Anda di halaman 1dari 17

Yekti Pragustin, Dita Ayu Rani Natalia

Redesain Pasar Induk Tipe A Kabupaten Wonosobo

REDESAIN PASAR INDUK TIPE A


KABUPATEN WONOSOBO
Pendekatan Insertion

Yekti Pragustin[1]
Dita Ayu Rani Natalia2]

Abstrak
Program Studi Arsitektur
Wonosobo adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang
Fakultas Sains Dan Teknologi
menjadikan pasar sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya ekonomi.
Universitas Teknologi Yogyakarta
Menurut Pemerintah Kabupaten Wonosobo, pertumbuhan ekonomi suatu
[1] daerah dapat diukur dari banyaknya jumlah pasar, dimana pasar merupakan
ykpragustin@gmail.com
[2] media tempat bertemunya pedagang dan pembeli, sehingga semakin ramai
ditayurani@gmail.com
transaksi yang terjadi berarti semakin tinggi pula potensi sektor
perdagangan. Selain itu pasar menjadi peran penting dalam membentuk
identitas sebuah kota dan keunggulan budaya kota. Perekonomian
Kabupaten Wonosobo dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan
karena Pasar Induk Wonosobo terjadi kebakaran. Kebakaran terjadi pada
tahun 1994, 2004 dan yang terakhir adalah tahun 2014. Sejak kebakaran
tahun 2014, pasar induk Wonosobo menjadi tidak kondusif sehingga
pedagang pasar mengalami kerugian dan beberapa permasalahan baru pun
muncul seperti tempat yang kumuh, parkir sembaragan, dan kemacetan di
sekitar pasar. Akibat dari kebakaran tersebut gedung Pasar Blok Barat
dihancurkan karena terkena dampak yang paling parah dengan kerusakan
hampir keseluruhan, sehingga akan direncanakan pembangunan ulang pada
gedung tersebut.
Jalan keluar dari permasalahan Pasar Induk Wonosobo tersebut
yaitu bangunan blok barat akan dibangun ulang dengan menggunakan
pendekatan Insertion. Pendekatan Insertion adalah pendekatan yang
membangun tanpa merobohkan bangunan eksistingnya sehingga
pendekatan ini sesuai dengan konsep pembangunan pasar induk Wonosobo
yang akan membangun ulang bangunan blok barat sebagai bangunan baru
dan bangunan pasar Blok Timur sebagai pada bangunan eksisting tetap
dipertahankan. Pembangunan ulang atau redesain diharapkan dapat
menciptakan suatu desain baru pasar tradisional dengan pertimbangan
unsur fungsional, keamanan, dan kenyamanan, di dalamnya sehingga dapat
menjadi wadah aktivitas perdagangan untuk pengguna dan meningkatkan
potensi yang ditemukan di Pasar Induk Wonosobo dalam perkembangan
ekonomi daerah.

Kata kunci : redesain, Pasar Induk Wonosobo, insertion

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Wonosobo adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibu kotanya adalah Wonosobo.
Kabupaten Wonosobo terletak di kaki Gunung Sindoro yang berbatasan dengan Kabupaten Temanggung
dan Kabupaten Magelang di sebelah timur, Kabupaten Purworejo di sebelah selatan, Kabupaten Kebumen
dan Kabupaten Banjarnegara di sebelah barat, serta Kabupaten Batang dan Kabupaten Kendal di sebelah
utara. (https://wonosobokab.go.id/, 2014)

Menurut Pemerintah Kabupaten Wonosobo, pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat diukur dari
banyaknya jumlah pasar, dimana pasar merupakan media tempat bertemunya pedagang dan pembeli,
sehingga semakin ramai transaksi yang terjadi berarti semakin tinggi pula potensi sektor perdagangan.
Selain itu pasar menjadi peran penting dalam membentuk identitas sebuah kota dan keunggulan budaya
kota.

JURNAL TeknoSAINS Seri Arsitektur 1


Yekti Pragustin, Dita Ayu Rani Natalia
Redesain Pasar Induk Tipe A Kabupaten Wonosobo

Kabupaten Wonosobo memiliki 9 pasar daerah, salah satunya adalah Pasar Induk Wonosobo yang
terletak di pusat kota. Pasar Induk Wonosobo sudah ada sejak penjajahan Belanda, tahun 1866 terdapat
Pasar di daerah Ledok (Wonosobo). Pada tahun 1970 Bupati Wonosobo membangun kembali pasar
tradisional tersebut, letak pasar yang strategis di pusat kota Wonosobo menyebabkan pasar tersebut ramai
dikunjungi masyarakat Wonosobo baik yang bertempat tinggal di Wonosobo kota maupun di kecamatan
– kecamatan lainnya, pasar tersebut terkenal dengan sebutan “Pasar Wonosobo”. Pada tahun 1985 jumlah
pedagang yang berjualan di Pasar Wonosobo adalah 1.251 pedagang, terdapat 1.105 buah los dan 158
buah kios (Endah, 2016). Pasar induk Wonosobo merupakan pasar tradisional dengan tipe A ditinjau dari
kategori menurut SNI (8512:2015).
Kondisi pasar induk Wonosobo tahun 1994 setelah terjadi kebakaran pasar yang pertama.
Kebakaran terjadi pada tanggal 30 September 1994 sehingga pemerintah Wonosobo membangun kembali
pasar tersebut berjumlah 3 lantai dan berbentuk bangunan modern. Seluruh pedagang yang ada dapat
ditampung di lantai 1 dan lantai 2, sedangkan lantai 3 digunakan untuk pedagang kaki 5 yang semula
berjualan di sekitar pasar. Sejak saat itu pasar mulai di kenal dengan Pasar Induk Wonosobo. Setelah 10
tahun ditempati, pada tanggal 11 Maret 2004 Pasar Induk Wonosobo terbakar, kebakaran terjadi di lantai
1 dan lantai 2, kebakaran tersebut memusnahkan 3.379 buah los, 122 buah kios (Hermato, 2008). Pada
tahun 2014 Pasar Induk Wonosobo terjadi kebakaran yang menyebabkan lumpuhnya kegiatan ekonomi.
Dilansir dari Tabloid Wonsobo tahun 2014, kebakaran pasar terakhir terjadi pada 22 Desember 2014
pukul 02.00 WIB dini hari. Kebakaran tersebut adalah kebakaran yang ke-3 dan yang paling parah dalam
kurun waktu 20 tahun. Kebakaran terjadi karena lemahnya sistem utilitas dengan keamanan yang belum
memenuhi standar serta beberapa area yang terlalu padat khususnya di lantai dasar.Bagian yang terparah
berada di sisi barat lantai dasar.Pada lantai dasar ini merupakan titik ramai dan terpadat pada
bangunan.Sebagian besar kios yang berjualan di lantai ini adalah kios pakaian, gerabah, buah, kelontong
roti, sandal dan lain-lain (Kompas.com 2014).
Sejak kebakaran tahun 2014, pasar induk Wonosobo menjadi tidak kondusif sehingga pedagang
pasar mengalami kerugian dan hanya memiliki pendapatan lebih pada bulan Ramadan. Pasar yang
menjadi aset berharga daerah justru menjadi beban. Hal ini juga merugikan di beberapa sektor khususnya
sektor pariwisata karena Wonosobo merupakan kota transit menuju tempat pariwisata dataran tinggi
Dieng. Pasar induk Wonosobo juga memiliki pengelolaan pasar yang kurang baik dan kebutuhan area
parkir yang berkurang karena terdapat lapak darurat sehingga menyebabkan parkir tidak teratur dan
lingkungan menjadi kumuh.
Pasar Induk Wonosobo mempunyai rencana pembangunan ulang redesain pasar induk Kabupaten
Wonosobo agar bisa mewadahi aktivitas pengguna, meningkatkan kenyamanan dan keamanan pengguna
serta meningkatkan potensi pasar sebagai aset vital daerah dan pusat perkembangan ekonomi regional.
Pembangunan ulang pasar juga sudah tecantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Wonosobo 2016-2021.
Permasalahan lain juga muncul dalam pembangunan kios-kios sementara di sekeliling pasar yang
menimbulkan masalah terhadap pedagang dan masyarakat sekitar. Kios-kios yang dibangun di jalan
menimbulkan masalah baru seperti kemacetan dan masalah kebersihan yang kurang terjaga. Keadaan
seperti ini mengakibatkan kegiatan di dalam pasar menjadi terhambat dan berakibat pada kenyamanan
dan keamanan pedagang, pembeli, pengunjung, dan masyarakat sekitar terganggu (Tabloid Wonosobo
tahun 2014).

1.2 Insertion Sebagai Pendekatan


Pada tanggal 22 Desember 2014 pada pukul 02.00 WIB dini hari pasar induk Wonsobo mengalami
kebakaran. Kebakaran berasal dari blok barat pasar lantai satu yang sebagian besar kios yang berjualan di
lantai ini adalah kios pakaian, gerabah, buah, kelontong roti, sandal dan lain-lain, sehingga berdampak
juga pada lantai satu, dua dan tiga. Akibat dari kebakaran tersebut, bangunan pasar induk di sisi barat
akan di hancurkan dan di bangunan bangunan baru, sedangkan untuk blok timur tetap di pertahankan dan
di renovasi.
Pendekatan Insertion adalah pendekatan yang membangun tanpa merobohkan bangunan
eksistingnya. Pada pasar induk Wonosobo terdapat blok timur dan blok barat yang pada tahun 2014
terjadi kebakaran di area blok barat. Dampak dari kebakaran ini menyebabkan bangunan rusak parah
sehingga pendekatan ini sesuai dengan konsep pembangunan pasar induk Wonosobo yang akan
membangun ulang bangunan blok barat dan pada bangunan eksisting yaitu bangunan blok timur tetap
dipertahankan.

JURNAL TeknoSAINS Seri Arsitektur 2


Yekti Pragustin, Dita Ayu Rani Natalia
Redesain Pasar Induk Tipe A Kabupaten Wonosobo

2. Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian Pasar
Pasar sebagai area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut
sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan
lainnya (Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112 th. 2007). Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika
Serikat pasar adalah suatu tempat pelaksanaan kegiatan usaha perdagangan yang kemudian di arahkan
secara khusus untuk barang dan jasa dari produsen ke konsumen.Berdasarkan pengertian yang disebutkan
di atas definisi pasar adalah suatu tempat untuk melaksanakan proses jual beli barang atau jasa dari
produsen terhadap konsumen dan sebaliknya. Kegiatan tersebut didukung dengan adanya fasilitas-
fasilitas penunjang baik dikelola oleh pemerintah maupun swasta.Menurut Peraturan Presiden RI no. 112
tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern,
Berdasarkan sifatnya, pasar di Indonesia secara umum dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu pasar
tradisional, pusat perbelanjaan, toko, toko modern yang meliputi minimarket, supermarket, department
store, hypermart ataupun grosir yang berbentuk perkulakan. Berdasarkan sistem perdaganganya dibagi
menjadi dua jenis yaitu pasar tradisional dan pasar modern.

2.2 Fungsi Pasar


Seperti yang telah dijelaskan pada pengertian pasar yang telah diuraikan sebelumnya bahwa fungsi pasar
secara makro adalah sebagai tempat yang mewadahi kegiatan manusia berupa jual-beli barang ataupun
jasa. Sedangkan fungsi pasar secara lebih detail adalah sebagai berikut.
a) Pasar sebagai tempat interaksi masyarakat
b) Peran/ fungsi pasar sebegai tempat interaksi masyarakat ini mengandung arti bahwa pasar sebagai
tembat bersosialisasi/ bergaul antar individu maupun antar kelompok sehingga terjadi komunikasi
di antara keduanya.
c) Pasar sebagai suatu sistem produksi
d) Peranan pasar dalam suatu sistem produksi adalah pasar merupakan bagian dari kegiatan maupun
sistem pendukung lainnya dalam usaha menghasilkan suatu barang/jasa.
e) Pasar sebagai bagian dari sistem distribusi
f) Peranan pasar sebagai bagian dari sistem distribusi barang/jasa terlihat dengan jelas. Pasar sangat
berperan dalam sistem pendistribusian barang/jasa baik secara langsung maupun melalui pihak
lain.
g) Pasar sebagai bagian dari sistem konsumsi
h) Peranan pasar sebagai bagian dari sistem konsumsi barang/jasa tidak lepas dari peranan pasar
menjadi prioritas pemenuhan kebutuhan hidup baik yang bersifat kebutuhan primer (sandang,
pangan, dan papan) maupun yang bersifat sekunder (hiburan, pendidikan, informasi,
kesehatan,dsb)
Selain fungsi pasar yang telah disebutkan di atas, pasar juga memiliki fungsi-fungsi lain,
antara lain adalah sebagai berikut:
a) Pasar sebagai sarana pelayanan penyediaan sekaligus pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
b) Pasar sebagai aset sumber pendapatan daerah melalui sistem retribusi maupun melalui perijinan
sewa tempat sesuai kesepakatan yang ada.
c) Pasar sebagai lahan peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat dengan menyediakan
lapangan kerja yang mampu menyerap banyak tenaga kerja.
d) Pasar sebagai pusat informasi mengenai harga kebutuhan bahan pokok.

2.3. Komponen Pasar


2.3.1. Kegiatan Pasar Tradisional
Menurut Ananta (2011) pelaku kegiatan dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
a) Pedagang
Pedagang pasar adalah pihak ketiga yang melakukan kegiatan dengan menjual atau membeli
barang dan atau jasa yang menggunakan pasar sebagai tempat kegiatannya.
b) Pembeli
Pembeli atau konsumen pasar adalah semua golongan yang dating dengan tujuan untuk
mendapatkan apan yang menjadi kebutuhannya dengan harga murah dan dengan pelayanan
langsung.

JURNAL TeknoSAINS Seri Arsitektur 3


Yekti Pragustin, Dita Ayu Rani Natalia
Redesain Pasar Induk Tipe A Kabupaten Wonosobo

c) Penunjang
Penunjan pasar yaitu, pemerintah sebagai pemberi izin berdirinya dan beroperasinya pasar.Swasta
pedagang penyewa temoat, pelaksana pembangunan pasar.Pengelola melaksanakan
pembangunan, pengelola tempat, pengelola kebersihan, pengelola distribusi barang dan stabilitas
harga.Bank memperlancar kegiatan ekonomi.

2.3.2. Kegiatan Pasar Tradisional


Secara umum kegiatan pasar adalah aktivitas yang berlangsung pada pasar tersebut. Menurut Aswin
(2007) dalam Skripsi Bintoro: Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan Pasar Tradisional di
Kabupaten Bantul (2016) kegiatan pasar dibagi menjadi dua macam yaitu:

2.3.2.1. Kegiatan umum dalam pasar tradisional


1. Kegiatan penyaluran materi perdagangan.
a) Sirkulasi, transportasi dan droping barang
b) Distribusi barang dagangan ke setiap unit penjualan di dalam pasar
2. Kegiatan pelayanan jual-beli meliputi:
a) Kegiatan jual-beli antara pedagang dengan konsumen
b) Kegiatan penyimpanan barang dagangan
c) Kegiatan pergerakan dan perpindahan penghujung:
- Dari luar lingkungan ke dalam bangunan pasar
- Dari unit penjualan ke unit penjualan (dari jalur lintasan jual-beli)
d) Kegiatan transportasi pencapaian dari dan ke lokasi bangunan pasar
e) Kegiatan pelayanan atau servis atau penunjang
- Pelayanan bank
- Pelayanan pembersihan
- Pelayanan pemeliharaan

2.3.2.2. Kegiatan utama pasar tradisional


1. Jenis Kegiatan Pasar
Unsur-unsur kegiatan yang menunjang pelayanan jual beli adalah:
a) Distribusi barang
b) Penyimpang barang dagangan
c) Penyajian barang dagangan
d) Kegiatan jual beli
2. Sifat kegiatan pasar
a) Bersifat dinamis dan luwes (kegiatan tawar menawar tanpa ikatan harga yang baku)
b) Terbuka (konsumen dapat langsung melihat dan memilih barang dagangannya, penjual
menawarkan dagangan kepada semua yang lewat
c) Akrab (antara penjual dan pembeli terlihat dalam transaksi jual beli)

2.6 Pengertian Insertion


Berikut cara menghadirkan bangunan baru menurut Keith Ray dalam buku Contextual Architecture dalam
Milla Ardiani, 2009:
1. Alteration adalah suatu bentuk adaptasi bangunan lama dengan fungsi baru tanpa perubahan.
2. Addition adalah suatu usaha pengulangan dengan menambahkan sebuah bangunan baru yang
menjadi latar belakang dari bangunan lama.
3. Infill adalah suatu usaha penyisipan bangunan baru pada lahan kosong dalam suatu lingkungan
dengan karakteristik kuat dan teratur.
Infill atau biasa disebut urban infill adalah pendekatan yang paling banyak di gunakan. Pengertian urban
infill adalah penyisipan bangunan pada lahan kosong di suatu lingkungan yang memiliki karakter kuat
dan memiliki ciri khas tertentu, misalnya pada kawasan bersejarah. Bangunan baru di kategorikan
bangunan infill apabila satu bangunan baru berdiri sendiri dalam satu area atau kompleks dan diapit
beberapa bangunan yang berada di samping kiri kanan areanya. Oleh karena itu kebutuhan fungsi
bangunan baru disisipkan dalam kompleks area bangunan eksisting. Dalam hal ini lepas dari definisi
infill. Bangunan baru yang dihadirkan dalam satu kompleks dengan bangunan eksisting adalah bangunan
sisipan yang disebut sebagai insertion. Jadi, insertion adalah upaya menghadirkan sebuah bangunan baru

JURNAL TeknoSAINS Seri Arsitektur 4


Yekti Pragustin, Dita Ayu Rani Natalia
Redesain Pasar Induk Tipe A Kabupaten Wonosobo

dengan cara menyisipkan ke dalam satu kompleks pada area bagunan eksistingnya. Langkah-langkah
untuk melakukan insertion:
1. Proporsi bukaan, lokasi pintu masuk , ukuran pintu jendela yang mengatur artikulasi rasio
solid void pada dinding.
2. Bahan bangunan permukaan material dan tekstur untuk menghsilkan motif bayang .
3. Warna

Tabel 1. Komposisi elemen-elemen visual


Komposisi massa
NO Proporsi fasade Lain –lain
bangunan

1 Proporsi bukaan Tinggi Bangunan


Langgam arsiektural
2 Bahan bangunan Garis Sepadan bangunan dan penataan
landscape
3 Warna Bentuk Massa
Sumber :Milla Ardiani, 2009

2.6.1 Pendekatan Insertion


Elemen – elemen visual tersebut pilihan dan di komposisikan sesuai kondisi tempat,lalu setelah itu
dilakukan perancangan melalui pendektan desiain arsitektur yang atau kontras dengan bangunan
sekitarnya. Teori Norman Tyler dalam bukunya Historic Preservation dalam Mila Ardiani(2009)
membedahnya lagi kedalam 4 pendekatan desain (lepas dari berbagai macam style dalam arsitektur)
yaitu:
1. Matching
Dalam pendekatan matching, bangunan baru dirancang dengan gaya arsitektur samaseperti bangunan
aslinya dengan membuat imitasi elemen bangunan sekitarnya, yaitu menggunakan material-material
dan detail-detail yang mirip. Perancangan ini terlihat pada eksterior bangunan untuk menyesuaikan
langgam bangunan.
2. Contrasting
Metode ini mengasumsikan bahwa bangunan sekitar, tapak memiliki beragam langgam arsitektural
dari berbagai periode lama seharusnya terpisah langgam. Pendekatan kontras ini menggunakan
material dan tampilan modern dan sederhana , namun benuk bangunannya jauh berbeda dengan
bangunan eksistingnya.
3. Compatible laras
Perancangan ini paling banyak digunakan dari ketiga pendekatan desain tersebut.Pada perancangan
ini, elemen-elemen visual bangunan baru dibuat mirip, namun detailnya lebih sederhana dari
bangunan aslinya.
4. Compatible Contras
Pada perancangan ini, gubahan massa disesuaikan dengan bangunan lama, namun komposisi
hubungan dibuat kontras terutama pada pemilihan penggunaan fasad dan bentuk bangunan.

2.6.2 Formula Insertion

2.6.2.1. Bangunan Baru dan Bangunan Eksisting


Bangunan baru yang akan di bangun dapat lebih besar, lebih kecil atau sama dengan bangunan
eksisting. Jika dalam suatu area ada dua bangunan eksisting terpisah yang skala ktinggiannya berbeda
sedikit, dapat disamakan.Jika berbeda banyak, harus mempertimbangkan acuan skala untuk
mendapatakan estetika yang sesuai. Bagunan baru dan eksisting dapat diletakkan dengan cara:
a. Separate (berpisah dengan penghubung)
b. By side (berdempetan/menempel)
c. In side (menjadi satu kesatuan)

2.2.1. Locationing
a. In the ground (di bawah tanah)
b. Up the ground (di atas tanah)
c. In and up the ground (di bawah dan atas tanah)

JURNAL TeknoSAINS Seri Arsitektur 5


Yekti Pragustin, Dita Ayu Rani Natalia
Redesain Pasar Induk Tipe A Kabupaten Wonosobo

d. Up from the existing building (di atas bangunan lama)

2.2.2. Separate
Separate digunakan ketika suatu bangunan baru dengan bangunan eksiting berpisah. Maka
penghubungnya dapat berupa:
a. By bridge (jembatan). Jembatan ini berbeda dengan selasar meski banyak kita jumpai
selasar berupa jembatan penghubung. Namun dalam formula ini lebih ditegaskan bahwa
jembatan digunakan sebagai penghubung antara bangunan baru dengan eksisting dari
lantai dua.
b. By gallerie (selasar). Jika penghubungnya di lantai satu menggunakan selasar yang
berupa lorong semacam penghubung antarruang.
c. By plaza (plasa). Area plasa ini erbuka luas dan digunakan publik untuk aktivitas
sosialisasi antarpengunjung atau bermain.
d. Circulation area (sebuah bangunan atau plaza untuk sirkulasi). Sirkulasi yang dimaksid
adalah penghubung berupa tangga, lift, dan eskalator.
Dari teori tersebut dapat disimpulkan beberapa langkah untuk melakukan insertion yaitu:
a. Melihat kondisi area bangunan eksisting dan lingkungan sekitar
b. Mempelajari kondisi eksisting, struktur, utilitas, drainase dan lain-lain.
c. Mengetahui status bangunan eksisting merupakan bagunan heritage atau bukan.
d. Memilihi pendekatan desain yang sesuai
e. Memilih formula
f. Melakukak komposisi/proporsi desain bentukan bangunan.
g. Membuat sintesa berupa konklusi desain.

2.6.4. Penerapan Konsep


Penerapan konsep insertion pada blok barat dan blok timur Pasar Induk Wonosobo dalam Ardiani(2009)
menggunakan formula separateby circulation dan separate by gallerie dimana penerapan gallerie/selasar
berada di antara blok timur dan blok barat. Selasar digunakan untuk interaksi sosial dan jalur sirkulasi
kendaraan, sedangkan bridge pada bangunan digunakan untuk penghubung antara bangunan baru blok
barat dan bangunan eksisting blok timur.
Pendekatan yang digunakan berdasarkan buku Norman Tyler yang berjudul Historic
Preservation dalam Ardiani (2009) adalah pendekatan Compatible Laras. Comoatible Laras menerapkan
elemen-elemen visual bangunan baru yang dibuat mirip, namun detailnya lebih sederhana dari bangunan
aslinya. Pada elemen fasad terdapat bukaan proporsi dengan pengulangan ritme pintu dan jendela, bahan
bangunan dan warna sama. Untuk masa bangunan pada tinggi bangunan yang dibuat sama dengan tinggi
bangunan eksisting dan sekitarnya, sedangkan untuk garis sepadan dan bentuk massa sama dengan
bangunan sekitarnya.

3. Metode Perancangan
3.1. ALUR DAN PROSES PERANCANGAN
Metode perancangan yang digunakan dalam proses redesain pasar induk Kabupaten Wonosobo adalah
metode analisis dan mengambil informasi secara umum kemudian di klarifikasikan menjadi informasi
khusus. Metode analisis penguraian dan kajian data sebagai landasan dasar untuk redesain pasar induk
Wonosobo dengan pendekatan insertion guna meningkatkan potensi pasar sebagai aset vital daerah, pusat
perkembangan ekonomi dan mendukung pariwisata.

3.1.1. Identifikasi Tema


Identifikasi tema dengan mencari literature dan penerapan prinsip-prinsip tentang pendekatan
Insertion terkait dengan redesain pasar induk Wonosobo.

3.1.2. Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah dengan mencari masalah-masalah dan potensi yang terkait redesain pasar
induk Wonosobo.

3.1.3. Merumuskan Masalah


Merumuskan masalah dengan melakukan identifikasi masalah terlebih dahulu akan muncul yang
akan menjadi tolak ukur terkait dengan proses redesain pasar induk Wonosobo.

JURNAL TeknoSAINS Seri Arsitektur 6


Yekti Pragustin, Dita Ayu Rani Natalia
Redesain Pasar Induk Tipe A Kabupaten Wonosobo

3.2. PENCARIAN DAN PENGOLAHAN DATA


Pencarian dan pengolahan data dalam perancangan adalah tahapan dalam merancang untuk mendapatakan
data yang kongkrit dalam membantu proses redesain pasar induk Wonosobo. Pencarian data dilakukan
dengan dua cara yaitu, pencarian data primer dan data sekunder, berikut penjelasannya:

3.2.1. Data Primer


Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung di lapanga untuk
mengetahui kondisi site, kondisi lingkungan sekitar site dan potensi yang ada. Pencarian data
secara primer dilakukan oleh penulis dengan metode yaitu, penulis melakukan survey lapangan
dengan melakukan pengamatan site maupun lingkungan sekitar site dengan cara
mendokumentasikan dan mencari responden untuk wawancara mengenai pasar induk Wonosobo.

3.2.2. Data Sekunder


Data sekunder maksudnya adalah mencari data secara tidak langsung yaitu dengan cara mencari
sumber dari orang lan kemudian dikembangkan lagi oleh penulis, pencarian yang sudah
dilakukan penulis yaitu buku, catatan, laporan, ataupun jurnal meliputi informasi mengenai
perkembangan Pasar Induk, Informasi tentang pengertian insertion, Informasi mengenai standar
acuan yang digunakan dalam merancang dan referensi studi literatur bangunan pasar dan
bangunan yang menggunakan konsep insertion.

4. Hasil Dan Pembahasan


4.1 Lokasi Site
4.1.1. Tinjauan Lokasi Site
Pasar Induk Wonosobo merupakan pasar yang terbesar di Kabupaten Wonosobo dan letak yang sangat
strategis yakni di tengah kota. Selain itu, letak yang sangat strategis ini berada di sepanjang jalan yang
menuju pusat kota dan berada di sekitar permukiman untuk beberapa kelurahan serta ditunjang dengan
modal transportasi umum dan dekat dengan alun-alun kota Wonosobo yang satu jalur dan berada di
sebelah utara pasar.
Pasar Induk Wonosobo berdiri di atas lahan kurang lebih seluas 17.944 m 2 dengan ketinggian 3
lantai. Menurut DISPERINDAG Wonosobo, rencana membangun bangunan baru pada blok barat Pasar
Induk Wonosobo yaitu dengan luas site kurang lebih 10.766 m2 dengan ketinggian 4 lantai.

Jalan Ahmad Yani Sebelah Selatan Pasar Sebelah Barat Pasar

JURNAL TeknoSAINS Seri Arsitektur 7


Yekti Pragustin, Dita Ayu Rani Natalia
Redesain Pasar Induk Tipe A Kabupaten Wonosobo

Sebelah Utara Pasar Jalan Pemisah Blok Pasar Kondisi Site

Gambar 1. Site Blok Barat Pasar Induk Wonosobo

4.2 Analisis Site


1. Orientasi Matahari
Site berpotensi terkena paparan sinar matahari sepanjang hari sehingga dapat memanfaatkan
cahaya untuk pencahayaan alami.
Tabel 3. Analisis Orientasi Matahari
Analisis Respon

Pada pagi hari site membutuhkan pecahayaan Penambahan void di tengah bangunan untuk
matahari yang lebih banyak karena kegiatan jual memaksimalkan pencahayaan alami pada
beli pada pagi hari antara jam 05.00-09.00 WIB. bangunan.
Cahaya matahari berfungsi untuk menjaga Penempatan shading pada sisi timur dan barat
bangunan agar tidak terlalu lembab. bangunan untuk mereduksi cahaya dan panas
secara langsung

2. Arah Angin
Angin yang berhembus pada site mempunyai potensi untuk penghawaan alami dalam bangunan.
Hal ini bertujuan agar bangunan tidak lembab dan menciptakan sirkulasi udara yang baik pada
bangunan.
Tabel 4. Analisis Arah Angin
Analisis Respon

Terdapat dua jenis angin yang berhembus setiap Penambahan selasar lebar ditengah dan void
musim penghujan dan musim kemarau yaitu untuk memaksimalkan penghawaan alami untuk
angin muson timur datang dari arah tenggara bangunan.
yang menyebabkan musim kemarau dan angin Site berada di tengah kota dan diantara kompleks
muson barat yang datang dari arah barat daya pertokoan yang rapat sehingga sirkulasi angin

JURNAL TeknoSAINS Seri Arsitektur 8


Yekti Pragustin, Dita Ayu Rani Natalia
Redesain Pasar Induk Tipe A Kabupaten Wonosobo

yang menyebabkan musim penghujan. minim, untuk bangunan di buat space di dekat
Kecepatan rata-rata yaitu 25-30km/jam jalan agar angin masuk pada lantai 1 dan
diteruskan ke atas melalui void dan cross
ventilation.

3. Drainase
Sistem drainase pada bangunan digunakan untuk pendistribusian air hujan. Pada site dikelilingi
sistem drainase lingkungan yang berfungsi sebagai tempat pembuangan kelebihan air hujan.

Tabel 5. Analisis Drainase


Analisis Respon

Saluran drainase pada tapak kurang terawat Penambahan roof drain pada atap guna
karena banyak kotoran dan bau menyengat. menyalurkan air hujan ke bawah dan kemudian
akan di tampung disumur resapan air hujan jika
sudah berlebih baru akan dibuang ke saluran
drainase lingkungan dan meletakkan beberapa
sumur resapan di area site

4. Vegetasi
Vegetasi digunakan sebagai peneduh pada area site agar tidak gersang. Vegetasi juga mengurangi
dan menyaring debu yang dihasilkan dari aktivitas pasar.

Tabel 5. Analisis Drainase


Analisis Respon

Minimnya vegetasi di area site menyebabkan site Pemilihan vegetasi dan memiliki ciri-ciri melebar
menjadi gersang karena tidak ada penenduh, dan tumbuh besar sebagai peneduh dan
penyaring debu dan penyaring gas polutan. mengurangi polusi udara. Pohon yang dipilih
adalah pohon ketapang. Pohon ini mempunyai
fungsi sebagai peneduh dan mereduksi polusi.
Pohon digunakan untuk peneduh pada parkiran
outdoor.

JURNAL TeknoSAINS Seri Arsitektur 9


Yekti Pragustin, Dita Ayu Rani Natalia
Redesain Pasar Induk Tipe A Kabupaten Wonosobo

5. Jaringan Elektrikal
Jaringan elektrikal bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi bangunan seperti pencahayaan,
mekanikal dan sistem-sistem yang membutuhkan energy listrik.

Tabel 6. Analisis Elektrikal


Analisis Respon

Jaringan elektrikal pada site bersumber dari PLN Respon jaringan elektrikal menggunakan sistem
yang distribusinya melalui tiang listrik di distribusi yang dimulai dari sumber listrik yang
sepanjang jalan lingkungan dan jalan utama. berasal dari tiang listrik kemudian menuju ruang
. panel, diruang panel listrik akan di olah untuk
pembagian zona layanannya, kemudian dari
ruang panel kemudian akan di teruskan ke area-
area yang membutuhkan listrik setiap lantainya.
Penggunaan listrik pada keadaan darurat
menggunakan genset.

6. Jaringan Air Bersih


Air bersih pada pasar berguna untuk memenuhi kebutuhan air bersih penggunanya seperti MCK dan
kebutuhan air bersih setiap los dan kios.
Tabel 7. Analisis Air Bersih
Analisis Respon

Sumber air yang digunakan yaitu PDAM dan Sumber yang digunakan ada 2 yaitu sumber dari
sumur air bersih. PDAM dan sumur aur bersih seperti kondisi
eksisting. Sistem distribusi air bersih yang
digunakan adalah down feed system . Sistem ini
lebih hemat dalam segi biaya dan energi listrik
karena tidak perlu memakai pompa air dan hanya
memanfaatkan gaya gravitasi.

JURNAL TeknoSAINS Seri Arsitektur 10


Yekti Pragustin, Dita Ayu Rani Natalia
Redesain Pasar Induk Tipe A Kabupaten Wonosobo

7. Jaringan Penanggulangan Kebakaran


Jarigan penanggulangan kebakaran bertujuan untuk mengantisipasi jika terjadi kebakaran. Sistem
penanggulangan kebakaran terdiri dari sprinkler, hydrant outdoor dan indoor, detector, apar, dan tangga
darurat.
Tabel 8. Analisis Penanggulangan Kebakaran
Analisis Respon

Terdapat hydrant di depan blok Timur dan Peyediaan sirkulasi memutari bangunan untuk
samping kanan kiri blok Barat pasar. mobil pemadam kebakaran dan menggunakan
struktur dan material tahan api agar api tidak
cepat menyebar dan merusak struktur.
Pemakaian struktur dan material tahan api juga
akan memberi keamanan dalam beberapa waktu
pada evakuasi kebakaran.

4.4 Program Ruang


4.4.1 Analisis Pengguna
Pengguna yang terkait pada aktivitas Pasar Induk Wonosobo terdiri dari:
1. Pengunjung
Pengunjung pasar Induk Wonosobo bertindak sebagai konsumen, penikmat dan mengamati
barang-barang dagangan yang disajikan disetiap los/kios.
2. Pedagang
Orang yang memperjual-belikan produk barang kepada konsumen baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pedagang dibedakan menjadi 3 yaitu:
b. Pedagang distributor
c. Pedagang partai besar
d. Pedagang eceran
3. Pengelola
Pengelola adalah pelaku yang melakukan rutinitas mengelola pasar serta mengatur kegiatan
operasional dan memajukan pasar untuk mendukung sektor perdagangan. Pengelola pasar
yang dimiliki pemerintah berada di bawah kewenangan pemerintah kabupaten melalui dinas
pasar dan perdaganga daerah.

4.4.2 Analisis Pola Hubungan Ruang


1. Kegiatan Penjualan
Pada kegiatan penjual ruang-ruang yang diperlukan adalah kios, los, gudang, dan bongkar muat.
Seseua dengan pola ruangnya kios dan los diletakkan secara berdekatan dengan gudan yang
memiliki akses langsung ke los maupun kios.

JURNAL TeknoSAINS Seri Arsitektur 11


Yekti Pragustin, Dita Ayu Rani Natalia
Redesain Pasar Induk Tipe A Kabupaten Wonosobo

Gambar 2. Pola hubungan ruang kegiatan penjualan

2. Kegiatan Pengelolaan Pasar


Kegiatan pengelolaan pasar mempunyai zona tersendiri sehingga termasuka area semi privat yang
didalamya terdiri dari ruang tamu yang bersebelahan dengan ruang kepala pasar, dan berdekatan
dengan ruang administrasi, ruang arsip, dan ruang rapat.

Gambar 3. Pola hubungan ruang kegiatan pengelolaan pasar

3. Kegiatan Servis dan Pelayanan


Kegiatan servis dan pelayanan yang mendukung pada fungsi pasar antara lain area parkir yang
berdekatan dengan pos jaga dan mushola.

Gambar 4. Pola hubungan ruang kegiatan servis

4.4.3 Analisis Kegiatan Pengguna dan Kebutuhan Ruang


Tabel 9. Rekapitulasi Besaran Ruang
No Kelompok Kegiatan Luasan
1 Kegiatan Penjualan 18654
2 Pengelola Pasar 89
3 Servis dan Pelayanan 8310
Jumlah 27053
Sirkulasi 50% 13526.5
Jumlah Total 40579.5
Total luas yang diperlukan yaitu 40.580 m2 sehingga jika dilihat dari luas terbangun blok barat
seluas 10.766 m2 maka banguan dapat di bangun setingi 4 lantai sesuai RTRW Kabupaten
Wonosobo yang berlaku.

JURNAL TeknoSAINS Seri Arsitektur 12


Yekti Pragustin, Dita Ayu Rani Natalia
Redesain Pasar Induk Tipe A Kabupaten Wonosobo

4.5. Konsep
4.5.1 Konsep Umum
Konsep umum pada bangunan terdiri dari konsep bentuk massa, jaringan sanitasi, distribusi sampah,
jaringan elektrikal, jaringan air bersih, jaringan drainasi, dan penanggulangan kebakaran. Konsep umum
dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 10. Konsep Umum


Konsep Umum
BentukKonsep

Konsep bentukan pada bangunan


adalah hasil dari analisis site
dana tatanan zonasi ruang. Tata
massa bangunan berbentuk
simetris dengan merespon angin
dan matahari, memanfaatkan
JaringanKonsep

Sistem jarngana air kotor


mempertimbangkan beberapa hal
yaitu:
a. Kondisi tapak dari infrastruktur
pembuangan limbah
b.Sistem pembuangan yang tidak
DistribusiKonsep

Sistem distribusi sampah dengan


pemisahan sampah agar
memudahkan dalam penguraian
dan daur ulang, kemudian diambil
oleh petugas kebersihan secara
berkala untuk dibuang ke TPS
JaringanKonsep

Jaringan instalasi listrik pada


Pasar Induk Wonsobo bersumber
dari PLN. Sumber listrik ini
digunakan untuk penerangan,
mendukung daya untuk sarana
pelayanan seperti pompa,
Jaringan AirKonsep

Pasar Induk Wonosobo


memproleh sumber air bersih dari
PDAM dan sumur air bersih untuk
memenuhi kebutuhan aktivitas
perdagangan pada pasar.
Distribusian air menggunakan
AirKonsep

Sistem drainase pada bangunan


dialirkan dari roof drain pada atap
kemudian disalurkan ke bawah
Jaringan

lewat pipa air hujan dan kemudian


akan di tampung disumur resapan
Jaringan

air hujan jika sudah berlebih baru


Dalam menanggulangi bahaya
Penanggula

kebakaran Pasar Induk Wonosobo


menyediakan tabung
pemadam(apar), hoserack, dan
hydran dan jaringan sprinkler.
Penempatan tabung pemadam

4.5.2 Penerapan Pendekatan Insertion


Penerapan pendekatan Comatible Laras dalam Insertion berdasarkan kategori bangunan lama dengan
bangunan baru yaitu:

Tabel 11. Konsep Pendekatan Insertion

JURNAL TeknoSAINS Seri Arsitektur 13


Yekti Pragustin, Dita Ayu Rani Natalia
Redesain Pasar Induk Tipe A Kabupaten Wonosobo

Elemen Fasad
Bangunan Baru(Blok Barat) Bangunan Eksisting(Blok Timur)

Bukaan pada bangunan


eksisting mempunyai
Proporsi Bukaan

bentuk persegi panjang


yang berirama, serta
bentuk lengkungan
memanjang pada tritisan.
Jendela kaca pada ruang
tangga berbentuk persegi
Bukaan pada bangunan baru memiliki bentuk persegi
dan kolom vertikal yang di
yang lebih kecil dan lebih panjang, hal ini diterapkan
ekspose pada fasad.
pada sunshading dengan material besi hollow yang
disusun secara horizontal.
WarnaBangunanBahan

Bangunan baru menggunakan bahan bangunan utama Bangunan lama menggunakan bahan bangunan
berupa beton dan bahan yang lain berupa batu alam, utama berupa beton dan bahan yang lain berupa
besi, baja, dan kaca. kaca dan baja ringan.

Bangunan baru Bangunan


memiliki warna eksisting
dominan yang lebih memiliki warna
terang dari warna emas dan
bangunan eksisting. warna biru tua.
Massa Bangunan
BangunanTinggi

Bangunan baru lebih tinggi dari


bangunan lama, hal ini
menyesuaikan kebutuhan parkir
dan efisiensi parkir setiap
lantainya.
SempadanGaris

Garis sempadan kedua bangunan


memiliki garis sempadan yang
sama.
MassaBentuk

Bangunan eksisting dan bangunan


baru memiliki bentuk masa dan
figure ground yang sama yaitu
persegi.

Formula Insertion
Baru danBangunan

Bangunan baru dan bangunan


eksisting menggunakan separate yaitu
terpisah dengan adanya penghubung.

JURNAL TeknoSAINS Seri Arsitektur 14


Yekti Pragustin, Dita Ayu Rani Natalia
Redesain Pasar Induk Tipe A Kabupaten Wonosobo

Locationing
Bangunan baru berada pada up the
ground yaitu di atas tanah.
Separate

Bangunan baru dan bangunan


eksisting dipisah dengan jembatan
Siteplan merupakan hasil dari penerapan konsep zonasi dan sirkulasi yang di dalamnya terdapat zona
komoditas ikan dan daging, zona komoditas sayur dan buah, bahan makanan, arloji dan emas serta jalur
sirkulasi luar pada pasar.

Gambar 5. Siteplan

Gambar 6. Tampak A

JURNAL TeknoSAINS Seri Arsitektur 15


Yekti Pragustin, Dita Ayu Rani Natalia
Redesain Pasar Induk Tipe A Kabupaten Wonosobo

Gambar 7. Tampak B

Gambar 8. Tampak C

Gambar 9. Tampak D

Gambar 10. Perspektif

JURNAL TeknoSAINS Seri Arsitektur 16


Yekti Pragustin, Dita Ayu Rani Natalia
Redesain Pasar Induk Tipe A Kabupaten Wonosobo

Tampak bangunan merupakan penerapan dari konsep insertion dengan pendekatan Compatible Laras.
Bentuk fasad pada bangunan memiliki kemiripan dengan bangunan eksisting yaitu bangunan pasar Blok
Timur. Bangunan memiliki proporsi bukaan dengan bentuk persegi, bentuk masa dengan figure ground
yang sama, dan penerapan bentuk lengkung, pola garis vertikal dan horizontal pada fasad namun lebih
sederhana dari bangunan eksistingnya.

5. Kesimpulan
Redesain pasar induk Wonosobo yaitu menciptakan suatu desain baru pasar tradisional dengan
pertimbangan unsur fungsional, keamanan, dan kenyamanan, di dalamnya sehingga dapat menjadi wadah
aktivitas perdagangan untuk pengguna dan meningkatkan potensi-potensi yang ditemukan di Pasar Induk
Wonosobo dalam perkembangan ekonomi daerah. Redesain pasar induk Wonosobo juga berguna untuk
mewadahi aktivitas dan meningkatkan kenyamanan dan keamanan pengguna dengan pertimbangan
fungsional. Pendekatan Insertion yang digunakan dalam bangunan menjadikan bangunan tersebut
mendukung beberapa aspek dan fungsi pasar, seperti kebutuhan parkir, tatanan zonasi yang lebih teratur,
dan tampak bangunan baru yang lebih sederhana.

Daftar Pustaka
Ardiani, Milla. 2009. Insertion: Menambah Tanpa Merobohkan. Surabaya: Wastu Lanas Grafika.
Bintoro, SA.2016.”Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan Pasar Tradisional di Kabupaten
Bantul”.Skripsi.Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Endah, Yuliana. 2016. “Redesain Pasar Induk Wonosobo Sebagai Model Pasar Tradisional – Modern dengan Penekanan Desain
Arsitektur Tropis”. Skripsi. Teknik Arsitektur. Universitas Diponegoro, Semarang.
Gewirtzman, Fisher. 2016.Adaptive Reuse Architecture Documentation and Analysis. Faculty of Architecture & Town Planning,
Technion – IIT, Haifa, Israel.
Jumlah Pasar Tradisional Jawa Tengah tahun 2013.(jateng.bps.go.id tahun 2013)
Kunjungan KEMENDAG ke Pasar Induk Wonosobo. (kemendag.go.id., 2015)
Oktaviana, Galuh. 2015. “Redesain Pasar Jongke Surakarta”. Skripsi. Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Pembangunan Pasar Induk Wonosobo.(wonosobozone.com)
Peraturan Presiden RI no. 112 tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern
Roosdiana, NW.2015.”Pasar Umum Gubug di Kabupaten Grobogan dengan Pengolahan Tata Ruang Luar dan Dalam Melalui
Pendekatan Ideologi Fungsionalisme Utilitarian”.Skripsi. Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Tamher, Fatma.2017.”Analisis pada Kasus Relokasi Pasar Inpres di Distrik Biak Kota, Kabupaten Biak Numfor,
Papua.Skripsi.Universitas Hasanuddin.Makasar
SNI-8152-2015 Pasar Rakyat

JURNAL TeknoSAINS Seri Arsitektur 17

Anda mungkin juga menyukai