Anda di halaman 1dari 37

I.

JUDUL
“Pendampingan Pembuatan Konten Virtual Tourism sebagai Inisiasi
Living Lab Cagar Budaya Kampoeng Heritage Kayoetangan”

II. ANALISIS SITUASI


Kota Malang pada era kolonial dikenal dengan sebutan “de bloemenstad”
dan disebut sebagai “kota pensiun” bagi orang-orang Belanda yang tidak kembali
ke Negara Belanda (Suprapta, 2016) dan juga “Paris van oost Java” karena
digadang sebagai hasil perencanaan kota kolonial yang terbaik di Hindia Belanda
pada awal abad ke 20 (Handinoto, 1996). Sebuah langkah konkrit telah diambil
untuk memunculkan kembali identitas ruang kota melalui penobatan secara resmi
Kota Malang sebagai Kota Heritage. Identitas ini diambil karena banyaknya
arsitektur peninggalan Belanda di Kota Malang dan terus meningkatnya
wisatawan mancanegara yang mengunjungi Kota Malang terutama untuk alasan
napak tilas sejarah (kompas.com, 2017). Sejalan dengan hal tersebut, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang saat ini sudah menyiapkan lima koridor
heritage tourism dimana salah satunya adalah Koridor Kayutangan yang
menawarkan situs warisan budaya peninggalan kolonial Belanda.
Kampung Heritage Kajoetangan yang terletak di Jalan Jendral Basuki
Rachmat Gang VI, Kauman, Klojen, Kota Malang, Jawa Timur telah ditetapkan
sebagai Kawasan cagar budaya dan secara resmi dibuka sejak 22 April 2018 oleh
pemerintah Kota Malang (Radar Malang, 2018). Koridor Kayutangan terletak di
sepanjang Jalan Celaket, mulai dari Kantor PLN yang sekarang sampai dengan
Gereja Kayutangan yang bermodel pertokoan Eropa berbentuk kubus bertingkat.
Masa Kolonial Belanda selama ratusan tahun telah menyebabkan akulturasi
kebudayaan barat kedalam berbagai aspek kebudayaan bangsa Indonesia tidak
terkecuali dalam hal arsitektur dan interior bangunan. Handinoto (1996)
menyatakan bahwa, arsitektur kolonial Belanda di Indonesia setelah tahun 1900
adalah bentuk spesifik yang merupakan adaptasi dari arsitektur modern yang
berkembang di Belanda yang disesuaikan dengan elemen tradisional lokal dan
kondisi iklim tropis di Indonesia. Kota Malang sejak zaman Belanda sampai

1
sekitar era tahun 1990an. Daerah permukiman orang Eropa terletak disebelah
Barat daya dari alonalon Taloon, Tongan, Sawahan dan sekitarnya, selain itu juga
terdapat disekitar Kayoetangan, Oro-oro Dowo, Tjelaket, Klodjenlor dan Rampal
(Liempt,1939 dalam Handinoto, 1996).
Terlebih lagi, pada fase kedua perkembangan Kota Malang di masa
kolonial menunjukkan arah pertumbuhan linier dengan aksis utara-selatan dengan
Kajoetangan straat sebagai sumbu utamanya (Ridjal, dkk, 2016). Pada zaman
dulu Kawasan Kayutangan merupakan kompleks rekreasi kolonial kebanggaan
Kota Malang. Pada era kolonial, kawasan ini yang hanya boleh dikunjungi oleh
kalangan atas dan pribumi dilarang masuk ke kawasan kompleks tersebut (Times
Indonesia, 2019). Bangunan komersial dan perkantoran di koridor ini digolongkan
sebagai arsitektur kolonal modern atau yang sering disebut sebagai gaya “Nieuwe
Bouwen”, seperti yang banyak ditemukan di pertokoan di perempatan dan
pertokoan Kajoetangan Straat atau Jalan Kayutangan (sekarang Jalan Basuki
Rahmat). Tampilan bangunan komersial dengan ciri terbuka di lantai satu, sedang
lantai dua ke atas lebih di dominasi fasade masif untuk menempatkan reklame,
mengutamakan fungsional, atap datar, gevel horizontal, volume bangunan
berbentuk kubus serta warna putih (Ridjal, dkk 2016).
Lebih lanjut, bangunan di sepanjang jalan arteri dimiliki oleh warga
Belanda, sementara untuk pekerja dan pengelola pertokoan yang kebanyakan dari
para pribumi dan etnis Tionghoa di berikan pemukiman di balik pertokoan dan
jalan besar dan membentuk perkampungan yaitu Kampung Kayutangan dan
diperbolehkan membangun rumah anyaman bambu. Baru kemudian pada tahun
1930 dibangun rumah-rumah permanen untuk orang Belanda (Khakim dkk, 2019).
Dari segi fisik, gaya arsitektur Kolonial milik warga Belanda
mempengaruhi gaya arsitektur rumah orang pribumi. Pada saat itu muncul
anggapan bahwa rumah orang yang berstatus sosial tinggi dan ideal adalah rumah
bergaya Kolonial, untuk rumah pemukiman kolonial yang berkembang di
Kampoeng Heritage Kayoetangan banyak mendapat pengaruh budaya Jawa dan
Kolonial dalam hal wujud fisik rumah. Umumnya bergaya “Voor 1900”
menggambarkan detail rumah yang bercirikan kolom besi cor berukuran ramping,

2
plafon, atap bentuk perisai, denah yang simetris, teras yang terbuka, pagar besi,
teralis jendela, yang dipadu dengan gaya Jawa berupa ornamen lisplank/ teritisan
dan gaya joglo (Cahyani, dkk 2015) seperti yang ditampilkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Fasad Rumah Kolonial di Kampoeng Heritage Kayoetangan


Sumber: google.com (2018)

Dari segi lingkungan, Kampung Heritage Kajoetangan merupakan rute


wisata yang berbentuk gang-gang kecil dimana seperti yang ditampilkan pada
Gambar 2, sepanjang jalan terdapat Rumah Foto Galeri Antik, Rumah Jamu,
Galeri Pak Eko Antik, Galeri Pak Udin, Masjid Tua dan Rumah Punden, Gubug
Ningrat, Rumah Jacoeb, Rumah Kaca Mata dan Galeri Abbas Akub, Tangga 1000
Belanda, Pojok Dolanan, Kuburan Tanduk, Rumah Mbah Ndut, Makam Eyang
Honggo Kusumo, Rumah Nyik Aisyah, Priambodo House of Kebaya, Rumah Tua,
Rumah Pak Sakirman, Rumah Rindu, Pintu Jengki, Rumah Penghulu, Rumah
Cerobong, Rumah Pak Hasan, Rumah Namsin, Pintu Rolak, Rumah Pijat dan
Rumah Kartini. Kawasan ini awalnya dibangun sebagai saluran irigasi masih
terdapat saluran irigasi peninggalan Kolonial yaitu Pintu Rolak.

Gambar 2. Denah Kampung Heritage Kajoetangan


Sumber: google.com (2018)

3
Dari segi ekonomi, warga yang tinggal di Kampung Heritage Kajoetangan
berasal dari berbagai latar belakang ekonomi, kebanyakan masyarakat menengah
ke bawah. Kampung Kayutangan memiliki nilai ekonomis melalui pemberlakuan
tarif masuk destinasi wisata yang menjual nostalgia, sejarah dan spot foto dan juga
sebagai pemandu wisata untuk menjelajah kampung sehingga diharapkan mampu
menyerap angka pengangguran di sekitar Kampung Heritage Kajoetangan. Selain
itu, melalui Pasar Krempyeng yang menjual makanan dan minuman, Rumah Pijat,
Rumah Jamu, House of Batik Priambodo dan berbagai toko dan galeri kecil untuk
masyarakat dapat melakukan transaksi barang antik seperti radio atau keramik
antik. Hal tersebut didukung, hasil penelitian Budiyono dan Djoko (2010)
menunjukkan bahwa dari 12 lokasi di Kota Malang dinilai terdapat beberapa
lokasi yang potensial sebagai objek wisata kolonial salah satunya adalah Jalan
Basuki Rahmat (dulu disebut Jalan Kayutangan atau Kajoetangan Straat) dengan
nilai sosial budaya “sangat baik” seperti yang ditampilkan pada tabel 1.
Tabel 1. Tingkat Potensi Wisata Bangunan Kolonial di Kota Malang

Sumber: Bidiyono dan Djoko (2010)

Dari segi sosial budaya, sejak tahun 1950-an kampung ini telah dijadikan
perkampungan yang tidak tertata oleh para pendatang atau para penduduk sekitar

4
yang membeli dari para pewaris rumah yang kebanyakan berasal dari Etnis
Tionghoa (Khakim dkk, 2019). Kampung ini terdiri dari serangkaian rumah-
rumah arsitektur Belanda yang memiliki nilai sejarah, terdapat sanggar seni,
pertunjukan musik, Taman Doelan yaitu tempat permainan anak zaman dahulu
seperti conklak, dam daman dan gobak sodor serta berbagai galeri seni seperti
galeri Mr. Jacob yang memamerkan karya lukisan abad ke-20 M, Masjid Tua,
Kuburan Tanduk, Makam Eyang Honggo Kusumo. Hal ini didukung dengan hasil
penelitian Budiyono dan Djoko (2010) menunjukkan Jalan Basuki Rahmat
memiliki nilai sosial budaya yang tinggi untuk jalur utara-selatan di Kota Malang
seperti yang ditampilkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Nilai Sosial Budaya Jalur Utara-Selatan Kota Malang

Sumber: Bidiyono dan Djoko (2010)

Berdasarkan profil dan kondisi fisik, ekonomi, lingkungan dan sosial


budaya tersebut, Kampoeng Wisata Heritage Kojoetangan selain memiliki
berbagai potensi wisata cagar budaya yang signifikan dan dapat diandalkan bagi
identitas Kota Malang sebagai Kota Heritage namun juga menyimpan berbagai
kendala fundamental yang perlu diperhatikan dan dibenahi bersama pemangku
kepentingan untuk meningkatkan daya saing sekaligus keberlanjutan destinasi.
Penelitian ini mengajukan solusi permasalahan melalui pengembangan bersama
living lab dalam bentuk virtual tourism Kampoeng Wisata Heritage Kojoetangan.
Pengambdian masyarakat ini mencoba membantu pengelola destinasi wisata yaitu
Kelompok Sadar Wisata Kayutangan untuk memperkuat jati diri destinasi dengan
menggabungkan kembali kemitraan antara berbagai elemen terkait di wilayah

5
tersebut yaitu pemerintah, swasta, masyarakat umum dan masyarakat akademik
(P4) sehingga dapat memperoleh wawasan tentang apa yang sebenarnya
diinginkan warga, wisatawan dan memiliki kesempatan mengembangkan layanan
baru yang ditargetkan untuk segmen pelanggan potensial yang berbeda (Pucihar et
al., 2014) sekaligus menjaga stabilitas dan efisiensi destinasi yang menjadi living
lab tersebut (Guimont and Lapointe, 2016) melalui kegiatan inisiasi berupa
melalui pendampingan pembuatan konten virtual tourism pariwisata pada
pengelola destinasi Kampoeng Wisata Heritage Kojoetangan.

III. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Laboratorium Hidup (Living Lab) dalam Konteks Pariwisata
Pallot (2006) berpendapat bahwa laboratorium hidup (living lab) bukanlah
laboratorium penelitian tradisional atau "testbed", melainkan "platform inovasi"
yang menyatukan dan melibatkan semua pemangku kepentingan seperti pengguna,
peneliti, industrialis, pembuat kebijakan, dan sebagainya pada tahap awal proses
inovasi untuk menguji konsep terobosan dan nilai potensial bagi masyarakat
(citizen) dan pengguna yang akan mengarah pada terobosan inovasi.
Namun dalam konteks teritorial, living lab dapat berkaitan dengan
kegiatan berbasis geografi yaitu pariwisata. Living lab tidak hanya merupakan
proses inovasi, tetapi juga ruang fisik, tempat di mana inovasi terjadi, alat
pengembangan teritorial dan bentuk tindakan sosial-teritorial (Guimont and
Lapointe, 2016). Secara bentuk wilayah, living lab dapat berbentuk wilayah fisik
ataupun virtual reality di mana para pemangku kepentingan membentuk Public-
Private-People Partnership (PPPP) dari perusahaan, lembaga publik, universitas,
lembaga, dan pengguna semua berkolaborasi untuk perencanaan, pembuatan
prototipe, validasi, dan pengujian teknologi baru, layanan, produk, dan sistem
dalam konteks kehidupan nyata ”(Westerlund and Leminen, 2011).
Kontinum ruang fisik, sosial, dan virtual dalam living lab memungkinkan
tata kelola, dialog, dan retensi pengetahuan (di tingkat makro) serta intervensi,
keterlibatan pengguna, co-creation, eksperimen, dan evaluasi (di tingkat meso dan
mikro). Dalam kasus-kasus dengan dimensi teritorial, seperti industri pariwisata,

6
living lab dapat menyediakan wilayah konsultansi dan kerja sama yang relatif luas
seperti ruang administratif resmi atau pada skala geografis yang lebih rendah
seperti ruang pertemuan atau ruang komunitas virtual di mana orang-orang akan
berada dalam kedekatan fisik atau kedekatan virtual. Kemudian, ruang fisik atau
ruang virtual tersebut akan terikat pada ruang soal kemasyarakatan (Veeckman
and Graaf, 2015).

2.2 Pariwisata Virtual (Virtual Tourism)


Virtual reality dapat didefinisikan sebagai satu set teknik yang
memungkinkan mensimulasikan pengalaman realitas, bahkan memungkinkan
penggunaan gambar, suara, bau dan persepsi gerakan. Realitas virtual secara
artifisial menciptakan pengalaman indera yang mendalam tentang kehadiran fisik
di tempat-tempat yang ada di dunia nyata atau dunia imajiner yang disebut dunia
virtual dan memungkinkan pengguna berinteraksi dengan dunia itu seolah-olah
benar-benar hadir disana (Ferrari and Medici, 2017). Dunia virtual yang
dikembangkan dalam sektor pariwisata menghasilkan konsep pariwisata virtual
(virtual tourism) yang dikaitkan dengan penggunaan internet kontemporer dan
konsumsi ruang wisata dengan cara digital dalam kaitannya dengan suatu entitas
(yaitu, turis internet atau e-tourist) (Stepaniuk et al, 2014).
Ada tiga jenis dasar objek utama pariwisata virtual menurut Stepaniuk et al,
(2014): 1) wisata virtual dan panorama 360°, termasuk pemandangan panorama
tempat-tempat wisata nyata seperti yang terkait dengan warisan budaya dan alam;
2) galeri foto 360°, yang merupakan bagian dari isi situs web; 3) Aplikasi internet
berdasarkan perangkat lunak yang mirip dengan permainan komputer 3D, di mana
pengguna internet, dengan sebuah avatar, bergerak di dunia maya.

2.3 Teknologi Virtual Reality


Virtual Reality (VR) didefinisikan sebagai penggunaan lingkungan 3D
atau photo/video 360° yang dihasilkan komputer disebut 'lingkungan virtual” yang
dapat dinavigasi dan memungkinkan untuk berinteraksi, menghasilkan simulasi
yang nyata (real-time) dari satu atau lebih lima indra pengguna (Guttentag, 2010).

7
Virtual reality adalah perantara atau medium dimana manusia dapat berbagi ide
dan pengalaman dalam dunia virtual. Selain itu, virtual reality menurut Craig
(2009) adalah sebuah medium yang tersusun dari simulasi interaktif komputer
yang membiarkan pengguna merasakan perbedaan posisi dan aksi, menyediakan
umpan balik buatan untuk satu atau lebih indera, memberikan perasaan yang luar
biasa atau seolah-olah ada di dalam simulasi.
Karakteristik kunci VR adalah bahwa pengguna memasuki dunia yang
sepenuhnya mendalam yang dibuat oleh sistem komputer, tertutup dari dunia
nyata di sekitar mereka. Dunia virtual tersebut dapat ditampilkan melalui sinergi
ruang photo/video 360°, 3D, PC, internet dan headset VR atau perangkat lain yang
memungkinkan pengguna mengalami imersifitas virtual.

IV. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH


Pengelolaan destinasi wisata yang merangkap sebagai situs cagar budaya
dan rumah tinggal warga menghadapi beberapa permasalahan yang harus segera
ditangani bersama karena dikhawatirkan jika tidak segera dibenahi Kampoeng
Wisata Heritage Kojoetangan hanya akan menjadi euforia budaya yang berumur
singkat. Beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi yaitu pertama, masalah
masalah privasi dan dualisme fungsi ruang pada rumah penduduk sekitar.
Bangunan rumah peninggalan kolonial pada Kampoeng Wisata Heritage
Kojoetangan yang menjadi situs cagar budaya sekaligus objek wisata mengandung
permasalahan kompleks terutama jika rumah tersebut masih digunakan warga
setempat untuk aktivitas sehari-hari. Menurut Lynch (1981), faktor “citizen” juga
mempunyai peran yang sangat penting dalam membangun citra (dalam hal ini
identitas sebagai destinasi wisata) dengan memberikan rasa terhadap lingkungan
melalui perilaku dan daya kreatifitasnya namun sebaiknya citra juga harus dapat
memberikan kemudahan bagi individu untuk bergerak dalam lingkungan serta
mengembangkan hasratnya. Wisatawan perlu memahami adat istiadat dan tata
krama ketika mengunjungi dan mengambil foto objek wisata tersebut. Selain itu,
masalah privasi dan keamanan rumah juga perlu diperhatikan ketika semakin
meningkat jumlah wisatawan yang notabene merupakan orang asing bagi warga.

8
Di lain pihak, wisatawan khususnya wisatawan minat khusus juga kurang puas
jika hanya menikmati arsitektur peninggalan kolonial pada eksterior rumah tanpa
diperbolehkan tur interior rumah. Kehadiran wisatawan dapat saja menggangu
kehidupan sehari-hari warga terlebih lagi peneliti menemukan bahwa belum
semua warga memahami dan menyepakati konsep wisata kampung tematik
tersebut sehingga bisa berpotensi miskomunikasi.
Kedua, terkait dengan daya tampung dan daya dukung destinasi wisata
cagar budaya yang memprihatinkan. Rendahnya daya tampung dan daya dukung
destinasi wisata untuk penduduk lokal dan wisatawan juga dapat merusak situs
cagar budaya (Cimnaghi and Mussi, 2015), terlebih secara kasat mata terlihat
bahwa Kampoeng Heritage Kayoetangan tidak memiliki anemitas yang memadai
seperti akses jalanan berupa gang sempit dan sulitnya lahan parkir sehingga
popularitas, komersialisasi, pariwisata massal dan ekses negative pariwisata dapat
mengganggu preservasi situs sekaligus menurunkan kepuasan wisatawan.
Ketiga, meningkatnya ekses negatif pariwisata terhadap preservasi situs
cagar budaya disebabkan oleh popularitas wisata cagar budaya tersebut di
kalangan wisatawan. Berbagai aktivitas dan perilaku wisatawan juga dapat
membahayakan (detrimental tourist behavior) situs budaya seperti pencurian data
vital dan properti kebudayaan (Kaboteet al, 2016), vandalism (Gaigher, 2011),
pengrusakan (Ruoss and Alfare, 2013), perubahan bentang alam karena kelalaian
manusia (Pwiti, 2011), pembuangan sampah sembarangan (Uchiyama, 2012) dan
polusi (Furuuchi et al, 2007),
Keempat, ketidakpedulian masyarakat yang meningkat juga dapat
menyebabkan kerusakan pada situs (Nyaupane and Timothy, 2016). Sebagai
contoh, pada saat memasuki gang yang terdapat di Jalan Kawi terdapat gambar
peta dari Kampoeng Wisata Heritage Kojoetangan. Semua informasi fasilitas
sudah ada denahnya pada peta. Informasi ini cukup menarik untuk dibaca oleh
wisatawan karena jika sejarah tidak menarik untuk dibaca, maka tidak akan ada
minat untuk mempelajari sejarah (Khakim, 2016). Sayangnya, Famukhit et al
(2013) menyatakan kepentingan publik dalam pelestarian budaya Indonesia telah
menurun, terutama generasi muda, hal ini berdasarkan data dari Departemen

9
Kebudayaan dan Pariwisata pada tahun 2005-2009. Penurunan minat masyarakat
terhadap budaya, karena kurangnya media komunikasi yang digunakan menarik.
Saat ini masyarakat milenial lebih menyukai informasi dalam bentuk visual
interaktif dibandingkan dengan teks monoton.
Kelima, perencanaan dan tata kelola yang kurang terorganisasi oleh pihak
terkait dan cenderung bersifat seremonial dan episodikal dapat mengurangi citra,
identitas ruang dan keberlanjutan Kampoeng Wisata Heritage Kojoetangan. Dapat
dipahami hal tersebut disebabkan masih baru diresmikannya kawasan wisata ini
sehingga pengelolaan belum berjalan baik dimana banyak warga sekitar yang
belum memahami konsep wisata tersebut dan wisatawan juga tidak mengetahui
bagaimana seharusnya kampung wisata ini berjalan karena minimnya informasi.
Pada praktiknya, wisatawan baru dapat menikmati Kampoeng Wisata Heritage
Kojoetangan apabila telah memesan terlebih dahulu beberapa hari sebelumnya
kepada pihak pengelola untuk mendapatkan pemandu tanpa melakukan
pemesahan objek wisata ini hanya merupakan kumpulan galeri barang antik di
dalam gang sempit. Selain itu, kegiatan tanpa perencanaan yang matang seperti
pembangunan baik perubahan fungsi bangunan, penambahan bentuk asli ataupun
pembongkaran (Barrera-Fernandez et al, 2016), dampak kepadatan penduduk
(García-Hernández et al, 2017), atau justru perencanaan dan komersialisasi
pariwisata yang ambisius (Nasser, 2003) juga dapat mengancam keberlangsungan
bangunan peninggalan kolonial sebagai situs cagar budaya, destinasi dan sekaligus
rumah tinggal penduduk Kampoeng Wisata Heritage Kojoetangan.
Cullwick (1975) menjelaskan bahwa tugas pemasar adalah untuk
mengelola permintaan agar sesuai dengan tujuan jangka panjang daripada nekat
meningkatan penjualan tanpa memperhatikan tujuan tersebut. Mengelola
permintaan meliputi  pengelolaan tingkat penggunaan, jenis, harapan dan  perilaku
pengguna. Berangkat dari berbagai permasalahan tersebut, salah satu solusi yang
bisa digunakan adalah melalui inisiasi kerjasama berbasis living lab dalam bentuk
pembuatan konten virtual tourism oleh pengelola destnasi dengan
mempertimbangkan informasi dan kebutuhan para pemangku kepentingan yaitu,

10
pemerintah setempat, pengelola destinasi, wisatawan, warga di Kampoeng Wisata
Heritage Kojoetangan.
Saat ini, berbagai kemajuan dalam teknologi realitas mampu menawarkan
aplikasi yang berguna dalam pelestarian situs warisan budaya antara lain melalui
pengembangan konten dunia virtual berbasis teknologi virtual reality (VR)
(Cirulis et al, 2015) atau yang dikenal dengan istilah virtual tourism. Pariwisata
virtual (virtual tourism) dapat diartikan sebagai presentasi digital dari objek-objek
wisata yang sebenarnya, di mana properti geometris ruang tiga dimensi
dikomunikasikan kepada wisatawan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
kesan tinggal (immersion) dan kehadiran (tele-presence) yang seolah-olah nyata
kepada wisatawan (yaitu e-tourist atau tele-tourist) (Stepaniuk et al, 2014).
Oleh karena itu, virtual tourism diyakini dapat menjawab permasalahan
pertama dapat pada situs Kampoeng Heritage Kayoetangan melalui pengalihan
kuantitas kunjungan wisatawan langsung ke kunjungan virtual pada konten virtual
tourism sehingga dapat melengkapi kunjungan nyata melalui pengalaman virtual
yang ditawarkan (Hu et al., 2012; Dewailly, 1999) atau digunakan wisatawan
sebagai alternatif kunjungan nyata (Kaelber, 2007; Ritzer, 1998; Bristow, 2007,
Guttentag, 2010) sehingga privasi, masalah dualisme ruang, keterbatasan akses
situs, keamanan rumah cagar budaya dari berbagai ekses negatif wisatawan dapat
diminimalisir. Hu et al. (2012) memandang virtual tourism sebagai elemen
kegiatan pariwisata yang aman secara ekonomi dan aman dari manusia modern.
Kemudian untuk menjawab permasalahan kedua dan ketiga, virtual
tourism menawarkan pengalaman realistis dapat digunakan untuk perencanaan
perjalanan wisatawan individu sehingga dapat lebih mempertimbangkan daya
dukung dan daya tampung destinasi wisata (Stepaniuk et al, 2014) serta
mengurangi ekses negatef pariwisata di lingkungan Kampoeng Heritage
Kayoetangan. Tanpa mengambil resiko dan merusak situs warisan, virtual tourism
memungkinkan kunjungan ke situs dengan lingkungan sensitif yang tidak cocok
untuk banyak pengunjung. Selain itu, dipercayai bahwa dengan diseminasi
pengalaman realistis yang ditawarkan oleh aplikasi virtual reality, tekanan
pengunjung pada area warisan budaya akan berkurang dimana alih-alih

11
menempatkan warisan budaya asli pada risiko kerusakan, tur virtual sebenarnya
dapat membantu melindungi situs dengan memungkinkan pengunjung mengakses
simulasi dan tetap menikmati situs (Cheong,1995). Virtual tourism dapat
memberikan bentuk alternatif akses ke situs dan objek warisan yang terancam
yang mengurangi dampak dari kepadatan wisatawan yang berlebihan dan juga
pada saat yang sama meningkatkan pengalaman wisatawan secara keseluruhan.
Wisata warisan budaya secara digital tidak hanya membantu melestarikan warisan
budaya, tetapi juga meningkatkan aksesibilitasnya secara signifikan (Abdul
Karim, 2004; Tonta, 2008).
Menjawab permasalah keempat, kemampuan teknologi realitas virtual
dalam menyimpan dan menyediakan set data yang sangat tepat dan akurat dapat
berguna untuk menyediakan informasi, memantau degradasi dan menyediakan
cetak biru untuk restorasi situs dan objek tersebut (Guttentag, 2010). Dengan
menggunakan perangkat pemindaian 3D, situs dan benda cagar budaya dapat
dikonversi menjadi bentuk digital atau model 3D virtual (Cignoni and Scopigno,
2008) sehingga diyakini virtual tourism Kampoeng Heritage Kayoetangan mampu
efektif mengkomunikasikan informasi dari situs cagar budaya sekaligus dapat
memberikan kedekatan pengguna dengan teknologi terbaru dan memberikan
pengalaman virtual yang imersif dan interaktif, terutama pada wisatawan difabel
(Rizzo et al, 2015), manula (Lin et al, 2018) dan millennial (Femenia-Serra et al,
2019).
Virtual tourism pada living lab dapat menjawab permasalahan kelima,
yaitu melalui pengembangan bersama pengelola situs cagar budaya untuk
membuat tata kelola, perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan situs menjadi
lebih baik. Kolaborasi antar wilayah dan pihak terkait seperti akademisi, insititusi,
perusahaan dan masyarakat (Public. Private, People Partnership) dalam bentuk
pengelolaan bersama virtual tourism Kampoeng Heritage Kayoetangan sebagai
living lab dapat meningkatkan nilai pengalaman wisata secara konkret dengan
mendorong interaksi yang lebih tinggi, co-creation, dan peningkatan personalisasi
(Neuhofer, Buhalis, and Ladkin, 2015). Dalam pengembangan living lab virtual
tourism Kampoeng Heritage Kayoetangan, pemerintah daerah dapat menyediakan

12
kebijakan dan memiliki kewenangan untuk membantu pendanaan, menetapkan
situs cagar budaya dan mendorong secara legal formal kepada masyarakat untuk
kooperatif memberikan informasi dan kesediaan akses rumah peninggalan
kolonial untuk tujuan penelitian dan pengembangan; pengelola destinasi dapat
mengembangkan konten virtual tourism dibawah pendampingan dari akademisi;
serta wisatawan dapat terlibat dalam uji coba konten dan secara bersama
memperbaiki melalui umpan balik dari warga dan wisatawan.
Berdasarkan uraian tersebut, kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini
memulai inisiasi pengembangan living lab melalui pendampingan pembuatan
konten virtual tourism kepada pengelola Kampoeng Heritage Kayoetangan.
Identifikasi rumusan masalah dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini
adalah:
1. Bagaimana hasil jejak pendapat para aktor P4 yang terkait mengenai
inisiasi living lab dalam bentuk virtual tourism Kampoeng Heritage
Kayoetangan?
2. Bagaimana konten virtual tourism yang dihasilkan dari inisiasi living
lab melalui pendampingan kepada pengelola Kampoeng Heritage
Kayoetangan?

V. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah:
a. Jajak pendapat dengan berbagai aktor P4 yang terkait inisiasi model
living lab dalam bentuk virtual tourism Kampoeng Heritage
Kayoetangan
b. Menghasilkan konten virtual tourism dari inisiasi living lab melalui
pendampingan kepada pengelola Kampoeng Heritage Kayoetangan.

Luaran program pengabdian masyarakat ini diupayakan berupa:


a. Dokumentasi kegiatan (wajib)
b. Publikasi di jurnal internasional (wajib)
c. Poster kegiatan A2 (wajib)

13
d. Surat Perjanjian Kerjasama pengembangan living lab virtual tourism
Kampoeng Heritage Kayoetangan (tambahan)
e. Produk berupa konten Virtual Tourism dari kegiatan pendampingan
sebagai inisiasi pengembangan living lab Kampoeng Heritage
Kayoetangan (tambahan)
f. Model living lab virtual tourism antara FIA UB dan pengelola
Kampoeng Heritage Kayoetangan (tambahan)
g. Pendaftaran HKI konten Virtual Tourism Kampoeng Heritage
Kayoetangan (tambahan)

VI. MANFAAT KEGIATAN


Hasil dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan dapat
memberikan manfaat akademis maupun praktis sebagai berikut :
a. Manfaat Akademik
1) Untuk memperkaya dan menambah wawasan ilmiah akademisi
terutama yang berhubungan dengan konsep dan model living lab dalam
bentuk pengembangan virtual tourism
2) Memberikan ruang bagi akademisi untuk melakukan pengabdian pada
real life konteks yang produktif, terfokus, tersinergi, dan berkelanjutan
melalui kerjasama dalam satu wilayah living lab khususnya dalam
bentuk virtual tourism.
b. Manfaat Praktis
1) Diharapkan hasil kegiatan pengabdian ini akan memberikan bahan
pertimbangan untuk strategi dan kebijakan lebih lanjut mengenai
model pengembangan living lab dalam bentuk virtual tourism kepada
pemerintah daerah khususnya pada Kampoeng Heritage Kayoetangan
2) Diharapkan hasil kegiatan pengabdian ini akan meningkatkan
keterlibatan dan sinergi antar aktor yang terlibat dalam model living
lab virtual tourism Kampoeng Heritage Kayoetangan.

14
3) Pengelola destinasi mampu menghadirkan inovasi produk baru yang
mampu meminimalisir ekses negatif pariwisata pada Kampoeng
Heritage Kayoetangan dengan menggunakan teknologi virtual tourism.

VII. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH


Untuk memecahkan masalah pada Kampoeng Heritage Kayoetangan yang
sudah diidentifikasi sebelumnya terdapat beberapa alternatif pemecahan masalah.
Tim pengabdian menggunakan metode Teori Tapisan (McNamara, 1999) untuk
satu alternatif terbaik dari berbagai alternatif pemecahan masalah yang ada dengan
skala Likert 1-5 seperti yang ditampilkan pada tabel 2 berikut:
Tabel 2. Penentuan Alternatif Tindakan Terbaik (Teori Tapisan)
N Efektifita Efisiensi
Alternatif Strategi Kemudahan Total Keterangan
o s Biaya
Insiasi Living Lab dalam bentuk
pendampingan pembuatan Virtual
1 5 3 3 11 Terpilih
Tourism cagar budaya bagi
pengelola
Pelatihan guiding cagar budaya Tidak
2 1 4 4 9
bagi pengelola Terpilih
Pelatihan pembuatan papan
Tidak
3 informasi cagar budaya bagi 2 4 4 10
Terpilih
pengelola

Berdasarkan hasil penentuan pemecahan masalah menggunakan teori


tapisan tersebut, tim pengabdian memilih menggunakan inisiasi living lab dalam
bentuk pendampingan pembuatan virtual tourism cagar budaya bagi pengelola
Kampoeng Heritage Kayoetangan. Kerangka pemecahan masalah dalam kegiatan
pengabdian ini ditampilkan pada Gambar 4. Karangka pemecahan masalah ini
diharapkan dapat menjawab permasalahan yang telah di rumuskan dengan tahapan
sebagai berikut:
1. Mengadakan jajak pendapat dengan para aktor yang terlibat dalam model
living lab virtual tourism
2. Pendampingan pembuatan konten virtual tourism bagi pengelola destinasi.
3. Melakukan evaluasi dari model living lab dan konten virtual tourism.
4. Habituasi model living lab dan penyajian konten virtual tourism.

15
MULAI

Identifikasi
Permasalahan

Privasi & Daya Ekses negatif Menurunnya Kurang


dualisme tampung & pariwisata minat literasi sinergi dalam
fungsi ruang daya dukung budaya tata kelola

Alternatif
Pemecahan
Masalah

Pelatihan Living Lab Pembuatan


Guiding Virtual papan
Tourism informasi

1. INISIASI SPK & MODEL


LIVING LAB
Jajak pendapat
AKHIR
dengan Dialog
Interaktif
2. PROSES KONTEN
Pendampingan VIRTUAL
TOURISM
Praktik
Pembuatan

3. EVALUASI INDEKS
KEPUASAN
Umpan balik MASYARAKAT
dengan
Kuesioner

4. HABITUASI DISPLAY &


Implementasi MEDIA STORAGE
dengan KONTEN
Penerapan

AKHIR
Gambar 4. Kerangka Pemecahan Masalah
VIII. METODE PELAKSANAAN

16
Kelompok sasaran yang dilibatkan dalam kegiatan pendampingan ini adalah
pengelola langsung destinasi wisata lab Kampoeng Heritage Kayoetangan dengan
mengundang perwakilan pemerintah lokal, kelompok komunitas wisatawan,
perwakilan warga setempat. Direncanakan kegiatan dihadiri sekitar 30 orang peserta.
Tempat pelaksanaan akan di laksanakan di Laboratorium Business Venturing Lab
FIA UB Gedung E lantai 6 karena memiliki spesifikais teknologi yang representatif
untuk membuat konten virtual tourism. Pelaksanaan kegiatan direncanakan sebagai
berikut:
1. Jejak Pendapat dengan Dialog Interaktif
Mengadakan jajak pendapat dan identifikasi permasalahan para aktor yang terlibat
dalam model living lab virtual tourism Kampoeng Heritage Kayoetangan seperti
pemerintah lokal, pengelola destinasi, akademisi, warga dan wisatawan. Living
lab dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah inisiasi dalam
bentuk pendampingan kepada pengelola untuk kedepannya mengembangkan
inovasi dalam bentuk virtual tourism Kampoeng Wisata Heritage Kojoetangan
yang melibatkan pengelola destinasi, wisatawan, warga, pemerintah dan
akademisi.
Kegiatan dimulai dengan dialog interaktif dimulai dengan mengajukan pertanyaan
terbuka tentang apa pandangan pemerintah dan penglola terkait model
pendampingan yang selama ini dijalankan dan pengakuan pengelola, wisatawan
dan warga apa permasahannya, tantangan atau hambatannya. Dari identifikasi
tantangan/hambatan yang dibahas dalam sesi awal bisa dikembangkan dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan turunan lainnya serta diambil kesimpulan bersama
untuk menyusun model alternatif melalui model pendampingan living lab. Tahap
ini diharapkan dapat menghasilkan Surat Perjanjian Kerjasama terkait
pengembangan bersama living lab Kampoeng Heritage Kayoetangan serta model
living lab virtual tourism Kampoeng Heritage Kayoetangan.
2. Pendampingan Pembuatan dengan Praktikum Langsung

17
Pendampingan akademisi dalam pembuatan konten virtual tourism berdasarkan
model living lab Kampoeng Heritage Kayoetangan oleh pengelola destinasi yang
terbagi menjadi 10 kelompok untuk sepuluh situs di wilayah Kampoeng
Heritage Kayoetangan. Tahap ini diharapkan menghasilkan konten virtual
tourism berbasis gallery images dari Kampoeng Heritage Kayoetangan yang
aman, imersif dan interaktif. Pembuatan konten terbagi menjadi dua tahap yaitu
pertama pengambilan foto 360° sebagai bahan utama konten virtual tourism
berbasis galeri foto 360° di 10 lokasi situs utama dan kemudian dilanjutkan
dengan praktikum pembuatan dengan mengolah foto 360° menjadi konten virtual
tourism menggunakan perangkat lunak.
3. Evaluasi dengan Kuesioner IKM
Melakukan evaluasi dan umpan balik dari model living lab dan konten virtual
tourism yang telah dikembangkan untuk menilai sejauh mana model dapat
diaplikasikan, tingkat efektifitas dan efisien model pemberdayaan yang diajukan.
Penilaian dilakukan dengan pengisian kuesioner Indeks Kepuasan Masayarakat
(IKM) oleh warga dan wisatawan setelah melihat konten virtual tourism
Kampoeng Heritage Kayoetangan.
4. Habituasi dengan Penerapan di Lapangan
Tahap akhir adalah, habituasi melalui implementasi langsung di lapangan model
living lab secara sinergitas, simultan dan kontinyu serta pembiasaan penyusunan
dan perbaikan konten virtual tourism sehingga dapat terus menyesuaikan
perkembangan dan teknologi serta menyelaraskan berbagai kebutuhan aktor yang
terlibat khususnya warga dan masyarakat Tahap ini juga meliputi pemasangan
teknologi, penentuan display dan media storage konten virtual tourism di lokasi.

18
IX. RENCANA ANGGARAN BIAYA
Anggaran biaya penelitian ini dijabarkan pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Anggaran Biaya Penelitian
Uraian Biaya Kuantitas Satuan Jumlah
Pengeluara Satuan
n

X. JADWAL kEGIATAN
Jadwal kegiatan dibuat dengan mengacu tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4. Jadwal Penelitian
No. Kegiatan/ Bulan Indikator
Tahapan 6 7 8 9 10 11 12 Capaian
1 Observasi lokasi Kesediaan aktor
penelitian untuk terlibat jejak
pendapat
2 Jejak pendapat dengan SKP
dialog interaktif Model Living Lab
3 Pengumpulan materi Photo 360º
visual
4 Pendampingan Konten Virtual
pengolahan materi Tourism berbasis
dengan perangkat lunak gallery images
5 Evaluasi konten IKM
6 Aktualisasi dan Display dan Media
Habituasi Storage Konten
7 Penyusunan Luaran Poster
Jurnal Internasional
HKI
8 Laporan Akhir Dokumen Laporan

19
XI. DAFTAR PUSTAKA

Ban˜ os, R. M., Botella, C., Alcan˜ iz, M., Lian˜ o, V., Guerrero, B., & Rey, B.
(2004). Immersion and emotion: their impact on the sense of presence.
Cyberpsychology & Behavior, 7(6), 734–741.
Doran, Rouven; Daniel Hanss; Svein Larsen (2015), Attitudes, efficacy beliefs, and
willingness to pay for environmental protection when travelling, Tourism and
Hospitality Research, Vol. 15(4) 281–29
Ermi, L and F. Mayra (2005), “Fundamental Components of the Gameplay
Experience: Analysing Immersion,” Proceedings of the DiGRA Conference
on Changing Views: Worlds in Play, Vancouver, 16-20 June 2005
Gunttentag, Daniel A. (2010).Virtual reality: Applications and implications for
tourism, Tourism Management 31 (2010) 637–651.
Gutie´ rrez, M., Vexo, F., & Thalmann, D. (2008). Stepping into virtual reality.
London: Springer.
Handoko, Irfan Tri, Alfian Muflih Huda, Sahna Melly Marselina, Rahmadi Wijaya,
S.Si., M.T., Fat’hah Noor Prawita, S.T., M.T. (2015) Bandung Advanced Tour
Game Petualangan Wisata Bandung Berbasis Mobile Menggunakan
Teknologi Virtual Reality, e-Proceeding of Applied Science : Vol.1, No.2
Agustus 2015 | Page 1187-1197
Hyun, M.Y., & O’Keefe, R.M. (2012). Virtual destination image: Testing a
telepresence model. Journal of Business Research, 65, 29-35
Klein, L.R. (2003). Creating virtual product experiences: The role of telepresence.
Journal of Interactive Marketing, 17(1), 41-55.

20
Sanchez-Vives, M. V., & Slater, M. (2005). From presence to consciousness through
virtual reality. Nature Reviews Neuroscience, 6(4), 332–339
Slater, M (2003) “A Note on Presence Terminology,” Presence-Connect, Jan. 2003;
http://presence.cs.ucl.ac.uk/presenceconnect/articles/Jan2003/melslaterJan272
00391557/melslaterJan27200391557.html.
Spielmann, Nathalie, Antonia Mantonakis, Barry J. Babin, and Aikaterina Manthiou
(2016) ,"The Telepresence Effect: Changing Attitudes Via Virtual Tours in
Marketing Communications", in NA - Advances in Consumer Research
Volume 44, eds. Page Moreau and Stefano Puntoni, Duluth, MN : Association
for Consumer Research, Pages: 759-759.
Suh, K.-S., & Lee, Y.E. (2005). The effects of virtual reality on consumer learning:
An empirical investigation. MIS Quarterly, 29(4), 673-697.
Tussyadiah, I.P., Wang, D., & Jia, C.H. (2017). Virtual reality and attitudes toward
tourism destinations. In Schegg, R., & Stangl, B. (Eds.), Information and
Communication Technologies in Tourism 2017. Springer International
Publishing
Vince, J. (2004). Introduction to virtual reality. New York: Springer.
Witmer, Bob G and Michael J Singer (1998). Measuring presence in virtual
environments: A presence questionnaire. Presence: Teleoperators and virtual
environments, 7(3):225-240.

21
XII. LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN ANGGOTA 1 (ANIESA)
SUDAH CETAK, TTD DAN LANJUTKAN DI GABUNG

22
DAN
SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN ANGGOTA 2 (CAHYO) SUDAH
CETAK, TTD DAN LANJUTKAN DI GABUNG

23
LAMPIRAN 2. IDENTITAS TIM PENGABDIAN (CV)

Identitas Diri Ketua Tim Pengabdian

1 Nama Lengkap (dengan Dr. Drs. Zainul Arifin, MS (L)


gelar)
2 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
3 Jabatan Struktural Ketua Unit Laboratorium Pariwisata
4 NIP/NIK 19570415 198601 1 001
5 NIDN 0015045706
6 Tempat, tanggal lahir Sidoarjo, 15 April 1957
7 Alamat rumah Embong Anyar IIB-10 Dau Kab. Malang
8 Nomor Telp/Fax/HP 08123193040
9 Alamat Kantor Jl.MT.Haryono 163 malang
10 Nomor Telp/Fax 0341-553737 / 0341-558227
11 Alamat e-mail zainul.a1957@gmail.com
12 Lulusan yang S1 = 100 orang; S2 = 50 orang; S3 = 50 orang
TelahDihasilkan
1. Kewirausahaan dan Manajemen Inovasi
Mata Kuliah yang 2. Strategi dan Kebijakan Bisnis
13 3 Manajemen Stratejik
diampu
S-1 4 Negosiasi Bisnis
S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi UB 5 Bisnis SyariahUNAIR UB
Bidang Ilmu Administrasi Ekonomi Administrasi
B. Riwayat Pendidikan Bisnis Bisnis
Tahun Masuk-Lulus 1978-1984 1990-1992 2002-2007
Judul Efisiensi Faktor yang Pengaruh
Skripsi/Thesis/Disertatsi Penggunaan Mempengaruhi Lingkungan
Kas Struktur Modal Karakteristik
dan Manajerial
Pengaruhnya terhadap Strategi
terhadap Biaya dan Kinerja
Modal Manajerial
Nama Prof. Ikhsan Prof. Budiman Prof. Taher Al
Pembimbing/Promotor Prof. Achmad Drs. Ventje Yansen, Habsyi
Fauzi DH, MA SE. Ak 24Idrus
Prof. Syafii
Prof. Ikhsan
B. PengalamanPenelitianDalam 5 TahunTerakhir (BukanSkripsi, Tesis,
maupun Disertasi)
Pendanaan
No Tahun Judul Penelitian Jml (Juta
Sumber*
Rp)
1 2015 Determinan Efektivitas E-Banking BOPTN 50.000.000
Sebagai Layanan Aplikasi Perbankan
2
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 TahunTerakhir
Pendanaan
No Tahun
Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Jml (Juta
Sumber*
Rp)
1 2014 Peranan Informasi Bagi UKM Dalam Menciptakan FIA UB 6.000.000
Keunggulan Kompetitif
2 2012 Bimbingan Dan Pelatihan Kewirausahaan Bagi Usaha FIA UB 6.000.000
Kecil Mikro (UKM) Industri Jaket Kulit Di Kelurahan
Jambearjo, Tajinan Malang

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun Terakhir


No Judul Artikel Ilmiah Volume/ Nomor/Tahun Nama Jurnal
1 Startegi Unggulan Vol. 1, No. 1 November Jurnal Administrasi
2010 Bisnis
2 Pengaruh Insider Ownership, Institutional Vol 8 No 1/2014 Jurnal Profit
Ownership Dan Free Cash Flow Terhadap
Dividend Payout Ratio Dan Stock Price

3 The Effects Of Service Quality And Vol 6 No 19/2014 European Journal of


Corporate Rebranding On Brand Image, Business and
Customer Satisfaction, Brand Equity And
Customer Loyalty (Study In Advertising
Management
Company At Tv One)
F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan / Seminar
Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir
Nama Pertemuan Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
No
Ilmiah Tempat
1

G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir


Judul Buku Tahun Jumlah Penerbit
No
Halaman
1 Kebijakan Bisnis 2008 123 UB Press
2 Kebijakan Bisnis 2010 111 Univ. Terbuka

H. Pengalaman Perolehan HKI Dalam 5 – 10 Tahun Terakhir


No Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1
2

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya Dalam


5 Tahun Terakhir
Judul/Tema Jenis Rekayasa Sosial Tahun Tempat Respon
No
yang Telah diterapkan Pencapaian Masyarakat
1
2

J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah,


asosiasi atau institusi lainnya)
Institusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1

2
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Penelitian Dasar Unggulan Perguruan Tinggi.

Malang, 13 Mei 2019


Pengusul,

Dr. Drs. Zainul Arifin, MS


B. Identitas Diri Anggota Tim Pengabdian 1

1 Nama Lengkap (dengan Aniesa Samira Bafadhal, S.AB, M.AB


gelar)
2 Jabatan Fungsional Asisten Ahli
3 Jabatan Struktural Sekretaris Unit Laboratorium Pariwisata
4 NIP/NIK 198807062018032001
5 NIDN 0006078801
6 Tempat, tanggal lahir Bandar Lampung, 06 Juli 1988
7 Jl. Tirto Mulyo Gg. II No. E-8, Rt-01/Rw-09,
Alamat rumah
Klandungan, Landungsari, Dau, Kab. Malang
8 Nomor Telp/Fax/HP 408975415059
Dau, Malang
9 Alamat Kantor FIA UB, Jl. MT. Haryono 163 Malang
10 Nomor Telp/Fax 0341-553737/0341-558227
11 Alamat e-mail Aniesa.bafadhal@ub.ac.id
12 Lulusan yang Telah S-1= 20 Orang; S-2= 0 Orang; S-3= 0 Orang
Dihasilkan
1. Pemasaran
2. Analisis Bisnis
Mata Kuliah yang
13 3. Perencanaan Bisnis Pariwisata
diampu
4. Etika Bisnis
5. Manajemen Komplain dan Kualitas Layanan
Pariwisata

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3


Nama Perguruan Tinggi Universitas Lampung Universitas Brawijaya
Bidang Ilmu Administrasi Bisnis Administrasi Bisnis
Tahun Masuk-Lulus 2006-2010 2010-2012
Judul Pengaruh Sharia Dampak Merek, Palayanan
Skripsi/Thesis/Disertatsi Marketing terhadap dan Proses dalam Sharia
Keputusan Menabung Marketing Value serta
(Survei pada Nasabah Socially Responsible
Bank Muamalat Investment terhadap Citra
Indonesia Kantor Perusahaan dan Keputusan
Cabang Bandar Investasi (Survei pada
Lampung) Investor Divisi Syariah
PT. Trimegah Securities,
Jakarta)
Nama Dr. Suripto, MAB Prof. Surharyono, MA
Pembimbing/Promotor Dr. Ahmad Effendi, Dr. Srikandi Kumadji, Msi
MAB
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis,
maupun Disertasi)
Pendanaan
N Tah Judul Penelitian
Sumber Jml (Juta
o un
Rp)
1 201 Branding di Institusi Pendidikan BOPTN 50
5 Tinggi: FIA
Eksplorasi Citra dan Identitas
Menggunakan Cross Case Analysis
2 201 Pengaruh Budaya Organisasi Dan Iklim DPP 20
5 Spiritualitas Kerja Dalam SPP
Implementasi Kepemimpinan FIA
Spiritual Terhadap Komitmen
Organisasional Dan Kinerja Kerja
Individu (Studi Pada Karyawan
Hotel Grand Kalpataru Syariah Kota
Malang)
3 201 Memasifkan Pariwisata Kesehatan : DPP 3.5
5 Prospektif Salon dan Spa Syariah SPP
(Studi Pada Wisatawan Muslim FIA
Domestik Pengunjung Salon Dan
Spa Muslimah Rumahqu di Kota
Malang)
4 2016 Inovasi Disruptif Perumahan Syariah DPP SPP 4
(Studi Pada Penghuni D'ahsana Blimbing FIA UB
Residence Kota Malang)
5 2016 Eksplorasi dan Komparasi Dimensi City DPP SPP 30
Brand Personality Yang Berdampak FIA UB
Pada Komunikasi Strategis Pariwisata Di
Provinsi Jawa Timur
6 2016 Refleksi Identitas dan Citra dalam BOPTN 30
Branding di Institusi Perguruan Tinggi FIA UB
7 2017 Memasifkan Pariwisata Kesehatan di PUPT 105
Provinsi Jawa Timur: Prospektif Salon DIKTI
dan Spa Syariah
8 2017 Praksis Open Innovation untuk Kinerja Hibah 25
Berkelanjutan pada UMKM high-tech di Peneliti
Provinsi Jawa Timur Pemula
(HPP)
UB
9 2017 Analisis Tren Hasil Penelitian BOPTN 20
Mahasiswa Untuk Penyusunan Peta Riset FIA UB
Perguruan Tinggi (Studi Pada Program
Studi Ilmu Administrasi Bisnis FIA
Universitas Brawijaya)
1 2017 Ojek Syariah Sebagai Moda Transportasi DIPA 10
0 Muslimah Urban : Inklusif Traveling BLU FIA
Dan Sharing Economic UB
1 2018 Virtual Tourism: Efek Imersifitas Dan DIA BLU 10
1 Tele-Presence Terhadap Sikap Serta FIA UB
Minat Kunjungan Ulang
1 2018 Arketipe Kolaborasi Inovasi Akselerator Hibah 25
2 Startup Sebagai Katalis Pertumbuhan Peneliti
Ekonomi Kreatif Di Indonesia Pemula
(HPP)
UB
1 2018 Arketipe Wisatawan Pariwisata Hibah 70
3 Kesehatan Di Jawa Timur : Prospektif Peneliti
Salon Dan Spa Syariah Lanjutan
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir
Pendanaan
No Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat
Sumber Jml (Juta Rp)
1 2015 Kelompok Kajian Dan Pengembangan PHK RG 90
Usaha Kecil Dan Menengah (K2PU) BOPTN
2 2015 Pendampingan Manajemen Dan DPP SPP 6
Pengelolaan Bank Sampah Pada Panti FIA
Asuhan Darul Azhar
Kabupaten Malang
3 2016 Pendampingan Infopreneurship Pada DPP SPP 6
Pengelola Taman Baca Masyarakat FIA UB
(TBM) Aqil Kota Malang
4 2016 Kelompok Kajian dan Pengembangan PHK-RG 125
UMKM (K2PU) UB
5 2017 Pelatihan Pemasaran Online Untuk DPP SPP 10
Meningkatkan Efikasi Kewirausahaan FIA UB
Pada Penyandang Difabel
6 2017 Kelompok Kajian dan Pengembangan PHK-RG 65
UMKM (K2PU) UB
7 2018 Pendampingan Penyusunan Model DPP SPP 10
Pemberdayaan Bagi Pelaku UMKM Di FIA UB
Kota Malang
8 2018 Kelompok Kajian dan Pengembangan PHK-RG 80
UMKM (K2PU) UB

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun


Terakhir

Judul Artikel Ilmiah Volume/ Nama Jurnal


No
Nomor/Tahun
Dampak Merek, Palayanan dan Proses Jurnal Aplikasi
1 dalam Sharia Marketing Value serta Vol. 10 No. 4 Manajemen
Socially Responsible Investment
terhadap Citra Perusahaan dan (JAM)
Keputusan Investasi
Open Innovation Model For Small Proceeding
Medium Enterprise In Developing Business and
Country: Perspective And Prospective Winter Information
2 Of Session/IV/2016 International
Indonesian Startup Technopreneur Conference
3 Eksplorasi Dan Komparasi Dimensi Prosiding Seminar
City Brand Personality Yang Nasional dan
Berdampak Pada Komunikasi Strategis Pemaparan Hasil
Pariwisata Di Provinsi Jawa Timur Penelitian BPPM
FIA UB
4 Expanding Muslim Health Tourism In Issue 1/61 Russian Journal of
Indonesia: Prospective Sharia Salons Agricultural and
And Spas Socio-Economic
Sciences (RJOAS)
5 Concept And Model Sharia Salon And Issue 10/70 Russian Journal of
Spas: Myth Or Reality? Agricultural and
Socio-Economic
Sciences (RJOAS)
6 Open Innovation As A Building Block Issue 11/71 Russian Journal of
For Small Medium Enterprise Hightech Agricultural and
In Internet Of Things Era: Case Of The Socio-Economic
Indonesia Sciences (RJOAS)

7 Exploring The Immersion And Proceeding Annual


Telepresence In Gamified Virtual International
Tourism Experience Toward Tourist’s Conference on
Behaviour Business and Public
Administration
8 Indonesian Muslim Health Tourism Issue 12/84 (AICoBPA)
Russian Journal of
Typology: Sharia Salon And Spa Agricultural and
Prospectives Socio-Economic
Sciences (RJOAS)
9 Building Startups: An Analysis Of Issue 3/3 EURASIA:
Nascent Startup Programs In Indonesia Economics &
Business
F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan /
Seminar Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir
Nama Pertemuan Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
No
Ilmiah Tempat
Open Innovation Model For Small
International Medium Enterprise In Developing
Conference on Business Country: Perspective And Bali, Indonesia
1 and Information – Prospective Of Indonesian Startup 2-4 Februari 2016
Winter Session 2016 Technopreneur
2 Seminar Internasional Eksplorasi dan Komparasi Dimensi Malang, Indonesia
“Enhancing the City Brand Personality Yang 30 Maret 2017
Competitiveness of Berdampak Pada Komunikasi
SMESs in ASEAN” Strategis Pariwisata Di Provinsi
Kelompok Kajian dan Jawa Timur
Pengembangan UMKM
K2PU
3 Annual International Exploring the Immersion and Malang, Indonesia
Conference on Business Telepresence in Gamified Virtual 28-29 November
and Public Tourism Experience toward 2018
Administration Tourist’s Behaviour
(AICoBPA)

G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir


Judul Buku Tahun Jumlah Penerbit
No
Halaman
1 Perilaku Wisatawan (Editor) 2016 120 Wade Publishing
2 Muslim Health Tourism 2017 95 Lambert
3 Perencanaan Bisnis Pariwisata 2018 270 UB Press

H. Pengalaman Perolehan HKI Dalam 5 – 10 Tahun Terakhir


No Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1 Buku Muslim Health Tourism 2017 Buku EC00201705125
Referensi

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial


Lainnya Dalam 5 Tahun Terakhir
Judul/Tema Jenis Rekayasa Sosial Tahun Tempat Respon
No
yang Telah diterapkan Pencapaian Masyarakat
1
J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir
Institusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah
benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di
kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya
sanggup menerima resikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam FIA Mengabdi .
.

Malang, 13 Mei 2019

Aniesa Samira Bafadhal, S.AB., M.AB.


C. Identitas Diri Anggota Tim Pengabdian 2

1 Nama Lengkap (dengan Dr. Muhammad Cahyo Widyo Sulistyo, MBA


gelar)
2 Jabatan Fungsional Tenaga Pengajar
3 Jabatan Struktural Ketua Jurnal Jurusan Administrasi Bisnis
4 NIP/NIK 2013048303181001
5 NIDN 0018038304
6 Tempat, tanggal lahir Malang, 18 Maret 1983
7 Alamat rumah Jl. Kerto Sentono 39 Malang
8 Nomor Telp/Fax/HP 085204764546
9 Alamat Kantor Jl. MT. Haryono 163 Malang
10 Nomor Telp/Fax 0341.. 553737, 568914 Fax (0341) 558227
11 Alamat e-mail Widyo.sulistyo@gmail.com
12 Lulusan yang Telah -
Dihasilkan
1. Ekonomi Makro
2. Ekonomi Mikro
Mata Kuliah yang
13 3. Perencanaan Bisnis
diampu
4. Manajemen Sumber Daya Manusia
5. Operasi Bisnis

B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi Ilmu Ekonomi Magister Psikologi
Studi Manajemen UGM UGM
Pembangunan
FE UB
Bidang Ilmu Studi Manajemen Psikologi
Pembangunan
Tahun Masuk-Lulus 2001-2004 2007-2009 2009-2015
Judul Peran Hotel dan Penjadwalan Kerja Pengaruh
Skripsi/Thesis/Disertats Prasarana Metode Cyclical merek Sepatu
i Pariwisata Bola Terhadap
Terhadap PAD Performa
Kota Malang Pemain (Studi
Kasus Pemain
POM DIY
tahun 2010)
Nama Dr. Khusnul Dr. Adi Prof. Dr. Tina
Pembimbing/Promotor Afiana
Prof. Dr.
Djalaludin
Ancok
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis,
maupun
Disertasi)
Pendanaan
No Tahun Judul Penelitian
Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2017 Reviving Indonesian Spa Throught DPPSPP 30
the Development of Special Interest
Tourism;

2 2017 Prkasis Open Innovation pada HPP UB 25


UMKM Hightech di Jawa Timur

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir


Pendanaan
No Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat
Sumber* Jml (Juta Rp)
1

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun


Terakhir
No Judul Artikel Ilmiah Volume/ Nomor/Tahun Nama Jurnal
1

F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan /


Seminar Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir
Nama Pertemuan Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat
No
Ilmiah
1

G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir


Judul Buku Tahun Jumlah Penerbit
No
Halaman
1

H. Pengalaman Perolehan HKI Dalam 5 – 10 Tahun Terakhir


No Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya


Dalam 5 Tahun Terakhir
Judul/Tema Jenis Rekayasa Sosial Tahun Tempat Respon
No
yang Telah diterapkan Pencapaian Masyarakat
1

J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir (dari


pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)
Institusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan FIA Mengabdi.

Malang, 13 Mei 2019

Dr. Muhammad Cahyo Widyo Sulistyo, MBA

Anda mungkin juga menyukai