Anda di halaman 1dari 9

Nama / NIM : Nurrrani Larasati / F1D316019 Kelompok : 2 (Dua)

Pertemuan Ke :7
Judul Praktikum : Beda Tinggi Lapangan menggunakan Theodolit
Hari / Tanggal : senin,16 oktober 2017
Tempat : Fakultas Kehutanan
Asisten Praktikum : 1. Riza Ibnu Mubarok (F1D213032)
2. Angella Wahyuni (F1D115003)
3. Sukirman (F1D215005)
4. Andreas Tambunan (F1D215025)

Prinsip Teori
Bola bumi pada hakikatnya mendekati bentuk ellipsoida putar, sehingga untuk
pengukuran pada permukaan bumi haruslah dipergunakan metode pengukuran pada
bidang ellipsoida.  Jadi pengukuran di atas permukaan bumi dan proses perhitungannya
pun akan lebih sukar dibandingkan dengan pengukuran yang dilakukan pada bidang
datar. Pengukuran yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan bentuk lengkungan
bumi disebut dengan geodesi, sedangkan pengukuran yang dilaksanakan tanpa
mempertimbangkan bentuk lengkungan bumi disebut ukur tanah datar.
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara
pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relative
atau absolute titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam
memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penetuan posisi relative suatu daerah.
            Pengukuran beda tinggi antara dua titik di atas permukaan tanah merupakan
bagian yang sangat penting dalam Ilmu Ukur Tanah. Beda tinggi ini biasa ditentukan
dengan berbagai macam sipat datar.Waterpas (Levelling) adalah suatu alat untuk
mengukur dalam menentukan beda tinggi dari sejumlah titik atau pengukuran perbedaan
elevasi. Perbedaan yang di maksud adalah perbedaan tinggi di atas air laut kesuatu titik
tertentu sepanjang garis vertikal (Sosrodarsono,1991: 38-39).
Untuk menentukan ketinggian suatu titik di permukaan bumi tidak selalu tidak
selalu harus selalu mengukur beda tinggi dari muka laut (MSL), namun dapat dilakukan
dengan titik-titik tetap yang sudah ada disekitar lokasi oengukuran. Titik-titik tersebut
umumnya telah diketahui ketinggiannya maupun kordinatnya (X,Y,Z) yang
disebut Banch Mark (BM). Banch mark merupakan suatu tanda yang jelas (mudah
ditemukan) dan kokoh dipermukaan bumi yang berbentuk tugu atau patok beton
sehingga terlindung dari faktor-faktor pengrusakan.
Manfaat penting lainnya dari pengukuran Levelling ini adalah untuk kepentingan
proyek-proyek yang berhubungan dengan pekerjaan tanah (Earth Work) misalnya untuk
menghitung volume galian dan timbunan. Untuk itu dikenal adanya pengukuran sipat
datar profil memanjang (Long section) dan sipat datar profil melintang (Cross section).
Dalam melakukan pengukuran sipat datar dikenal adanya tingkat-tingkat ketelitian
sesuai dengan tujuan proyek yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan pada setiap
pengukuran akan selalu terdapat kesalah-kesalahan. Fungsi tingkat-tingkat ketelitan
tersebut adalah batas toleransi kesalahan pengukuran yang diperbolehkakan. Untuk itu
perlu diantisipasi kesalah tersebut agar di dapat suatu hasil pengukuran untuk memenuhi
batasan toleransi yang telah ditetapkan (Wongsotjitro,1989).

Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari dilaksanakan praktikum ini yaitu:
1. Mahasiswa dapat mengukur beda tinggi muka tanah dan jarak di antara dua titik
atau lebih.
2. Melatih kemampuan mahasiswa untuk mengolah data lapangan dari alat sifat
datar untuk gambar profil lapangan.

Pelaksanaan Praktikum
 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu kompas biasa, Theodolite,
rambu ukur, dan pita ukur.
1. Theodolit
Berfungsi untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut
tegak
a. Bagian atas
-Pesawat digunakan untuk mengukur ketinggian atau jarak dari suatu
benda.
-Nifo tabung digunakan untuk melihat gelembung udara.
-Teropong digunakan untuk membidik atau mengamat benda atau target
yang jauh agar kelihatan dekat dan jelas.
-Lingkaran vertical diguanakan untuk piringan dari metal atau kaca
tempat skala lingkaran berputar.
-Sumbu mendatar diguanakan untuk sumbu pemutar teropong.
-Klem teropong digunakan untuk mematikan gerakan teropong.
b. Bagian tengah
-Kaki penyangga digunakan untuk membantu menstabilkan alat atau
untuk mendirikan alat.
-Piringan lingkaran digunakan untuk sebagai tempat skala lingkaran.
-Klem digunakan untuk mematikan gerakan sumbu.
c. Bagian bawah
-Statif digunakan untuk menjawa pesawat thedolite.
-Untung-untung digunakan untuk mengukur koordinat.
2. Rambu ukur
Berfungsi sebagai alat untuk mengukur atau target yang di ukur
3. Pita ukur
Berfungsi untuk mengukur jarak atau panjang
4. Kompas biasa
Berfungsi sebagai penunjuk arah mata angin berdasarkan prinsip gaya magnet
bumi
Prosedur Kerja
1. Menetukan lokasi lapangan yang akan diukur beda tinggi muka tanah dan
jaraknya. Lokasi yang kita ambil adalah beda tinggi antara Gerbang belakang
kampus dengan Kantin pojok kiri.
2. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
3. Memasang rambu/baak yang digunakan sebagai standar perhitungan beda tinggi
muka tanah.
4. Mengarahkan pesawat theodolit terhadap baak. Pertama, meletakkan threefoot
secara seimbang karena digunakan sebagai landasan pesawat. Kemudian
memasang pesawat theodolit, hal yang perlu diperhatikan di sini ialah gelembung
pada nivo kotak.
5. Gelembung tersebut diusahakan berada di tengah lingkaran nivo kotak. Caranya,
kita mengubah sekrup penyetel ke kanan dan kiri untuk menengahkan
gelembung.
6. Melihat baak melalui lensa okuler pada pesawat. Jika belum terlihat jelas kita
bisa mengotak-atik sekrup diafragma untuk pengaturan cahaya.
7. Setelah dirasa jelas, kita mengunci pesawat untuk menghindari pergereakan
pesawat yang dapat mengubah hasil perhitungan.
8. Membaca benang atas, tengah, dan bawah pada baak, dan mencatat hasil akhir.
9. Mengukur beda tinggi muka tanah berdasarkan dua titik (antara gerbang dengan
kantin pojok kiri)
10. Mengukur panjang dari arah threefoot tengah ke titik yang ditentukan. Kemudian
merapikan alat yang digunakan.
Hasil dan Pembahasan
Hasil

Hasil Pengukuran Perhitungan


Pembacaan Rambu Beda
Jarak Tinggi Keterangan
Stasiun (Benang Tengah) tinggi
h
Belakang (h) Muka (m) Belakang Muka h=b-m
A 8 50
1,16 1,305 -0,145
1 13 10 49,855
0,46 0,87 -0,41
2 8 16 49,445
0,69 1,15 -0,46
3 8 10 48,985
0,68 0,53 0,15
4 14 9 49,155
0,5 0,32 0,18
5 49,315
∑ 3,49 m 4,175 m 51 m 61 m -0,685 296,745

∆h AB = ∑B - ∑m = 3,49-4,175 = -0,685 Faktor Koreksi

∆h = 1/n x (-0,685-(49,135-50)
hB = ha + ∆haB = 50+(-0,655) = 49,315
= 1/5 x (0)

=0

 Pengukuran (1 titik A-B)


Belakang depan Sudut αAB
BA = 12 BA = 13,35 Panjang dan jarak meteran
BB = 11,2 BB = 12,55 A 11 11 B
BT = 11,6 BT= 13,05 304˚ 125˚
dAB meteran 22 m
 Pengukuran (2 titik B-C)
Belakang depan Sudut αBC
BA = 5,3 BA = 9,5 Panjang dan jarak meteran
BB = 4 BB = 7,9 A 15 15 B
BT = 4,6 BT= 8,7 310˚ 129˚
dBC meteran 30 m
 Pengukuran (3 titik C-D)
Belakang depan Sudut αCD
BA = 7,3 BA = 12 Panjang dan jarak meteran
BB = 6,5 BB = 11 A 10 10 B
BT = 6,9 BT= 8,7 305˚ 123˚
dCD meteran 20 m
 Pengukuran (1 titik D-E)
Belakang depan Sudut αD-E
BA = 7,2 BA = 5,75 Panjang dan jarak meteran
BB = 6,5 BB = 4,85 A 10 m 10 m B
BT = 6,8 BT= 5,3 399˚ 124˚
dDE meteran 20 m
 Pengukuran (5 titik E-F)
Belakang depan Sudut αEF
BA = 5,7 BA = 4 Panjang dan jarak meteran
BB = 4,3 BB = 2,4 A 17 m 17 m B
BT = 5 BT= 3,2 298˚ 117˚
dEF meteran 34 m
jarak mendatar
(A-B) Beda tinggi
(BAA-BBA)X10 = (12-17,2)X10 = 8 m (AB)
(BAB-BBB)X10 = (13,55-12,55) X 10 = 10 m BL-OP = 11,6-13,05=-1,45
dAB = 2 + 10 m = 18 m

(B-C)
(BAB-BBB)X10 = (5,3-4)X10 = 13 m (BC)
(BAC-BBC)X10 = (9,5-7,8) X 10 = 16 m BL-OP = 4,6-8,7=-4,1
dAB = 13 + 16 m = 29 m

(C-D)
(BAC-BBC)X10 = (7,3-6,5)X10 = 8 m (CD)
(BAD-BBD)X10 = (12-11) X 10 = 10 m BL-OP = 6,9-11,4 =-4,61
dAB = 8 + 10 m = 18 m

(D-E)
(BAD-BBD)X10 = (7,2-6,4)X10 = 8 m (CD)
(BAE-BBE)X10 = (5,75-4,85) X 10 = 9 m BL-OP = 6,8-5,3 = 1,5
dAB = 8 + 9 m = 17 m

(E-F)
(BAE-BBE)X10 = (5,7-4,3)X10 = 14 m (DE)
(BAF-BBF)X10 = (4-2,4) X 10 = 16 m BL-OP = 5-3,2 = 1,8
dAB = 14 + 16 m = 30 m

Pembahasan

Pada praktikum tanggal 16 oktober 2017 dilaksanakan di fakultas kehutanan


praktikum menggunakan alat theodolit, pita ukur,kompas biasa dan rambu u

Kesimpulan
1. Mengukur kemiringan tanah dan jarak menggunakan theodolit dengan
menggunakan 10 titik atau canel yang dimana diukur dari depan dan
belakang A atau B
2. Menggelolah data dengan menggunakan rumus
∆h AB = ∑B - ∑m = 3,49-4,175 = -0,685
hB = ha + ∆haB = 50+(-0,655) = 49,315

Saran
Untuk praktikum selanjutnya diharapkan praktikum lebih tertib dan lebih
memahami apa yang telah dipaparkan mengenai alat-alat yang digunakan, agar dapat
menggunakan alat dengan benar.
Daftar Pustaka

Sosrodarsono.  Suyono.  1991.  Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan. Jakarta:


PT Pradnya Paramita.  
Wongsotjitro, Soetomo.  1989.  Ilmu ukur tanah. Jakarta : Kanisius. 

Anda mungkin juga menyukai