Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/312124299

REVITALISASI SIRKULASI DAN PEDESTRIAN PADA KAWASAN MALIOBORO,


YOGYAKARTA

Conference Paper · August 2015

CITATIONS READS

0 5,726

2 authors, including:

Woko Suparwoko
Universitas Islam Indonesia
44 PUBLICATIONS   28 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

PEMANFAATAN ENERGI DINGIN BUMI DAN BATU UNTUK PENGKONDISIAN RUANG BANGUNAN BERORIENTASI GO GREEN DAN LOCAL GENIUS View project

MODEL INOVASI Pendekatan Perancangan PERKOTAAN Yogyakarta Istimewa View project

All content following this page was uploaded by Woko Suparwoko on 07 January 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi
Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0

REVITALISASI SIRKULASI DAN PEDESTRIAN


PADA KAWASAN MALIOBORO, YOGYAKARTA

Yoga Gayuh Mukti1 dan Ir. Suparwoko, MURP., Ph. D.2


1
Mahasiswa Program Arsitektur Universitas Islam Indonesia
2
Dosen Program Arsitektur Universitas Islam Indonesia
Email: ygmukti@gmail.com

ABSTRAK
Kawasan Malioboro merupakan kawasan wisata, budaya, dan pusat perekonomian di Yogyakarta.
Jalan Malioboro (bahasa Jawa: Hanacaraka, Dalan Malioboro) adalah nama salah satu kawasan
jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke
perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Margo Utomo, Jalan
Malioboro, dan Jalan Margo Mulyo. Jalan ini merupakan poros Garis Imajiner Kraton Yogyakarta.
Pada tanggal 20 Desember 2013, pukul 10.30 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X, nama dua ruas
jalan Malioboro dikembalikan ke nama aslinya, Jalan Pangeran Mangkubumi menjadi jalan Margo
Utomo, dan Jalan Jenderal Achmad Yani menjadi jalan Margo Mulyo. Kemacetan jalan dan
kesempitan ruang pedestrian di Malioboro menjadi masalah utama yang menimbulkan
ketidaknyamanan bagi pengguna jalan. Analisis dilakukan dengan berpedoman pada teori yang
terdapat dalam buku “The Urban Design Process” oleh Hamid Shirvani. Dalam membuat rancangan
revitalisasi, kami mengumpulkan data dengan kajian literature, dan survey lapangan. Hingga muncul
rekomendasi yaitu pengaturan terhadap sirkulasi kendaraan bermotor yang melintasi jalan
Malioboro dengan cara memutari Kawasan Malioboro, area pedestrian tidak digunakan untuk parkir
motor, menempatkan area parkir baru. menata pepohonan yang menghalangi pertokoan, dan
menghilangkan kios-kios yang tidak sesuai peraturan Kawasan Malioboro. Tujuan Penulisan Makalah
adalah untuk melakukan analisis sirkulasi dan pedestrian pada Kawasan Malioboro, Yogyakarta.

Kata Kunci: Kawasan Malioboro, Kemcetan Jalan, Sirkulasi, Pedestrian, Area Parkir, dan Revitalisasi

1. PENDAHULUAN penetapan Titik Nol Kilometer hingga simpang


Pemerintah Kota Yogyakarta dalam tiga Ngejaman sebagai kawasan pedestrian
menata Kawasan Malioboro menyiapkan secara penuh pada awal 2015.
aturan mengenai transportasi wisata yang akan Yogyakarta. Pada grafik menunjukkan
menjadi bagian dari program penataan pertumbuhan penduduk pada tahun 2010
kawasan Malioboro. Penataan kawasan hingga 2012 meningkat pesat dan tidak
Malioboro juga akan diikuti dengan penataan terkendali yang disebabkan laju urbanisasi dan
Alun-Alun Utara Yogyakarta. Penerapan jumlah kunjungan mahasiswa dan pekerja dari
aturan untuk transportasi pariwisata tersebut luar daerah ke kota Yogyakarta.
akan diberlakukan bersamaan dengan
a. Melakukan analisis sirkulasi ditinjau dari :
TUJUAN DAN SASARAN - Kendaraan bermotor : mobil, motor, bus
1. Tujuan transjogja.
Revitalisasi sirkulasi dan pedestrian pada - Kendaraan non-motor : becak, andong,
Kawasan Malioboro agar menjadi sepeda, manusia.
kawasan yang lebih tertata dan nyaman b. Melakukan analisis area parkir sepanjang
bagi penggunanya. Jalan Malioboro dan Marga Mulya.
2. Sasaran

1
Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi
Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0

c. Melakukan analisis elemen-elemen memiliki peranan penting di era kemerdekaan


pedestrian yang meliputi, elemen (pasca-1945), sebagai orang-orang Indonesia
pendukung pedestrian dan street furniture. berjuang untuk membela kemerdekaan mereka
dalam pertempuran yang terjadi Utara-Selatan
II. KAJIAN RUMAH SUSUN DENGAN sepanjang jalan.
PENDEKATAN GREEN FACADE DAN Malioboro juga menjadi sejarah
LANDSCAPE perkembangan seni sastra Indonesia. Dalam
Antologi Puisi Indonesia di Yogyakarta 1945-
II.1 Sejarah Malioboro, Yogyakarta 2000 memberi judul “MALIOBORO” untuk
buku tersebut, buku yang berisi 110 penyair
Dalam bahasa Sansekerta, kata yang pernah tinggal di yogyakarta selama
“malioboro” bermakna karangan bunga. itu kurun waktu lebih dari setengah abad. Pada
mungkin ada hubungannya dengan masa lalu tahun 1970-an, Malioboro tumbuh menjadi
ketika Keraton mengadakan acara besar maka pusat dinamika seni budaya Jogjakarta. Jalan
jalan malioboro akan dipenuhi dengan bunga. Malioboro menjadi „panggung‟ bagi para
Kata malioboro juga berasal dari nama seorang “seniman jalanan” dengan pusatnya gedung
kolonial Inggris yang bernama “Marlborough” Senisono. Namun daya hidup seni jalanan ini
yang pernah tinggal disana pada tahun 1811- akhirnya terhenti pada 1990-an setelah gedung
1816 M. pendirian jalan malioboro bertepatan Senisono ditutup.
dengan pendirian keraton Yogyakarta
(Kediaman Sultan). II.2. “The Urban Design Process” oleh
Perwujudan awal yang merupakan Hamid Shirvani
bagian dari konsep kota di Jawa, Jalan Menurut teori Shirvani Hamid, The
malioboro ditata sebagai sumbu imaginer
techniques used are organized around three
utara-selatan yang berkorelasi dengan Keraton
major principles. First, roads should be
ke Gunung merapi di bagian utara dan laut
Selatan sebagai simbol supranatural. Di era positive visual open space elmentsin
kolonial (1790-1945) pola perkotaan itu themselves. Second, the road is to give
terganggu oleh Belanda yang membangun orientaton to the driver and to make the
benteng Vredeburg (1790) di ujung selatan environment legible. third, public and private
jalan Malioboro. Selain membangun benteng sectors should combine in partnership to
belanda juga membangun Dutch Club acheive these goals. The parking element has
(1822), the Dutch Governor‟s Residence two direct effect on quality of environment.
(1830), Java Bank dan kantor Pos untuk first, survival of downtown commercial
mempertahankan dominasi mereka di activities. second, severe visual impact on the
Yogyakarta. Perkembangan pesat terjadi pada physical form and fabric of the city. It is
masa itu yang disebabkan oleh perdaganagan realistic assume that the automobile has
antara orang belanda dengan orang cina. Dan
become an essential part of American life and
juga disebabkan adanya pembagian tanah di
sub-segmen Jalan Malioboro oleh Sultan that the trend will probably continue in the
kepada masyarakat cina dan kemudian dikenal future. however, serveral factors will
sebagagai Distrik Cina. contribute to its continuance.
Perkembangan pada masa itu first, increase in eficiency of the
didominasi oleh Belanda dalam membangun automobile to a large extent countract increase
fasilitas untuk meningkatkan perekonomian in the cost of gasoline.
dan kekuatan mereka, Seperti pembangunan Second, the relative unvail ability of
stasiun utama (1887) di Jalan Malioboro, yang public transportation in this country is
secara fisik berhasil membagi jalan menjadi matched by seeming unwillingness (with some
dua bagian. Sementara itu, jalan Malioboro notable exception) to invest in it as evidanced

2
Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi
Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0

by current policies of the present pejalan kaki (termasuk masyarakat


administration. penyandang cacat dan lanjut usia), sistem
There are various ways of handling dan sarana transit, sistem parkir,
paring that permit virtual elimination of perencanaan jalur pelayanan lingkungan,
surface parking. First, of course, is the dan sistem jaringan penghubung.
construction of parking garages in those parts
of the city where structures have been built II.3. SNI 03-1733-2004. Tata Cara
without provision for parking. Second, Perencanaan Lingkungan Perumahan
Approach is the multiple program, with di Perkotaan
maximizes uses of existing parking by means of Penyediaan jaringan parkir,
a program that shares different use and Persyaratan dan kriteria ini disusun sebagai
attracts different people at different times, acuan bagi pengembang lingkungan
Third, is package plan parking.A bussines with perumahan dalam skala besar untuk memenuhi
kebutuhan aksesibilitas transportasi umum
a large number of employees may form a
lokal. Lahan parkir untuk pusat-pusat kegiatan
parking district or provide a few blocks off all Lokasi lahan parkir untuk pusat-pusat kegiatan
day remote parking. Finally, forth program is dapat didesain baik dengan dikelompokkan
urban edge parking. Here, a city of the most ataupun menyebar di setiap pusat kegiatan
powerfull tools for structuring an urban tergantung pada perencanaan. Beberapa
environment. persyaratan khusus yang harus dipenuhi:
Pedestrian ways are an essential - lahan parkir merupakan fasilitas pelengkap
element of urban design, and they are not just dari pusat kegiatan, sehingga sedapatnya
part of a beautification program. Rather, they sedekat mungkin dengan pusat kegiatan yang
are a comfort system as well as support dilayani;
element retailing and for vitality of urban - lokasi parkir harus mudah diakses/dicapai
spaces. dari/ke pusat-pusat kegiatan tanpa gangguan
ataupun memotong arus lalu lintas jalan utama;
A good pedestrian system reduces
- lahan parkir harus memiliki hubungan dengan
dependency on automobiles in a downtown
jaringan sirkulasi pedestrian secara langsung;
area, increases trips downtown, enchances the dan
environment by promoting a human-scale - lokasi parkir harus mudah terlihat dan dicapai
system and finally, helps to improve air dari jalan terdekat. Luas lahan parkir pada area
quality. pusat kegiatan. Adapun luas dari lahan parkir
The key issue in pedestrian planning is tergantung pada beberapa faktor:
balance, “how much to give pedestrians and - jumlah pemilikan kendaraan;
how much to give vehicles” .( PAS 368,1982 : - jenis kegiatan dari pusat kegiatan yang
3). dilayani; dan
- sistem pengelolaan parkir, misalnya parkir
II.3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum bersama, parkir berbagi antar beberapa kapling
Nomor 06/PRT/M/2007 Tanggal 16 Maret (shared parking area), ataupun parkir lahan
pribadi (private parking area).
2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Dengan demikian besaran parkir akan
Bangunan Dan Lingkungan.
berbeda-beda tergantung pusat kegiatan yang
Sistem sirkulasi dan jalur penghubung dilayaninya. Standar besaran yang umumnya
terdiri dari jaringan jalan dan pergerakan, dipakai adalah:
sirkulasi kendaraan umum, sirkulasi - setiap luas 60 m2 luas area perbelanjaan 1 lot
kendaraan pribadi, sirkulasi kendaraan parkir mobil
informal setempat dan sepeda, sirkulasi

3
Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi
Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0

- setiap luas 100 m2 luas area perkantoran 1 lot paling mencolok adalah ruang – ruang
parkir mobil. Sedangkan pemilikan kendaraan pedestrian dan open space yang berubah
adalah 60 mobil setiap 1000 penduduk. menjadi lahan parkir dan PKL.

III. DATA & ANALISIS SIRKULASI DAN


PEDESTRIAN KAWASAN MALIOBORO,
YOGYAKARTA

III.1. Sirkulasi

1. Teori Mengenai Sirkulasi


Hamid Shirvani dalam bukunya “The
Urban Design Process”, The techniques used
are organized around three major principles.
First, roads should be positive visual open
space elmentsin themselves. Second, the road
Kemacetan pada akses Jalan Masuk ke Kawasan
is to give orientaton to the driver and to make Malioboro, Yogyakarta
the environment legible. third, public and Sumber : Dokumentasi Penulis
private sectors should combine in partnership
to acheive these goals.
Yang bermakna bahwa, Dalam perencanaan
untuk jaringan sirkulasi dan parkir harus selalu
memperhatikan :
a. Jaringan jalan harus merupakan ruang
terbuka yang mendukung citra kawasan dan
aktivitas pada kawasan.
b. Jaringan jalan harus memberi orientasi pada
penggunan dan membuat lingkungan yang
legible. Pertigaan Pasar Bringharjo di Kawasan Malioboro,
c. Kerjasama dari sektor kepemilikan dan Yogyakarta.
privat dan publik dalam mewujudkan tujuan Sumber : Dokumentasi Penulis
dari kawasan.

2. Permasalahan
Berdasarkan teori didapati bahwa pada
lokasi jaringan jalan ruang terbuka sudah
mendukung citra kawasan dan aktivitas pada
kawasan, akan tetapi lingkungan kurang
legible, bentuk – bentuk fisik dari elemen
paths, edges, nodes, landmark, dan district
belum mampu membantu kejelasan dalam
bersirkulasi, sehingga kerap menimbulkan
pengunjung tersesat. Selain itu Kerjasama dari Jalur Bus Transjogja di Kawasan Malioboro, Yogyakarta
sektor kepemilikan dan privat dan publik Sumber : Dokumentasi Penulis
dalam mewujudkan tujuan dari kawasan
Terjadi penyalahgunaan ruang / lahan, yang

4
Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi
Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0

3. Skor
Setelah menganalis permasalahan yang
ada maka diperoleh skor dengan rentang 1
sampai 5, yaitu :
visual jalan = 2
orientasi driver = 3
lingkungan legible = 3
public sectors = 2
perivate sectors = 3 Area Parkir pada Pedestrian di Kawasan Malioboro,
Yogyakarta
akses kendaraan dalam gang = 2 Sumber : Dokumentasi Penulis

III.2. Area Parkir


1. Teori Mengenai Area Parkir

Hamid Shirvani dalam bukunya “The


Urban Design Process” The parking element
has two direct effect on quality of environment.
first, survival of downtown commercial
activities. second, severe visual impact on the
physical form and fabric of the city. Yang
berarti bahwa elemen ruang parkir memiliki
dua efek langsung pada kualitas lingkungan, Ketidakjelasan Area Parkir Sementara di Kawasan
yaitu, Kelangsungan aktivitas komersial, dan Malioboro, Yogyakarta
Pengaruh visual yang penting pada bentuk fisik Sumber : Dokumentasi Penulis
dan susunan kota.
Dalam merencanakan tempat parkir 3. Skor
yang benar, hendaknya memenuhi persyaratan Dari hasil analisis diperoleh hasil berupa
: score dengan rentang 1 sampai 5, yaitu :
a. keberadaan strukturnya tidak mengganggu aktivitas komersial = 1
aktivitas di sekitar kawasan kondisi visual = 1
b. pendekatan program penggunaan berganda automobile = 1
c. tempat parkir khusus public transportation = 3
d. tempat parkir di pinggiran kota. Gedung Parkir = 1
2. Permasalahan daya tampung = 2
Dalam merencanakan tempat parkir letak tempat parkir = 3
tidak benar, Keberadaan tempat parkir
mengganggu pedestrian, penggunaan area III.2. Pedestrian
parkir mengganggu sirkulasi, terdapat tempat 1. Teori Mengenai Pedestrian
parkir khusus kendaraan non motor yaitu dokar Hamid Shirvani dalam bukunya “The
dan becak, akan tetapi parkiran motor sangat Urban Design Process” Pedestrian ways are
berefek ketidaknyamanan pengguna. an essential element of urban design, and they
are not just part of a beautification program.

5
Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi
Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0

Rather, they are a comfort system as well as


support element retailing and for vitality of
urban spaces.
Dari teori didapatkan bahwa elemen
pejalan kaki harus dibantu dengan interaksinya
pada elemen-elemen dasar desain tata kota dan
harus berkaitan dengan lingkungan kota dan
pola-pola aktivitas sertas sesuai dengan
rencana perubahan atau pembangunan fisik
kota di masa mendatang.
Perubahan-perubahan rasio
Arcade di Kawasan Malioboro, Yogyakarta
penggunaan jalan raya yang dapat Sumber : Dokumentasi Penulis
mengimbangi dan meningkatkan arus pejalan
kaki dapat dilakukan dengan memperhatikan
aspek-aspek sebagai berikut :
a. Pendukung aktivitas di sepanjang jalan,
adanya sarana komersial seperti toko, restoran,
café.
b. Street furniture berupa pohon-pohon, rambu-
rambu, lampu, tempat duduk, dan sebagainya.
Dalam perancangannya, jalur pedestrian harus
mempunyai syarat-syarat untuk dapat
digunakan dengan optimal dan memberi
kenyamanan pada penggunanya. Syarat-syarat
Jalur Pedestrian yang menjadi Area Parkir Motor di
tersebut adalah : Kawasan Malioboro, Yogyakarta
a. Aman dan leluasa dari kendaraan bermotor. Sumber : Dokumentasi Penulis
b. Menyenangkan, dengan rute yang mudah 4. Skor
dan jelas yang disesuaikan dengan hambatan Dari hasil analisis diperoleh hasil
kepadatan pejalan khaki. berupa score dengan rentang 1 sampai 5, yaitu:
c. Mudah, menuju segala arah tanpa hambatan Reduce dependency an automobiles = 1
yang disebabkan gangguan naik-turun, ruang Increase trips downtown = 3
yang sempit, dan penyerobotan fungsi lain. enhances the environment by promoting a
d. Punya nilai estetika dan daya tarik, dengan human-scale system = 2
penyediaan sarana dan prasarana jalan seperti: helps to improve air quality = 2
taman, bangku, tempat sampah dan lainnya.

2. Permasalahan
Terdapat pendukung aktivitas
disepanjang jalan. Terdapat pula street
furniture. Akan tetapi dalam perancangannya,
keamanan kurang terjaga, jalur pedestrian
terganggu oleh area parkir motor, semrawut,
kurang menyenangkan, jalurnya sempit, fungsi
ruang berganti menjadi kios illegal.

6
Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi
Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0

III. KESIMPULAN
Dari analisis yang sudah dipaparkan sebelumnya oleh penulis dapat disimpulkan bahwa
mengatur sirkulasi dengan mempertimbangkan sejarah Kawasan Malioboro. Kawasan Malioboro
dijadikan Kawasan berbudaya dengan mengsirkulasikan Kendaraan Non Motor melalui Jalur Khas
Malioboro yaitu dari Alun-alun Utara hingga Rel Kereta Api, mengsirkulasikan kendaraan Bermotor
memutari Kawasan Malioboro, Kendaraan Bermotor tidak melewati Jalur Dalam Kawasan Malioboro.
Area Parkir dihilangkan dari Pedestrian, dengan membuat Area Parkir baru di Kawasan Malioboro.
Kios illegal dihilangkan dari Jalur Pedestrian.
Rekomendasi desain yang kami peroleh yaitu,
SIRKULASI

Dari arah
H Stasiun Tugu
H
H (Akses Pedestrian)

Dari Jalan
Abu Bakar Ali
Arah pergerakan kendaraan
Bermotor dan Non Motor
Arah pergerakan kendaraan
Non Motor
Jalur Khas Jogja (Pedestrian dan Non Motor)
H Halte Trans Jogja

7
Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi
Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0

AREA PARKIR

DESAIN AREA PARKIR

AREA PARKIR BARU

BANDARAI GUSTI NGURAH RAI, BALI

8
Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi
Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0

PEDESTRIAN

KAWASAN BEBAS KENDARAAN


BERMOTOR

Demikian kesimpulan dan rekomendasi yang kami berikan untuk malioboro yang
lebih baik.

9
Konferensi Nasional II Forum Wahana Teknologi
Yogyakarta, 10 Agustus 2015, ISBN 978-602-98397-6-0

IV. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. TUGAS BESAR MATA KULIAH PERANCANGAN PERKOTAAN.


.https://docs.google.com/presentation/d/1HCCAcnHkq_fFX0bXBVhjIZPWIX1gAnHeXvsLXw056M
U/embed#slide=id.i0Sirvani, Hamid. 1985. The Urban Design Process. Van Nostrand Reinhold:
New York
CSIR Building and Construction Technology. 2000. HUMANSETTLEMENT PLANNING AND
DESIGN. CSIR, Pretoria
Departemen Pekerjaan Umum, Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, SNI 03-
1733-2004
Holmes Andrew M. 2003. Edinburgh The Standards For Urban Design. 1 COCKBURN STREET,
EDINBURGH
Maharika, Ilya F. 2012 Pengantar Kajian Perkotaan dan Permukiman: Perundangan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 Tanggal 16 Maret 2007 Tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan.
Slideshare. 07 Maret 2013. Kota Jalan Malioboro Yogyakarta. Diakses 30 Juli 2015 dari sumber
file:///E:/FINAL/Wisata%20kota.html
Tentang Tata Ruang di Indonesia. Universitas Islam Indonesia: Yogyakarta
Wikipedia. 25 Juli 2015. Daerah Istimewa Yogyakarta. Diakses tanggal 2 Agustus 2015 dari sumber
https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa_Yogyakarta
Wikipedia. 2015. Jalan Malioboro.
https://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_Malioboro (Diakses pada 08/07/2015)
http://kotajogja.com/wisata/index/85

10

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai