Anda di halaman 1dari 7

Serangan Mongol ke Kota Baghdad dan Kehancuran Pusat Peradaban Islam di Baghdad.

Penaklukan kota Baghdad oleh tentara Mongol pada tahun 1258, dikenal sebagai titik balik kejadian
yang mengubah wajah peradaban Islam hingga hari ini. Ironisnya, durasi penaklukan ini hanya
berlangsung selama 13 hari, dari tanggal 29 Januari sampai 10 Februari 1258 M. Dikabarkan, selama
berhari-hari pasukan Mongol menyiksa, memperkosa, dan menganiaya penduduk Baghdad tanpa henti.
Tidak jelas tepatnya jumlah korban dalam agresi ini. Namun para ahli memperkirakan, 90.000 sampai 1
juta rakyat Baghdad meregang nyawa. Aroma cendana dari furniture berkualitas tinggi dan naskah-
naskah akademik yang terbakar menyeruak seantero Baghdad selama berhari-hari. Sekitar 3000
bangsawan kekhalifahan Abbasiyah di hukum mati. Dan Al-Musta’sim, Khalifah ke-37 Bani Abbas,
dibiarkan hidup sambil menyaksikan kekejaman ini selama berhari-hari, hingga ia akhirnya ikut
dieksekusi dengan cara yang tragis.

Pada saat peristiwa invasi tentara Mongol, Khalifah yang memimpin dinasti Abbasiyah adalah al-
Mustasim yang dilantik menjadi khalifah pada tahun 1242 M. Tapi di bawah pemerintahnya, Negara
tidak terkelola dengan baik. Ia berkemauan lemah, senang bergaul dengan musisi dan minum anggur
daripada mengasah kecakapannya dalam mengelola Negara. Di bawah pemerintahannya, Abbasiyah
sudah mulai meninggalkan masa-masa kejayaannya, dan sedang menempuh jalan kehancuran.

Pada waktu Bangsa Mongol menginvasi Baghdad, usia kekaisaran Mongol barulah 52 tahun. Didirikan
pada tahun 1206 oleh Genghis Khan. Seorang pemimpin legendaris yang berhasil mempersatukan
semua bangsa-bangsa nomaden di wilayah Asia Tengah dan Utara. Khan pada awalnya adalah sebuah
kata Mongol yang berarti “pemimpin militer,” “berdaulat,” atau “raja.” Namun berkat kewibawaan dan
kepiawaiannya, Genghis diterima sebagai Khan Agung yang secara efektif meningkatkan statusnya
menjadi kaisar. Dibawah Genghis Khan, Bangsa Mongol meningkat pamornya sedemikian rupa, dan
hampir selalu berhasil dalam setiap invasinya.

Monke Khan yang kemudian menjadi Khan Agung pada 1251, memimpin kekaisan Mongol yang sudah
begitu kuat. Ia dibantu oleh kedua saudaranya, Khubilai Khan yang nantinya menaklukkan China, dan
Hulagu Khan, yang kemudian mendapat perintah menginvasi Baghdad. (AL)

Sebelum terjadinya invasi ke Baghdad – dinasti Abbasiyah yang saat itu sedang mengalami era
dekandensi yang sangat parah – sebenarnya sudah terbiasa membayar upeti tahunan kepada Mongol.
Bahkan pada tahun 1251, pada saat Mongke Khan dilantik menjadi Khan Agung, Abbasiyah mengirimkan
delegasinya untuk memberi penghormatan.

Namun Monke Khan memiliki kebijakan lain. Baginya, persembahan yang diberikan oleh dinasti
Abbasiyah sudah tidak memadai. Ia ingin al-Mustasim datang secara pribadi ke Karakorum, ibu kota
kekaisaran Mongol abad ke-13, untuk tunduk sepenuhnya pada peraturan Mongol. Al-Mustasim
menolak melakukannya, dan rencana invasi pun dibuat untuk Baghdad.
Monke Khan mengirim adiknya, Hulagu Khan bersama 150.000 pasukan menuju Baghdad, sebuah
kekuatan yang belum pernah digelar dalam sejarah Mongol. Mayoritas tentara Hulagu Khan adalah
pejuang Mongolia, namun dalam pasukan tersebut juga terdapat orang-orang Kristen, termasuk tentara
yang dipimpin oleh raja Armenia, Tentara Salib Frank dari Kerajaan Antiokhia, dan orang-orang Georgia.
Selain itu, ada tentara Muslim dari berbagai suku Turki dan Persia, dan 1.000 insinyur China yang
memiliki spesialisasi artileri.

Dengan pasukan sebesar ini, sebenarnya Hulagu bukan tanpa alasan. Ia merencanakan serangkai
ekspedisi penaklukkan sejauh mungkin sampai ke Asia Barat dan Afrika. Sebelum menyentuh Baghdad,
pasukan raksasa ini sudah terlebih dahulu menaklukkan Iran selatan. Selanjutnya, mereka
menghancurkan sekte Nizari-Ismai’li-Syiah dan menaklukkan benteng-benteng sekte al-Ḥashāshīn di
Alamut di Iran barat laut. Adapun Baghdad adalah perhentian berikutnya dalam daftar ekspedisinya.
Melihat besarnya pasukan Mongol, Al-Mustasim sebenarnya sempat mengubah keputusannya. Namun
semua sudah terlambat. Pasukan Mongol sudah mengepung kota Baghdad.

Pengepungan Baghdad

Pengepungan kota Baghdad terjadi pada tanggal 29 Januari 1258 M. Tidak banyak halangan berarti
dalam perjalanan pasukan Hulagu menuju Baghdad. Dan begitu tiba, tentara Mongol langsung
membangun jejaring pertahanan dan selokan di sekeliling kota Baghdad. Mereka membawa mesin
pengepungan, seperti balok pemukul, dan ketapel untuk menyerang tembok kota. Pada tahap ini, al-
Mustasim melakukan upaya terakhir untuk bernegosiasi dengan Hulagu, namun tawaran ini kembali
ditolak. Sebagaimana kebiasaannya, bangsa Mongol hanya memberlakukan sekali penawaran pada
musuhnya, dan setelah itu, tidak ada lagi peluang untuk bernegosiasi.

Akhirnya, pada 10 Februari 1258 M, Al-Mustasim menyerahkan Baghdad ke Hulagu Khan nyaris tanpa
perlawanan. Keputusan ini sangat mengecewakan masyarakat Baghdad, dan bencana pun sudah
membayang di depan mata mereka setelah terjadi penyerahan tersebut.
Namun, Hulagu dan gerombolannya tidak berusaha memasuki kota selama tiga hari setelah penyerahan
tersebut. Sepertinya ia mengobservasi dan memetakan dengan seksama dinamika di Baghdad. Dan
setelah tiga hari, ia memasuki Baghdad bersama pasukannya. Hal pertama yang dilakukannya adalah
menyingkirkan komunitas Kristen Nestorian Baghdad ke tempat aman. Hulagu menyuruh mereka untuk
mengunci diri di gereja mereka, dan memerintahkan tentaranya untuk tidak menyentuh mereka.
Keputusan ini dibuat karena mengingat ibu Hulagu dan istri kesayangannya adalah orang Kristen
Nestorian.

Dan setelah memastikan komunitas Kristen Nestorian ini selamat, maka Hulagu memberi keputusan
yang paling biadab dan paling mengerikan yang dikenal sejarah. Ia mengizinkan pasukannya melakukan
pemerkosaan, penjarahan, dan pembunuhan sepuas-puasnya untuk merayakan kemenangan mereka.
Maka tak pelak, Baghdad berubah menjadi arena pembantaian paling brutal. Selama berhari-hari, baik
pria, wanita, maupun anak-anak, masyarakat sipil ataupun tentara dikejar dan dibunuh oleh pasukan
Hulagu. Jumlah korban tewas dalam peristiwa ini tidak terhitung dengan pasti. Menurut berbagai
perhitungan para ahli jumlahnya berkisar antara 90.000 sampai 1 juta rakyat Baghdad tewas
mengenaskan dalam peristiwa ini.[1] Tapi dalam suratnya yang ditujukan kepada Raja Perancis, Louis IX,
Hulagu mengklaim sudah membunuh 200.000 orang Baghdad dalam invasi ini.[2]

Di level para ningrat, sekitar 3.000 tokoh terkemuka Baghdad – termasuk pejabat, anggota keluarga
Abbasiyah, dan khalifah sendiri – memohon grasi. Tapi semua 3.000 orang tersebut dihukum mati,
kecuali khalifah, yang ditahan untuk waktu yang tidak terlalu lama. Ia dibiarkan hidup sementara, sambil
menyaksikan kebrutalan ini, melihat orang-orang nomaden itu menjarah dan membakar khasanah
peradaban dinasti Abbasiyah, serta menikmati detik-detik kehancuran Kekhalifahan yang sudah disusun
oleh nenek moyangnya selama lebih dari 500 tahun.

Konon, Hulagu dinasehati oleh para peramal, bahwa darah khalifah Abbasiyah tidak boleh tumpah ke
bumi. Bila itu terjadi, maka bumi akan menolaknya, dan bencana alam pun akan terjadi. Untuk
mensiasati nasehat ini, maka Hulagu mengeluarkan perintah mengeksekusi Khalifah dengan cara
menggulungnya dengan karpet tebal, lalu kemudian secara bersama-sama diinjak oleh barisan pasukan
kuda Hulagu sampai mati. Fungsi karpet itu tidak lain untuk menghindari darah sang Khalifah jatuh ke
bumi. Dan demikianlah ujung kisah hidup sang Khalifah Abbasiyah terakhir. [3]
Setelah seminggu bersukaria di Baghdad, Hulagu dan pasukannya meninggalkan kota yang pernah
pencapai peradaban paling tinggi itu dalam keadaan hancur berantakan, dan nyaris tanpa penghuni.
Asap membumbung tinggi dan menyebar sejauh hampir 50 Km. Perpustakaan Besar Baghdad, yang
berisi banyak dokumen sejarah berharga dan buku tentang topik mulai dari kedokteran hingga
astronomi, dihancurkan. Korban selamat mengatakan bahwa air sungai Tigris menghitam karena tinta
dari sejumlah besar buku yang dilempar ke sungai, dan bercampur warna merah yang berasal dari darah
para ilmuwan dan filsuf yang terbunuh.

Serangan ini juga sekaligus mengakhiri kekuasaan dinasti Abbasiyah. Dampak dari serangan ini selain
meninggalkan catatan hitam terhadap sejarah umat Islam tetapi juga sebagai awal kemunduran
peradaban Islam.

Hulagu dan pasukannya meninggalkan kota sambil melawan arah hembusan angin, untuk menghindari
aroma busuk mayat manusia yang demikian menyengat. Bahkan jaringan kanal yang berfungsi untuk
mengairi tanah subur pun tak luput dari penghancuran pasukan Hulagu.[4] Bencana kelaparan dan
wabah menyerang sisa-sisa penduduk Baghdad yang jumlahnya kurang dari seperempat. Diperkirakan
lebih dari satu dekade Baghdad terjerembab dalam kondisi ini, hingga mereka mampu bangkit perlahan
dan mulai kembali menunaikan ibadah haji. (AL)

Ada beberapa motif yang melatar belakangi penyerbuan bangsa Mongol ke Baghdad, diantaranya :

Kekalahan Dinasti Khawarizmi dari bangsa Mongol.

Kekalahan ini sekaligus menghapuskan dinati Khawarizmi dari Asia tengah. Padahal Khawarizmi
merupakan benteng yang kuat antara Mongol dan Abbasiyah. Runtuhnya dinasti ini menyebabkan tidak
ada penghalang lagi antara Mongol dan Abbasiyah. Sehingga menyebabkan bangsa Mongol dengan
mudah masuk ke Baghdad, yang saat itu sudah lemah karena konflik internal.

Motif ekonomi.

Serangan yang dilakukan Mongol juga dilatar belakangi motif ekonomi. Menurut Genghis Khan
pemimpin bangsa Mongol, bahwa penaklukan-penaklukannya semata-mata untuk memperbaiki nasib
bangsanya, menambah penduduk yang masih sedikit, dan membantu orang-orang miskin bangsanya.
Jika dilihat motif ini invasi Mongol ke Dinasti Islam memang pada saat yang tepat, karena di wilayah
Islam rakyatnya makmur, berperadaban maju, akan tetapi kekuatan milternya lemah.

Pada september 1257M, saat pasukan Mongol berhasil merangsek memasuki jalan raya Khurasan.
Hulagu Khan mengeluarkan ultimatum agar Khalifah menyerahkan diri. Tetapi Khalifah tidak
memberikan jawaban. Pasukan Mongol yang sangat lihai dalam berperang akhirnya berhasil
meruntuhkan tembok ibu kota. Pada februari 1258 pasukan Mongol berhasil memasuki Kota. Akhirnya
pasukan Mongol berhasil mengepung seluruh kota dan bersiap memulai penghancuran.

Melihat negerinya jatuh, khalifah al-Musta’him meminta izin untuk menghadap kepada Hulagu Khan.
Maka Khalifah diminta agar menunggu kedatangannyadi Pintu Keliazi, salah satu pintu kota. Setelah itu
masuklah tentara yang kejam itu kedalam kota, merampas dan membantai siapapun yang
dihadapannya. Pasukan Mongol menghancurkan berbagai macam peradaban dan pusaka yang telah
dibina selama ratusan tahun. Buku-buku yang dikarang oleh para ahli selama ratusan tahun ini diangkut
dan kemudian dihanyutkan ke dalam sungai Dajlah, sehingga air sungai berubah warnanya menjadi
hitam karena tinta yang telah larut ke dalam air.

Kemudian Khalifah menghadap untuk meminta belas kasihan. Dengan membawakan bermacam-macam
permata mahal berharap Hulagu Khan mengasihani. Akan tetapi tak sebutirpun permata diambil oleh
Hulagu, tetapi diberikannya kepada komandan pasukannya. Pada tahun 1258 M, setelah kota peradaban
yang melambangkan masa keemasan Islam ini hancur lebur, Hulagu Khan beserta pasukannya keluar
dari kota tersebut untuk melanjutkan serangannya ke negeri-negeri yang lain. Khalifah dan anak-
anaknya serta pengiringnya dibawa sebagai tawanan. Di awal perjalan diperintahkannya membunuh
khalifah itu beserta anaknya, sementara 6 orang budak dikebiri. Akhirnya pupuslah keturunan Khalifah
Bani Abbasiyah dan hancurlah kerajaan yang telah berkuasa selama 542 tahun itu.[7]

Dampak Serangan Bangsa Mongol Terhadap Peradaban Islam.

Serangan dan penghancuran peradaban Islam di Baghdad tentunya meninggalkan catatan hitam bagi
sejarah umat Islam. Selain menyebabkan berakhirnya kekhalifahan Abbasiyah namun juga menandakn
awal kemunduran bagi dunia Islam khususnya di bidang keilmuan. Ada beberapa dampak khusus
kekejaman serangan Mongol terhadap peradaban Islam. Diantaranya :

Dampak Politik

kekosongan khalifah tentunya sangat melemahkan Islam. Terlebih pada saat itu Islam diapit oleh dua
kekuatan yaitu tentara salib di barat dan pasukan Mongol di timur. Sehingga peradaban umat Islam
seakan tenggelam.
Dampak Sosial

kekejaman yang dilakukan pasukan Mongol tentu tidak dapat dilupakan begitu mudah oleh umat Islam.
Pembunuhan masal, pembantaian bayi dan anak-anak, pemerkosaan dan penjarahan. Tentunya
meninggalkan trauma tersendiri bagi umat IIslam. Pembunuhan masal, pembantaian bayi dan anak-
anak, pemerkosaan dan penjarahan. Tentunya meninggalkan trauma tersendiri bagi umat Islam masa
itu.

Dampak pendidikan dan keilmuan

mungkin ini adalah dampak terhebat yang ditimbulkan akibat serangan tentara Mongol. Bagaimana
tidak Baghdad pada masa itu adalah pusat peradaban dan keilmuan pada saat itu. Banyak karya karya
keilmuan yang dihasilkan, akan tetapi dilenyapkan begitu saja oleh tentara Mongol dengan cara dibakar
dan dihanyutkan.

Dampak agama

kehancuran pemerintahan Islam Abbasiyah sekaligus mendandai mundurnya peradaban Islam. Dampak
dari ini semakin meluasnya pengaruh agama kristen. Bisa dilihat bagaimana keberpihakan Hulagu
kepada tentara salib. Hulagu sendiri lebih menyukai warga Kristen daripada Islam.

Benteng Ukhair

jembatan khaju

Demikianlah beberapa dampak luar biasa yang ditimbulkan oleh serangan pasukan Mongol ke Baghdad.
Hancurnya kota Baghdad merupakan catatan kelam bagi sejarah umat Islam, karena dampaknya yang
luar biasa terhadap perkembangan umat Islam.

Simpulan

Dinasti Abbasiyah merupakan salah satu dinasti yang mengalami kemajuan sangat luar biasa dalam
sejarah umat Islam. Terutama saat kekhalifahan Harun al-Rasyid dan puteranya al-Makmun,
kekhalifahan Abbasiyah berhasil menjadi pusat peradaban dunia pada saat itu dan berpusat di ibu
kotanya Baghdad. Banyak sekali buku-buku keilmuan hasil karya para ilmuan yang terdapat di lembaga-
lembaga ilmu pengetahuan di kota Baghdad. Selain itu juga terdapat berbagai bangunan pendidikan di
Baghdad. Akan tetapi masa keemasan tersebut tidak berlangsung selamanya, karena akibat konflik
internal di dalam kekhalifahan. Konflik internal yang sangat mempengaruhi pemerintahan, adalah
konflik yang ditimbulkan oleh banyakanya pertikaian dan perselisihan akibat perbedaan mazhab. Hal ini
membuat kekhalifahan menjadi melemah.

Kesempatan ini dapat dilihat oleh bangsa Mongol. Bangsa Mongol yang terkenal bengis akhirnya
melancarkan agresi ke Baghdad. Pasukan yang dipimpin Hulagu Khan ini menghancurkan segala
peradaban dan melakukan pembantaian terhadap penduduk Baghdad. Serangan ini juga sekaligus
mengakhiri kekuasaan dinasti Abbasiyah. Dampak dari serangan ini selain meninggalkan catatan hitam
terhadap sejarah umat Islam tetapi juga sebagai awal kemunduran peradaban Islam.

Sebab-sebab kehancuran dinasti Abbasiyah semoga bisa menjadikan pembelajaran penting bagi
generasi Islam selanjutnya, agar selalu menjunjung tinggi solidaritas dan menghargai perbedaan
pandangan mazhab di dalam agama Islam.

Anda mungkin juga menyukai