Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN EMERGENCY

PADA KLIEN DENGAN COMBUSTIO

OLEH :

Juvenalda Florencia Cabral

071191030

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

UNGARAN

2020
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Luka bakar merupakan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh panas
cairan, api, uap, bahan kimia, listrik, radiasi matahari dan gesekan atau friksi
(Sjamsuhidayat, 2005).
Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap,
listrik, bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya
berupa luka ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam
nyawa yang membutuhkan perawatan medis yang intensif (PRECISE, 2011).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam. Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi setiap sel
tubuh, semua sistem dapat terganggu, terutama sistem kardiovaskuler.

2. Etiologi
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah
a. Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald) ,jilatan
api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau
kontak dengan objek-objek panas lainnya(logam panas, dan lain-lain)
(Moenadjat, 2005).
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan dalam bidang industri militer ataupun bahan pembersih yang sering
digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat, 2005).
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan.
Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi
paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khusunya tunika
intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali
kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus
maupun grown (Moenadjat, 2001).
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio aktif.
Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan
terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari
yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi.

3. Patofisiologi
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau
radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 440C tanpa
kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap
drajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang
kurang tahan dengan konduksi panas. Kerusakan pembuluh darah ini
mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah, dalam hal
ini bukan hanya cairan tetapi protein plasma dan elektrolit. Pada luka bakar
ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir menyelutruh, penimbunan
jaringan masif di intersitial menyebabakan kondisi hipovolemik. Volume cairan
iuntravaskuler mengalami defisit, timbul ketidak mampuan menyelenggarakan
proses transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal dengan syok (Moenajat, 2001).
Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh
kegagalan organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem
yaitu terjadinya kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh darah
kapiler, peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan protein), sehingga
mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan cairan intraseluler menurun, apabila
hal ini terjadi terus menerus dapat mengakibatkan hipopolemik dan
hemokonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya gangguan perfusi jaringan.
Apabila sudah terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan mengakibatkan
gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi orang organ organ penting
seperti : otak, kardiovaskuler, hepar, traktus gastrointestinal dan neurologi yang
dapat mengakibatkan kegagalan organ multi sistem.
4. PATHWAY

Bahan Kimia¸ suhu


radiasi¸ listrik

Luka bakar
Pathway

Pada wajah Diruang tertutup Kerusakan kulit

Masalah keperawatan
Kerusakan Keracunan
mukosa

Penguapan
Edema laring Resiko tinggi terhadap infeksi
meningkat

obstruksi CO mengikat Hb Gangguan aktivitas

Jalan nafas Hb tidak Peningkatan pd kapiler Kerusakan integritas kulit


mengikat O2
Ekstravasasi cairan

Tekanan osmotic
menurun

Hipovolemik dan
hemokonsentrasi

Gangguan makrosirkulasi

Gangguan sirkulasi
perifer
Gangguan perfusi organ

Gangguan perfusi
Otak-hipoksia-sel otak
mati¸gangguan fungsi sentral
Laju matebolism

Kardiovaskuler-kebocoran
kapiler-gagal jantung Glukonegesis

Ginjal –hipoksi-fungsi
Perubahan nutrisi
ginjal menurun-gagal ginjal

Hepar- pelepasan
ketolokolamin-gagal hepar

Gastro intestinal-
dilatasi lambung

Imunitas- daya tahan


tubuh menurun
5. Derajat luka bakar
a. Luka bakar derajat I

Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering


hiperemik, berupa eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena ujung –ujung
syaraf sensorik teriritasi, penyembuhannya terjadi secara spontan dalam waktu
5 -10 hari (Brunicardi et al., 2005).
b. Luka bakar derajat II

Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan


dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula,
pembentukan scar, dan nyeri karena ujung –ujung syaraf sensorik teriritasi.
Dasar luka berwarna merah atau pucat. Sering terletak lebih tinggi diatas kulit
normal (Moenadjat, 2001).
1) Derajat II Dangkal (Superficial)
a) Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.
b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih utuh.
c) Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan
luka bakar pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat I dan
mungkin terdiagnosa sebagai derajat II superficial setelah 12-24
jam
d) Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda dan
basah.
e) Jarang menyebabkan hypertrophic scar.
f) Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara
spontan kurang dari 3 minggu (Brunicardi et al., 2005).
2) Derajat II dalam (Deep)
a) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
b) Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar
keringat,kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
c) Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang tersisa.
d) Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tanpak
berwarna merah muda dan putih segera setelah terjadi cedera
karena variasi suplay darah dermis (daerah yang berwarna putih
mengindikasikan aliran darah yang sedikit atau tidak ada sama
sekali, daerah yg berwarna merah muda mengindikasikan masih
ada beberapa aliran darah ) (Moenadjat, 2001)
e) Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9 minggu
(Brunicardi et al., 2005)
c. Luka bakar derajat III (Full Thickness burn)

Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dermis dan lapisan lebih


dalam, tidak dijumpai bula, apendises kulit rusak, kulit yang terbakar
berwarna putih dan pucat. Karena kering, letak nya lebih rendah dibandingkan
kulit sekitar. Terjadi koagulasi protein pada epidermis yang dikenal sebagai
scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung –ujung
syaraf sensorik mengalami kerusakan atau kematian. Penyembuhanterjadi
lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka (Moenadjat,
2001).
d. Luka bakar derajat IV
Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan
ltulang dengan adanya kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi seluruh
dermis, organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
keringat mengalami kerusakan, tidak dijumpai bula, kulit yang terbakar
berwarna abu-abu dan pucat, terletak lebih rendah dibandingkan kulit sekitar,
terjadi koagulasi protein pada epidemis dan dermis yang dikenal scar, tidak
dijumpai rasa nyeri dan hilang sensori karena ujung-ujung syaraf sensorik
mengalami kerusakan dan kematian. penyembuhannya terjadi lebih lama
karena ada proses epitelisasi spontan dan rasa luka (Moenadjat, 2001).
6. Luas luka bakar
Luas luka bakar harus segera dapat diketahui, karena akan masuk dalam laporan
medik. Menduga luas luka bakar dapat dihitung dengan cara “Rule of Nine”
( rumus 9) yaitu ada 11 daerah masing-masing 9% dengan perineum 1 % (total
100 %). Kesebelas daerah ini adalah sebagai berikut :

Untuk anak-anak rumus ini tidak dapat dipakai karena kepala relatif lebih besar,
dan ekstremitas yang relatif kecil sehingga harus lihat patokan sebagai berikut :
7. Komplikasi Combustio/ Luka Bakar
1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
2. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas
kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam
kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan
bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh
darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah
sehingga terjadi iskemia.
3. Adult Respiratory Distress Syndrome
Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan
pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien.
4. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling
Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-tanda ileus
paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat mengakibatnause.
Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat stress fisiologik yang massif
(hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh darah okulta dalam feces,
regurgitasi muntahan atau vomitus yang berdarha, ini merupakan tanda-tanda
ulkus curling.
Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik
yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya
pasien menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi, penurunan
pengeluaran urine, perubahan pada tekanan darah, curah jantung, tekanan vena
sentral dan peningkatan frekuensi denyut nadi.
5. Gagal ginjal akut
Pengeluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi cairan
yang tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektis dalam urine.

8. Manifestasi klinis

Kedalaman dan Bagian Kulit Gejala Penampilan Luka Perjalanan


Penyebab Luka Yang terkena Kesembuhan
Bakar
Derajat Satu Epidermis Kesemuta Memerah;menjadi Kesembuhan
Tersengat matahari Hiperestesia putih jika ditekan lengkap dalam
Terkena Api dengan (super Minimal atau tanpa waktu satu minggu
intensitas rendah sensitive) edema Pengelupasan kulit
Rasa nyeri
mereda jika
didinginkan
Derajat Dua Epidermis dan Nyeri Melepuh, dasar Kesembuhan luka
Tersiram air mendidih Bagian Dermis Hiperestesia luka berbintik – dalam waktu 2 – 3
Terbakar oleh nyala Sensitif bintik minggu
api terhadap merah,epidermis Pembentukan
udara yang retak, permukaan parutdan
dingin luka basah depigmentasi
Edema Infeksi dapat
mengubahnya
menjadi derajat tiga
Derajat Tiga Epidermis, Tidak terasa Kering ;luka Pembentukan eskar
Terbakar nyala api Keseluruhan nyeri bakarberwarna Diperlukan
Terkena cairan Dermis dan Syok putih seperti badan pencangkokan
mendidihdalam waktu kadang – Hematuri dan kulit atau berwarna Pembentukan parut
yang lama kadang kemungkinan gosong. dan hilangnya
Tersengat arus listrik jaringan hemolisis Kulit retak dengan kountur serta
subkutan Kemungkin bagian kulit yang fungsi kulit.
terdapat luka tampak Hilangnya jari
masuk dan Edema tangan atau
keluar (pada ekstermitas dapat
luka bakar terjadi
listrik)a

9. Kriteria berat dan ringannya luka bakar

Luka Bakar Ringan Luka Bakar Sedang Luka bakar derajat berat
1. Luka bakar derajat II 1. Luka bakar derajat II 1. Luka bakar derajat II 25
<15% 15-25 % pada orang % atau lebih
2. Luka bakar derajat II dewasa 2. Luka bakar derajat II
<10% pada anak-anak 2. Luka bakar derajat II 20% atau lebih
3. Luka bakar derajat III < 10-25 % pada abak-anak 3. Luka bakar derajat III
2% 3. Luka bakar derajat II 10% atau lebih
<10% 4. luka bakar mengenai
tangan, wajah, telinga,
mata, kaki dan
genitalia/perineum
5. Luka bakar dengan
cedera inhalasi, listrik,
disertai trauma lain.

10. Pemeriksaan penunjang


a Hitung darah lengkap: Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat
menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap
pembuluh darah.
b Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi
atau inflamasi.
c GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera
inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan
karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
d Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan
cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin
menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi
ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
e Natrium Urin: Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan
cairan, kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
f Alkali Fosfat: Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan
cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
g Glukosa Serum: Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
h Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada
edema cairan.
i BUN atau Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau
fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
j Loop aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek
atau luasnya cedera.
k EKG: Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
l Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.

11. Penatalaksanaan medis


Pasien luka bakar (Combustio) harus dievaluasi secara sistematik. Prioritas utama
adalah mempertahankan jalan nafas tetap paten, ventilasi yang efektif dan
mendukung sirkulasi sistemik. Intubasi endotrakea dilakukan pada pasien yang
menderita luka bakar berat atau kecurigaan adanya jejas inhalasi atau luka bakar
di jalan nafas atas. Intubasi dapat tidak dilakukan bila telah terjadi edema luka
bakar atau pemberian cairan resusitasi yang terlampau banyak. Pada pasien luka
bakar, intubasi orotrakea dan nasotrakea lebih dipilih daripada trakeostomi.
Pasien dengan luka bakar saja biasanya hipertensi. Adanya hipotensi awal yang
tidak dapat dijelaskan atau adanya tanda-tanda hipovolemia sistemik pada pasien
luka bakar menimbulkan kecurigaan adanya jejas “tersembunyi‟. Oleh karena itu,
setelah mempertahankan ABC, prioritas berikutnya adalah mendiagnosis dan
menatalaksana jejas lain (trauma tumpul atau tajam) yang mengancam nyawa.
Riwayat terjadinya luka bermanfaat untuk mencari trauma terkait dan
kemungkinan adanya jejas inhalasi. Informasi riwayat penyakit dahulu,
penggunaan obat, dan alergi juga penting dalam evaluasi awal.
Pakaian pasien dibuka semua, semua permukaan tubuh dinilai. Pemeriksaan
radiologik pada tulang belakang servikal, pelvis, dan torak dapat membantu
mengevaluasi adanya kemungkinan trauma tumpul.
Setelah mengeksklusi jejas signifikan lainnya, luka bakar dievaluasi. Terlepas dari
luasnya area jejas, dua hal yang harus dilakukan sebelum dilakukan transfer
pasien adalah mempertahankan ventilasi adekuat, dan jika diindikasikan, melepas
dari eskar yang mengkonstriksi.
Tatalaksana resusitasi luka bakar
a Tatalaksana resusitasi jalan nafas:
1. Intubasi : Tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa
menimbulkan manifestasi obstruksi. Tujuan intubasi
mempertahankan jalan nafas dan sebagai fasilitas pemelliharaan
jalan nafas
2. Krikotiroidotomi : Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja
dianggap terlalu agresif dan menimbulkan morbiditas lebih besar
dibanding intubasi. Krikotiroidotomi memperkecil dead space,
memperbesar tidal volume, lebih mudah mengerjakan bilasan
bronkoalveolar dan pasien dapat berbicara jika dibanding dengan
intubasi.
3. Pemberian oksigen 100% : Bertujuan untuk menyediakan
kebutuhan oksigen jika terdapat patologi jalan nafas yang
menghalangi suplai oksigen. Hati-hati dalam pemberian oksigen
dosis besar karena dapat menimbulkan stress oksidatif, sehingga
akan terbentuk radikal bebas yang bersifat vasodilator dan
modulator sepsis.
4. Perawatan jalan nafas
5. Penghisapan sekret (secara berkala)
6. Pemberian terapi inhalasi : Bertujuan mengupayakan suasana udara
yang lebih baik didalam lumen jalan nafas dan mencairkan sekret
kental sehingga mudah dikeluarkan. Terapi inhalasi umumnya
menggunakan cairan dasar natrium klorida 0,9% ditambah dengan
bronkodilator bila perlu. Selain itu bisa ditambahkan zat-zat
dengan khasiat tertentu seperti atropin sulfat (menurunkan produksi
sekret), natrium bikarbonat (mengatasi asidosis seluler) dan steroid
(masih kontroversial)
7. Bilasan bronkoalveolar
8. Perawatan rehabilitatif untuk respirasi
9. Eskarotomi pada dinding torak yang bertujuan untuk memperbaiki
kompliansi paru
b Tatalaksana resusitasi cairan
Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi perfusi yang adekuat
dan seimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional, sehingga
iskemia jaringan tidak terjadi pada setiap organ sistemik. Selain itu cairan
diberikan agar dapat meminimalisasi dan eliminasi cairan bebas yang tidak
diperlukan, optimalisasi status volume dan komposisi intravaskular untuk
menjamin survival/maksimal dari seluruh sel, serta meminimalisasi
respons inflamasi dan hipermetabolik dengan menggunakan kelebihan dan
keuntungan dari berbagai macam cairan seperti kristaloid, hipertonik,
koloid, dan sebagainya pada waktu yang tepat. Dengan adanya resusitasi
cairan yang tepat, kita dapat mengupayakan stabilisasi pasien secepat
mungkin kembali ke kondisi fisiologik dalam persiapan menghadapi
intervensi bedah seawal mungkin.
Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti. Ada
beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:
1) Cara Evans
a) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
b) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
c) 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah
jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah
cairan hari kedua.
2) Cara Baxter
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah
jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah
cairan hari kedua.
c Resusitasi nutrisi
Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya
dilakukan sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak
sadar, maka pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube (NGT).
Nutrisi yang diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60%
karbohidrat dan 25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat
meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili
usus.

Penanganan Luka : Penanganan luka merupakan hal yang sangat penting


dalam menangani pasien luka bakar baik untuk mencegah infeksi maupun
menghindari terjadinya sindrom kompartemen karena adanya luka bakar.
1. Pendinginan Luka
Mengingat sifat kulit merupakan penyimpanan panas yang terbaik
maka, pada pasien luka bakar tubuh masih tetap menyimpan energy
kalor setelah beberapa menit terjadinya trauma panas. Oleh karena itu
tindakan pendinginan luka perlu dilakukan untuk mencegah luka bakar
lebih dalam, dan perluasaan kerusakan fisik sel, mencegah dehidrasi
juga membersihkan luka sekaligus mengurangi nyeri.
2. Debridemen
Debridemen bertujuan untuk membersihkan luka dan jaringan-jaringan
nekrosis atau bahan lain yang menempel pada luka juga mencegah
terjadinya infeksi dan mempercepat penyembuhan luka. Tindakan ini
bisa dilakukan pada saat pendinginan luka, perawatan luka,
penggantian balutan atau pada saat tindakan pembedahan.
3. Tindakan Pembedahan
Luka bakar mengakibatkan terjadinya jaringan parut. Jaringan parut
merupakan jaringan dermis dan epidermis yang berisi protein yang
terkoagulasi yang bisa bersifat progresif. Pada luka bakar jaringan yang
terbentuk akan mengeras dan menekan pembuluh darah sehingga
diperlukan tindakan eskarotomi. Eskarotomi merupakan tindakan
pembedahan utama untuk mengatasi perfusi jaringan yang tidak
adekuat karena adanya eschar yang menekan vascular.. Tindakan yang
dilakukan hanya berupa insisi dan bukan membuang eschar. Apabila
tindakan ini dilakukan akan mengakibatkan tidak adanya aliran darah
ke pembuluh darah dan terjadi hipoksia serta iskemia jaringan.
Tindakan pembedahan lain yang sering dipakai adalah eksisi tangensial
yaitu tindakan membuang jaringan dan jaringan dibawahnya sampai
persis diatas fasia dimana terdapat pleksus pembuluh darah sehingga
langsung dilakukan operasi skin graft (Sidik, 1983).

Pada eksisi tangensial, kulit yang terkena luka bakar dihilangkan dalam
lapirsan tipis dengan dermatom sampai dicapai jaringan viabel yang
mendasari. Bila seluruh luka sudah dieksisi sampai lapangan normal,
maka luka sudah bisa ditutup dengan cangkokan sebagai ketebalan
kulit (split thickness). Cangkokan kulit harus disesuaikan dengan
keadaan kulit yang akan dicangkokan. Sebagai contoh apabila luka
bakar terjadi pada wajah dengan cangkokan kecil maka harus ditutup
dengan cangkokan kecil yang diambil dari daerah post-auricularis atau
supraclavicularis untuk menghindari kesulitan mencocokan warna.
Bedah rekonstruksi merupakan tindakan bedah yang mengkhususkan
pada penanganan kecacatan serta kelainan pada kulit, jaringan lunak,
rangka, dan otot. Salah satu contoh tindakan bedah ini adalah cangkok
kulit (transpalnatasi kulit) pada pasien yang mengalami kerusakan kulit
akibat luka bakar atau kecelakaan. Transplantasi umumnya merupakan
auto-transplantasi, yaitu kulit yang digunakan berasal dari individu
yang sama. Hal ini dilakukan sebgai upaya untuk meningkatkan
keberhasilna tindakan bedah untuk meminimalkan reaksi penolakan
tubuh yang dapat timbul

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN EMERGENCY


I. Pengkajian primary survey
1. Airway
Kaji kepatenan jalan nafas klien , kaji jalan nafas apakah terdapat silia pada
saluran pernafasan mengalami keruskan yah disebabkan oleh asap atau inhalasi.
Apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang ET.
Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain : luka bakar pada wajah, bulu
hidung yang terbakar, sputum berwarna hitam.
2. Breathing
Eschar yang melingkari dada dapat menghambat pergerakan dada untuk bernafas,
segera lakukan escharotomi. Kaji bagaimana pola pernafasan klien serta saturasi
oksugen pada klien.
3. Circulation
Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema, pada
luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolemik karena kebocoran plasma
yang luas. Manajemen cairan pada pasien lukabakar sangat perlu dilakukan.
4. Disability
Disability dikaji dengan AVPU
A : alert, merespon suara dengan tepat
V : pengeluaran sara yang tidak dimengerti
P : peneian terhadap respon nyeri
U : jika pasien tidak merespon baik stimulus nyeri
5. Exposure
Melkaukan pengkajian pada seluruh tubuh klien, melakukan pengkajian terhadap
kondisi kulit atau luas dari luka bakar, selain itu kajji derajat luka bakar.

Pengkajian secondary survey


Lakukan pengkajian terhadap riwayat kesehatan sekarang, tanda-tanda vital klien ,
pemeriksaan tiap system organ klien.
II. Diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan

DIAGNOSA NANDA NOC NIC


(00027) kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama (4120) manajemen cairan
Definisi : 3x24 jam, diharapkan pasien mampu Definisi :
Penurunan cairan intavaskuler, meningkatkan (0601) keseimbangan cairan. Meningkatkan keseimbangan cairan dan
interstitial, dan/atau intraselular. Ini Definisi : pencegahan komplikasi yang dihasilkan dari
mengacu pada dehidrasi, kehilangan Keseimbangan cairan di dalam ruang intraselular tingkat cairan tidak normal atau tidak
cairan saja tanpa perubahan kadar dan ekstraselular. diinginkan.
natrium. Dengan kriteria hasil : Aktivitas-aktivitas :
Batasan karakteristik :  (060101) tekanan darah ditingkatkan dari  Monitor status hidrasi (mis., membran
 Peningkatan frekuensi nadi skala 2 ke skala 5 mukosa lembab, denyut nadi adekuat,
 Penurunan tekanan darah  (060122) denyut nadi radial ditingkatkan dan tekanan darah ortostatik.
Faktor yang berhubungan : dari skala 2 ke skala 5  Monitor tanda-tanda vital pasien
 Kegagalan mekanisme regulasi  (060107) keseimbangan intake dan  Berikan cairan dengan tepat
output dalam 24 jam ditingkatkan dari  Distribusikan asupan cairan selama 24
skala 2 ke skala 5 jam
(0602) hidrasi  Dukung pasien atau keluarga untuk
Definisi : membantu dalam pemberian makan
(ketersediaan) air yang cukup dalam dengan baik.
kompartemen intraselular dan ekstraselular  Monitor makanan/cairan yang
tubuh. dikonsumsi dan hitung asupan kalori
Dengan kriteria hasil : harian.
 (060201) turgor kulit ditingkatkan dari
skala 2 ke skala 5
 (060212) Penurunan tekanan darah
ditingkatkan dari skala 2 ke skala 5
 (060221) nadi cepat dan lemah
ditingkatkan dari skala 2 ke skala 5
(00004) Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan (6540) kontrol infeksi
Definisi : selama 3x24 jam , diharapkan pasien Definisi :
Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme mampu untuk (1902) kontrol risiko Meminimalkan penerimaan dan
patogenik yang dapat mengganggu kesehatan. dengan baik. transmisi agen infeksi.
Faktor resiko : Dengan kriteria hasil : Aktivitas-aktivitas :
 Gangguan integritas kulit  (190220) mengidentifikasi faktor  Bersihkan lingkungan dengan
 Supresi respon inflamasi resiko ditingkatkan dari skala 3 baik setelah digunakan untuk
ke skala 5 setiap pasien.
 (190201) mengenali faktor resiko  Ganti peralatan perawatan per
ditingkatkan dari skala 3 ke skala pasien sesuai protokol institusi.
5  Pertahankan teknik isolasi yang
 (190203) memonitor faktor sesuai
resiko ditingkatkan dari skala 3  Batasi jumlah pengunjung
ke skala 5  Anjurkan pasien mengenai
teknik cuci tangan dengan tepat
 Pakai sarung tangan steril
dengan tepat
 Ajarkan pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala
infeksi dan kapan harus
melaporkan kepada penyedia
perawatan kesehatan

(00132) Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan (1400) manajemen nyeri
Definisi : selama 3x24 jam, diharapkan pasien Definisi :
Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan mampu (1605) kontrol nyeri dengan Pengurangan atau reduksi nyeri sampai
yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau baik. pada tingkat kenyamanan yang dapat
potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan ; Dengan kriteria hasil : diterima oleh pasien.
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan  (160502) mengenali kapan nyeri Aktivitas-aktivitas :
hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau terjadi ditingkatkan dari skala 3  Lakukan pengkajian nyeri
diprediksi. ke skala 5 komprehensif yang meliputi
Batasan karakteristik :  (160501) menggambarkan faktor lokasi, karakteristik, durasi,
 Ekspresi wajah nyeri (mis., mata kurang prnyebaba ditingkatkan dari skala frekuensi, intensitas dan faktor
bercahaya, tampak kacau, gerakan mata 3 ke skala 5 pencetus.
berpencar atau tetep pada satu fokus, meringis)  (160503) menggunakan tindakan  Pastikan perawatan analgesik
 Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan pencegahan ditingkatkan dari pada pasien dilakukan dengan
aktivitas (mis., anggota keluarga,pemberi skal 3 ke skala 5 pemantauan yang ketat
asuhan)  (160505) menggunakan analgesik  Kendalikan faktor lingkungan
 Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah, yang dirokomendasikan dari yang dapat mempengaruhi
merengek, menangis, waspada) skala 3 ke skala 5 respon pasien terhadap
Faktor yang berhubungan :  (160511) melaporkan nyeri yang ketidaknyamanan (misalnya,
 Agen cedera fisik (mis., abses, amputasi, luka terkontrol ditingkatkan dari skala suhu ruangan, pencahayaan,
bakar, prosedur pembedahan, trauma, olahraga 3 ke skala 5 suara bising)
berlebihan)  Kurangi faktor-faktor yang
dapat meningkatkan nyeri
( misalnya, ketakutan,
kelelahan, keadaan monoton dan
kurang pengetahuan)
 Ajarkan menggunaan teknik
non-farmakologi
(00046) kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan keperawatan (3500) manajemen tekanan
Definisi : selama 3x24 jam, diharapkan pasien Definisi :
Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis. mampu meningkatkan (1101) integritas Meminimalkan tekanan pada bagian
Batasan karakteristik : jaringan : kulit dan membran tubuh.
 Kerusakan integritas kulit mukosa. Aktivitas-aktivitas :
Faktor yang berhubungan : Definisi :  Berikan pakaian yang tidak
 Cedera kimiawi kulit (mis., luka bakar, Keutuhan struktur dan fungsi fisiologis ketat pada pasien
kapsaisin, metilen klorida, agens mustrad) kulit dan selaput lendir secara normal.  Balikkan posisi pasien minimal
 Hipotermia Dengan kriteria hasil : setiap 2 jam sesuai jadwal
 Gangguan turgor kulit  (110101) suhu kulit ditingkatkan khusus

 Gangguan volume cairan dari skala 2 ke skala 4  Monitor area kulit dari adanya
 (110104) hidrasi ditingkatkan kemerahan dan adanya pecah-
dari skala 2 ke skala 4 pecah
 (110113) integritas kulit  Monitor mobilitas dan aktivitas
ditingkatkan dari skala 2 ke skala pasien
4  Monitor status nutrisi pasien
(1107) penyembuhan luka bakar  Monitor sumber tekanan dan
Definisi : gesekan
Tingkat kesembuhan fisik dan psikologis
secara keseluruhan pada luka bakar
mayor.
Dengan kriteria hasil :
 (110703) persentase luka bakar
yang sembuh ditingkatkan dari
skala 2 ke skala 4
 (110704) stabilitas suhu
ditingkatkan dari skala 2 ke skala
5
 (110706) keseimbangan cairan
ditingkatkan dari skala 2 ke skala
5
C. DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Cetakan II.
Jakarta : Salemba Mahardika.
Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. 2005. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong W,
editor. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Amin & Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarata : Percetakan Mediaction Publishing
Jogjakarta
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media
Huddak & Gallo. 2006. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Lukman Abdul. 2011. Askep Luka Bakar Combustio. Available.on
Masoenjer,dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI. Jakarta : Media
Aeuscullapius
Nanda International. 2013.Aplikasi Asuhan Keperawata Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC- NOC Jilid 1 & 2. Jakarata:
Sjamsudiningrat, R & Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai