Anda di halaman 1dari 46

Untuk Ibu Rahmadina, M.Pd.

Terimakasih atas setiap pengajaran yang


membangkitkan inspirasi.

1
KATA PENGANTAR
























2




DAFTAR ISI

Sejarah Komodo....................................................................................................4

Ciri ciri komodo.....................................................................................................7

Habitat...................................................................................................................10

Sistem Tubuh Komodo.........................................................................................13

Ekologi, Perilaku dan Hidup.................................................................................15

Perilaku Makan.....................................................................................................17

Reproduksi............................................................................................................22

Perilaku dan Aktivitas...........................................................................................25

Peranan Komodo..................................................................................................29

Klasifikasi Komodo..............................................................................................34

Lokasi Penyebaran...............................................................................................37

Populasi ................................................................................................................39

3
#1 SEJARAH KOMODO

K
omodo pertama kali didokumentasikan oleh seorang

warga Eropa pada tahun 1910. Penjelajah Eropa ini

kemudian menyebarluaskan berita akan adanya pulau

“buaya”.

Kabar ini pun akhirnya sampai juga ditelinga Direktur

Museum Zoologi Bogor, Peter Ouwens. Pada 1912, dia

menuliskan karya ilmiah tentang hasil dokumentasi dan kulit

Komodo yang didapatkannya dari Letnan van Steyn van

Hensbroek asal Belanda. Jurnal ilmiah tersebut berjudul “On

a Large Varanus Species from an Island of Komodo” dan

menjadi bagian dari perpustakan The New York Botanical

Garden.

4
Bermula dari jurnal ilmiah Peter Ouwens inilah, berita
keberadaan komodo pun makin menggaung di dunia. Nama
Varanaus Komodoensis pun berasal dari Peter Ouwens.

Hingga akhirnya, pada 1926, seorang penjelajah bernama W.

Douglas Burden melakukan ekspedisi untuk menemukan

komodo.

Dari hasil penjelajahannya, W.Douglas Burden berhasil

membawa 12 ekor komodo yang diawetkan dan 2 lagi masih

dalam keadaan hidup. Tiga dari 12 komodo yang telah

diawetkan tersebut dipamerkan di Museum Sejarah Alam

Amerika. Douglas Burden jugalah yang mempopulerkan nama

“komodo dragon”.

Berbagai ekspedisi pun terus dilakukan untuk mengungkap

spesies kadal raksasa ini. Namun, ekspedisi harus dihentikan

sementara waktu karena adanya Perang Dunia II.

Lalu, di sekitar tahun 1960, sebuah ekspedisi jangka panjang

kembali direncanakan. Ekspedisi ini dilakukan oleh keluarga

Auffenberg. Selama ekspedisi, mereka akan tinggal di Pulau

Komodo selama 11 bulan pada tahun 1969.

Komodo pertama kali didokumentasikan oleh

orang Eropa pada tahun 1910. Namanya bertambah luas

5
setelah tahun 1912, ketika Peter Ouwens, direktur Museum

Zoologi di Bogor, menerbitkan paper tentang komodo setelah

mengaku foto dan kulit reptil ini. Nantinya, komodo adalah

faktor pendorong dilakukannya ekspedisi ke pulau

Komodo oleh W. Douglas Burden pada tahun 1926. Setelah

kembali dengan 12 spesimen yang diawetkan dan 2 ekor

komodo hidup, ekspedisi ini memberikan inspirasi untuk

film King Kong tahun 1933. W. Douglas Burden adalah orang

yang pertama memberikan nama "Komodo dragon" untuk

hewan ini. Tiga dari spesimen komodo yang diperolehnya

dibuat wujud kembali dijadikan hewan pajangan dan hingga

sekarang sedang disimpan di Museum Sejarah Lingkungan

kehidupan Amerika.

6
#2 CIRI CIRI KOMODO

U
kuran rata-rata komodo jantan adalah 8 sampai 9

meter dan sekitar 100 kg, Betina tumbuh sampai

6 kaki (1,8 m). Komodo memiliki berbagai warna,

termasuk biru, oranye, hijau dan abu-abu. Kulit mereka kasar

dan tahan lama, diperkuat dengan lempeng tulang yang

disebut osteoderms. Mereka memiliki cakar yang panjang dan

besar, serta ekor yang berotot. Komodo memiliki penglihatan

yang baik; mereka dapat melihat benda-benda sejauh 985

kaki (300 m), menurut Zoo Smithsonian. Mereka juga cepat.

Mereka dapat berlari hingga 13 mph (20 kph) tetapi lebih

memilih untuk berburu secara sembunyi-sembunyi –

menunggu berjam-jam sampai mangsa melintasi jalan mereka.

7
1. Komodo memiliki ekor yang sama panjang dengan

tubuhnya, dan sekitar 60 buah gigi yang bergerigi tajam

sepanjang sekitar 2.5 cm, yang kerap diganti.

2. Air liur komodo sering kali bercampur sedikit darah

karena giginya hampir seluruhnya dilapisi jaringan gingiva dan

jaringan ini tercabik selama makan. Kondisi ini menciptakan

lingkungan pertumbuhan yang ideal untuk bakteri mematikan

yang hidup di mulut mereka.

3. Komodo memiliki lidah yang panjang, berwarna kuning

dan bercabang.

4. Komodo jantan lebih besar daripada komodo betina,

dengan warna kulit dari abu-abu gelap sampai merah batu

bata, sementara komodo betina lebih berwarna hijau buah

zaitun, dan memiliki potongan kecil kuning pada

tenggorokannya. Komodo muda lebih berwarna, dengan warna

kuning, hijau dan putih pada latar belakang hitam. di

lingkungan kehidupan tidak terikat, komodo dewasa biasanya

memiliki berat sekitar 70 kilogram, namun komodo yang

diberi nafkah di penangkaran sering memiliki bobot tubuh

yang semakin besar. Spesimen liar terbesar yang sudah

menjalani ada memiliki panjang sebesar 3.13 meter dan berat

sekitar 166 kilogram, termasuk berat pangan yang belum

8
dicerna di dalam perutnya. Meski komodo tercatat sebagai

kadal terbesar yang sedang hidup, namun bukan yang

terpanjang. Reputasi ini dipegang oleh biawak Papua (Varanus

salvadorii). Komodo memiliki ekor yang sama panjang dengan

tubuhnya, dan sekitar 60 buah gigi yang bergerigi tajam

sepanjang sekitar 2.5 cm, yang kerap diganti. Air liur komodo

sering kali bercampur sedikit darah karena giginya hampir

seluruhnya dilapisi jaringan gingiva dan jaringan ini tercabik

selama makan.  Kondisi ini menciptakan bagian yang terkait

pertumbuhan yang ideal untuk bakteri mematikan yang hidup

di mulut mereka.

Komodo memiliki lidah yang panjang, berwarna kuning dan

bercabang. Komodo jantan semakin besar daripada komodo

betina, dengan warna kulit dari abu-abu gelap sampai merah

batu bata, selagi komodo betina semakin berwarna hijau

buah zaitun, dan memiliki potongan kecil kuning pada

tenggorokannya. Komodo belum tua semakin berwarna,

dengan warna kuning, hijau dan putih pada latar belakang

hitam.

9
#3 HABITAT

K
omodo sangat langka dan di alam liar ditemukan

hanya di lima pulau, yaitu: Kepulauan Komodo, Rinca,

Gili Montang dan Gili Dasami – semua berada dalam

Taman Nasional Komodo – dan pulau Flores, di mana Komodo

menjelajah dengan bebas.

Habitat kadal bisa apa saja dari hutan tropis kering, sabana

sampai sebuah hutan musim gugur. Tidak peduli di mana

mereka tinggal, Komodo menyukai panas yang ekstrim. Hal ini

biasanya sekitar 95 derajat Fahrenheit (35 derajat Celcius)

dengan 70 persen kelembaban di pulau Indonesia.

Pada habitat liar, Komodo pada umumnya merupakan hewan

soliter, kecuali selama musim kawin. Dengan panjang tubuh

mencapai 3 meter menjadikan komodo sebagai spesies reptil

10
terbesar di Dunia. Habitat Komodo hanya terbatas yaitu di

kepulauan Sunda Lesser Rinca, Komodo, Flores dan pulau-

pulau kecil Gili, Montang dan Padar. Padar tidak memiliki

populasi permanen. Total jarak kurang dari 1.000 persegi.

Km. Taman Nasional Komodo terdiri dari semua pulau di

kawasan itu kecuali Flores.

Menurut Auffenberg (1981), biawak besar komodo ( Varanus

komodoensis) sangat menyukai habitat savana. Savana

(padang rumput dengan penyebaran pohon-pohon yang

jarang) ditemukan di daerah tropis dengan curah hujan

1000-1500 mm/tahun mempunyai kondisi musim kering yang

panjang, serta api merupakan bagian penting dari

lingkungannya (Alikodra, 1990). Pada umumnya habitat

komodo memiliki suhu rata-rata harian yang sangat tinggi

dengan musim kemarau yang panjang. Komodo yang tersebar

dibeberapa pulau di Nusa Tenggara Timur hidup pada

keadaan topografi yang berbukit-bukit dengan ketinggian

maksimum 735 mdpl. Susunan vegetasi didominasi oleh

padang savana dengan beberapa tegakan pohon tinggi (Suara

Alam, 1987).

11
Secara umum keadaan habitat komodo pada semua tempat

hampir sama, dengan suhu rata-rata 23-40 0C, kelembaban

berkisar antara 45-75%, dan ketinggian 0-600 mdpl

(Mochtar, 1992). Habitat tersebut memiliki topografi sudut

kemiringan 10-400.

Bab
Ii
12
#1 Sistem Tubuh KOmODO

K
omodo tak memiliki indera pendengaran, meski

memiliki lubang telinga. Biawak ini dapat menonton

hingga sejauh 300 m, namun karena retinanya hanya

memiliki sel kerucut, hewan ini agaknya tak begitu patut

menonton di kegelapan malam. Komodo dapat membedakan

warna namun tidak seberapa dapat membedakan obyek yang

tak bergerak.

Komodo menggunakan lidahnya untuk mendeteksi rasa dan

mencium stimuli, seperti reptil lainnya, dengan

indera vomeronasal memanfaatkan organ Jacobson, suatu

kemahiran yang dapat membantu navigasi pada saat gelap.

Dengan bantuan angin dan kebiasaannya menelengkan

kepalanya ke kanan dan ke kiri ketika berjalan, komodo dapat

13
mendeteksi keberadaan daging bangkai sejauh 4—9.5

kilometer. Lubang hidung komodo bukan adalah alat

penciuman yang patut karena mereka tidak memiliki sekat

rongga badan. Hewan ini tidak memiliki indra perasa di

lidahnya, hanya ada sedikit ujung-ujung saraf perasa di

bagian belakang tenggorokan.

Sisik-sisik komodo, beberapa di selanya diperkeras dengan

tulang, memiliki sensor yang terhubung dengan saraf yang

memfasilitasi rangsang sentuhan. Sisik-sisik di sekitar

telinga, bibir, dagu dan tapak kaki memiliki tiga sensor

rangsangan atau semakin.

Komodo sudah menjalani diasumsikan tuli ketika riset

mendapatkan bahwa bisikan, suara yang meningkat dan

teriakan ternyata tidak mengakibatkan agitasi (gangguan)

pada komodo liar. Hal ini terbantah kemudian ketika

karyawan Kebun Binatang London ZSL, Joan Proctor melatih

biawak untuk ke luar makan dengan suaranya, bahkan juga

ketika dia tidak terlihat oleh si biawak.

14
#2 Ekologi, perilaku dan hidup

K
omodo secara alami hanya ditemui di Indonesia, di

pulau Komodo, Flores dan Rinca dan beberapa pulau

lainnya di Nusa Tenggara. Hidup di padang rumput

kering buka, sabana dan hutan tropis pada ketinggian rendah,

biawak ini menyukai tempat panas dan kering ini. Mereka

aktif pada siang hari, walaupun kadang-kadang aktif juga

pada malam hari. Komodo adalah binatang yang penyendiri,

berkumpul bersama hanya pada saat makan dan mengembang

biak.

Reptil besar ini dapat berlari cepat hingga 20 kilometer per

jam pada jarak yang pendek; berenang dengan sangat patut

dan dapat menyelam sedalam 4.5 meter; serta pintar

memanjat pohon menggunakan cakar mereka yang

kuat. Untuk menangkap mangsa yang berada di luar

15
jangkauannya, komodo dapat berdiri dengan kaki belakangnya

dan menggunakan ekornya sebagai penunjang. Dengan

semakinnya umur, komodo semakin menggunakan cakarnya

sebagai senjata, karena ukuran tubuhnya yang besar

menyulitkannya memanjat pohon.

Untuk tempat berlindung, komodo menggali lubang selebar 1–

3 meter dengan tungkai depan dan cakarnya yang

kuat. Karena besar tubuhnya dan kebiasaan tidur di dalam

lubang, komodo dapat mengamankan panas tubuhnya selama

malam hari dan mengurangi waktu berpanas pada pagi

selanjutnya. Komodo umumnya berburu pada siang hingga

sore hari, tetapi tetap berteduh selama bagian hari yang

terpanas. Tempat-tempat sembunyi komodo ini biasanya

berada di kawasan gumuk atau perbukitan dengan semilir

angin laut, buka dari vegetasi, dan di sana-sini berserak

kotoran hewan yang menempatinya. Tempat ini umumnya juga

adalah lokasi yang strategis untuk menyergap rusa.

16
#3 Perilaku makan

K
omodo adalah hewan karnivora. Walaupun mereka

kebanyakan makan daging bangkai, riset

menunjukkan bahwa mereka juga berburu mangsa

hidup dengan acara mengendap-endap disertai dengan

serangan tiba-tiba terhadap korbannya. Ketika mangsa itu

tiba di tidak jauh tempat sembunyi komodo, hewan ini segera

menyerangnya pada sisi bawah tubuh atau

tenggorokan. Komodo dapat menemukan mangsanya dengan

menggunakan penciumannya yang tajam, yang dapat

menemukan binatang mati atau sekarat pada jarak hingga 9,5

kilometer.

17
Komodo belum tua di Rinca yang makan bangkai kerbau.

Reptil purba ini makan dengan acara mencabik potongan

besar daging dan lalu menelannya bulat-bulat selagi tungkai

depannya menahan tubuh mangsanya. Untuk mangsa

mempunyai ukuran kecil hingga sebesar kambing, dapat jadi

dagingnya diselesaikan sekali telan. Pokok perut mangsa yang

berupa tumbuhan biasanya dibiarkan tak disentuh.

Air liur yang kemerahan dan ke luar dalam jumlah banyak

amat membantu komodo dalam menelan mangsanya. Meski

demikian, ronde menelan tetap memakan waktu yang panjang;

15–20 menit diperlukan untuk menelan seekor kambing.

Komodo kadang-kadang berupaya mempercepat ronde

menelan itu dengan menekankan daging bangkai mangsanya ke

sebatang pohon, agar karkas itu dapat turut melewati

kerongkongannya. Dan kadang-kadang pula upaya menekan itu

begitu keras sehingga pohon itu dijadikan rebah.

Untuk menghindari agar tak tercekik ketika menelan, komodo

bernapas menempuh sebuah arus kecil di bawah lidah, yang

berkenaan berlanjut dengan paru-parunya. Rahangnya yang

dapat dikembangkan dengan leluasa, tengkoraknya yang

lentur, dan lambungnya yang dapat melar luar biasa

18
memungkinkan komodo menyantap mangsa yang besar, hingga

sebesar 80% bobot tubuhnya sendiri dalam satu kali makan.

Setelah makan, komodo berjalan menyeret tubuhnya yang

kekenyangan berupaya menemukan sinar matahari untuk

berpanas dan mempercepat ronde pencernaan. Jikalau tidak,

pangan itu dapat membusuk dalam perutnya dan meracuni

tubuhnya sendiri. Disebabkan metabolismenya yang lamban,

komodo besar dapat bertahan dengan hanya makan 12 kali

setahun atau perkiraan sekali sebulan.

Setelah daging mangsanya tercerna, komodo memuntahkan

sisa-sisa tanduk, rambut dan gigi mangsanya, dalam

gumpalan-gumpalan bercampur dengan lendir berbau busuk,

gumpalan mana dikenal sebagai gastric pellet. Setelah itu

komodo menyapukan wajahnya ke tanah atau ke semak-semak

untuk membersihkan sisa-sisa lendir yang sedang menempel,

perilaku yang menimbulkan dugaan bahwa komodo,

sebagaimana halnya manusia, tidak menyukai bau ludahnya

sendiri

Dalam kumpulan, komodo yang mempunyai ukuran paling besar

biasanya makan semakin dahulu, disertai yang mempunyai

ukuran semakin kecil meneladani hirarki. Jantan terbesar

19
menunjukkan dominansinya menempuh bahasa tubuh dan

desisannya; yang disambut dengan bahasa yang sama oleh

jantan-jantan lain yang semakin kecil untuk memperlihatkan

pengakuannya atas kekuasaan itu. Komodo-komodo yang

mempunyai ukuran sama barangkali akan berkelahi mengadu

kekuatan, dengan acara semacam gulat biawak, hingga salah

satunya mengaku kalah dan mundur; meskipun kadang yang

kalah dapat terbunuh dalam perkelahian dan dimangsa oleh si

pemenang.

Mangsa biawak komodo amat bervariasi, mencakup

aneka avertebrata, reptil lain (termasuk pula komodo yang

bertubuh semakin kecil), burung dan

telurnya, mamalia kecil, monyet, babihutan, kambing, rusa, ku

da, dan kerbau. Komodo belum tua memangsa serangga,

telur, cecak, dan mamalia kecil. Kadang-kadang komodo juga

memangsa manusia dan mayat yang digali dari lubang makam

yang dangkal. Kebiasaan ini menyebabkan penduduk pulau

Komodo menghindari tanah berpasir dan menentukan

mengubur jenazah di tanah liat, serta menutupi atasnya

dengan batu-batu agar tak dapat digali komodo.

20
Ada pula yang menduga bahwa komodo berevolusi untuk

memangsa gajah kerdil Stegodon yang sudah menjalani hidup

di Flores. Komodo juga sudah menjalani teramati ketika

mengejutkan dan menakuti rusa-rusa betina yang tengah

hamil, dengan ekspektasi agar keguguran dan bangkai

janinnya dapat dimangsa, suatu perilaku yang juga didapati

pada predator besar di Afrika.

Karena tak memiliki sekat rongga badan, komodo tak dapat

menghirup air atau menjilati air untuk minum

(seperti kucing). Alih-alih, komodo ‘mencedok’ air dengan

seluruh mulutnya, lalu membawa ke atas kepalanya agar air

mengalir turut ke perutnya.

21
#4 REPRODUKSI

M
usim kawin terjadi sela bulan Mei dan Agustus,

dan telur komodo diletakkan pada bulan

September.  Selama periode ini, komodo jantan

bertempur untuk mempertahankan betina dan teritorinya

dengan acara "bergulat" dengan jantan lainnya sambil berdiri

di atas kaki belakangnya. Komodo yang kalah akan terjatuh

dan "terkunci" ke tanah. Kedua komodo jantan itu dapat

muntah atau buang air besar ketika bersiap untuk

bertempur.

Pemenang pertarungan akan menjentikkan lidah panjangnya

pada tubuh si betina untuk menonton penerimaan sang

betina. Komodo betina bersifat antagonis dan melawan

dengan gigi dan cakar mereka selama awal fase berpasangan.

Selanjutnya, jantan harus sepenuhnya mengendalikan betina

selama bersetubuh agar tidak terluka. Perilaku lain yang

diperlihatkan selama ronde ini adalah jantan menggosokkan

22
dagu mereka pada si betina, garukan keras di atas punggung

dan menjilat. Kopulasi terjadi ketika jantan memasukan salah

satu hemipenisnya ke kloaka betina. Komodo dapat

bersifat monogamus dan membentuk wujud "pasangan," suatu

sifat yang langka untuk kadal. Betina akan meletakkan

telurnya di lubang tanah, mengorek tebing bukit atau

gundukan sarang burung gosong berkaki-jingga yang telah

dilepaskan. Komodo semakin suka menyimpan telur-telurnya

di sarang yang telah dilepaskan. Sebuah sarang komodo rata-

rata berisi 20 telur yang akan menetas setelah 7–8 bulan.

Betina berbaring di atas telur-telur itu untuk mengerami dan

mengamankannya sampai menetas di sekitar bulan April, pada

akhir musim hujan ketika terdapat sangat banyak serangga.

Ronde penetasan adalah usaha melelahkan untuk anak

komodo, yang ke luar dari cangkang telur setelah

menyobeknya dengan gigi telur yang akan tanggal setelah

pekerjaan berat ini beres. Setelah berhasil menyobek kulit

telur, bayi komodo dapat berbaring di cangkang telur mereka

untuk beberapa jam sebelum memulai menggali ke luar sarang

mereka. Ketika menetas, bayi-bayi ini tak seberapa berdaya

dan dapat dimangsa oleh predator.

23
Komodo belum tua menghabiskan tahun-tahun pertamanya di

atas pohon, tempat mereka relatif aman dari predator,

termasuk dari komodo dewasa yang kanibal, yang sekitar 10%

dari pangannya adalah biawak-biawak belum tua yang berhasil

diburu. Komodo membutuhkan tiga sampai lima tahun untuk

dijadikan dewasa, dan dapat hidup semakin dari 50 tahun.

Di samping ronde reproduksi yang normal, terdapat beberapa

contoh kasus komodo betina membentuk anak tanpa ada

pejantan (partenogenesis), fenomena yang juga diketahui

muncul pada beberapa spesies reptil lainnya seperti

pada Cnemidophorus.

24
#5 PERILAKU DAN AKTIVITAS

A
ktivitas komodo tergantung terhadap keadaan

lingkungan terutama kenaikan suhu lingkungan.

Pada malam hari komodo lebih senang tinggal di

dalam liang/lubang atau goa yang relatif suhunya lebih

hangat dibandingkan di padang rumput terbuka (Auffenberg,

1981). Komodo mulai aktif keluar dari tempat persembunyian

pukul 06.45 dan kembali sekitar pukul 18.15.

Pada waktu kecil komodo merupakan satwa yang

mempunyai kemampuan memanjat pohon. Hal ini berkaitan

dengan usaha beradaptasi untuk mempertahankan hidupnya

yang digunakan untuk memangsa jenis-jenis binatang seperti

belalang, tokek, dan cecak. Menurut Mohtar (1992),

memanjat pohon merupakan usaha untuk melindungi diri,

karena sifat komodo yang kanibal. Komodo mampu berpindah

tempat dari satu pohon ke pohon lainnya dengan merayap.

Perilaku arboreal itu terutama untuk beristirahat dan

mencari mangsa seperti tokek, cecak, telur burung,

25
serangga, tikus atau untuk menghindari sergapan kanibalisme

dan pemangsaan komodo lain serta predator lain, antara lain

musang dan burung (Mulyana dan Ridwan, 1992).

Komodo yang sudah besar mulai turun dari pohon ke

tanah dan meninggalkan cara hidup di atas pohon. Tetapi,

komodo juga tidak kehilangan kemampuannya untuk

memanjat pohon dan mampu mengejar mangsanya yang naik

ke pohon.. Posisi berbaring dengan kepala dan perutnya

diletakkan di atas tanah

Pohon dan semak-semak dijadikan sebagai tempat untuk

beristirahat bagi komodo karena mampu memberikan

keteduhan. Terkadang kepalanya selalu diangkat-angkat ke

atas. Komodo mulai merendamkan dirinya dalam air pada saat

siang hari bahkan mampu berenang-renang sambil menjulur-

julurkan lidahnya.

Komodo memiliki kemampuan indera penciuman yang tajam

sehingga mampu mencium mangsanya dengan jarak yang jauh.

Lidahnya yang selalu dijulur-julurkan dapat mengetahui

keberadaaan mangsanya, manusia dan air dalam jarak yang

cukup jauh. Menurut Mulyana dan Ridwan (1992), komodo

akan melumpuhkan mangsanya dengan terkaman mulut dan

26
cengkraman jari-jarinya serta cabikan dari rahangnya yang

kuat.

Perilaku menyisik merupakan ciri dari aktivitas kawin

komodo. Perilaku ini untuk menarik pasangan kawin yang

dilakukan oleh jantan terhadap betina dengan menjilat-jilat

dan mencium anggota tubuh bagian belakang,

menggaruk/meraba sampai menaiki pasangannya. Mulyana

dan Ridwan (1992), komodo jantan lebih agresif dari betina,

namun terkadang betina juga mengambil inisiatif lebih dulu.

Komodo jantan dapat melakukan kawin lebih banyak dari

betina.

27
BAB
III
28
#1 Peranan komodo

K
omodo merupakan hewan asli Indonesia, hewan

purba dan juga menjadi hewan dilindungi yang

ternyata juga memiliki banyak kegunaan bagi

manusia. Meski air liur komodo mengandung racun karena

penuh akan bakteri yang mematikan, akan tetapi ada

beberapa manfaat hewan komodo yang bisa digunakan

manusia.

1. Melawan Penyakit MRSA

Darh dari hewan komodo ternyata memiliki khasiat untuk

melawan penyakit superbug seperti MRSA. MRSA yang

merupakan singkatan dari Methicillin Resistant

Staphylococcus Aureus adalah salah satu jenis penyakit

berat yang bisa menyebabkan infeksi. Ada sekitar ribuan

orang yang meninggal dunia akibat MRSA setiap tahun dan

sampel darah komodo yang digunakan sebagai bahan utama

obat RDGN-1 dipercaya bisa menyembuhkan banyak penyakit

berat. Para ilmuwan percaya jika darah komodo bisa melawan

29
penyakit yang terjadi pada manusia dari mulai membersihkan

luka sampai saluran jantung.

2. Membunuh Bakteri dan Menyembuhkan Luka

Dalam darah komodo mengandung peptida yang berguna

untuk membunuh bakteri sekaligus mempercepat proses

penyembuhan luka. Peptida sendiri merupakan molekul yang

terbentuk dari 1 sampai 50 asam amino dan jika lebih maka

molekul tersebut akan berubah menjadi protein. Ketika ada

dalam tubuh manusia, maka peptida tersebut akan bertindak

sebagai antibiotik sehingga bisa digunakan untuk pengobatan.

3. Meningkatkan Kekebalan Tubuh

Dari sebuah studi yang dipublikasikan Journal of Proteome

dikatakan jika dalam darah komodo mengandung beberapa

zat yang bisa dimanfaatkan manusia untuk

meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk mencegah

serangan virus dan juga infeksi karena kandungan anti

mikroba dalam darah komodo. Dalam penelitian, empat

peptida yang terkandung dalam darah komodo berpotensi

menjadi penangkal antibiofilm yakni ketika bakteri yang

berkumpul dalam tubuh akan membuat tubuh manusia kebal

30
terhadap antibiotik. Untuk itu, darah komodo menjadi salah

satu alternatif yang bisa digunakan untuk meningkatkan daya

tahan tubuh manusia.

4. Mengontrol Bangkai

Komodo menjadi salah satu jenis reptil yang memiliki gaya

hidup malas dan akan menyerang manga dengan cepat untuk

menaklukan mangsa tersebut. Bagi setiap reptil termasuk

komodo, bangkai hewan yang sudah membusuk disebut

dengan carrion merupakan makanan yang mudah untuk

dikonsumsi. Untuk itulah hewan reptil seperti komodo

memiliki peran lain untuk membersihkan bangkai hewan di

lingkungan sekitarnya agar bisa tetap bersih.

5. Mengontrol Hewan Pengerat dan Serangga

Komodo juga memegang peran penting dalam mengendalikan

hewan pengerat dan juga serangga seperti manfaat hewan

bagi manusia lainnya. Populasi komodo nantinya bisa

dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk mengurangi jumlah

serangga dan juga hewan pengerat seperti tikus yang

merupakan hama bagi tanaman.

31
6. Obat Anti Pembekuan Darah

Dari hasil analisa berbagai spesies kadal termasuk juga

komodo, para ilmuwan dari Macau, Australia, Hong Kong,

Inggris dan Amerika dalam University Queensland

mengungkapkan jika bisa komodo yang selama ini paling

ditakuti karena mengandung bakteri yang mematikan

ternyata bisa tersebut juga dikembangkan sebagai obat anti

pembekuan darah yang dikenal dalam istilah kedokteran

sebagai antiblood clots dimana penemuan tersebut sudah

dipublikasikan di the Journal Toxins. Pembekuan darah

sendiri bisa menyebabkan berbagai penyakit berbahaya mulai

dari stroke, serangan jantung, solusi kanker dan masih

banyak lagi yang bisa berujung kematian bagi penderita. Bisa

komodo tersebut ternyata memiliki mekanisme kerja obat

yang serupa dengan pengencer darah.

7. Membasmi Hama

Keberadaan komodo juga bisa memberikan keuntungan bagi

masyarakat yang hidup di sekitarnya. Komodo merupakan

predator alami yang bisa memangsa banyak hama pada

32
perkebunan di area sekitar seperti salah satunya adalah

tikus. Tikus yang sangat mengganggu dan sulit diberantas

nantinya bisa berkurang sebab komodo akan membantu

mengurangi populasi hama dengan cara memakan hama

seperti tikus tersebut.

33
#2 KLASIFIKASI KOMODo
Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub-Phylum : Craniata

Class : Reptilia

Sub-Class : Lepidosauria

Ordo : Squamata

Sub-Ordo : Sauria

Infra Ordo : Varanomorpha

Family : Varanidae

Genus : Varanus

Spesies : Varanus komodoensis

Surahya (1989) menyatakan suatu kedudukan baru bagi komodo


dalam

suatu taksonomi sebagai


berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub-Phylum : Craniata

Class : Reptilia

Ordo : Squamata

Family : Mosasauridae

Genus : Mosasaurus

Spesies : Mosasaurus komodoensis

34
Menurut PPA (1979) umur komodo dapat ditentukan
berdasarkan

ukurannya sebagai berikut :

: Panjang badan total (dari ujung kepala


1. Komodo Muda sampai

ujung ekor) kurang dari 1 m. Warna


kulit

coklat muda kegelapan dengan diselingi


garis-

garis merah muda dan kuning.

: Panjang badan total antara 1–2 m. Warna


2. Komodo Dewasa kulit

coklat agak tua dan garis-garis badan


sudah

mulai kabur bahkan sudah hampir hilang.

: Panjang badan total lebih dari 2 m.


3. Komodo Tua Warna kulit

coklat tua-kelabu sampai hampir


kehitam-

hitaman.

dari ukuran kepala, ukuran tubuh, ukuran kaki, dan

penampilan. Menurut Kartono (1994), komodo

betina memiliki bentuk kelapa yang agak lonjong,

kepala berukuran relatif kecil, penampilan muka

35
lebih jelek dan kaki kecil. Komodo jantan memiliki

ukuran kepala lebih besar, bentuk kepala agak

bulat, penampilan muka gagah, kaki lebih keluar

dan besar serta ukuran tubuh lebih besar.

#3 Lokasi penyebaran

36
K
omodo merupakan salah satu satwa endemik

Indonesia yang tersebar di P. Komodo, P. Rinca,

P. Gilimotang, P. Padar, dan P. Flores bagian

barat. Penyebaran di P. Flores bagian barat mulai dari

Labuan Bajo sampai Nangalili dan di bagian Pantai Utara

mulai dari Dampek sampai sebelah barat Riung (Aufenberg,

1981). Sutedja (1983) menyatakan bahwa penyebaran

komodo bukan hanya di P. Komodo, P. Rinca , P. Gilimotang, P.

Padar, Labuan Bajo, Nangalili serta Dampek sampai sebelah

barat Riung, tetapi lebih ke timur menyusuri pantai utara P.

Flores sampai ke sekitar Tanjung Watumanuk.

Komodo dapat ditemukan di P. Komodo dan pulau-pulau

sekitarnya serta tersebar pula di daratan P. Flores, yaitu di

bagian barat dan pantai utara Kabupaten Ngada dan

Kabupaten Ende. Sampai saat ini belum lagi ditemukan

sebaran komodo di P. Flores yang lebih ke arah timur dari

Tanjung Watumanuk (Mochtar, 1992). Bari (1988)

menyatakan sebaran komodo ternyata lebih luas dari yang

diketahui selama ini, sehingga diperlukan penyempurnaan

peta penyebarannya.

37
Menurut Kartono (1994), berdasarkan wawancara

dengan para petugas di pos jaga Loh Liang (P. Komodo),

bahwa penyebaran komodo terdapat di lembah-lembah yang

banyak ditumbuhi oleh pepohonan, sering di puncak-puncak

bukit yang terdapat pohon, dan jarang di lereng bukit.

Komodo banyak ditemukan di lembah-lembah sebelah barat

G. Ara dan G. Satalibo (P. Komodo), sedangkan di P. Flores

komodo ditemukan dalam jumlah kecil di padang rumput

sebelah utara G. Nampar (Auffenberg, 1981).

Gambar 1. Penyebaran komodo, 5 jenis mamalia besar, dan 2 jenis burung di TNK

(Sumber : RPTN Komodo 2000)

#4 POPULASI

38
P
opulasi komodo diperkirakan mencapai 7213 individu

(Auffenberg, 1981) di seluruh daerah

penyebarannya. Sastrawan (1970) dalam PPA (1979)

memperkirakan jumlah populasi komodo mencapai 5500

individu di Suaka Margasatwa Komodo dengan kepadatannya

10 ind/mil2 atau 3,9 ind/km2. Suaka Margasatwa Pulau

Komodo yang terdapat 2001 individu dengan komposisi umur

antara lain komodo muda 941 individu, dewasa 780 individu,

dan tua 280 individu atau dengan perbandingan muda :

dewasa : tua yaitu 47 : 39 : 14 (PPA, 1979).

Pada tahun 1971, komodo diketahui hidup di lima pulau bagian

selatan Indonesia antara lain Komodo, Padar, Rinca,

Gilimotang dan Flores. Daerah ini merupakan daerah

terkering di Indonesia. Pulau Komodo memiliki curah hujan

hanya sebesar 650 mm/tahun (Ciofi dalam Monk et al,

2000). Diperkirakan terdapat sekitar 7213 individu komodo

di P. Komodo, dengan kepadatan maksimum 17 ind/km 2 dan

6,4 ind/km2 di P. Padar (Aufenberg, 1981). PHKA (2000)

memperkirakan terdapat sekitar 2045 individu komodo di

dalam TNK pada tahun 1998.

39
DAFTAR PUSTAKA

Auffenberg, Walter (1981). The Behavioral Ecology of the Komodo


Monitor. Gainesville: University Presses of Florida. ISBN 0-8130-
0621-X. 

40
King, Dennis & Green, Brian. 1999. Goannas: The Biology of Varanid
Lizards. University of New South Wales Press. ISBN 0-86840-456-X

Komodo2016.http://biologitopibiru.blogspot.com/2016/02/komodo.htm
l (akses 06 Juli 2020).

Richard L. Lutz, Judy Marie Lutz,. Komodo, the Living Dragon: The


Living Dragon. Salem, Or: DiMI Press. ISBN 0-931625-27-0. 

Peranan komodo. Redaksi manfaat. 2020.


https://manfaat.co.id/manfaat-hewan-komodo. Diakses Pada Tanggal
07 Juli 2020

Primack, R.B., J. Supriatna, J. Indrawan, dan P. Kramadibrata. (1998).


Biologi Konservasi. Jakarta: Penerbit

W. Douglas Burden,. Dragon Lizards of Komodo: An Expedition to the


Lost World of the Dutch East Indies. Kessinger Publishing. ISBN 0-
7661-6579-5.

GLOSARIUM

Fosil sisa-sisa atau bukti kehidupan yang terjadi waktu


geologi sebelumnya atau yang dikenal dengan pada
masa  purba. Pada dasarnya semua fosil yang telah

41
ditemukan telah memberi petunjuk tentang dunia
masa lalu atau lampau.

Habitat sekeliling populasi suatu spesies yang memengaruhi


dan dimanfaatkan oleh spesies tersebut. Menurut
Clements dan Shelford (1939), habitat adalah
lingkungan fisik yang ada di sekitar suatu spesies,
atau populasi spesies, atau kelompok spesies,
atau komunitas

Hutan Primer Hutan yang telah mencapai umur lanjut dan ciri
struktural tertentu yang sesuai dengan
kematangannya; serta dengan demikian memiliki sifat-
sifat ekologis yang unik

Hutan Sekunder. Hutan yang tumbuh dan berkembang secara alami


sesudah terjadi kerusakan/perubahan pada hutan
yang pertama. Hutan sekunder merupakan fase
pertumbuhan hutan dari keadaan tapak gundul, karena
alam ataupun antropogen, sampai menjadi klimaks
kembali. 

Isolasi Pemisahan suatu hal dari hal lain atau usaha untuk
memencilkan manusia dari manusia lain; pengasingan;
pe-mencilan; pengucilan;

Pangidae Takson Primata yang usang yang


mengandung gorila , simpanse ,dan orangutan . Mereka
kadang-kadang disebut "kera besar". 

Primata Bangsa mamalia yang meliputi kera, monyet, dan juga


manusia

42
Populasi  kumpulan individu sejenis yang berada pada wilayah
tertentu dan pada waktu yang tertentu pula

Rawa Gambut Tanah basah yang berisi gambut, sisa


material tanaman mati, sering kali lumut, dan dalam
sebagian besar kasus, lumut sfagnum.

Spesies  suatu takson yang dipakai dalam taksonomi untuk


menunjuk pada satu atau beberapa
kelompok individu (populasi) yang serupa dan dapat
saling membuahi satu sama lain di dalam kelompoknya
(saling membagi gen) namun tidak dapat dengan
anggota kelompok yang lain.

SOAL

1. Berasal dri manakah Komodo ?


2. apakah populasi Komodo berkurang ?

43
3. mengapa populasi Komodo berkurang ?
4. Apa peranan Komodo?
5. Bagaimanakah cara pelestarian Komodo?

Riwayat Penulis

44
Fachru rozy aswin lahir di Kota Medan pada tanggal 13 agustus 1999 , alamat
saya di Jl marelan raya pasar 3 barat .menyelesaikan pendidikan dasar di Sd
swasta nurfadhillah Pada tahun 2011 kemudian menyelesaikan pendidikan
sekolah menengah pertama di Smp swasta budi agung Pada tahun 2010,
selanjutnya menyelesaikan pendidikan sekolah menengah kejuruan di Smk
dharma analitika Pada tahun 2017 dengan mengambil jurusan analis kesehatan
dan sekarang sedang menjalankan pendidikan strata -1 pada jurusan biologi di
Universitas islam negri sumatera utara .mempunyai hobi Camping dan memiliki
cita cita menjadi pengusaha yg selalu berusaha .

45

Anda mungkin juga menyukai