net/publication/312124299
CITATIONS READS
0 5,726
2 authors, including:
Woko Suparwoko
Universitas Islam Indonesia
44 PUBLICATIONS 28 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
PEMANFAATAN ENERGI DINGIN BUMI DAN BATU UNTUK PENGKONDISIAN RUANG BANGUNAN BERORIENTASI GO GREEN DAN LOCAL GENIUS View project
All content following this page was uploaded by Woko Suparwoko on 07 January 2017.
ABSTRAK
Kawasan Malioboro merupakan kawasan wisata, budaya, dan pusat perekonomian di Yogyakarta.
Jalan Malioboro (bahasa Jawa: Hanacaraka, Dalan Malioboro) adalah nama salah satu kawasan
jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke
perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Margo Utomo, Jalan
Malioboro, dan Jalan Margo Mulyo. Jalan ini merupakan poros Garis Imajiner Kraton Yogyakarta.
Pada tanggal 20 Desember 2013, pukul 10.30 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X, nama dua ruas
jalan Malioboro dikembalikan ke nama aslinya, Jalan Pangeran Mangkubumi menjadi jalan Margo
Utomo, dan Jalan Jenderal Achmad Yani menjadi jalan Margo Mulyo. Kemacetan jalan dan
kesempitan ruang pedestrian di Malioboro menjadi masalah utama yang menimbulkan
ketidaknyamanan bagi pengguna jalan. Analisis dilakukan dengan berpedoman pada teori yang
terdapat dalam buku “The Urban Design Process” oleh Hamid Shirvani. Dalam membuat rancangan
revitalisasi, kami mengumpulkan data dengan kajian literature, dan survey lapangan. Hingga muncul
rekomendasi yaitu pengaturan terhadap sirkulasi kendaraan bermotor yang melintasi jalan
Malioboro dengan cara memutari Kawasan Malioboro, area pedestrian tidak digunakan untuk parkir
motor, menempatkan area parkir baru. menata pepohonan yang menghalangi pertokoan, dan
menghilangkan kios-kios yang tidak sesuai peraturan Kawasan Malioboro. Tujuan Penulisan Makalah
adalah untuk melakukan analisis sirkulasi dan pedestrian pada Kawasan Malioboro, Yogyakarta.
Kata Kunci: Kawasan Malioboro, Kemcetan Jalan, Sirkulasi, Pedestrian, Area Parkir, dan Revitalisasi
1
Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi
Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0
2
Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi
Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0
3
Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi
Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0
- setiap luas 100 m2 luas area perkantoran 1 lot paling mencolok adalah ruang – ruang
parkir mobil. Sedangkan pemilikan kendaraan pedestrian dan open space yang berubah
adalah 60 mobil setiap 1000 penduduk. menjadi lahan parkir dan PKL.
III.1. Sirkulasi
2. Permasalahan
Berdasarkan teori didapati bahwa pada
lokasi jaringan jalan ruang terbuka sudah
mendukung citra kawasan dan aktivitas pada
kawasan, akan tetapi lingkungan kurang
legible, bentuk – bentuk fisik dari elemen
paths, edges, nodes, landmark, dan district
belum mampu membantu kejelasan dalam
bersirkulasi, sehingga kerap menimbulkan
pengunjung tersesat. Selain itu Kerjasama dari Jalur Bus Transjogja di Kawasan Malioboro, Yogyakarta
sektor kepemilikan dan privat dan publik Sumber : Dokumentasi Penulis
dalam mewujudkan tujuan dari kawasan
Terjadi penyalahgunaan ruang / lahan, yang
4
Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi
Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0
3. Skor
Setelah menganalis permasalahan yang
ada maka diperoleh skor dengan rentang 1
sampai 5, yaitu :
visual jalan = 2
orientasi driver = 3
lingkungan legible = 3
public sectors = 2
perivate sectors = 3 Area Parkir pada Pedestrian di Kawasan Malioboro,
Yogyakarta
akses kendaraan dalam gang = 2 Sumber : Dokumentasi Penulis
5
Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi
Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0
2. Permasalahan
Terdapat pendukung aktivitas
disepanjang jalan. Terdapat pula street
furniture. Akan tetapi dalam perancangannya,
keamanan kurang terjaga, jalur pedestrian
terganggu oleh area parkir motor, semrawut,
kurang menyenangkan, jalurnya sempit, fungsi
ruang berganti menjadi kios illegal.
6
Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi
Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0
III. KESIMPULAN
Dari analisis yang sudah dipaparkan sebelumnya oleh penulis dapat disimpulkan bahwa
mengatur sirkulasi dengan mempertimbangkan sejarah Kawasan Malioboro. Kawasan Malioboro
dijadikan Kawasan berbudaya dengan mengsirkulasikan Kendaraan Non Motor melalui Jalur Khas
Malioboro yaitu dari Alun-alun Utara hingga Rel Kereta Api, mengsirkulasikan kendaraan Bermotor
memutari Kawasan Malioboro, Kendaraan Bermotor tidak melewati Jalur Dalam Kawasan Malioboro.
Area Parkir dihilangkan dari Pedestrian, dengan membuat Area Parkir baru di Kawasan Malioboro.
Kios illegal dihilangkan dari Jalur Pedestrian.
Rekomendasi desain yang kami peroleh yaitu,
SIRKULASI
Dari arah
H Stasiun Tugu
H
H (Akses Pedestrian)
Dari Jalan
Abu Bakar Ali
Arah pergerakan kendaraan
Bermotor dan Non Motor
Arah pergerakan kendaraan
Non Motor
Jalur Khas Jogja (Pedestrian dan Non Motor)
H Halte Trans Jogja
7
Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi
Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0
AREA PARKIR
8
Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi
Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0
PEDESTRIAN
Demikian kesimpulan dan rekomendasi yang kami berikan untuk malioboro yang
lebih baik.
9
Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi
Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0
10