah memberikan kinerja yang baik untuk kemajuan program
4. Ibu Wati Rahmi Ria, S.H., M.H., Dosen Pembimbing I yang telah
6. Ibu Dr. Amnawati S.H., M.H., Dosen Pembahas I atas kesediaannya yang telah
7. Ibu Dewi Septiana, S.H., M.H., Dosen Pembahas II atas kesediaannya yang
telah membahas, memberikan kritik dan saran kepada penulis dalam proses
9. Bapak dan Ibu dosen serta staf Fakultas Hukum Universitas Lampung
10. Adikku Atha Fauzia Salsabilla yang selalu memberi semangat selama proses
11. Kakek Dasiman dan Nenek Rasiyem serta Nenek Paini terima kasih telah
penulis.
12. Keluarga besar UKMF Pusat Studi Bantuan Hukum (PSBH) yang telah
ini.
14. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa S1 Hukum angkatan 2014 Universitas
Lampung.
15. Sahabat terdekatku, Indah Sumarningsih, Dewi Muslimah, Elva, Ayu Dewi
Kartika Sari, Anisa Nurjanah atas motivasi dan semangat yang selalu diberikan
16. Teman Asrama Barcelona, Nurmalia Anggraeni, Dewi Indah Ratna Sari,
17. Semua pihak yang telah banyak memberikan dorongan dan informasi serta
Penulis menyadari bahwa skripsi ini mungkin belum sempurna, akan tetapi
penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peningkatan serta
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
JUDUL DALAM ............................................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ v
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vi
PERSEMBAHAN........................................................................................... vii
MOTO ............................................................................................................. viii
SANWACANA ............................................................................................... ix
DAFTAR ISI................................................................................................... x
LAMPIRAN..................................................................................................... 109
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkawinan merupakan suatu ikatan lahir batin antara seorang wanita dengan
hanya terdapat ikatan lahir atau jasmani saja tetapi juga ada ikatan rohani yang
berdasarkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, maksudnya ialah bahwa suatu
perkawinan tidak hanya sekedar hubungan lahiriah saja, tetapi lebih dari itu
yaitu suatu ikatan atau hubungan lahir batin antara seorang laki-laki dan
“Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
Maksud dari ikatan lahir batin yaitu kedua belah pihak secara jasmani saling
menyayangi, dan perasaan cinta yang begitu kuat, tumbuh dan saling mengikat
dalam hati kedua belah pihak dalam membangun rumah tangga yang kokoh
dan hidup bahagia,2 tentunya harus berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
maka dalam rumah tangga kedua belah pihak selalu bahagia dan kekal.
Seorang wanita dengan seorang pria harus memenuhi syarat dan rukun
tidak akan sah baik dari segi hukum maupun agama. Aturan mengenai
Tahun 1974 tentang Perkawinan yang berlaku secara resmi sejak tanggal
1
Jane Marlen Makalew, “Akibat Hukum Perkawinan Beda Agama di Indonesia”,Lex Privatum,
Volume 1 Nomor 2, Juni 2013, hlm. 132
2
Ibid
3
sebagainya.
Selain Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, ada aturan lain
Kompilasi Hukum Islam. Berdasarkan Kompilasi Hukum Islam ini juga diatur
undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan memiliki substansi yang tidak
agama merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita yang
yang berlainan mengenai syarat-syarat dan tata cara pelaksanaan sesuai hukum
4
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa perkawinan beda agama tetap
saja terjadi dari tahun ke tahun meskipun telah dilarang. Rata-rata presentase
mencapai 18,3%, tahun 1990 mencapai 26,7% dan tahun 2000 mencapai
3
Rusli dan R. Tama, Perkawinan Antar Agama dan Masalahnya, Pionir Jaya, Bandung, 2000, hlm.
206
5
keduanya.
memiliki agama yang berbeda. Berdasarkan pendapat Prof. Dr. Mr. Hazairin4
bahwa :
yang berlaku
4
Pendapat Prof. Dr. Mr. Hazairin dalam Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, Cet III, PT
Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hlm. 7
6
yang bukan agama Katolik bukanlah bentuk perkawinan yang ideal, karena
kawin dengan orang yang seagama, karena tujuan utama perkawinan adalah
apabila suami istri tidak seiman. Menurut agama Budha, perkawinan beda
bukan Budha diharuskan untuk masuk Budha terlebih dahulu.6 Dalam agama
5
Ahmad Baso dan Ahmad Nurcholish, Pernkahan Beda Agama, Kesaksian, Argumen Keagamaan
dan Analisi Kebijakan, Komnas HAM, Jakarta, 2005, hlm. 207
6
Ibid¸hlm. 212
7
Hindu, suatu perkawinan dapat disahkan jika mempelai itu telah menganut
agama yang sama, yaitu agama Hindu. Perkawinan dengan penganut agama
lain dilarang dalam agama Hindu. Menurut hukum Hindu suatu perkawinan
Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam
semakin sering terjadi di dalam kehidupan masyarakat, maka dari itu, penulis
tertarik untuk melihat bagaimanakah perkawinan beda agama jika dilihat dari
B. Rumusan Masalah
Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari ruang lingkup bidang ilmu dan
bidang kajian. Ruang lingkup bidang ilmu adalah Hukum Perdata yaitu
D. Tujuan Penelitian
Perkawinan.
E. Manfaat Penelitian
maupun praktis.
9
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
A. Kerangka Konseptual
a. Pengertian Perkawinan
Nikah (kawin) menurut arti asli ialah hubungan seksual tetapi menurut
arti majazi (mathaporic) atau arti hukum ialah akad (perjanjian) yang
7
Mohd. Idris Ramulyo,Hukum Perkawinan Islam, Sinar Grafika Offset, Jakarta, 1999, hlm 1
8
Sayid Sabiq dalam buku Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, Prenada Media Group,
Jakarta, 2003, hlm. 10
11
saling berjanji, berdasarkan prinsip suka sama suka. Jadi, jauh dari
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
hukum. Kedua kata tersebut mengandung arti yang sama, dalam hal
9
Santoso, “Hakekat Perkawinan Menurut Undang-Undang Perkawinan, Hukum Islam dan Hukum
Adat”, Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosial Keagamaan¸ Volume 7 No. 2, Desember 2016,
hlm. 415
10
Ibid, hlm. 416
12
istri, wali nikah dari calon istri, dua orang saksi laki-laki, mahar, dan
dipenuhi oleh para subjek hukum yang merupakan unsur atau bagian
syarat yang melekat pada diri masing-masing pihak disebut juga dengan
syarat subjektif, dan syarat formal yaitu mengenai tata cara atau
sebagai berikut:
mempelai.
11
Neng Djubaidah, Pencatatan Perkawinan & Perkawinan Tidak Dicatat Menurut Hukum Tertulis
di Indonesia dan Hukum Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 107
12
Wati Rahmi Ria dan Muhammad Zulfikar, Ilmu Hukum Islam, Gunung Pesagi, Bandar
Lampung, 2015, hlm. 50
13
Neng Djubaidah, op. cit, hlm. 107
14
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000,
hlm. 76
13
2) Adanya izin kedua orang tua atau wali bagi calon mempelai yang
Usia calon mempelai pria sudah 19 tahun dan calon mempelai wanita
Pasal 8
ke atas.
antara saudara, antara seorang dengan saudara orang tua dan antara
ibu/bapak tiri.
kemenakan dari istri, dalam hal seorang suami beristri lebih dari
seorang.
Pasal 9
Seseorang yang masih terikat tapi perkawinan dengan orang lain tidak
dapat kawin lagi, kecuali dalam hal yang tersebut dalam Pasal 3 ayat (2)
Pasal 10
Suami istri yang telah cerai kawin lagi satu dengan yang lain dan
bercerai lagi untuk kedua kalinya, maka diantara mereka tidak boleh
menentukan lain.
Pasal 11
a) Calon suami
b) Calon istri
c) Wali nikah
a) Beragama Islam
15
Wati Rahmi Ria dan Muhammad Zulfikar, Ilmu Hukum Islam, Gunung Pesagi, Bandar
Lampung, 2015, hlm. 50-51
15
keluarganya jelas
f) Tidak ada hubungan darah, tidak ada hubungan sesusuan, tidak ada
a) Beragama Islam
perempuan
f) Tidak ada hubungan darah, tidak ada hubungan sesusuan dan tidak
a) Laki-laki
b) Dewasa
16
Ibid, hlm. 51
17
Mardani, Hukum Perkawinan Islam, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2011, hlm. 10
16
a) Beragama Islam
b) Laki-laki asli
c) Dewasa
Syarat-syarat Mahar
Mahar adalah sesuatu yang diserahkan oleh calon suami kepada calon
Syarat Ijab:20
18
Wati Rahmi Ria dan Muhammad Zulfikar, Op. Cit, hlm. 51
19
Ibid
20
Ibid
17
kata-kata nikahnya
saksinya
dilangsungkan”.
c. Tujuan Perkawinan
21
Ibid
22
Abdulkadir Muhammad, op.cit, hlm. 76
18
kerusakan
halal
d. Larangan Perkawinan
23
Abdul Rahman Ghozali, op.cit, hlm. 22
24
Pendapat Imam al Ghozali dalam buku Abdul Rahman Ghozali,Ibid, hlm. 22
19
atas
ibu/bapak tiri
kemenakan dari istri, dalam hal seseorang suami beristri lebih dari
seorang
keturunannya
25
Jamaluddin dan Nanda Amalia, Buku Ajar Hukum Perkawinan, Cet I, Unimal Press,
Lhokseumawe, 2016, hlm. 51
20
bawah
bawah
sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk rumah tangga yang
dimaksud adalah perkawinan antara dua orang yang berbeda agama dan
26
Ana Laela F. CH, Ken Ismi Rozana, dan Shifa Khilwiyatul Muthi’ah, “Fikih Perkawinan Beda
Agama Sebagai Upaya Harmonisasi Agama: Studi Perkawinan Beda Agama di Jember”, Fikrah:
Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan, Volume 4 Nomor 1, Agustus 2016, hlm. 121
27
Ibid
28
Ibid
22
ini tampaknya tidak jelas apakah yang dimaksud dengan “tunduk pada
hukum yang berlainan” itu dilihat dari hukum karena berbeda golongan
perkawinan yang sah adalah yang dilakukan oleh orang yang memiliki
Jadi perkawinan yang sah jika terjadi perkawinan antar agama, adalah
29
H. Sapiudin Shidiq, Fikih Kontemporer, Prenadamedia Group, Jakarta, 2016, hlm. 2
30
Danu Aris Setiyanto, “Larangan Perkawinan Beda Agama Dalam Kompilasi Hukum Islam
Perspektif Hak Asasi Manusia”, Al-Daulah: Jurnal Hukum dan Perlindungan Islam, Volume 7
Nomor 1, April 2017, hlm. 90
23
agama, agama calon suami atau agama calon istri, bukan perkawinan
yang dilaksanakan oleh setiap agama yang dianut kedua calon suami
ﺮ ﻣﱢﻦ ﻣﱡﺸۡ ِﺮٞ ۡ ﻣ ۡﱡﺆ ِﻣﻨَﺔٌ َﺧﯿٞﺖ َﺣﺘ ٰﱠﻰ ﯾ ُۡﺆﻣِﻦﱠۚ و ََﻷَﻣَﺔ
ِ َو َﻻ ﺗَﻨ ِﻜﺤُﻮ ْا ٱﻟۡ ﻤُﺸۡ ِﺮ َٰﻛ
ٌ ﻣ ۡﱡﺆﻣِﻦٞﻛَﺔٖ َوﻟ َۡﻮ أَﻋۡ َﺠﺒَﺘۡ ﻜ ُۡۗﻢ و ََﻻ ﺗُﻨ ِﻜﺤُﻮ ْا ٱﻟۡ ﻤُﺸۡ ِﺮﻛِﯿﻦَ َﺣﺘ ٰﱠﻰ ﯾ ُۡﺆ ِﻣﻨُﻮ ْۚا َوﻟَﻌَﺒۡ ﺪ
ۡﯾَﺪ ﻚ ﯾَﺪۡ ﻋُﻮنَ إِﻟَﻰ ٱﻟﻨﱠﺎ ِۖر َو
َ ِﺮ ﻣﱢﻦ ﻣﱡﺸۡ ﺮ ِٖك َوﻟ َۡﻮ أَﻋۡ َﺠﺒَﻜ ُۡۗﻢ أُوْ ٰ ٓﻟَﺌٞ َۡﺧﯿ
ۡس ﻟَ َﻌﻠﱠﮭُﻢ
ِ ﻋُﻮٓ ْا إِﻟَﻰ ٱﻟۡ َﺠﻨﱠ ِﺔ َوٱﻟۡ ﻤَﻐۡ ﻔِ َﺮ ِة ﺑِﺈ ِذۡ ﻧِ ۖ ِﮫۦ َوﯾُﺒَﯿﱢﻦُ ءَا َٰﯾﺘِ ِﮫۦ ﻟِﻠﻨﱠﺎ
٢٢١ َﯾَﺘَ َﺬ ﱠﻛﺮُون
“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum
mereka beriman.Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik
31
Ibid
24
dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu dan janganlah kamu
menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin)
sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih
baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu, mereka
mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surge dan ampunan
dengan izin-Nya dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-
perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.”
Selanjutnya, Perkawinan Beda Agama secara tegas dilarang di dalam
ٰ ٓﯾَﺄَﯾﱡﮭَﺎ ٱﻟﱠﺬِﯾﻦَ ءَا َﻣﻨُﻮٓ ْا إِذَا َﺟﺎٓ َء ُﻛ ُﻢ ٱﻟۡ ﻤ ُۡﺆ ِﻣﻨَٰﺖُ ُﻣ َٰﮭ ِﺠ َٰﺮتٖ ﻓَﭑﻣۡ ﺘَ ِﺤﻨُﻮھ ۖ ﱠُﻦ
أَﻋۡ ﻠَ ُﻢ ﺑِﺈ ِﯾ َٰﻤﻨِﮭ ۖ ﱠِﻦ ﻓَﺈ ِۡن َﻋﻠِﻤۡ ﺘُﻤُﻮھُﻦﱠ ﻣ ُۡﺆ ِﻣﻨَٰﺖٖ ﻓ ََﻼ ﺗ َۡﺮ ِﺟﻌُﻮھُﻦﱠ إِﻟَﻰ ٱﻟۡ ُﻜﻔﱠﺎ ِۖر
ﻞ ﻟﱠﮭُﻢۡ و ََﻻ ھُﻢۡ ﯾَ ِﺤﻠﱡﻮنَ ﻟَﮭ ۖ ﱠُﻦ َوءَاﺗُﻮھُﻢ ﱠﻣﺎٓ أَﻧﻔَﻘُﻮ ْۚا َو َﻻ ُﺟﻨَﺎ َحّٞ َﻻ ھُﻦﱠ ِﺣ
ِﺼﻢ
َ َﻋﻠَﯿۡ ﻜُﻢۡ أَن ﺗَﻨ ِﻜﺤُﻮھُﻦﱠ إِ َذ ٓا ءَاﺗَﯿۡ ﺘُﻤُﻮھُﻦﱠ أُﺟُﻮ َرھُﻦﱠۚ َو َﻻ ﺗُﻤۡ ِﺴﻜُﻮ ْا ﺑِ ِﻌ
ﯾ َۡﺤ ُﻜ ُﻢ ٱﻟۡ َﻜﻮَاﻓِ ِﺮ َوﺳَۡٔﻠُﻮ ْا َﻣﺎٓ أَﻧﻔَﻘۡ ﺘُﻢۡ وَﻟۡ ﯿَﺴَۡٔﻠُﻮ ْا َﻣﺎٓ أَﻧﻔَﻘُﻮ ْۚا َٰذﻟِﻜُﻢۡ ﺣُﻜۡ ُﻢ
١٠ َٞﻋﻠِﯿ ٌﻢ َﺣﻜِﯿﻢ ﺑَﯿۡ ﻨَﻜ ُۡۖﻢ َو
Perkawinan antara pria muslim dengan wanita non-muslim ahli kitab itu
diperbolehkan karena ahli kitab disini juga belajar tentang Injil dan
Taurat sama halnya dengan yang diajarkan Islam yang telah diturunkan
Qur’an sebenarnya intinya sama dengan yang diajarkan pada ahli kitab,
32
Muhammad Bagr Al-Habsyi, Fiqih Praktis Menurut Al-Qur’an, As-Sunnah, dan Pendapat Para
Ulama, Mizan, Jakarta, hlm. 113
33
Mardani, Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2011,
hlm. 83
34
Jane Marlen Makalew, “Akibat Hukum Dari Perkawinan Beda Agama di Indonesia”, Lex
Privatum, Volume 1 nomor. 2, April-Juni 2013, hlm. 133-134
26
kaum muslimin. Aku tidak tahu syirik manakah yang lebih besar
Rasul. 36
antara dua orang dua orang yang terus menerus dan eksklusif.
35
Budi Handrianto, Perkawinan Beda Agama dalam Syariat Islam, PT. Khairul Bayaan, Jakarta
Selatan,2003, hlm. 54
36
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, Prenada Media, Jakarta, 2003, Cet I, hlm. 76
37
Ana Laela F. CH, Ken Ismi Rozana, dan Shifa Khilwiyatul Muthi’ah, op.cit, hlm. 121
27
dengan gelap?”38
seperti mengasihi Kristus dan istri harus tunduk kepada suami seperti
tunduk kepada Kristus. Jadi jelas bahwa suami istri harus sama-sama
menyembah berhala.
dan seorang wanita yang terjadi karena persetujuan pribadi, yang tidak
38
Jane Marlen Makalew, op.cit, hlm. 134
28
Katolik dengan seorang yang bukan Katolik baru dapat dilakukan kalau
dengan syarat-syarat tertentu dalam Kan 1125 dan Kan 1126 yaitu40:
b) Mengenai janji-janji yang harus dibuat oleh pihak Katolik itu pihak
pihak Katolik.
39
Ana Laela F. CH, Ken Ismi Rozana, dan Shifa Khilwiyatul Muthi’ah, op.cit, hlm. 126
40
Ichtiyanto, Perkawinan Campuran Dalam Negara Republik Indonesia, Badan Litbang Agama
dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI, Jakarta, 2003, hlm. 130
29
Kanonik.
lain begitu juga dengan anak-anak yang nanti lahir, agar mereka semua
dan niskla) antar seorang pria dan seorang wanita untuk membentuk
keluarga bahagia dan kekal yang diakui oleh hukum negara, agama, dan
istri”
agama Hindu hanya diperbolehkan untuk menikah 1 kali saja, tidak ada
yang harus dijalani dengan cinta dan kasih sayang seperti yang
oleh Sanghyang Adi Budha/Tuhan Yang Maha Esa, para Budha dan
para Bodhisatwa-Mahasatwa).43
42
Siti Fina Rosiana Nur, Skripsi: “Perkawinan Beda Agama Menurut Undang-Undang
Perkawinan Serta Akibat Hukumnya Terhadap Anak Yang Dilahirkan Terkait Masalah
Kewarisan” (Jakarta: Universitas Indonesia, 2012), hlm. 78
43
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan, Hukum Adat,
Hukum Agama, Cet II, Mandar Maju, Bandung, 2003, hlm. 25
31
B. Kerangka Teori
Teori merupakan tujuan akhir dari ilmu pengetahuan.44 Kerangka teori adalah
akan dibahas salah satunya terkait dengan status hukum dari perkawinan
44
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2012, hlm. 14
32
“sesuatu yang dibuat pasti memiliki cita atau tujuan”. 45 Jadi, hukum dibuat
pun ada tujuannya dan tujuan ini merupakan suatu nilai yang ingin
diwujudkan manusia, tujuan hukum yang utama ada tiga, yaitu keadilan
kebahagiaan.
b. Teori keadilan
oleh karena itu, teori keadilan ini dapat memecahkan rumusan masalah
45
Muhammad Erwin, Filsafat Hukum: Refleksi Kritis Terhadap Hukum, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2011, Hlm. 123
33
perundang-undangan.
dengan sarana atau fasilitas yang cukup. Sara atau fasilitas ini
d. Faktor Masyarakat
e. Faktor Kebudayaan
Faktor ini menghasilkan hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan
C. Kerangka Pikir
Pelaksanaan Perkawinan
Beda Agama
Keterangan :
Perkawinan merupakan suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita yang bertujuan untuk membentuk suatu keluarga (rumah tangga)
yang kekal dan abadi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Seorang pria
mestinya. Seorang pria dan seorang wanita yang akan melaksanakan perkawinan
memiliki agama yang berbeda sehingga mereka terlibat dalam suatu perkawinan
agama sehingga perkawinan beda agama tersebut dapat dilaksanakan. Hal ini akan
A. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah tipe
hukum tertulis dari berbagai aspek, yaitu aspek teori, sejarah, filosofi,
penjelasan umum dan pasal demi pasal, formalitas dan kekuatan mengikat
dengan judul yang akan dikaji oleh penulis yaitu Perkawinan Beda Agama
B. Jenis Penelitian
Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam
tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat
46
Abdulkadir Muhammad,Op.Cit, hlm. 102
38
tertentu, atau mengenai gejala yuridis yang ada, atau peristiwa hukum tertentu
No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam karena
C. Pendekatan Masalah
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
47
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004,
hlm. 50
48
Ibid, hlm. 112
39
dari:
Universitas Lampung.
1. Studi pustaka
49
Ibid, hlm. 81
40
dengan cara pengutipan atau pencatatan; serta pengkajian data yang sudah
2. Wawancara (interview)
50
Amiruddin dab H. Zainal Asikin, Op. Cit, hlm. 82
41
F. Pengolahan Data
menurut jenis dan sumbernya, dengan tujuan untuk menyajikan data secara
diedit dan diberi tanda dalam bentuk tabel-tabel yang berisi angka-angka
secara sistematis data yang sudah diedit dan diberi tanda menurut
G. Analisis Data
artinya menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur,
dan praktis yang selanjutnya diuraikan dalam bentuk kalimat yang tersusun
51
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hlm. 90-91
52
Ibid, hlm. 127
103
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam (KHI) dijelaskan dengan tegas bahwa perkawinan beda agama tidak
dapat dilaksanakan.
B. Saran
undang-undang tersebut.
A. LITERATUR
Baso, Ahmad dan Nurcholish, Ahmad. 2005. Pernikahan Beda Agama, Kesaksian,
Argumen Keagamaan dan Analisi Kebijakan. Jakarta: Komnas HAM
Djubaedah, Neng, Sulaikin Lubis dan Farida Prihatini. 2005. Hukum Perkawinan Islam di
Indonesia. Jakarta: Hecca Publishing.
Erwin, Muhammad. 2011. Filsafat Hukum: Refleksi Kritis Terhadap Hukum. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Handrianto, Budi. 2003. Perkawinan Beda Agama dalam Syariat Islam. Jakarta
Selatan: PT. Khairul Bayaan.
Hukumonline.com. 2014. Tanya Jawab Tentang Nikah Beda Agama Menurut Hukum di
Indonesia. Tangerang: Lerati.
Ichtiyanto. 2003. Perkawinan Campuran Dalam Negara Republik Indonesia. Jakarta:
Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI.
Idris Ramulyo, Mohd. 1999. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Jamaluddin & Amalia, Nanda. 2016. Buku Ajar Hukum Perkawinan. Lhokseumawe:
Unimal Press.
______. 2000. Hukum Perdata Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Rahman Ghozali, Abdul. 2003. Fiqh Munakahat. Jakarta: Prenada Media Group.
Rahmi Ria, Wati & Zulfikar, Muhammad. 2015. Ilmu Hukum Islam. Bandar
Lampung: Gunung Pesagi.
Rofiq, Ahmad. 2015. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Rusli & Tama, R. 2000. Perkawinan Antar Agama dan Masalahnya. Bandung: Pionir
Jaya
______. 2007. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqih Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan. Jakarta: Prenada Media.
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
C. JURNAL/SKRIPSI/TESIS
Aris Setiyanto, Danu. 2017. Larangan Perkawinan Beda Agama Dalam Kompilasi
Hukum Islam Perspektif Hak Asasi Manusia. Al-Daulah: Jurnal Hukum dan
Perlindungan Islam. Volume 7 Nomor 1.
Carolina Palandi, Anggreini. 2013. Analisa Yuridis Perkawinan Beda Agama di Indonesia.
Lex Privatum, Volume I No. 2.
Farida, Annikmah. 2016. Pendapat Para Fuqoha dan Majelis Ulama Indonesia
(MUI) tentang Filosofi dan Hikmah Larangan Pernikahan Beda Agama serta
Dampaknya. Mahkamah. Volume 1 No. 1.
Fina Rosiana Nur, Siti. 2012. Skripsi: “Perkawinan Beda Agama Menurut Undang-
Undang Perkawinan Serta Akibat Hukumnya Terhadap Anak Yang
Dilahirkan Terkait Masalah Kewarisan”. Universitas Indonesia. Jakarta.
Ilyas. 2015. Kedudukan Ahli Waris Non Muslim Terhadap Harta Warisan Pewaris Islam
Ditinjau dari Hukum Islam dan Kompilasi Hukum Islam. Kanun Jurnal Ilmu
Hukum. No. 65 Th. XVII
Laela F. CH, Ana, Dkk. 2016. Fikih Perkawinan Beda Agama Sebagai Upaya
Harmonisasi Agama: Studi Perkawinan Beda Agama di Jember. Fikrah:
Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan. Volume 4 Nomor 1.
Marlen Makalew, Jane. 2013. Akibat Hukum Perkawinan Beda Agama di Indonesia,
Lex Privatum, Volume 1 Nomor 2.
Purwanto. 2008. Tesis: “Hak Mewaris Anak yang Lahir dari Perkawinan Beda
Agama”. Universitas Diponegoro. Semarang.
Timur, Erma Kartika, Abdul Rachmad Budiono, dan Hariyanto Susilo. 2017.
Pembagian Harta Bersama Perkawinan Akibat Perceraian Perkawinan Beda
Agama yang Dicatatkan. Rechtidee. Volume 12 Nomor 1.
Yolanda Soemarno, Maris. 2009. Tesis: “Analisis Atas Keabsahan Perkawinan Beda
Agama yang Dilangsungkan di Luar Negeri”. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
D. INTERNET
https://anastasyaleony.wordpress.com/2016/03/18/sahnya-perkawinan-beda-agama-ditinjau-
dari-undang-undang-nomor-1-tahun-1974-dan-agama-agama-di-indonesia/