Yekti Pragustin[1]
Dita Ayu Rani Natalia2]
Abstrak
Program Studi Arsitektur
Wonosobo adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang
Fakultas Sains Dan Teknologi
menjadikan pasar sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya ekonomi.
Universitas Teknologi Yogyakarta
Menurut Pemerintah Kabupaten Wonosobo, pertumbuhan ekonomi suatu
[1] daerah dapat diukur dari banyaknya jumlah pasar, dimana pasar merupakan
ykpragustin@gmail.com
[2] media tempat bertemunya pedagang dan pembeli, sehingga semakin ramai
ditayurani@gmail.com
transaksi yang terjadi berarti semakin tinggi pula potensi sektor
perdagangan. Selain itu pasar menjadi peran penting dalam membentuk
identitas sebuah kota dan keunggulan budaya kota. Perekonomian
Kabupaten Wonosobo dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan
karena Pasar Induk Wonosobo terjadi kebakaran. Kebakaran terjadi pada
tahun 1994, 2004 dan yang terakhir adalah tahun 2014. Sejak kebakaran
tahun 2014, pasar induk Wonosobo menjadi tidak kondusif sehingga
pedagang pasar mengalami kerugian dan beberapa permasalahan baru pun
muncul seperti tempat yang kumuh, parkir sembaragan, dan kemacetan di
sekitar pasar. Akibat dari kebakaran tersebut gedung Pasar Blok Barat
dihancurkan karena terkena dampak yang paling parah dengan kerusakan
hampir keseluruhan, sehingga akan direncanakan pembangunan ulang pada
gedung tersebut.
Jalan keluar dari permasalahan Pasar Induk Wonosobo tersebut
yaitu bangunan blok barat akan dibangun ulang dengan menggunakan
pendekatan Insertion. Pendekatan Insertion adalah pendekatan yang
membangun tanpa merobohkan bangunan eksistingnya sehingga
pendekatan ini sesuai dengan konsep pembangunan pasar induk Wonosobo
yang akan membangun ulang bangunan blok barat sebagai bangunan baru
dan bangunan pasar Blok Timur sebagai pada bangunan eksisting tetap
dipertahankan. Pembangunan ulang atau redesain diharapkan dapat
menciptakan suatu desain baru pasar tradisional dengan pertimbangan
unsur fungsional, keamanan, dan kenyamanan, di dalamnya sehingga dapat
menjadi wadah aktivitas perdagangan untuk pengguna dan meningkatkan
potensi yang ditemukan di Pasar Induk Wonosobo dalam perkembangan
ekonomi daerah.
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Wonosobo adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibu kotanya adalah Wonosobo.
Kabupaten Wonosobo terletak di kaki Gunung Sindoro yang berbatasan dengan Kabupaten Temanggung
dan Kabupaten Magelang di sebelah timur, Kabupaten Purworejo di sebelah selatan, Kabupaten Kebumen
dan Kabupaten Banjarnegara di sebelah barat, serta Kabupaten Batang dan Kabupaten Kendal di sebelah
utara. (https://wonosobokab.go.id/, 2014)
Menurut Pemerintah Kabupaten Wonosobo, pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat diukur dari
banyaknya jumlah pasar, dimana pasar merupakan media tempat bertemunya pedagang dan pembeli,
sehingga semakin ramai transaksi yang terjadi berarti semakin tinggi pula potensi sektor perdagangan.
Selain itu pasar menjadi peran penting dalam membentuk identitas sebuah kota dan keunggulan budaya
kota.
Kabupaten Wonosobo memiliki 9 pasar daerah, salah satunya adalah Pasar Induk Wonosobo yang
terletak di pusat kota. Pasar Induk Wonosobo sudah ada sejak penjajahan Belanda, tahun 1866 terdapat
Pasar di daerah Ledok (Wonosobo). Pada tahun 1970 Bupati Wonosobo membangun kembali pasar
tradisional tersebut, letak pasar yang strategis di pusat kota Wonosobo menyebabkan pasar tersebut ramai
dikunjungi masyarakat Wonosobo baik yang bertempat tinggal di Wonosobo kota maupun di kecamatan
– kecamatan lainnya, pasar tersebut terkenal dengan sebutan “Pasar Wonosobo”. Pada tahun 1985 jumlah
pedagang yang berjualan di Pasar Wonosobo adalah 1.251 pedagang, terdapat 1.105 buah los dan 158
buah kios (Endah, 2016). Pasar induk Wonosobo merupakan pasar tradisional dengan tipe A ditinjau dari
kategori menurut SNI (8512:2015).
Kondisi pasar induk Wonosobo tahun 1994 setelah terjadi kebakaran pasar yang pertama.
Kebakaran terjadi pada tanggal 30 September 1994 sehingga pemerintah Wonosobo membangun kembali
pasar tersebut berjumlah 3 lantai dan berbentuk bangunan modern. Seluruh pedagang yang ada dapat
ditampung di lantai 1 dan lantai 2, sedangkan lantai 3 digunakan untuk pedagang kaki 5 yang semula
berjualan di sekitar pasar. Sejak saat itu pasar mulai di kenal dengan Pasar Induk Wonosobo. Setelah 10
tahun ditempati, pada tanggal 11 Maret 2004 Pasar Induk Wonosobo terbakar, kebakaran terjadi di lantai
1 dan lantai 2, kebakaran tersebut memusnahkan 3.379 buah los, 122 buah kios (Hermato, 2008). Pada
tahun 2014 Pasar Induk Wonosobo terjadi kebakaran yang menyebabkan lumpuhnya kegiatan ekonomi.
Dilansir dari Tabloid Wonsobo tahun 2014, kebakaran pasar terakhir terjadi pada 22 Desember 2014
pukul 02.00 WIB dini hari. Kebakaran tersebut adalah kebakaran yang ke-3 dan yang paling parah dalam
kurun waktu 20 tahun. Kebakaran terjadi karena lemahnya sistem utilitas dengan keamanan yang belum
memenuhi standar serta beberapa area yang terlalu padat khususnya di lantai dasar.Bagian yang terparah
berada di sisi barat lantai dasar.Pada lantai dasar ini merupakan titik ramai dan terpadat pada
bangunan.Sebagian besar kios yang berjualan di lantai ini adalah kios pakaian, gerabah, buah, kelontong
roti, sandal dan lain-lain (Kompas.com 2014).
Sejak kebakaran tahun 2014, pasar induk Wonosobo menjadi tidak kondusif sehingga pedagang
pasar mengalami kerugian dan hanya memiliki pendapatan lebih pada bulan Ramadan. Pasar yang
menjadi aset berharga daerah justru menjadi beban. Hal ini juga merugikan di beberapa sektor khususnya
sektor pariwisata karena Wonosobo merupakan kota transit menuju tempat pariwisata dataran tinggi
Dieng. Pasar induk Wonosobo juga memiliki pengelolaan pasar yang kurang baik dan kebutuhan area
parkir yang berkurang karena terdapat lapak darurat sehingga menyebabkan parkir tidak teratur dan
lingkungan menjadi kumuh.
Pasar Induk Wonosobo mempunyai rencana pembangunan ulang redesain pasar induk Kabupaten
Wonosobo agar bisa mewadahi aktivitas pengguna, meningkatkan kenyamanan dan keamanan pengguna
serta meningkatkan potensi pasar sebagai aset vital daerah dan pusat perkembangan ekonomi regional.
Pembangunan ulang pasar juga sudah tecantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Wonosobo 2016-2021.
Permasalahan lain juga muncul dalam pembangunan kios-kios sementara di sekeliling pasar yang
menimbulkan masalah terhadap pedagang dan masyarakat sekitar. Kios-kios yang dibangun di jalan
menimbulkan masalah baru seperti kemacetan dan masalah kebersihan yang kurang terjaga. Keadaan
seperti ini mengakibatkan kegiatan di dalam pasar menjadi terhambat dan berakibat pada kenyamanan
dan keamanan pedagang, pembeli, pengunjung, dan masyarakat sekitar terganggu (Tabloid Wonosobo
tahun 2014).
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian Pasar
Pasar sebagai area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut
sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan
lainnya (Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112 th. 2007). Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika
Serikat pasar adalah suatu tempat pelaksanaan kegiatan usaha perdagangan yang kemudian di arahkan
secara khusus untuk barang dan jasa dari produsen ke konsumen.Berdasarkan pengertian yang disebutkan
di atas definisi pasar adalah suatu tempat untuk melaksanakan proses jual beli barang atau jasa dari
produsen terhadap konsumen dan sebaliknya. Kegiatan tersebut didukung dengan adanya fasilitas-
fasilitas penunjang baik dikelola oleh pemerintah maupun swasta.Menurut Peraturan Presiden RI no. 112
tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern,
Berdasarkan sifatnya, pasar di Indonesia secara umum dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu pasar
tradisional, pusat perbelanjaan, toko, toko modern yang meliputi minimarket, supermarket, department
store, hypermart ataupun grosir yang berbentuk perkulakan. Berdasarkan sistem perdaganganya dibagi
menjadi dua jenis yaitu pasar tradisional dan pasar modern.
c) Penunjang
Penunjan pasar yaitu, pemerintah sebagai pemberi izin berdirinya dan beroperasinya pasar.Swasta
pedagang penyewa temoat, pelaksana pembangunan pasar.Pengelola melaksanakan
pembangunan, pengelola tempat, pengelola kebersihan, pengelola distribusi barang dan stabilitas
harga.Bank memperlancar kegiatan ekonomi.
dengan cara menyisipkan ke dalam satu kompleks pada area bagunan eksistingnya. Langkah-langkah
untuk melakukan insertion:
1. Proporsi bukaan, lokasi pintu masuk , ukuran pintu jendela yang mengatur artikulasi rasio
solid void pada dinding.
2. Bahan bangunan permukaan material dan tekstur untuk menghsilkan motif bayang .
3. Warna
2.2.1. Locationing
a. In the ground (di bawah tanah)
b. Up the ground (di atas tanah)
c. In and up the ground (di bawah dan atas tanah)
2.2.2. Separate
Separate digunakan ketika suatu bangunan baru dengan bangunan eksiting berpisah. Maka
penghubungnya dapat berupa:
a. By bridge (jembatan). Jembatan ini berbeda dengan selasar meski banyak kita jumpai
selasar berupa jembatan penghubung. Namun dalam formula ini lebih ditegaskan bahwa
jembatan digunakan sebagai penghubung antara bangunan baru dengan eksisting dari
lantai dua.
b. By gallerie (selasar). Jika penghubungnya di lantai satu menggunakan selasar yang
berupa lorong semacam penghubung antarruang.
c. By plaza (plasa). Area plasa ini erbuka luas dan digunakan publik untuk aktivitas
sosialisasi antarpengunjung atau bermain.
d. Circulation area (sebuah bangunan atau plaza untuk sirkulasi). Sirkulasi yang dimaksid
adalah penghubung berupa tangga, lift, dan eskalator.
Dari teori tersebut dapat disimpulkan beberapa langkah untuk melakukan insertion yaitu:
a. Melihat kondisi area bangunan eksisting dan lingkungan sekitar
b. Mempelajari kondisi eksisting, struktur, utilitas, drainase dan lain-lain.
c. Mengetahui status bangunan eksisting merupakan bagunan heritage atau bukan.
d. Memilihi pendekatan desain yang sesuai
e. Memilih formula
f. Melakukak komposisi/proporsi desain bentukan bangunan.
g. Membuat sintesa berupa konklusi desain.
3. Metode Perancangan
3.1. ALUR DAN PROSES PERANCANGAN
Metode perancangan yang digunakan dalam proses redesain pasar induk Kabupaten Wonosobo adalah
metode analisis dan mengambil informasi secara umum kemudian di klarifikasikan menjadi informasi
khusus. Metode analisis penguraian dan kajian data sebagai landasan dasar untuk redesain pasar induk
Wonosobo dengan pendekatan insertion guna meningkatkan potensi pasar sebagai aset vital daerah, pusat
perkembangan ekonomi dan mendukung pariwisata.
Pada pagi hari site membutuhkan pecahayaan Penambahan void di tengah bangunan untuk
matahari yang lebih banyak karena kegiatan jual memaksimalkan pencahayaan alami pada
beli pada pagi hari antara jam 05.00-09.00 WIB. bangunan.
Cahaya matahari berfungsi untuk menjaga Penempatan shading pada sisi timur dan barat
bangunan agar tidak terlalu lembab. bangunan untuk mereduksi cahaya dan panas
secara langsung
2. Arah Angin
Angin yang berhembus pada site mempunyai potensi untuk penghawaan alami dalam bangunan.
Hal ini bertujuan agar bangunan tidak lembab dan menciptakan sirkulasi udara yang baik pada
bangunan.
Tabel 4. Analisis Arah Angin
Analisis Respon
Terdapat dua jenis angin yang berhembus setiap Penambahan selasar lebar ditengah dan void
musim penghujan dan musim kemarau yaitu untuk memaksimalkan penghawaan alami untuk
angin muson timur datang dari arah tenggara bangunan.
yang menyebabkan musim kemarau dan angin Site berada di tengah kota dan diantara kompleks
muson barat yang datang dari arah barat daya pertokoan yang rapat sehingga sirkulasi angin
yang menyebabkan musim penghujan. minim, untuk bangunan di buat space di dekat
Kecepatan rata-rata yaitu 25-30km/jam jalan agar angin masuk pada lantai 1 dan
diteruskan ke atas melalui void dan cross
ventilation.
3. Drainase
Sistem drainase pada bangunan digunakan untuk pendistribusian air hujan. Pada site dikelilingi
sistem drainase lingkungan yang berfungsi sebagai tempat pembuangan kelebihan air hujan.
Saluran drainase pada tapak kurang terawat Penambahan roof drain pada atap guna
karena banyak kotoran dan bau menyengat. menyalurkan air hujan ke bawah dan kemudian
akan di tampung disumur resapan air hujan jika
sudah berlebih baru akan dibuang ke saluran
drainase lingkungan dan meletakkan beberapa
sumur resapan di area site
4. Vegetasi
Vegetasi digunakan sebagai peneduh pada area site agar tidak gersang. Vegetasi juga mengurangi
dan menyaring debu yang dihasilkan dari aktivitas pasar.
Minimnya vegetasi di area site menyebabkan site Pemilihan vegetasi dan memiliki ciri-ciri melebar
menjadi gersang karena tidak ada penenduh, dan tumbuh besar sebagai peneduh dan
penyaring debu dan penyaring gas polutan. mengurangi polusi udara. Pohon yang dipilih
adalah pohon ketapang. Pohon ini mempunyai
fungsi sebagai peneduh dan mereduksi polusi.
Pohon digunakan untuk peneduh pada parkiran
outdoor.
5. Jaringan Elektrikal
Jaringan elektrikal bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi bangunan seperti pencahayaan,
mekanikal dan sistem-sistem yang membutuhkan energy listrik.
Jaringan elektrikal pada site bersumber dari PLN Respon jaringan elektrikal menggunakan sistem
yang distribusinya melalui tiang listrik di distribusi yang dimulai dari sumber listrik yang
sepanjang jalan lingkungan dan jalan utama. berasal dari tiang listrik kemudian menuju ruang
. panel, diruang panel listrik akan di olah untuk
pembagian zona layanannya, kemudian dari
ruang panel kemudian akan di teruskan ke area-
area yang membutuhkan listrik setiap lantainya.
Penggunaan listrik pada keadaan darurat
menggunakan genset.
Sumber air yang digunakan yaitu PDAM dan Sumber yang digunakan ada 2 yaitu sumber dari
sumur air bersih. PDAM dan sumur aur bersih seperti kondisi
eksisting. Sistem distribusi air bersih yang
digunakan adalah down feed system . Sistem ini
lebih hemat dalam segi biaya dan energi listrik
karena tidak perlu memakai pompa air dan hanya
memanfaatkan gaya gravitasi.
Terdapat hydrant di depan blok Timur dan Peyediaan sirkulasi memutari bangunan untuk
samping kanan kiri blok Barat pasar. mobil pemadam kebakaran dan menggunakan
struktur dan material tahan api agar api tidak
cepat menyebar dan merusak struktur.
Pemakaian struktur dan material tahan api juga
akan memberi keamanan dalam beberapa waktu
pada evakuasi kebakaran.
4.5. Konsep
4.5.1 Konsep Umum
Konsep umum pada bangunan terdiri dari konsep bentuk massa, jaringan sanitasi, distribusi sampah,
jaringan elektrikal, jaringan air bersih, jaringan drainasi, dan penanggulangan kebakaran. Konsep umum
dijelaskan sebagai berikut:
Elemen Fasad
Bangunan Baru(Blok Barat) Bangunan Eksisting(Blok Timur)
Bangunan baru menggunakan bahan bangunan utama Bangunan lama menggunakan bahan bangunan
berupa beton dan bahan yang lain berupa batu alam, utama berupa beton dan bahan yang lain berupa
besi, baja, dan kaca. kaca dan baja ringan.
Formula Insertion
Baru danBangunan
Locationing
Bangunan baru berada pada up the
ground yaitu di atas tanah.
Separate
Gambar 5. Siteplan
Gambar 6. Tampak A
Gambar 7. Tampak B
Gambar 8. Tampak C
Gambar 9. Tampak D
Tampak bangunan merupakan penerapan dari konsep insertion dengan pendekatan Compatible Laras.
Bentuk fasad pada bangunan memiliki kemiripan dengan bangunan eksisting yaitu bangunan pasar Blok
Timur. Bangunan memiliki proporsi bukaan dengan bentuk persegi, bentuk masa dengan figure ground
yang sama, dan penerapan bentuk lengkung, pola garis vertikal dan horizontal pada fasad namun lebih
sederhana dari bangunan eksistingnya.
5. Kesimpulan
Redesain pasar induk Wonosobo yaitu menciptakan suatu desain baru pasar tradisional dengan
pertimbangan unsur fungsional, keamanan, dan kenyamanan, di dalamnya sehingga dapat menjadi wadah
aktivitas perdagangan untuk pengguna dan meningkatkan potensi-potensi yang ditemukan di Pasar Induk
Wonosobo dalam perkembangan ekonomi daerah. Redesain pasar induk Wonosobo juga berguna untuk
mewadahi aktivitas dan meningkatkan kenyamanan dan keamanan pengguna dengan pertimbangan
fungsional. Pendekatan Insertion yang digunakan dalam bangunan menjadikan bangunan tersebut
mendukung beberapa aspek dan fungsi pasar, seperti kebutuhan parkir, tatanan zonasi yang lebih teratur,
dan tampak bangunan baru yang lebih sederhana.
Daftar Pustaka
Ardiani, Milla. 2009. Insertion: Menambah Tanpa Merobohkan. Surabaya: Wastu Lanas Grafika.
Bintoro, SA.2016.”Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan Pasar Tradisional di Kabupaten
Bantul”.Skripsi.Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Endah, Yuliana. 2016. “Redesain Pasar Induk Wonosobo Sebagai Model Pasar Tradisional – Modern dengan Penekanan Desain
Arsitektur Tropis”. Skripsi. Teknik Arsitektur. Universitas Diponegoro, Semarang.
Gewirtzman, Fisher. 2016.Adaptive Reuse Architecture Documentation and Analysis. Faculty of Architecture & Town Planning,
Technion – IIT, Haifa, Israel.
Jumlah Pasar Tradisional Jawa Tengah tahun 2013.(jateng.bps.go.id tahun 2013)
Kunjungan KEMENDAG ke Pasar Induk Wonosobo. (kemendag.go.id., 2015)
Oktaviana, Galuh. 2015. “Redesain Pasar Jongke Surakarta”. Skripsi. Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Pembangunan Pasar Induk Wonosobo.(wonosobozone.com)
Peraturan Presiden RI no. 112 tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern
Roosdiana, NW.2015.”Pasar Umum Gubug di Kabupaten Grobogan dengan Pengolahan Tata Ruang Luar dan Dalam Melalui
Pendekatan Ideologi Fungsionalisme Utilitarian”.Skripsi. Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Tamher, Fatma.2017.”Analisis pada Kasus Relokasi Pasar Inpres di Distrik Biak Kota, Kabupaten Biak Numfor,
Papua.Skripsi.Universitas Hasanuddin.Makasar
SNI-8152-2015 Pasar Rakyat