oleh :
TRI PUJIASTUTI
NIM. M1. 11. 042
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2015
PENGARUH KEDISIPLINAN SISWA DAN MOTIVASI
BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA DI MI KOTA SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
oleh :
TRI PUJIASTUTI
NIM. M1. 11. 042
karya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantum-
ditulis oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau
ijasah pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.”
Tri Pujiastuti
ABSTRAK
Tri Pujiastuti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... .ii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................ iv
PRAKATA .........................................................................................................v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
A.Latar Balakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................3
C. Signifikansi penelitian..........................................................................4
D. Kajian Pustaka ....................................................................................5
E. Metode Penelitian .................................................................................8
F. Sistematika Penulisan. .........................................................................22
Gambar Halaman
yaitu, guru, siswa, sarana dan proses belajar dan pembelajaran itu sendiri.
kognitif siswa.
untuk belajar dan kurang memiliki motivasi dalam belajar. Hal ini merupakan
suatu kendala untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Proses belajar dan
seseorang untuk melakukan sesuatu atau daya penggerak dari subyek untuk
dalam proses belajar dan pembelajaran yaitu motivasi belajar dan kedisiplinan.
masih ada siswa yang menurun dalam motivasi belajar dan kedisiplinan siswa
ditandai dengan berbagai sarana dan fasilitas hidup yang serba mudah dicapai
1
Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo,
2005, 71.
kerja keras tidak lagi menjadi kesukaan siswa. Ada beberapa siswa yang tidak
menaati tata tertib, tidak mengerjakan tugas, belajar jika akan menghadapi tes
dan berpengaruh pada prestasi yang kurang dari hasil yang diharapkan.
Motivasi dan disiplin yang terdapat pada diri siswa menjadi faktor utama
untuk pencapaian prestasi belajar yang baik. Tetapi pada kenyataannya faktor
dari dalam diri saja tidak sepenuhnya menunjang dalam proses prestasi belajar
tanpa adanya dukungan dari guru sebagai pembimbing dalam proses belajar
mengajar. Dari uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis
B. Rumusan Masalah
2014/2015?
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam
2014/2015.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritik
b. Secara Praktis
pembelajaran Matematika.
D. Kajian Pustaka
pelaksanaannya.
tingkah laku yang di tunjukan oleh peserta didik. Perilaku belajar seseorang
yang sesuai dengan kebiasaan dan peraturan atau tata tertib yang dilakukan
dengan senang hati akan meningkatkan prestasi belajarnya, dalam hal ini
matematika yang tinggi maka akan memiliki kemampuan berpikir kritik yang
tinggi pula.2
Semarang dalam kategori cukup. Hasil belajar yang dicapai siswa kurang
memuaskan terlihat dari adanya hasil analisis angket yang disebar masih
banyak indikator yang menyatakan hasil belajar cukup dan juga diperkuat dari
adanya daftar nilai-nilai yang masih ada nilai yang masih dibawah angka 7
untuk semua mata pelajaran. sebesar 29,766 dengan taraf signifikansi 0,000
yang berarti ada pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap hasil
belajar pada siswa kelas VII SMPN 13 Semarang. Besarnya Motivasi belajar
2
M. Tohimin Apriyanto, Kemampuan Berpikir Kritik Ditinjau Dari Disiplin Belajar
dan Kompetensi Matematika Siswa, Jurnal Ilmiah, Jakarta: Universitas Indrprasta PGRI
(UNINDRA), 2013, 11.
yang mempengaruhi Hasil Belajar siswa kelas VII SMPN 13 Semarang ini
sebesar 29, 766% sedangkan 71,344 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang
kemampuan.3
Seperti halnya disebutkan oleh Tulus Tu‟u bahwa dengan disiplin yang
muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam belajarnya, tanpa disiplin
yang baik suasana sekolah dan juga kelas menjadi kurang kondusif bagi
yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran, disiplin merupakan jalan
bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja karena
kesuksesan seseorang.4
berminat pada tiga mata pelajaran saja. Hal ini sangat disayangkan karena
semua mata pelajaran di sekolah sangat diperlukan dalam penentuan naik atau
tidaknya siswa ke jenjang selanjutnya dan mencapai hasil belajar yang baik
sehingga berguna untuk masa depan mereka. Faktor yang paling utama yang
menentukan apakah siswa akan berminat dan termotivasi untuk belajar adalah
faktor dari guru sendiri. Karena guru sebagai fasilitator harus mampu memilih
dan mengolah metode, strategi dan motif mengajar yang dapat meningkatkan
3
Setyowati , Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP
13 Semarang, Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2007.
4
Tulus Tu‟u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: Grasindo, 2004,
37.
minat dan motivasi belajar para siswa dan guru terlibat langsung dalam proses
belajar-mengajar.5
cukup banyak tulisan ilmiah yang senada dengan tema kedisiplinan dan
motivasi belajar sehingga dapat saling melengkapi satu sama lain, akan tetapi
penting untuk diterapkan kepada siswa dengan proses dan cara penerapan
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
adalah metode deskriptif karena yang didasarkan pada data yang ada pada
yang ada pada masa sekarang. Masalah yang akan penulis bahas adalah
5
Keke T Aritonang, Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa,
Jurnal Pendidikan, Jakarta: Penabur, 2007.
masalah yang ada pada masa sekarang dengan menggunakan data yang ada
(angka) yang diolah dengan metode statistik. Data berupa numerial (angka)
penerimaan hipotesis.6
secara empirik dan akan digunakan untuk memecahkan suatu masalah dengan
variabel terikat.
2. Tempat Penelitian
6
Saefuddin Anwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998,
5.
tengah desa dan guru yang mengajar di madrasah tersebut hampir semuanya
yang jumlah siswanya banyak dengan guru yang banyak berstatus swasta,
dengan letak madrasah yang berada di tengah kota akan tetapi motivasi
belajar siswa tinggi sehingga banyak mendapat prestasi dan dapat dijadikan
sebagai sampel. Istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus, dimana semua
anggota dijadikan sampel.8 Sampel dalam penelitian ini adalah semua siswa
ada 37. Jadi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 65 siswa.
7
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta, 2006, 115.
8
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2005, 61.
4. Sumber Data
jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang
diperoleh atau yang dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber
dalam penelitian ini terdiri dari dokumen data umum seperti gambaran umum
MI Kota Salatiga dan data khusus seperti struktur organisasi serta program
pembelajaran Matematika.
5. Variabel Penelitian
penelitian ini dibedakan menjadi dua macam yaitu variabel pengaruh dan
variabel terpengaruh.
a. Variabel Pengaruh
siswa dan motivasi belajar siswa MIN Kecandran Salatiga dan MI Ma‟arif
Mangunsari. Sedangkan data keduanya yang disebut variabel (X1 dan X2)
diambil dari nilai hasil isian observasi rating scale penelusuran
Matematika.
sebagai berikut:10
b. Variabel Terpengaruh
dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai dari hasil
9
Sofchah Sulistyowati, Cara Belajar Yang Efektif dan Efisien, Pekalongan: Cinta Ilmu
Pekalongan, 2001, 3.
10
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet.
Kedua, 2007, 23.
evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-
diambil dari nilai yang dicapai dari rata-rata nilai raport siswa MIN
Pelajaran 2014/2015.
a. Observasi
11
Tulus Tu‟u, Peran Disiplin..., 75.
pengamatan yang bertujuan untuk mendapat data tentang suatu masalah,
Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan ialah rating scale yaitu
Rating scale umumnya terdiri dari suatu daftar yang berisi ciri-ciri
mencatat pada tingkat yang bagaimana, suatu gejala atau tingkah laku bisa
mengobservasi seluruh siswa kelas VI. Setelah itu guru mengisi lembar
guru dan peneliti yang melakukan observasi diperoleh skor yang sama
jawaban baik (a), cukup (b) dan kurang (c). Pemberian skor bertingkat
antara 1-3, yaitu baik (3), cukup (2), dan kurang (1).
b. Dokumentasi
12
Rahayu, I. T. & Ardani, T. A, Observasi dan Wawancara, Malang: Bayumedia, 2004,
20.
13
Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta:
Rineka Cipta, 2006, 112.
Salatiga dan MI Ma‟arif Mangunsari berupa jumlah siswa, jumlah guru,
keadaan siswa, keadaan gedung atau fasilitas lainnya, dan nilai raport
Matematika siswa.
c. Interview
dan motivasi belajar Matematika. Melalui kepala madrasah, dan guru MIN
7. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang
penelitian.15
Pelajaran 2014/2015”.
14
Sutrisno Hadi, Metode Research II, Yogyakarta: Andi Offset, 2000, 136.
15
Ronny Kountur, Metode Penelitian, Jakarta: CV. Teruna Grafika, 2003,
93.
8. Analisis Data
atau nilai tersebut kemudian dalam analisis statistik yang dilakukan dengan
Hasil penghitungan dari skor atau nilai tersebut kemudian dalam analisis
a. Rating Scale
untuk mengetahui layak atau tidak angket tersebut digunakan, dan pada
akhirnya akan menentukan layak atau tidaknya data yang diperoleh dari
angket tersebut untuk diolah datanya dan digunakan dalam penelitian ini.
1) Uji Validitas
digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu observasi tidak
langsung dengan rating scale. Item pertanyaan dianggap valid jika nilai dari
2) Uji Reliabilitas
b. Uji Prasyarat
yang telah diperoleh, yaitu data kedisiplinan siswa, data motivasi belajar,
dan data prestasi belajar Matematika. Uji prasyarat ini berfungsi untuk
memeriksa keabsahan data, apakah data yang diperoleh layak atau dapat
digunakan untuk uji hipotesis dengan analisis regresi linier berganda dengan
1. Analisis Deskriptif
a) Uji Normalitas
statistik menjadi tidak valid untuk ukuran sampel kecil. Ada dua cara
berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan atau uji
statistik.16
data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat
16
Sutrisno Hadi, Metode Research..., 45.
b) Uji Multikolinearitas
dalam model regresi pada penelitian ini adalah dengan melihat pada
independen lainnya.
c) Uji Heteroskedastisitas
17
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2012, 293.
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu untuk menguji
apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan
2. Analisis Statistik
F
P= X 100 %
N
Keterangan : P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah sampel.18
18
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2000, 40.
belajar matematika di Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga tahun
Y = a + b1X1 + b2X2
X1 = Kedisiplinan siswa
X2 = Motivasi belajar
c) Uji t statistik
Uji keberartian koefisien (bi) dilakukan dengan statistik t. Hal ini digunakan untuk
F. Sistematika Penulisan
Tesis ini disusun dalam lima bab yang saling berkaitan antara bab satu
Bab kedua merupakan landasan teori. Pada bab ini lebih banyak
Bab ketiga berisi tentang hasil penelitian. Pada bab ini akan
kedisiplinan siswa dan motivasi belajar serta nilai prestasi belajar Matematika.
Bab keempat merupakan analisis data. Pada bab ini berisi pemaparan
data beserta analisis data hasil penelitian tentang pengaruh kedisiplinan siswa
Bab kelima merupakan penutup. Bab ini adalah bab terakhir yang akan
A. Kedisiplinan
1. Pengertian Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata sifat yaitu disiplin yang diberi imbuan
Ke-an. Disiplin secara etimologi bahasa berasal dari kata disciple (disipline)
dihormati.19
berprilaku tertib dan efisien.21 Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan
19
Kenneth W. Requene, Strategi Jitu Membangun Disiplin Anak, Jakarta: Pustaka Raya,
2005, 122.
20
Soegeng Prijodarminto, Disiplin Kiat Menuju Sukses, Jakarta: PT. Pratnya Pramito,
2004, 5-6.
21
Kadir, Penuntun Belajar PPKN, Bandung: Pen Ganeca Exact, 1994,
80.
22
Soegeng Prijominto, Disiplin Kiat ..., 23.
kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma
peraturan atau tata tertib yang telah diberlakukan dengan kesadaran tanpa
oleh paktor yang paling pokok yaitu kedispilan, disamping faktor lingkungan,
Disiplin bagi peserta didik adalah hal yang rumit dipelajari sebab
merupakan hal yang kompleks dan banyak kaitannya, yaitu terkait dengan
penelitian ini adalah disiplin yang dilakukan oleh para siswa dalam kegiatan
Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban, ada juga yang menggunakan
23
Abdurrahman Fathoni, Manajemen Sumber Daya Manuisa, Jakarta: Rineka Cipta,
2006, 126.
24
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya: Usaha
Nasional, 2002, 12.
25
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1990, 114.
Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti
peraturan dan tata tertib karena didorong oleh sesuatu dari luar misalnya
karena ingin mendapat pujian dari atasan. Selanjutnya pengertian disiplin atau
siasat menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata tertib karena
didorong kesadaran yang ada pada kata hatinya. Itulah sebabnya biasanya
2. Fungsi Disiplin
orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku,
sehingga tidak akan merugikan pihak lain dan hubungan dengan sesama
b. Membangun kepribadian
yang berlaku dan kebiasaan itu lama kelamaan masuk ke dalam dirinya
26
Tulus Tu‟u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: Grasindo, 2004,
38.
c. Melatih kepribadian
Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin terbentuk melalui
latihan. Demikian juga dengan kepribadian yang tertib, teratur dan patuh
d. Pemaksaan
Disiplin dapat terjadi karena adanya penaksaan dan tekanan dari luar, misalnya
ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke satu sekolah yang
berdisiplin baik, terpaksa harus mematuhi tata tertib yang ada di sekolah
tersebut.
e. Hukuman
Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atau hukuman bagi yang
pembelajaran.
untuk tercapai suatu tujuan peraturan itu dengan perubahan sikap atau
27
Cece Wijaya, Faktor-faktor Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers, 1994, 18.
tingkah lakunya. Sedangkan menjalankan peraturan atas pengaruh pihak
luar dengan kepatuhan dan ketaatan maka hal ini disebut berdisiplin. Jadi
yang terletak didalam hati dan jiwa manusia yang mendorong bagi orang
berikut:28
waktu belajar.
28
Sofchah Sulistyowati, Cara Belajar Yang Efektif dan Efisien, Pekalongan: Cinta Ilmu,
2002, 3.
4. Disiplin dalam menjaga kondisi fisik agar selalu sehat dan fit dengan
cara makan yang teratur dan bergizi serta berolahraga secara teratur.
Dalam hal sikap kedisiplinan belajar ada beberapa faktor yang datang
keberhasilan belajar. Hal ini dapat dikatakan logis dan wajar sebab hakikat
disiplin adalah ketaatan dan kepatuhan serta perubahan tingkah laku yang
diminati siswa. Hal itu juga masih bergantung pada faktor yang datang dari
b. Faktor budaya
iklim.
Sedangkan faktor dari dalam, menurut syamsu yusuf melihat dari segi
individu maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi meliputi aspek fisik
29
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1990, 137.
30
Tabrani Rusyan, Pendidikan Budi Pekerti, Bandung: Arcaya Media Utama, 2000,
Cet.Ke 2, 63.
dan psikis. Yang termasuk faktor fisik ini diantaranya adalah nutrisi (gizi
Oleh karena itu bahwa kelengkapan dan kesiapan fungsi fisik dan
B. Motivasi Belajar
perlu memiliki motivasi belajar yang kuat. Namun demikian menurut Robert
E Slavin, motivasi belajar itu sesuatu yang sulit diukur, karena terkait dengan
maka kajian tentang teori motivasi menjadi suatu yang sangat penting, agar
31
Syamsu Yusuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara, 1993,Cet.Ke2, 41.
32
Robert E Slavin, Educational Psychology Theory And Practice, Fourth Edition,
Boston: Allyn And Bacon, 1994, 347.
Motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau
menyalurkan dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan
dicapai.”
faktor seperti kepribadian, ambisi, pendidikan dan usia. Menurut Mc. Donald
pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif atau perasaan dan
33
Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2001,
141.
34
G.R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen. Terjemahan J mith D. F. M, Jakarta: Bumi
Aksara, 2003, 130.
35
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, 106.
adalah pengaruh dari kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan terhadap
tinggi.”37
khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat
untuk belajar. Peserta didik yang memilki motivasi kuat , akan memiliki
36
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran..., 347.
37
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep Karakteristik dan Implementasi,
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002, 112.
38
Sardiman A.M, .Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2001, 73.
mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan
adalah proses yang terjadi dalam diri seseorang, baik sebagai dorongan
luar,atau yang lahir dari dalam diri orang itu sendiri.40 Pada dasarnya motivasi
hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin. Menurut
39
Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001, Cet.
kelima, 177.
40
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996, 60.
41
Nashar, Peranan Motivasi Dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran,
Jakarta: Delia Press, 2004, 39.
mampu berbuat yang lebih baik, berprestasi dan kreatif. Kemudian menurut
untuk belajar dengan senang dan belajar secara sungguh-sungguh, yang pada
manusia berbeda antara satu dengan lainnya, perbedaan itu selain pada
sehingga seseorang itu mau daningin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak
42
Nashar, Peranan Motivasi Dan Kemampuan..., 42.
suka tersebut. Jadi motivasi itu dapat dirangkai oleh factor dari luar tetapi
sendiri ada keinginan untuk belajar, sebab tanpa mengerti apa yang akan
dipelajari dan tidak memahami mengapa hal tersebut perlu dipelajari, maka
dorongan inilah yang disebut sebagai motivasi. Dengan motivasi orang akan
terdorong untuk bekerja mencapai sasaran dan tujuannya karena yakin dan
sadar akan kebaikan, kepentingan dan manfaatnya. Bagi siswa motivasi ini
sangat penting karena dapat menggerakkan perilaku siswa kearah yang positif
pada kegiatan belajar siswa yang bertujuan untuk mencapai prestasi tinggi.
Apabila tidak ada motivasi belajar dalam diri siswa, maka akan menimbulkan
rasa malas untuk belajar baik dalam mengikuti proses belajar mengajar maupun
yang tinggi dalam belajar maka akan timbul minat yang besar dalam
43
Sardiman A.M, Interaksi & Motivasi...., 75.
Motivasi yang tumbuh dalam diri seseorang, kita kenal sebagaimotivasi
motivasi yang tumbuh di luar diri seseorang disebut motivasi eksternal yang
internal.
motif ekstrinsik, yakni dorongan yang berasal dari luarpekerjaan yang sedang
dilakukan.44
bahwa hasil belajar pada umumya meningkat jika motivasi belajar bertambah
terpenting dalam usaha belajar mengajar pada peserta didik. Peserta didik
merupakan asset dan harapan umat dimasa depan. Oleh karena itu lembaga
44
Muhammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Jakarta; Mahaputra
Adidaya, 2003, 93.
45
Arief Furchan, Transformasi Pendidikan Islam di Indonesia (Anatomi Keberadaan
Madrasah dan PTAI), Yogyakarta: Gama Media, 2004, 18.
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan oleh seorang pendidik dalam
tidur.
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan harga diri, kebutuhan akan rasa
anak didik tumbuh dan berkembang mencapai kematangan psikis dan fisik.
ataupun kebutuhan primer dan sekunder seperti yang dijelaskan di atas, maka
penekanannya adalah diyakini dan diamalkan oleh anak didik akan dapat
46
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia,2004, 104.
47
Salnadi Sutadipura, Aneka Problem Keguruan, Bandung : Angkasa, 1996, 114.
b. Memberikan kepada anak didik kita itu kekuatan, aktivitas dan
kondisi internal yang mampu menimbulkan dorongan dalam diri manusia yang
2) Motif-motif darurat, yang termasu jenis motif ini antara lain: dorongan
untuk memburu.
48
Sardiman, A. M, Interaksi & Motivasi ..., 86.
Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia
ekstrinsik.49
1) Motivasi intrinsik
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena
dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Sebagai contoh seseorang yang senangnya membaca, tidak usah ada yang
perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh kongkrit, seorang siswa ingin
diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak
49
Sardiman, Interaksi & Motivasi..., 85.
dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ketujuan
yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin tujuannya
kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbul
dan seremonial.
belajar, karena tahu besuk paginya akan ujian dengan harapan mendapat
nilai baik, sehingga akan dipuji oleh temannya. Jadi yang penting bukan
baik, atau agar mendapat hadiah. Kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan
dilakuannya itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan
baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting.
50
Sardiman, Interaksi & Motivasi..., 90.
juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar
ekstrinsik.
berikut:51
Sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini
Yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat
rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan
Yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna
51
Sardiman, A.M, Interaksi & Motivasi..., 83.
Menurut Hamalik juga mengemukakan tiga fungsi motivasi, yaitu;52
Jadi Fungsi motivasi secara umum adalah sebagai daya penggerak yang
Pengaitan pembelajaran dengan minat siswa adalah sangat penting dan karena itu
bagi mereka. Cara lain yang dapat dilakukan adalah memberikan pilihan
kepada siswa tentang materi pembelajaran yang akan dipelajari dan cara-
cara mempelajarinya.
52
Oemar Hamalik, Prosedur Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, 161.
53
Chatarina Tri Anni, Psikologi Belajar, Semarang: UPT UNNES Press, 2006, 186-187.
Guru yang terampil akan mampu menggunakan cara untuk membangkitkan dan
penyajian.
Prinsip yang mendasar dari motivasi adalah anak akan belajar keras untuk mencapai
tujuan apabila tujuan itu dirumuskan atau ditetapkan oleh dirinya sendiri
berikut.54
Yang harus dimiliki guru sebagai demonstrator adalah: (a) menguasai bahan atau
sehingga kaya dengan berbagai ilmu pengetahuan, dan (c) mampu dan
54
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung:Penerbit PT Remaja Rosdakarya,
2003, 9.
menguasai serta mampu melaksanakan keterampilan-keterampilan
mengajar.
Yang harus dimiliki guru sebagai pengelola kelas, yaitu: (a) dapat memelihara
(d) mampu memimpin kegiatan belajar yang Minat dan Motivasi Belajar
perkembangan.
Yang harus dimiliki guru sebagai mediator dan fasilitator adalah: (a) memiliki
mengajar.
Yang harus dimiliki guru sebagai evaluator, adalah: (a) mampu dan terampil
kelompok siswa yang pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya.
belajar.
periode tertentu.
dilakukan
55
Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan, Bandung: PT Remaja, 2001, 40.
56
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, 89-92.
Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan sepanjang hayat. Cita-
b. Kemampuan Belajar
karena siswa seperti itu lebih sering memperoleh sukses oleh karena
Siswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Jadi kondisi siswa yang
kondisi psikologis, tetapi biasanya guru lebih cepat melihat kondisi fisik,
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datangnya dari luar diri siswa.
ada tiga yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Jadi unsur-
ketiga lingkungan tersebut. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan cara
proses belajar yang tidak stabil, kadang lemah dan bahkan hilang sama
sekali.
Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam
menjadi optimal jika ada motivasi Adapun upaya-upaya yang dilakukan guru
1. Memberi angka.
Ini menjadi simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Bagi siswa angka-angka yang baik
dalam ulangan atau raport merupakan motivasi yang sangat kuat. Cara
pemberian angka-angka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di
Motivasi ini mendorong belajar siswa, baik persaingan individual maupun persaingan
keras dengan mempertaruhkan harga diri. Dan ini merupakan salah satu
5. Memberi ulangan.
Para siswa akan menjadi giat belajar jika mengetahui akan ada ulangan. Tetapi yang
harus diingat oleh guru adalah jangan terlalu sering karena bisa
6. Mengetahui hasil.
Dengan mengetahui grafik hasil pekerjaan meningkat, akan mendorong siswa untuk
7. Pujian.
Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi
8. Hukuman.
Hukuman adalah bentuk reinforcement yang bersifat negatif, tetapi jika diberikan
secara tepat, bijak dan mendidik adalah jawaban atas pelanggaran dan
bertujuan ke arah perbaikan. Dan ini juga merupakan motivasi bagi siswa.
Ini adalah unsur kesengajaan siswa, berarti pada anak didik itu memang ada motivasi
10. Minat.
Ini merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar akan lancar jika disertai jika
berikut:
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima oleh siswa merupakan alat motivasi yang
penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai dirasa sangat
13. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individu maupun kelompok.
57
Sardiman, Interaksi & Motivasi..., 161.
58
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, 182.
6. Teori Motivasi Belajar
memuaskan dari guru atau orang tua) akan termotivasi untuk belajar.
Sebaliknya siswa yang tidak diberi penguatan atau diberi hukuman (tidak
mendapat peringkat baik, tidak dipuji oleh guru atau orang tuanya) tidak
kelemahan, yaitu bahwa motivasi manusia adalah sesuatu itu yang sangat
59
Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 348.
60
Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 348.
motivasi seseorang dengan kebutuhannya. Motivasi manusia melakukan
Sebagai contoh, orang lapar atau dalam bahaya akan kehilangan perhatian
kebutuhan yang berada pada posisi lebih tinggi dalam bagan teori
hierarki).62
diri. Kebutuhan kedua ini tidak akan terpenuhi secara mutlak, berbeda
dengan kebutuhan pertama yang jika telah terpenuhi orang akan merasa
cukup.
memiliki kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan ini pada level akhir, tetapi
61
Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 351.
62
Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 351.
Sejalan dengan pemikiran Abraham Maslow dalam menyatakan
contoh, seorang yang percaya bahwa ia adalah orang baik dan terhormat
Dalam kerangka ini, motivasi tampak sebagai sesuatu yang tetap pada diri
63
Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 352.
64
Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 352.
65
Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 353.
Penjelasan berikutnya tentang teori personality ini, bahwa pertama:
pribadi yang tetap), dan untuk model kedua, bahwa ada diantara manusia
Sebuah konsep lain yang juga penting dalam hubungan dengan teori
locus of control lebih suka mempercayai faktor luar, seperti nasib baik,
tugas yang sulit, perlakuan orang lain, sebagai penyebab kesuksesan atau
kegagalan dirinya.67
66
Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 354.
67
Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 355.
dengan kondisi internal locus of control yang tinggi, mendapatkan ranking
yang baik dan skor yang tinggi, dibanding dengan siswa yang memiliki
rendah.
hasil baik dari usaha maupun kemampuan (faktor internal), dan nasib baik,
tugas yang sulit dan perilaku guru (faktor eksternal). Bahkan banyak
merupakan peran dari nasib baik, siswa dengan internal locus of control
yang tinggi akan percaya, bahwa usahalah yang menjadikan mereka sukses
control dalam olah raga (sebab kemampuan atletiknya rendah). Jika pada
siswa ini ditemukan beberapa keterampilan yang tidak diduga dalam olah
control dalam olah raga tersebut meskipun tidak pada olah raga lainnya.68
68
Robert E. Slavin, Educational Psychology Theory ..., 356.
Teori ekspektansi dikembangkan oleh Edward dan Atkinson. Teori ini
C. Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil yang dicapai individu melalui usaha yang dialami
dikutip Udin mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif
Fontana, Gagne dikutip Udin (menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari
proses pertumbuhan.70
69
Cart Witherington, Psikologi Pendidik Terjemahan Purwanto, Jakarta: Remaja
Rosdakarya, 2003, 155.
70
Udin S Winataputra, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: UT, 2008, 18.
bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
dengan lingkungannya.”72
dan Mudjiono dalam bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan
Menurut Hilgard dan Bower yang dikutip oleh Ngalim Purwanto belajar
71
Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif, Jakarta: Puspa Swara, 2005, 1.
72
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta,
2003, 2.
73
M.Sobry Sutikno dan Pupuh Fathurahman, Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, Jakarta: PT. Refika Aditama, 2007, 5.
74
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran..., 9.
75
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 1996, 84.
menerus dengan lingkungannya. Jika di dalam proses belajar tidak
belajar.
dikutip Ridwan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam
telah dicapai dari apa yang telah dilakukan. Sedangkan menurut Muhibin
sekolah atau pondok pesantren dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh
Menurut Tulus ”Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai
sekolah”.78
diwujudkan dengan angka, yang dapat dilihat dari nilai raport dan hasil
76
Ridwan, Belajar,Minat,Motivasi dan Prestasi belajar , Artikel 3 Mei 2008, 2.
77
Abu Muhamad, Prestasi Belajar , Artikel 29 Mei 2008.
78
Tulus Tu‟u, Peran Disiplin Pada Perilaku ..., 75.
ujian. Indikator prestasi belajar juga dapat dilihat dari selisih nilai pre tes
pola berpikir, sikap dan perubahan tingkah laku yang di tunjukan oleh
peserta didik.
yang tinggi akan memiliki kemampuan berpikir kritik yang tinggi pula.
79
Abi Syamsudin Makmur, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran
Modul, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005, 225.
80
S.Nasution, Didaktik Azas-Azas Mengajar, Bandung:Jemmars, 2002,
39.
keterampilan yang mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku manusia
secara langgeng atau kontinyu baik secara fisik maupun psikis yang
ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai, yang mencakup ranah
Proses belajar dan hasil belajar dipengaruhi oleh dua kelompok faktor
yaitu faktor yang berasal dari diri individu dan dari luar individu. Faktor yang
berasal dari diri individu terdiri dari faktor psikis dan fisik. Faktor psikologis
yaitu:82
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam individu. Faktor internal
terdiri dari:
1). Faktor Fisiologis, merupakan keadaan jasmani atau tubuh yang dimiliki
siswa.
Keadaan yang sehat akan memberikan pengaruh yang positif terhadap kegiatan
81
Tim Penulis Buku Psikologi Pendidikan, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta:FIP-IKIP
Yogyakarta, 1991, 63.
82
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor ..., 53.
akan memberikan pengaruh yanng negatif terhadap kegiatan belajar
siswa.
b. Faktor Eksternal
Misalnya: cara orang tua mendidik, keadaan ekonomi, suasana rumah, hubungan
Faktor yang ada di lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi belajar siswa
belajar.
Faktor ini sangat penting bagi siswa karena bermanfaat untuk menumbuhkan
kepercayaan siswa.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi atau hasil belajar, yaitu: 83
a. Faktor Eksogin yaitu faktor yang datangnya dari luar diri siswa atau anak.
Faktor ini ada yang berasal dari lingkugan dan ada yang bersifat
instrumental.
1). Lingkungan
2). Instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang sesuai
83
Sumadi Suryabrata, Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi, Surakarta: Andi
Offset, 1983, 6-10.
a. Faktor-faktor perangkat keras, Misalnya: Gedung, alat-alat bermain,
b. Faktor Indogen
a). Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan
84
A. Tresna Sastrawijaya, Pengembangan Program Pengajaran, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1991, 41.
85
Moh.Uzeer Usman, Lilis Setiawati, Upaya Optimal Kegiatan Belajar Mengajar,
Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 1993, 10.
1). Minat. Anak yang berminat belajar akan tekun dan berusaha keras
program pendidikan.
3). Bakat. Bakat yang dimiliki sejak lahir merupakan faktor yang
4). Motivasi. Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa
belajar.
perilaku belajarnya.
86
Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta:PT Rineka Cipta, 2002, 85.
5). Kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor, ketiga kemampuan ini
belajar.
a. Intelegensi.
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk
menghadapi dan mrnyesuikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan
dicapai.
87
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor..., Jakarta: Rineka Cipta, 2003, 34.
Berdasarkan uraian tersebut diaas maka dapat disimpulkan bahwa
yang sangat komplek baik faktor yang berasal dari dalam individu ataupun
dari luar individu, juga faktor yang bersifat fisik maupun psikologis.
3. Prinsip-Prinsip Belajar
sebagai berikut:
Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan
efektif.
perkembangannya.
diharapkan.
pengertiannya.
dengan tenang.
relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya
88
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor ..., 27-28.
berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta
perbedaan individual.89
4. Teori-teori Belajar
Menurut para ahli banyak sekali yang mengemukakan teori belajar,
namun secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga bagian yaitu :
dan berpikir. Manurut Nasution, bahwa belajar menurut teori ini adalah
belajar menurut ilmu jiwa daya adalah dititik beratkan pada latihan yang
berulang-ulang dari yang paling mudah sampai pada yang paling sukar,
sehingga daya kemampuan yang ada pada anak akan semakin baik. Jadi
untuk dapat memperoleh daya berpikir yang kuat pada seseorang haruslah
Ilmu Jiwa Assosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari
89
Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran..., 42.
90
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Bandung: Jemmars,1986, 69.
Menurut Thomdike, dasar dari belajar itu adalah Assosiasi antara
a. Law Of Effect
Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat, kalau disertai dengan
perasaan senang atau puas, dan sebaliknya. Karena itu adanya usaha
Didalam stimulus problematis, kemungkinan besar respon yang tepat itu tidak
segera nampak, sehingga individu yang belajar itu harus berulang kali
Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat kalau sering dipakai dan akan
yaitu seseorang dapat bereaksi secara tepat dan cepat terhadap stimulus
Menurut teori ini beranggapan bahwa keseluruhan itu lebih baik dari
dari dalam dan luar individu. Sehubungan dengan teori ini dikatakan
dalam aktivitas hanya perbuatan yakni learning by doing, akan tetapi juga
91
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1994, 23-36.
92
Nana Sudjana, Teori-Teori Belajar Untuk Pengajar, Jakarta: Fakultas Ekonomi UI,
1991, 73.
“reflektion” atau pemikiran renungan tentang apa yang telah dilakukan
itu.93
yaitu seseorang dapat bereaksi secara tepat dan cepat terhadap stimulus
5. Tujuan Pembelajaran
Tinjauan secara umum tentang tujuan belajar adalah sebagai berikut :
c. Pembentukan sikap94
pendidikan adalah :
beragama
kepribadian yang mantap dan bertanggungjawab. Dalam hal ini seorang siswa
93
S. Nasution, Asas-Asas...,72.
94
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi..., 28-29.
95
Winarno Surakhmad, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, FIP. IKIP, 1994, 33.
tidak oleh meninggalkan sistem belajar karena merupakan suatu organsasi
teratur dan terarah secara sistematik. yaitu secara utuh dengan memperhatikan
belajar untuk mencapai tujuan belajar, yaitu terjadinya perubahan dalam diri
peserta didik.
96
Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Universitas
Muhammadiyah, 2002, 3-4.
BAB III
tenaga pengajar yaitu bapak Nurhadi (Kepala Madrasah) dari desa Pulutan, bapak
Irfani, BA (guru PAI) dari Kecandran, bapak Istat Ngarifin dari Banyu putih. Pada
tahun 1967 mendapat tambahan tenaga pengajar yaitu bapak Wagimin dari Gamol,
rumah kediaman Bapak Soeharto di wilayah RT. 04, RW. 06 dukuh Gamol dan
diserambi masjid Darussalam Gamol. Atas gagasan dari Bapak Basyir (kepala desa
menggunakan bahan kayu. Memiliki 6 lokasi kelas dengan jumlah siswa 180 anak,
yang berasal dari dusun Duren, Gamol, Sodong (wilayah Kecamayan Getasan).
Pada tahun 1995 Kasi Mapenda Kantor Depag Salatiga (Bapak Auze),
berkunjung ke MIM Gamol dan menemui Kepala MIM dan dewan guru, dan
berjanji seandainya desa kecandran masuk menjadi daerah pemekaran maka beliau
Tahun 1996 desa Kecandran resmi menjadi daerah pemekaran dan masuk
menjadi wilayah Kotamadya Salatiga, maka janji Kasi Mapenda terealisasi, pada
tanggal 14 Juni 1997 bertempat di MAN II Tegalrejo, resmilah penegerian MIM
Tabel 3.1
Keadaan Kepala Madrasah dari awal sampai sekarang
tepatnya sebelah barat Jalan Lingkar Salatiga (JLS), menempati lahan seluas
873 meter persegi, dengan panjang 43 m dan lebar 21 m, luas bangunan 448
97
Agus Rahmat Yuwanda, Kepala MIN Salatiga, Wawancara, Selasa, 5 Mei
2015, Pukul 10.00 WIB.
Visi Madrasah
Misi Madrasah
bermasyarakat.
warga madrasah.
Tujuan Madrasah
1) Meningkatkan iman dan takwa serta akhlak terpuji seluruh warga
madrasah.
non akademik.
tinggi.
hidup disekitarnya.
d. Profil Madrasah
NSM : 111134730001
Akreditasi : B
Sidomukti, Salatiga
Jumlah guru di MIN Salatiga berjumlah 15 orang terdiri dari lulusan S2 ada 1
guru, dan lulusan S1 ada 13 guru, sedangkan lulusan DII ada 1 Guru. Dengan 1
Kepala Madrasah yang berstatus PNS. Dilihat dari statusnya, terdiri dari 12
orang PNS dan 3 orang guru wiyata bakti. Sedangkan karyawan terdiri dari 1 TU,
dan 1 penjaga.98 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 3.2
Tenaga Pendidik berdasarkan Status dan Kualitifkasi Akademik
98
Dokumentasi MIN Salatiga Tahun Pelajaran 2014-2015.
GT/G SMP
PNS S2 S1 DII SMA
TY
Kepala 1 1
1 1
Madrasah
2 Guru 15 12 3 1 13 1
1 - 1
3 TU 1
1 - 1 1
4 Penjaga
f. Peserta Didik
kuantitas dari jumlah siswa. Dengan kemajuan yang dimiliki madrasah banyak
madrasah ibtidaiyah. Berikut data jumlah siswa yang ada di Madrasah Ibtidaiyah
Tabel 3.3
Jenis Kelamin
No Jml. Kelas Jumlah Siswa
Laki-Laki Wanita
1 I 62 24 38
2 II 60 28 32
3 III 27 11 16
4 IV 36 17 19
5 V 33 17 16
6 VI 28 10 18
Nama sekolah ini berasal dari bahasa Arab yang secara bahasa berarti sekolah
keinginan dan kebutuhan dari masyarakat Mangunsari dan sekitarnya akan adanya
sekolah di lingkungan mereka. Pada saat itu, sekolah di daerah tersebut masih
sangat sedikit jumlahnya. Melihat fenomena tersebut, beberapa tokoh agama yang
1969.
Mangunsari telah berkembang menjadi salah satu sekolah yang diminati oleh
orang dalam menjalani hidup sebagai khalifah fil ardli. Sebagian orang boleh
d. Berkarakter Kemandirian
3) Tujuan Madrasah
a. Tujuan Umum : Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar
c. Data Personalia
Hal ini sesuai dengan harapan pemerintah yang menyebutkan bahwa tenaga
pengajar di sekolah tingkat dasar minimal lulusan S1 bahkan masih ada guru
d. Data Siswa
99
Susriyana Wahyu Iika, Kepala MI Mangunsari, Wawancara, Senin, 13 April 2015,
Pukul 09.00 WIB.
MI Ma‟arif Mangunsari Salatiga merupakan salah satu sekolah yang
mempunyai daya tarik cukup besar kepada orang tua untuk menyekolahkan anak
mereka di tempat ini. Jumlah siswa yang bersekolah di tempat ini mengalami
peningkatan pada tiap tahunnya. Bahkan, kini kelas I-III telah berubah masing-
masing paralel menjadi dua kelas. Adapun rincian jumlah siswa sebagai berikut:
Tabel 3. 4
2013/2014 2014/2015
1 I 69 2 59 2
2 II 61 2 67 2
3 III 56 2 59 2
4 IV 37 2 55 2
5 V 36 2 49 2
6 VI 16 1 37 2
275 11 316 12
begitu, keterbatasan lahan ini tidak terlalu berpengaruh terhadap aktivitas belajar
mengajar. Siswa di sekolah ini masih mempunyai tempat yang cukup untuk
belajar sekaligus bermain. Sekolah ini memiliki sarana prasarana dan fasilitas
yang sudah cukup lengkap. Sarana dan prasarana itu didapatkan dari pemerintah,
dalam hal ini adalah Kementrian Agama dan Dinas Pendidikan Nasional. Adapun
sarana prasarana dan fasilitas tersebut adalah ruang kepala madrasah, ruang guru,
ruang UKS, Perpustakaan. Kantin, Ruang Komputer. Di dalam ruangan guru
terdapat 14 meja guru dan sepasang meja kursi yang disiapkan untuk menerima
tamu. Terdapat sebuah ruang UKS yang terdiri dari 2 tempat tidur, yang
cukup banyak dan komplit sehingga sangat menunjang proses belajar mengajar.
Koleksi buku yang dimiliki meliputi buku pelajaran, pengetahuan umum, buku
makanan untuk para siswa. Terdapat ruang komputer yang memiliki 12 buah
olahraga yang dimiliki antara lain bola sepak, gawang futsal, net voly, matras dan
alat olahraga lainnya. Fasilitas internet masih terbatas hanya untuk kalangan guru.
Adanya fasilitas ini sangat membantu guru untuk mempersiapkan bahan untuk
untuk mengantar dan menjemput siswa yang rumahnya jauh dari sekolah dan
f. Kegiatan Ekstrakurikuler
potensi yang dimiliki siswanya. Siswa bebas memilih kegiatan sesuai dengan
ekstrakurikuler yang diberikan kepada siswa: Pramuka, Seni tari, Rebana, Seni
kuesioner. Item pertanyaan rating scale dianggap valid jika nilai dari rhitung lebih
besar dari rtabel dan sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari pada rtabel maka item
penelitian ini dapat dikatakan valid. Hal ini dapat dilihat dari besarnya rhitung yang
lebih besar daripada rtabel (0,244) yang merupakan syarat dari validitas. Dengan
demikian instrument rating scale dalam penelitian ini benar-benar dapat mengukur
Berdasarkan tabel 3.6 dapat dilihat bahwa item-item pertanyaan rating scale
pada penelitian ini dapat dikatakan valid. Hal ini dapat dilihat dari besarnya rhitung
yang lebih besar daripada rtabel (0,244) yang merupakan syarat dari validitas.
Dengan demikian instrument rating scale dalam penelitian ini benar-benar dapat
program SPSS Release 18,00 dengan syarat Cronbach Alpha lebih besar daripada
0,60 maka pertanyaan tersebut dikatakan reliabel. Tabel di bawah ini dapat dilihat
Tabel 3.7
Reliabilitas Variabel-Variabel Penelitian
reliabilitas. Hal ini diketahui besarnya Cronbach Alpha lebih besar daripada 0,60.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel dalam penelitian ini
Setelah melalui penilaian rating scale, pengumpulan data melalui data observasi
di lapangan terlebih dahulu di sajikan dalam bentuk data guna memperlancar langkah
suatu penelitian. Berikut ini penulis lampirkan data responden dari hasil penelitian di
1. Data Responden
Data responden terdiri dari siswa kelas VI dengan rincian ada 28 siswa di MIN
responden ada 65 siswa. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 3.8 pada halaman
lampiran.
untuk menilai responden atau siswanya dengan tiga alternatif jawaban. Adapun
hasil rating scale yang diberikan kepada responden dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
jumlah pertanyaan ada 10 soal, maka perolehan nilai jawaban instrument rating
scale dengan 65 responden di MI Kota Salatiga dapat dilihat pada lampiran tabel
3.9. Tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 10 soal rating scale dengan
pemberian skor 1-3, yaitu penilaian baik dengan skor 3, Cukup dengan skor 2, dan
kurang dengan skor 1 pada kolom tingkah laku yang tertera jika tingkah laku
jawaban dari jumlah semua jawaban pertanyaan rating scale ada 1707.
dengan jumlah pertanyaan ada 10 soal, maka perolehan nilai jawaban instrument
rating scale dengan 65 responden di MI Kota Salatiga khususnya di MIN
Kecandran Salatiga dan MI Ma‟arif Mangunsari dapat dilihat pada lampiran tabel
3.10. Tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 10 soal rating scale dengan
pemberian skor 1-3, yaitu masing-masing item menggunakan pilihan penilaian yaitu
baik, cara pemberian skor untuk item baik jumlah jawaban setiap siswa dikalikan 3.
Penilaian cukup, cara pemberian skor untuk itemcukup jumlah jawaban siswa dikalikan
2. Untuk pilihan penilaian kurang, cara pemberian skor untuk item kurang jumlah
jawaban siswa dikalikan 1 yang tertera jika tingkah laku tersebut ditunjukkan oleh
anak pada saat observasi dilaksanakan. jumlah semua jawaban pertanyaan rating
scale dari 3 alternatif pertanyaan rating scale motivasi belajar ada 1716.
Hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan
ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh
guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan. Jadi prestasi belajar siswa terfokus
pada nilai atau angka yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran di sekolah.
Nilai prestasi belajar Matematika di ambil dari nilai raport semester 1 MIN
Kecandran dan MI Ma‟arif Mangunsari yang terdapat dalam tabel 3.11 pada
lampiran.
100
S.Nasution, Didaktik Azas-Azas Mengajar, Bandung:Jemmars, 2002, 39.
BAB IV
ANALISIS DATA
kebenaran teori yang telah diajukan berdasarkan hasil penelitian. Analisis data
selain menjawab dari permasalahan, dan tujuan penelitian yang dilakukan juga
Dalam hal ini penulis menggunakan analisis awal dengan hasil uji asumsi,
Salatiga melalui bantuan SPSS 18.00 for Windows, dengan menggunakan analisis
uji statistik.
Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik. Perhitungan dan analisis
data dilakukan dengan program SPSS 18 for windows. Uji persyaratan analisis regresi
1. Uji Normalitas
grafik. Cara yang paling sederhana adalah dengan melihat histogram yang
Gambar 4.1
Grafik Histogram
yang meragukan khususnya untuk ukuran sampel yang kecil. Metode yang
handal adalah dengan melihat normal probability plot, dimana pada grafik
Tabel 4.1.
Hasil Uji Normalitas Data Penelitian
X1 (Kedisiplinan Siswa), X2 (Motivasi Belajar) dan Y(Prestasi Belajar)
Prestasi
Belajar Kedisiplinan Motivasi Belajar
N 65 65 65
Sig.) variabel kedisiplinan siswa (X1) sebesar 0,009, motivasi belajar (X2)
sebesar 0,011 dan prestasi belajar Matematika (Y) sebesar 0,587 lebih besar
dari alpha (0,05) maka dapat disimpulkan data distribusi normal sehingga
model regresi sudah memenuhi asumsi normalitas dan layak di pakai dan
2. Uji Multikolinieritas
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas, jika variabel bebas saling
Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance < 0,1 dan VIF > 10,
Tabel 4.2
Uji Multikolinearitas
Model Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Std.
B Error Beta t Sig. Tolerance VIF
Tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa nilai tolerance untuk variabel
kedisiplinan dan motivasi belajar masing-masing sebesar 0,104 yang lebih besar
dari 0,1. Ini berarti tidak ada korelasi antar variabel independent. Hasil perhitungan
nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama, tidak ada
satu pun variabel independent yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat
model regresi, sehingga model regresi layak dipakai dan dapat dilanjutkan ke tahap
dapat digunakan untuk memprediksi perilaku sopan santun siswa selama rata-rata
periode pengamatan.
3. Uji Heteroskedastisitas
tersebut harus menyebar secara acak, tersebar baik di atas maupun dibawah
angka 0 pada sumbu Y. Bila kondisi ini terpenuhi, maka dapat dinyatakan
Grafik Scatterplot
4.3 di atas, dapat diketahui bahwa dalam grafik scatterplot, titik-titik yang
variabel bebas pada penelitian ini disiplin belajar dan prestasi belajar
B. Analisis Deskriptif
dan telah peneliti kemukakan pada bab III, bahwa kedisiplinan siswa dapat
Analisis prosentase penilaian dapat diketahui dari tabel 3.9 yang telah
sebanyak 416 penilaian baik dari jumlah semua jawaban 650. Apabila
kedisiplinan siswa termasuk baik, cukup dan kurang juga dapat dilakukan
rangking, yaitu rangking atas yang berarti baik, cukup, dan rangking bawah
yang berarti kurang. Analisis ini dapat diawali dengan menggunakan tabel
Mx =
Fx 1707 26,26
N 65
Dari hasil skala yang disebarkan, didapat data nilai yang tertinggi yaitu 30 dan
terendah adalah 19 dan rata-ratanya adalah 26,26 kemudian nilai diklasifikasikan pada
kategori baik, cukup dan kurang. Adapun untuk menentukan kategori tersebut
( Xt Xr ) 1
i=
Ki
Keterangan : i : Interval
Xt :Nilai tertinggi
Xr :Nilai terindah
Ki : Kelas interval.
(30 19 ) 1
i =
3
(11 1)
=
3
12
=
3
=4
Setelah diketahui lebar interval yaitu, maka ditetapkan klarifikasi dalam
Dari data tersebut di atas kedisiplinan siswa dapat dibagi menjadi 3 kategori
kedisiplinan siswa yang cukup ada 15 responden. 3) kedisiplinan siswa yang kurang
ada 14 responden.
Setelah diketahui berapa banyak kediplinan siswa yang baik, cukup dan kurang,
F
P = x100 %
N
Keterangan : P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah sampel
36
x100 % 55,38%
65
15
x100 % 23,08%
65
14
x100 % 21,54%
65
TABEL 4.3
Jumlah 65
kriteria baik adalah 55,38 %, kriteria cukup mencapai 23,08 %, kriteria kurang
masuk dalam kategori baik. Selengkapnya dapat dilihat dalam grafik histogram
berikut ini:
40
30
Frekuensi
20 19-22
23-26
10 27-30
0
Kurang Cukup Baik
Kategori Kedisiplinan Siswa
Gambar 4.4
Grafik Histogram Kedisiplinan Siswa
Sebagaimana data yang diperoleh pada tabel 3.10 di lampiran dan telah
peneliti kemukakan pada bab III, bahwa motivasi belajar siswa dapat dianalisis
belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Kota Salatiga termasuk dalam kategori baik,
Instrument Rating Scale yang dinilai guru kepada para responden yang
mendapat nilai 1.
dikemukakan pada tabel 3.10 di lampiran pada bab III bahwa motivasi belajar
sebanyak 423 penilaian baik dari jumlah semua jawaban 650. Apabila
motivasi belajar siswa termasuk baik, cukup dan kurang juga dapat dilakukan
rangking, yaitu rangking atas yang berarti baik, cukup, dan rangking bawah
yang berarti kurang. Analisis ini dapat diawali dengan menggunakan tabel
Mx =
Fx 1716 26,4
N 65
Dari hasil skala yang disebarkan, didapat data nilai yang tertinggi yaitu 30 dan
terendah adalah 20 dan rata-ratanya adalah 26,4 kemudian nilai diklasifikasikan pada
berikut:
( Xt Xr ) 1
i=
Ki
Keterangan : i : Interval
Xt :Nilai tertinggi
Xr :Nilai terindah
Ki : Kelas interval.
(30 20) 1
i =
3
(10 1)
=
3
11
=
3
Dari data tersebut di atas motivasi belajar siswa dapat dibagi menjadi 3 kategori
sesuai dengan intervalnya: 1) motivasi belajar siswa yang baik ada 36 responden. 2)
motivasi belajar siswa yang cukup ada 14 responden. 3) motivasi belajar siswa yang
Setelah diketahui berapa banyak kediplinan siswa yang baik, cukup dan kurang,
F
P = x100 %
N
Keterangan : P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah sampel
Untuk kedisiplinan siswa yang baik sebanyak 36 responden.
35
x100 % 53,85%
65
14
x100 % 21,54%
65
16
x100 % 24,61%
65
TABEL 4.4
Jumlah 65
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa masuk
kriteria baik adalah 53,85 %, kriteria cukup mencapai 21,54 %, kriteria kurang
Mangunsari masuk dalam kategori baik. Selengkapnya dapat dilihat dalam grafik
30
Frekuensi 20 20-23
24-27
10
28-31
0
Kurang Cukup Baik
Kategori Motivasi Belajar Siswa
Gambar 4.5
Berdasarkan data yang disajikan pada bab III dalam tabel 3.11 di lampiran,
sangat baik, baik, cukup dan kurang. Untuk mengetahui nilai prestasi belajar siswa
Angka Huruf
7 - 7,9 = 70 - 79 B Baik
6 - 6,9 = 60 - 69 C Cukup
5 - 5,9 = 50 - 59 D Kurang
0 - 4,9 = 0 - 49 E Gagal
Analisis ini dapat diawali dengan mencari mean yaitu dengan hitungan
berikut. Mx =
Fx 4572 70,34
N 65
Berdasarkan hasil penilaian prestasi belajar yang di ambil dari nilai raport, di
dapat data nilai yang tertinggi yaitu 93 dan terendah adalah 51. Selanjutkan
berikut ini:
TABEL 4.5
80-100 12 A
70-79 22 B
60-69 19 C
50-59 12 D
Dengan demikian dapat diketahui nilai siswa dengan predikat sesuai kriteria yang ada
1. Untuk prestasi belajar Matematika yang sangat baik mendapat nilai antara 80-
2. Untuk prestasi belajar Matematika yang baik mendapat nilai antara 70-79,
sebanyak 22 siswa.
3. Untuk prestasi belajar Matematika yang cukup mendapat nilai antara 60-69,
sebanyak 19 siswa.
4. Untuk prestasi belajar Matematika yang kurang mendapat nilai antara 50-59,
sebanyak 12 siswa.
Setelah diketahui berapa banyak prestasi belajar Matematika yang sangat baik,
F
P = x100 %
N
Keterangan : P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah sampel
12
x100 % 18,46%
65
22
x100 % 33,85%
65
19
x100 % 29,23%
65
12
x100 % 18,46%
65
TABEL 4.6.
Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Y (Prestasi Belajar Matematika)
Matematika
Jumlah 65 100
yang masuk kriteria sangat baik adalah 18,46%, kriteria baik mencapai 33,85 %,
kriteria cukup mencapai 29,23 % dan 18,46 % termasuk kurang. Secara umum dapat
dalam kategori baik. Selengkapnya dapat dilihat grafik histogram berikut ini:
25
20
Frekuensi
15
50-59
10 60-69
5 70-79
0 80-100
Kurang Cukup Baik Sangat
Baik
Kategori Prestasi Belajar Matematika
Gambar 4.6
ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara variabel x dan y. Untuk memudahkan
bantuan program statistik berbasis komputer yaitu SPSS (Statistic Program Social
kedisiplinan siswa (X1) terhadap prestasi belajar Matematika (Y) di MI Kota Salatiga
Matematika (Y) dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi Y=9,705+2,308 X1. Uji
Tabel 4.7
Signifikansi Kedisiplinan Siswa (X1) Terhadap Prestasi Belajar (Y)
ANOVAb
Total 6754.215 64
belajar matematika diperoleh nilai Fhitung 209,451 dengan signifikansi 0,000 sehingga
belajar Matematika.
persamaan regresi Y=9,705+2,308 X1, menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit
Matematika sebesar 2,308 unit pada konstanta 9,705. Adapun besarnya varian
prestasi belajar Matematika yang ditentukan kedisiplinan siswa adalah 76,5 % (lihat
Adjusted R Square). Hal ini berarti 76,5 % prestasi belajar Matematika mendapat
pengaruh kedisiplinan siswa (SE1) 76,5 % sedangkan sisanya 23,5 % ditentukan oleh
dinyatakan dalam koefisien regresi linear (r) 0,877 dengan p= 0,000. Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak, yang berarti hipotesis penelitian yang
siswa akan diikuti naiknya skor prestasi belajar Matematika, begitu juga sebaliknya.
Korelasi Partial
Coefficientsa
Model Correlations
1 (Constant) 6.467
(X1) dengan prestasi belajar Matematika (Y) sebesar r = 0,277, sedangkan nilai rtabel
untuk n = 65 dengan α (0,05) didapat sebesar 0,244. Oleh karena nilai r (0,277) >
rtabel 0,244, maka disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan kedisiplinan
siswa terhadap prestasi belajar Matematika dengan asumsi motivasi belajar dianggap
konstan.
2. Analisis Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika di
motivasi belajar (X2) terhadap prestasi belajar Matematika (Y) di MI Kota Salatiga
siswa (Y) dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi Y 6,889 2,403X2. Uji
Tabel 4.8
ANOVAb
Total 6754.215 64
a. Predictors: (Constant), Motivasi Belajar
setiap kenaikan satu unit skor motivasi belajar akan menyebabkan kenaikan skor
prestasi belajar Matematika sebesar 2,403 unit pada konstanta 6,889. Adapun
besarnya varian prestasi belajar Matematika yang ditentukan motivasi belajar adalah
77,4 % (lihat Adjusted R Square). Hal ini berarti 77,4 % prestasi belajar Matematika
dinyatakan dalam koefisien regresi linear (r) 0,882 dengan p= 0,000. Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak, yang berarti hipotesis penelitian yang
setiap kenaikan skor motivasi belajar akan diikuti naiknya skor prestasi belajar
Korelasi Partial
Coefficientsa
Model Correlations
1 (Constant) 6.467
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai korelasi parsial motivasi belajar (X2)
dengan prestasi belajar Matematika (Y) sebesar r = 0,334, sedangkan nilai rtabel untuk
n = 65 dengan α (0,05) didapat sebesar 0,244. Oleh karena nilai r (0,334) > rtabel
0,244, maka disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan motivasi belajar
dianggap konstan.
menggunakan alat bantu komputer program SPSS Release 18.00, diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.9
Hasil Pengujian Regresi Linear Berganda
belajar Matematika (Y). Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien
2. Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa variabel bebas yang paling
Kemudian diikuti dengan variabel kedisiplinan. Hal ini dapat dilihat dari
Matematika siswa.
variabel tidak bebas secara bersama-sama. Jika nilai Fhitung lebih besar dari
pada Ftabel dan besarnya nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka
Release 18,00 dapat dilihat pada Tabel 4.10. Uji simultan antara variabel
Tabel 4.10
Uji Simultan Variabel Kedisiplinan Siswa (X1) dan Motivasi Belajar (X2) Terhadap
Prestasi Belajar Matematika (Y).
ANOVAb
Total 6754.215 64
Dari uji F test di dapat Fhitung 119,925 dengan taraf signifikan (p)
0,000. Karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05 maka Ho di tolak
menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit skor persepsi siswa pada
kenaikan skor prestasi belajar Matematika sebesar 2,424 unit pada konstanta
6,467. Adapun besarnya varian prestasi belajar Matematika yang ditentukan
pengaruh dari kedisiplinan siswa dan motivasi belajar sedangkan sisanya 21,2
% ditentukan oleh faktor lain di luar variabel kedisiplinan siswa dan motivasi
yang positif dan signifikan antara kedisiplinan siswa dan motivasi belajar
kebenarannya.
adalah 55,38 %, kriteria cukup mencapai 23,08 %, kriteria kurang mencapai 21,54 %.
kategori baik.
Motivasi belajar siswa masuk kriteria baik adalah 53,85 %, kriteria cukup
mencapai 21,54 %, kriteria kurang mencapai 24,61 %. Secara umum dapat dikatakan
prestasi belajar Matematika yang masuk kriteria sangat baik adalah 18,46%, kriteria
baik mencapai 33,85 %, kriteria cukup mencapai 29,23 % dan 18,46 % termasuk
kurang. Secara umum dapat dikatakan bahwa prestasi belajar Matematika di Madrasah
persamaan regresi Y=9,705+2,308 X1, menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit
skor kedisiplinan siswa akan menyebabkan kenaikan skor prestasi belajar Matematika
sebesar 2,308 unit pada konstanta 9,705. Adapun besarnya varian prestasi belajar
Matematika yang ditentukan kedisiplinan siswa adalah 76,5 %. Hal ini berarti 76,5 %
sehingga terbukti memberikan pengaruh yang positif bagi prestasi belajar Matematika
atau sumbangan efektif (SE1) yang memberi pengaruh kedisiplinan siswa terhadap
Y=6,889+2,403 X2, menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit skor motivasi
belajar akan menyebabkan kenaikan skor prestasi belajar Matematika sebesar 2,403
unit pada konstanta 6,889. Adapun besarnya varian prestasi belajar Matematika yang
ditentukan motivasi belajar adalah 77,4 % atau sumbangan efektif (SE2) yang
sebarnya 77,4 %. Penelitian ini telah membuktikan bahwa siswa yang memiliki
motivasi belajar yang tinggi maka prestasi belajar Matematika akan baik pula,
demikian pula sebaliknya, siswa yang motivasi belajar yang kurang maka prestasi
terhadap prestasi belajar Matematika dengan Fhitung 119,925 dan persamaan regresi
Y= 6,467 + 1,066 X1 + 1,358 X2, berarti setiap kenaikan satu unit skor secara
bersama-sama akan akan menyebabkan kenaikan skor sebesar 2,424 unit pada
kedisiplinan siswa dan motivasi belajar adalah 78,8 % atau sumbangan efektif yang
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan analisis regresi baik linear maupun
ganda terbukti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan kedisiplinan siswa dan
A. Simpulan
kriteria baik adalah 55,38 %, kriteria cukup mencapai 23,08 %, kriteria kurang
Mangunsari masuk dalam kategori baik. Motivasi belajar siswa masuk kriteria
baik adalah 53,85 %, kriteria cukup mencapai 21,54 %, kriteria kurang mencapai
yang masuk kriteria sangat baik adalah 18,46%, kriteria baik mencapai 33,85 %,
kriteria cukup mencapai 29,23 % dan 18,46 % termasuk kurang. Secara umum
Ibtidaiyah Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015. Nilai korelasi parsial antara
kedisiplinan siswa (X1) dengan prestasi belajar Matematika (Y) sebesar r = 0,277,
sedangkan nilai rtabel untuk n = 65 dengan α (0,05) didapat sebesar 0,244. Oleh
karena nilai rhitung (0,277) > rtabel 0,244. Kekuatan pengaruh kedisiplinan siswa
terhadap prestasi belajar Matematika dinyatakan dalam koefisien regresi linear (r)
0,877 dengan p= 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak,
yang berarti hipotesis penelitian yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan
(X2) dengan prestasi belajar Matematika (Y) sebesar r = 0,334, sedangkan nilai
rtabel untuk n = 65 dengan α (0,05) didapat sebesar 0,244. Oleh karena nilai r hitung
(0,334) > rtabel 0,244. Kekuatan pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi
belajar Matematika dinyatakan dalam koefisien regresi linear (r) 0,882 dengan p=
0,000. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak, yang berarti
2014/2015.
Matematika siswa di MI Kota Salatiga. Fhitung 119,925 dengan taraf signifikan (p)
0,000. Karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05 maka Ho di tolak dan
dalam hal patuh dan taat terhadap tata tertib sekolah agar proses belajar mengajar
dapat berjalan dan terkendali dengan baik dan tujuan yang dicita-citakan dapat
alat, Peraturan atau tata tertib yang ada harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya. Dalam hal motivasi belajar bisa ditumbuhkan dengan
memberikan kemahirannya. Hal ini akan menimbulkan rasa bangga dan dihargai
oleh umum. Guru dapat pula menciptakan suasana persaingan yang sehat di
antara siswa, misalnya siapa yang cepat mendapat nilai plus atau penghargaan
lainnya.
sikap disiplin dengan baik karena di dalam lingkungan keluarga itulah anak mulai
terhadap peraturan yang berlaku. Orang tua harus dapat memberikan contoh
perilaku disiplin. Dengan cara ini anak akan menjaga disiplin mereka dengan
apresiasi yang baik pula dalam masyarakat, dan merupakan bekal yang
satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan mematuhi jadual yang ada
dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, Keke T. Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal
Pendidikan, Jakarta: Penabur, 2007.
Djamarah, Syaiful Bahri. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha
Nasional, 2002.
Fathoni, Abdurrahman. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Hasibuan, Malayu. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
Prijodarminto, Soegeng. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta: PT. Pratnya Pramito,
2004.
Requene, Kenneth W,. Strategi Jitu Membangun Disiplin Anak. Jakarta: Pustaka Raya,
2005.
Rusyan, Tabrani. Pendidikan Budi Pekerti. Bandung: Arcaya Media Utama, 2000, Cet.Ke
2.
Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo, 2005.
Setyowati. Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP 13
Semarang. Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2007.
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Slavin, Robert E. Educational Psychology Theory And Practice. Fourth Edition, Boston:
Allyn And Bacon, 1994.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2000.
Sudjana, Nana. Teori-Teori Belajar Untuk Pengajar. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI,
1991.
Sulistyowati, Sofchah. Cara Belajar Yang Efektif dan Efisien. Pekalongan: Cinta Ilmu,
2002.
Tri Anni, Chatarina. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press, 2006.
Tu‟u, Tulus. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo, 2004.
Uno, Hamzah B. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet.
Kedua, 2007
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri Angkasa 1 Yogyakarta Lulus tahun 1985
2. SMP Negeri Banguntapan 1 Yogyakarta Lulus tahun 1988
3. SMA Negeri 1 Salatiga Lulus tahun 1991
4. IAIN Walisongo Salatiga Lulus tahun 1996
5. Pascasarjana IAIN Salatiga Lulus tahun 2015