OLEH :
071191030
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNGARAN
2020
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Luka bakar merupakan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh panas
cairan, api, uap, bahan kimia, listrik, radiasi matahari dan gesekan atau friksi
(Sjamsuhidayat, 2005).
Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap,
listrik, bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya
berupa luka ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam
nyawa yang membutuhkan perawatan medis yang intensif (PRECISE, 2011).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam. Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi setiap sel
tubuh, semua sistem dapat terganggu, terutama sistem kardiovaskuler.
2. Etiologi
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah
a. Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald) ,jilatan
api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau
kontak dengan objek-objek panas lainnya(logam panas, dan lain-lain)
(Moenadjat, 2005).
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan dalam bidang industri militer ataupun bahan pembersih yang sering
digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat, 2005).
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan.
Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi
paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khusunya tunika
intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali
kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus
maupun grown (Moenadjat, 2001).
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio aktif.
Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan
terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari
yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi.
3. Patofisiologi
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau
radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 440C tanpa
kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap
drajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang
kurang tahan dengan konduksi panas. Kerusakan pembuluh darah ini
mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah, dalam hal
ini bukan hanya cairan tetapi protein plasma dan elektrolit. Pada luka bakar
ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir menyelutruh, penimbunan
jaringan masif di intersitial menyebabakan kondisi hipovolemik. Volume cairan
iuntravaskuler mengalami defisit, timbul ketidak mampuan menyelenggarakan
proses transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal dengan syok (Moenajat, 2001).
Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh
kegagalan organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem
yaitu terjadinya kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh darah
kapiler, peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan protein), sehingga
mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan cairan intraseluler menurun, apabila
hal ini terjadi terus menerus dapat mengakibatkan hipopolemik dan
hemokonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya gangguan perfusi jaringan.
Apabila sudah terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan mengakibatkan
gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi orang organ organ penting
seperti : otak, kardiovaskuler, hepar, traktus gastrointestinal dan neurologi yang
dapat mengakibatkan kegagalan organ multi sistem.
4. PATHWAY
Luka bakar
Pathway
Masalah keperawatan
Kerusakan Keracunan
mukosa
Penguapan
Edema laring Resiko tinggi terhadap infeksi
meningkat
Tekanan osmotic
menurun
Hipovolemik dan
hemokonsentrasi
Gangguan makrosirkulasi
Gangguan sirkulasi
perifer
Gangguan perfusi organ
Gangguan perfusi
Otak-hipoksia-sel otak
mati¸gangguan fungsi sentral
Laju matebolism
Kardiovaskuler-kebocoran
kapiler-gagal jantung Glukonegesis
Ginjal –hipoksi-fungsi
Perubahan nutrisi
ginjal menurun-gagal ginjal
Hepar- pelepasan
ketolokolamin-gagal hepar
Gastro intestinal-
dilatasi lambung
Untuk anak-anak rumus ini tidak dapat dipakai karena kepala relatif lebih besar,
dan ekstremitas yang relatif kecil sehingga harus lihat patokan sebagai berikut :
7. Komplikasi Combustio/ Luka Bakar
1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
2. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas
kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam
kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan
bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh
darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah
sehingga terjadi iskemia.
3. Adult Respiratory Distress Syndrome
Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan
pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien.
4. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling
Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-tanda ileus
paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat mengakibatnause.
Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat stress fisiologik yang massif
(hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh darah okulta dalam feces,
regurgitasi muntahan atau vomitus yang berdarha, ini merupakan tanda-tanda
ulkus curling.
Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik
yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya
pasien menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi, penurunan
pengeluaran urine, perubahan pada tekanan darah, curah jantung, tekanan vena
sentral dan peningkatan frekuensi denyut nadi.
5. Gagal ginjal akut
Pengeluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi cairan
yang tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektis dalam urine.
8. Manifestasi klinis
Luka Bakar Ringan Luka Bakar Sedang Luka bakar derajat berat
1. Luka bakar derajat II 1. Luka bakar derajat II 1. Luka bakar derajat II 25
<15% 15-25 % pada orang % atau lebih
2. Luka bakar derajat II dewasa 2. Luka bakar derajat II
<10% pada anak-anak 2. Luka bakar derajat II 20% atau lebih
3. Luka bakar derajat III < 10-25 % pada abak-anak 3. Luka bakar derajat III
2% 3. Luka bakar derajat II 10% atau lebih
<10% 4. luka bakar mengenai
tangan, wajah, telinga,
mata, kaki dan
genitalia/perineum
5. Luka bakar dengan
cedera inhalasi, listrik,
disertai trauma lain.
Pada eksisi tangensial, kulit yang terkena luka bakar dihilangkan dalam
lapirsan tipis dengan dermatom sampai dicapai jaringan viabel yang
mendasari. Bila seluruh luka sudah dieksisi sampai lapangan normal,
maka luka sudah bisa ditutup dengan cangkokan sebagai ketebalan
kulit (split thickness). Cangkokan kulit harus disesuaikan dengan
keadaan kulit yang akan dicangkokan. Sebagai contoh apabila luka
bakar terjadi pada wajah dengan cangkokan kecil maka harus ditutup
dengan cangkokan kecil yang diambil dari daerah post-auricularis atau
supraclavicularis untuk menghindari kesulitan mencocokan warna.
Bedah rekonstruksi merupakan tindakan bedah yang mengkhususkan
pada penanganan kecacatan serta kelainan pada kulit, jaringan lunak,
rangka, dan otot. Salah satu contoh tindakan bedah ini adalah cangkok
kulit (transpalnatasi kulit) pada pasien yang mengalami kerusakan kulit
akibat luka bakar atau kecelakaan. Transplantasi umumnya merupakan
auto-transplantasi, yaitu kulit yang digunakan berasal dari individu
yang sama. Hal ini dilakukan sebgai upaya untuk meningkatkan
keberhasilna tindakan bedah untuk meminimalkan reaksi penolakan
tubuh yang dapat timbul
(00132) Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan (1400) manajemen nyeri
Definisi : selama 3x24 jam, diharapkan pasien Definisi :
Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan mampu (1605) kontrol nyeri dengan Pengurangan atau reduksi nyeri sampai
yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau baik. pada tingkat kenyamanan yang dapat
potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan ; Dengan kriteria hasil : diterima oleh pasien.
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan (160502) mengenali kapan nyeri Aktivitas-aktivitas :
hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau terjadi ditingkatkan dari skala 3 Lakukan pengkajian nyeri
diprediksi. ke skala 5 komprehensif yang meliputi
Batasan karakteristik : (160501) menggambarkan faktor lokasi, karakteristik, durasi,
Ekspresi wajah nyeri (mis., mata kurang prnyebaba ditingkatkan dari skala frekuensi, intensitas dan faktor
bercahaya, tampak kacau, gerakan mata 3 ke skala 5 pencetus.
berpencar atau tetep pada satu fokus, meringis) (160503) menggunakan tindakan Pastikan perawatan analgesik
Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan pencegahan ditingkatkan dari pada pasien dilakukan dengan
aktivitas (mis., anggota keluarga,pemberi skal 3 ke skala 5 pemantauan yang ketat
asuhan) (160505) menggunakan analgesik Kendalikan faktor lingkungan
Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah, yang dirokomendasikan dari yang dapat mempengaruhi
merengek, menangis, waspada) skala 3 ke skala 5 respon pasien terhadap
Faktor yang berhubungan : (160511) melaporkan nyeri yang ketidaknyamanan (misalnya,
Agen cedera fisik (mis., abses, amputasi, luka terkontrol ditingkatkan dari skala suhu ruangan, pencahayaan,
bakar, prosedur pembedahan, trauma, olahraga 3 ke skala 5 suara bising)
berlebihan) Kurangi faktor-faktor yang
dapat meningkatkan nyeri
( misalnya, ketakutan,
kelelahan, keadaan monoton dan
kurang pengetahuan)
Ajarkan menggunaan teknik
non-farmakologi
(00046) kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan keperawatan (3500) manajemen tekanan
Definisi : selama 3x24 jam, diharapkan pasien Definisi :
Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis. mampu meningkatkan (1101) integritas Meminimalkan tekanan pada bagian
Batasan karakteristik : jaringan : kulit dan membran tubuh.
Kerusakan integritas kulit mukosa. Aktivitas-aktivitas :
Faktor yang berhubungan : Definisi : Berikan pakaian yang tidak
Cedera kimiawi kulit (mis., luka bakar, Keutuhan struktur dan fungsi fisiologis ketat pada pasien
kapsaisin, metilen klorida, agens mustrad) kulit dan selaput lendir secara normal. Balikkan posisi pasien minimal
Hipotermia Dengan kriteria hasil : setiap 2 jam sesuai jadwal
Gangguan turgor kulit (110101) suhu kulit ditingkatkan khusus
Gangguan volume cairan dari skala 2 ke skala 4 Monitor area kulit dari adanya
(110104) hidrasi ditingkatkan kemerahan dan adanya pecah-
dari skala 2 ke skala 4 pecah
(110113) integritas kulit Monitor mobilitas dan aktivitas
ditingkatkan dari skala 2 ke skala pasien
4 Monitor status nutrisi pasien
(1107) penyembuhan luka bakar Monitor sumber tekanan dan
Definisi : gesekan
Tingkat kesembuhan fisik dan psikologis
secara keseluruhan pada luka bakar
mayor.
Dengan kriteria hasil :
(110703) persentase luka bakar
yang sembuh ditingkatkan dari
skala 2 ke skala 4
(110704) stabilitas suhu
ditingkatkan dari skala 2 ke skala
5
(110706) keseimbangan cairan
ditingkatkan dari skala 2 ke skala
5
C. DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Cetakan II.
Jakarta : Salemba Mahardika.
Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. 2005. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong W,
editor. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Amin & Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarata : Percetakan Mediaction Publishing
Jogjakarta
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media
Huddak & Gallo. 2006. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Lukman Abdul. 2011. Askep Luka Bakar Combustio. Available.on
Masoenjer,dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI. Jakarta : Media
Aeuscullapius
Nanda International. 2013.Aplikasi Asuhan Keperawata Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC- NOC Jilid 1 & 2. Jakarata:
Sjamsudiningrat, R & Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC