PENDAHULUAN
Pasar Baru adalah produk pengembangan kota tua oleh pemerintahan belanda
pada tahun 1800, namun diperkirakan telah berdiri pada 1820 berdasarkan
peninggalan foto tertua yang diambil pada masa itu. Pasar Baru termasuk dalam
1
2
kelurahan Sawah Besar yang dulunya bernama Weltervreden, yang berarti damai dan
aman.
Hingga kini Pasar Baru tetap eksis sebagai salah satu pusat belanja di Jakarta.
Kota Jakarta di tahun 1990-an berusaha mengayomi kawasan/lingkungan dan
bangunan tuanya dengan diterbitkannya beberapa Surat Keputusan Gubernur pada
waktu itu Ali Sadikin, yang menetapkan beberapa kawasan dan bangunan tertentu di
wilayah kota Jakarta sebagai lingkungan kota dan bangunan yang dilindungi atau
sebagai Benda Cagar Budaya (BCB – istilah resmi dalam UU No.5/ Tahun 1992
Tentang Benda Cagar Budaya).
Di tahun 1993 terbit SK No. 475 dari Gubernur tentang penetapan 169
bangunan di wilayah Jakarta yang bernilai sebagai Bangunan Cagar Budaya yang
nantinya akan disingkat menjadi BCB dalam laporan ini. Di dalam lampiran dari SK
475 tahun 1993 tersebut terdaftar bangunan yang berasal dari abad 17 yang dibangun
4
oleh VOC, sampai bangunan yang didirikan di abad 20 setelah Indonesia Merdeka.
Beberapa bangunan lama dalam kawasan Pasar Baru termasuk dalam daftar tersebut,
Seperti gedung kantor berita Antara yang didirikan pada tanggal 13 Desember 1937
yang terletak di di Jalan Pos Utara No. 57 dan Gedung Kesenian Pasar Baru - Jl.
Kesenian No. 1 yang dibangun tahun 1811, tempat rapat pertama KNIP. Di dalam
koridor jalan Pasar Baru misalnya yaitu Toko Kompak yang beralamat di jalan Pasar
Baru No. 18 A, Toko Lee Le Seng yang beralamat di Jl. Pasar Baru No. 119 dan
Toko Jamu Ny. Meneer di Jl. Pasar Baru No. 130. Daftar tersebut telah diperbarui
dengan diterbitkannya Undang - Undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2010
tentang cagar budaya.
Namun kejayaan Pasar Baru tak bertahan lama seiring derasnya arus
modernisasi dan proses desentralisasi yang merembes ke kota-kota besar di
Indonesia. Pertumbuhan kota yang menyebar ke pinggiran-pinggiran menyebabkan
munculnya banyak pusat kota baru dan menarik masyarakat dari pusat kota yang
sudah ada. Pasar Baru kalah bersaing dengan pusat perbelanjaan baru disekitarnya
seperti Sarinah Thamrin, Plaza Indonesia dan Grand Indonesia, yang mengikuti
perkembangan jaman dan lebih mewah dan dikelola dengan baik. Tempat-tempat
pusat berbelanja baru ini menyediakan sarana dan atraksi yang lebih menarik dari
Pasar Baru tidak mengalami perubahan dari tahun ke tahun berupa deretan toko retil
dari masa ke masa sehingga menimbulkan kebosanan bagi para pengunjungnya.
Gema itu turut hilang juga dikarenakan kondisi kualitas fisik yang tidak
dikelola sehingga menjadikan kualitas koridor Jalan Pasar Baru ini buruk. Buruknya
5
Kondisi shopping street Jalan Pasar Baru saat ini dipenuhi PKL dan parkir
liar. Seperti yang terlihat di dalam gambar 7, terlihat aktivitas kaki lima yang
memadati Jalan Pasar Baru dan memenuhi jalan sehingga mengganggu jalur pejalan
kaki. Keberadaan PKL ini menjadi salah satu faktor menurunnya citra Pasar Baru
7
sebagai kawasan belanja elit menjadi pusat perbelanjaan yang tak berbeda dengan
Tanah Abang, tidak jarang juga pedagang makanan menjajakan makanannya,
kemudian limbah makanan tersebut dibuang sembarangan sehingga mengotori jalan.
Sedangkan pada gambar 7 yang diambil pada tahun 2010, terlihat kondisi dimana
terlihat terdapat elemen penutup jalan yang rusak dan mobil yang melintas dan parkir
mengganggu arus pejalan kaki, sampah juga terlihat berserakan. Kondisi ini tidak
berbeda dengan kondisi sekarang.
Undang - Undang yang berlaku di tempat tersebut dan teori-teori serta panduan yang
berhubungan.
stakeholder utama kurang berperan secara langsung dalam pelestarian sehingga peran
pemerintah tertutupi oleh peran LSM Bandung Heritage yang aktif dalam berbagai
kegiatan, namun pemerintah masih merupakan pemegang penuh tanggung jawab atas
bangunan bersejarah yang ada di Kota Bandung. Stakeholder sekunder lainnya yang
ikut berperan secara tidak langsung adalah pihak swasta dan masyarakat. pihak
swasta ikut berperan dalam mempertahankan image koridor braga sebagai koridor
bersejarah dengan menggunakan gaya art deco pada bangunan swasta. Sedangkan
masyarakat ikut berperan secara tidak langsung dalam menjaga bangunan-bangunan
bersejarah ataupun ikut dalam kegiatan-kegiatan pelestarian.
Pada tesis penelitian yang dilakukan oleh Miranda Indriani Indra dari
Universitas Indonesia pada tahun 2010 yang berjudul “Pengembangan Pasar Baru,
Jakarta”, mencoba meneliti bagaimana mengembangkan Pasar Baru agar optimal
dengan melihat dari optimalisasi pemanfaatan ruang atas tanah di kawasan Pasar
Baru dan menemukan kegiatan-kegiatan yang dapat mendukung Pasar Baru sebagai
wisata belanja heritage. Cara ini ditempuh dengan mengkaji perkembangan serta
perkembangan kota melalui teori penggunaan yang terbaik dan tertinggi (highest &
best-use) untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang dapat mendukung
perkembangan Pasar Baru. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data
adalah metode kualitatif untuk menggambarkan fakta-fakta yang terdapat di
lingkungan Pasar Baru dan tidak meneliti areal-areal di sekitar lingkungan Pasar
Baru. Pengolahan data dan analisa data menggunakan metode kualitif untuk
menemukan penggunaan lahan yang terbaik dan tertinggi dalam kawasan dan
penggunaaan metode kuantitatif untuk menguji kelayakan dari pemilihan kegiatan
yang dapat menghasilkan highest & best use bagi Pasar Baru.
Penelitian ditempuh dengan cara mengamati lingkungan Pasar Baru, dimana
ditemukan fakta-fakta seperti trafik yang padat di sekitar lingkungan ini, kondisi
kurang nyaman dan aman akibat aktivitas pedagang kaki lima yang berdagang di
pedestrian jalan Pasar Baru Raya dan kurangnya lahan parkir menjadi beberapa
faktor yang mengakibatkan pengunjung golongan menengah ke atas kurang berminat
untuk berbelanja di Pasar Baru. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan kajian
highest & best-use, penggunaan yang tertinggi dan terbaik bagi lingkungan Pasar
Baru adalah kegiatan hunian, sehingga Pasar Baru dapat dikembangkan menjadi
lingkungan wisata belanja heritage. Berdasarkan kajian kelayakan, Pasar Baru layak
dikembangkan menjadi lingkungan wisata belanja heritage.
11
Bab ini mengkaji teori yang berkaitan dengan Jalan Pasar Baru, Jakarta
sebagai sarana pendukung utama lingkungan wisata belanja berikut dengan properti
pertokoan yang terdapat didalamnya dan merupakan bagian dari perkembangan kota
Jakarta, khususnya Jakarta Pusat.
17
18
a. Jenis Pariwisata
Dalam Indraswara (2008), Jenis – jenis pariwisata yang ada tidak terlepas dari
adanya daya tarik wisata pada suatu daerah, berupa :
- Sumber daya tarik yang bersifat alami, seperti pemandangan alam,
lingkungan hidup, flora, fauna, danau, lembah, gunung, dan lain-lain.
- Sumber daya buatan manusia, seperti peninggalan budaya, arkeologi, candi,
area, dan lain – lain.
- Sumber daya tarik yang bersifat manusiawi, seperti norma, tradisi,
kebiasanaan, pandangan hidup, keagamaan, kepercayaan, supranatural, dan
lain – lain.
Dan jenis – jenis pariwasatanya sendiri dapat dikategorikan menjadi 6
kategori, yakni ;
1. Wisata Budaya (Cultural Tourism)
Jenis pariwisata dimana motivasi untuk melakukan perjalanan disebabkan
karena adanya suatu daya tarik dari seni budaya suatu tempat/daerah. Dalam
perjalanan wisata semacam ini diikuti dengan kesempatan untuk mengambil
bagian dalam suatu kegiatan ditempat yang dikunjungi dalam rangka
mendapat pengalaman baru atau lebih.
2. Wisata Konvensi (Convention)
Disebut pariwisata perdagangan, karena perjalanan wisata dikaitkan dengan
kegiatan perdagangan baik basional maupun internasional, dimana sering
diadakan kegaitan pameran, seminar dan lain – lain.
3. Wisata Kesehatan (Recuperiational Tourism)
Tujuan wisata ini adalah melakukan penyembuhan terhadap suatu penyakit
seperti mandi di air panas, mandi di lumpur, atau mandi susu di Eropa, mandi
kopi di Jepang.
4. Wisata Bahari (Coastal Tourim)
19
Wisata jenis ini merupakan suatu bentuk yang paling signifikan dari
kepariwisataan dewasa ini dengan aliran wisatawan baik internasional
maupun domestik dengan tujuan utama matahari, laut dan pasir.
Wisata bahari merupakan jenis wisata di Indonesia disamping itu wisata ini
banyak digandrungi wisatawan baik dari mancanegara maupun domestik.
Dari berbagai jenis wisata yang dinamakan wisata bahari memiliki kesamaan
bentuk yang pada intinya adalah keselarasan atau panggabungan antara sektor
perairan, perikanan dan sektor pariwisata, dimana sektor perairan lebih
mendapat tekanan dan sebagai daya tarik utama dari kegiatan wisata yang
diselenggarakan. Pengembangan wisata bahari merupakan upaya terhadap
pemanfaatan potensi atraksi wisata perairan.
5. Wisata Alam (Rural Tourism)
Faktor yang menarik dari jenis wisata ini adalah bentukan-bentukan alam
seperti sungai, danau, hutan, perkebunan. Para wisatawan berlibur di daerah
ini sebagai upaya mencari ketenangan dan kebahagiaan.
6. Wisata Kota (Tourism in Urban Area)
Sampai sekarang kota-kota metropolitan, ibukota negara dan kota-kota
bersejarah merupakan tujuan wisata yang paling penting. Wisatawan
berkunjung ke daerah ini untuk tujuan antara lain : hiburan dan kehidupan
maamnya, mengapresiasi atraksi budaya dan sejarah kota, untuk menghadiri
event-event penting dalam olah raga, untuk berbelanja atau sekedar
menikmati kehangatan atas karakter kota tersebut.
b. Pengertian Wisata
Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya
tarik. Wisata adalah sebuah perjalanan dimana seseorang dalam perjalanannya
singgah sementara dibeberapa tempat akhirnya kembali lagi ke tempat asal dimana ia
mulai melakukan perjalanan.
Wisata dalam bahasa inggris disebut “tour” yang secara etimologi berasal dari
kata Torah (Ibrani) yang berarti belajar, Tornus (Bahasa Latin) yang berarti alat
untuk membuat lingkaran, dan dalam bahasa Perancis Kuno disebut Tour yang
berarti mengelilingi sirkuit. Pada umumnya orang memberi padanan kata wisata
20
dengan rekreasi, wisata adalah sebuah perjalanan, namun tidak semua perjalanan
dapat dikatakan wisata.
Wisata memiliki karakteristik - karakteristik antara lain :
1. Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan
kembali ke tempat asalnya
2. Melibatkan komponen-komponen wisata, misalnya transportasi, akomodasi,
restoran, objek wisata, toko cinderamata dan lain-lain.
3. Umumnya dilakukan dengan mengunjungi objek wisata dan atraksi wisata.
4. Memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan kesenangan.
Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan, bahkan keberadaannya dapat
memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat atau daerah yang
dikunjungi.
Konsep kegiatan wisata dapat didefinisikan dengan tiga faktor, yaitu harus ada
something to see, something to do, dan something to buy (Yoeti, 1985)
• Something to see ; artinya ditempat tersebut harus ada obyek wisata yang
berbeda dengan yang dimiliki daerah lain. Dengan daerah itu harus memiliki
daya tarik khusus dan atraksi budaya yang dapat dijadikan “entertainment”
bagi wisatawan.
• Something to do ; artinya ditermpat tersebut selain banyak yang dapat dilihat
dan disaksikan, harus pula disediakan berbagai fasilitas yang dapat membuat
wisatawan betah tinggal lebih lama ditempat itu.
• Something to buy ; artinya ditempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas
untuk berbelanja (shopping) terutama barang souvenir dan kerajinan rakyat
sebagai oleh oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal.
• How to arrive ; termasuk didalamnya aksesibilitas, yaitu bagaimana
wisatawan mengunjungi obyek wisata tersebut, kendaraan apa yang akan
digunakan dan berapa lama tiba ditempat tersebut.
• How to stay ; artinya bagaimana wisatawan akan tinggal untuk sementara
waktu selama ia berlibur di obyek wisata itu. Untuk itu diperlukan adanya
penginapan – penginapan baik hotel, losmen, dan sebagainya.
Seperti yang telah dijelaskan pada bab 1 dan sub-bab 2 sebelumnya, Pasar
Baru merupakan pusat pertokoan yang perkembangannya berawal dari pergerakan
pembangunan kota tua oleh pemerintahan Belanda menuju area Weltervreden yang
sekarang adalah wilayah Pasar Baru dan sekitarnya. Untuk memenuhi kebutuhan
perkembangan kota, didirikanlah pasar di Weltevreden. Sebuah pusat perbelanjaan
yang didirikan oleh VOC bernama Passer Baroe pada tahun 1820. Beberapa
bangunan didalam kawasan perbelanjaan Pasar Baru ini juga memberikan bukti kuat
terhadap umur kawasan ini. Seperti Toko Kompak yang berumur 300 lebih dan
masih mempertahankan bentuk aslinya (gambar 8), Toko Lee Le Seng yang berdiri
pada tahun 1873 (gambar 9).
benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai benda cagar budaya apabila
memenuhi kriteria :
a) berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;
b) mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;
c) memilki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,
dan/atau kebudayaan; dan
d) memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.
Kemudian berikutnya dalam pasal 9 disebutkan bahwa sebuah lokasi
ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya apabila :
a) mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/untuk
Struktur Cagar Budaya; dan
b) menyimpan informasi kegiatan manusia pada masa lalu.
Pada Pasal 10 yang membahas mengenai suatu kawasan ditetapkan sebagai
Kawasan Cagar Budaya bila :
a) mengandung 2 (dua) Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya
berdekatan:
b) berupa lanskap budaya hasil bentukan manusia berusia paling sedikit 50 (lima
puluh) tahun:
c) memiliki pola yang memperlihatkan fungsi ruang pada masa lalu berusia
paling sedikit 50 (lima puluh) tahun;
d) memperlihatkan pengaruh manusia masa lalu pada proses pemanfaatan ruang
berskala luas;
e) memperlihatkan bukti pembentukan lanskap budaya;
f) memiliki lapisan tanah terbenam yang mengandung bukti manusia atau
endapan fosil.
Berdasarkan paparan Undang – Undang diatas, jelas bahwa Pasar Baru yang
telah berdiri pada tahun 1820 hingga 2015 (195 tahun) merupakan kawasan belanja
yang memiliki nilai sejarah tinggi ini dapat disarankan sebagai Kawasan Cagar
Budaya. Benda cagar budaya tidak hanya penting bagi disiplin ilmu arkeologi, tetapi
terdapat berbagai disiplin yang dapat melakukan analisis terhadapnya. Antropologi
misalnya dapat melihat kaitan antara benda cagar budaya dengan kebudayaan
sekarang salah satunya dalam hal arsitektur.
Cagar budaya dalam Undang - Undang nomor 11 tahun 2010 pasal 1 poin 1
dikatakan bahwa “Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa
23
Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar
Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan
keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan”. Ada 4 (empat)
hal penting yang melekat dan menjadi titik penekanan tentang cagar budaya
sebagaimana terdapat dalam definisi cagar budaya yaitu: 1) warisan budaya yang
bersifat kebendaan, 2) perlu dilestarikan, 3) memiliki nilai penting, dan 4) proses
penetapan.
Sebagaimana juga seperti yang dikatakan dalam undang - undang no 11 tahun
2010 pasal 21 dikatakan pengelolaan adalah upaya terpadu untuk melindungi,
mengembangkan, dan memanfaatkan cagar budaya melalui kebijakan pengaturan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesar - besarnya kesejahteraan
rakyat, dan pasal 22 dikatakan pelestarian adalah upaya dinamis untuk
mempertahankan keberadaan cagar budaya dan nilainya dengan cara melindungi,
mengembangkan, dan memanfaatkannya. Maka dari itu, Shopping Street Jalan Pasar
Baru selain menjadi wisata belanja, Pasar Baru juga memilki potensi sebagai wisata
budaya sejarah karena umur pusat perbelanjaan ini yang sudah mencapai 195 tahun,
dan bangunan – bangunan cagar budaya yang terletak didalamnya.
pengelola dan pengawas mengenai wisata pada situs yang memiliki sejarah, budaya,
dan pengetahuan mengenai peninggalan manusia pada masa lalu yang masih ada
hingga saat ini. Salah satu piagam ini adalah "The Venice Charter" dan “Burra
Charter”
Dalam salah satu piagam ini menyebutkan bahwa pengunjung yang datang
saat melakukan wisata harus mendapat jaminan mendapatkan pengalaman yang
berarti, memuaskan, dan dapat dinikmati baik sejarah maupun budaya. Berangkat
dari kedua hal tersebut, maka pengalaman pengunjung dicoba diolah dengan teori
yang berkaitan dengan pengintegrasian pengalaman seseorang terhadap suatu ruang
kota. Teori yang coba digunakan adalah teori experiential landscape.
Experiential landscape adalah sebuah pendekatan analisa terhadap ruang
terbuka dan perancangan yang berkonsentrasi pada hubungan antara satu tempat
dengan yang lain serta keterkaitan seseorang terhadap suatu tempat. Ide experiential
landscape diutarakan oleh Kevin Thwaites dan Ian Simpkins. Mereka percaya bahwa
penting untuk melihat hubungan manusia dengan lingkungannya lebih dalam, lalu
mendeskripsikan beberapa komponen-komponen tersebut untuk membantu mengerti
lebih baik. Mereka menelaah suatu tanggapan yang dikembangkan oleh Christian
Norberg-Schulz dengan menggambarkan elemen – elemen penelitian mengenai
psikologi lingkungan, pendekatan sosial yang tanggap terhadap perancangan dan
desain ruang kota, dan konsep ruang.
2.2 Tinjauan Khusus
2.2.1 Pedestrian Mall Pasar Baru Sebagai Koridor Komersial
a. Kawasan Koridor Komersial
Kawasan komersial adalah area yang mempunyai fungsi dominan untuk
kegiatan komersial atau disebut sebagai kawasan pusat perniagaan/usaha kota,
letaknya tidak selalu di tengah-tengah kota dan mempunyai pengaruh besar terhadap
kegiatan ekonomi kota (Kamus Tata Ruang, s.v.”kawasan komersial). Bishop dalam
Susanti (2001) menjelaskan, koridor jalan komersial merupakan koridor jalan yang
pemanfaatan ruang di sepanjang jalannya untuk kegiatan komersial, perkantoran
yang kompleks dan pusat pekerjaan di dalam kota.
Dari dua penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa koridor komersial
merupakan konsentrasi toko ritel, yang melayani area perdagangan umum yang
terletak di sepanjang jalan.
25
b. Penjelasan Mal/Mall
Secara tradisional, istilah “mall” ditujukan pada suatu area yang biasanya di
kiri dan kanannya dibatasi dengan pohon – pohon peneduh dan dimanfaatkan sebagai
tempat berjalan kaki atau promenade bagi publik (Rubenstein dalam Susanti, 2001).
Pengertian pada saat ini, mall ditujukan bagi suatu bentuk baru dari jalan atau plaza
yang terletak pada area bisnis di pusat kota yang berorientasi bagi pejalan kaki dan
dilayani oleh transportasi publik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mal
adalah gedung atau kelompok gedung yang berisi macam-macam toko dan
dihubungkan oleh lorong ( jalan penghubung ).
Terdapat 3 (tiga) jenis utama mall, masing-masing memiliki variasi yang
sangat banyak dalam rancangannya, yaitu Full mall, Transit Mall, Semi Mall
(Rubenstein, 1992).
1. Full Mall
Full mall dibentuk dengan menutup suatu penggal jalan yang sebelumnya
digunakan untuk lalu lintas kendaraan kemudian dijadikan jalur pejalan kaki
atau plasa linear dengan kelengkapan – kelengkapan seperti pavement baru,
pepohonan, perabot jalan, patung-patung, air mancur dan lain sebagainya.
Full Mall ini dapat menyajikan kontinuitas visual, karakter khusus dan
mendorong terciptanya suatu citra dan rasa ruang pada pusat kota.
2. Transit Mall
Merupakan jenis mal yang mengizinkan lalu lintas kendaraan umum (bus dan
taksi) untuk masuk ke dalam area tetapi tidak diizinkan parkir, dengan tetap
mengutamakan koridor yang diperlebar dan penambahan elemen perpohonan.
3. Semi Mall
Dalam Semi Mall ,beberapa jenis lalu-lintas dan parkir dihilangkan Kawasan
tersebut berupa jalur pedestrian yang lebar dengan streetscape yang bagus
dihasilkan dari adanya desain pavement baru, pepohonan peneduh, perabotan
jalan (bangku-bangku, lampu, signage dan fasilitas lainnya), menciptakan :
Kontinuitas visual
Perkuatan karakter linear jalan
Image pusat kota baru.
Semi mall biasanya terletak pada jalan utama yang melintasi kawasan ritel
utama di pusat kota.
26
ritel-ritel yang lebih energik dan beragam dengan produk yang menarik, fasilitas
yang lebih modern dan atmosfer yang baik, yang merupakan hal penting untuk
menarik pelanggan. Riset ini dilakukan dengan menimbang motif konsumen untuk
pergi ke suatu tempat belanja melalui 7 dimensi yang dianggap bersangkutan (Bloch
et al,1994), antara lain :
1. Estetik
2. Kemudahan
3. Escape, yang berhubungan dengan keinginan konsumen untuk melepas rasa
penat.
4. Exploration / Eksplor, berkaitan dengan kesempatan bagi konsumen untuk
menemukan informasi dengan mengeksplor berbagai produk dan toko.
5. Flow, berkaitan dengan kondisi dimana ketika kemampuan konsumen dalam
memperkirakan waktu. Jika Mal itu baik secara kualitas, maka konsumen
tidak masalah untuk menghabiskan waktu lebih lama.
6. Role enactment/ peran serta : Orang berperilaku sesuai lingkungan sosial atau
tidak tergantung tempat mereka berada. Misalnya ada beberapa orang yang
lebih menyukai datang ke pasar tradisional karena mereka dapat menawaratau
seorang ibu yang berbelanja sebagai latihan rutin ibu rumah tangga.
7. Sosial : Berbelanja menawarkan seseorang kesempatan untuk bersosialisasi,
bisa itu bertemu kawan lama atau rekan baru.
Dengan total 27 pertanyaan yang diadaptasi dari Tauber (1972) dan Bloch et
al (1994) yang menggunakan 5 poin skala Likert yang berskala 1 sampai 5, dimana 1
31
berarti “sangat tidak setuju”, sementara 5 berarti “sangat setuju”, yang kemudian
dianalisas secara kuantitatif. Responden dipilih scara murni (teknik sampling non-
probabilitas) di dua mal yang terletak di Raipur antara pukul 06.00 hingga 20.30.
Hasil dari penelitian mengungkapkan bahwa konsumen menghabiskan waktu
di mal antara 1,5 hingga 2 jam,dimana jumlah toko yang dikunjungi berkisar antara 5
– 6 toko, frekuensi mengunjungi mal paling tidak sekali dalam seminggu. Atribut
mal nilai estetik dari desain interior merupakan factor yang paling tinggi dalam
menentukan tingkat ketertarikan konsumen mengunjungi suatu mal. Diikuti oleh
tingkat kenyamanan pada kelengkapan barang dan produk serta merasa bahagia
ketika mengunjungi mal bersama teman untuk melakukan interaksi sosial.
Atribut mal mengenai estetik, faktor higienis, desain interior, hiburan dan
kenyamanan lokasi akan mempengaruhi respon kognitif yang menjadikan alasan
konsumen untuk mengunjungi shopping mall. Dalam menentukan shopping mall
yang akan dituju, konsumen akan mempertimbangkan aksesibilitas yang mudah dan
suasana menarik yang nantinya akan mempengaruhi mood dan pengalaman
berbelanja. Sehingga akan mempengaruhi behavior dimana waktu yang akan
dihabiskan di mal akan cukup lama, tenant yang dikunjungi juga akan semakin
banyak dan frekuensi mengunjungi juga akan semakin sering dalam sebulan.
Terlebih jika didukung oleh faktor perencanaan kegiatan sosial dan penambahan
berbagai fasilitas yang dapat mewadahi berbagai kegaitan untuk interaksi sosial :
plaza,area duduk, tempat nongkrong, café, restoran, dan area hiburan lainnya yang
akan memberika respon afektif berupa pengalaman berbelanja yang menyenangkan.
Respon afektif nilai belanja hedonic dan utilitarian akan dipengaruhi oleh
atribut factor higienis dan hiburan , fasilitas hiburan akan mempengaruhi nilai
belanja hedonik, di mana pengalaman belanja hedonik adalah untuk mendapatkan
hiburan seperti menonton bioskop, olah raga, makan, jalan-jalan. Sedangkan nilai
belanja utilitarian memiliki misi untuk mendapatkan barang yang direncakan, maka
faktor higienis merupakan aspek terpenting dalam memperoleh barang yang
direncanakan, tentunya suasana mal yang higienis akan menjadikan barang atau
produk yang dibelinya terlihat bersih.
32
konsumen perkotaan menyangkut fasilitas rekreasi, lokasi dari mall, suasana dan kios
yang atraktif dalam referensinya dengan produk dan servis, nilai merek dan harga.
Aspek keinginan dan preferensi konsumen dari pasar tradisional yangutama
adalah kenyamanan dan keamanan fasilitas dari pasar tersebut yang didalamnya
berupa kebersihan dari lingkungan pasar (tidak becek, tidak kotor, tidak bau),
kelengkapan fasilitas seperti penyebaran toilet, tempat parkir yang mudah diakses,
tempat ibadah, dll. Kualitas barang dan harga yang bersaing juga menjadi salah satu
tuntutan konsumen pasar tradisional. Etnis dan budaya yang tercipta di pasar
tradisional tanpa disadari juga merupakan daya tarik tersendiri bagi konsumen.
Perilaku yang memperlihatkan etnis dan budaya diusahakan dilengkapi dengan
penataan dan penampilan kios yang menunjukkan budaya lokal, sehingga dapat
menciptakan suasana belanja yang menarik yang selain dapat menjadi sarana
rekereasi sendiri dan diharapkan dapat menarik perhatian konsumen.
b. Direction / arah
Direction / arah merupakan tempat yang menyebabkan perasaan untuk
menuju ke suatu tempat dan kemungkinan tujuan yang akan dituju. Eksplorasi yang
dilakukan oleh Kevin Thwaites dan Ian Simkins menunjukan bahwa konsep
Direction dapat dikonsepkan melalui tiga kategori yang menyambungkan satu tempat
dengan tempat lainnya, yaitu;
• Linear, Merujuk pada perasaan pada suatu tempat yang menarik
perhatian pada keruangan, yang terpengaruh oleh atribut dari
sekitarnya.
• Route, kategori yang membangkitkan kesadaran potensi keberlanjutan
untuk bergerak ke suatu tempat. Dalam kategori ini atribut yang
dominan berhubungan dengan kemudahan bergerak.
• Anticipation, Motiviasi untuk beranjak dari sini ke sana.
Direction terbentuk dari unsur yang mempengaruhi kinetik / gerak dan
sensorik manusia. Unsur kinetik terkait denga ritme, pagar, fasad yang tidak
mengundang, rute utama yang jelas. Sedangkan unsur sensorik manusia meliputi
penjelajahan dan misteri; pemandangan, bau, dan suara; deretan fasade, dan
streetscape.
c. Transition
Transition / transisi adalah pergantian suatu kawasan yang menciptakan
perasaan, mood, suasana yang berbeda antara tempat. Norberg-Schulz menjelaskan
35
Pada tahun 1950 hingga 1980an, jalan Bugis terkenal dengan kehidupan
malam yang terjadi disana. Sebagai pusat jajanan kaki lima dan pasar malam yang
menjual makanan dengan cita rasa lokal, minuman beralkohol dengan harga murah
dan cinderamata, memikat pengunjung dari tentara Australia dan Inggris yang
singgah di Singapura. Bugis Street dan sekitarnya berkembang menjadi tempat
37
prostitusi dan perjudian pada tahun 1970-an ketika tempat ini sering dijadikan tempat
berlibur oleh tentara Amerika Serikat saat perang Vietnam berkecamuk.
Gambar 9. Shopping Mall Bugis Junction Di Atas Jalan Bugis Yang Lama.
Sumber : capitamall.com diakses pada 4 April 2015
38
Jalan Bugis yang lama kini terletak sebagai salah satu bagian dari Bugis
Junction. Bugis Junction adalah komplek komersial yang dibangun dalam kawasan
ruko. Jalan Bugis bersama dengan 3 jalan sekitarnya,yaitu jalan Malay, Malabar,
dan jalan Hylam diubah menjadi pusat perbelanjaan ritel 2-3 lantai berbentuk ruko.
Bugis Junction kemudian ditutup untuk akses kendaraan menjadikan dearah
tersebut hanya dapat diakses oleh pejalan kaki.
Gambar 11. Jalan Bugis Dan Sekitarnya Yang Menjadi Bagian Bugis Junction
Sumber : 2ndshot.blogspot.com diakses pada 4 April 2015
Sekarang, Bugis Junction muncul sebagai area berjalan yang terlindungi dari
cuaca dan zona belanja ber-AC. Lantainya ditutup dengan keramik.
39
Bentuk bangunan ruko yang ada dalam Bugis Junction merupakan rekayasa
ulang dari bangunan lama yang telah dihancurkan. Terlihat dari gambar berikut,
bahwa daerah tersebut diratakan dengan tanah demi kelancaran pembangunan jalur
MRT dibawahnya.
Gaya bangunan ritel dalam Bugis Junction meniru bentuk lama dari bangunan
ruko yang lama, terlihat dari gambar dibawah yang memperlihatkan kondisi jalan
Malay dan Bugis sebelum dan sesudah dibangun ulang. Perekondisian bangunan
sesuai dengan bentuk yang lama bermaksud untuk menunjukan semangat konservasi.
Gambar 16. Pintu Masuk New Bugis Street Berseberangan Dengan Bugis Junction
Sumber : Google maps diakses pada 4 April 2015
Dipertengahan tahun 1997, jalan Bugis yang baru dibuka untuk bisnis. Para
pemilik toko dan penjaja barang dagangan yang lama segera menyambut hal
tersebut, yang menjadikan shopping street jalan Bugis yang baru saja dibangun
kembali langsung terokupasi penuh. Pada tahun 2005 – 2011 New Bugis Street
42
Kesimpulan yang dapat ditarik dari studi literatur terhadap dua tempat
perbelanjaan tersebut adalah bagaimana menciptakan citra kawasan dan
mengembangkannya tanpa menghilangkan identitas kawasan tersebut. Meskipun
44
pada kenyataannya apa yang ada di daerah Bugis di Singapur ini merupakan
rekayasa terhadap kondisi bangunan terdahulu namun bukan berarti menghilangkan
arti dari semangat merevitalisasi daerah berjerah unik tersebut. Namun bisa dilihat
persamaannya dimana gaya bangunan dan karakter bangunannya sama, yaitu
memperlihatkan bangunan lamanya sebagai unsur citra kawasan. Bangunan dengan
fungsi baru ditambahkan diantara bangunan-bangunan ruko untuk mendukung
kegiatan retil yang ada.
Meskipun kedua bangunan memiliki karakter pengembangan yang berbeda,
seperti yang dapat dilihat sebagai berikut :
Studi banding yang dilakukan terhadap Bugis Junction dan Bugis Street ini
dimaksudkan untuk mempelajari bagaimana karakteristik yang dapat dicoba
dimasukkan dalam perancangan Pasar Baru dalam rangka membangkitkan kegiatan
didalamnya.
45
Studi Literatur
• Teori Wisata Budaya
• Teori Experential Landscape
• Studi proyek yang berkaitan
Metode Penelitian
Metode Survei
• Pencarian data
• Data lapangan melewati internet
• Wawancara
Analisa Data
Kesimpulan / Konsep
47
48
`
49
2. Analisa Data
Data yang sudah dikelompokan diatas dianalisa dengan mempelajari
keadaan sekarang dengan data-data yang didapat dari survei lapangan. Data
yang dianalisa kemudia digunakan dalam membentuk solusi atau
dimanfaatkan menjadi bagian dari perancangan.
50
`
BAB 4
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pasar Baru terletak dalam sub-zona K.1 dan K.2 dalam RDTR Jakarta 2014
yang diperuntukan untuk kegiatan sebagai berikut :
1. Kegiatan rumah sangat kecil, kecil, sedang, dan rumah besar dengan
syarat satu lahan satu kepemilikan, satu unit bangunan, intensitas KDB
setinggi-tingginya 60% (enam puluh persen), KLB setinggi-tingginya
1,2, dan ketinggian bangunan setinggi-tingginya 2 lantai
2. Kegiatan rumah susun umum dengan syarat memenuhi standard dan
persyaratan pembangunan rumah susun umum yang diterapkan dalam
ketentuan khusus pada Peraturan daerah ini.
3. Kegiatan asrama, rumah kost dan guest house dengan syarat sekurang-
kurangnya memiliki izin gangguan dan menyediakan prasarana parkir di
dalam persil
4. Kegaitan masjid, gereja, pura, klenteng dan vihara dengan syarat
mendapat persetujuan dari warga sekitar, tokoh masyarakat, Lurah dan
sebagai kegiatan penunjang pada subzona bersangkutan.
5. Kegiatan PKL dengan syarat sekurang-kurangnya mendapat persetujuan
dari warga sekitar, ketua RT, Ketua RW, ditetapkan waktu dan lokasinya.
51
52
Jl. Samanhudi
Bagian Selatan
dan jasa, dekat dengan transportasi publik serta memiliki sistem pengaturan lalu
lintas (sirkulasi, parkir, bongkar muat barang) yang tertata dan dipatuhi dengan baik.
Pada jajaran toko – toko Pasar Baru semuanya tidak memiliki garis sempadan
jalan (GSJ=0). Sepanjang Jalan Pasar Baru ini terdapat total 130 bangunan, 63 buah
pada sisi timur dan 67 pada sisi barat. Kebanyakan bangunan memiliki ketinggi 3-5
lantai. Tekstur yang dibentuk oleh deretan bangunan ini adalah tekstur yang rapat,
karena bangunan sepanjang jalan ini dibangun menempel antara satu dan lainnya.
Fasad pada bangunan disini semua kebanyakan sudah berubah dari bentuk aslinya,
hanya beberapa yang masih mempertahankan fasad aslinya seperti bangunan toko
Lee Ie Seng dan toko Kompak.
Pegawai toko
Pengunjung sekedar
berekreasi
a. Center
Pada koridor Pasar Baru ini, terdapat 3 buah center yang menjadi pusat
aktivitas pengunjung.
Center 1
Center 1 merupakan akses masuk Pasar Baru bagian utara, berbatasan dengan
jalan Samanhudi. Center 1 dapat diasosiasikan dengan karakter Social imageability
dan interaksi sosial. Center ini terletak di titik pusat komersial, dimana dihimpit oleh
bangunan pusat perbelanjaan Harco Pasar Baru dan Metro Pasar Baru. Center ini
dilewati oleh fasilitas kendaraan umum seperti angkot dan bus metromini dan kopaja.
Tabel 5. Center 1
Gambar Keterangan
Terdapat gerbang yang bergaya arsitektur
cina terlihat dari warna dan bentuk
atapnya yang melengkung. Gerbang ini
menjadi penyambut dan penanda shopping
street Pasar Baru. Intensitas pengunjung
yang berlalu-lalang dan melakukan
interaksi terjadi di sini sangat tinggi. Hal
itu terjadi karena center ini terhimpit oleh
dua bangunan pusat perbelanjaan yang
menarik banyak massa serta tempat
angkutan umum menaik-turunkan
penumpang, PKL berjualan memenuhi
jalan masuk.
Analisa
Sebagai pusat yang berada di daerah dengan aktivitas ramai karena dikelilingi oleh
pusat perbelanjaan dan merupakan akses penyambut dan keluar - masuk
60
Gambar Keterangan
pengunjung ke dalam shopping street Pasar Baru, center ini diharapkan dapat
menjadi penyeimbang kegiatan tersebut. Peran center dapat dioptimalkan agar
dapat mengakomodasi kegiatan pengunjung yang berkumpul disini.
Sumber : Olahan Pribadi
Center 2
Gambar 9. Center 2
Sumber : Olahan Pribadi
Tabel 6. Center 2
Gambar Keterangan
Dalam daerah center ini terdapat restoran tempat
makan yaitu KFC, A&W, dan sebuah warung
yang menjual minuman, sehingga titik ini
menjadi pusat keramaian saat jam-jam tertentu.
Terdapat anchor tenant yang menarik massa
besar seperti Ramayana dan Matahari. Dalam
center ini, tepatnya setelah melewati persilangan
antara Jl.Pasar Baru, Gang Kelinci, dan Jl. Pintu
Air V menuju utara merupakan titik dimana
mobil tidak dapat masuk, sehingga jalan memang
hanya dilewati pengunjung. Tidak adanya
kendaraan yang lewat dimanfaatkan oleh PKL
untuk menjajakan dagangan yang mengganggu
sirkulasi pengunjung.
Persilangan Jalan Pasar Baru dengan gang
Kelinci dan jalan Pintu Air merupakan salah satu
akses pengunjung datang baik dengan kendaraan
maupun berjalan kaki. Intensitas pengunjung
disini terbilang tinggi dengan adanya posisi
anchor tenant yaitu Matahari dan Ramayana,
61
Gambar Keterangan
restoran seperti KFC dan AW dan toko buku
Gramedia di jalan Pintu Air V. Permasalahan
terletak pada lebar jl. Pintu Air yang sempit,
ditambah parkir pinggir jalan di jl. Pintu Air V
yang mempersempit badan jalan. Lebar jalan Gg.
Kelinci terbilang sempit, hanya cukup untuk 1
kendaraan dan orang tidak dapat melewati jalur
tersebut jika ada kendaraan yang melintas. Lebar
jalan Gg. Kelinci terbilang sempit, hanya cukup
untuk 1 kendaraan dan orang tidak dapat
melewati jalur tersebut jika ada kendaraan yang
melintas.
Analisa
Pada bagian yang sudah tidak lagi dilewati mobil, aktivitas pejalan kaki menjadi
dominan. Namun pada persimpangan jalan menuju Jl. Pintu Air V dari Gang
Kelinci dan Jl. Pasar Baru, pejalan kaki seringkali bersinggungan dengan
kendaraan yang menurunkan penumpang atau melewat yang menjadi salah satu
faktor pengganggu kenyamanan pengunjung. Posisi bangunan penarik massa besar
dapat dimanfaatkan sebagai penentu pusat aktivitas baru.
Sumber : Olahan Pribadi
Center 3
Center 3 terletak di gerbang selatan Pasar Baru yang bertemu dengan jalan
Dr. Soetomo. Berbeda dengan center 1 yang terletak di bagian utara yang ramai,
center ini lebih sepi karena terpisah dari jalan utama oleh kali Ciliwung sebelum
memasuki Pasar Baru. Pusat ini terdapat gerbang seperti di bagian utara yang
merupakan gerbang masuk shopping street Pasar Baru. Center ini dekat dengan
fasilitas kendaraan umum yaitu halte Transjakarta.
62
Tabel 7. Center 3
Gambar Keterangan
Pada setiap titik center 2 merupakan pintu masuk ke
dalam kawasan, yang ditandai dengan adanya
gerbang besar penanda memasuki area kawasan Pasar
Baru. Sekalipun gerbang Pasar Baru dibangun
bergaya ”Pecinan” tetapi sesungguhnya perlu
dipertanyakan apakah tujuan keberadaan gerbang
yang tidak historis ini. Berbagai gambar lama sama
sekali tidak sesekalipun menunjukkan kehadiran
gerbang masif ini. Agaknya gerbang ini dibuat akibat
kelatahan pada upaya rekonstruksi Pecinan di kota-
kota lain.
Analisa
Center 3 merupakan jalur masuk kendaraan mobil dan kendaraan barang toko ke
dalam jalan Pasar Baru memasuki parkir, atau melintas saja. Aktivitas yang ada
di center ini menghambat arus pergerakan dalam Pasar Baru sehingga perlu
dioptimalkan. Gerbang dirasa justru mempersempit jalur kendaraan dan manusia.
Sehingga perlu ada pertimbangan mengenai eksistensi gerbang ini. Bangunan
lama yang ada di sekitar center ini dapat dimanfaatkan sebagai landmark dari
menjadi center baru. Untuk mempermudah pengunjung yang hadir dengan
berjalan kaki dan menggunakan Transjakarta, akses bisa disambung dengan
jembatan langsung ke Jalan Pasar Baru. Maka dari itu, agar aktivitas yang terjadi
disini dapat berfungsi dengan baik, perlu diciptakan ruang yang dapat
mengakomodir kegiatan yang terjadi.
Sumber : Olahan Pribadi
63
b. Direction
Jalan Pasar Baru menghubungkan Jl. Samanhudi dan Jl. Dr. Sutomo. Jalan
Pasar Baru dipotong oleh Jl. Pintu Air V dan gg. Kelinci, ada juga beberapa gang
kecil lainnya. Pada Jl. Samanhudi, Pasar Baru Beberapa atribut direction akan
dibahas melalui tabel adalah sebagai berikut ;
Tabel 8. Atribut Direction Pada Koridor Pasar Baru
No. Atribut Keterangan
1 Vegetasi
3 Jalur Pedestrian
Pedestrian yang ada di Pasar Baru berada dibawah arkade toko ditepian jalan,
sebagian besar tidak optimal digunakan karena toko-toko kebanyakan memajang
dagangannya hingga ke depan toko. Sehingga pejalan kaki seringkali memasuki jalur
65
kendaraan dan bersilangan dengan kendaraan. Ada pula toko yang mukanya
dimajukan dan berbeda dengan lainnya sehingga lebih condong dari gedung
sekitarnya dan memakan daerah berjalan. Kawasan berada di daerah pusat kota yang
ramai lalu lintas kendaraan bermotor baik umum maupun pribadi, akan tetapi di
dalam kawasan sendiri telah diberlakukan larangan dilalui kendaraan bermotor pada
jam jam 08.00 hingga jam 22.00 walau pada kenyataannya peraturan tersebut tidak
dapat dilaksanakan karena protes yang dilayangkan oleh para pemilik toko
(http://megapolitan.kompas.com/read/2015/03/24/22564901/Akses.Kendaraan.Ditutu
p.Pemilik.Toko.di.Kawasan.Pasar.Baru.Merugi).
Kendaraan masih diperbolehkan lewat namun hanya untuk kegiatan drop off
penumpang, jika sudah melewati jam-jam tersebut kendaraan masuk untuk
kepentingan bongkar muat barang agar tidak mengganggu kenyamanan pengunjung.
Pengunjung yang membawa kendaraan pribadi tetap bandel memarkirkan kendaraan
di depan toko, dengan kecepatan dan kemudahan berbelanja. Pemilik toko seringkali
melakukan kegiatan bongkar muat barang di siang hari. Hal-hal tersebut selain
mengganggu sistem Pasar Baru, juga mengganggu kenyamanan pengunjung lainnya
yang berjalan kaki. Maka dari itu perlu dikonsepkan rencana untuk mengatasi
gesekan tersebut. Salah satunya adalah dengan membagi akses kendaraan dan pejalan
kaki secara vertikal pada bagian yang didominasi kendaraan.
Dengan dibedakannya level akses pejalan kaki dan kendaraan, maka gesekan
antara keduanya dapat dihindari. Pemisahan fungsi ini akan mempengaruhi
penggunaan lantai tiap bangunan. Sebelumnya muka toko berada di lantai 1 dan
ruang penyimpanan pada lantai 2 atau 3, maka fungsi toko dan ruang penyimpanan
dapat ditukar. Sehingga fungsi servis dilakukan tanpa mengganggu kegiatan rekreasi
dan berbelanja di level atas.
c. Transition
terasa. Arah ini menyatukan ruang luar dan ruang dalam, maka transisi
mempengaruhi tempat dengan menghadirkan elemen bagian dalam ke bagian luar,
begitu juga bagian luar masuk ke bagian dalam.
Bukan hanya itu saja yang menjadi pintu masuk kawasan Jalan Pasar Baru
ini, terdapat gang - gang kecil yang berpotongan dengan Jalan Pasar Baru. Seperti
yang dijelaskan digambarkan pada gambar 41, gang – gang ini kemudian membagi
bangunan sepanjang jalan Pasar Baru menjadi 7 grup bangunan.
Gang tersebut tidak dapat dilewati kendaraan, seperti pada gang yang
membentuk grup 5 dan 3, dan gang yang memisah grup 2 dan 4. Pembagian grup
68
Gang-gang ini juga menjadi menjadi titik patokan naik turunnya pejalan kaki.
Jarak antar gang seperti yang terlihat pada gambar 45. Gang yang membentuk
kelompok bangunan 1 menjadi titik pertama dimana akan terdapat tangga untuk naik
dan turun. Kemudian gang yang memisahkan kelompok 2 dan 4 dan gang pemisah
kelompok 3 dan 5 terletak dekat dengan lahan yang dapat dimanfaatkan (lahan
berwarna hijau di gambar 45) sehingga titik naik turun disana bisa disatukan. Karena
lahan ini letaknya dekat dengan center yang akan dikembangkan, maka terdapat lift
untuk memudahkan akses selain tangga. Begitu pula dengan perempatan jalan Pintu
Air V, gg. Kelinci dan Pasar Baru, akses naik turun pengunjung akan berada setelah
melewati jalur kendaraan.
69
Gambar 18. Jarak Antar Gang Dan Lahan Yang Dapat Dimanfaatkan
Sumber : Olahan Pribadi
Kanopi yang terdapat di sepanjang Jalan Pasar Baru tidak memenuhi seluruh
jalan, kanopi didesain bersela setiap 16 meter dengan ketinggian sekitar 8 meter agar
tidak menciptakan lorong terlalu panjang untuk memasukkan unsur matahari dan
sirkulasi udara. Celah antara bidang kanopi ini membentuk ruang transisi berupa
cahaya dan bayangan yang memberikan sensasi bersifat sensorik terhadap area.
Bangunan pertokoan memiliki bentuk masing masing, dengan barang yang dijajakan
dan papan iklan tersendiri membentuk transisi yang mempengaruhi pengunjung
untuk tetap menyusur jalan pertokoan ini. Unsur transisi ini terbentuk juga melalui
atribut direction seperti vegetasi dalam area.
Pada perancangan perbedaan level pejalan kaki dan kendaraan, maka kanopi
atau pelindung turut berubah. Penggunaan material dan bentuk kanopi yang baru
menjadi elemen penguat direction yang tercipta dalam rangka menyambung setiap
center. Center 1 yang pedestriannya berada di ketinggian lantai dasar, kanopinya
diciptakan tinggi agar memberikan kesinambungan terhadap ketinggian bangunan
sekitarnya dan menimbulkan rasa perbedaan keruangan dari center 1 menuju center 2
yang level pedestriannya berada di lantai 2 hingga 3, begitu pula sebaliknya.
Gambar 19. Perbedaan Ruang Dalam Direction Antara Center 1 dan Center 2
Sumber : Olahan Pribadi
70
Center 2 didesain lebih kontemporer agar sesuai dengan kegiatan yang terjadi
disana. Ruang di atas ruang serba guna digunakan sebagai ruang terbuka dimana
terdapat pepohonan dan ruang duduk. Akses pejalan kaki didepan muka toko pada
center 2 sengaja diciptakan terkesan lebih tertutup agar menciptakan kesan
keruangan lebih ramai dan intim. Transition dalam direction menuju center 3
dihadirkan melalui perbedaan kanopi pelindung yang lebih beragam dalam warna,
berskala manusia dan lebih renggang agar lebih memberikan kesan terbuka dan tidak
kontras terhadap bangunan sekitar.
d. Area
Terciptanya suatu tempat terkait dengan beberapa unsur arah dalam sistem
jalan. Penyatuan unsur center, direction, dan transition menjadi pembentuk suatu
area, dalam hal ini membentuk area dalam Jalan Pasar Baru sebagai kawasan wisata
71
belanja. Area Shopping Street Pasar Baru ini menjadi pusat kegiatan dalam
Kecamatan Sawah Besar, selain karena pertokoan jalan ini merupakan jalur
pertokoan pertama di daerahnya juga karena status dan intensitas kegiatan yang dapat
dilihat. Maka dari itu Jalan Pasar Baru ini menjadi objek penelitian karena dianggap
sebagai generator aktivitas kawasan.
72
PENERAPAN EXPERIENTIAL LANDSCAPE PADA KORIDOR WISATA
BELANJA PASAR BARU DI JAKARTA PUSAT
Oleh
Anand Syailendra Rambey 1401126045
LA44
i
PENERAPAN EXPERIENTIAL LANDSCAPE PADA KORIDOR WISATA
BELANJA PASAR BARU DI JAKARTA PUSAT
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat
untuk gelar kesarjanaan pada
Jurusan Arsitektur
Jenjang Pendidikan Strata-1
Oleh
Anand Syailendra Rambey 1401126045
LA44
` ii
Halaman Pernyataan Dan Persetujuan Dosen Pembimbing
iii
DPP
` iv
PERNYATAAN
v
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
Fakultas Teknik
Jurusan Arsitektur
Skripsi Sarjana Strata 1
Semester Genap 2014/2015
Abstract
Pasar Baru is a shopping corridor that has been established since 1820, a proof of
Jakarta’s history. The local government has sought to protect this market by issuing
various policies and laws in order to protect nurture Pasar Baru. But it is
unfortunate Pasar Baru haven’t got developed from year to year, even damaged. To
support this, optimization needs to be done through the creation of public spaces that
support the activities in it, which is able to support the function of the area to
address the problems therein. The approach is experiential theory landscape. The
method used is descriptive qualitative which will be presented information regarding
the existing situation to be recorded, analyzed, and interpreted. Analysis covers
aspects of the building, the environment and humans through the application of the
theory of experiential landscape in building an enhanced experience to visitors to
Pasar Baru. (ASR)
Keyword : Shopping Street, Pasar Baru, Shopping Tourism, Experiential Landscape,
public space
Abstrak
Pasar Baru merupakan sebuah koridor wisata belanja yang telah berdiri sejak 1820
yang merupakan salah satu bukti perkembangan kota Jakarta. Pemerintah setempat
telah berupaya untuk melindungi pertokoan ini dengan mengeluarkan berbagai
kebijakan dan undang-undang agar Pasar Baru dapat bertahan terhadap
` vi
perkembangan jaman. Namun sangat disayangkan Pasar Baru tidak mengalami
perkembangan dari tahun ke tahun, malah mengalami kerusakan. Untuk mendukung
hal tersebut, perlu dilakukan pengoptimalan melalui pembentukan ruang-ruang
publik yang mendukung kegiatan yang ada didalamnya, yang mampu mendukung
fungsi kawasan untuk menjawab permasalahan didalamnya. Pendekatan yang
digunakan adalah teori experiential landscape. Metode penelitian yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif dimana akan dipaparkan informasi mengenai keadaan
eksisting untuk dicatat, dianalisa, dan diinterpretasikan. Analisa mencakup aspek
bangunan, lingkungan serta manusia melalui pengaplikasian teori experiential
landscape dalam membangun pengalaman yang lebih pada pengunjung terhadap
Pasar Baru. (ASR)
Kata kunci: Shopping Street, Ruang Publik, Pasar Baru, Wisata Belanja,
Experiential Landscape
vii
KATA PENGANTAR
Hanya sebuah puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang bisa kami
sampaikan atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga laporan tugas akhir yang berjudul
“Penerapan Experiential Landscape Pada Koridor Wisata Belanja Pasar Baru Di
Jakarta Pusat” ini dapat diselesaikan. Saya menyadari bahwa penulisan laporan tugas
akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca
yang sifatnya membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Kami juga ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bimbingan, dorongan, dan kesempatan dalam penyusunan laporan ini,
yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Harjanto Prabowo, MM., selaku Rektor Universitas Bina
Nusantara, yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat
penulisan skripsi ini
2. Bapak Ir. John Bobby Saragih, S.T., M.Si, selaku Dekan Fakultas Teknik
yang telah memberikan pengarahan mengenai tugas akhir hingga selesai.
3. Ibu Nina Nurdiani, S.T., M.T., selaku Head of Architecture Department
Universitas Bina Nusantara, telah memberikan motivasi kepada kami untuk
berusaha menghasilkan karya dengan kemampuan terbaik kami.
4. Ir. Sigit Wijaksono, M. Si selaku Deputy Head of Architecture Department
Universitas Bina Nusantara, yang telah memberikan pengarahan agar laporan
ini dapat dilaksanakan dengan baik.
5. Yosica Mariana, ST., MT sebagai Kepala Studio Tugas Akhir yang telah
memberikan pengarahan dan kesempatan, sehingga laporan tugas akhir ini
dapat selesai tepat waktu dan sesuai persyaratan.
6. Pak Sunan selaku asisten studio yang senantiasa membantu dalam proses
studio.
7. Ir. Michael Isnaeni Djimantoro, ST., M.T, selaku dosen pembimbing yang
selalu membantu, mengarahkan, mengajarkan dan memberikan kritik serta
saran dalam tugas akhir.
8. R. Djauhari Sumintardja Ark. Ph.D, selaku dosen pembimbing yang selalu
memberikan masukan yang mudah dipahami dan atas ilmunya yang sangat
bermanfaat pada saya.
` viii
9. Seluruh dosen Universitas Bina Nusantara, yang selama ini telah memberikan
ilmu dan bimbingan akademis kepada saya.
10. Keluarga kami, Ayah, Ibu dan Abang saya serta teman-teman atas doa dan
dukungan yang diberikan kepada kami selama masa penyusunan laporan
tugas akhir ini
11. Terima kasih kepada Kezia Divaninta yang telah memberi semangat dalam
menyusun tugas akhir. Bantuan darinya membuat saya menyadari apa saja
kekurangan dan apa yang harus saya lakukan.
12. Terima kasih pada Hadid Syafaad, Michael Petrucci, Yanuar Satrio dan
Deanisa Reva Putri karena telah menjadi teman seperjuangan dalam
menyusun laporan ini, mendengarkan keluh kesah saya dan menjadi tempat
berbagi cerita.
Akhir kata, saya berharap semoga laporan tugas akhir dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang bersangkutan, khususnya saya sendiri untuk persiapan ke dunia kerja
setelah laporan tugas akhir ini selesai.
ix
DAFTAR ISI
` x
4.1.2 Karakter Bangunan Di Pedestrian Mall Pasar BaruError! Bookmark not defined.
4.1.3 Analisa Kegiatan ................................ Error! Bookmark not defined.
4.2 Analisa Lahan Kawasan Menggunakan Komponen CDTAError! Bookmark not defined.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
5.1 Kesimpulan ........................................ Error! Bookmark not defined.
5.2 Program Dasar Perancangan ............... Error! Bookmark not defined.
5.2.1 Konsep Perancangan .......................... Error! Bookmark not defined.
5.2.2 Sistem Utilitas.................................... Error! Bookmark not defined.
5.3 Konsep CDTA Experiential LandscapeError! Bookmark not defined.
5.4 Saran .................................................. Error! Bookmark not defined.
REFERENSI ........................................................................................................ xvi
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pasar Baroe, Noordwijk, Batavia. 1885-1900 ......... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 2. Pasar Baru 1898....................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 3. Pasar Baru Sekitar Tahun 1930 ................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. Kesibukan Di Kawasan Pasar Baru Pada Tahun 1949 .. Error! Bookmark
not defined.
Gambar 5. Bangunan Fasilitas Di Sekitar Jalan Pasar Baru ..... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 6. Kondisi Pedestrian Yang Dipenuhi Pedagang Kaki Lima ................Error!
Bookmark not defined.
Gambar 7. Mobil Yang Parkir Menutupi Jalan Dan Mengganggu Pengunjung .Error!
Bookmark not defined.
Gambar 8. Toko Kompak.......................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 9. Toko Lee Ie Seng..................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 10. Ilustrasi Pengaruh Dimensi Berbelanja Pada Motivasi Untuk Belanja
................................................................................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 11. Pola Hubungan Atribut Mal Terhadap Respon Konsumen ............Error!
Bookmark not defined.
Gambar 12. Model Konsep Direction........................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 13. Bugis Street Dekat New Bugis Street, Singapura, 2011. ................Error!
Bookmark not defined.
Gambar 14. Posisi Jalan Bugis Yang Baru Dan LamaError! Bookmark not defined.
Gambar 15. Suasana Jalan Malabar (1967) Menjelang Malam. Error! Bookmark not
defined.
Gambar 16. Shopping Mall Bugis Junction Di Atas Jalan Bugis Yang Lama. ...Error!
Bookmark not defined.
Gambar 17. Posisi New Bugis Street ......................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 18. Jalan Bugis Dan Sekitarnya Yang Menjadi Bagian Bugis JunctionError!
Bookmark not defined.
Gambar 19. Salah Satu Pintu Masuk Menuju Bugis Junction .. Error! Bookmark not
defined.
` xii
Gambar 20. Pembangunan Bugis Junction ................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 21. Jalan Malay Dulu Dan Sekarang ............ Error! Bookmark not defined.
Gambar 22. View Dalam Jalan Bugis Junction .......... Error! Bookmark not defined.
Gambar 23. Pintu Masuk New Bugis Street Berseberangan Dengan Bugis Junction
................................................................................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 24. Bentuk Toko Dalam Bugis Street ........... Error! Bookmark not defined.
Gambar 25. Kios Makanan Dalam Bugis Street ........ Error! Bookmark not defined.
Gambar 26. Suasana Di Dalam New Bugis Street ..... Error! Bookmark not defined.
Gambar 27. Akses Parkir, Halte Bus dan MRT ......... Error! Bookmark not defined.
Gambar 28. Lokasi Kawasan Dalam Peta Jakarta ..... Error! Bookmark not defined.
Gambar 29. Zonasi Peruntukan Pasar Baru ............... Error! Bookmark not defined.
Gambar 30. Batasan Kawasan Koridor Jalan Pasar Baru ......... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 31. Keterangan Bangunan ............................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 32. Ruang - Ruang Berdasarkan Aktivitas Pengunjung .... Error! Bookmark
not defined.
Gambar 33. Ruang - Ruang Berdasarkan Aktivitas Pedagang Dan Pegawai Toko
................................................................................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 34. 3 Center Pada Lokasi Pengamatan ......... Error! Bookmark not defined.
Gambar 35. Center 1 Yang Dikelilingi Pusat Perbelanjaan (Lingkaran Hijau) ..Error!
Bookmark not defined.
Gambar 36. Center 2 ................................................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 37. Center 3 ................................................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 38. Direction Pada Lokasi Pengamatan ........ Error! Bookmark not defined.
Gambar 39. Pemisahan Akses ................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 40. Keadaan Jalan Eksisting Dan Setelah Dibedakan Levelnya ...........Error!
Bookmark not defined.
Gambar 41. Transition .............................................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 42. Transisi Pada Ruang Luar Dan Ruang Dalam ...... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 43. Grup Bangunan Jalan Bangunan Pasar Baru ........ Error! Bookmark not
defined.
xiii
Gambar 44. Posisi Anchor Tenant Dan Bangunan Lama ......... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 45. Jarak Antar Gang Dan Lahan Yang Dapat Dimanfaatkan ..............Error!
Bookmark not defined.
Gambar 46. Perbedaan Ruang Dalam Direction Antara Center 1 dan Center 2.Error!
Bookmark not defined.
Gambar 47. Perbedaan Suasana Setiap Center .......... Error! Bookmark not defined.
Gambar 48. Area Penelitian ...................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 49. Isometri ................................................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 50. Konsep Pemisahan Vertikal ................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 51. Menciptakan Akses Masuk Dan Keluar . Error! Bookmark not defined.
Gambar 52. Pemetaan Bangunan/Lahan Yang Bisa Digunakan Sebagai Acuan Error!
Bookmark not defined.
Gambar 53. Pengembangan Center ........................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 54. Memperkuat Elemen Direction dan Transition .... Error! Bookmark not
defined.
` xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabulasi state of the art ............................. Error! Bookmark not defined.
Tabel 2. Karakteristik Bugis Street dan Bugis Junction ......... Error! Bookmark not
defined.
Tabel 3. Data – Data Yang Diperlukan Dalam Penelitian ...... Error! Bookmark not
defined.
Tabel 4. Batasan Kawasan ...................................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 5. Jenis Kegiatan Berdasarkan Jenis Pengunjung......... Error! Bookmark not
defined.
Tabel 6. Program Ruang ......................................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 7. Program Ruang ......................................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 8. Center 1 .................................................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 9. Center 2 .................................................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 10. Center 3 .................................................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 11. Atribut Direction Pada Koridor Pasar Baru ............. Error! Bookmark not
defined.
xv
DAFTAR LAMPIRAN
` xvi
Dokumen ini kosong karena tidak terdapat lampiran dalam laporan tugas akhir