NPM : 0806334552
Tanda Tangan
Tanggal
~
: 10 Juli 2012
ii
Analisis praktik ..., Widia Sandy, FIK UI, 2013
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 10 Juli 2013
Karya Ilmiah Akhir Ners ini telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji
pada Program Pendidikan Ners Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
PembiJ!lbing
iv Universitas Indonesia
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir yang
berjudul “Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan
pada Pasien Post Operasi Laparatomi Apendiktomi Et Causa Apendisitis Perforasi di
RSUP Fatmawati” dalam rangka memenuhi tugas mata ajar Karya Ilmiah Akhir.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam karya ilmiah akhir
ini. Namun, berkat bantuan dan bimbingan semua pihak maka laporan karya ilmiah
akhir ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Nur Agustini, SKp., MSi. Pembimbing akademik yang membimbing
penulis di lahan praktik.
2. Ibu Siti Chodidjah, SKp., MN. Pembimbing akademik yang membimbing
penulis di lahan praktik yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan
semangat selama penulis menjalani praktik di lahan praktik.
3. Ibu Fajar Tri Waluyanti, SKp., M.Kep., Sp. Kep. An. Koordinator mata ajar
peminatan anak dan pembimbing karya ilmiah akhir yang telah meberikan
motivasi, bimbingan dan doa yang sangat berguna selama proses penulisan
dan penyusunan karya ilmiah ini.
4. Ibu Riri Maria, S.Kp., MANP. Selaku koordinator Karya Ilmiah Akhir Ners
(KIAN) yang telah memberikan format penulisan KIAN.
5. Ibu Dewi Irawaty, MA., PhD. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
6. Bapak, Ns. Faisal, S.Kep selaku pembimbing klinik di R.S.U.P Fatmawati
7. Mama, Bapak dan Abang penulis yang telah memberikan semangat,
dukungan materil, moril, kasih sayang, dan doa sehingga penulis dapat
Penulis
vi
Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah
Inl:
beserta perangkat yang ada ljika diperlukan). Dengan hak Bebas Royalti Noneklusif
ini lJniversitas Indonesia berhak menyinlpan.. ll1engalih InediaJ formatkan, n1engelola
dalanl bentuk pangkalan data ((lal{jbase)~ Inera\Vat., dan men1publikasikan tugas akhir
saya selama tetap mencantuIYlkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai
pen1ilik Hak Cipta.
I
( Widia Sandy) I
I
I,
vii
viii
The incidence of appendicitis in rich countries, especially at the urban areas increased.
Appendicitis can occur due to low fiber food consumption patterns urban communities that
became their habit. One of complications appendicitis is perforated appendicitis. This
complication cause some effects, one of the effects is increasing child body temperature
above normal. This paper aims to describe the nursing care children laparotomy
appendectomy postoperative day four. This paper is also implementing a complementary
therapy treatment tepid sponge. The conclusion is the child's body temperature dropped to 0.9
° C after 60 minutes by applying tepid sponge with antipyretic therapy in children who
experienced an increase in body temperature.
ix
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................ vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………….. 4
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………... 4
1.3.1 Tujuan Umum…………………………………………….... 4
1.3.2 Tujuan Khusus…………………………………………….. 4
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………. 5
1.4.1 Bagi Masyarakat…………………………………………… 5
1.4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan……………………………... 5
1.4.3 Bagi Praktik Keperawatan ………………………………... 5
5. PENUTUP ................................................................................................... 27
5.1 Kesimpulan………………………………........................................ 27
5.2 Saran………………………………………………………………. 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
xii
xiii
Lampiran 2 Pengkajian
xiv
Apendisitis dapat disebabkan oleh gaya hidup dan kebiasaan sehari-hari yang
tidak sehat seperti kurangnya mengkonsumsi makanan berserat dalam menu
sehari-hari. Makanan rendah serat memicu terbentuknya fecalith yang dapat
menyebabkan obstruksi pada lumen appendiks (Marianne, Susan & Loren,
2007). Apendisitis dapat disebabkan oleh penyebab lainnya antara lain;
hyperplasia jaringan limfoid, infeksi virus, parasit Enterobius vermicularis
yang dapat menyumbat lumen appendiks (Hockenberry & Wilson, 2007).
1 UNIVERSITAS INDONESIA
Gejala klasik yang terjadi pada anak yang menderita apendisitis antara lain
nyeri periumbilikal, mual, muntah, demam, dan nyeri tekan pada kuadaran
kanan bawah perut, (Marianne, Susan & Loren, 2007). Beberapa tanda nyeri
yang terjadi pada kasus apendisitis dapat diketahui melalui beberapa tanda
nyeri antara lain; Rovsing’s sign, Psoas sign, dan Jump Sign, (Lynn, Cynthia
& Jeffery, 2002).
Angka kejadian anak yang dirawat di RS. Fatmawati dengan diagnosis medis
apendisitis dalam 3 bulan terakhir (Maret-Juni 2013) terdapat 15 kasus dari
total pasien yang tercatat 459 pasien. Selama 7 minggu melaksanakan praktik
profesi Ners di RS. Fatmawati, penulis sudah menemukan 6 anak yang
mengalami apendisitis perforasi dengan rentang usia (4-6 tahun), 7 anak
dengan rentang usia (7-12 tahun) dan 2 anak yang mengalami apendisitis akut
dengan rentang usia (13-18 tahun). Penulis menemukan masalah yang terjadi
pada anak yang mengalami post opeasi laparatomi appendiktomi et causa
apendisitis perforasi yaitu adanya demam yang hilang timbul.
UNIVERSITAS INDONESIA
Demam merupakan tanda klinis suatu penyakit pada anak. Menurut American
Academy of Pediatrics (AAP) seorang anak usia lebih dari 3 tahun mengalami
demam jika suhu rectal melebihi 38°C. Secara tradisional demam diartikan
sebagai kenaikan suhu tubuh di atas normal. Demam dapat terjadi setelah
tindakan pembedahan. Saat ini pengobatan demam dilakukan dengan cara
pemberian antipiretik, manajemen cairan, pemakaian baju yang tipis dan tepid
sponge.
Tepid sponge merupakan terapi yang diberikan untuk mengatasi demam pada
anak secara non medis dengan menggunakan kompres hangat (Sharber, 1997).
Teknik ini dilakukan dengan memberikan kompres hangat pada anak, dengan
suhu air 30-35°C. Sebuah penelitian di India menunjukkan bahwa pemberian
antipiretik yang disertai tindakan tepid sponge menurunkan suhu tubuh lebih
cepat dibandingkan dengan pemberian antipiretik saja (Thomas, Vijaykumar,
Naik, Moses, & Antonisamy, 2009). Penelitian Tia Setiawati 2009
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada kelompok intervendi
dan kelompok kontrol yang diberikan terapi tepid sponge dan disertai
pemberian antipiretik.
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
6 UNIVERSITAS INDONESIA
Persrafan yang mempersarafi appendiks terdiri dari saraf simpatis dan saraf
parasimpatis. Persarafan parasimpatis berasal dari cabang nervus vagus yang
mengikuti arteri mesenterika superior dari arteri appendikularis. Sedangkan
persarafan simpatis berasal dari nervus torakalis X. Oleh karena itu, nyeri
viseral pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus.
Appendiks bagian dari organ sistem pencernaan tubuh manusia yang tidak
memiliki fungsi yang jelas. Namun appendiks memiliki fungsi sebagai
pelindung terhadap infeksi mikroorganisme intestinal. Appendiks
menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke
dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Imunoglobulin sekretoar
yang dihasilkan oleh Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT) yang terdapat
disepanjang saluran cerna termasuk appendiks ialah Imunoglobulin A (Ig-A).
Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi yaitu
mengontrol proliferasi bakteri, netralisasi virus, serta mencegah penetrasi
enterotoksin dan antigen intestinal lainnya.
UNIVERSITAS INDONESIA
2.2 Apendisitis
Apendisitis merupakan peradangan pada appendiks dan menjadi penyebab
umum terjadinya tindakan emergency bedah abdomen pada anak
(Hockenberry & Wilson, 2008). Definisi lain Apendisitis merupakan
peradangan pada appendiks, sebuah kantung buntu yang berhubungan dengan
bagian akhir secum yang umumnya disebabkan oleh obstruksi pada lumen
appendiks (Luxner, 2005). Jadi dapat disimpulkan apendisitis merupakan
peradangan yang terjadi pada appendiks (kantung buntu yang berhubungan
dengan akhir secum) yang disebabkan oleh obstruksi pada lumen appendiks.
Etiologi apendisitis yang terjadi antara lain disebabkan oleh obstruksi lumen
appendiks. Obstruksi lumen pada appendiks yang menyebabkan apendisitis
antara lain karena; material feses yang keras (fecalith), hyperplasia jaringan
limfoid, dan infeksi virus (Hockenberry & Wilson, 2007). Penyebab lainnya
dari apendisitis antara lain; benda asing, infeksi bakteri, parasit, dan tumor
appendiks atau sekum (Lynn, Cynthia, & Jeffery, 2002).
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
Tindakan bedah biasanya dilkukan pada kuadran kanan bawah perut dengan
dilakukan insisi (appendiktomi terbuka). Operasi laparoscopic biasanya
dilakukan untuk mengatasi apendisitis akut nonperforasi. Tiga buah kanula
dimasukkan ke dalam perut, satu kanula pada umbilicus, satu kanula pada
kuadran kiri bawah perut, dan satu lagi pada area suprapubic. Telescope kecil
dimasukkan melalui kanula pada kuadran kiri bawah dan stapler endoscopic
dimasukkan melalui kanula umbilicus. Appendiks akan diligasi dengan
menggunakan stapler dan dikeluarkan melalui kanula lewat umbilicus.
Manfaat laparascopi appendiktomi mengurangi waktu operasi dan dibawah
pengaruh anestesi dan juga mengurangi risiko terjadinya infeksi pada luka
postoperasi (Hockenberry & Willson, 2007).
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
Bendungan mucus
Edema pada dinding appendiks Gangguan aliran vena Gangguan aliran arteri
Merangsang tunika serosa peritoneal visceral Peradangan ke peritoneum Suplai O2 ke appendiks menurun
Merangsang nervus X Nyeri pada perut bagian kuadran kanan bawah Gangguan perfursi pada appendiks
Masalah keperawatan:
Risiko defisit volume
cairan
Tindakan bedah Laparatomi Appendiktomi (11 Juni 2013)
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
17 UNIVERSITAS INDONESIA
3.3 Pengkajian
Berdasarkan pemeriksaan fisik pada An. W ditemukan data; kesadaran klien
compos mentis, klien tampak merintih menangis, dan teraba hangat pada kulit
klien. Klien mengeluhkan nyeri pada perut dank klien saat dilakukan
pengkajian nyeri dengan skala Wong Baker menunjukan skala nyeri yang
dirasa pada skala 4. Status nutrisi An. W dengan berat badan 14 Kg dan tinggi
badan 101 cm menurut grafik growth chart CDC 2000 status nutrisi klien
berada pada persentile 87.5 % tergolong dalam gizi sedang. Klien saat masuk
ruang rawat bedah anak tampak pucat, konjungtiva anemis, kulit dan mukosa
bibir lembab, turgor kulit elastis, capillari refill time (CRT) < 2”, terukur suhu
tubuh 38,60C. Hasil observasi tampak balutan luka operasi klien terdapat
rembes. Berdasarkan wawancara didapatkan data bahwa An. W sebelumnya
pernah dirawat selama tiga hari di RS lain sebelum dirujuk ke RSUP
Fatmawati.
UNIVERSITAS INDONESIA
Masalah keperawatan nyeri akut pada An. W didukung dengan data, anak
terlihat menangis dan rewel. Klien mengeluhkan nyeri pada perut. Klien
mampu menunjukan skala nyeri yang dirasa pada skala 4 menurut skala Wong
Baker. Terdapat balutan luka operasi laparatomi apendiktomi hari ke 4.
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
Berdasarkan catatan kepegawaian di ruang anak lantai III utara diperoleh data
bahwa pegawai di ruang ini terdiri dari perawat, pekarya, dan Cleaning
Service. Ruangan tersebut dipimpin oleh seorang kepala ruangan yang berlatar
belakang pendidikan S1 Keperawatan dan sedang melanjutkan studi S2 yang
membawahi 22 orang perawat, 2 pekarya, dan 2 Cleaning Service. Pendidikan
perawat di ruang tersebut pun cukup bervariasi. Perawat ruangan memiliki
tingkat pendidikan S1 (61%) dan D3 (37%). Terdapat 1 orang perawat yang
sedang melanjutkan studi ke jenjang pendidikan S1 dan dua perawat yang
melanjutkan studi ke jenjang pendidikan S2.
22 UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
Pencegahan agar tidak terjadinya kontaminasi silang pada luka post operasi
klien dan petugas kesehatan diperlukan tindakan pemutusan rantai infeksi.
Pemutusan rantai infeksi juga dapat dilakukan melalui portal keluar (Crisp &
Taylor, 2009). Caranya adalah dengan melaksanakan teknik mencuci tangan
dan penyediaan tempat pembuangan sampah infeksius. Teknik cuci tangan
dengan enam langkah merupakan program rumah sakit yang sudah
disosialisasikan melalui media poster dan melalui penjelasan perawat kepada
anggota keluarga klien. Namun tempat pembuangan sampah infeksius di
ruang rawat belum tersedia.
4.2 Analisa Masalah Keperawatan dengan Konsep terkait KKMP dan Kasus
Terkait
Pada praktik di rumah sakit, mahasiswa mengelola satu pasien kelolaan utama
dengan post operasi laparatomi appendiktomi. An. W merupakan pasien
kelolaan utama dengan diagnosa medis apendisitis perforasi. Masalah
keperawatan yang muncul pada An. W, meliputi nyeri akut,
ketidakseimbangan thermoregulasi, risiko nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh, dan risiko penyebaran infeksi.
Data yang didapat dari hasil wawancara kepada Ibu klien mengenai proses
terjadinya apendisitis pada anak didapat informasi mengenai kebiasaan makan
An. W yang tidak suka mengkonsumsi sayur dan jarang makan buah, sulit
BAB 3-4 hari sekali. Perilaku-perilaku tersebut kemungkinan menjadi
penyebab apendisitis pada klien. Kurangnya konsumsi serat mengakibatkan
konsistensi feses menjadi keras. Feses yang mengeras seperti batu (fecalith)
dapat menyebabkan sumbatan pada lumen appendiks. Sumbatan yang terjadi
pada lumen appendiks akan menimbulkan peradangan pada appendiks.
UNIVERSITAS INDONESIA
4.3 Analisa Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Aplikasi tesis yang terkait dengan asuhan keperawatan anak dengan post
operasi laparatomi appendiktomi yang mengalami demam, yaitu terapi tepid
sponge untuk menurunkan suhu tubuh anak ke dalam rentang normal. Terapi
tepid sponge ini merupakan terapi dilakukan sejalan dengan penatalaksanaan
medis bagi anak dengan demam.
Mahasiswa tertarik menerapkan terapi tepid sponge ini karena dua alasan.
Pertama, mahasiswa melihat adanya kesempatan di ruangan karena fenomena
klien anak yang mengalami demam di ruang rawat, namun hanya
mendapatkan terapi secara medis saja, sehingga mahasiswa berpeluang untuk
membuktikan aplikasi tindakan keperawatan ini. Kedua, terapi pijat ini dapat
diterapkan dalam upaya penerapan teori family-centered care (FCC). FCC
merupakan suatu filosofi keperawatan yang mengakui pentingnya keluarga
sebagai fokus dasar dalam intervensi perawatan kesehatan (Bowden &
Greenberg, 2012). Model ini menekankan bahwa hubungan kolaborasi antara
keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan untuk mencapai hasil positif bagi
anggota keluarga yang sakit. Terapi tepid sponge ini dapat melibatkan ibu
sebagai pemberi terapi pada anaknya.
UNIVERSITAS INDONESIA
Tepid sponge diberikan pada klien kelolaan utama yaitu An. W yang
mengalami demam dengan suhu 38.6°C. Setelah dilakukan tepid sponge dan
kolaborasi pemberian antipiretik didapatkan penurunan suhu pada 60 menit
pertama menjadi 37.7°C. Suhu turun 0.9°C setelah pemberian terapi tepid
sponge dan kolaborasi antipiretik. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa terdapat penurunan suhu pada anak dengan demam setelah dilakukan
teknik tepid sponge dan kolaborasi antipiretik. Namun An. W pada awal
pemberian mengalami menggigil dan dihentikan sementara.
UNIVERSITAS INDONESIA
pelayanan, pasien, dan keluarga. Keluarga yang dimaksud dalam konsep FCC
adalah dua atau lebih orang yang mempunyai kaitan biologis, hukum atau
emosional dengan klien. Klien menetapkan siapa yang dianggap sebagai
keluarga serta tingkat keterlibatan keluarga dalam pemberian pelayanan
kesehatan. FCC menguatkan keluarga dan mendorong keluarga untuk
berpartisipasi aktif dalam perawatan anak. Teknik tepid sponge ini dapat
diajarkan pada Ibu melalui peran perawat sebagai edukator. Ibu sebagai
bagian dari keluarga anak dapat memberikan perawatan saat anaknya
mengalami demam dengan menggunakan tepid sponge. Dengan demikian, Ibu
dapat melanjutkan terapi sendiri, baik di rumah sakit maupun di rumah setelah
keluar dari rumah sakit.
UNIVERSITAS INDONESIA
5.1 Kesimpulan
Gambaran umum anak dengan post operasi laparatomi et causa apendisitis
perforasi didapatkan data, anak tampak menangis merintih mengeluhkan
nyeri pada luka operasi. Luka post operasi laparatomi apendiktomi sepanjang
15 cm berisiko mengalami infeksi. Anak mengalami demam naik turun. Dan
anak harus menjalani puasa sebelum pergerakan peristaltic usus anak kembali
normal. Asuhan keperawatan post operasi laparatomi appendiktomi telah
diberikan pada An.W untuk mengatasi masalah keperawatan nyeri akut,
ketidakseimbangan thermoregulasi, dan risiko penyebaran infeksi. Masalah
keperawatan terkait nyeri akut dan ketidakseimbangan thermoregulasi telah
teratasi. Penerapan aplikasi terapi tepid sponge terbukti mampu menurunkan
suhu tubuh anak lebih cepat. Suhu sebelum diberi terapi yaitu 38.6°C dan
setelah diberi terapi tepid sponge disertai pemberian antipiretik terjadi
penurunan suhu sebanyak 0.9°C dalam 60 menit pertama. Namun ada satu
masalah yang tidak terselesaikan yaitu risiko penyebaran infeksi pada luka
post operasi. An. W dipulangkan oleh pihak dokter setelah dirawat selama 7
hari di ruang rawat lantai 3 utara. Kondisi luka post operasi An.W masih
terbuka dan menghasilkan pus. Selama perawatan telah dilakukan perawatan
luka setiaphari dengan menggunakan absorben pada dressing untuk
mengangkat produksi pus. An.W diberikan terapi antibiotik yang dikonsumsi
di rumah dan disarankan untuk menjalani rawat jalan.
27 UNIVERSITAS INDONESIA
5.2 Saran
Mengacu pada hasil yang positif, yaitu terjadi penurunan suhu tubuh setelah
diberikan terapi tepid sponge disertai pemberian antipiretik. Oleh karena itu,
diharapkan institusi pelayanan kesehatan dapat memberikan terapi ini kepada
klien anak yang mengalami demam dan disertai pemberian antipiretik untuk
memberikan hasil yang maksimal
Aplikasi terapi tepid sponge ini baru diberikan kepada pasien kelolaan utama
selama mahasiswa praktik di rumah sakit. Keterbatasan jumpah responden dan
waktu mahasiswa ini kurang memberikan hasil yang signifikan bagi
penelitian. Oleh karena itu, diharapkan penerapan aplikasi terapi tepid sponge
ini dapat diberikan dengan jumlah responden yang lebih banyak.
UNIVERSITAS INDONESIA
Pendidikan
1. Program Ners FIK UI Tahun 2012 – 2013
2. FIK UI Tahun 2008 – 2012
3. SMAN 1 Tebing Tinggi Tahun 2005 – 2008
4. SMPN 1 Sei Suka Tahun 2002 – 2005
5. SDN 016397 Tanjung Gading Tahun 1996 – 2002
6. TK Mitra Inalum 1995 – 1996
I. IDENTITAS DATA
Nama : An. W
Tempat/tgl lahir : Jakarta, 03/08/2008
Usia :4 Tahun 10 Bulan
Nama Ayah/Ibu :Tn. G/ Ny. S
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pekerjaan Ibu :Ibu rumah tangga
Alamat : Jalan Mohamad Kahfi I no. 14 RT 06 RW 12 Cipedak
Jagakarsa
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan Ayah :SLTA
Pendidikan Ibu :SLTA
AN.w 4
thn
An W merupakan anak pertama dari pasangan Tn. G dan Ny. S yang saat ini dirawat
setelah tindakan operasi laparatomi appendiktomi.Tn. G dan Ny. S mengatakan tidak
memiliki riwayat penyakit jantung, gula dan asthma di dalam keluarga. Kedua
orangtua Tn.G masih hidup dan sehat. Kedua orangtua Ny. S masih hidup dan sehat.
Saat ini An.W tinggal didalam keluarga inti bersama Tn. G dan Ny.S
V. RIWAYAT SOSIAL
1. Yang mengasuh: kedua orangtua klien
2. Hubungan dengan anggota keluarga: baik
3. Hubungan dengan teman sebaya: baik, klien bermain dengan teman sebaya di
lingkungan rumah
4. Pembawaan secara umum: anak tampak ramah dan ceria saat tidak merasa nyeri
5. Lingkungan rumah: menurut Ibu klien, lingkungan rumah klien di daerah padat
penduduk tidak ada halaman untuk bermain anak.
4. Status cairan: turgor kulit elastis, membrane mukosa lembab, CRT < 2 detik,
5. Obat-obatan: cefotaxime IV drip 550 mg/8 jam
Metronidazole IV drip 250 mg/8 jam
Farmadol drip 150 mg/8 jam
RL 500 cc/ 8 jam
6.Aktivitas: terbatas terbaring di tempat tidur
7. Tindakan Keperawatan : perawatan luka post operasi setiap hari
Pemberian tepid sponge untuk mengatasi demam
Pemberian terapi sesuai program
8. Hasil Laboratorium
Hasil Intepretasi hasil
Pemeriksaan Satuan Rujukan
14/6/13 15/6/13
HEMATOLOGI
Hemoglobin 8.9 13.1 g/dl 10.8-15.6
Hematokrit 29 42 % 35-43
Leukosit 16.4 19.9 Ribu/ul 5.5-15.5 Leukositosis
Trombosit 1.059 1.076 Ribu/ul 229-553 Trombositopenia
Eritrosit 3.33 4.81 Juta/ul 3.70-5.70
DS:
- Ibu klien mengatakan An.W suka memegang
balutan luka operasi
DO:
- Tampak balutan operasi rembes
- Luka operasi saat di GV tampak basah
dibagian ujung kiri.
- Terdapat pus pada luka
- Tampak jahitan luka operasi mulai
merenggang. Risiko penyebaran infeksi
- Klien dengan diagnosa medis apendisitis
perforasi
- Sudah dilakukan pus kultur pada tanggal 11
juni dengan hasil pembiakan Eschericia Coli
CATATAN PERKEMBANGAN
14 Juni 2013 Nyeri akut -Memberikan obat S: klien mengatakan nyeri yang dirasakan
Jum’at farmadol IV drip 150 sudah berkurang
DS: mg. O:
20.00-21.30 -Anak tampak tenang
WIB - An.W mengatakan merasa -Melakukan terapi -Klien menunjukkan nyeri yang dirasa
nyeri pada luka operasi setelah pemberian obat dan bermain
bermain boneka bercerita
Dinas malam DO: boneka berkurang menjadi skala 2.
untuk mendistraksi nyeri -Anak tampak bisa beristirahat dengan
- An W, menunjukkan skala klien posisi semifowler
nyeri yang dirasa pada skla A:
4 dengan skala nyeri Wong -,Memberikan posisi Masalah nyeri teratasi sebagian
Baker. semi fowler P: observasi nyeri klien
- An. W tampak merintih -Lanjutkan pemberian terapi analgetik
menahan sakit -Mengukur skala nyeri sesuai program farmadol 150 mg/8 jam
- An W tampak lemas dengan skala Wong pada jam 4.00 WIB (15 Juni 2013)
- An W tampak memegang Baker setelah tindakan -Lanjutkan terapi bermain boneka untuk
perutnya diberikan distraksi nyeri klien
- Tampak balutan luka post
operasi laparatomi
appendiktomi hari ke 4
14 & 15 Juni Risiko ketidak seimbangan - Menjelaskan kondisi S: Orangtua klien mengatakan setuju
2013 nutrisi kurang dari kebutuhan klien dan meminta untuk tranfusi
tubuh persetujuan orangtua -Klien mengatakan masih merasa lapar
Jum’at klien untuk tindakan setelah diberikan pregestimil 30 cc
DS: transfusi PRC O: Klien tampak menghabiskan diet
22.00-01.00 - Memberikan tanfusi pregistimil yang diberikan
- Klien mengatakan lapar PRC 150 cc sesuai -Transfusi PRC 150 cc diberikan pada
Dinas malam ingin makan program terapi. jam 22.00 WIB
DO: - Memberikan diet -Tidak tampak respon alergi saat
pregistimil 30 cc/ 4 pemberian transfuse
- Klien menjalani jam via oral. -Transfusi selesai jam 01. WIB.
puasa/dekompresi - Menjelaskan kepada A: Masalah teratasi sebagian
lambung selama 3 hari ibu klien diet yang P: Cek DPL setelah pemberian transfusi
post operasi diberikan diet cair per -Lanjutkan pemberian diet pregistimil/4
- Post op hari ke 4 diberikan 4 jam dan sebanyak 40 jam
diet pregistimil 6 x30 cc cc -Observasi tanda kembung, mual dan
- Hb: 8.9 g/dl -Memotivasi klien dan muntah pada anak.
- Klien tampak pucat keluarga makan sedikit
- Konjungtiva anemis bertahap
BB 14 Kg, TB, 107 cm
17 Juni 2013 Risiko penyebaran infeksi -Memberikan perawatan S: Klien mengatakan malu jangan dilihat
Senin luka dengan
lukanya,
DS: mempertahankan teknik
07.00-10.00 steril O: Klien menangis saat luka dibersihkan
WIB - Ibu klien mengatakan -Mengobservasi kondisi
-Luka dibersihkan dengan NaCl 0.9 %
An.W suka memegang luka
Dinas pagi balutan luka operasi -Mendokumentasikan -Tampak luka post operasi sepanjang 15
DO: kondisi luka
cm, dengan kondisi luka basah 2cm pada
Post operasi -Memberikan absorben
- Tampak balutan operasi pada balutan luka untuk ujung kiri terdapat pus berwarna kuning
hari ke 6
rembes drain pus
dan bau.
- Luka operasi saat di GV -Memberikan antibiotik
tampak basah dibagian cefotaxime 550 mg IV -Diberikan absorben pada luka
ujung kiri. drip
-Luka ditutup dengan balutan kasa kering
- Terdapat pus pada luka -Memberikan antibiotic
- Tampak jahitan luka metronidazole 250 mg A: Masalah belum teratasi
operasi mulai merenggang. IV drip
P: Lanjutkan perawatan luka setiap hari
- Klien dengan diagnosa
medis apendisitis perforasi -Lanjutkan pemberian antibiotic sesuai
- Sudah dilakukan pus kultur
program/8 jam
pada tanggal 11 juni
dengan hasil pembiakan -Observasi tanda-tanda infeksi pada luka
Eschericia Coli
-Observasi tanda-tanda vital/8 jam
17 Juni 2013 Ketidak seimbangan -Memberikan antipiretik S: Klien mengatakan badanya tidak enak,
thermoregulasi farmadol drip IV 150 cc
gerah.
Senin DS: -Memberikan terapi
- Ibu klien mengatakan saat tepid sponge O: Klien tampak tenang
11.00-12.30 ini anaknya panas -Membantu Ibu klien
-Suhu setelah 60 menit pemberian
WIB DO: untuk mengganti baju
- Suhu: 38.8°C dengan baju tipis antipiretik dan tepid sponge turun
Dinas pagi - HR:108 x/menit, RR:32 -Memotivasi klien untuk
menjadi 37.8 C
x/menit minum air putih/air
Post operasi - Kulit klien teraba hangat mineral sebanyak 2 gelas -Ibu klien tampak sudah mampu
hari ke 6 - tampak balutan luka operasi belimbing secara
melakukan compress hangat
di perut bertahap
-Mengobservasi tetesan A: Masalah teratasi sebagian
infus yang didapat
P: Edukasi ibu klien terkait pemberian
klien:20 tetes/menit
(1500 cc/24 jam) tepid sponge
-Mengukur suhu klien
-Monitor tanda-tanda vital per shift
setelah tindakan.
17 Juni 2013 Risiko ketidak seimbangan - Memberikan diet S: lien mengatakan tidak suka makan
nutrisi kurang dari kebutuhan lunak bubur saring bubur yang diberikan
Senin tubuh kepada klien O: - Klien hanya menghabiskan ¼ porsi
DS: - Memberikan bubur yang disediakan
13.00-14.00 - Klien mengatakan tidak penjelasan kepada ibu -Perut klien tidak kembung
WIB selera makan bahwa klien saat ini -Bubur yang diberikan tidak dalam
DO: mendapat diet lunak keadaan hangat
Dinas pagi - Post op hari ke 7 diberikan bubur saring yang A: Masalah teratasi sebagian
diet lunak bubur saring 3x diberikan 3 x sehari P: Lanjutkan pemberian diet sesuai terapi
Post operasi sehari - Memotivasi klien dan -motivasi klien untuk makan secara
hari ke 6 - Klien tampak lemas keluarga makan bertahap
- BB 14,2 Kg, TB, 107 cm sedikit bertahap -Libatkan keluarga dalam pemberian
makan klien
18 Juni 2013 Risiko penyebaran infeksi - Memberikan perawatan S: klien mengatakan sakit saat dilakukan
DS: luka dengan pembersihan luka
Selasa -Ibu klien mengatakan mempertahankan teknik O: Tampak balutan luka rembes
balutan luka pada An.W ada -Tampak suprasorb di dalam lubang luka
steril
07.00-09.00 rembes post operasi berwarna kuning dan bau
DO: -Pus menempel pada suprasorb
-Mengobservasi kondisi
Dinas pagi -Tampak balutan operasi -Tampak masih terdapat pus setelah
rembes luka suprasorb dicabut
Post operasi -Luka operasi saat di GV hari -Tidak tampak adanya granulasi pada area
sebelumnya tampak basah -Mendokumentasikan luka yang berlubang
hari ke 8
dibagian ujung kiri, jahitan kondisi luka A: Masalah belum teratasi
memisah dan berlubang P: Lanjutkan program ganti balutan setiap
sedalam 3 cm -Membersihkan luka pagi/hari
-Terdapat pus pada luka post operasi dengan -Observasi kondisi luka dan produksi pus
-Klien dengan diagnosa NaCl 0.9% -Lanjutkan pemberian antibiotic sesuai
medis apendisitis perforasi program.
-Memberikan absorben
pada balutan luka untuk
drain pus
-Memberikan antibiotik
cefotaxime 550 mg IV
drip
-Memberikan antibiotik
metronidazole 250 mg
IV drip
18 Juni 2013 Nyeri akut -Memberikan obat S: Klien mengatakan nyeri yang
farmadol IV drip 150 dirasakan sudah berkurang
Selasa DS: mg. O:
-Anak tampak tenang
10.00-11.30 - An.W mengatakan merasa -Melakukan terapi -Klien menunjukkan nyeri yang dirasa
nyeri pada luka operasi setelah pemberian obat dan bermain
bermain boneka bercerita
Dinas pagi boneka berkurang menjadi skala 2.
untuk mendistraksi nyeri -Anak tampak bisa beristirahat dengan
DO:
Post operasi klien posisi semifowler
hari ke 7 - An W, menunjukkan skala A:
nyeri yang dirasa pada skla -,Memberikan posisi Masalah nyeri teratasi
4 dengan skala nyeri Wong semi fowler P: Observasi nyeri klien
Baker. -Lanjutkan pemberian terapi analgetik
- An. W tampak merintih -Mengukur skala nyeri sesuai program farmadol 150 mg/8 jam
menahan sakit dengan skala Wong sesuai program terapi yang tertulis
- An W tampak lemas Baker setelah tindakan -Lanjutkan terapi bermain boneka untuk
- An W tampak memegang diberikan distraksi nyeri klien
perutnya
-Tampak balutan luka post
operasi laparatomi
appendiktomi hari ke 8
18 Juni 2013 Risiko ketidak seimbangan - Memberikan diet lunak S: Klien mengatakan ingin makan nasi
nutrisi kurang dari kebutuhan bubur saring kepada dan ayam goreng
Selasa tubuh klien O: - Klien hanya menghabiskan ½ porsi
- Memberikan penjelasan bubur yang disediakan
11.30-12.30 DS: kepada ibu bahwa klien -Perut klien tidak kembung
saat ini masihh -Buah pisang habis satu buah
Dinas pagi - Klien mengatakan tidak mendapat program diet A: Masalah teratasi sebagian
lunak bubur saring yang P: Lanjutkan pemberian diet sesuai terapi
selera makan
Post operasi diberikan 3 x sehari -Motivasi klien untuk makan secara
hari ke 7 -Memotivasi klien dan bertahap
DO:
keluarga makan sedikit -Libatkan keluarga dalam pemberian
bertahap makan klien
- Post op hari ke 8 diberikan
diet lunak bubur saring 3x
sehari
19 Juni 2013 Risiko penyebaran infeksi -Menanyakan kepada S: Ibu klien mengatakan mengerti setelah
DS: ketua tim perawat, diberikan penjelasan mengenai obat
Rabu -Ibu klien mengatakan tadi apakah balutan luka antibiotik yang diberikan pada anaknya
pagi saat ganti balutan luka diganti ketika ada O: Anak tampak tenang,
13.00-14.30 anaknya, masih terlihat rembes -Klien sudah tidak terpasang infus
berlubang dan ada nanahnya -Memberikan penjelasan -Balutan luka terdapat rembes sedikit
Dinas sore DO: kepada ibu klien, bahwa pada ujung kiri
-Tampak balutan operasi obat antibiotic yang -Balutan tidak diganti setelah
Post operasi rembes diberikan melaui intra dikonsultasikan kepada ketua tim perawat
hari ke 8 -Tadi pagi balutan luka sudah vena sudah dihentikan A: Masalah belum teratasi
diganti -Melakukan aff infuse P:- Berikan terapi untuk mengatasi
-Klien dengan diagnosa sesuai dengan catatan demam klien
medis apendisitis perforasi integrasi Lanjutkan perawatan luka/ GV setiap pagi
-Suhu: 38.3 C -Memberikan obat hari sekali sehari
antibiotik per oral sesuai -Monitor tanda-tanda vital per shift
dengan program terapi
yang tertulis
Obat yang diberi:
Cefixime 1 sendok takar
obat/12 jam
Metronidazole 1 sendok
takar obat/8 jam
-Menjelaskan kepada
Ibu, bahwa program
ganti balutan pada klien
dilakukan sehari sekali
setiap pagi.
19 Juni 2013 Ketidakseimbangan suhu -Menjelaskan kepada Ibu S: Klien mengatakan menyukai obat
tubuh bahwa obat penurun syrup untuk demam yang diberikan
Rabu suhu tubuh klien diganti O: Klien tampak menghabiskan satu
DS: menjadi obat syrup gelas belimbing air putih pertama
14.30-16.30 -Memberikan obat syrup -Klien tampak tenang dan tidak menggigil
-Ibu mengatakan anaknya proris 1 sendok takar saat dilakukan tepid sponge
Dinas sore demam obat dengan interval -Terjadi penurunan suhu setelah 1 jam
waktu/8 jam tindakan, menjadi 37.5 C
Post operasi DO: -Membantu ibu A: Masalah teratasi
hari ke 8 melakukan tepid sponge P: Observasi tanda-tanda vital per shift
-klien teraba hangat pada klien -,otivasi klien untuk meningkatkan
-Memotivasi klien untuk asupan minum air putih peroral
-suhu 38.3 C meningkatkan jumlah -Lanjutkan pemberian obat penurun suhu
minum air putih tubuh sesuai program dan ukur suhu
-klien tidak terpasang infus sebanyak 3 gelas tubuh terlebih dahulu
belimbing dari jam
14.30-16.30 karena
sudah tidak mendapat
cairan melalui infuse.
-Mengukur suhu tubuh
klien setelah tindakan.
19 Juni 2013 Risiko ketidakseimbangan -Menanyakan kepada ibu S: Klien mengatakan suka mendengarkan
nutrisi kurang dari kebutuhan BB klien tadi pagi saat cerita saat diberikan makan
Rabu tubuh ditimbang O: BB klien tadi pagi 13.9 Kg
-Memberikan diet bubur - Klien tampak ceria saat makan
17.30-18.00 DS: saring kepada klien -Porsi makan klien habis 2/3 bagian
dengan sambil bercerita -Kembung tidak ada
Dinas sore -Klien mengatakan tidak kartoon kesukaan klien -Mual dan muntah tidak ada
-Melibatkan Ibu A: Masalah teratasi sebagian
ingin makan sore
Post operasi mendampingi anak saat P: Motivasi klien untuk meningkatkan
hari ke 8 makan asupan makanan
-Ibu klien mengatakan bubur
-Mengobservasi -Libatkan ibu dalam pemberian makan
tadi pagi hanya habis ½ porsi kembung pada klien -Observasi tanda kembung, mual dan
muntah pada klien
DO: -Timbang BB di pagi hari
-Klien tampak lemas
20 Juni 2013 Risiko penyebaran infeksi -Memberikan perawatan S: Klien mengatakan merasa nyeri saat
luka dengan dibersihkan pus di dalam luka
Kamis DS: mempertahankan teknik O: Tampak luka post operasi yang
steril berlubang
07.00-09.00 -Ibu klien mengatakan -Membersihkan luka -Tampak pus di dalam lubang luka
balutan luka operasi dengan menggunakan -Tidak tampak adanya granulasi
Dinas pagi anaknya masih ada rembes NaCL 0.9% -Luka dari sisi kanan ke kiri sepanjang 12
DO: -Mengangkat suprasorb cm tampak bersih, tidak merah, tidak
Post operasi yang berada di dalam bengkak dan tidak merenggang
hari ke 9 -Tampak balutan operasi lubang luka A: Masalah teratasi sebagian
rembes -Melihat kondisi luka P: Rencana pulang oleh dokter.
-Luka operasi masih tertutup -Mendokumentasikan -Edukasi keluarga kapan harus kontrol
balutan kasa kondisi luka untuk perawatan luka saat klien di rumah.
-Klien dengan diagnosa -Mengangkat sisa pus di
medis apendisitis perforasi dalam lubang luka
dengan kasa yang
dibasahai dengan NaCl
0.9%
-Memasukan suprassorb
ke dalam lubang luka
-Menutup luka dengan
balutan kasa kering
20 Juni 2013 Risiko ketidakseimbangan -Memberikan diet bubur S: Klien mengatakan suka saat diberikan
nutrisi kurang dari kebutuhan saring kepada klien makan sambil mendengarkan cerita
Kamis tubuh O: - Klien mampu menghabiskan satu
-Memberikan diet sambil porsi bubur saring yang diberikan
11.00-12.00 DS: menceritakan kisah -Mual dan muntah saat pemberian makan
tidak terjadi
dongeng kepada klien
Dinas pagi -Klien mengatakan makan -Kembung tidak ada
-Klien tampak ceria saat pemberian
bubur yang diberikan tidak -Menjelaskan kepada ibu
Post operasi makan
kenyang mengenai diet yang A: Masalah teratasi
hari ke 9
dianjurkan pada klien P: Rencana pulang Jumat 21 Juni 2013
-Ibu klien mengatakan porsi saat di rumah yaitu diet -Edukasi pemberian diet lunak bubur
bubur tadi pagi habis 2/3 lunak bubur saring. saring di rumah.
porsi
-Mengobservasi mual,
DO: muntah dan kembung.
21 Juni 2013 Klien hari ini pulang setelah dirawat 10 hari post operasi, klien mendapatkan persetujuan oleh dokter
untuk pulang dengan kondisi luka post operasi yang masih terbuka dan berisi pus.
Jum’at Masalah keperawatan risiko penyebaran infeksi belum teratasi
Masalah keperawatan, risiko ketidakseimbangan nutrisi, nyeri akut dan ketidakseimbangan
Dinas pagi termoregulasi sudah teratasi.
Klien dan keluarga telah dibeikan edukasi mengenai apa saja yang harus dilakukan di rumah saat
pulang
-Mengedukasi ibu dan klien untuk memberikan obat antibiotic sampai habis dan tuntas
-Mengedukasi ibu dank lien meminum obat penurun suhu tubuh jika anak demam suhu >38 C,
-Mengedukasi ibu untuk memberikan tepid sponge saat anak mengalami demam
-Mengedukasi ibu untuk tidak membuka balutan luka operasi di rumah, dan membawa anak untuk
perawatan luka ke RSFatmawati melalui Poli anak
-Menyampaikan kepada ibu dank lien kapan harus datang kembali ke poli anak untuk kontrol.
Tabel Baku Rujukan Penilaian Status Gizi Anak Perempuan Menurut Berat Badan
dan Umur (WHO-NCHS)
Tabel Baku Rujukan Penilaian Status Gizi Anak Perempuan Menurut Berat Badan
dan Umur (WHO-NCHS)