Anda di halaman 1dari 11

Anggota Kelompok : 1.

Muhammad Abyan Raflipasya -1706024873

2. Ryan Sulistian - 1706070330

3. Natahally Febiola - 1706070532

4. M. Raihan Fadli - 1706021511

5. Daniel - 1706070394

Kelompok : B8

Hari/Tanggal Praktikum : Jum’at, 23 November 2018

Judul Praktikum : 09 – Mengukur Jarak antara Dua Titik dengan Menghitung


Sudut Horizontal

Nama Asisten : Radhitya Abiyoga

Tanggal Pengumpulan : Paraf :

A. TUJUAN
Untuk menentukan besarnya jarak antara dua titik (AB) dengan mengukur sudut
horizontal.
B. DASAR TEORI

Dalam proses pengukuran sudut pada surveying terdapat dua jenis sudut yaitu sudut
vertikal dan sudut horizontal. Sudut tegak (vertikal) ialah sudut yang dibentuk pada
bidang tegak oleh garis bidik dengan garis tegak atau oleh garis bidik dan garis mendatar
(m), sedangkan sudut mendatar atau ialah sudut yang dibentuk oleh dua garis bidik
dibidang mendatar atau (Wongsotjitro, 1964). Pada surveying, pengukuran pada sudut
secara vertikal biasanya digunakan untuk mengetahui ketinggian dari suatu benda
maupun perbedaan tinggi. Sedangkan sudut horizontal digunakan untuk mengetahui jarak
antara dua titik pada bidang horizontal (mendatar). Besaran sudut horizontal dapat
ditentukan dari selisih pembacaan dengan skala lingkaran yang terdapat pada arah yang
berbeda, baik secara horizontal maupun secara vertikal.

Untuk mengukur jarak antar dua titik dengan menggunakan sudut horizontal biasa
dibutuhkan beberapa titik bantu untuk membentuk suatu segitiga atau poligon tertutup.
Hal ini dilakukan karena perhitungan jarak secara horizontal tersebut biasanya didapatkan
dengan menggunakan rumus sinus dan juga cosinus pada suatu segitiga.

1. Aturan Sinus Segitiga

Gambar 1. Aturan Sinus Segitiga

2. Aturan Cosinus

Gambar 2. Aturan Cosinus Segitiga

C. DATA PRAKTIKUM
̊ ABD
AB= 167 ̊ 55 ʹ 50 ʺ
AD= 99 ̊ 01 ʹ 40 ʺ
̊ DBA
DB= 186 ̊ 14 ʹ 00 ʺ
DA= 230 ̊ 27 ʹ 40 ʺ
̊ DBC
DB= 154 ̊ 44 ʹ 45 ʺ
DC= 194 ̊ 53 ʹ 30 ʺ
̊ CBD
CB= 262 ̊ 45 ʹ 20 ʺ
CD= 12 ̊ 45 ʹ 42 ʺ
̊ DCA
DC= 145 ̊ 45 ʹ 35 ʺ
DA= 230 ̊ 04 ʹ 20 ʺ
̊ ACB
AC= 124 ̊ 24 ʹ 30 ʺ
AB= 168 ̊ 24 ʹ 50 ʺ
̊ BCD
BC= 89 ̊ 19 ʹ 20 ʺ
BD= 66 ̊ 59 ʹ 00 ʺ

D. PENGOLAHAN DATA

No Sudut Besar Sudut


1 ABD 68 ̊ 54 ʹ 10 ʺ
2 DBA 44 ̊ 13 ʹ 40 ʺ
3 DBC 40 ̊ 8 ʹ 45 ʺ
4 CBD 69 ̊ 24 ʹ 30 ʺ

Tabel 1. Besar Sudut

No Sudut Besar Sudut


1 ABD 56 ̊ 33 ʹ 55 ʺ
2 DBC 54 ̊ 46 ʹ 38 ʺ

Tabel 2. Besar Sudut

̊ DCB= ̊ DCA + ̊ ACB


̊ DCB= 84 ̊ 18 ʹ 45 ʺ + 44 ̊ 0 ʹ 20 ʺ
̊ DCB= 128 ̊ 19 ʹ 5 ʺ

a b
= Sin °CDB = 0,627351916
sin °CDB sin ° DBC
8,31 m 8,61 m
= °CDB = 38,9°
sin °CDB 0,65

d b
=
sin ° DCB sin ° DBC

d 8,61
= d = 10,47 m
0,79 0,65

x d x 10,47 m
= =
sin ° DBA sin° DCB 0,7 0,79

X = 9,28 m
E. ANALISIS
Analisis Percobaan

Praktikum ini memiliki judul “Determining Distance between Two Inaccessible


Points by Measuring Horizontal Angle” atau “Menentukan Jarak antara Dua Titik
dengan Menghitung Sudut Horizontal”. Tujuan dari praktikum ini adalah mencari jarak
atau bentang dari titik A ke titik D dengan cara memanfaatkan sudut horizontal yang
telah diukur dan diketahui.

Sebelum memulai praktikum, hal pertama yang harus dilakukan adalah


menyiapkan segala alat dan bahan yang diperlukan. Alat dan bahan yang digunakan
untuk praktikum kali ini adalah satu buah theodolite, satu buah tripod, empat buah
patok, satu buah meteran. Theodolite digunakan sebagai alat untuk mengukur sudut
horizontal yang diperlukan. Tripod berfungsi sebagai kaki untuk theodolite berdiri
tegak di lapangan, melengkapi perangkat pada pengukuran. Meteran digunakan untuk
mengukur jarak antara dua titik sesuai prosedur praktikum. Patok digunakan untuk
menandakan titik yang akan diukur. Bedanya adalah patok digunakan untuk
menandakan titik secara permanen/tidak berpindah-pindah. Setelah selesai menyiapkan
alat dan bahan, selanjutnya adalah menempatkan semua alat dan bahan tersebut di
lapangan. Tripod ditancapkan ke tanah hingga tripod berdiri kokoh, lalu memasang
theodolite di atasnya secara kencang. Kemudian, menentukan empat titik yang akan
ditinjau. Kemudian, letakkan theodolite di titik A. Atur waterpass di theodolite
sehingga theodolite sama rata dengan tanah. Lalu, atur sudut vertikal theodolite
menjadi 90̊.

Kemudian, lihat ke titik D dan putar theodolite hingga melihat leveling staff. Lalu
catat sudut horizontal yang didapat. Setelah itu, lihat ke titik B dan catat sudut
horizontal yang didapatkan. Sudut horizontal yang terbaca kemudian dicatat sebagai
sudut ABD. Pemutaran theodolite boleh searah maupun berlawanan jarum jam asalkan
arah pemutarannya konsisten tiap rangkain pengukurannya. Lalu, pindahkan theodolite
ke titik D. Kemudian, lihat ke titik A dan putar theodolite hingga melihat leveling staff.
Lalu catat sudut horizontal yang didapat. Setelah itu, lihat ke titik B dan catat sudut
horizontal yang didapatkan. Sudut horizontal yang terbaca kemudian dicatat sebagai
sudut DBA. Kemudian, lihat ke titik B dan putar theodolite hingga melihat leveling
staff. Lalu catat sudut horizontal yang didapat. Setelah itu, lihat ke titik C dan catat
sudut horizontal yang didapatkan. Sudut horizontal yang terbaca kemudian dicatat
sebagai sudut DBC. Setelah itu pindahkan theodolite ke titik C. Kemudian, lihat ke
titik D dan putar theodolite hingga melihat leveling staff. Lalu catat sudut horizontal
yang didapat. Setelah itu, lihat ke titik B dan catat sudut horizontal yang didapatkan.
Sudut horizontal yang terbaca kemudian dicatat sebagai sudut CBD. Lalu,pindahkan
theodolite ke titik D lagi. Kemudian, lihat ke titik C dan putar theodolite hingga
melihat leveling staff. Lalu catat sudut horizontal yang didapat. Setelah itu, lihat ke
titik A dan catat sudut horizontal yang didapatkan. Sudut horizontal yang terbaca
kemudian dicatat sebagai sudut DCA. Selanjutnya pindahkan theodolite ke titik A.
Kemudian, lihat ke titik C dan putar theodolite hingga melihat leveling staff. Lalu catat
sudut horizontal yang didapat. Setelah itu, lihat ke titik B dan catat sudut horizontal
yang didapatkan. Sudut horizontal yang terbaca kemudian dicatat sebagai sudut ACB.
Lalu, pindahkan theodolite ke titik B lagi. Kemudian, lihat ke titik C dan putar
theodolite hingga melihat leveling staff. Lalu catat sudut horizontal yang didapat.
Setelah itu, lihat ke titik D dan catat sudut horizontal yang didapatkan. Sudut horizontal
yang terbaca kemudian dicatat sebagai sudut BCD dan ini merupakan sudut terakhir
yang dicari.
Labotarium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Analisis Hasil
Hal yang harus diperhatikan sebelum memulai menghitung luas daerah segi
lima tersebut,praktikan harus merata-ratakan hasil jarak pada percobaan satu
dengan percobaan kedua. Jarak AB 6,07 m , BC 10,65 m , CD 14,8 m , DE
9,80 m , EA 14,59 m , AC 15,865 , AD 21,185 m. Setelah itu, bentuk segi
lima tersebut dibagi menjadi 3 segitiga. Segitiga tersebut adalah segitiga
ABC,segitiga ACD, dan segitiga ADE. Setiap segitiga dihitung luasnya
dengan menggunakan rumus:
A=√ S (S−a)(S−b)( S−c )
Sebelum menggunakan rumus tersebut,tentukan nilai S dengan cara:
a+b+ c
S=
2

. Luas segitiga ABC adalah 19,707 m2. Luas segitiga ACD adalah 117,273m2.
Luas segitiga ADE adalah 62,366 m2. Setelah mendapatkan tiga luas segitiga,
tambahkan ketiga luas segitiga tersebut agar menjadi luas segi lima ABCDE.
Luas segi lima ABCDE adalah 199,346 m 2.

Analisis Kesalahan
Dalam melakukan praktikum Pengukuran Luas dengan Metode Triangulasi
Berantai,terdapat beberapa kesalahan yang terjadi dalam praktikum. Beberapa
kesalahan yang terjadi dalam praktikum ini adalah:
1. Saat membaca alat ukur,praktikan kurang teliti dalam membaca skala nya.
2. Praktikan menarik alat ukur terlalu kencang,sehingga alat ukur meregang
dan bertambah panjang.
3. Alat ukur antar pasak tidak lurus atau miring.

Selain menggunakan perhitungan matematika,luas segi lima ABCDE juga


dicari menggunakan aplikasi AutoCad. Hasil dari luas segi lima ABCDE yang
didapat dari AutoCad akan dibandingkan dengan hasil luas segi lima ABCDE
Labotarium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

yang didapat dari perhitungan matematika. Kesalahan relatif dapat diperoleh


dengan menggunakan rumus :

199,063−199,207
% Error = x 100 % = 0,072 %
199,207

Kesalahan relatif yang didapat sangat kecil,berarti pengukuran yang dilakukan


akurat dan terjadi hanya sedikit kesalahan.

F. APLIKASI
Aplikasi dari pengukuran luas daerah menggunakan triangulasi berantai bisa
untuk mengukur luas tanah,mengukur luas lahan dalam bentuk yang banyak
segi nya,sehingga bisa dijadikan beberapa segitiga dan ditambahkan luas
setiap segitiganya agar mendapatkan luas daerah. Metode ini sangat berguna
untuk menghitung luas daerah dengan cepat.

G. KESIMPULAN
 Penghitungan luas menggunakan metode triangulasi berantai yaitu
menggunakan rumus :
A = √ S (S−a)(S−b)( S−c )
 Luas dari segi lima ABCDE adalah 199,346 m2
a+b+ c
 Menghitung S dengan cara : S =
2

H. REFERENSI
Laboratorium Survey dan Pemetaan. (2017). Surveying Lab Manual. Depok:
Departemen Teknik Sipil Universitas Indonesia
Labotarium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

I. LAMPIRAN

Gambar 1.1 Sedang menulis ukuran

Gambar 1.2 Foto Praktikan


Labotarium Survey dan Pemetaan
Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 1.3 Sedang mengatur posisi untuk melakukan praktikum

Sumber : Dokumen Penulis (2016)

Anda mungkin juga menyukai