Dokumen - Tips - Penanganan Produksi Permukaan
Dokumen - Tips - Penanganan Produksi Permukaan
(3.1)
dimana :
F = tenaga angin, lb
A = luas area yang terkena angin, ft2
Vk = kecepatan tiupan angin, knot
Ch = koefisien ketinggian
Cs = koefisien bentuk
Harga Vk dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut :
Vk 0,6.Va 0,4.V g ……………………………………………………(3.2)
dimana :
Va = kecepatan angin rata-rata, knot
Vg = kecepatan angin maksimum, knot
Gambar 3.1.
Skema Sistem Produksi Permukaan (36)
Perencanaan fasilitas produksi dipermukaan tujuannya adalah
mengontrol dan mengatur aliran fluida produksi dipermukaan, yang meliputi
perencanaan jenis dan ukurannya. Fluida Reservoir akan mengalir ke
permukaan melalui peralatan produksi bawah permukaan menuju wellhead,
kemudian menuju ke sistem penampungan dengan melalui peralatan
produksi permukaan, seperti terlihat dalam gambar 3.2.
Gambar 3.2.
Proses Pengaliran Fluida Produksi Permukaan (5)
Proses pengaliran fluida produksi dari wellhead / kepala sumur ke
tangki pengumpul dengan menggunakan fasilitas produksi permukaan dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Fasilitas transportasi
2. Fasilitas pemisah
3. Fasilitas penampung
Perencanaan fasilitas produksi permukaan nantinya meliputi
perencanaan sistem aliran serta pemisahan dari wellhead sampai ke peralatan
penampung.
Gambar 3.3.
Wellhead beserta Komponen-Komponennya (5)
Fungsi dari wellhead, antara lain adalah :
Untuk pelindung dan tempat bergantung casing
Untuk penahan tekanan tinggi
Sebagai pengontrol sumur di permukaan (jika terjadi kick atau
terjadi kerusakan peralatan di bawah permukaan)
Merubah aliran vertikal dari tubing ke aliran horizontal dalam
flowline
Pada lapangan yang memproduksi jenis minyak berat biasanya dari
wellhead ini akan diinjeksikan suatu zat kimia tertentu atau fluida panas agar
fluida yang mengalir dari pipa vertikal ke wellhead tidak menimbulkan
penyumbatan-penyumbatan sehingga fluida produksi dapat mengalir dengan
baik. Beberapa kriteria dalam perencanaan wellhead didasarkan atas :
Perencanaan casing dan completion
Tipe fluida dan laju produksi yang diharapkan
Tekanan dan temperatur
Pertimbangan – pertimbangan lingkungan
Dalam suatu rangkaian wellhead terdiri atas beberapa bagian utama, yaitu :
A. Casing Head
B. Casing Hanger
C. Tubing Head
D. Tubing Hanger
E. Christmass Tree
Pemilihan wellhead perlu dilakukan untuk memberikan keselamatan
kerja pada saat penggantian atau pemasangan alat tersebut. Yang terpenting
dalam pemilihan ukuran wellhead adalah memilih wellhead sesuai dengan
range tekanan dan menentukan diameter choke yang dibutuhkan.
Dalam hal ini pemilihan peralatan tersebut ditentukan berdasarkan
American Petroleum Institute (API). Peralatan wellhead dalam standar API
diklasifikasikan berdasarkan kesanggupannya dalam menahan tekanan kerja
(working pressure) yang berkisar antara 960 – 15000 psi, seperti ditunjukkan
pada tabel 3.1.
Tabel 3.1.
Standard API untuk Wellhead (14)
Mark cold working Hidrostatik test Former Corresponding
(psia) pressure Series Designation
(psia)
960 1440 Series 400
2000 4000 Series 600
3000 6000 Series 900
5000 10000 Series 1500
10000 15000 Series 2900
15000 22500 Series 2900
Casing Head
Casing head disebut juga landing base. Digunakan untuk menahan
casing berikutnya yang lebih kecil, memberikan suatu penyekat antara
rangkaian casing, memberikan suatu hubungan dengan annulus dan sebagai
landasan blow out preventer. Casing head harus direncanakan untuk dapat
menahan berat intermediate casing berikutnya yang akan dipasang tanpa
menyebabkan kerusakan pada casing.
1. Lowermost Casing Head
Lowermost casing head merupakan bagian paling bawah dari
peralatan wellhead yang akan berpaut dengan bagian atas surface casing dan
berfungsi untuk menopang rangkaian surface casing serta menyekat annulus
diantara rangkaian casing head. Bagian-bagian dari lowermost casing head
adalah :
Lower connection , yaitu bagian paling bawah yang berfungsi untuk
menyambung puncak dari surface casing dengan lowermost casing
head.
Outlet, yaitu saluran keluar yang berfungsi untuk mencatat tekanan
annulus dan tempat pemasangan katup.
Ring gasket, yaitu sebagai penyekat antara casing dan lowermost
casing head bagian dalam.
Casing hanger, yaitu merupakan bagian paling atas yang berfungsi
sebagai tempat terpautnya blow out preventer, intermediate casing
head, dan tubing head.
Ada beberapa macam ukuran dari lowermost casing head yaitu dari
6”- 20”, sedangkan yang digunakan untuk menopang rangkaian casing
adalah ukuran antara 4”- 6”. Gambar 3.4. memperlihatkan penampang dari
lowermost casing head.
Gambar 3.4.
Lowermost Casing Head (14)
Dalam pemilihan ukuran peralatan lowermost casing head harus
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Desain
Casing harus didesain agar dapat menerima casing hanger tanpa
menyebabkan kerusakan pada rangkaian casingnya.
2. Tekanan kerja (working pressure)
Tekanan kerja minimum sekurang-kurangnya harus sama dengan
tekanan formasi untuk dasar surface casing. Sedangkan tekanan
kerja maksimum paling tidak harus sama dengan tekanan formasi
pada dasar casing string berikutnya yang lebih kecil.
3. Lock screw
Lock screw pada casing head flange berguna sebagai perlengkapan
keamanan tambahan ketika menentukan tekanan annulus atau
sedang mengganti casing yang lebih ringan.
4. Ukuran (size)
Ukuran flange harus dapat memberikan lubang masuk yang luas
untuk pipa dipermukaan dengan ukuran minimum.
2. Intermediate Casing Head
Intermediate casing head disebut juga casing head spool yang
berfungsi untuk menahan casing berikutnya yang lebih kecil dan
memberikan suatu hubungan ruang annulus antara masing-masing casing.
Bagian-bagian dari intermediate casing head yang dapat diterangkan :
Top flange, mempunyai fungsi sama dengan lowermost casing head,
yaitu sebagai tempat terpautnya intermediate casing head atau tempat
berpautnya tubing head dengan menggunakan lock screw.
Casing hanger, yaitu berfungsi untuk menopang rangkaian casing
yang lebih kecil tanpa menyebabkan kerusakan pada pipa.
Lower flange, yaitu berfungsi sebagai tempat untuk memasang bit
guide yang dapat dipindahkan dan tempat untuk memasang seal
selanjutnya. Pemasangan bit guide ini bertujuan untuk melindungi
bagian atas dari rangkaian intermediate casing terhadap kerusakan
oleh bit dan peralatan-peralatan lain yang diturunkan kedalam lubang
bor.
Outlet, yaitu merupakan saluran keluar yang jumlahnya bisa satu atau
dua buah. Pada saluran keluar ini biasanya diapasang katup-katup.
Pada umumnya tekanan kerja minimum dari intermediate casing head
sama atau lebih besar dari tekanan maksimum yang menyebabkan kerusakan
formasi pada bagian dasar dari rangkaian casing intermediate. Sedangkan
tekanan kerja maksimumnya paling tidak sama dengan tekanan pada dasar
rangkaian pipa casing yang tergantung pada intermediate casing head.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
intermediate casing head, antara lain :
1. Ukuran dan tekanan kerja dari bottom flange harus sesuai dengan
top flange dari casing head dibawahnya, misalnya ukuran bottom
flange pada intermediate casing harus sama dengan ukuran top
flange dari lowermost casing head.
2. Top flange intermediate casing head ukurannya disesuaikan
dengan pemakaian tubing spool.
3. Ukuran bit guide dan secondary seal harus sesuai dan cocok dalam
menggantung casing.
4. Harus memiliki penyesuaian ukuran, jenis dan tekanan kerja untuk
lubang saluran keluar.
Casing Hanger
Dalam pemilihan casing hanger akan sangat ditentukan oleh ukuran
diameter luas casing yang akan ditopang oleh casing hanger tersebut. Ukuran
dari casing hanger umumnya berkisar antara 6”- 20”, sedangkan untuk
menopang casing biasanya digunakan ukuran 4”- 16”. Untuk casing hanger
biasanya ukuran yang dipakai ialah sebagai berikut ;
Casing hanger 8” untuk casing 4”- 5”
Casing hanger 10” untuk casing 4”- 7 5/8”
Casing hanger 12” untuk casing 5”- 9 5/8”
Pada umumnya casing hanger harus mampu menahan tekanan kerja
yang cukup tinggi karena akan menopang atau menahan rangkaian casing
berikutnya. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
casing hanger antara lain :
1. Casing hanger yang dipilih harus mampu menggantung seluruh joint
strength dari casing yang dipergunakan dan tidak mengurangi ukuran
penampang. Apabila terjadi pengurangan penampang maka akan
timbul kesulitan-kesulitan pada pemasangan alat di dalam sumur.
2. Pack off atau seal utama harus disusun sedemikian rupa sehingga
tekanan sumur, tekanan flange, atau tekanan rekah tidak dapat
mengurangi kekuatan casing hanger.
3. Memilih pack-off yang dapat diatur dan dipindahkan tanpa
menggerakkan rangkaian casing yang digantung.
4. Memilih casing hanger yang sesuai, sehingga dapat cocok di dalam
mangkok casing head dan dapat digunakan untuk menopang casing.
Tubing Head
Tubing head ini ditempatkan di atas casing head dan berfungsi untuk
menggantungkan tubing string dan memberikan suatu pack-off antara tubing
string dengan production string. Disamping itu juga memberikan hubungan
annulus casing dan tubing melalui outlet samping.
Berdasarkan mangkok tubingnya maka tubing head dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu : tubing head untuk satu rangkaian tubing (single
string), tubing head untuk beberapa rangkaian tubing (multi string). Bagian-
bagian utama dari tubing head adalah :
Top flange, top flange disini dilengkapi dengan lock screw yang
berfungsi untuk menahan tubing hanger pada tempatnya dan
memberikan tekanan pada tubing hanger seal dan seal annulus.
Tubing hanger, untuk menggantungkan tubing dan memberikan
penyekat antara tubing dan tubing head.
Outlet, merupakan saluran keluar yang jumlahnya bisa satu atau dua
buah.
Lower flange, merupakan tempat untuk memasang bit guide dan
secondary seal.
Dalam pemilihan tubing head dapat dibedakan menjadi dua macam
berdasarkan perencanaan mangkok tubingnya, yaitu :
Gambar 3.5.
Tubing Head untuk Multiple Completion (14)
e. Check valve, merupakan valve yang hanya dapat mengalirkan fluida pada
satu arah tertentu yang berfungsi untuk menahan aliran dan tekanan balik
dari separator. Pada christmas tree, check valve ini ditempatkan setelah
choke sebelum masuk ke flow-line.
3.2.1.1.3. Choke
Merupakan peralatan yang berfungsi untuk menahan sebagian aliran
dari flow valve sehingga produksi minyak dan gas dapat diatur menurut
kehendak kita. Choke ini juga terbuat dari baja yang berkualitas tinggi untuk
dapat menahan kikisan pasir atau karena pengaruh fluida formasi yang
bersifat korosif.
Adapun tujuan dari pemasangan choke (bean) ini adalah :
1. Menjaga laju aliran yang diinginkan
2. Menjaga tekanan balik (back pressure) yang sesuai untuk
mencegah masuknya pasir ke dalam sumur
3. Mencegah terjadinya gas coning
4. Memberi tekanan balik pada formasi sehingga tekanan formasi
tetap tinggi
5. Memproduksikan fluida reservoir pada laju aliran yang terbaik
Dalam industri perminyakan ada dua jenis choke yang sering
digunakan, antara lain yaitu :
1. Positive Choke
Choke ini terbuat dari besi baja pejal, dimana pada bagian dalamnya
terdapat lubang kecil (orifice), dimana minyak dan gas sering
melewatinya. Karena aliran fluida melalui choke ini maka akan
terjadi perbedaan tekanan antara sebelum choke dan sesudah choke
yang besarnya tergantung pada diameter orifice choke tersebut.
Positive choke ini hanya memiliki satu ukuran orifice (fixed orifice).
2. Adjustable Choke
Bedanya dengan positive choke adalah adjustable choke mampu
merubah diameter atau ukuran orificenya hanya dengan memutar atau
mengatur hand-wheelnya saja. Pemakaian adjustable choke ini
dimaksudkan untuk menghindari penukaran atau pergantian choke,
terutama pada sumur-sumur yang menggunakan christmass tree
single wing, agar pada waktu sumur berproduksi didapatkan aliran
yang bersih dan tidak terdapat lagi lumpur dan pasir. Dalam hal ini
jika digunakan positive choke akan mudah tersumbat kotoran yang
berasal dari sumur.
Agar maksud dari pemasangan choke ini tercapai maka perlu
ditentukan suatu ukuran choke yang paling sesuai dengan kondisi sumur.
Pemilihan ukuran choke di lapangan minyak dilakukan sedemikian rupa,
sehingga tekanan down stream di dalam flowline akibat tekanan dari
separator tidak berpengaruh terhadap tekanan kepala sumur dan kelakuan
produksi sumur . Untuk itu digunakan dua metode untuk pemilihan ukuran
choke, yaitu :
a) Metoda Gilbert
b) Metoda Poetmann dan Beck
a. Metode Gilbert
Korelasi aliran pada bean oleh Gilbert ditunjukkan dengan
menganggap choke yang ujungnya runcing, dan dengan memasukkan
beberapa parameter maka dapat diturunkan suatu rumus umum untuk
tekanan di kepala tubing (Pwh) yang berhubungan dengan bean
C.R 0,5
Pwh q ………………………………………………………...
S2
(3.3)
dimana :
Pwh = Tekanan di kepala tubing, psia
R = Gas liquid ratio (GLR), MCF / bbl
q = Laju aliran cairan total ( total rate ), bbl / day
S = Ukuran diameter choke, dalam skala 1 / 64 inch
C = Konstanta, dimana untuk unit diatas kurang lebih
menggunakan harga C = 600
Dengan menggunakan data dari berbagai lapangan, maka Gilbert
dapat menurunkan persamaan empiris, yaitu :
435.R 0,564
Pwh q …………………………………………………….
S 1,89
(3.4)
dimana : Pwh dalam satuan psig
Persamaan Gilbert ini sangat sensitif terhadap ukuran choke, yaitu
bila terjadi kesalahan sebesar 1/128 inch dari ukuran bean-nya, maka akan
menyebabkan kesalahan sebesar 5 – 20 % terhadap perkiraan tekanannya.
Dari persamaan tersebut Gilbert membuat suatu nomogram yang dapat
dipakai untuk penentuan ukuran choke. Nomogram tersebut dapat dilihat
pada gambar 3.7.
Sebagai contoh penggunaan nomogram tersebut yaitu untuk
menentukan ukuran choke dari suatu sumur yang telah berproduksi, dengan
laju aliran 200 BPD dan GLR 4,0 MCF/bbl, dimana produksi akan
diturunkan menjadi 100 BPD dengan laju aliran ini dan memberikan tekanan
pada tubing 1800 psi, cara penentuannya adalah sebagai berikut :
Cari perpotongan garis 100 BPD dan 4,0 MCF/bbl pada
nomogram.
Dari titik potong ini tariklah garis horizontal kekanan sampai
memotong garis bean dengan size 10/64 inch
Dari titik perpotongan tadi tarik garis vertikal keatas sampai
memotong garis horizontal pada tekanan 1800 psi, sehingga
didapatkan ukuran choke yaitu 8/64 inch.
Gambar 3.7.
Bean Performance Chart Gilbert (26)
b. Metode Poetmann dan Beck
Metode yang digunakan Poetmann dan Beck ini merupakan
pengembangan dari persamaan Ros (1960). Poetmann dan Back memberikan
bentuk persamaan sederhana sebagai berikut :
17,4 q R 0,5
Pwh = ...........................................................(3.5)
S2
0,0054 T Z ( Rp – Rs )
R = ............................................(3.6)
Bo. P
dimana :
P = tekanan tubing, psi
q = laju produksi minyak, STB / hari
T = temperatur tubing (absolute) dianggap 85 0F atau 545 0R
Z = faktor kompressibilitas gas pada tekanan tubing dan
temperatur 85 oF
R = Gas liquid ratio (GLR), MCF / bbl
Rp = gas oil ratio, SCF/ STB
Rs = kelarutan gas dalam crude oil pada tekanan tubing dan
temperatur 85 oF
Bo = FVF crude pada tekanan tubing dan temperatur 85 0 F
S = ukuran choke, 1/ 64 inch
Gambar 3.9.
Tubing Head Adapter (14)
3.2.1.2. Komponen dan Perencanaan Peralatan Transportasi
Peralatan transportasi berfungsi untuk menghubungkan bagian kepala
sumur dengan bagian komponen peralatan pemisahan. Komponen peralatan
transportasi ini terdiri dari gathering sistem (flowline, manifold, valve,
header) dan machinery facilities (pompa dan kompresor) sebagai fasilitas
penunjang.
3.2.1.2.1. Pengaruh Perubahan Suhu terhadap Proses Transportasi
Suhu minyak yang diproduksikan tersebut, selama masa alirnya
sampai ke permukaan sumur akan mengalami kehilangan sebagian panasnya
(heat loss) yang menyebabkan penurunan suhu alirnya. Suhu alir minyak
mentah pada panjang pipa produksi (flowline) tertentu ditentukan dengan
persamaan matematis :
To - T1
= e Z .…………………………………………….… (3.7)
T2 - T1
2,54 K D L 10-5
z = ………….…………….…….(3.8)
QS
dimana :
To = suhu awal minyak keluar dari sumur, 0 C
T1 = suhu setempat, 0 C
T2 = suhu akhir minyak pada saat mencapai pour pointnya, 0C
K = koefisien pemisahan panas fluida dari pipa, Kcal / m2 / jam/ 0C
D = diameter pipa, inchi
L = panjang pipa, meter
Q = jumlah aliran, ton / jam
S = Cp = panas jenis minyak, BTU/lb oF
Perubahan suhu merupakan faktor yang utama dalam menentukan
perubahan sifat fisik minyak. Dalam hal ini usaha untuk mendapatkan
kontinuitas produksi yang optimum adalah selalu menjaga agar suhu alir
minyak tetap diatas pour pointnya (titik tuangnya). Suhu titik tuang ini
didefinisikan sebagai suhu tertinggi dari minyak dimana minyak sudah tidak
dapat lagi mengalir dan bergerak. Pemanasan akan sangat membantu sekali
terjadinya perubahan sifat fisik minyak ini. Panas ini adalah suatu bentuk
energi yang dapat berpindah dari suatu benda ke benda yang lain yang
berbeda suhunya. Panas akan mengalir dari benda lain yang mempunyai suhu
lebih tinggi ke benda lain yang mempunyai suhu lebih rendah. Aliran panas
ini dapat berpindah dengan tiga cara, yaitu :
1. Konduksi
Konduksi adalah cara perpindahan panas dari suatu bagian benda ke
bagian benda yang lain dari benda yang sama atau dari suatu bagian
benda lain apabila terjadi sentuhan fisik, tanpa mengindahkan
perpindahan molekul yang membentuk benda tersebut. Panas ini
dapat berpindah melalui getaran molekul-molekulnya. Semakin rapat
susunan benda tersebut, semakin banyak panas yang diteruskan.
Kemampuan untuk mengalirkan panas ini disebut sebagai
konduktivitas panas (k), satuannya BTU/(jam oF ft2/ft). Pemanasan
dari suatu benda akan menaikkan energi kinetik dari molekul-
molekulnya. Bilamana suatu permukaan dari suatu benda padat
dipanaskan, maka molekul-molekul pada permukaan benda tersebut
akan memindahkan beberapa getaran energinya pada molekul-
molekul terdekat dengan permukaan molekul tersebut. Dengan
demikian ada suatu gelombang panas yang disebarkan dimana laju
penyebarannya tergantung pada konduktivitas panas material yang
bersangkutan. Laju pepindahan panas secara konduksi ini dinyatakan
dengan persamaan sebagai berikut :
dt
q k . A. …………………………………………….
dx
(3.9)
dimana :
q = laju perpindahan panas, BTU/jam
A = luas penampang permukaan aliran, ft2
k = konduktivitas panas, BTU/(jam oF ft2/ft).
dt
= gradien suhu pada jarak yang diperhatikan, oF/ft
dx
Sedangkan untuk aliran panas konduksi pada suatu silinder, dapat
dinyatakan dalam persamaan :
tp td
q
ln Rl.Rdl ………………………………………….
2. .k .H
(3.10)
dimana :
q = laju perpindahan panas, BTU/jam
tp = suhu panas, oF
td = suhu dingin, oF
Rl = jari-jari luar silinder, ft
Rdl = jari-jari dalam silinder, ft
H = panjang silinder, ft
2. Konveksi
Konveksi adalah cara perpindahan panas dimana diperlukan adanya
aliran fluida untuk dapat mengangkut panas dari suatu tempat ke
tempat lain yang mempunyai suhu lebih rendah. Jadi dalam
perpindahan panas melalui cara ini, molekul-molekul fluida bergerak
dari suatu tempat ke tempat lain untuk mengangkut panas. Gerakan-
gerakan molekul-molekul dari fluida ini disebabkan karena perbedaan
densitas antara fluida panas dengan fluida yang lebih dingin. Seperti
kita telah ketahui bahwa densitas fluida pada suhu yang panas akan
lebih kecil daripada densitas fluida tersebut yang mempunyai suhu
yang lebih dingin. Akibat adanya perbedaan densitas fluida ini, maka
akan terjadi suatu aliran panas dari fluida yang mempunyai suhu
lebih tinggi ke fluida yang mempunyai suhu lebih rendah. Laju
perpindahan panas ini dikemukakan oleh Newton dengan persamaan
sebagai berikut :
Q = h . A . ( tp – td ) ……………………………..…..(3.11)
dimana :
q = laju perpindahan panas, BTU/jam
A = luas penampang, ft 2
tp = suhu panas, oF
td = suhu dingin, oF
3. Radiasi
Radiasi adalah cara perpindahan panas dimana tidak diperlukan
adanya media penghantar. Panas yang dihasilkan sumber panas
dipancarkan melalui gelombang elektromagnetik, dimana besarnya
pancaran dipengaruhi oleh tingginya suhu dari sumber panas tersebut.
Semakin panas suhu suatu benda, semakin besar pula energi yang
dipancarkan. Stefan dan Boltzman mengemukakan persamaan laju
perpindahan panas secara radiasi sebagai berikut :
Q = s . A . t4 ................................................................(3.12)
dimana :
q = laju perpindahan panas, BTU/jam
s = konstanta Boltzman = 1,713 x 10-9 BTU/jam ft2 oR
A = luas penampang, ft 2
t = suhu, oR
Pada dasarnya cara-cara perpindahan panas merupakan dasar
penerapan metode pemanasan. Cara konduksi digunakan dalam menerapkan
pemasangan heater yang ditempatkan pada pipa produksi (flow line), cara
konveksi untuk pelaksanaan injeksi fluida yang dipanaskan dan radiasi yaitu
pemanasan langsung matahari terhadap pipa dipermukaan. Laju perpindahan
panas yang tinggi menunjukkan suatu hilang panas yang berlebihan di
sepanjang pipa produksi (flow line).
Panas yang digunakan untuk memanasi minyak dapat diambil atau
dapat diserap dari benda disekelilingnya yang lebih panas dibandingkan
minyak. Jumlah panas yang diperlukan untuk memanaskan minyak
tergantung pada besarnya :
Jumlah minyak yang mengalir
Kenaikan suhu yang diinginkan
Panas jenis minyak
Hubungan faktor-faktor tadi dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai
berikut :
q = Q . Cp . ( t1 – t2 ) ..............................................................(3.13)
dimana :
q = jumlah panas yang diperlukan, BTU/jam
Q = jumlah minyak yang dipompakan, bbl/jam
Cp = panas jenis minyak, BTU/lb oF
t1 = suhu minyak awal, oF
t2 = suhu minyak akhir, oF
Hubungan panas dari aliran minyak didalam pipa ke tanah sekelilingnya,
besarnya tergantung dari :
Perbedaan suhu antara minyak yang mengalir dengan suhu
sekelilingnya
Panas jenis minyak itu sendiri
Jumlah minyak yang mengalir didalam pipa tiap satuan waktu
tertentu.
Sehingga besarnya / jumlah panas yang diterima oleh tanah sekeliling pipa
adalah sebagai berikut :
Q = . D . L . K . (tr – ta) ………………………………….
(3.14)
dimana :
Q = jumlah panas yang diterima oleh tanah sekeliling pipa, BTU/jam
D = diameter luar pipa, ft
L = panjang pipa, ft
K = koefisien hantaran panas dari pipa ke tanah rata-rata,
BTU/ft2-jam-oF
tr = suhu aliran minyak rata-rata, oF
ta = suhu sekeliling rata-rata, oF
Jumlah panas yang dihantarkan atau dilepaskan, besarnya sama dengan
jumlah panas yang diterima, maka :
Q . Cp. (t1 – t2) = . D . L . K . (t r – ta) ……………………..
(3.15)
Suhu rata-rata aliran minyak dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut :
(t1 t a ) (t 2 t a )
tr ta
(t1 t a ) ………………………………...….(3.16)
Ln
(t 2 t a )
Jika persamaan (3.15) dan (3.16) diatas diselesaikan, maka akan diperoleh
persamaan sebagai berikut :
(t1 t a ) .D.L.K
Ln = ………………………………………
(t 2 t a ) Q.Cp
(3.17)
Persamaan (3.17) bila satuannya dirubah kedalam satuan matrik, maka
persaamaannya menjadi :
(t1 t a ) 2,54 .D.L.K
Ln = ………………………………….
(t 2 t a ) Q.Cp.10 5
(3.18)
atau sering ditulis dengan :
(t1 t a )
Ln = eZ ………………………………………………
(t 2 t a )
(3.19)
dimana :
2,54 .D.L.K
Z = Q.Cp.10 5
Gambar 3.10.
Individual Oil dan Gas Gathering Sistem (14)
b. Well Centre Gathering Sistem
Beberapa sumur yang terdapat dalam system ini disatukan dalam satu
gathering system yang kemudian dipisahkan fluida produksinya. Sistem ini
sangat menguntungkan karena memperkecil biaya capital dengan
pengurangan terhadap instalasi pengukuran pipa-pipa.
Sedangkan kerugian dari system ini adalah sulit untuk memproduksi
fluida produksi melalui rangkaian flowline sehingga terbentuk gas pocket,
korosi dan minyak-minyak yang mengandung paraffin. Sistem ini
diperlihatkan pada gambar 3.11.
Gambar 3.11.
Well Centre Gathering Sistem (38)
c. Common Line Gathering Sistem
Pada system ini fluida produksi dari beberapa sumur dialirkan di
dalam satu flowline yang kemudian dihubungkan instalasi pemisahan,
dimana produksi air, gas dan minyak diukur pada interval tertentu melalui
well tester dan selanjutnya dihubungkan ke tangki pengumpul. Sistem ini
diperlihatkan pada gambar 3.12.
Gambar 3.12.
Common Line Gathering Sistem (38)
Sementara ini beberapa pendapat mengatakan bahwa system
gathering ini dibagi dua berdasarkan cara pengaliran fluida produksi melalui
flowline, yaitu :
1. Axial Gathering Sistem
Sistem ini sering disebut juga “ trunk line gathering system “, karena
merupakan beberapa kelompok sumur produksi yang mempunyai satu
header, dimana pada masing-masing header dari beberapa sumur akan
mengalirkan fluida reservoir kedalam pipa berukuran lebih besar (trunk line)
dan langsung berhubungan dengan peralatan pemisah. gambar 3.13.
memperlihatkan contoh dari axial gathering system.
Gambar 3.13.
Axial Gathering Sistem (35)
Gambar 3.15.
Penggunaan Diameter Pipa (A dan B) Dihubungkan Secara Seri (14)
Dimana L adalah panjang pipa dan D adalah diameter pipa yang
dihubungkan secara seri, maka dalam hal ini laju aliran (Q) akan memenuhi
persamaan :
Q LA = Q LB = (Q L) total ...................................................... (3.20)
dimana :
Q LA = laju aliran pipa A, bbl / hari
Q LB = laju aliran pipa B, bbl / hari
L = panjang pipa, ft
D = diameter pipa, inch
Dan kehilangan tekanan akibat gesekan, akan memenuhi persamaan :
(P f) A + ( P f) B = (P f ) total ......................................(3.21)
Dalam hal ini tidak ada persamaan yang tepat untuk kondisi diatas,
karena adanya variasi diameter. Pemecahan masalah ini dapat didekati
dengan menganggap pipa tersebut terdiri dari satu diameter ekivalen dari
system tersebut. Panjang ekivalen seluruh rangkaian (L) adalah :
L ‘ = L B { D A / D B )5 ......................................................(3.22)
Apabila D’ = D B { L A / L B }5 .......................................................(3.23)
Untuk jaringan pipa yang letak sumur – sumur ke block station terlalu
jauh, dibuatlah sub station sebagai pemisah pertama dan dari beberapa sub
station minyak dikirim ke block station. Minyak dari block station dikirim
dengan menggunakan pompa melalui pipa ke stasiun pengumpul utama
(SPU) yang masih berada di Complex Block Station
sin f v v dv
2
dP g
…..………………….……...(3.24)
dL gc 2 gc d gc dz
dimana :
g
(dP/dL)el = gc . . sin , merupakan komponen yang ditimbulkan oleh
gesekan.
v dv
(dP/dL)acc = gc dz
, merupakan komponen yang ditimbulkan oleh
Sifat – sifat tersebut meliputi Liquid Hold up, No Slip Liquid Hold
Up, Berat jenis, Kecepatan aliran, Viskositas, Tegangan Permukaan.
Liquid Hold-Up
Liquid Hold up didefinisikan sebagai perbandingan antara bagian
volume pipa yang diisi oleh cairan dengan volume keseluruhan dari
pipa.
volume.cairan.dalam. pipa
HL ..............................................
volume. pipa
(3.26)
Liquid Hold Up merupakan fraksi yang berharga dari nol (untuk
aliran yang hanya terdiri dari gas) sampai berharga satu (untuk aliran
yang hanya terdiri dari cairan). Bagian pipa yang tidak terisi oleh
cairan, berarti berisi gas. Maka didefinisikan Gas Hold Up, yaitu
perbandingan antara volume pipa yang berisi gas dengan volume pipa
keseluruhan. Dengan demikian :
Hg = 1 – HL ……………………….………………….(3.27)
dimana :
HL = Liquid Hold Up
Hg = Gas Hold Up
No-slip Liquid Hold Up
No-slip Liquid Hold Up atau disebut juga dengan input liquid
content, didefinisikan sebagai perbandingan antara volume cairan
yang mengisi pipa dengan volume pipa keseluruhan, apabila gas dan
cairan bergerak dengan kecepatan yang sama (untuk liquid hold up
kecepatan gas dan cairan berbeda). Harga no-slip liquid hold up (λ L)
ini, dapat dihitung langsung dari harga laju aliran gas dan cairan,
yaitu :
qL
L …………………….…………………………..(3.28)
qL q g
Dimana qL dan qg masing – masing adalah laju aliran cairan dan gas
yang diamati. Sedangkan no slip gas hold up adalah :
λg = 1 - λL ……….………………………………………(3.29)
Berdasarkan kedua parameter diatas, maka dapat dilakukan
penggabungan sifat-sifat daripada fasa yang mengalir bersama–sama
dalam pipa.
Berat jenis
Berat jenis total antara cairan dan gas yang mengalir bersama – sama
dalam pipa dapat ditentukan dengan tiga cara, yaitu :
2
k L L / H L g g / H g
2
…………………………..(3.32)
Dalam hal cairan yang mengalir terdiri dari minyak dan air, maka
density cairan merupakan penggabungan antara density minyak dan
densitas air, yaitu :
L o fo w f w ……..…………………………………….(3.33)
dimana :
qo qo Bo
f o fraksi minyak = …………(3.34)
qo q w q B q B
o o w w
1
fo
1 WOR Bw Bo
……………………………………..
(3.35)
f w fraksi air = 1 fo …...…………………..……………
(3.36)
Kecepatan aliran
Banyak perhitungan gradien tekanan aliran fluida dua fasa didasarkan
pada variable kecepatan yang disebut dengan superficial velocity,
yang didefinisikan sebagai kecepatan suatu fasa jika mengalir
melewati seluruh penampang pipa. Superficial gas velocity dihitung
dengan persamaan berikut :
qg
vsg ……………………………………………………...(3.37)
A
qg
vg ...………………………………………………..(3.38)
A Hg
HL s m
v v v m v s 4.v s .v sL
2
0 ,5
……………………..(3.44)
2.v s
Viskositas
Viskositas sangat berpengaruh terhadap perhitungan gradien tekanan
aliran, terutama untuk menentukan bilangan Reynold ataupun untuk
menentukan gradien tekanan dari komponen gesekan. Viskositas
campuran air dengan minyak, ditentukan dengan :
L o fo w f w ……………………………………..…(3.45)
Sedangkan viskositas dua fasa (cairan dan gas), ditentukan sesuai
dengan adanya slip atau tidak, yaitu :
n L L g g ……………………………………...…(3.46)
s L H L g H g ………………………………….…..(3.47)
dimana :
μn = no – slip viscosity
μs = slip viscosity
dimana :
1488.Wt
Nretp = ( .d / 4). ...................................................................
tp
(3.49)
WT = total laju massa aliran (liquid + gas), lbm/sec
= WL + Wg = qL L + qg g .......................................(3.50)
µtp = viscositas dua fasa, cp
= µLL + µg ( 1 – L ) ...................................................(3.51)
d = diameter dalam pipa, ft
Kehilangan tekanan aliran dalam pipa horizontal sebagai akibat gesekan
dihitung dengan persamaan :
P 2. f TP .( M tp ) 2
L ............................................................(3.52)
f g c . TP .d
dimana :
Mtp = WT / Ap ................................................................(3.53)
= kecepatan massa total, lbm/sec-ft2
.d 2
Ap = = cross sectional area dari pipa, ft2
4
tp = densitas dua fasa, lbm/cuft
= L . L + g (1 – L) .........................................
(3.54)
gc = faktor konversi satuan (32,174), lbm ft/(lbf .s2)
Pengaruh percepatan dihitung dengan persamaan berikut :
16.WT .W g .P
a ................................................................
2 .d 4 .P1 .P2 .g c
(3.55)
Anggap P1 (up stream pressure) dan P2 sebagai (down stream pressure) untuk
suatu jarak x, dimana Pavg adalah tekanan rata-rata.
P1 P2
Pavg = ....................................................................................
2
(3.56)
Sehingga akan didapat kehilangan total akibat gesekan :
P
P L f ..................................................................(3.57)
L total 1 a
Korelasi Duckler II :
Korelasi Duckler II ini disebut juga metode slip konstan dan
merupakan korelasi yang paling banyak digunakan. Pada metode ini
meskipun dengan anggapan terjasdi slip, tetapi harga no-slip hold up tetap
dihitung. Harga no-slip hold up ini digunakan untuk menentukan harga
faktor gesekan dan hold up sebenarnya. Persamaan-persamaan yang
digunakan adalah sebagai berikut :
d .v m . tp
Nre tp ......................................................................
tp
(3.58)
dimana :
µtp = viscositas dua fasa, cp
= µLL + µg ( 1 – L ) ,seperti pada persaman (3.50)
d = diameter dalam pipa, ft
TP = densitas dua fasa, lbm/cuft
L 2 1 L 2
= L g
1 H
...........................................(3.59)
H L L
L = no-slip liquid hold up
HL = liquid hold up
vm = kecepatan campuran/mixture, ft/sec
2) Korelasi Eaton
Eaton mengembangkan korelasi penurunan tekanan aliran dalam pipa
horizontal berdasarkan test yang dilakukannya. Eaton melakukan
pengukuran kehilangan tekanan dalam pipa horisontal untuk pipa
berdiameter 2 dan 4 inch, sepanjang 1700 ft di California.
Eaton membuat persamaan keseimbangan energi dalam bentuk differensial
berdasarkan pada fluida yang mengalir 1 lb dengan menganggap aliran
horisontal dan tidak dilakukan kerja terhadap fluida yang mengalir.
Persamaan tersebut adalah sebagai berikut :
Vdv g
144.Vdp .dW f 0 ....................................................(3.63)
gc gc
dimana :
V = kecepatan aliran, ft/sec
g = persepatan gravitasi, ft/sec2
gc = faktor konversi satuan (32,174), lbm ft/(lbf .s2)
P = tekanan, psi
dWf = gradient tekanan akibat gesekan, psi/ft
Apabila gas dan cairan mengalir melalui pipa horisontal, maka persamaan
serupa dapat digunakan untuk masing-masing fasa. Metode Eaton ini lebih
sederhana, dimana pengaruh energi kinetik dapat diabaikan. Persamaan
kehilangan tekanan pada pipa horisontal dari Eaton adalah sebagai berikut :
(3.64)
dimana:
WL = laju massa cairan, lb/sec
Wg = laju massa gas, lb/sec
WT = laju massa alir total, lb/sec
ρL = densitas cairan, lbm/cuft
ρg = densitas gas, lbm/cuft
VL = kecepatan aliran cairan, ft/sec
Vg = kecepatan aliran gas, ft/sec
P = gradien tekanan, psi/ft
L = panjang flowline, ft
gc = faktor konversi satuan (32,174), lbm ft/(lbf .s2)
d = diameter pipa, inch
f = faktor gesekan
Vm = kecepatan rata-rata aliran dua fasa, ft/sec
Kemudian bentuk dari fungsi korelasi Eaton untuk liquid hold up adalah :
0 , 05 0 ,1
( N LV ) 0, 575 P N
HL L ......................................(3.65)
N gv .N D0, 0277 Pb N LB
dimana :
Pb = tekanan standar (14,7 psi)
1
L 4
NLv = 1,938 vsL ............................................................(3.66)
1
L 4
Ngv = 1,938 vsg ............................................................(3.67)
1
L 2
Nd = 120,872 d ............................................................(3.68)
1
1 4
µL L
3
NL = 0,15726 ..................................................(3.69)
NLB = constant = 0,00226
a. Korelasi Flanigan
Flanigan mengembangkan korelasi untuk penentuan gradient tekanan
untuk aliran dua fasa dalam pipa miring berdasarkan pada percobaan-
percobaan di lapangan. Menurut Flanigan, ada dua komponen utama yang
mempengaruhi kehilangan tekanan aliran dalam pipa miring, adalah :
1 Komponen gesekan yang merupakan komponen utama
2 Komponen elevasi, yang disebabkan oleh fluida jika pipa miring
keatas atau ke bawah
Secara umum Flanigan mengemukakan bahwa :
- penurunan tekanan terutama terjadi pada bagian pipa “up-hill”
(miring ke atas)
- penurunan tekanan dalam pipa akan berkurang dengan pertambahan
laju aliran gas (sampai pada batas laju aliran tertentu)
Hal yang kedua tersebut berlawanan dengan kondisi aliran horizontal,
dimana seharusnya penurunan tekanan dalam pipa akan bertambah apabila
laju aliran gas bertambah.
Flanigan mengembangkan korelasinya berdasarkan hasil pengukuran
kehilangan tekanan aliran dalam pipa berukuran 16 inch, yang tidak
horizontal. Sebagai hasil pengamatannya, Flanigan mengambil beberapa
kesimpulan :
1. Untuk kecepatan gas yang relatif rendah, kehilangan tekanan yang
terbesar terjadi di bagian pipa yang miring ke atas (up-hill)
2. Komponen penurunan tekanan akibat elevasi sebanding dengan
jumlah bagian pipa yang miring ke atas
3. Perbedaan ketinggian antara ujung-ujung pipa tidak mempunyai
pengaruh yang besar
4. Besarnya kemiringan pipa tidak mempunyai pengaruh yang penting
dan yang berpengaruh hanyalah jumlah bagian pipa yang miring ke
atas
5. Kehilangan tekanan di bagian pipa yang miring ke atas berbanding
terbalik dengan kecepatan gas
Berdasarkan lima kesimpulan di atas, Flanigan menyatakan bahwa
kehilangan tekanan di bagian pipa yang miring ke atas dapat dianggap
sebagai kehilangan tekanan di pipa vertikal yang berisi cairan yang ekivalen
dengan cairan yang berada di pipa miring.
Dalam hal fluida yang mengalir terdiri dari dua fasa, pipa tidak
sepenuhnya terisi cairan, Flanigan menggunakan parameter Hf (elevation
factor) yang merupakan fraksi kehilangan tekanan total yang berasal dari
komponen elevasi. Persamaan berikut ini digunakan untuk menentukan
kehilangan tekanan aliran dalam aliran pipa miring akibat perubahan
ketinggian :
L H f Σ H
ΔP = ...............................................................(3.70)
144
dimana :
ΔP = kehilangan tekanan, psi
L = densitas cairan, lbm/cuft
Hf = faktor elevasi, tak berdimensi
Σ H = jumlah kenaikan up-hill dalam arah aliran, ft
Gambar 3.16.
Grafik Faktor Elevasi dari Flanigan (6)
Faktor elevasi (Hf) ditentukan dengan menggunakan grafik pada
gambar 3.16., yang mana harga Hf sebagai fungsi dari kecepatan superficial
gas, dalam ft/det. Kurva di gambar tersebut, dinyatakan dalam bentuk
persamaan sebagai berikut :
Hf = { 1 + 0,3264 ( vsg ) } –1 .......................................................(3.71)
Pada gambar 3.16. terlihat bahwa harga vsg maksimum adalah 50 ft /
detik. Flanigan tidak membuat korelasi untuk harga vsg > 50 ft / det.
b. Korelasi Ovid Baker
Baker mengembangkan korelasinya dengan menggunakan
pendekatan yang sama seperti yang dilakukan Flanigan, yaitu bahwa
kehilangan tekanan aliran dalam pipa yang terjadi di daerah perbukitan
merupakan penjumlahan dari kehilangan tekanan sebagai akibat gesekan di
sepanjang pipa pada kondisi horizontal ditambah dengan kehilangan tekanan
akibat daerah yang berbukit.
Persamaan yang diturunkan oleh Ovid Baker adalah sebagai berikut :
N .h.H f . L
ΔPTPH = ΔPTP + ..................................................
144
(3.72)
dimana :
ΔPTPH = kehilangan tekanan pipa dalam daerah bukit / miring, psi
ΔPTP = kehilangan tekanan dengan menganggap seluruh pipa
horisontal, psi.
L = densitas cairan, lbm / cuft
N = jumlah perbukitan
h = tinggi perbukitan rata-rata, ft
Hf = faktor elevasi, tak berdimensi
Untuk harga vsg > 50 ft / det, Baker mengembangkan korelasi
Flanigan, yaitu dengan menurunkan persamaan untuk menghitung harga H f’
Sehingga didapatkan persamaan sebagai berikut :
0,00967 ( L )0,5
Hf = .......................................................(3.73)
vsg 0,7
Gambar 3.17.
Sistem Looping (14)
Panjang dari loop dan panjang pipa yang sejajar dalam system loop
umumnya sama tetapi kadang-kadang akibat penyesuaian dengan kondisi
permukaaan tanah, antara loop dengan pipa yang pertama tidak sama
panjangnya. Apabila pipa tersebut panjangnya sama, maka persamaan yang
dapat ditulis adalah :
p f P
A f B ..................................................................(3.74)
L L
Laju aliran total harus terbagi antara pipa A dan pipa B dalam perbandingan
tertentu sehingga :
QA + QB = QC .........................................................................(3.75)
(3.77)
2. f .L.QL .
2
32. f .L.Q L .
2
2. f .L.v 2 .
Pf = = ...............
g .D ( .D / 4) .g.D
2 2
2 .D 5 .g
(3.78)
32.L.QL .
2
D5 f
2 .g.Pf
D5 = a . f ...............................................................................(3.79)
dimana :
QL = laju aliran cairan dalam pipa/kapasitas alir pipa, cuft/sec
v = kecepatan aliran fluida, ft/sec
ρ = densitas fluida, lb/cuft
= viskositas fluida, cp
f = faktor gesekan
L = panjang pipa, ft
Pf = penurunan tekanan fluida didalam pipa akibat gesekan, psi
(3.80)
dimana b = konstanta
Apabila kedua persamaan a dan b digabungkan, maka diperoleh :
5
b b5
a. f f N Re .....................................................(3.81)
5
atau
N Re a
b5
disubstitusikan kembali kedalam , maka diperoleh :
a
b 5 32.Pf .g .QL .
4 3
............................................................................
a 3 .L. 5
(3.82)
b5
Kemudian bila dibuat grafik pada kertas log-log antara dengan NRe, dan
a
dinyatakan dalam persamaan garis, maka diperoleh :
Pf .g / L 0,5 . 2 .QL 1,5
N Re 2,1506 ...................................................
2,5
(3.83)
Selanjutnya berdasarkan harga NRe tersebut dapat ditentukan harga
dari diameter pipa. Dalam perhitungan diameter flowline ada dua persamaan
garis yang digunakan sesuai jenis pipa yang digunakan, yaitu :
- Untuk commercial pipe : y = 3,28 log(x) + 1 ...................(3.84)
- Untuk smooth pipe : y = 3,60 log(x) + 1,2 ..................(3.85)
dimana :
v
y. 0,5.g .D. .(Pf / L) 0,5
.................................................
..(3.86)
x
D
0,5.g.D. .(P f / L) 0, 5
..................................................
(3.87)
3.2.1.2.2.5. Manifold
Manifold merupakan kumpulan dari kerangan-kerangan atau valve-
valve yang berfungsi untuk mengatur aliran fluida produksi dari masing-
masing sumur, seperti terlihat pada gambar 3.18. Untuk itu produksi dari
masing-masing sumur itu perlu dikelompokkan terlebih dahulu ke suatu
pemusatan well centre. Dasar pengelompokan dari sumur-sumur tersebut
adalah : tekanan pada masing-masing sumur, kapasitas produksi dari masing-
masing sumur, perbandingan gas – minyak (GOR), ada tidaknya material
lain dari produksi sumur, sifat-sifat fisika dan kimia fluida produksi sumur-
sumur.
Gambar 3.18.
Manifold (14)
Prinsip-prinsip di dalam perencanaan well centre dan sistem
manifoldnya adalah sebagai berikut :
1. Perbedaan tekanan dari masing-masing tekanan sumur diusahakan
serendah mungkin. Kehilangan tekanan pada pipa sepanjang sumur
ke separator dan di dalam sistem manifoldnya harus diusahakan
serendah-rendahnya. Hal ini dapat dilakukan dengan menghindari
belokan pipa yang terlalu tajam, ukuran diameter panjang pipa yang
sesuai dan desain manifoldnya yang baik. Disamping itu pipa dijaga
agar tetap bersih dari endapan pasir atau paraffin karena dengan
adanya endapan ini menyebabkan kehilangan tekanan yang lebih
besar. Viscositas minyak yang tinggi juga akan mengakibatkan
kehilangan tekanan yang besar, untuk itu dapat dilakukan pemanasan
pada pipa sebelum masuk ke dalam sistem manifold.
2. Tekanan separator diusahakan serendah mungkin
3. Dalam proses pemisahan cairan dengan gasnya untuk suatu kelompok
sumur diusahakan efisiensi pemisahan yang maksimum. Untuk itu
GOR, sifat fisika dan kimia fluida sumur serta material-material lain
dari produksi sumur perlu diperhatikan. Penguapan dan kebocoran
pada system manifold harus dijaga seminimal mungkin. Tekanan
aliran sumur yang besar harus diarahkan menuju separator bertekanan
tinggi dalam hal ini pemisahan bertingkat diperlukan.
4. Di dalam fasilitas pengetesan harus ada alat ukur untuk produksi
minyak, air dan gas. Apabila diperlukan dapat pula dipasang alat ukur
material lain yang terikat dalam fluida produksi.
5. Dalam sistem pemisahan untuk suatu kelompok fasilitas pemisahan
harus memenuhi kapasitasnya, baik untuk separator maupun tangki
pengumpul minyak. Jumlah separator maupun tangki pengumpul
harus mencukupi untuk sumur-sumur selama dua atau tiga hari.
6. Sistem well centre harus memberikan kemungkinan jika ingin
dilakukan perbaikan separator dan sambungan-sambungan yang
diperlukan harus selalu siap sedia di tempat dan penyambungan tidak
dilakukan dengan pengelasan.
7. Biaya instalasi diusahakan serendah mungkin
8. Keamanan system secara keseluruhan terjamin
A. Valve
Valve adalah bagian dari peralatan transportasi yang berfungsi untuk
membuka dan menutup aliran fluida di dalam pipa, serta berfungsi mengatur
jumlah atau besarnya aliran dengan cara memutar handwhell lock nut.
Berdasarkan bentuk sambungan dan fungsinya, maka valve dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Jenis valve berdasarkan cara penyambungan
Berdasarkan cara penyambungan valve dengan pipa atau peralatan
yang lainnya, maka jenis valve dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
screwed (ulir), flanged, dan butt welding (las).
2. Jenis valve berdasarkan fungsi dan bentuk valve
Berdasarkan fungsi dan bentuk valve, maka valve dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis, yaitu :
a. Gate valve
Gate valve merupakan jenis valve yang biasa digunakan untuk
saluran cairan (minyak, air, dan lumpur), pipeline dan peralatan
kepala sumur, seperti gambar 3.19.
Gambar 3.19.
Gate Valve (38)
b. Globe valve
Valve ini banyak digunakan untuk mengalirkan saluran gas dan
uap. Katup ini digunakan untuk tekanan yang rendah (300 psi)
yang biasanya katup ini dipakai jika tidak diperlukan pengawasan
yang teliti, seperti pada gambar 3.20.
Gambar 3.20.
Globe Valve (3)
c. Plug valve
Plug valve ini biasanya digunakan untuk keperluan penutupan dan
pembukaan aliran yang cepat, seperti terlihat pada gambar 3.21.
Contoh penggunaan peralatan ini adalah BOP dan peralatan
penyemenan.
Gambar 3.21.
Plug Valve (38)
B. Perhitungan Manifold
Manifold terdiri dari valve-valve yang berfungsi untuk mengatur
aliran fluida. Disamping sistem pengaturan, manifold juga digunakan untuk
penentuan ukuran kapasitas valve adalah suatu yang hal yang penting.
Untuk menentukan ukuran valve yang akan dipakai dalam suatu
rangkaian flowline, manifold atau pada suatu system pengaliran cairan dapat
dilakukan dengan menggunakan hubungan antara aliran dan penurunan
tekanan cairan yang melalui valve tersebut.
Persamaan yang dipakai dinyatakan dalam bentuk persamaan orifice untuk
aliran fluida incompressible, yaitu :
P
Q Cv .A .........................................................................
(3.88)
dimana :
ΔP = perbedaan tekanan dimuka dan dibelakang valve, psi
Cv = koefisien aliran
A = luas aliran ( diameter ), ft
Q = laju aliran, bbl/ day
= densitas fluida, lb / cuft
Koefisien aliran didefinisikan sebagai aliran air dalam gpm atau
cuft/det melalui valve yang terbuka penuh dengan perbedaan tekanan 1 psi.
Persamaan (3.88) di atas dapat digunakan untuk memperkirakan koefisien
aliran dan kapasitas untuk aliran zat cair.
3.2.1.2.2.6. Header
Header merupakan pipa berukuran lebih besar dari flowline yang
berfungsi untuk menyatukan fluida produksi.
Header mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Menampung fluida produksi dari beberapa gate valve pada suatu
unit manifold dan mengalirkannya ke separator.
2. Membantu terjadinya suatu proses pemisahan di dalam separator
dengan separator dengan jalan menimbulkan kondisi aliran
tertentu yang baik bagi proses pemisahan, yaitu meniadakan
kondisi turbulensi.
Sesuai dengan fungsinya header dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
production header dan test header, seperti pada gambar 3.22.
a. Production Header dapat dibedakan menjadi :
1. High pressure header, yaitu header yang menampung fluida
produksi sumur yang bertekanan tinggi.
2. Intermediate pressure production header, merupakan header yang
menampung fluida produksi sumur yang bertekanan intermediate
(menengah)
3. Low pressure production header, header yang menampung fluida
produksi sumur yang bertekanan rendah.
b. Test Header
Merupakan header yang digunakan untuk test produksi untuk masing-
masing sumur.
Sebagai pipa saluran utama, maka sistem header flowline dapat tegak
lurus (900) atau miring (450), seperti pada gambar 3.33. Sedangkan diameter
header bervariasi tergantung laju produksi yang diinginkan.
Gambar 3.22.
Sistem Header (9)
Untuk dapat merencanakan suatu unit header yang sesuai dengan
fungsinya, maka perencanaan diameter header dan kehilangan tekanan pada
header sesuai dengan posisinya.
Perlengkapan pada system manifold tergantung pada faktor-faktor
yang sesuai dengan kebutuhan di dalam penggunaannya, tetapi untuk
perlengkapan manifold yang standar biasanya terdiri dari production header,
test header dan beberapa valve yang diperlukan untuk operasi produksi.
Jika sumur-sumur yang produksinya dialirkan melalui manifold
mempunyai tekanan aliran yang berbeda, maka sebaiknya produksi dari
sumur-sumur tersebut dipisahkan menjadi menjadi beberapa aliran. Untuk itu
diperlukan production header yang dapat digunakan pada tekanan tinggi
maupun tekanan rendah. Disamping itu biasanya dilakukan test aliran secara
periodik dari tiap-tiap sumur dan untuk itu diperlukan test header.
a b
Gambar 3.23.
Berbagai posisi Header : (a) Posisi tegak, (b) Posisi 45o (14)
P g fw2
2
(Vm / 2 g c )
m sin m ...............
Z total g c (2,965x1011 )d 5 m Z
(3.97)
dimana :
Z = panjang kemiringan pipa, ft
fm = faktor gesekan fluida campuran
m = densitas fluida campuran, lbm/cuft
Vm = kecepatan fluida campuran, ft / det
w = laju alir massa, lbm / hari
d = diameter header, inch
= sudut kemiringan pipa dari sumbu horizontal
g = percepatan gravitasi
gc = faktor konversi gravitasi
Kehilangan tekanan didalam belokan dapat ditentukan berdasarkan
persamaan seperti dibawah ini : .
KW 2
P f 0,28 ................................................................(3.98)
2
d H
dimana :
(ΔP)f = hilang tekanan pada belokan karena friksi, psi
K = koefisien resistensi
W = laju alir massa, lbm / jam
dH = hydraulic diameter, inch
(ekivalen dengan diameter dalam pipa)
Gambar 3.24.
Pompa Centrifugal (33)
Gambar 3.25.
Pompa Centrifugal – Axial Flow Pump (33)
Gambar 3.27.
Pompa Reciprocating – Diaphragm Pump (33)
Keuntungan pompa reciprocating adalah :
- Efisiensi pompa tinggi antara 85-95 %
- Bisa untuk mengalirkan fluida dengan viscositas tinggi
- Mempunyai kecepatan operasi yang lebih rendah daripada
centrifugal pump
- Pompa ini dibatasi oleh kekuatan prime mover dan kekua
tan dari komponen-komponennya
- Untuk suatu kecepatan yang diserikan, flow rate akan
konstan tanpa mempengaruhi head
Kerugian pompa reciprocating adalah :
- Mempunyai biaya perawatan yang tinggi
- Tidak bisa mengalirkan fluida yang mengandung padatan
- Berat dan memerlukan ruang yang lebih luas
Pompa Rotary
Pendesakan disebabkan oleh pergerakan memutar. Pompa ini
kerja pemompaan disebabkan adanya gerak relatif antara bagian
yang bergerak dari pompa dengan bagian yang diam. Liquid
secara kontinyu ditekan dengan tekanan tinggi tanpa perlu
memberi energi kinetik pada awalnya. Gambar 3.28.
menunjukkan type dari pompa rotary.
Keuntungan utama pompa ini adalah konstruksinya membuat
fluida yang dipompakan mempunyai bentuk aliran yang tidak
turbulen.
Kerugiannya tidak mempunyai clearance sehingga fluida yang
dipompakan mempunyai nilai lubrisitas. Fluida yang dipompakan
tidak bersifat korosif dan hanya mengandung sedikit padatan.
Gambar 3.29.
Diagram Type-Type Kompressor (33)
Kompressor diperlukan untuk menaikkan tekanan alir dalam pipa,
terutama dalam pipa transmisi yang berjarak panjang, dimana kehilangan
tekanan yang terjadi sangat besar. Pada tabel 3.2. menunjukkan
perbandingan antara kompressor centrifugal dengan kompressor
reciprocating. Kompressor centrifugal (turbo compressor) juga banyak
digunakan untuk mendorong gas, dimana penggunaan kompressor jenis ini
mempunyai beberapa keuntungan, antara lain :
Lebih ringan dalam berat dan ukuran
Pendorongan gas secara kontinyu dengan aliran pulsasi yang kecil
Kehilangan tenaga akibat friksi mekanis lebih kecil
Mempunyai kecepatan tinggi, sehingga memungkinkan hasil
kecepatan mesin yang tinggi pula (secara langsung)
Penempatannya lebih luwes
Pengoperasiannya bekerja sendiri
Tabel 3.2.
Perbandingan Centrifugal Compressor dengan
Reciprocating Compressor (33)
Gambar 3.31.
Reciprocating Compressor (3)
QgTs k Pd
k i / k
BHP 0,0857 Z av
1/ k
Zs k i / k
1
E k 1 Ps
……….....
(3.100)
dimana :
BHP = brake horse power per stage
Qg = volume gas, MMscfd
Ts = Temperatur hisap, 0R
Zs = Compressibilitas factor isapan
Zd = Compressibilitas factor discharge
E = efisiensi, %
k = perbandingan spesifik heat, Cp/Cv
pS = tekanan isapan, psia
Pd = tekanan discharge, psia
Zav = (Zs/ZD)/2
Hubungan antara tekanan masuk dan keluar dalam kompressor dinyatakan
dalam kompressor ratio :
Pdis
CR = ……………………….....……(3.101)
Psuc
Untuk penentuan total Break Horse Power ( BHP ) dari kompressor, adalah :
( HP / MMSCFD )
BHP = .........………………....(3.102)
E
dimana :
CR = Compressor Ratio
Pdis = Tekanan discharge, psia
Psuc = Tekanan isapan, psia
BHP = total break horse power, HP
E = efisiensi kompressor, %
Q = laju alir gas, MMSCF/ D
Fasilitas Pemisahan
Penurunan tekanan yang dialami oleh fluida sejak keluar dari sumur
telah menyebabkan terpisahnya fasa gas dan fasa cair, tetapi terpisahnya itu
belum sempurna. Dalam hal ini fluida produksi yang diperoleh dan dialirkan
dari sumur dapat berupa gas, minyak dan air. Sesuai dengan permintaan dari
refinery ataupun sebelum dikapalkan, maka antara gas, minyak dan air harus
dipisahkan. Proses pemisahan tersebut dilakukan pada bagian surface
facilities, yaitu pada komponen peralatan pemisah fluida produksi. Proses
pemisahan fluida produksi tersebut meliputi berbagai cara pemisahan
padatan dari minyak, pemisahan air dan gas dari minyak serta pemecahan
emulsi. Karena dengan memisahkan zat-zat tersebut maka akan dapat
dicegah biaya-biaya yang tidak perlu. Untuk lebih jelasnya, gambar 3.32.
menunjukkan tentang fasilitas pemisahan di lapangan.
Gambar 3.32.
Fasilitas Pemisahan (34)
Pemisahan antara minyak dengan gas atau air terjadi dalam separator,
yang selanjutnya akan dapat diketahui besarnya kapasitas produksi minyak
atau gas. Separator ini mempunyai beberapa komponen utama dan dibedakan
berdasarkan dari bentuknya, kegunaannya serta jumlah kapasitas produksi.
Proses pemisahan minyak dan air yang tercampur di dalamnya terjadi pada
bagian treating section. Treater section ini meliputi heater treater, oil
skimmer dan wash tank.
3.2.2.1. Separator
Separator adalah tabung bertekanan dan bertemperatur tertentu yang
digunakan untuk memisahkan fluida produksi kedalam fasa cairan dan fasa
gas. Fungsi utama dari separator adalah :
1. Unit pemisahan utama cairan dari gas.
2. Melanjutkan proses dengan memisahkan gas ikutan dari cairan.
3. Untuk mengontrol penghentian kemungkinan pelepasan gas dari
cairan.
4. Memberikan waktu yang cukup pemisahan antara minyak dan air
yang ikut terproduksi.
5. Melakukan treatment lainnya jika mungkin
Proses pemisahan dalam separator ini berjalan pada tekanan dan
temperatur tertentu yang kondisi optimumnya diperhitungkan berdasarkan
komposisi dari hidrokarbon yang terproduksi.
Gambar 3.33.
Separator dan Bagian-Bagian Utamanya (33)
a. Tumbukan (impingement)
Apabila aliran gas yang mengandung butir-butir cairan tersebut
menumbuk pada suatu bidang, maka butiran tersebut akan tertinggal di
permukaan tersebut. Apabila jumlah butiran makin banyak, maka akan
terbentuk butiran yang lebih besar, maka butiran cairan tersebut akan jatuh
ke bagian pengumpul cairan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.34.
Gambar 3.34.
Prinsip Tumbukan (impingement) pada Mist Extractor (33)
b. Perubahan arah aliran
Apabila suatu aliran gas yang mengandung butir-butir cairan diubah
arahnya, maka butir-butir cairan cenderung untuk tetap bergerak dalam arah
aliran semula, sedangkan gas lebih mudah untuk mengikuti arah aliran yang
baru. Sehingga dalam hal ini butir cairan akan tertinggal, seperti pada
gambar 3.34.
c. Gaya centrifugal
Apabila aliran gas yang membawa butir-butir cairan berputar dengan
kecepatan cukup tinggi, maka gaya sentrifugal akan mendorong butir cairan
kearah luar, yaitu pada dinding daripada mist extractor.
Gambar 3.35.
Prinsip Gaya Centrifugal pada Mist Extractor (14)
Gambar 3.35. menunjukkan prinsip gaya centrifugal pada mist
extractor. Cara ini merupakan cara yang efektif dalam hal ini pemisahan
butir cairan dari aliran gas. Efisiensi daripada metode ini akan bertambah
apabila kecepatan aliran gas bertambah.
d. Coalescing Pack
Coalescence mengandung arti penggabungan atau penggumpalan.
Metode ini merupakan penggabungan titik-titik air yang kecil sehingga
menjadi besar dan jatuh karena terjadi perbedaan gravity sebagai cairan,
seperti pada gambar 3.36. Beberapa peralatan bagian dalam separator, seperti
deflector plate, straightening vannes, dan bahkan dinding separator dapat
berfungsi sebagai tempat pengembunan titik-titik air tersebut. Metode ini
merupakan gabungan antara metode-metode impingement, perubahan aliran
dan gaya centrifugal. Pack ini menyediakan tempat yang cukup luas untuk
pengumpulan butir-butir cairan dan merupakan suatu rajutan kawat stainless
steel. Coalescing pack ini yang banyak digunakan baik pada separator biasa
maupun gas scrubber.
Gambar 3.36.
Prinsip Coalescing Pack pada Mist Extractor (33)
e. Filter
Pada penggunaan khusus filter yang porous cukup efektif dalam
memisahkan cairan dalam aliran gas. Metode ini menggunakan prinsip
impingement, perubahan arah aliran, untuk memungkinkan terjadinya
pemisahan antara butir cairan dengan gas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemisahan fluida adalah :
Viscositas fluida
Densitas minyak dan air
Type peralatan dalam separator
Kecepatan alir fluida
Diameter dari titik-titik air (droplets)
Gambar 3.37.
Separator Vertikal (33)
Prinsip alat ini adalah fluida produksi yang masuk ke dalam separator
melalui bagian pemisah pertama mengalami gerakan putar fluida. Gaya
sentrifugal yang timbul dan gaya gravitasi yang terjadi akan menimbulkan
pemisahan pertama. Gas yang terpisah akan bergerak melalui alat pemisah
kedua dimana partikel cairan yang lebih berat akan turun. Selanjutnya gas
akan mengalir ke bagian mist extractor, disini partikel yang berukuran 1-10
micron (1 micron = 0,0001 cm) akan terkumpul sampai akhirnya jatuh turun
menetes, sedangkan partikel yang lebih kecil akan keluar melalui gas outlet.
Separator vertikal terbagi atas dua fasa dan tiga fasa, seperti terlihat pada
gambar 3.38 dan gambar 3.39.
Gambar 3.38.
Separator Vertikal Dua Fasa (5)
Gambar 3.39.
Separator Vertikal Tiga Fasa (5)
Kelebihan separator vertikal :
1. Kontrol level gas outlet tidak begitu rumit, karena jarak vertikal
antara gas oulet dan level cairan cukup jauh.
2. Kecenderungan penguapan kembali cairan kedalam fasa gas kecil.
3. Untuk dioperasikan di lapangan lebih murah karena hanya
memerlukan tempat pemasangan yang sempit.
4. Dapat menampung pasir dalam jumlah banyak.
5. Mempunyai kapasitas surge yang besar.
Kekurangan separator vertikal :
1. Harganya lebih mahal.
2. Karena bentuknya yang tinggi, maka perawatan peralatan yang
terletak diatas sulit untuk dicapai.
3.Outlet gas yang berada di atas menyebabkan pemasangan yang
lebih sulit.
Gambar 3.40.
Separator Horisontal (5)
Gambar 3.41.
Separator Horisontal Dua Fasa (5)
Gambar 3.42.
Separator Horisontal Tiga Fasa (5)
Gambar 3.43.
Separator Horisontal Single Tube (Tabung Tunggal) (5)
Gambar 3.45.
Separator Spherical (Bulat) (9)
Prinsip kerja alat ini, fluida produksi yang masuk lubang inlet
kemudian dibelokkan dengan flow diverter sehingga menyinggung dinding
separator. Aliran ini akan mengelilingi dinding separator yang akhirnya jatuh
pada bagian pengumpul cairan dan akan keluar melalui outlet pada level
tertentu.
Aliran gas yang terjadi akibat pemisahan dari gerak fluida yang
mengelilingi tersebut akan bergerak melalui bagian tengah separator. Cairan
yang terbentuk saat bergerak ke atas ini (akibat perubahan kecepatan) akan
menetes turun dan gas yang lolos masuk ke dalam mist extractor.
Kemudian partikel 10 micron terpisahkan dan gas akan keluar
melalui gas outlet. Terdapat dua type separator spherical, yaitu type untuk
pemisahan dua fasa dan tiga fasa, seprti pada gambar3.46 dan gambar 3.47.
Gambar 3.46.
Separator Spherical (Bulat) Dua Fasa (5)
Gambar 3.47.
Separator Spherical (Bulat) Tiga Fasa (5)
Tabel 3.3.
Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan Separator Vertikal,
Horisontal, dan Spherical, Dua dan Tiga Fasa (5)
Gambar 3.48.
Gas Scrubber (33)
3. Flash Chamber
Alat ini digunakan pada tahap lanjut dari proses pemisahan secara
kilat (flash) dari separator bagian pemisah utama. Flash chamber ini
juga digunakan sebagai separator bagian pemisah kedua dan
dirancang untuk bekerja pada tekanan rendah ( < 125 psi ).
4. Expansion Vessel
Merupakan separator untuk proses pengembangan gas pada
pemisahan bertemperatur rendah. Fungsi utamanya adalah sebagai
penampung gas hydrate yang terbentuk pada proses pendinginan.
Alat ini bekerja dengan tekanan kerja berkisar 100 – 1500 psi.
5. Chemical Electric
Merupakan separator tingkat lanjut untuk memisahkan air dari
cairan hasil separasi tingkat sebelumnya yang dilakukan secara
elektrik (menggunakan prinsip anoda-katoda) dan umumnya untuk
memudahkan pemisahan digunakan additive kimiawi.
Gambar 3.49.
Separator Berdasarkan Tekanan Kerja (Operating Pressure) (2)
3.2.2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Pemisahan
Pemisahan cairan dan gas di dalam separator dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah : tekanan kerja separator, temperatur
kerja separator, efisiensi pemisahan partikel, kemampuan kapasitas
separator, kenaikan kecepatan gas, serta sifat fisik cairan dan gas. Berikut ini
akan dijelaskan secara singkat faktor-faktor tersebut.
1. Tekanan kerja separator
Tekanan kerja daripada suatu separator tergantung pada :
- tekanan aliran fluida pada wellhead
- jumlah minyak dan gas yang akan dipisahkan
Perubahan tekanan mempengaruhi perubahan densitas gas dan minyak,
mempengaruhi kecepatan aliran yang diijinkan, dan mempengaruhi
volume aliran yang sebenarnya. Pengaruh keseluruhan daripada
pertambahan tekanan adalah peningkatan kapasitas gas dalam separator.
2. Temperatur
Temperatur mempengaruhi kapasitas gas-cairan daripada separator,
dimana penambahan temperatur akan menurunkan kapasitas daripada
separator. Pengaturan temperatur, termasuk dengan cara pendinginan
dapat dilaksanakan dengan salah satu cara berikut ini :
- Tubular Heat Exchanger
- Cooling Tower
- Refrigeration
- Expansion aliran dari sumur melalui choke
3. Effisiensi daripada pemisahan partikel cairan tergantung pada densitas gas
dan cairan. Suatu separator yang bekerja pada tekanan, temperatur dan
komposisi yang konstan, mempunyai kapasitas gas :
0,5
g
Qg o ..................................................................(3.103)
g
dimana :
Qg = kapasitas gas
o = densitas minyak, ppg
g = densitas gas, ppg
4. Kemampuan kapasitas separator berdasarkan anggapan bahwa pemisahan
secara gravitasi daripada butir cairan yang lebih besar dari 200 micron
dapat terjadi di bagian pemisah kedua. Untuk butir yang lebih kecil dari
200 micron, dipisahkan oleh Mist Extractor.
5. Kenaikan kecepatan gas akan memperbesar ukuran dan volume daripada
butir cairan yang mencapai mist extractor, dengan demikian akan timbul
penambahan cairan dalam jumlah banyak dengan tiba-tiba.
6. Kenaikan kecepatan gas maksimum untuk pemisahan partikel cairan
dengan diameter tertentu, tergantung pada sifat fisik cairan dan gas.
Suatu partikel yang jatuh sebagai akibat percepatan gravitasi, akan
bertambah cepat gerakan jatuhnya sampai pada suatu saat dimana
gesekan pada partikel tersebut (sebagai akibat tumbukan dengan gas)
sama dengan berat daripada partikel tersebut. Apabila kedua gaya ini
sama besarnya, maka partikel akan jatuh dengan kecepatan yang konstan.
Kecepatan ini sering disebut “settling velocity“. Besarnya settling
velocity tersebut digunakan dalam penentuan ukuran daripada separator,
yaitu tingginya atau diameternya.
Distribusi ukuran partikel perlu diketahui untuk pemasangan jenis
alat penyerap kabut (Mist Extractor) dalam separator. Misalnya jenis
centrifugal lebih sesuai untuk pemisahan partikel yang berukuran lebih besar
dibandingkan alat penyerap kabut jenis kawat rajutan. Sering juga digunakan
lebih dari satu jenis alat mist extractor.
Tabel 3.4.
Tabel Prosentase Pendekatan Pemisahan (14)
Jumlah Tingkat Pendekatan Pemisahan
Pemisahan secara differensial, %
2 0
3 75
4 90
5 96
6 98,5
Jumlah prosentase pendekatan pemisahan secara differensial untuk
jumlah tingkat pemisahan ditunjukkan pada tabel 3.4. Dari tabel tersebut
terlihat bahwa keuntungan tidak terlalu besar pada jumlah tingkat yang
tinggi. Karena itu pertimbangan ekonomis hanya dibatasi tingkat 3 dan 4
saja.
Karakteristik dari tingkat pemisahan tergantung pada kondisi aliran
dan sifat fisik cairan yang masuk ke dalam separator. Masing-masing
karakteristik yang disesuaikan dengan tingkat pemisahan antara lain :
1. Pemisahan dua tingkat, ditunjukkan pada gambar 3.50. :
Umumnya digunakan untuk :
- minyak yang mempunyai gravity rendah
- GOR aliran sumur rendah
- tekanan aliran sumur rendah
Gambar 3.50.
Skema Pemisahan Dua Tingkat pada Separator (33)
2. Pemisahan tiga tingkat, ditunjukkan pada gambar 3.51. :
Umumnya digunakan untuk :
intermediate oil gravity
intermediate GOR
intermediate tekanan aliran sumur
Gambar 3.51.
Skema Pemisahan Tiga Tingkat pada Separator (33)
3. Pemisahan empat tingkat, ditunjukkan pada gambar 3.52.:
Umumnya digunakan untuk :
oil gravity yang tinggi
GOR tinggi
tekanan di kepala sumur tinggi
Gambar 3.52.
Skema Pemisahan Empat Tingkat pada Separator (33)
3.2.2.1.5. Perencanaan Separator
Perhitungan perencanaan separator meliputi penentuan kapasitas
separator dan penentuan tekanan kerja separator. Perencanaan separator ini
dimaksudkan untuk dapat memilih jenis serta kapasitas separator yang sesuai
dengan kondisi lapangan secara optimum.
Prosedur pemilihan separator yang akan digunakan dalam suatu
industri perminyakan adalah sebagai berikut :
1. Pertimbangan biaya
2. Tentukan tipe yang sesuai, ditinjau dari ruang yang tersedia
3. Tentukan apakah biaya keseluruhan dipengaruhi oleh
pemasangan instalasi daripada tipe yang dipilih
4. Tentukan apakah adanya penyimpangan kondisi aliran dari sumur
(foam, pasir, dan sebagainya) dapat menyebabkan separator yang
dipilih menjadi sulit untuk beroperasi dan dirawat.
Tabel 3.5.
Tinggi Separator dan Tinggi Kolom Minyak (45)
Tinggi Separator H
(ft)
5 2,5
10 3,25
15 4,25
(3.115)
dimana :
Qg = laju alir gas, MMSCFD
Z = faktor deviasi gas
d = diameter vessel, inchi
Leff = panjang efektif, ft
Menghitung Seam to seam Length (Lss)
d
Lss Leff ......................................................................(3.116)
12
Membuat tabel antara d, Leff, dan Lss , dimana harga diameter bebas
memilih sesuai dengan data separator dipasaran (tabel 3.6)
Menghitung Slenderness ratio (SR), masih menggunakan tabel pada
langkah sebelumnya
12.Lss
SR = ........................................................................
d
(3.117)
Menghitung batasan kapasitas liquid (d2.Leff), untuk berbagai
retention time (tr)
tr.Ql
d 2 .Leff .......................................................................
0,7
(3.118)
dimana :
Ql = laju alir liquid, BPD
tr = retention time, menit
Tabel 3.6.
Data Separator yang tersedia di pasaran(2)
Gambar 3.53.
Grafik Penentuan Harga K(2)
1). Separator Vertikal, 2 fasa
S.P
Menghitung konstanta ( )
T
dimana :
S = SG gas, (udara = 1)
P = tekanan, psia
T = temperatur, oR
(3.120)
dimana :
Ql = laju alir liquid, BPD
tr = retention time(1 – 3), menit
- untuk OD 36” :
h 76
Lss = ....................................................................(3.121)
12
- untuk OD 36” :
h d min 40
Lss = ..........................................................(3.122)
12
dimana :
OD = outside diameter, inchi
Lss = seam to seam length, ft
d = diameter minimum batasan kapasitas gas, inchi
Menghitung Slenderness Ratio (SR) , masih menggunakan tabel yang
sama dengan persamaan seperti pada persamaan (3.117).
Menentukan diameter (d) dan Lss dari tabel yang memiliki SR 3-4
menit.
Perhitungan Tekanan Kerja Separator
Tekanan kerja separator merupakan suatu bagian perencanaan yang
penting, karena akan mempengaruhi antara lain :
- Besarnya GOR yang akan dihasilkan
- 0 API dari minyak yang dipisahkan
Untuk menentukan tekanan kerja optimum separator pada pemisahan
bertingkat dua, tiga dan seterusnya dapat dilakukan dengan beberapa metode,
antara lain adalah sebagai berikut :
1. Metode Whinnery - Campbell
Metode ini berdasarkan anggapan bahwa tekanan optimum hanya
merupakan fungsi tekanan mula-mula dan tekanan akhir, disamping
pengaruh komposisi system. Hubungan ini dapat dinyatakan dalam
persamaan berikut :
P2 = A ( P1 ) 0,686 ................................................................(3.123)
dimana :
P2 = tekanan kerja separator kedua, psi
P1 = tekanan kerja separator pertama, psi
A = konstanta fungsi dari stock tank
Gambar 3.54. menunjukkan pengaruh tekanan separator pada pemisahan dua
tingkat.
Gambar 3.54.
Pengaruh Tekanan Separator pada Pemisahan Dua Tingkat (1)
Konstanta A dapat ditentukan dengan menggunakan grafik hubungan
antara Konstanta A dengan Pseudo SG, yang mana dalam hal ini perlu untuk
lebih dahulu mengetahui prosentase dari C1, C2 dan C3 serta harga pseudo
SG. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.55 dan gambar 3.56.
Analisa yang dilakukan Whinnery-Campbell memberikan dua
persamaan yang masing-masing untuk crude (dengan SG > 1.0) dan kondesat
(dengan SG < 1.0).
Penentuan tekanan kerja separator kedua, untuk crude dengan SG >
1.0, digunakan persamaan sebagai berikut :
P2 = A ( P1 )0,686 + C1 ........................................................(3.124)
dimana :
P2 = tekanan kerja separator kedua, psi
P1 = tekanan kerja separator pertama, psi
A = konstanta fungsi dari stock tank
C1 = dimensionless shifting constant, yang besarnya ditentukan
dengan persamaan :
A 0,057
C1 ........................................................................
0,0233
(3.125)
Sedangkan untuk kondensat dengan SG < 1.0, maka tekanan kerja separator
yang kedua ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
P2 = A ( P1 )0,765 + C2 .............................................................(3.126)
dimana harga C2 dapat ditentukan dari persamaan berikut :
A 0,028
C2 ...................................................................................
0,012
(3.127)
Gambar 3.55.
Hubungan antar Konstanta A dengan C1 dan C2 (22)
Gambar 3.56.
Hubungan antara Konstanta A dengan pseudo SG (22)
2. Metode Perbandingan
Pendekatan lain yang dapat digunakan pada pemisahan bertingkat
(lebih dari tiga tingkat),adalah dengan persamaan-persamaan sebagai berikut:
Rt = (P1/Pst)1/m .............................................................................(3.128)
P2 = (P1/Rt) = Pst Rtm-1 .................................................................(3.129)
Ppt = Pst Rtm(Rt-1) ...........................................................................(3.130)
dimana :
m = jumlah antara tingkat atau jumlah tingkat dikurangi satu
Rt = perbandingan tekanan kerja separator yang berurutan
P2 = tekanan kerja separator kedua
P1 = tekanan kerja separator pertama
Pst = tekanan kerja separator terakhir (tangki pengumpul)
Ppt = tekanan pada tingkat pertengahan yang terakhir digunakan
Persamaan-persamaan di atas hanya digunakan apabila data yang
tersedia sangat kurang sekali dan tekanan kerja yang akan ditentukan berada
pada tingkat pertengahan. Pendekatan yang dilakukan pada metode ini
adalah perbandingan tekanan antara tekanan separator terakhir dengan tangki
pengumpul. Untuk memperjelas uraian tersebut di atas, akan diberikan suatu
contoh permasalahan sebagai berikut :
Proses pemisahan bertingkat 4, dimana separator pertama mempunyai
tekanan kerja 400 psi dan tekanan pada storage tank sebesar 60 psi ( storage
tank merupakan tingkat keempat). Pertanyaan : Tentukan tekanan kerja
separator yang lainnya ?
Diketahui :
P1 = 400 psi
Pst = 60 psi
m = 4–1 =3
Penyelasaian :
Dengan menggunakan persamaan-persamaan di atas maka akan didapatkan :
Rt = ( 400 / 60 )1/3 = 1,88 psi
P2 = ( 60 ) ( 1,88 ) 3 - 1 = 212 psi
P3 = ( 60 ) ( 1,88 ) 2,64 = 317,6 psi
2. Metode Perhitungan
Apabila :
z i = fraksi mol zat i dalam fasa gas maupun cair
xi = fraksi mol zat i dalam fasa cair
yi = fraksi mol zat i dalam fasa gas
n = jumlah total mol dalam system
nL = jumlah total mol dalam cairan (liquid)
n v = jumlah total mol dalam gas
z i n = mol dari komponen i dalam sistem
x i n L = mol dari komponen i dalam cairan
y i n v = mol dari komponen i dalam gas
zi n
yi
n
nv L
ki .......................................................................................(3.137)
Jumlah dari seluruh fraksi mol masing-masing fasa adalah satu, yaitu :
Σ x i = x i + x2 +……………………..+ xn = 1 ....................(3.138)
Σ y i = y i + y2 +……………………..+ yn = 1 ....................(3.139)
dengan demikian :
zi n
x (k n ) n
i 1
i v L ....................................................................
(3.140)
zi n
y i
n
1
( L ) nv
ki ....................................................................
(3.141)
Untuk menghitung komposisi fasa cair dan gas yang keluar dari
separator dilakukan secara trial dan error, dengan menganggap harga n = 1,
dan menganggap harga nL, dan atau nv tertentu sehingga diperoleh harga Σ x i
= 1 dan atau Σ x i = 1.
3.2.2.2. Treating Section
Treating section adalah merupakan peralatan-peralatan pemisah
fluida produksi yang bekerja dengan menggunakan energi tambahan dari luar
sistem. Treating section berfungsi untuk memisahkan air dari minyak dan
beberapa material lain yang terkandung di dalam fluida reservoir. Peralatan
ini digunakan setelah fluida produksi dipisahkan fasa cairan dan gasnya
didalam separator, dimana fasa cair hasil pemisahan di dalam separator ini
terdiri dari minyak dan air. Untuk mendapatkan kualitas minyak yang
dikehendaki (mengandung <1% air), air yang masih tertinggal di dalam
minyak dipisahkan dengan peralatan ini. Ada tiga metode pemisahan yang
digunakan dalam treating section, yaitu :
1. Gravity dehidration
Prinsip dasar dan cara kerja metode gravity dehidration adalah
perbedaan gravity antara minyak dan air sebagai emulsi, pelaksanaan
pemisahan emulsi secara gravity murni hanya dapat dilakukan pada
keadaan emulsi yang tidak stabil. Termasuk disini adalah : wash tank,
heater treater, centrifuge, dan lainnya.
2. Electrical dehidration
Cara kerja electrical dehidration berdasarkan prinsip contrell, dimana
emulsi minyak-air dipanaskan untuk mengurangi harga viskositas
minyak dan kemudian diberikan tenaga listrik melalui medan listrik
bertekanan tinggi. Sebagai akibat tegangan listrik tersebut maka partikel
air akan bermuatan listrik, dan juga sebagai akibat pengaruh medan
listrik bolak-balik, gerakan partikel air tersebut akan dipercepat dan
membantu penggabungan daripada partikel air tersebut untuk
membentuk tetes-tetes air yang besar, maka pemisahan secara gravitasi
dapat berlangsung. Dalam hal ini emulsi yang terbentuk sangat ketat,
maka dapat ditambahkan bahan-bahan kimia untuk membantu proses
pemisahan tersebut. Dibandingkan dengan gravity dehidration,
electrical dehidration membutuhkan biaya pembersihan yang lebih
besar.
3. Chemical dehidration
Penggunaan bahan kimia untuk proses pemisahan ini biasanya
digabungkan dengan salah satu peralatan pemisah secara gravitasi.
Suatu emulsi akan menjadi stabil apabila terjadi suatu perubahan
kondisi pada lapisan tipis antar muka tersebut. Penggunaan bahan kimia
untuk memecahkan emulsi pada dasarnya mengubah komposisi kimia
pada lapisan tipis antar muka tersebut, yaitu dengan menambahkan
surface active agent (surfactant), dimana dengan menambahkan bahan
kimia tersebut, maka emulsi menjadi tidak stabil.
Treating section terbagi menjadi tiga system, yaitu :
1. Oil Treating Sistem
2. Water Treating Sistem
3. Gas Treating Sistem
Gambar 3.57.
Skema Heater Treater Vertikal (33)
Heater Treater Vertikal dapat juga berupa Gun Barrel, yang
dapat dipasang pada Tangki penampung. Gun Barrel memiliki fungsi
yang sama dengan Heater Treater Vertikal , yaitu untuk memecahkan
emulsi.
2. Heater Treater Horizontal
Heater Treater Horisontal merupakan peralatan yang digunakan untuk
mendukung Oil Treating System, yaitu untuk memecahkan emulsi
yang terjadi antara minyak dengan air.
Aliran masuk melalui bagian depan dari treater, yang kemudian gas
terbebaskan menuju outlet gas. Fasa cair akan menuju bagian bawah
Heater Treater, pada bagian ini cairan dibersihkan dari air bebas.
Karena perbedaan densitas, maka minyak dan emulsi berada diatas air
bebas, lalu minyak dan emulsi ini akan masuk ke bagian Oil Surge
Chamber. Minyak dan emulsi ini akan mengalir melalui spreader
menuju bagian belakang Heater Treater. Dibagian ini minyak dan
emulsi akan terpisah, minyak ada pada bagian atas karena berat
jenisnya lebih kecil dibandingkan dengan air yang berada pada bagian
atasnya, seperti terlihat pada gambar 3.58.
Gambar 3.58.
Skema Heater Treater Horizontal (2)
Gambar 3.59.
Skema Heater Treater Elektrostatik Horisontal (33)
(3.148)
Bila Vso < Vsw, berarti kapasitas oil skimmer merupakan fungsi retention
time dari minyak. Untuk menghitung retention time dalam menit,
menggunakan persamaan :
h
t ..............................................................................
60.VSO
(3.149)
dimana :
t = retention time, menit
h = tinggi batas air-minyak diatas dasar skimmer, ft
Vso = kecepatan akhir naiknya partikel minyak dalam air
ft/sec
(3.150)
dimana :
qw = kapasitas air, bbl/hari
L = panjang efektif dari kimmer, ft
Kemudian penampang yang dibutuhkan untuk air pada skimmer (A W)
ditentukan dengan persamaan berikut :
.r 2 y
AW y (r 2 y 2 ) r 2 sin 1 ...............................(3.151)
2 r
dimana :
r = jari-jari tabung skimmer, ft
y = perbedaan ketinggian antara batas air-minyak
dengan jari-jari skimmer, ft
(a) (b)
Gambar 3.60.
(a) Oil Skimmer Horisontal, (b) Oil Skimmer Vertikal (2)
(3.152)
dimana :
Vt = kecepatan pengendapan, ft/s
dm = diameter butiran air, micron
SG = beda SG minyak dan SG air,
= viskositas air, cp
Dari persamaan diatas dapat diperoleh keterangan antara sebagai
berikut :
1. Semakin besar ukuran butiran minyak dan semakin besar ukuran
diameter butiran minyak, maka harga kecepatan vertikal akan
semakin besar. Sehingga minyak dengan ukuran butir lebih
besar akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
mencapai permukaan.
2. Semakin besar beda Spesific Gravity yang dimiliki oleh kedua
fluida, maka harga kecepatan vertikal akan semakin besar.
Sehingga proses pemisahan minyak ringan yang terkandung
dalam air akan lebih mudah dibandingkan dengan minyak berat
3. Pada temperatur yang tinggi, maka harga viskositas air akan
berkurang, sehingga kecepatan vertikal yang dimiliki akan
semakin besar. Sehingga lebih mudah untuk menangani air pada
temperatur tinggi dibandingkan menangani air pada temperatur
rendah.
b. Dispersi
Persamaan yang digunakan untuk menghitung besarnya butiran
minyak yang dapat dipecahkan pada tekanan tertentu adalah sebagai
berikut :
2 3
t 5 5 ………………………....…(3.153)
d max 432 r
P w
dimana :
dmax = diameter butiran pendispersi ,
= tegangan permukaan, dyne/cm
w = densitas,g/cm3
P = kehilangan tekanan, psi
tr = retention time, menit
c. Coalescence.
Proses Coalescence atau proses penggabungan pada Water
Treating System lebih banyak membutuhkan waktu bila
dibandingkan dengan proses Dispersi.
(a)
(b)
Gambar 3.61.
(a) Vertical Skim Tank (b) Horizontal Skim Tank (33)
2. Plate Coalescer
Cara kerja dari komponen utama ini adalah dengan memberikan
kemiringan tertentu pada pipa yang memiliki Plate Coalescers,
sehingga dengan menggunakan pemisahan secara gravitasi, butiran
minyak akan menuju ke plate bagian atas. Butiran minyak yang kecil
ini akan saling bergabung dan menjadi butiran yang semakin besar,
seprti pada gambar 3.62.
Gambar 3.62.
Plate Coalescer (33)
3. Precipitator / Filter
Alat ini dulu merupakan alat pemisah butiran minyak yang paling
sering digunakan. Cara kerjanya adalah dengan memberikan filter
atau saringan untuk menyaring butiran minyak dan menggabungkan
butiran minyak yang tersaring tersebut.
Gambar 3.63.
Precipitator / Filter(33)
Masalah yang sering terjadi adalah timbulnya sumbatan pada pori
saringan oleh butiran padat yang masih terikut masuk kedalam inlet.
Sehingga dapat dikatakan, alat ini efektif untuk digunakan pada air
yang bersih dari padatan. Untuk menghindari adanya padatan yang
terikut, maka sebelum masuk, fluida dialirkan terlebih dahulu ke
penyaring pasir. Bentuk dari filter ditunjukkan dalam gambar 3.63.
4. SP Packs
Merupakan suatu alat yang dirancang untuk mengurangi jarak yang
harus ditempuh oleh butiran minyak dari dalam bejana atau skimmer
sampai dengan permukaan tempat penggabungan butiran minyak .
Hal ini dikarenakan di dalam suatu bejana jarang terjadi suatu
gerakan turbulen yang memungkinkan terjadinya penggabungan
butiran minyak. SP pack memberikan suatu gerakan aliran turbulen
dengan mengalirkan air melalui suatu celah pipa, sehingga butiran
minyak yang masih terdapat dalam aliran air dapat saling menumbuk
dan menggabungkan diri. SP Pack ini ditempatkan kedalam suatu
bejana penampungan air, seperti terlihat pada gambar 3.64.
Gambar 3.64.
SP Pack dalam Tangki(2)
5. Flotation Unit
Flotation Unit ini digunakan pada suatu system treating air produksi
yang tidak mengandalkan pemisahan secara gravitasi. Pemisahan
butiran minyak dilakukan dengan menghamburkan butiran gas
dengan ukuran kecil ke dalam air. Dua macam Unit Flotasi, yaitu :
Dispersed Gas Unit (gelembung gas terdispersi pada aliran total
dengan menggunakan inductor device atau dengan vortex yang di set
up dengan rotor mekanik), seperti terlihat pada gambar 3.65. dan
Dissolved Gas Unit (memecahkan larutan di gelembung dengan
diameter kecil yang kontak dengan butiran minyak di dalam air dan
membawanya ke permukaan), seperti terlihat pada gambar 3.66.
Dispersed Gas Unit memiliki Gas Water Ratio lebih tinggi dibanding
dengan Dissolved Gas Unit.
Gambar 3.65.
Dispersed Gas Units(33)
Gambar 3.66.
Dissolved Gas Units(33)
6. Disposal Piles
Disposal Pile merupakan pipa dengan diameter yang besar (kurang
lebih 24 sampai dengan 48 inchi) yang biasanya ditempatkan di
bawah permukaan air pada platform, Fungsi utama Disposal Pile ini
adalah untuk mengumpulkan air buangan dari platform pada satu
lokasi. Disposal Pile boleh juga digunakan untuk mengumpulkan
pasir hasil sisa pemisahan fluida reservoir, cairan lain yang
merupakan buangan dari pemisahan sebelumnya, dan sebagai trap /
jebakan (tempat pengumpulan) terakhir bagi hidrokarbon yang masih
terikut di dalamnya.
7. Skim Pile
Merupakan salah satu jenis dari Disposal Pile. Aliran air dialirkan
dalam suatu pipa besar yang didalamnya berkelok-kelok. Dalam pipa
ini terdapat zona pergerakan minyak keatas (disebabkan oleh
gravitasi dan berat jenisnya), zona penggabungan butiran minyak dan
bagian pengumpul butiran minyak yang telah terpisah dari air, seperti
terlihat pada gambar 3.67.
Gambar 3.67.
Pola Aliran dalam Skimm Pile (33)
2. Wooden Tank
Merupakan jenis tangki penyimpanan yang terbuat dari kayu. Jenis
kayu yang digunakan untuk membuatnya adalah redwood atau whitepine,
seperti terlihat pada gambar 3.70. Tangki ini sangat cocok digunakan untuk
keadaan dimana korosi menjadi masalah utama. Jenis tangki ini tidak
memerlukan pengecetan karena permasalahan korosi sudah dapat
diminimalkan, namun pemilihan kayu yang tidak tepat akan mengakibatkan
tangki cepat aus. Kekurangan lainnya adalah harga tangki ini mahal dan
mudah untuk terbakar.
Gambar 3.70.
Fasilitas Penampung Type Wooden Tank (14)
3. Plastic Tank
Tangki jenis ini terbuat dari bahan plastik yang cocok digunakan
untuk mengggantikan jenis wooden tank, yang merupakan alternatif lain
untuk permasalahan korosi. Akan tetapi jenis tangki ini sangat mahal
harganya dan akan semakin rapuh dengan bertambahnya waktu. Oleh karena
itu pemakaian jenis tangki plastic ini hanya digunakan pada jangka waktu
pendek saja.
dimana :
V = volume tangki, m3
d = diameter dalam tangki, ft
H = tinggi tangki, ft
Dalam prakteknya, tiap-tiap bagian dinding tangki penyimpanan
mempunyai ketebalan yang tidak sama, dimana bagian bawah tangki lebih
tebal dari bagian atasnya. Adanya bagian tangki yang tebalnya tidak sama ini
dimaksudkan agar tangki mampu menahan tekanan yang berbeda-beda pada
setiap bagian tangki. Dengan demikian untuk menghitung secara akurat
mengenai kapasitas tangki, maka harus dilakukan dengan cara menghitung
isi setiap ketinggian bagian tangki yang mempunyai ketebalan dinding yang
sama.
Kapasitas oil storage yang berbentuk silinder dapat ditentukan
dengan persamaan :
( ID) 2 .H
Total Capasity = , bbl ……………..........…....
7,15307
(3.155)
dimana :
ID = diameter dalam, ft
H = tinggi tangki, ft
Tabel 3.7.
Perkiraan Kualitas dari Gas yang sudah Dipisahkan (5)
3.2.4.2. Minyak
Kandungan minyak mentah setelah proses pemisahan lalu dilanjutkan
dengan treating section harus memiliki kandungan gas dan air yang kecil.
Kandungan gas bebas dalam minyak mentah yang telah terpisahkan akan
berubah-ubah / meluas besarnya, tergantung dari ukuran dan bentuk
separator, desain dan susunan bagian dalam separator, tekanan operasi dan
temperatur, laju alir, GOR, kedalaman dari cairan didalam separator,
viscositas, dan tegangan permukaan minyak.
Kriteria minyak hasil pemisahan yang baik adalah memiliki kadar air
minimum / sangat sedikit atau kandungan airnya 1 % memiliki harga
GOR terendah, memiliki harga faktor volume fomasi minyak terendah,
memiliki oAPI tertinggi, viskositas rendah, berat jenis rendah, titik didih
rendah, titik nyala rendah dan bebas dari fluida non hidrokarbon (CO2, N2,
H2S, O2, dll). Sedangkan kriteria yang lain hasil pemisahan minyak yang baik
adalah mangandung air minimum 16000 ppm dan maksimum 80000 ppm
dengan retention time 1-2 menit. Untuk lebih jelasnya ditunjukkan dalam
tabel 3.8.
Tabel 3.8.
Perkiraan Kualitas dari Minyak Mentah yang sudah Dipisahkan (5)
3.2.4.3. Air
Air yang terpisahkan dari separator tiga fasa akan mengandung
minyak. Kriteria air hasil pemisahan yang baik adalah air yang bebas dari
minyak dan gas / kadar minyak dan kadar gas yang masih terkandung
didalamnya sedikit, memiliki pH dan salinitas sesuai dengan kebutuhan
injeksi atau harga pH dan salinitas yang netral untuk dibuang kembali ke
alam. Kriteria yang lain hasil pemisahan air yang baik adalah mengandung
minyak minimum 0,4 % dan maksimum 2 % untuk retention time 1-2 menit.
Untuk lebih jelasnya ditunjukkan dalam tabel 3.9.
Tabel 3.9.
Perkiraan Kualitas dari Air yang sudah Dipisahkan (5)