Anda di halaman 1dari 15

UJI POTENSI EKSTRAK DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix) SEBAGAI PENGUSIR

(Repellent) NYAMUK Culex sp. DENGAN METODE GELANG PENOLAK

M. Thoriq Affandi

Abstrak

Affandi, M. Thoriq 2013. Uji Efektifitas Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix) Sebagai
Pengusir (repellent) terhadap Nyamuk Culex sp. Dengan Metode Gelang Penolak.
Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Dosen Pembimbing : (1) dr.
Aswin D. Baskoro, MS, Sp.ParK. (2) Dr. dr. Nurdiana, Mkes

Nyamuk Culex sp. merupakan vektor biologis penyakit Filariasis, Chikungunya, dan
Japanese encephalitis. Usaha pencegahan penularan penyakit yang diperantarai nyamuk
Culex sp dapat dengan menggunakan repellent, salah satunya adalah ekstrak daun jeruk
purut. Kandungan aktif ekstrak daun jeruk purut adalah Minyak atsiri (Volatile oil). Minyak
atsiri dalam daun jeruk purut antara lain sitronela, sitronelol, dan lemonene. Dilakukan
penelitian untuk mengetahui potensi ekstrak daun jeruk purut sebagai repellent Culex sp
dengan DEET sebagai pembanding. Rancangan penelitian yang digunakan adalah post test
only control group design. Penelitian ini menggunakan sampel nyamuk Culex sp betina,
menggunakan 2 kandang yang memiliki lubang penghubung, diposisikan sedemikian hingga
nyamuk harus melewati gelang bila ingin makan, dengan jumlah nyamuk 10 ekor tiap
kandang. Digunakan 3 konsentrasi, ekstrak daun jeruk purut 50%, 55%, dan 60%, dengan
lama perlakuan 6 jam, diamati pada jam ke 0, 1, 2, 4, dan 6. Hasil dari penelitian, tidak
terdapat perbedaan signifikan potensi tiap perlakuan pada jam ke 0 (Uji Kruskall-Wallis, α >
0.05), dan pada jam ke 1, 2, 4, dan 6 ada perbedaan signifikan. DEET dan ekstrak 60%
memiliki potensi yang setara sebagai repellent (Uji Mann-Whitney, p > 0.05). Kesimpulan
dari penelitian ini gelang penolak yang mengandung ekstrak daun jeruk purut mempunyai
potensi sebagai repellent terhadap nyamuk Culex sp. Pengurangan konsentrasi ekstrak dan
bertambahnya waktu akan mengurangi potensi repellent. Disarankan ada penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui efek samping yang ditimbulkan serta cara ekstraksi zat aktif yang
lebih ekonomis.

Kata kunci : Repellent, Daun Jeruk purut (Citrus hystrix), Culex sp., Gelang penolak
Abstract

Affandi, M. Thoriq. 2010. Potential Testing Of Kaffir Lime Leaf (Citrus hystrix.) as an
Repellent towards Culex sp. With Bracelet Method. Final Assignment, Faculty
of Medicine Brawijaya University. Supervisors : (1) dr. Aswin D. Baskoro, MS,
Sp.ParK. (2) Dr. dr. Nurdiana, Mkes.

Culex Sp. is biological vectors of Filariasis, Chikungunya, and Japanese


Encephalitis. Effort to prevent Culex’s mosquito born disease could done by repellent,
one of them uses kaffir lime (Citrus hystrix) extract. Active ingredients in Citrus hystrix
those works as repellent is Volatile oil. Volatile oils in the lime leaves, among others
citronellal, citronellol, and lemonene. The purpose of this experiment was to find the
potency of Citrus hystrix as Culex sp repellent with DEET as comparator. This
experiment use post test only control group design method. This experiment use 2
cages with hole connector and 100 female mosquitoes in the one cage, positioned
such that the mosquitoes have to pass bracelets if them want to eat. The concentration
tried were 50%, 55%, and 60% with time of treatment 6 hours, watched at the 0, 1st,
2nd, 4th, and 6th hours. The results of the study, there were no significant differences in
the potential of each treatment at the 0 hour (Kruskall-Wallis Test, α > 0.05), and at the
1st, 2nd, 4th, and 6th hours were significant differences. DEET and 60% extract have
equal potential as repellent (Mann-Whitney Test, p > 0.05). The conclusion of this
study repellent bracelet containing kaffir lime leaf extract has potential as repellent
against the mosquito Culex sp. Reduction of concentration of the extract, and
increased time would reduce the potential repellent. Further research is recommended
to determine the side effects and how to extract the active substance more economical.

Keywords : Repellent, Citrus hystrix, Culex sp., bracelet

Latar Belakang 2000, tercatat sebanyak 1.553 desa


Culex sp. telah banyak dikenal sebagai daerah endemis. Desa
masyarakat dan disebut sebagai Gondanglegi Kulon yang terletak di
transmitter terjadinya filariasis atau kaki wilayah Kabupaten Malang merupakan
1
gajah (Irfan, 2006). Di Indonesia salah satu desa dengan kasus
penyakit filariasis atau kaki gajah masih elephantiasis tertinggi di Jawa Timur
menjadi masalah kesehatan (Huda, 2002).2
masyarakat yang perlu mendapat Di samping sebagai vektor
perhatian terutama di daerah pedesaan biologis filariasis, Culex sp. ternyata
dan daerah kumuh di perkotaan. juga dapat berperan sebagai vektor
Diperkirakan 20 juta penduduk biologis Chikungunya, Japanese B
Indonesia tinggal di daerah endemis Encephalitis, St. Louis Encephalitis,
filariasis, bahkan saat ini jumlah kasus Western Equine Encephalomyelitis, dan
filariasis meningkat dan penduduk yang California Encephalomyelitis (Irfan,
tinggal di daerah endemis filariasis juga 2006). 3
meningkat. Di Indonesia pada tahun
Chikungunya kembali menjadi Berdasarkan uraian di atas,
kejadian luar biasa (KLB) pada awal sangat dibutuhkan pencarian dan
2001 setelah vakum hampir 20 tahun. pengembangan bahan baru yang aman
Di Jawa Timur, jumlah warga yang dan ramah lingkungan, harganya
mengalami gejala klinis yang mengarah murah, dan sangat poten. Berbagai
pada Chikungunya sejak Desember macam tumbuhan yang mudah
2002 lalu hingga Februari 2003 ditemukan oleh masyarakat dapat
setidaknya mencapai 450 orang digunakan sebagai repellent alami
4
(Suharsono, 2005). misalnya daun jeruk purut. Daun Jeruk
Pengendalian nyamuk purut (Citrus hystrix) telah lama dikenal
memegang peranan penting dalam masyarakat luas sebagai penyedap
upaya penanggulangan mosquito borne dalam masakan, pembuatan kue atau
diseases. Pengendalian ini bertujuan dibuat manisan. Daun jeruk purut
untuk memutuskan siklus hidup berkhasiat sebagai stimulan dan
nyamuk. Biasanya pengendalian penyegar. Daun jeruk purut
dilakukan secara kimiawi yaitu dengan mengandung minyak atsiri, flavonoid,
menggunakan insektisida atau repellent saponin dan tanin. Kandungan minyak
(Perich, 2000).5 atsiri dalam daun jeruk purut ini diduga
Salah satu jenis repellent yang kuat memiliki efek sebagai repellent
paling dikenal masyarakat adalah khususnya terhadap nyamuk Culex sp.
Diethyltoluamide atau DEET. Sejak Penelitian ini bertujuan untuk
penemuannya DEET dikenal sebagai Mengetahui potensi ekstrak daun jeruk
repellent yang murah dan cukup efektif, purut (Citrus hystrix) sebagai repellent
namun penggunaanya mulai dikurangi terhadap nyamuk Culex sp. dan
dan dibatasi karena bersifat korosif, mengetahui bahwa peningkatan
apabila zat ini disimpan dalam wadah konsentrasi ekstrak daun jeruk purut
plastik PVC atau besi maka dalam (Citrus hystrix) dapat meningkatkan
hitungan minggu akan mengikis potensi repellent terhadap nyamuk
lapisannya (Budiman, 2006).6 Oleh Culex sp.
karena itu untuk mengatasi masalah
tersebut diperlukan adanya repellent
yang berasal dari bahan alami.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan dengan rancangan true experimental-
penelitian eksperimental laboratoris post test only control group design yang
bertujuan untuk mengetahui dan direndam di aquades), kelompok
membandingkan efek beberapa pembanding kontrol positif (diberi
konsentrasi ekstrak daun jeruk purut DEET), serta ekstrak 50%, 55%, dan
(Citrus hystrix.) sebagai repellent 60%. Konsentrasi ekstrak ditentukan
terhadap nyamuk Culex sp dengan dengan cara melakukan studi
menggunakan kontrol positif DEET. pendahuluan.
Populasi penelitian ini adalah Masing-masing kelompok
larva nyamuk Culex sp. yang ekstrak mewakili 1 dosis
memenuhi kriteria inklusi dan kriteria (konsentrasi) ekstrak dengan jumlah
eksklusi. anggota sampel yang sama dengan
Kriteria inklusi penelitian ini lama waktu pengamatan selama 6
adalah semua nyamuk Culex sp jam. Masing-masing konsentrasi
betina yang hidup, dan aktif diulang sebanyak 4 kali dengan
bergerak. larutan stok yang sama.
Sedangkan kriteria eksklusi Adapun perlakuan yang
adalah semua nyamuk Culex sp. diberikan adalah membagi sampel
yang tidak termasuk kriteria inklusi dalam 5 kelompok perlakuan
dan mati selama penelitian. Sampel sebagai berikut :
yang diambil adalah sejumlah larva Perlakuan ini meliputi yaitu :
Culex sp hidup yang memenuhi Perlakuan I / Kontrol negatif :
kriteria inklusi serta telah diseleksi Digantungkan gelang penolak
dari tempat penangkaran nyamuk. yang telah direndam di aquades.
Setiap kelompok perlakuan Perlakuan II / Pembanding :
menggunakan 2 kandang yang Digantungkan gelang penolak
saling berhubungan. Di lubang yang telah direndam dalam DEET.
penghubung kedua kandang Perlakuan III / Ekstrak 50% :
digantungkan gelang yang telah Digantungkan gelang penolak
direndam zat penolak. Zat penarik yang telah direndam di larutan
(atraktan) nyamuk berupa cawan ekstrak 50% selama 6 jam.
kecil berisi air gula 10%, ditaruh Perlakuan IV / ekstrak 55% :
sedemikian hingga nyamuk harus Digantungkan gelang penolak
melewati gelang penolak nyamuk. yang telah direndam di larutan
Sampel dibagi menjadi 5 kelompok ekstrak 55% selama 6 jam.
perlakuan, yakni kelompok kontrol Perlakuan V / Ekstrak 60% :
negatif (gelang penolak hanya Digantungkan gelang penolak
yang telah direndam di larutan  Aquades
ekstrak 60% selama 6 jam.  Kertas saring
Alat untuk pembuatan ekstrak Bahan untuk perkembangan nyamuk
 Alat penggerus / blender dewasa
 Tabung untuk merendam bubuk  Larutan gula sebagai zat
kering daun jeruk makanan untuk nyamuk dewasa
 Satu set alat evaporasi Bahan untuk menguji kemampuan
 Klem statis zat penolak
 Selang plastik  Larutan gula 20%
 Water bath  Ekstrak daun jeruk purut 50%,
 Water pump 55%, 60%
 Bak penampung aquades  Zat pembanding (DEET)
 Botol penampung hasil ekstraksi Identifikasi variabel penelitian
 Timbangan Variabel bebas : Dosis pemberian
 Gelas ukur ekstrak daun jeruk purut
 Tabung erlenmeyer Variabel tergantung : Jumlah
Alat untuk perkembangan nyamuk nyamuk Culex yang memasuki
2 sangkar nyamuk yang kandang berisi zat penarik
saling berhubungan, berbentuk (atraktan).
persegi (kubus) dengan ukuran Definisi Operasional
masing-masing 30 x 30 x 30 cm, Ekstrak daun jeruk adalah
sisi-sisinya terbuat dari plastik hasil evaporasi dari ekstraksi daun
berbingkai kayu. jeruk purut yang telah dikeringkan
Alat untuk menguji kemampuan zat dengan menggunakan ethanol.
penolak Repellent suatu bahan yang
 Sangkar berisi nyamuk dewasa digunakan untuk mengusir nyamuk.
betina Kotak nyamuk dua buah kotak
 Cawan kecil yang masing-masing berbentuk
 Gelang penolak nyamuk kubus (ukuran 30cm x 30cm x
 Stopwatch 30cm) yang ditutupi plastik pada
 Senter seluruh permukaannya, bagian
Bahan untuk membuat ekstrak daun samping dibuat lubang untuk
jeruk purut tempat memasukkan nyamuk,
 Daun jeruk purut kering lubang tersebut ditutupi kain untuk
 Etanol sebagai pelarut mencegah nyamuk keluar dari
kandang, memiliki lubang 3. 3-4 jam sebelum gelang
penghubung dengan kandang lain. penolak siap, makanan nyamuk
Larutan gula 20% campuran di kandang sebelah kanan
20 gram gula yang dilarutkan dalam diambil untuk mempuasakan
100 cc air, berfungsi sebagai nyamuk.
makanan dan penarik nyamuk 4. Ketika gelang penolak siap,
Cara membuat gelang penolak gelang digantungkan di mulut
Gelang penolak dibuat dari lubang penghubung kandang
kain lap baru yang berdaya serap kiri, makanan nyamuk ditaruh di
tinggi. Kain tersebut dipotong sisi terjauh dari lubang
dengan ukuran 1 cm x 10 cm. penghubung kandang kiri,
Kemudian kedua ujungnya dijahit lubang penghubung dibuka.
sehingga membentuk gelang 5. Menghitung jumlah nyamuk
dengan garis tengah lebih kecil yang masuk kandang sebelah
daripada lubang penghubung kiri setiap jam dan dimasukkan
kandang. Tiap perlakuan datanya ke dalam tabel.
menggunakan gelang baru. Gelang 6. Persentase daya penolak rata-
tersebut kemudian direndam dalam rata untuk masing-masing
larutan yang akan diuji selama 6 persentase konsentrasi dihitung
jam: menggunakan rumus yang telah
Langkah-langkah yang dilakukan dalam ada.
penelitian ini dijelaskan sebagai berikut
nc - r
x 100%
: nc
1. Sebelum digunakan untuk Keterangan :
percobaan, nyamuk-nyamuk nc = jumlah nyamuk
dimasukkan di kandang sebelah pada kandang kiri kontrol
kanan dan diberi makan, lubang negatif
penghubung kanan-kiri ditutup r = jumlah nyamuk
plastik. pada kandang kiri perlakuan
2. Membuat gelang penolak, dan 2-5
merendamnya dalam cawan Keampuhan calon zat penolak
kecil yang berisi larutan yang dapat dinilai secara relatif terhadap
diujikan, cawan tersebut ditutup DEET.
rapat selama 6 jam. 7. Membandingkan keampuhan
daya menolak nyamuk antara
pembanding dengan ekstrak 2. Jika tidak memenuhi syarat,
daun jeruk purut dengan maka diupayakan untuk
melakukan penilaian secara melakukan transformasi data
relatif. supaya sebaran menjadi normal
Pengolahan dan analisis data dan varian menjadi sama.
Pengolahan dan analisis data 3. Jika hasil transformasi tidak
dibuat berdasarkan perhitungan berdistribusi secara normal atau
jumlah nyamuk Culex sp yang varian tetap tidak sama, maka
memasuki kandang kiri (melewati alternatif dipilih uji Kruskall-
gelang) untuk tiap-tiap konsentrasi Wallis.
(ekstrak daun jeruk purut) setelah 4. Jika pada uji anova atau
pengamatan 6 jam. Kruskall-Wallis menghasilkan
Analisis data dilakukan nilai P<0,05, maka dilanjutkan
dengan SPSS 17.0 dengan uji One- dengan melakukan uji Post hoc
way ANOVA, Uji One-way ANOVA pada uji anova atau dengan uji
bertujuan untuk mengetahui Mann-Whitney bila
perbedaan jumlah nyamuk Culex sp menggunakan uji Kruskall-
di kandang kiri dari dua kelompok Wallis.(Dahlan, 2004).7
atau lebih. Pada uji one-way ANOVA 5. Dilakukan uji korelasi untuk
memiliki beberapa syarat yaitu : menentukan hubungan variabel
1. Syarat anova untuk lebih dari 2 konsentrasi zat repellent dan
kelompok tidak berpasangan waktu percobaan dengan
harus terpenuhi yaitu sebaran potensi penolakan repellent.
data harus normal, varian data
harus sama.

Hasil Penelitian
Tabel Rerata Jumlah Nyamuk Culex Yang Melewati Gelang Penolak dan
Potensi Penolakan Gelang
Waktu Kontrol + /
Kontrol negatif Ekstrak 60% Ekstrak 55% Ekstrak 50%
(Jam DEET
ke-) Mean Potensi Mean Potensi Mean Potensi Mean Potensi Mean Potensi
0 1 0 100% 0 100% 0,25 75,00% 0,5 50,00%
Dianggap
1 1,75 0 100% 0 100% 0,75 57,14% 1,25 28,57%
0%
2 2,5 0 100% 0 100% 1,25 50,00% 2 20,00%
4 4,25 0 100% 0,25 94,18% 2,25 47,06% 3,5 17,65%
6 5,5 0,25 95,45% 0,75 86,36% 3 45,45% 4,75 13,64%
Keterangan :
Perlakuan 1 / Kontrol negatif : gelang penolak direndam dalam aquades
Perlakuan 2 / Pembanding / (K+) : gelang penolak direndam dalam DEET/Autan
Perlakuan 3 / Ekstrak 60% : gelang penolak direndam dalam ekstrak 60%
Perlakuan 4 / Ekstrak 55% : gelang penolak direndam dalam ekstrak 55%
Perlakuan 5 / Ekstrak 50% : gelang penolak direndam dalam ekstrak 50%
Dari tabel dapat diketahui Sebelum melakukan analisis
bahwa ekstrak daun jeruk purut data potensi ekstrak daun jeruk
konsentrasi 50% mempunyai potensi purut (Citrus hystrix.) yang
sebagai repellent paling rendah digunakan sebagai repellent
daripada ekstrak daun jeruk purut terhadap nyamuk Culex sp. dengan
konsentrasi 60% dan 55% sehingga menggunakan uji statistik, maka
kurang efektif untuk digunakan diperlukan pengujian atas beberapa
sebagai repellent. asumsi data, yaitu normalitas data
Tabel di atas memberikan dan asumsi homogenitas ragam
gambaran bahwa perbedaan (Varian) data yang akan dianalisa.
perlakuan memberikan pengaruh a. Normalitas Data
berbeda terhadap jumlah nyamuk Berdasar pengujian
Culex sp yang melintasi gelang normalitas data dengan
penolak. Pada tiap-tiap pengulangan menggunakan Uji Kolmogorov-
tampak bahwa pada perlakuan Smirnov, terlihat bahwa data
ketiga (ekstrak 60%) hanya di jam variabel yang akan diuji, yaitu data
ke-0, 1, dan 2 saja tidak ada nyamuk potensi repellent dari ekstrak daun
yang hinggap. jeruk purut (Citrus hystrix) terhadap
Analisis Data nyamuk Culex sp. dewasa dari hasil
Hasil penelitian dianalisis penelitian menunjukkan hasil nilai
dengan software SPSS release 17, signifikansi sebesar 0.240 yang lebih
dan output hasil analisis dapat dilihat besar dari alpha 0.05, begitu pula
pada lembar lampiran. Adapun dengan rerata didapatkan
penjelasan dari hasil pengujian signifikansi yang lebih besar dari
dapat dibahas sebagai berikut. alpha 0.05 (sebesar 0.229).
Uji Asumsi Data Sehingga Ho diterima dan dapat
disimpulkan bahwa data variabel
tersebut menyebar mengikuti diperoleh. Dimana H0 adalah tidak
sebaran normal. Dengan demikian adanya perbedaan antara perlakuan
asumsi kenormalan distribusi data yang diuji. H1 adalah adanya
telah terpenuhi. perbedaan antara perlakuan yang
diuji. H0 diterima bila nilai
b. Homogenitas Ragam Data signifikansi > 0,05 dan H1 diterima
Untuk mendeteksi ada bila nilai signifikansi < 0,05. Dari
tidaknya heterogenitas ragam tabel uji Kruskal-Wallis, potensi pada
dilakukan menggunakan uji jam ke 0 didapatkan nilai signifikansi
kesamaan ragam yaitu uji Levene lebih besar dari 0,05, sedangkan
(Levene test homogeneity of potensi pada jam ke 1, 2, 4, dan 6
8
variances). Hasil pengujian hasil didapatkan nilai signifikansi yang
pengujian statistik menggunakan uji lebih kecil dari 0,05 (lampiran). Maka
levene pada potensi penolakan berarti pada jam ke-0, belum
gelang didapatkan signifikansi terdapat perbedaan perlakuan
sebesar 0.077 dan lebih besar dari antara 4 perlakuan yang diuji.
alpha 0.05, namun pada pengujian Perbedaan baru terdapat pada jam
rerata nyamuk yang melewati gelang ke-1, 2, 4, dan 6.
penolak didapatkan signifikansi Uji Mann-Whitney
sebesar 0.001 (lebih kecil dari alpha Untuk mengetahui kelompok
0.05). Sehingga didapati bahwa data perlakuan mana yang mengalami
tidak homogen, terutama pada data perbedaan pada jam ke 1, 2, 4, dan
rerata nyamuk. 6, maka harus dilakukan analisis
Karena data tidak bisa post hoc. Alat untuk melakukan
ditransformasi agar menjadi analisis post hoc untuk uji Kruskal-
homogen variannya, uji statistik Wallis adalah dengan uji Mann-
berikutnya yang dilakukan adalah uji Whitney.
non parametrik Kruskal-Wallis. Jadi Langkah selanjutnya adalah
fungsi Kruskal-Wallis yaitu untuk mengolah data menggunakan
mengetahui perbedaan di antara metode Mann-Whitney. Jika angka
sampel. p-value < 0,05, maka dapat
Uji Kruskal-Wallis disimpulkan bahwa terdapat
Berdasarkan uji Kruskal- perbedaan yang signifikan diantara
Wallis (lampiran), hipotesis perlakuan yang diuji tersebut, bila
ditentukan dari nilai signifikasi yang nilai p lebih dari 0,05 berarti tidak
ada perbedaan yang signifikan. digunakan dan lama waktu
Dengan metode ini akan dilakukan pengamatan dengan besarnya potensi
pembandingan antara masing- repellent bagi nyamuk Culex sp., maka
masing kelompok yang diuji. digunakan uji korelasi Spearman.
Pengujian Korelasi Koefisien korelasi < 0,5 menunjukkan
Untuk mengetahui besarnya hubungan tersebut lemah, sedangkan
hubungan antara konsentrasi ekstrak koefisien korelasi > 0,5 menunjukkan
daun jeruk purut (Citrus hystrix) yang hubungan tersebut kuat.
Tabel Uji Korelasi variasi konsentrasi ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix)
dan Lama Waktu Pengamatan dengan potensi repelent terhadap nyamuk
Culex sp.

Keterangan R P Kesimpulan
Potensi repellent ekstrak daun
Tidak ada korelasi yang
jeruk purut (Citrus hystrix) -0.245 0.059
signifikan
dengan waktu pengamatan
Potensi repellent ekstrak daun
Ada korelasi yang
jeruk purut (Citrus hystrix) 0.750 0.000
signifikan
dengan konsentrasi ekstrak
Berdasarkan hasil analisis pada korelasi bernilai positif). Artinya
tabel di atas dapat diketahui bahwa peningkatan konsentrasi ekstrak daun
konsentrasi ekstrak daun jeruk purut jeruk purut akan meningkatkan potensi
(r=0.750, p=0.000) mempunyai repellent ekstrak daun jeruk purut
hubungan (korelasi) yang signifikan (Citrus hystrix) dalam gelak penolak.
(p<0.05, Ho ditolak) dengan jumlah Sedangkan lama waktu pengamatan
nyamuk yang menghindari gelang (r=-0.245, p=0.059) mempunyai
penolak yang menunjukkan besarnya hubungan (korelasi) yang tidak
potensi repellent ekstrak daun jeruk signifikan (p>0.05, Ho diterima) dengan
purut (Citrus hystrix), dengan arah jumlah nyamuk yang menghindari
korelasi positif (karena koefisien gelang penolak.
Grafik Rerata Potensi Penolakan berbagai konsentrasi ekstrak dan DEET

Jika diamati dari grafik tersebut, mungkin disebabkan mulai hilangnya


potensi ekstrak daun jeruk purut 55% molekul-molekul yang dapat
dan 50% pada jam ke-0 tidak sebesar menimbulkan bau yang menyengat.
ekstrak 60%. Hal ini mungkin Dari grafik tersebut juga terlihat semua
disebabkan ekstrak daun jeruk purut zat penolak mengalami penurunan
mengalami pengenceran sehingga zat potensi seiring berjalannya waktu,
aktif yang terkandung di dalamnya walaupun dari hasil uji statistik
berkurang. Sedangkan pada ekstrak penurunan potensi tidak terlalu
daun jeruk 60%, antara jam ke-2 dan 4 signifikan.
terlihat grafiknya menurun. Hal ini
Pembahasan
Daun jeruk purut (Citrus hystrix) nerol dan lemonene. Kandungan
yang banyak ditemui di berbagai minyak atsiri terbesar daun jeruk purut
daerah dan biasa digunakan sebagai adalah sitronela, yaitu sekitar 80%,
bumbu masak ternyata dapat diikuti sitronelol sekitar 10%, sisanya
digunakan sebagai repellent nyamuk berupa nerol dan lemonene. Sitronela
alamiah. Tanaman ini mengandung yang biasanya didapatkan dari
minyak atsiri (esteris). Minyak atsiri tanaman serai, telah lama dikenal
daun jeruk purut mengandung senyawa memiliki efektifitas yang tinggi sebagai
alamiah seperti sitronela, sitronelol, penolak nyamuk (Kim et al, 2005).9
Ekstrak mentah dari daun jeruk purut dengan konsentrasi ekstrak 60%,
juga diketahui memiliki efek sitotoksik p=0,186 (p<0,05).
terhadap sel-sel leukemia Partikel bau yang menguap dan
10
(Chueahongthong, et. al, 2011). ditangkap oleh antena nyamuk yaitu
Dari uji potensi ekstrak daun pada sensilia yang mengandung satu
jeruk purut sebagai repellent terhadap atau beberapa bipolar syaraf reseptor
nyamuk Culex sp. dengan metode penciuman atau dikenal sebagai ORNs
gelang penolak didapatkan hasil (Olfactory Receptor Neurons). ORNs
sebagai berikut. Pada jam ke-0, tidak berada di ujung dendrit untuk
ditemukan perbedaan potensi repellent mendeteksi bahan kimia dan di ujung
yang signifikan (p>0.05) antara akson untuk impuls syaraf. Syaraf
kelompok perlakuan. Antara kontrol sensoris ini menghantarkan impuls
positif dengan ekstrak 60% berada kimia dengan membawa informasi
dalam potensi maksimal (100%), penciuman dari perifer ke lobus antena,
artinya tidak didapatkan nyamuk culex yang merupakan tempat penghentian
yang melewati atau mendekati gelang pertama dalam otak. Setelah masuk ke
penolak pada kedua perlakuan ini. Hal dalam sensilium melewati pori kutikula,
ini disebabkan karena kadar minyak molekul bau tersebut melewati cairan
atsiri pada ekstrak 60% yang cukup lymph menuju dendrit. Kebanyakan
tinggi sehingga potensinya hampir molekul bau sangat mudah menguap
sama dengan kontrol positif (DEET). dan relatif hidrofob, maka bau berikatan
Sedangkan minyak atsiri pada ekstrak dengan OBPs (protein ekstraseluler)
50% dan 55% kadarnya kurang, kemudian melewati cairan lymph.
sehingga potensinya kurang besar Selain sebagai pembawa, OBPs juga
dibandingkan ekstrak 60% dan kontrol bekerja melarutkan molekul bau
positif. Ini berarti didapatkan adanya tersebut dan bertindak dalam seleksi
nyamuk Culex sp. yang melewati informasi penciuman. Ketika kompleks
gelang penolak pada perlakuan ini. bau-OBPs sampai di membran dendrit,
Sehingga dapat diambil kesimpulan bau berikatan dengan reseptor
bahwa semakin rendah konsentrasi, transmembran dan ditransfer ke
maka semakin rendah pula potensinya permukaan membran intraseluler.
sebagai repellent. Hingga jam ke-6 Kemudian impuls elektrik tersebut
pengamatan, tidak ditemukan disampaikan ke pusat otak yang lebih
perbedaan yang nyata antara kandang tinggi dan berintegrasi untuk
kontrol positif (DEET) dengan kandang menimbulkan respon tingkah laku yang
tepat, yaitu menjauhi suber bau di ujung dendrit menurun dan tidak
tersebut. terdapat cukup banyak molekul zat aktif
Namun seiring berjalannya untuk membentuk komplek bau-OBP
waktu, terjadi penurunan potensi yang cukup untuk menimbulkan efek
ekstrak daun jeruk purut. Hal ini dapat yang sama dengan jam-jam
dilihat dari besarnya potensi repellent sebelumnya. Jika bau telah hilang,
dari masing-masing konsentrasi ekstrak maka hal ini akan merangsang nyamuk
daun jeruk selama waktu perlakuan yang masih dalam keadaan starvasi
(tabel 5.1). Penurunan potensi ini juga untuk hinggap dan menggigit.
dapat dilihat pada hasil uji korelasi Karena keterbatasan alat yang
Spearman, di mana nilai koefisien digunakan, tidak dapat diketahui
korelasi sebesar -0,245 menunjukkan mekanisme zat aktif dari ekstrak daun
arah korelasi negatif walaupun dengan jeruk. Selain itu juga terdapat beberapa
kekuatan korelasi yang tidak terlalu kelemahan dari penelitian ini, yaitu
kuat. Berarti semakin lama waktu suhu ruangan dan mekanisme
perlakuan, maka semakin rendah penangkapan nyamuk. Suhu ruangan
potensi repellent ekstrak daun jeruk tidak dapat dijaga stabil pada 27oC
pada gelang penolak. Penurunan dalam 6 jam penelitian karena suhu
potensi ekstrak daun jeruk disebabkan ruangan menurun pada malam hari.
karena telah terjadi degradasi zat-zat Sedangkan mekanisme penangkapan
yang terkandung di dalam ekstrak daun nyamuk juga tidak praktis, karena
jeruk, dan menguapnya zat-zat aktif nyamuk harus dibiarkan mengigit
dalam minyak atsiri, sehingga zat aktif manusia untuk memastikan nyamuk
yang membentuk komplek bau-OBP tersebut betina lalu ditangkap satu
pada konsentrasi ini hanya sedikit dan persatu. Selain itu, belum diketahui
otak tidak mengenalinya sebagai efek samping dari penggunaan daun
rangsangan non-atraktant. Jumlah jeruk purut sebagai repellent terhadap
komplek yang berikatan dengan ORN Culex sp.
Kesimpulan
1. Ekstrak daun jeruk purut (Citrus 3. Semakin lama waktu perlakuan,
hystrix) mempunyai potensi maka semakin rendah potensi
sebagai pengusir (repellent) ekstrak daun jeruk purut (Citrus
terhadap nyamuk Culex sp. hystrix) sebagai repellent.
2. Semakin besar konsentrasi ekstrak
daun jeruk, semakin besar pula
potensinya sebagai repellent.

Daftar Pustaka
1. Irfan. 2006. Nyamuk si Pembawa Penyakit, (Online), (http:// www.iptek.net.id
/ind/?ch=infopop&id=298&PHPSESSID=81fbfd139aa8fdad77f6dfe54029e172,
diakses tanggal 14 November 2010).
2. Huda, A.H. 2002. Studi Komunitas Nyamuk Tersangka Vektor Filariasis di
Daerah Endemis Desa Gondanglegi Kulon Malang Jawa Timur, (Online),
(http://www.dinkesjatim.go.id/images/datainfo/200412290918studi%20vektor%2
0filaria.pdf, diakses tanggal 7 November 2010).
3. Irfan. 2006. Nyamuk si Pembawa Penyakit, (Online), (http:// www.iptek.net.id
/ind/?ch=infopop&id=298&PHPSESSID=81fbfd139aa8fdad77f6dfe54029e172,
diakses tanggal 14 November 2010).
4. Soeharsono. 2005. Demam Chikungunya, (Online), (http//infeksi.com.hiv.
articles.php?ing=in&pg=31, diakses tanggal 13 November 2010).
5. Perich, M.J. 2000. Basic of Mosquito-borne Disease and The Mosquito Vectors.
Dept. of Entomology Louisiana State University Ag Center.
6. Budiman, B. 2006. Bahan-bahan korosif. (Online).
(http://www.asiafinest.com/forum/lofiversion/index.php/t55542.html, diakses 8
November 2010)
7. Dahlan, M.S. 2004. Statistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : PT
Arkans. Hal. 90-172.
8. Santoso, S. (2004). SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta:
Penerbit PT. Elexmedia Komputindo.
9. Kim, J.-K., Kang, C.-S., Lee, J.-K., Kim, Y.-R., Han, H.-Y. and Yun, H. K. 2005.
Entomological Research: Evaluation of Repellency Effect of Two Natural Aroma
Mosquito Repellent Compounds, Citronella and Citronellal. (Abstract).
(http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1748-5967.2005.tb00146.x/abstract
diakses 17 Januari 2013).
10. Chueahongthong, F., 2011. Cytotoxic effects of crude kaffir lime (Citrus hystrix)
leaf fractional extracts on leukemic cell lines. Journal of Medicinal Plants
Research 5(14), 3097-3105. (Online). (http://www.academicjournals.org/
jmpr/pdf/pdf2011/18July/Chueahongthong%20et%20al.pdf diakses 23 Januari
2013).

Menyetujui,
Pembimbing

dr. Aswin D. Baskoro, MS., Sp.ParK.


NIK. 130 248 571

Anda mungkin juga menyukai