Anda di halaman 1dari 89

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk memahami Pasar Baru sebagai lingkungan wisata belanja, maka kita
harus terlebih dahulu melihat sejarah perkembangan pertokoan Pasar Baru sebagai
bagian dari peninggalan masa lampau, atau yang sering dikenal dengan istilah
heritage karena umurnya yang telah lama dan merupakan salah satu bagian dari
sejarah perkembangan kota Jakarta. Pasar Baru adalah kawasan perdagangan yang
berpusat di Jalan Pasar Baru, Kelurahan Pasar Baru, Kecamatan Sawah Besar,
Jakarta Pusat. Pusat perbelanjaan ini merupakan pusat perbelanjaan tertua di Jakarta.
Pusat perbelanjaan yang dibangun pada tahun 1820 sebagai Passer Baroe ketika
Jakarta masih bernama Batavia. Orang yang berbelanja di Passer Baroe (ejaan lama
untuk Pasar Baru) adalah orang Belanda yang tinggal di Rijswijk (sekarang Jalan
Veteran) seperti yang digambarkan pada gambar 1.

Gambar 1. Pasar Baroe, Noordwijk, Batavia. 1885-1900


sumber : Indonesiaindonesia.com, diakses 2 Mei 2015

Pasar Baru adalah produk pengembangan kota tua oleh pemerintahan belanda
pada tahun 1800, namun diperkirakan telah berdiri pada 1820 berdasarkan
peninggalan foto tertua yang diambil pada masa itu. Pasar Baru termasuk dalam

1
2

kelurahan Sawah Besar yang dulunya bernama Weltervreden, yang berarti damai dan
aman.

Gambar 2. Pasar Baru 1898


sumber : http://mforum2.cari.com.my/forum.php?mod=viewthread&tid=345912,
diakses pada 17 april 2015

Kawasan Weltervreden merupakan imbas dari berakhirnya Kota Tua Batavia


bagian utara sebagian kawasan hunian. Karena dibangun di atas tanah reklamasi,
dengan jalan sempit dan begitu banyaknya kanal air yang tidak terawat, warga
belanda di Batavia bagian utara akhirnya berpindah beberapa mil ke kawasan selatan.
Di kawasan ini mereka kemudian membangun daerah baru yang dikenal dengan
nama Weltevreden, yang bermakna daerah yang damai atau aman, karena
dimaksudkan menjadi kawasan pemukiman baru bagi para elite VOC. Kawasan ini
kini termasuk wilayah sekitar Pasar Baru, kawasan Lapangan Banteng
(Waterlooplein/Lapangan Waterloo), dan kawasan Istana Rijswijk (Istana Merdeka).
Sejak kepindahan inilah Pasar Baru menjadi pusat perdagangan dan perbelanjaan
masyarakat Weltevreden dan sekitarnya. Kegiatan yang terjadi dalam area ini pun
selain kegiatan perdagangan juga merupakan area berkumpul kalangan menengah ke
atas untuk bersosialisasi sambil makan dan minum kopi. Sebelum Indonesia
merdeka, Pasar Baru pada tahun 1930 telah menjadi pusat aktivitas ekonomi Jakarta,
karena pada masa itu belum banyak dibangun tempat tempat belanja yang tersebar di
dalam Jakarta seperti sekarang.
3

Gambar 3. Pasar Baru Sekitar Tahun 1930


sumber : http://www.jakarta.go.id diakses pada 26 maret 2015

Gambar 4. Kesibukan Di Kawasan Pasar Baru Pada Tahun 1949


Sumber : http://imanfurniture.blogspot.com/2014/06/djakarta-tempoe-doloe.html diakses pada 23
maret 2015

Hingga kini Pasar Baru tetap eksis sebagai salah satu pusat belanja di Jakarta.
Kota Jakarta di tahun 1990-an berusaha mengayomi kawasan/lingkungan dan
bangunan tuanya dengan diterbitkannya beberapa Surat Keputusan Gubernur pada
waktu itu Ali Sadikin, yang menetapkan beberapa kawasan dan bangunan tertentu di
wilayah kota Jakarta sebagai lingkungan kota dan bangunan yang dilindungi atau
sebagai Benda Cagar Budaya (BCB – istilah resmi dalam UU No.5/ Tahun 1992
Tentang Benda Cagar Budaya).
Di tahun 1993 terbit SK No. 475 dari Gubernur tentang penetapan 169
bangunan di wilayah Jakarta yang bernilai sebagai Bangunan Cagar Budaya yang
nantinya akan disingkat menjadi BCB dalam laporan ini. Di dalam lampiran dari SK
475 tahun 1993 tersebut terdaftar bangunan yang berasal dari abad 17 yang dibangun
4

oleh VOC, sampai bangunan yang didirikan di abad 20 setelah Indonesia Merdeka.
Beberapa bangunan lama dalam kawasan Pasar Baru termasuk dalam daftar tersebut,
Seperti gedung kantor berita Antara yang didirikan pada tanggal 13 Desember 1937
yang terletak di di Jalan Pos Utara No. 57 dan Gedung Kesenian Pasar Baru - Jl.
Kesenian No. 1 yang dibangun tahun 1811, tempat rapat pertama KNIP. Di dalam
koridor jalan Pasar Baru misalnya yaitu Toko Kompak yang beralamat di jalan Pasar
Baru No. 18 A, Toko Lee Le Seng yang beralamat di Jl. Pasar Baru No. 119 dan
Toko Jamu Ny. Meneer di Jl. Pasar Baru No. 130. Daftar tersebut telah diperbarui
dengan diterbitkannya Undang - Undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2010
tentang cagar budaya.

Gambar 5. Bangunan Fasilitas Di Sekitar Jalan Pasar Baru


Sumber : Olahan Pribadi

Namun kejayaan Pasar Baru tak bertahan lama seiring derasnya arus
modernisasi dan proses desentralisasi yang merembes ke kota-kota besar di
Indonesia. Pertumbuhan kota yang menyebar ke pinggiran-pinggiran menyebabkan
munculnya banyak pusat kota baru dan menarik masyarakat dari pusat kota yang
sudah ada. Pasar Baru kalah bersaing dengan pusat perbelanjaan baru disekitarnya
seperti Sarinah Thamrin, Plaza Indonesia dan Grand Indonesia, yang mengikuti
perkembangan jaman dan lebih mewah dan dikelola dengan baik. Tempat-tempat
pusat berbelanja baru ini menyediakan sarana dan atraksi yang lebih menarik dari
Pasar Baru tidak mengalami perubahan dari tahun ke tahun berupa deretan toko retil
dari masa ke masa sehingga menimbulkan kebosanan bagi para pengunjungnya.
Gema itu turut hilang juga dikarenakan kondisi kualitas fisik yang tidak
dikelola sehingga menjadikan kualitas koridor Jalan Pasar Baru ini buruk. Buruknya
5

kualitas kondisi Pasar Baru menyebabkan berkurang minatnya untuk berkunjung ke


Pasar Baru. Semakin banyaknya kendaraan bermotor menyumbang berkurangnya
kenyamanan berbelanja Pasar Baru, akibat polusi asap dan suara yang ditimbulkan
dan terganggunya kenyaman berbelanja bagi pejalan kaki disana.
Maka dari itu, dilakukan upaya revitalisasi dengan penerapan konsep
pedestrian mall dengan jenis full mall pada tahun 1990 oleh masyarakat dan
pemerintah kota setempat. Penerapan konsep ini bertujuan untuk menjaga kondisi
wisata belanja tertua ini, agar terhindar dari kerusakan kedepannya. Telah dilakukan
penelitian mengenai efek penerapan konsep ini oleh Retno Susanti pada tahun 2001
dalam tesisnya yang berjudul “Pengaruh Konsep Pedestrian Mall Pada Revitalisasi
Jalan Pasar Baru Dan Kawasan Sekitarnya Di Jakarta”. Setelah penerapan konsep
tersebut ternyata merangsang kembalinya aktivitas yang pernah ada bahkan diikuti
oleh bertambahnya aktivitas yang ikut tumbuh kemudian. Pada penggal Jalan Pasar
Baru yang menjadi pedestrian mall, terjadi perubahan komponen seperti : rancang
bangunan (dalam hal ini hanya bentuk bangunan), fungsi bangunan, pengunjung,
karakter dan sebaran aktivitas, sistem lalu lintas dan partisipasi penghuni bangunan.
Letak Pasar Baru yang strategis serta pamornya yang fenomenal sangat menarik
untuk dikaji mulai dari perkembangannya, pasang surut aktivitas dan perwujudan
fisik yang terjadi di kawasan tersebut serta upaya - upaya yang dilaksanakan di sana.
Untuk mengapresiasi dan melindungi pasar tertua yang syarat nilai sejarah ini
dari kepunahan, pada tahun 2000 Pemerintah DKI Jakarta menetapkan Pasar Baru
dan kawasan sekitarnya sebagai kawasan wisata belanja bertaraf internasional
melalui SK Gubernur No. 3048 tahun 2000. Penunjukkan Pasar Baru dan sekitarnya
menjadi kawasan wisata belanja bertaraf internasional sesuai SK Gubernur ini
tertanggal 18 oktober 2000 adalah berdasarkan pertimbangan :
1. Hal tersebut dapat meningkatkan citra wisata Kota Jakarta yang sejajar
dengan kota-kota besar lainnya di dunia Upaya-upaya yang perlu dilakukan
untuk mewujudkan hal tersebut antara lain dengan meningkatkan keamanan
dan ketertiban , penataan lokasi pada jalur kawasan wisata unggulan di
Jakarta agar tercipta suasana aman, tertib, tenteram, indah dan berseri,
2. Kawasan Pasar Baru merupakan kawasan unggulan di Jakarta yang perlu
dijadikan kawasan Wisata Belanja bertaraf Internasional.
6

Selebihnya, untuk mewujudkan kawasan Pasar Baru menjadi Kawasan


Wisata Belanja Bertaraf Internasional ini, pemerintah DKI Jakarta telah membentuk
Tim Pengembangan Potensi Jalur Wisata di DKI Jakarta sesuai dengan Surat
Keputusan Gubernur DKI Jakarta nomor 4486/1999. Tim ini dimungkinkan untuk
¾kerja sama dengan pihak ketiga dalam hal ini yaitu Asosiasi Pedagang Ritel
Kawasan Pasar Baru dan sekitarnya untuk melakukan :
• Pembangunan fisik prasarana
• Pengaturan sistem
• Penataan fisik prasarana, ruang dan lahan
• Peningkatan fungsi bangunan dan lahan
• Penyelenggaraan aktivitas promosi, seni, budaya, dan aktivitas ekonomi.
Namun penerapan Undang - Undang mengenai penetapan Pasar Baru sebagai
kawasan wisata belanja bertaraf internasional dan konsep pedestrian mall tersebut
nampaknya hanya terlihat sebagai wacana saja. Peraturan-peraturan tersebut tidak
mampu secara konkrit memecahkan permasalahan yang terjadi di Pasar Baru.
Penerapan konsep Pedestrian Mall dan penetapan Pasar Baru kawasan wisata belanja
bertaraf internasional melalui SK Gubernur No. 3048 tahun 2000 tidak dibarengi
dengan tindakan-tindakan lain yang mampu mendukung eksistensi Pasar Baru.

Gambar 6. Kondisi Pedestrian Yang Dipenuhi Pedagang Kaki Lima


Sumber : Pribadi (29 Maret 2015)

Kondisi shopping street Jalan Pasar Baru saat ini dipenuhi PKL dan parkir
liar. Seperti yang terlihat di dalam gambar 7, terlihat aktivitas kaki lima yang
memadati Jalan Pasar Baru dan memenuhi jalan sehingga mengganggu jalur pejalan
kaki. Keberadaan PKL ini menjadi salah satu faktor menurunnya citra Pasar Baru
7

sebagai kawasan belanja elit menjadi pusat perbelanjaan yang tak berbeda dengan
Tanah Abang, tidak jarang juga pedagang makanan menjajakan makanannya,
kemudian limbah makanan tersebut dibuang sembarangan sehingga mengotori jalan.
Sedangkan pada gambar 7 yang diambil pada tahun 2010, terlihat kondisi dimana
terlihat terdapat elemen penutup jalan yang rusak dan mobil yang melintas dan parkir
mengganggu arus pejalan kaki, sampah juga terlihat berserakan. Kondisi ini tidak
berbeda dengan kondisi sekarang.

Gambar 7. Mobil Yang Parkir Menutupi Jalan Dan Mengganggu Pengunjung


Sumber : seniansiati.com diakses pada 3 Mei 2015

Oleh karena itu, diperlukan sebuah gagasan dalam memperbaiki shopping


street Jalan Pasar Baru yang telah berdiri sejak 1820 ini. Upaya untuk
mengoptimalkan fungsi koridor Pasar Baru dilakukan untuk memperbaiki kualitas
dan citra kawasan ini sehingga dapat mendukung citra kota Jakarta sesuai dengan
rencana pengembangan pemerintah DKI Jakarta dalam menjadikan Pasar Baru
sebagai lokasi tujuan wisata belanja.

1.2 Perumusan Masalah


Koridor Jalan Pasar Baru yang merupakan sebuah koridor perbelanjaan /
shopping street, sebuah tempat perbelanjaan bertaraf internasional tidak mampu
menunjukkan kelasnya sebagai tempat perbelanjaan bertaraf internasional. Lingkup
yang akan dibahas adalah koridor Jalan Pasar Baru - Jakarta Pusat, yang merupakan
koridor utama pusat perbelanjaan Pasar Baru dengan menggunakan dasar pada
8

Undang - Undang yang berlaku di tempat tersebut dan teori-teori serta panduan yang
berhubungan.

1.3 Pertanyaan penelitian


Keadaan kawasan belanja koridor Pasar Baru saat ini tidak menunjukkan
kualitas yang diharapkan sebagai kawasan belanja bertaraf internasional dan kawasan
wisata budaya. Pertanyaan yang muncul adalah :
- Bagaimana konsep yang bisa dimasukkan untuk memanfaatkan koridor jalan
Pasar Baru dalam membangun kawasan wisata belanja Jalan Pasar Baru
sebagai pusat perbelanjaan internasional di Jakarta Pusat?
- Bagaimana penerapan Experiential Landscape agar dapat memberikan citra
dan pengalaman berkunjung yang menarik di Shopping Street Jalan Pasar
Baru?

1.4 Tujuan dan manfaat penelitian


1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini bermaksud untuk menemukan potensi dari koridor ruang
Jalan Pasar Baru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pengalaman
berwisata di koridor shopping street Pasar Baru.

1.4.2 Manfaat Penelitian


1. Bermanfaat sebagai pertimbangan bagi pengembang, konsultan perencana,
dan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta dalam pengembangan serta Dinas
Pariwisata Jakarta dalam pengembangan Pasar Baru.
2. Meningkatkan wawasan dan mengembangkan pola pikir penulis dan
masyarakat terhadap masalah dan keadaan yang terjadi di Pasar Baru saat ini.

1.5 Batasan Penelitian


Penelitian ini hanyakan akan membahas mengenai kondisi fisik dan non-fisik
di Jalan Pasar Baru khususnya di bagian shopping street.
• Lingkup spasial dalam penelitian ini merupakan Jalan Pasar Baru dan
bangunan didalamnya.
9

• Lingkup penelitian ini terbatas pada hal-hal yang bersifat arsitektural


sedangkan aspek-aspek lain diluar bidang ilmu arsitektur hanya bersifat
sebagai pendukung.

1.6 State of the art


Pada state of the art ini penulis mengambil beberapa contoh penelitian
terdahulu sebagai panduan ataupun contoh untuk penelitian yang dilakukan, contoh
yang diambil berupa jurnal-jurnal dan tesis penelitian sebelumnya mengenai
revitalisasi suatu kawasan koridor komersial dalam suatu kota.
Dalam tesis “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Eksistensi Koridor Heritage
Braga Kota Bandung” oleh Julia Kunti Mekarsari (2011), melakukan penelitian
mengenai faktor-faktor yang membuat jalan Braga mampu bertahan dengan ciri-
cirinya didalam perkembangan jaman,baik dari aspek fisik maupun non-fisik.
Metode analisis yang dipergunakan adalah metode deduktif dengan data-data yang
dipergunakan merupakan hasil observasi lapangan, wawancara, kuesioner, dan data
sekunder. Penelitian ini akan melihat mengapa kawasan heritage Braga masih dapat
mempertahankan keberadaannya di tengah perkembangan kota metropolitan
Bandung dan apa saja kegiatan yang dilakukan untuk dapat menambah nilai
Kawasan Braga di mata masyarakat dan wisatawan. Pengumpulan data yang akan
dilakukan meliputi sejarah, bangunan heritage, aktivitas, dan masyarakat yang
berkunjung ataupun tinggal di sekitar Kawasan Braga.
Hasil dari penelitian ini adalah faktor-faktor yang berpengaruh dalam
eksistensi kawasan heritage Braga. Faktor yang utama yang sangat mempengaruhi
eksistensi kawasan heritage Braga adalah faktor fisik yaitu keberadaan bangunan
bersejarah dan faktor non fisik yaitu Festival Braga yang banyak menarik masyarakat
untuk berkunjung ke kawasan bersejarah ini. Sedangkan faktor pendukung yang
cukup mempengaruhi keberadaan kawasan ini adalah fungsi perdagangan dan jasa
yang menjadi fungsi utama kawasan ini dan menjadi faktor utama yang
mempengaruhi eksistensi kawasan ini di masa lalu namun menurun di masa kini.
Selain itu penelitian ini juga menghasilkan stakeholder yang berpengaruh dalam
pelestarian bangunan bersejarah di koridor ini yaitu LSM Bandung Heritage sebagai
stakeholder primer yang sangat mengetahui kondisi bangunan dan berperan dalam
berbagai kegiatan pelestarian. Sedangkan pemerintah yang seharusnya menjadi
10

stakeholder utama kurang berperan secara langsung dalam pelestarian sehingga peran
pemerintah tertutupi oleh peran LSM Bandung Heritage yang aktif dalam berbagai
kegiatan, namun pemerintah masih merupakan pemegang penuh tanggung jawab atas
bangunan bersejarah yang ada di Kota Bandung. Stakeholder sekunder lainnya yang
ikut berperan secara tidak langsung adalah pihak swasta dan masyarakat. pihak
swasta ikut berperan dalam mempertahankan image koridor braga sebagai koridor
bersejarah dengan menggunakan gaya art deco pada bangunan swasta. Sedangkan
masyarakat ikut berperan secara tidak langsung dalam menjaga bangunan-bangunan
bersejarah ataupun ikut dalam kegiatan-kegiatan pelestarian.
Pada tesis penelitian yang dilakukan oleh Miranda Indriani Indra dari
Universitas Indonesia pada tahun 2010 yang berjudul “Pengembangan Pasar Baru,
Jakarta”, mencoba meneliti bagaimana mengembangkan Pasar Baru agar optimal
dengan melihat dari optimalisasi pemanfaatan ruang atas tanah di kawasan Pasar
Baru dan menemukan kegiatan-kegiatan yang dapat mendukung Pasar Baru sebagai
wisata belanja heritage. Cara ini ditempuh dengan mengkaji perkembangan serta
perkembangan kota melalui teori penggunaan yang terbaik dan tertinggi (highest &
best-use) untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang dapat mendukung
perkembangan Pasar Baru. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data
adalah metode kualitatif untuk menggambarkan fakta-fakta yang terdapat di
lingkungan Pasar Baru dan tidak meneliti areal-areal di sekitar lingkungan Pasar
Baru. Pengolahan data dan analisa data menggunakan metode kualitif untuk
menemukan penggunaan lahan yang terbaik dan tertinggi dalam kawasan dan
penggunaaan metode kuantitatif untuk menguji kelayakan dari pemilihan kegiatan
yang dapat menghasilkan highest & best use bagi Pasar Baru.
Penelitian ditempuh dengan cara mengamati lingkungan Pasar Baru, dimana
ditemukan fakta-fakta seperti trafik yang padat di sekitar lingkungan ini, kondisi
kurang nyaman dan aman akibat aktivitas pedagang kaki lima yang berdagang di
pedestrian jalan Pasar Baru Raya dan kurangnya lahan parkir menjadi beberapa
faktor yang mengakibatkan pengunjung golongan menengah ke atas kurang berminat
untuk berbelanja di Pasar Baru. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan kajian
highest & best-use, penggunaan yang tertinggi dan terbaik bagi lingkungan Pasar
Baru adalah kegiatan hunian, sehingga Pasar Baru dapat dikembangkan menjadi
lingkungan wisata belanja heritage. Berdasarkan kajian kelayakan, Pasar Baru layak
dikembangkan menjadi lingkungan wisata belanja heritage.
11

Jessica Schmidt dalam “Revisiting Pedestrian Malls” (2010) menelaah


mengenai apa kunci yang menjadi keberhasilan dan kegagalan suatu usaha
konservasi kawasan kota tua dengan menjadikan kawasan tersebut Pedestrian Mall,
suatu ruang publik terbuka. Kesimpulan penelitian ini merupakan suatu kunci
keberhasilan dalam membangun suatu pedestrian mall.
Di tahun 2010, Rupesh Kumar Tiwari dan Anish Abraham dari Universitas
teknik Chhattisgarh Swami Vivekanand India pada jurnal “Understanding The
Consumer Behavior Towards Shopping Malls In Raipur City” meneliti faktor apa
saja yang mempengaruhi seseorang untuk datang ke pusat perbelanjaan di negara
maju dan berkembang. Studi ini mengidentifikasi karakteristik apa yang dicari
seseorang sehingga ia memilih untuk datang ke tempat perbelanjaan. Data
didapatkan dengan membagikan kuisioner kepada responden dan kemudian
dianalisa.
Di tahun 2010 pula, Usama A. Nassar, Mustafa Abdel Hafeez, dan Dr. Essam
Badran dari Universitas Suez Canal - Mesir dalam jurnal “Experiential Landscape as
a Tool to Enhance Behavioral Response of users in Urban Parks” meneliti
bagaimana penerapan pendekatan Experiential Landscape sebagai alat untuk
meningkatkan pengalaman pengunjung pada suatu taman kota, dan diambil studi
kasus di taman Al-Azhar di Kairo, Mesir. Penelitian yang telah mereka lakukan
mengungkapkan bahwa penggunaan elemen lansekap di taman kota dengan efektif
dapat mengarahkan dan menambahkan pengalaman pengunjung dengan memetakan
unsur dalam Experiential Landscape yaitu Center,Direction, Transition, dan Area
pada studi kasus taman Al-Azhar kemudian memetakan ulang unsur-unsur tersebut
sebagai perbaikan.
Metode penelitian dan data didapatkan melalui studi lapangan dalam berbagai
waktu berbeda demi mengawasi dan mengevaluasi pola kegiatan pengunjung
kemudian didokumentasi melalui foto dan diagram. Kedua yaitu dengan
mewawancara sampel pengunjung. Hasil dari penelitian ini adalah pemetaan unsur
CDTA yang baru untuk mengetahui bagaimana desain lansekap yang dapat
mempengaruhi pengalaman berkunjung di taman.
12

Tabel 1. Tabulasi state of the art


13
14

Sumber : Olahan Pribadi


15

Berdasarkan dari jurnal dan tesis yang dicantumkan diatas, maka


penulis dapat menarik kesimpulan bahwa untuk melakukan sebuah penelitian
tentang penataan ruang koridor kota yang memiliki nilai sejarah dengan
melakukan perubahan secara fisik, maka dalam penelitian peneliti dapat
menggunakan metode-metode dipakai dari jurnal-jurnal terdahulu yang
menggunakan metode kualitatif dalam hal menjawab pertanyaan peneliti,
metode observasi atau pengamatan langsung juga digunakan peneliti untuk
mendapatkan data yang diperlukan mengenai kondisi lingkungan serta
menggunakan metode literatur untuk mendapatkan teori-teori yang dapat
membantu penelitian ini. Penelitian ini sendiri membahas tentang
pengaplikasian teori Experiential Landscape pada koridor Jalan Pasar Baru
untuk memberikan pengalaman wisata yang baik bagi pengunjungnya dengan
mempelajari lokasi penelitian dan hubungan dengan sekitarnya.
16
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini mengkaji teori yang berkaitan dengan Jalan Pasar Baru, Jakarta
sebagai sarana pendukung utama lingkungan wisata belanja berikut dengan properti
pertokoan yang terdapat didalamnya dan merupakan bagian dari perkembangan kota
Jakarta, khususnya Jakarta Pusat.

2.1 Tinjauan Umum


2.1.1 Penjelasan Kawasan Pariwisata
Menurut bahasa Sansekerta, pariwisata terdiri dari dua kata,yaitu “pari” yang
berarti banyak, berkali – kali , dan “wisata” yang berarti perjalanan, bepergian.
Menurut undang-undang RI No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, pariwisata
adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan
yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
Sedangkan wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara. (KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK
ASASI MANUSIA, 2009)
Undang - Undang Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan,
menyebutkan bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
wisata termasuk pengusaha objek daya wisata serta usaha-usaha yang terkait
dibidang tersebut. Menurut direktorat Jendral Pariwisata Republik Indonesia,
menyebutkan berkembangnya pariwisata sangat tergantung pada 4 (empat) faktor :
1. Attraction (daya tarik) dapat dibedakan menjadi :
a. Site attraction (tempat,misalnya tempat dengan iklim yang baik,
pemandangan indah ataupun suatu tempat – tempat bersejarah)
b. Event attraction (kejadian/pariwisata, misalnya kongres, pameran
ataupun peristiwa –peristiwa olahraga, festival).
2. Amenities (fasilitas) yang dimaksud dengan tersedianya fasilitas seperti
tempat tempat penginapan, restoran, hiburan, transportasi lokal yang
memungkinkan wisatawan bepergian di tempat pariwisata tersebut serta alat –
alat lain untuk komunikasi.

17
18

3. Accessability (kemudahan dalam mencapai) yang dimaksud adalah tempatnya


tidak terlalu jauh, tersedianya transport ke lokasi tersebut secara teratur,
sering, murah, nyaman dan aman.
4. Tourist organization, untuk menyusun suatu kerangka pengembangan
pariwisata, mengatur industri pariwisata serta mempromosikan daerah itu
sehingga dikenal orang.

a. Jenis Pariwisata
Dalam Indraswara (2008), Jenis – jenis pariwisata yang ada tidak terlepas dari
adanya daya tarik wisata pada suatu daerah, berupa :
- Sumber daya tarik yang bersifat alami, seperti pemandangan alam,
lingkungan hidup, flora, fauna, danau, lembah, gunung, dan lain-lain.
- Sumber daya buatan manusia, seperti peninggalan budaya, arkeologi, candi,
area, dan lain – lain.
- Sumber daya tarik yang bersifat manusiawi, seperti norma, tradisi,
kebiasanaan, pandangan hidup, keagamaan, kepercayaan, supranatural, dan
lain – lain.
Dan jenis – jenis pariwasatanya sendiri dapat dikategorikan menjadi 6
kategori, yakni ;
1. Wisata Budaya (Cultural Tourism)
Jenis pariwisata dimana motivasi untuk melakukan perjalanan disebabkan
karena adanya suatu daya tarik dari seni budaya suatu tempat/daerah. Dalam
perjalanan wisata semacam ini diikuti dengan kesempatan untuk mengambil
bagian dalam suatu kegiatan ditempat yang dikunjungi dalam rangka
mendapat pengalaman baru atau lebih.
2. Wisata Konvensi (Convention)
Disebut pariwisata perdagangan, karena perjalanan wisata dikaitkan dengan
kegiatan perdagangan baik basional maupun internasional, dimana sering
diadakan kegaitan pameran, seminar dan lain – lain.
3. Wisata Kesehatan (Recuperiational Tourism)
Tujuan wisata ini adalah melakukan penyembuhan terhadap suatu penyakit
seperti mandi di air panas, mandi di lumpur, atau mandi susu di Eropa, mandi
kopi di Jepang.
4. Wisata Bahari (Coastal Tourim)
19

Wisata jenis ini merupakan suatu bentuk yang paling signifikan dari
kepariwisataan dewasa ini dengan aliran wisatawan baik internasional
maupun domestik dengan tujuan utama matahari, laut dan pasir.
Wisata bahari merupakan jenis wisata di Indonesia disamping itu wisata ini
banyak digandrungi wisatawan baik dari mancanegara maupun domestik.
Dari berbagai jenis wisata yang dinamakan wisata bahari memiliki kesamaan
bentuk yang pada intinya adalah keselarasan atau panggabungan antara sektor
perairan, perikanan dan sektor pariwisata, dimana sektor perairan lebih
mendapat tekanan dan sebagai daya tarik utama dari kegiatan wisata yang
diselenggarakan. Pengembangan wisata bahari merupakan upaya terhadap
pemanfaatan potensi atraksi wisata perairan.
5. Wisata Alam (Rural Tourism)
Faktor yang menarik dari jenis wisata ini adalah bentukan-bentukan alam
seperti sungai, danau, hutan, perkebunan. Para wisatawan berlibur di daerah
ini sebagai upaya mencari ketenangan dan kebahagiaan.
6. Wisata Kota (Tourism in Urban Area)
Sampai sekarang kota-kota metropolitan, ibukota negara dan kota-kota
bersejarah merupakan tujuan wisata yang paling penting. Wisatawan
berkunjung ke daerah ini untuk tujuan antara lain : hiburan dan kehidupan
maamnya, mengapresiasi atraksi budaya dan sejarah kota, untuk menghadiri
event-event penting dalam olah raga, untuk berbelanja atau sekedar
menikmati kehangatan atas karakter kota tersebut.

b. Pengertian Wisata
Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya
tarik. Wisata adalah sebuah perjalanan dimana seseorang dalam perjalanannya
singgah sementara dibeberapa tempat akhirnya kembali lagi ke tempat asal dimana ia
mulai melakukan perjalanan.
Wisata dalam bahasa inggris disebut “tour” yang secara etimologi berasal dari
kata Torah (Ibrani) yang berarti belajar, Tornus (Bahasa Latin) yang berarti alat
untuk membuat lingkaran, dan dalam bahasa Perancis Kuno disebut Tour yang
berarti mengelilingi sirkuit. Pada umumnya orang memberi padanan kata wisata
20

dengan rekreasi, wisata adalah sebuah perjalanan, namun tidak semua perjalanan
dapat dikatakan wisata.
Wisata memiliki karakteristik - karakteristik antara lain :
1. Bersifat sementara, bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan
kembali ke tempat asalnya
2. Melibatkan komponen-komponen wisata, misalnya transportasi, akomodasi,
restoran, objek wisata, toko cinderamata dan lain-lain.
3. Umumnya dilakukan dengan mengunjungi objek wisata dan atraksi wisata.
4. Memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan kesenangan.
Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan, bahkan keberadaannya dapat
memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat atau daerah yang
dikunjungi.
Konsep kegiatan wisata dapat didefinisikan dengan tiga faktor, yaitu harus ada
something to see, something to do, dan something to buy (Yoeti, 1985)
• Something to see ; artinya ditempat tersebut harus ada obyek wisata yang
berbeda dengan yang dimiliki daerah lain. Dengan daerah itu harus memiliki
daya tarik khusus dan atraksi budaya yang dapat dijadikan “entertainment”
bagi wisatawan.
• Something to do ; artinya ditermpat tersebut selain banyak yang dapat dilihat
dan disaksikan, harus pula disediakan berbagai fasilitas yang dapat membuat
wisatawan betah tinggal lebih lama ditempat itu.
• Something to buy ; artinya ditempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas
untuk berbelanja (shopping) terutama barang souvenir dan kerajinan rakyat
sebagai oleh oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal.
• How to arrive ; termasuk didalamnya aksesibilitas, yaitu bagaimana
wisatawan mengunjungi obyek wisata tersebut, kendaraan apa yang akan
digunakan dan berapa lama tiba ditempat tersebut.
• How to stay ; artinya bagaimana wisatawan akan tinggal untuk sementara
waktu selama ia berlibur di obyek wisata itu. Untuk itu diperlukan adanya
penginapan – penginapan baik hotel, losmen, dan sebagainya.

2.1.2 Kajian Mengenai Pasar Baru Sebagai Warisan Sejarah (Heritage)


21

Seperti yang telah dijelaskan pada bab 1 dan sub-bab 2 sebelumnya, Pasar
Baru merupakan pusat pertokoan yang perkembangannya berawal dari pergerakan
pembangunan kota tua oleh pemerintahan Belanda menuju area Weltervreden yang
sekarang adalah wilayah Pasar Baru dan sekitarnya. Untuk memenuhi kebutuhan
perkembangan kota, didirikanlah pasar di Weltevreden. Sebuah pusat perbelanjaan
yang didirikan oleh VOC bernama Passer Baroe pada tahun 1820. Beberapa
bangunan didalam kawasan perbelanjaan Pasar Baru ini juga memberikan bukti kuat
terhadap umur kawasan ini. Seperti Toko Kompak yang berumur 300 lebih dan
masih mempertahankan bentuk aslinya (gambar 8), Toko Lee Le Seng yang berdiri
pada tahun 1873 (gambar 9).

Gambar 1. Toko Kompak


Sumber : Pribadi diambil pada 29 Maret 2015

Gambar 2. Toko Lee Ie Seng


Sumber : Pribadi diambil pada 29 Maret 2015

Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2010


yang mengatur mengenai cagar budaya, menyebutkan dalam pasal 5 bahwa sebuah
22

benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai benda cagar budaya apabila
memenuhi kriteria :
a) berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;
b) mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;
c) memilki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,
dan/atau kebudayaan; dan
d) memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.
Kemudian berikutnya dalam pasal 9 disebutkan bahwa sebuah lokasi
ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya apabila :
a) mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/untuk
Struktur Cagar Budaya; dan
b) menyimpan informasi kegiatan manusia pada masa lalu.
Pada Pasal 10 yang membahas mengenai suatu kawasan ditetapkan sebagai
Kawasan Cagar Budaya bila :
a) mengandung 2 (dua) Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya
berdekatan:
b) berupa lanskap budaya hasil bentukan manusia berusia paling sedikit 50 (lima
puluh) tahun:
c) memiliki pola yang memperlihatkan fungsi ruang pada masa lalu berusia
paling sedikit 50 (lima puluh) tahun;
d) memperlihatkan pengaruh manusia masa lalu pada proses pemanfaatan ruang
berskala luas;
e) memperlihatkan bukti pembentukan lanskap budaya;
f) memiliki lapisan tanah terbenam yang mengandung bukti manusia atau
endapan fosil.
Berdasarkan paparan Undang – Undang diatas, jelas bahwa Pasar Baru yang
telah berdiri pada tahun 1820 hingga 2015 (195 tahun) merupakan kawasan belanja
yang memiliki nilai sejarah tinggi ini dapat disarankan sebagai Kawasan Cagar
Budaya. Benda cagar budaya tidak hanya penting bagi disiplin ilmu arkeologi, tetapi
terdapat berbagai disiplin yang dapat melakukan analisis terhadapnya. Antropologi
misalnya dapat melihat kaitan antara benda cagar budaya dengan kebudayaan
sekarang salah satunya dalam hal arsitektur.
Cagar budaya dalam Undang - Undang nomor 11 tahun 2010 pasal 1 poin 1
dikatakan bahwa “Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa
23

Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar
Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan
keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan”. Ada 4 (empat)
hal penting yang melekat dan menjadi titik penekanan tentang cagar budaya
sebagaimana terdapat dalam definisi cagar budaya yaitu: 1) warisan budaya yang
bersifat kebendaan, 2) perlu dilestarikan, 3) memiliki nilai penting, dan 4) proses
penetapan.
Sebagaimana juga seperti yang dikatakan dalam undang - undang no 11 tahun
2010 pasal 21 dikatakan pengelolaan adalah upaya terpadu untuk melindungi,
mengembangkan, dan memanfaatkan cagar budaya melalui kebijakan pengaturan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesar - besarnya kesejahteraan
rakyat, dan pasal 22 dikatakan pelestarian adalah upaya dinamis untuk
mempertahankan keberadaan cagar budaya dan nilainya dengan cara melindungi,
mengembangkan, dan memanfaatkannya. Maka dari itu, Shopping Street Jalan Pasar
Baru selain menjadi wisata belanja, Pasar Baru juga memilki potensi sebagai wisata
budaya sejarah karena umur pusat perbelanjaan ini yang sudah mencapai 195 tahun,
dan bangunan – bangunan cagar budaya yang terletak didalamnya.

2.1.3 Experiential Landscape


Dalam penjelasan mengenai pariwisata, khususnya wisata kota telah
dijelaskan bahwa wisata ini bertujuan untuk menikmati dan merasakan hiburan,
mengapresiasi atraksi budaya dan sejarah kota, untuk berbelanja atau sekedar
menikmati kehangatan atas karakter kota tersebut. Kegiatan wisata ini bermaksud
untuk mengalami suatu aspek ruang kota atau mempelajari kegiatan dalam suatu
lingkungan kota. Perkembangan prinsip konservasi pada pertengahan abad 20 telah
banyak dicanangkan oleh berbagai badan internasional. Paduan atau prinsip ini,
diedarkan dalam bentuk piagam, rekomendasi, resolusi, deklarasi ataupun
pernyataan, disusun dan diadopsi oleh badan badan internasional seperti UNESCO
dan ICOMOS, dengan tujuan melindungi situs-situs bersejarah, yang termasuk
didalamnya berupa monumen bersejarah, bangunan, kelompok bangunan, situs dan
kota-kota dipenjuru dunia, terhadap berbagai ancaman. Piagam ini juga berisi
panduan bagi pihak – pihak yang memberikan saran, membuat keputusan, atau
menangani pekerjaan pada tempat – tempat bersignifikasi budaya, termasuk pemilik,
24

pengelola dan pengawas mengenai wisata pada situs yang memiliki sejarah, budaya,
dan pengetahuan mengenai peninggalan manusia pada masa lalu yang masih ada
hingga saat ini. Salah satu piagam ini adalah "The Venice Charter" dan “Burra
Charter”
Dalam salah satu piagam ini menyebutkan bahwa pengunjung yang datang
saat melakukan wisata harus mendapat jaminan mendapatkan pengalaman yang
berarti, memuaskan, dan dapat dinikmati baik sejarah maupun budaya. Berangkat
dari kedua hal tersebut, maka pengalaman pengunjung dicoba diolah dengan teori
yang berkaitan dengan pengintegrasian pengalaman seseorang terhadap suatu ruang
kota. Teori yang coba digunakan adalah teori experiential landscape.
Experiential landscape adalah sebuah pendekatan analisa terhadap ruang
terbuka dan perancangan yang berkonsentrasi pada hubungan antara satu tempat
dengan yang lain serta keterkaitan seseorang terhadap suatu tempat. Ide experiential
landscape diutarakan oleh Kevin Thwaites dan Ian Simpkins. Mereka percaya bahwa
penting untuk melihat hubungan manusia dengan lingkungannya lebih dalam, lalu
mendeskripsikan beberapa komponen-komponen tersebut untuk membantu mengerti
lebih baik. Mereka menelaah suatu tanggapan yang dikembangkan oleh Christian
Norberg-Schulz dengan menggambarkan elemen – elemen penelitian mengenai
psikologi lingkungan, pendekatan sosial yang tanggap terhadap perancangan dan
desain ruang kota, dan konsep ruang.
2.2 Tinjauan Khusus
2.2.1 Pedestrian Mall Pasar Baru Sebagai Koridor Komersial
a. Kawasan Koridor Komersial
Kawasan komersial adalah area yang mempunyai fungsi dominan untuk
kegiatan komersial atau disebut sebagai kawasan pusat perniagaan/usaha kota,
letaknya tidak selalu di tengah-tengah kota dan mempunyai pengaruh besar terhadap
kegiatan ekonomi kota (Kamus Tata Ruang, s.v.”kawasan komersial). Bishop dalam
Susanti (2001) menjelaskan, koridor jalan komersial merupakan koridor jalan yang
pemanfaatan ruang di sepanjang jalannya untuk kegiatan komersial, perkantoran
yang kompleks dan pusat pekerjaan di dalam kota.
Dari dua penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa koridor komersial
merupakan konsentrasi toko ritel, yang melayani area perdagangan umum yang
terletak di sepanjang jalan.
25

b. Penjelasan Mal/Mall
Secara tradisional, istilah “mall” ditujukan pada suatu area yang biasanya di
kiri dan kanannya dibatasi dengan pohon – pohon peneduh dan dimanfaatkan sebagai
tempat berjalan kaki atau promenade bagi publik (Rubenstein dalam Susanti, 2001).
Pengertian pada saat ini, mall ditujukan bagi suatu bentuk baru dari jalan atau plaza
yang terletak pada area bisnis di pusat kota yang berorientasi bagi pejalan kaki dan
dilayani oleh transportasi publik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mal
adalah gedung atau kelompok gedung yang berisi macam-macam toko dan
dihubungkan oleh lorong ( jalan penghubung ).
Terdapat 3 (tiga) jenis utama mall, masing-masing memiliki variasi yang
sangat banyak dalam rancangannya, yaitu Full mall, Transit Mall, Semi Mall
(Rubenstein, 1992).
1. Full Mall
Full mall dibentuk dengan menutup suatu penggal jalan yang sebelumnya
digunakan untuk lalu lintas kendaraan kemudian dijadikan jalur pejalan kaki
atau plasa linear dengan kelengkapan – kelengkapan seperti pavement baru,
pepohonan, perabot jalan, patung-patung, air mancur dan lain sebagainya.
Full Mall ini dapat menyajikan kontinuitas visual, karakter khusus dan
mendorong terciptanya suatu citra dan rasa ruang pada pusat kota.
2. Transit Mall
Merupakan jenis mal yang mengizinkan lalu lintas kendaraan umum (bus dan
taksi) untuk masuk ke dalam area tetapi tidak diizinkan parkir, dengan tetap
mengutamakan koridor yang diperlebar dan penambahan elemen perpohonan.
3. Semi Mall
Dalam Semi Mall ,beberapa jenis lalu-lintas dan parkir dihilangkan Kawasan
tersebut berupa jalur pedestrian yang lebar dengan streetscape yang bagus
dihasilkan dari adanya desain pavement baru, pepohonan peneduh, perabotan
jalan (bangku-bangku, lampu, signage dan fasilitas lainnya), menciptakan :
 Kontinuitas visual
 Perkuatan karakter linear jalan
 Image pusat kota baru.
Semi mall biasanya terletak pada jalan utama yang melintasi kawasan ritel
utama di pusat kota.
26

c. Pengertian Pedestrian Mall/Shopping Street


Pedestrian Mall merupakan konsep yang muncul di beberapa pusat kota di
negara-negara barat yang dilakukan dengan menutup jalan untuk kendaraan di pusat
kota, dari lalu lintas kendaraan pada sebagian jalan maupun seluruh segmen jalan.
Dengan cara ini diharapkan dapat menciptakan kawasan atau lingkungan jalur
pejalan kaki yang dapat digunakan untuk berbagai aktifitas, seperti : berjalan-jalan,
untuk tempat berkumpul/berkomunikasi, untuk tempat beristirahat, dan untuk tempat
melakukan kegiatan belanja, yang lebih dikenal dengan pedestrian mall.
Hal yang menonjol pada konsep pedestrian mall, adalah penataan kawasan
yang mengutamakan pejalan kaki pada suatu kawasan berbelanja dengan suasana
rekreatif, aman dan nyaman, misalnya di seluruh penggal jalan diisi dengan perabot
jalan dan tanaman. Fasilitas-fasilitas yang ditujukan bagi pejalan kaki ditempatkan
untuk meningkatkan pergerakan pejalan kaki. Sedangkan Shopping Street dapat
diartikan sebagai pusat pertokoan atau perbelanjaan yang terletak disepanjang jalur
perlintasan serta pergerakan manusia dan kendaraan.

d. Elemen - Elemen Pada Pedestrian Mall/Shopping Street


Elemen-elemen pendukung pedestrian mall sangat diperlukan untuk
lingkungan yang nyaman bagi pejalan kaki. Menurut Rubenstrein (1992) dalam
Widasari (2009) dan Susanti (2001), elemen-elemen yang sebaiknya ada dalam suatu
lingkungan pedestrian mall antara lain :
1. Tampilan bangunan
Tampilan bangunan sebuah Pedestrian Mall merupakan salah satu penentu
utama untuk mendukung visual image sebuah pedestrian mall.
Kriteria tampilan tersebut antara lain :
a. Sesuai dengan karakter lingkungan.
b. Memiliki material dengan perawatan mudah.
c. Mempunyai penampilan yang baik.
2. Kanopi
Pada Pedestrian Mall dengan pola perimeter wall, biasanya selalu ada
arcade yang berfungsi melindungi fasade toko dari cuaca, serta memberikan
kenyamanan bagi pejalan kaki yang sedang berbelanja.
3. Landscaping
27

Landscaping merupakan bagian dari desain sebuah Pedestrian Mall. Manfaat


lansekaping antara lain :
 Sebagai buffer
 Sebagai pembatas antara pedestrian dengan jalan kendaraan ataupun area
parkir
4. Signage
Pengaturan signage sebagai penanda Pedestrian Mall secara tipikal
dipengaruhi oleh peraturan pemerintah setempat dalam rangka mengatur bisnis
komersial di daerah tersebut. Semua elemen signage (logo, bentuk huruf khusus)
harus dikoordinasikan dengan desain eksterior. Umumnya signage yang singkat dan
jelas akan dengan segera diterima oleh public daripada sebuah tulisan yang panjang
lebar.
5. Penerangan ( untuk malam hari )
Penerangan eksterior terutama malam hari penting untuk keselamatan
penggunaan dan kepentingan fasilitas parkir.
6. Fasilitas Servis
Area servis harus tertutup, atau dijauhkan dari pandangan pengunjung. Pada
Pedestrian Mall tipe neighborhood center, jalur-jalur kendaraan barang dapat dibuat
bersilang (crossing) dengan jalur pejalan kaki, asalkan pengiriman dilakukan pada
jam-jam tertentu (waktu-waktu sepi pengunjung)
7. Koridor Jalan
Ruang jalan pada fungsi komersial dinilai memiliki keterkaitan dengan ruang
kota, antara lain ; jalan,jalur pedestrian, area setback, ruang bangunan (Rubberstein,
1992). Jalan, dipahami sebagai jalur pergerakan yang menghubungkan berbagai
simpul kegiatan. Jalur pergerakan ini digunakan oleh kendaraan dan orang.
Sedangkan jalur pedestrian merupakan fasilitas utama penjalan kaki, dengan bentuk
tepi jalan besar yang sedikit lebih tinggi dari jalan kendaraan, jalur pedestrian dapat
dibagi dalam tiga zona yaitu :
• Zona perlengkapan jalan, mempunyai fungsi utama sebagai tempat
meletakkan perlengkapan jalan atau utilitas, juga difungsikan sebagai tempat
duduk-duduk, halte dan tempat pepohonan.
• Zona pedestrian dengan fungsi utama sebagai tempat pergerakan sejalan.
• Zona untuk utilitas biasanya dimana untuk jaringan utilitas di bawah tanah
diletakkan di bawah zona pejalan, sedangkan jaringan utilitas di atas tanah
umumnya ditempatkan pada zona perlengkapan jalan atau zona plasa.
28

2.2.2 Pengertian Wisata Belanja (Shopping Tourism)


Belanja adalah mengeluarkan uang tunuk mendapatkan barang yang
diharapkan mempunyai nilai seimbang. Tetapi, terkadang uang yang dikeluarkan
tidak setara dengan nilai barang yang dibeli. Kemampuan belanja adalah kemampuan
khusus yang tidak semua orang memilikinya. (http://www.anneahira.com/pengertian-
belanja.htm diakses pada 3 Mei 2015).
Salah satu kegiatan menyenangkan adalah belanja atau shopping bahkan
sebagian menganggap belanja sebagai kegiatan rekreasi atau penghiburan diri dari
perasaan lelah dan mungkin juga stress dari segala permasalahan hidup. Saat ini
belanja adalah bagian dari rekreasi karena telah tersedianya tempat- tempat belanja
yang komplit, menyenangkan, bersih, serta dikemas modern. Sentuhan belanja
modern sebagai bentuk telah meningkatkan taraf kehidupan masyarakat saat ini. Di
tempat perbelanjaan modern kita tidak perlu susah menyiapkan anggaran cash.
Segala fasilitas tersedia dan cepat sehingga belanja modern lebih efektif.
Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek atau daya
tarik wisata. Belanja artinya kegiatan yang dilakukan seseorang atau sekelompok
orang secara sukarela tanpa ada paksaan untuk membeli segala keperluan yang
dibutuhkan. Maka, wisata belanja secara singkat disimpulkan sebagai suatu kegiatan
perjalanan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang bukan hanya sekedar
jalan-jalan tetapi sekaligus untuk membeli keperluan dan melihat-lihat serta
menikmati daya tarik dari kawasan wisata belanja tersebut.
Belanja bukan sekedar pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan keluarga.
Belanja adalah aktifitas kompleks bagi wanita. Rekreasi dan pengetahuan serta
kebutuhan yang tidak bisa dipisahkan dari aktifitas belanja. Perkembangan zaman
menyebabkan banyak orang berkreasi dalam berbelanja. Salah satunya dari
perusahaan berusaha memikat masyarakat dengan menciptakan pila belanja dalam
permainan.
Bagi warga urban, belanja sudah menjadi ritual rutin yang menyenangkan.
Bukan sekedar membeli atau memenuhi aneka kebutuhan hidup sehari – hari, juga
menikmati kenyamanan, kelengkapan, dan fasilitas menjadi tuntutan terhadap pusat-
pusat belanja. Tempat belanja yang disukai masyarakat modern adalah yang
menawarkan konsep one-stop shopping. Sangat nyaman, aman lengkap serta disertai
29

petunjuk yang memberikan pengetahuan yang bermanfaat untuk semua produknya.


Kehadiran pusat belanja harus disesuaikan dengan gaya hidup masyarakat saat ini.
Kebutuhan belanja dan rekreasi dalam setiap kunjungan di tempat belanja yang luas,
aman, nyaman dan terjangkau.

2.2.3 Pembangunan Baru Pada Kawasan Bersejarah


Dapat dikatakan secara singkat Infill dalam arsitektur kontekstual, berarti
menyisipkan bangunan pada lahan kosong dalam karakter lingkungan kuat dan
teratur. Namun dalam upaya pembangunan baru pada kawasan bersejarah, infill
berkembang menjadi urban infill development, yakni tidak terbatas pada penyisipan
bangunan saja, namun lebih kepada penyisipan berbagai aktivitas baru yang
dibarengi dengan penyediaan wadah/fasilitas fisik kegiatan, berupa (kelompok)
bangunan.

2.2.4 Perilaku Konsumen Pusat Perbelanjaan


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( diakses 29 Maret 2015 ) konsumen
adalah pemakai barang hasil produksi ( bahan pakaian, makanan, dsb. Berbelanja,
membeli barang dan memanfaatkan produk adalah tiga aktivitas yang mempengaruhi
perilaku konsumen secara keseluruhan (Tauber dalam Tiwari & Abraham (2010).
Studi yang dilakukan oleh Underhill dalam Tiwari & Abraham (2010)
mengungkapkan bahwa, berbelanja lebih dari apa yang terlihat, lebih dari sekedar
membeli yang diinginkan namun juga termasuk di dalamnya penerimaan konsumen
terhadap produk, merek atau juga toko, menggunakan berbagai indra seperti ;
melihat, mengendus, mencicip, mendengar, dan merasakan.
Lebih dalam lagi, dalam riset yang dilakukan oleh Rupesh Kumar Tiwari dan
Anish Abraham (2010) yang berjudul “Understanding The Consumer Behavior
Towards Shopping Malls In Raipur City” menyatakan Mal sekarang bukan lagi
hanya menjadi tempat berbelanja namun juga menjadi tempat bagi para konsumen
untuk melakukan kegiatan sisial dan rekreasi, dan konsumen memiliki ekspektasi
akan itu dari sebuah mal. Mereka melihat mal sebagai tujuan tempat mereka dapat
melakukan berbagai kegiatan seperti makan malam, menonton film, jalan-jalan,
bertemu teman lama atau baru dan berbelanja. Maka dari itu, pengelola pusat
perbelanjaan haruslah menyadari bahwa mal telah menjadi sesuatu yang lebih dari
sekedar tempat berbelanja dan mereka seharusnya membuat mal yang lebih memiliki
30

ritel-ritel yang lebih energik dan beragam dengan produk yang menarik, fasilitas
yang lebih modern dan atmosfer yang baik, yang merupakan hal penting untuk
menarik pelanggan. Riset ini dilakukan dengan menimbang motif konsumen untuk
pergi ke suatu tempat belanja melalui 7 dimensi yang dianggap bersangkutan (Bloch
et al,1994), antara lain :
1. Estetik
2. Kemudahan
3. Escape, yang berhubungan dengan keinginan konsumen untuk melepas rasa
penat.
4. Exploration / Eksplor, berkaitan dengan kesempatan bagi konsumen untuk
menemukan informasi dengan mengeksplor berbagai produk dan toko.
5. Flow, berkaitan dengan kondisi dimana ketika kemampuan konsumen dalam
memperkirakan waktu. Jika Mal itu baik secara kualitas, maka konsumen
tidak masalah untuk menghabiskan waktu lebih lama.
6. Role enactment/ peran serta : Orang berperilaku sesuai lingkungan sosial atau
tidak tergantung tempat mereka berada. Misalnya ada beberapa orang yang
lebih menyukai datang ke pasar tradisional karena mereka dapat menawaratau
seorang ibu yang berbelanja sebagai latihan rutin ibu rumah tangga.
7. Sosial : Berbelanja menawarkan seseorang kesempatan untuk bersosialisasi,
bisa itu bertemu kawan lama atau rekan baru.

Gambar 3. Ilustrasi Pengaruh Dimensi Berbelanja Pada Motivasi Untuk Belanja


Sumber : Tiwari & Abraham, 2010

Dengan total 27 pertanyaan yang diadaptasi dari Tauber (1972) dan Bloch et
al (1994) yang menggunakan 5 poin skala Likert yang berskala 1 sampai 5, dimana 1
31

berarti “sangat tidak setuju”, sementara 5 berarti “sangat setuju”, yang kemudian
dianalisas secara kuantitatif. Responden dipilih scara murni (teknik sampling non-
probabilitas) di dua mal yang terletak di Raipur antara pukul 06.00 hingga 20.30.
Hasil dari penelitian mengungkapkan bahwa konsumen menghabiskan waktu
di mal antara 1,5 hingga 2 jam,dimana jumlah toko yang dikunjungi berkisar antara 5
– 6 toko, frekuensi mengunjungi mal paling tidak sekali dalam seminggu. Atribut
mal nilai estetik dari desain interior merupakan factor yang paling tinggi dalam
menentukan tingkat ketertarikan konsumen mengunjungi suatu mal. Diikuti oleh
tingkat kenyamanan pada kelengkapan barang dan produk serta merasa bahagia
ketika mengunjungi mal bersama teman untuk melakukan interaksi sosial.
Atribut mal mengenai estetik, faktor higienis, desain interior, hiburan dan
kenyamanan lokasi akan mempengaruhi respon kognitif yang menjadikan alasan
konsumen untuk mengunjungi shopping mall. Dalam menentukan shopping mall
yang akan dituju, konsumen akan mempertimbangkan aksesibilitas yang mudah dan
suasana menarik yang nantinya akan mempengaruhi mood dan pengalaman
berbelanja. Sehingga akan mempengaruhi behavior dimana waktu yang akan
dihabiskan di mal akan cukup lama, tenant yang dikunjungi juga akan semakin
banyak dan frekuensi mengunjungi juga akan semakin sering dalam sebulan.
Terlebih jika didukung oleh faktor perencanaan kegiatan sosial dan penambahan
berbagai fasilitas yang dapat mewadahi berbagai kegaitan untuk interaksi sosial :
plaza,area duduk, tempat nongkrong, café, restoran, dan area hiburan lainnya yang
akan memberika respon afektif berupa pengalaman berbelanja yang menyenangkan.
Respon afektif nilai belanja hedonic dan utilitarian akan dipengaruhi oleh
atribut factor higienis dan hiburan , fasilitas hiburan akan mempengaruhi nilai
belanja hedonik, di mana pengalaman belanja hedonik adalah untuk mendapatkan
hiburan seperti menonton bioskop, olah raga, makan, jalan-jalan. Sedangkan nilai
belanja utilitarian memiliki misi untuk mendapatkan barang yang direncakan, maka
faktor higienis merupakan aspek terpenting dalam memperoleh barang yang
direncanakan, tentunya suasana mal yang higienis akan menjadikan barang atau
produk yang dibelinya terlihat bersih.
32

Gambar 4. Pola Hubungan Atribut Mal Terhadap Respon Konsumen


Sumber : Natalia & Kusuma, 2013

Kesimpulan dari penelitian ini mengungkapkan atribut mal yang terkait


perencanaan dan perancangan fisik dan spatial akan mempengaruhi respon
afektif,kognitif dan behavior konsumen dalam menentukan preferensi shopping mall
yang akan dikunjunginya.
Dalam tulisannya Rajagopal (2010) Coexsistence and Conflicts between
Shopping Malls and Street Market in Growing Cities: Analysis of Shoppers
menyatakan bahwa gaya pengambilan keputusan konsumen yang kompleks antara
Shopping Malls dan Street Markets bergantung pada keuntungannya yang
kompetitif. Street Market kebanyakan dipilih oleh konsumen karena mereka
menampilkan/memamerkan atribut etnis dan kultur dengan atribut antar kultur pada
kiosnya dan suasana belanja yang ada ditemukan sebagai salah satu hal yang
dominan dari perilaku belanja.
Hasil diskusi dari penelitian ini yaitu kegairahan berbelanja adalah salah satu
prinsip yang dominan dalam membangun preferensi pasar. Kegirahan/keinginan
berbelanja dibuat oleh atraksi dari mall itu sendiri, pengaruh dari interpersonal, etnis,
suasana belanja, promosi penjualan dan perbandingan perlawanan antar konsumen
perkotaan. Faktor lain yang mempengaruhi preferensi dari lingkungan pasar antara
33

konsumen perkotaan menyangkut fasilitas rekreasi, lokasi dari mall, suasana dan kios
yang atraktif dalam referensinya dengan produk dan servis, nilai merek dan harga.
Aspek keinginan dan preferensi konsumen dari pasar tradisional yangutama
adalah kenyamanan dan keamanan fasilitas dari pasar tersebut yang didalamnya
berupa kebersihan dari lingkungan pasar (tidak becek, tidak kotor, tidak bau),
kelengkapan fasilitas seperti penyebaran toilet, tempat parkir yang mudah diakses,
tempat ibadah, dll. Kualitas barang dan harga yang bersaing juga menjadi salah satu
tuntutan konsumen pasar tradisional. Etnis dan budaya yang tercipta di pasar
tradisional tanpa disadari juga merupakan daya tarik tersendiri bagi konsumen.
Perilaku yang memperlihatkan etnis dan budaya diusahakan dilengkapi dengan
penataan dan penampilan kios yang menunjukkan budaya lokal, sehingga dapat
menciptakan suasana belanja yang menarik yang selain dapat menjadi sarana
rekereasi sendiri dan diharapkan dapat menarik perhatian konsumen.

2.2.5 Centre, Direction, Transition, Area


a. Center
Center / pusat merupakan tempat menciptakan keberadaan/eksistensi suatu
ruang dalam suatu batasan tertentu. Dapat diidentifikasi dari adanya atribut khusus
yang menghadirkan suasana ruang yang dominan. Center terbagi menjadi beberapa
pengelompokan kegiatan berdasarkan suasanaya yang tercipta dari berbagai
kompleksitas yang berada di kawasan tersebut, antara lain :
• Center sebagai imageability biasanya memiliki berbagai fasilitas (toko,kotak
surat, pos jaga), fitur fisik (monumen,pohon), keanekaragaman dan
kompleksitas visual, dan memiliki nilai sosial (perayaan,kerja dan bermain)
• Center yang mewadahi interaksi sosial memiliki konvergensi rute yang
signifikan, adanya fasilitas untuk orang menunggu, pendudukan di kelompok
sosial, memiliki suasana yang memancing percakapan,keterbukaan dengan
penggunaan pagar tanaman yang rendah, dan merupakan tempat untuk datang
dan pergi.
• Center memiliki restorative benefit sebagai pemisah dari gangguan
lingkungan, memberikan perasaan nyaman dan terlindungi, menyediakan
tempat untuk istirahat, serta memiliki keberadaan elemen alam (pohon, air,
material alam)
34

b. Direction / arah
Direction / arah merupakan tempat yang menyebabkan perasaan untuk
menuju ke suatu tempat dan kemungkinan tujuan yang akan dituju. Eksplorasi yang
dilakukan oleh Kevin Thwaites dan Ian Simkins menunjukan bahwa konsep
Direction dapat dikonsepkan melalui tiga kategori yang menyambungkan satu tempat
dengan tempat lainnya, yaitu;
• Linear, Merujuk pada perasaan pada suatu tempat yang menarik
perhatian pada keruangan, yang terpengaruh oleh atribut dari
sekitarnya.
• Route, kategori yang membangkitkan kesadaran potensi keberlanjutan
untuk bergerak ke suatu tempat. Dalam kategori ini atribut yang
dominan berhubungan dengan kemudahan bergerak.
• Anticipation, Motiviasi untuk beranjak dari sini ke sana.
Direction terbentuk dari unsur yang mempengaruhi kinetik / gerak dan
sensorik manusia. Unsur kinetik terkait denga ritme, pagar, fasad yang tidak
mengundang, rute utama yang jelas. Sedangkan unsur sensorik manusia meliputi
penjelajahan dan misteri; pemandangan, bau, dan suara; deretan fasade, dan
streetscape.

Gambar 5. Model Konsep Direction


sumber : Thwaites & Simkin, 2007

c. Transition
Transition / transisi adalah pergantian suatu kawasan yang menciptakan
perasaan, mood, suasana yang berbeda antara tempat. Norberg-Schulz menjelaskan
35

transition sebagai perekat yang mengikat ruang-ruang untuk membentuk ruang


secara keseluruhan. Beberapa tanda kawasan menjadi lokasi transisi adalah :
• Ruang yang terpusat atau meluas
• Perubahan material, warna, bentuk.
• Terdapat pembatas dan pintu gerbang, dan adanya perasaan untuk terus
bergerak.
Dari investigasi Kevin Thwaites dan Ian Simkins, Perubahan – perubahan
yang terdapat pada transisi dikelompokkan menjadi beberapa tipe, antara lain :
• Threshold; merupakan perubahan yang terjadi tiba-tiba, baik dari material,
warna, bentuk, ketinggian, arah dan lain lain. Dapat berbentuk frame atau
gerbang.
• Corridor; Perubahan terjadi perlahan dan bertahap,perubahan dapat
dilakukan dari skala yang digunakan, peletakan entrance dan exit yang jelas,
pengurangan karakter kawasan, material yang linear, ataupun pemandangan
yang dibatasi.
• Segment; merupakan kawasan transisi yang lunak, seperti penggunaan ruang
secara bersamaan, pengurangan karakter kawasan, adanya focal point
bersama, pilihan arah dan keikutsertaan fisik dan psikologi.
• Ephemeral; perubahan merupakan dampak dari hal yang sementara, seperti
perubahan terik – teduh, basah – kering, terang – gelap, dan dampak musim.
d. Area
Area merupakan lingkup yang menciptakan perasaan saling terhubung dan
terkurung secara subjektif. Area diidentifikasi dengan adanya pengalaman lansekap
sebagian kawasan tertentu yang berbeda dengan kawasan lain secara keseluruhan.
Kriteria yang dimiliki area, antara lain : memiliki thematic continuity dari pola dan
koordinasi dan tekstur, ruang, dan bentuk, detail dan symbol, tipe bangunan,
kegunaan dan aktivitas dan topografi; adanya degree of privacy , terbentuk dari
integrasi center, direction, dan transition secara berkelanjutan, serta dibentuk dari
area – area lain.

2.3 Studi Literatur Terkait Obyek Penelitian


Studi literatur yang dilakukan pada kawasan sejenis, yang memiliki
karakteristik daerah yang sama yaitu Bugis Junciton dan Bugis Street di Singapura.
36

Gambar 6. Bugis Street Dekat New Bugis Street, Singapura, 2011.


Sumber : en.wikipedia.org diakses pada 3 april 2015

Bugis Street sekarang adalah sebuah shopping street terbesar di Singapura


yang menjual berbagai macam barang serta merchandise dan cinderamata khas
Singapura dengan harga yang murah. Jalan Bugis saat ini membentang dari jalan
Victoria hingga jalan North Bridge,tempat dimana berdiri shopping mall Bugis
Junction sekarang. Saat ini shopping street jalan Bugis yang terkenal itu berada di
sepanjang jalan antara jalan Queen dan jalan Victoria.

Gambar 7. Posisi Jalan Bugis Yang Baru Dan Lama


Sumber : Olahan Pribadi

Pada tahun 1950 hingga 1980an, jalan Bugis terkenal dengan kehidupan
malam yang terjadi disana. Sebagai pusat jajanan kaki lima dan pasar malam yang
menjual makanan dengan cita rasa lokal, minuman beralkohol dengan harga murah
dan cinderamata, memikat pengunjung dari tentara Australia dan Inggris yang
singgah di Singapura. Bugis Street dan sekitarnya berkembang menjadi tempat
37

prostitusi dan perjudian pada tahun 1970-an ketika tempat ini sering dijadikan tempat
berlibur oleh tentara Amerika Serikat saat perang Vietnam berkecamuk.

Gambar 8. Suasana Jalan Malabar (1967) Menjelang Malam.


Sumber : victorkoo.blogspot.com diakses pada 4 April 2015

Sampai akhirnya, Hiruk-pikuk dan gemerlap malam sepanjang Bugis Street


pun sirna ketika Urban Redevelopment Authority (URA) memulai pembangunan
stasiun mass rapid transit (MRT) pada tahun 1985. Kawasan Bugis Street
dihancurkan dan pedagang direlokasi ke tempat lain untuk dapat meneruskan usaha
mereka. Di atas jalan Bugis yang lama, dibangunlah sebuah komplek perbelanjaan
ritel Bugis Junction. Kemudian di tahun 1987, sebagai bagian dari usaha Singapore
Tourism Board untuk mempreservasi, mengkonservasi, dan mengembangkan
kembali situs bersejarah dan atraksi turis, dikeluarkanlah keputusan untuk
mengembangkan ulang jalan Bugis yang lama.

Gambar 9. Shopping Mall Bugis Junction Di Atas Jalan Bugis Yang Lama.
Sumber : capitamall.com diakses pada 4 April 2015
38

Jalan Bugis yang baru dibangun disepanjang jalan yang menyambungkan


antara Queen street dan Victoria Street, tepat diseberang Bugis Junction dan
dipanggil dengan sebutan New Bugis Street.

Gambar 10. Posisi New Bugis Street


Sumber : Olahan Pribadi

Jalan Bugis yang lama kini terletak sebagai salah satu bagian dari Bugis
Junction. Bugis Junction adalah komplek komersial yang dibangun dalam kawasan
ruko. Jalan Bugis bersama dengan 3 jalan sekitarnya,yaitu jalan Malay, Malabar,
dan jalan Hylam diubah menjadi pusat perbelanjaan ritel 2-3 lantai berbentuk ruko.
Bugis Junction kemudian ditutup untuk akses kendaraan menjadikan dearah
tersebut hanya dapat diakses oleh pejalan kaki.

Gambar 11. Jalan Bugis Dan Sekitarnya Yang Menjadi Bagian Bugis Junction
Sumber : 2ndshot.blogspot.com diakses pada 4 April 2015

Sekarang, Bugis Junction muncul sebagai area berjalan yang terlindungi dari
cuaca dan zona belanja ber-AC. Lantainya ditutup dengan keramik.
39

Gambar 12. Salah Satu Pintu Masuk Menuju Bugis Junction


Sumber : Wikipedia.org diakses pada 4 April 2015

Bentuk bangunan ruko yang ada dalam Bugis Junction merupakan rekayasa
ulang dari bangunan lama yang telah dihancurkan. Terlihat dari gambar berikut,
bahwa daerah tersebut diratakan dengan tanah demi kelancaran pembangunan jalur
MRT dibawahnya.

Gambar 13. Pembangunan Bugis Junction


Sumber : 2ndshot.blogspot.com diakses pada 4 April 2015
40

Gaya bangunan ritel dalam Bugis Junction meniru bentuk lama dari bangunan
ruko yang lama, terlihat dari gambar dibawah yang memperlihatkan kondisi jalan
Malay dan Bugis sebelum dan sesudah dibangun ulang. Perekondisian bangunan
sesuai dengan bentuk yang lama bermaksud untuk menunjukan semangat konservasi.

Gambar 14. Jalan Malay Dulu Dan Sekarang


Sumber : 2ndshot.blogspot.com diakses pada 4 April 2015

Bugis Junction menutupi area berjalan bagi pengunjungnya dengan atap


kanopi kaca, sehingga area belanja tidak terpengaruhi oleh cuaca agar pengunjung
tetap nyaman berbelanja,ditambah dengan dukungan dari AC. Bangunan dalam
Bugis Junction yang merekayasa bentuk bangunan ruko lama berisi toko-toko dan
kafe pinggir jalan memberikan pengalaman belanja dengan lingkungan kota lama.
Fasade dengan gaya ruko deret bangunan cina dengan lebar 3-4m dan tinggi 2-3
lantai.
41

Gambar 15. View Dalam Jalan Bugis Junction


Sumber : ruanghijau.wordpress.com diakses pada 4 April 2015

Berseberangan dengan Bugis Junction tempat dimana jalan Bugis dulu


berdiri, kini berdiri jalan Bugis yang baru. Jalan yang berada di antara deretan rumah
toko dua lantai di Bugis Village yang berarsitektur konservatif dan pusat
perbelanjaan Iluma yang berarsitektur modern dengan permainan iluminasi crystal
mesh pada fasadenya disebut New Bugis Street, hanya saja oleh Singapore Tourist
Promotion Board tetap dipromosikan sebagai Bugis Street untuk mengenang masa
keemasan yang sudah berlalu.

Gambar 16. Pintu Masuk New Bugis Street Berseberangan Dengan Bugis Junction
Sumber : Google maps diakses pada 4 April 2015

Dipertengahan tahun 1997, jalan Bugis yang baru dibuka untuk bisnis. Para
pemilik toko dan penjaja barang dagangan yang lama segera menyambut hal
tersebut, yang menjadikan shopping street jalan Bugis yang baru saja dibangun
kembali langsung terokupasi penuh. Pada tahun 2005 – 2011 New Bugis Street
42

berkembang seiring dengan naiknya kebutuhan untuk berbelanja disana. Akhirnya


pada 2005, lantai 2 dibangun dan kemudian dilanjutkan dengan lantai 3 pada 2010
dengan tambahan atrium untuk pengadaan event serta menambahkan jumlah kios
hingga 600. (Sumber : bugisstreet.com.sg/history diakses pada 4 April 2015)
New Bugis Street ini berbeda dengan Bugis Junction. Jika Bugis Junction
menawarkan jajanan modern, maka New Bugis Street menawarkan belanja dengan
konsep bazaar pasar malam. Terdapat kios kios kecil menjual barang, seperti oleh-
oleh bertema singapura, pakaian dan sepatu hingga makanan.

Gambar 17. Bentuk Toko Dalam Bugis Street


Sumber : https://blogofsorts.wordpress.com/category/places/bugis-street/, diakses pada 4 april 2015

Gambar 18. Kios Makanan Dalam Bugis Street


Sumber : https://blogofsorts.wordpress.com/category/places/bugis-street/, diakses pada 4 april 2015
43

Gambar 19. Suasana Di Dalam New Bugis Street


Sumber : Wikipedia.com, diakses pada 4 april

Kesuksesan URA dalam merevitalisasi, mengkoservasi, dan mengembangkan


kawasan Bugis terlihat dari banyaknya wisatawan baik luar negeri maupun dalam
negeri. Selain karena unsur sejarah serta pemodelan kawasan konservasi ini, lokasi
dan pencapaian juga mengambil peran penting. Bugis Junction berada tengah kota
dan di atas stasiun MRT. Pencapaian menuju lokasi ini mudah sekali, baik
menggunakan kendaraan umum dan pribadi, maupun berjalan kaki.

Gambar 20. Akses Parkir, Halte Bus dan MRT


Sumber : Olahan Pribadi

Kesimpulan yang dapat ditarik dari studi literatur terhadap dua tempat
perbelanjaan tersebut adalah bagaimana menciptakan citra kawasan dan
mengembangkannya tanpa menghilangkan identitas kawasan tersebut. Meskipun
44

pada kenyataannya apa yang ada di daerah Bugis di Singapur ini merupakan
rekayasa terhadap kondisi bangunan terdahulu namun bukan berarti menghilangkan
arti dari semangat merevitalisasi daerah berjerah unik tersebut. Namun bisa dilihat
persamaannya dimana gaya bangunan dan karakter bangunannya sama, yaitu
memperlihatkan bangunan lamanya sebagai unsur citra kawasan. Bangunan dengan
fungsi baru ditambahkan diantara bangunan-bangunan ruko untuk mendukung
kegiatan retil yang ada.
Meskipun kedua bangunan memiliki karakter pengembangan yang berbeda,
seperti yang dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 1. Karakteristik Bugis Street dan Bugis Junction


Bugis Street Bugis Junction
Berkonsep pada sejarahnya dimana Pusat perbelanjaan modern diantara
kegiatan perdagangan berupa bazar dan bangunan - bangunan tua yang telah
pasar malam direvitalisasi
Ketinggian bangunan 2-4 lantai, dengan Ketinggian 2 - 5 lantai, bergaya
gaya arsitektur cina arsitektur cina
Elemen kanopi rendah mengikuti skala Ketinggian kanopi sampai pada lantai 2,
manusia, sehingga menciptakan kesan untuk menciptakan kesan megah
down to earth
Penghawaan bersifat alami Penghawaan oleh AC
Dekat dengan fasilitas transportasi, Dekat dengan fasilitas transportasi,
seperti MRT dan halte bus seperti MRT dan halte bus
Sumber : Olahan Pribadi

Studi banding yang dilakukan terhadap Bugis Junction dan Bugis Street ini
dimaksudkan untuk mempelajari bagaimana karakteristik yang dapat dicoba
dimasukkan dalam perancangan Pasar Baru dalam rangka membangkitkan kegiatan
didalamnya.
45

2.4 Kerangka Berpikir


Judul : Penerapan Experiential Landscape Pada Koridor
Wisata Belanja Pasar Baru Di Jakarta Pusat

Latar Belakang : Penurunan kualitas dan citra kawasan


Pedestrian Mall Pasar Baru

Rumusan Masalah : Tidak terlihat kualitas Pasar Baru


sebagai kawasan cagar budaya dan perbelanjaan
internasional

Tujuan Penelitian : Merancang kawasan Pedestrian Mall


Pasar Baru sebagai kawasan wisata belanja dengan taraf
Internasional dengan penerapan teori experiential landscape

Studi Literatur
• Teori Wisata Budaya
• Teori Experential Landscape
• Studi proyek yang berkaitan

Metode Penelitian

Data Primer Data Sekunder

Metode Survei
• Pencarian data
• Data lapangan melewati internet
• Wawancara

Analisa Data

Kesimpulan / Konsep

Desain Skematik Perancangan


46
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Tahap Persiapan


Tahapan ini meliputi :
1. Menentukan permasalahan, tujuan dan ruang lingkup.
Permasalahan yang diangkat adalah bagaimana strategi penerapan teori
Experiential Landscape dan menjadikan koridor jalan Pasar Baru optimal,
menarik dan nyaman berkegiatan di dalamnya. Lingkup pembahasan terkait
pada perencanaan kawasan yang tepat dan efisien, standar kenyamanan
berjalan dan pemenuhan fasilitas pendukung yang dapat meningkatkan citra
Pasar Baru.
2. Menentukan lokasi, obyek dan sasaran penelitian
Setelah mengetahui permasalahan, tujuan serta ruang lingkupnya, maka
yang perlu ditentukan selanjutnya adalah lokasi yang memiliki permasalahan
seperti yang disebutkan di latar belakang, serta obyek dan sasaran penelitian
yang sesuai seperti apa. Lokasi yang diambil bertempat di kelurahan Sawah
besar, kecamatan Pasar Baru – Jakarta Pusat, yaitu Jalan Pasar Baru. Sasaran
penelitian adalah memvitalkan kembali kualitas ruang disana agar
pengunjung betah dan nyaman berekreasi disana.
3. Mencari data – data dari penelitian sebelumnya
Pencarian data – data mengenai penelitian yang sudah dilakukan dalam
menciptakan shopping street dan bagaimana keadaan pengembangan dan
kondisi Jalan Pasar Baru melalui pencarian di internet, berguna untk
mendapatkan gambaran tentang aspek-aspek apa saja yang perlu
diperhatikan,dipertimbangkan, dan dimasukkan dalam melaksanakan
penelitian ini.
4. Studi literatur
Studi literatur dimaksudkan untuk mendapatkan landasan teori yang
dapat digunakan dalam penelitian ini.

3.2 Tahap Pengumpulan Data


Berikut adalah data-data yang diperlukan, cara mendapatkannya serta
sumbernya :

47
48

Tabel 1. Data – Data Yang Diperlukan Dalam Penelitian


No. Data Tujuan Teknik Sumber
Luas jalan Mengetahui data Pribadi dan
Survei Literatur
1 dimensi wilayah Internet
dan observasi
penelitian.
2 Jumlah dan jenis Mengetahui Observasi Pribadi dan
bangunan. karakter bangunan studi
pada kawasan yang literatur
akan dijadikan
pertimbangan
acuan
perancangan.
3 Sarana dan Mengetahui apa Observasi Pribadi
Prasarana : Street saja elemen
furniture , signage, pembentuk ruang.
vegetasi, dan
lanskaping
4 Aktivitas Mengidentifikasi Observasi Pribadi
pengunjung kegiatan yang akan
berhubungan
dengan ruang-
ruang didalamnya
5 Data mengenai Mengidentifikasi Observasi dan Petugas
sirkulasi manusia permasalahan yang wawancara dan pribadi
dan kendaraan terjadi antara siklus
pergerakan
manusia dan
kendaraan
Sumber : Olahan Pribadi

3.3 Proses Analisis Data


Setelah mendapatkan data data yang diperlukan, proses selanjutnya adalah :

`
49

1. Mengkategorikan, mengelompokan dan mengurutkan data


Analisa data menggunakan teori Experiential Landscape dengan
memperhatikan komponen center, direction, transition, dan area dalam
Thwaites dan Simkins (2007). Kemudian menganalisa mengenai identitas,
kondisi, serta data data di lapangan yang dicocokkan dengan kriteria - kriteria
yang ada.

2. Analisa Data
Data yang sudah dikelompokan diatas dianalisa dengan mempelajari
keadaan sekarang dengan data-data yang didapat dari survei lapangan. Data
yang dianalisa kemudia digunakan dalam membentuk solusi atau
dimanfaatkan menjadi bagian dari perancangan.
50

`
BAB 4
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Kawasan Eksisting


4.1.1 Data Kawasan

Gambar 1. Lokasi Kawasan Dalam Peta Jakarta


Sumber : RDTR Jakarta 2030

Pasar Baru terletak dalam sub-zona K.1 dan K.2 dalam RDTR Jakarta 2014
yang diperuntukan untuk kegiatan sebagai berikut :
1. Kegiatan rumah sangat kecil, kecil, sedang, dan rumah besar dengan
syarat satu lahan satu kepemilikan, satu unit bangunan, intensitas KDB
setinggi-tingginya 60% (enam puluh persen), KLB setinggi-tingginya
1,2, dan ketinggian bangunan setinggi-tingginya 2 lantai
2. Kegiatan rumah susun umum dengan syarat memenuhi standard dan
persyaratan pembangunan rumah susun umum yang diterapkan dalam
ketentuan khusus pada Peraturan daerah ini.
3. Kegiatan asrama, rumah kost dan guest house dengan syarat sekurang-
kurangnya memiliki izin gangguan dan menyediakan prasarana parkir di
dalam persil
4. Kegaitan masjid, gereja, pura, klenteng dan vihara dengan syarat
mendapat persetujuan dari warga sekitar, tokoh masyarakat, Lurah dan
sebagai kegiatan penunjang pada subzona bersangkutan.
5. Kegiatan PKL dengan syarat sekurang-kurangnya mendapat persetujuan
dari warga sekitar, ketua RT, Ketua RW, ditetapkan waktu dan lokasinya.

51
52

6. Kegiatan pendaratan helikopter dengan syarat sekurang-kurangnya


memilki izin dan/atau rekomendasi dari kepala SKPD/UKPD dan/atau
Menteri dalam bidang perhubungan
7. Kegiatan multifungsi (mix-used) dengan syarat lahan perencanaan paling
kurang 20.000m2 (dua puluh ribu meter persegi)
8. Kegiatan pertambangan strategis dengan syarat sekurang-kurangnya
memiliki izin lingkungan.
9. Kegiatan pendidikan tinggi dan pesantren dengan syarat sekurang-
kurangnya memiliki izin gangguan, luas lahan dan bangunan sesuai
ketentuan prasarana minimal yang ditetapkan dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan
10. Kegiatan rumah sakit, rumah sakit bersalin, dan balai pengobatan dengan
syarat sekurang-kurangnya memiliki izin gangguan dan menyediakan
prasarana pengolahan limbah.
Tinggi lantai di Pasar Baru berkisar antara 2-5 lantai, padahal bangunan yang
terdapat pada peruntukan kawasan ini maksimal hanya memiliki 2 lantai.
Penggunaan KDB pun hingga 100% mengingat area ini merupakan area komersial
dimana memanfaatkan area sepenuhnya untuk kegiatan perdagangan. Data
peruntukan di atas tidak berlaku bagi bangunan yang sudah terbangun disana
sebelum peraturan baru ini diterbitkan.

Gambar 2. Zonasi Peruntukan Pasar Baru


Sumber : RDTR Jakarta 2030
53

Panjang jalan ini adalah ±520 m dengan lebar 14 m, menjadikan luas


2
kawasan penelitian ini seluas 7280 m . Berikut batasan kawasan dengan
lingkungannya :

Tabel 1. Batasan Kawasan


Informasi/batas Keterangan
Bagian Utara

Jl. Samanhudi

Bagian Selatan

Jl. Dr. Sutomo

Sumber : Olahan Pribadi

Gambar 3. Batasan Kawasan Koridor Jalan Pasar Baru


Sumber : Olahan Pribadi

4.1.2 Karakter Bangunan Di Pedestrian Mall Pasar Baru


Pasar Baru merupakan tempat berbelanja yang mempertahankan sifat karakter
pertokoannya. Toko-tokonya menjual baju, sepatu, perhiasan, tekstil, sampai alat-alat
olahraga berkualitas. Penutupan penggal Jalan Pasar Baru dari lalu lintas dan
menjadikannya khusus bagi pejalan kaki membuat Jalan Pasar Baru berwujud
sebagai pedestrian mall. Konsep pedestrian mall , seperti yang sudah diuraikan
dalam studi literatur dan kasus pembanding di bab 2 menyebutkan bahwa tempat
tersebut khusus untuk pejalan kaki. Lokasinya adalah pada daerah pusat perdagangan
54

dan jasa, dekat dengan transportasi publik serta memiliki sistem pengaturan lalu
lintas (sirkulasi, parkir, bongkar muat barang) yang tertata dan dipatuhi dengan baik.
Pada jajaran toko – toko Pasar Baru semuanya tidak memiliki garis sempadan
jalan (GSJ=0). Sepanjang Jalan Pasar Baru ini terdapat total 130 bangunan, 63 buah
pada sisi timur dan 67 pada sisi barat. Kebanyakan bangunan memiliki ketinggi 3-5
lantai. Tekstur yang dibentuk oleh deretan bangunan ini adalah tekstur yang rapat,
karena bangunan sepanjang jalan ini dibangun menempel antara satu dan lainnya.
Fasad pada bangunan disini semua kebanyakan sudah berubah dari bentuk aslinya,
hanya beberapa yang masih mempertahankan fasad aslinya seperti bangunan toko
Lee Ie Seng dan toko Kompak.

Gambar 4. Keterangan Bangunan


Sumber : Olahan Pribadi

4.1.3 Analisa Kegiatan


Analisis pra rancangan pengunjung yang berdasar atas kebutuhan sarana dan
prasarana serta fasilitas pendukung kegiatan di Pasar Baru sehingga menghasilkan
sebuah konsep rancangan bagi pengunjung Jalan Pasar Baru diantaranya :
a. Analisia Organisasi Kebutuhan Ruang, Aktivitas dan Besaran Ruang
Di dalam kawasan penelitian Pasar Baru ini, terdapat beberapa pelaku
kegiatan didalamnya yang disebutkan dalam tabel berikut :
55

Tabel 2. Jenis Kegiatan Berdasarkan Jenis Pengunjung


Pelaku kegiatan Jenis kegiatan
Pengunjung yang sudah
mengetahui tujuannya

Pengunjung yang bertujuan


berbelanja sambil berekreasi

Pegawai toko

Pengunjung sekedar
berekreasi

Sumber : Olahan Pribadi

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dirumuskan ruang-ruang dan hubungan


yang terjadi dari kegiatan-kegiatan pengunjung melalui bubble diagram.

Gambar 5. Ruang - Ruang Berdasarkan Aktivitas Pengunjung


Sumber : Olahan Pribadi
56

Gambar 6. Ruang - Ruang Berdasarkan Aktivitas Pedagang Dan Pegawai Toko


Sumber : Olahan Pribadi

Kemudian hubungan – hubungan ruangan tersebut dimasukkan ke dalam


bentuk program ruang. Ruang-ruang yang dimasukkan hanya yang bersifat
penunjang karena dalam area ini sudah terdapat fasilitas eksisting seperti WC umum,
mushola,mesjid, Restoran dan tempat parkir.

Tabel 3. Program Ruang


Luas
Luasan Total
Jumlah
Fasilitas Pengguna Kapasitas Standar Ruang (m2)
Ruang
(m2)
Ruang Ketua
1 Orang 4 m2 4 m2 1
Pengelola Pengelola
Sekretaris 1 Orang 9 m2 9 m2 1 25 m2
Anggota
12 Orang 1 m2 12 m2 1
Pengelola
Media 1 m2 20m2 2
Pengunjung 20 Orang
Center
Ruang
Serba Pengunjung 30 Orang 1 m2 40 m2 2 80m2
Guna
Sumber : Olahan Pribadi

4.2 Analisa Lahan Kawasan Menggunakan Komponen CDTA


Keterangan yang akan digunakan dalam menjabarkan komponen Center,
Direction, Transition dan Area akan dijelaskan pada tabel dibawah.
57

Tabel 4. Program Ruang


Experiental Space Tipe Simbol Keterangan
Center Social
Komponen yang imageability dan
membentuk perasaan interaksi sosial :
bahwa seseorang penggunaan Lingkaran kuning
berada di tempat fungsi, tujuan melingkupi suatu area
tersebut. Merupakan dan motivasi,
tempat terjadinya unsur fisik dan
interaksi sosial dan arti sosial
kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan Restorative Lingkaran hijau
kegiatan tempat benefits melingkupi suatu area
tersebut.
Direction Pergerakan : Garis putus dengan
Komponen yang berhubungan panah satu
menimbulkan perasaan dengan pilihan menandakan satu arah,
ingin bergerak, tujuan arah, persepsi sedangkan 2 panah
yang dituju. Sebuah arah. menandakan dua arah.
arah yang View/arah
menghubungkan pandangan, arah Titik biru muda
center-center, dibentuk tujuan yang mewakili posisi,
atas kegiatan yang berhubungan bintang mewakili
dialami sepanjang dengan tujuan, dan garis
perjalanan. landmark, dan mewakili hubungan.
view
Transition
Perubahan Dua garis merah
Perubahan situasi yang
langsung bersebelahan.
mempengaruhi
atmosfer, mood atau Perubahan
fungsi. Garis merah jambu
perlahan
58

Experiental Space Tipe Simbol Keterangan


Area
Komponen yang
menandakan suatu
naungan yang memiliki
batas yang jelas.
Sumber : Olahan Pribadi

a. Center

Gambar 7. 3 Center Pada Lokasi Pengamatan


Sumber : Olahan Pribadi

Pada koridor Pasar Baru ini, terdapat 3 buah center yang menjadi pusat
aktivitas pengunjung.

Center 1

Gambar 8. Center 1 Yang Dikelilingi Pusat Perbelanjaan (Lingkaran Hijau)


Sumber : Olahan Pribadi
59

Center 1 merupakan akses masuk Pasar Baru bagian utara, berbatasan dengan
jalan Samanhudi. Center 1 dapat diasosiasikan dengan karakter Social imageability
dan interaksi sosial. Center ini terletak di titik pusat komersial, dimana dihimpit oleh
bangunan pusat perbelanjaan Harco Pasar Baru dan Metro Pasar Baru. Center ini
dilewati oleh fasilitas kendaraan umum seperti angkot dan bus metromini dan kopaja.

Tabel 5. Center 1
Gambar Keterangan
Terdapat gerbang yang bergaya arsitektur
cina terlihat dari warna dan bentuk
atapnya yang melengkung. Gerbang ini
menjadi penyambut dan penanda shopping
street Pasar Baru. Intensitas pengunjung
yang berlalu-lalang dan melakukan
interaksi terjadi di sini sangat tinggi. Hal
itu terjadi karena center ini terhimpit oleh
dua bangunan pusat perbelanjaan yang
menarik banyak massa serta tempat
angkutan umum menaik-turunkan
penumpang, PKL berjualan memenuhi
jalan masuk.

Setelah melewati gerbang utara memasuki


jalan Pasar Baru, jalan dipenuhi oleh
parkir kendaraan motor dan PKL sehingga
mengganggu kegiatan dalam center
tersebut dan mengganggu kenyamanan
pengunjung.

Analisa
Sebagai pusat yang berada di daerah dengan aktivitas ramai karena dikelilingi oleh
pusat perbelanjaan dan merupakan akses penyambut dan keluar - masuk
60

Gambar Keterangan
pengunjung ke dalam shopping street Pasar Baru, center ini diharapkan dapat
menjadi penyeimbang kegiatan tersebut. Peran center dapat dioptimalkan agar
dapat mengakomodasi kegiatan pengunjung yang berkumpul disini.
Sumber : Olahan Pribadi

Center 2

Gambar 9. Center 2
Sumber : Olahan Pribadi

Tabel 6. Center 2
Gambar Keterangan
Dalam daerah center ini terdapat restoran tempat
makan yaitu KFC, A&W, dan sebuah warung
yang menjual minuman, sehingga titik ini
menjadi pusat keramaian saat jam-jam tertentu.
Terdapat anchor tenant yang menarik massa
besar seperti Ramayana dan Matahari. Dalam
center ini, tepatnya setelah melewati persilangan
antara Jl.Pasar Baru, Gang Kelinci, dan Jl. Pintu
Air V menuju utara merupakan titik dimana
mobil tidak dapat masuk, sehingga jalan memang
hanya dilewati pengunjung. Tidak adanya
kendaraan yang lewat dimanfaatkan oleh PKL
untuk menjajakan dagangan yang mengganggu
sirkulasi pengunjung.
Persilangan Jalan Pasar Baru dengan gang
Kelinci dan jalan Pintu Air merupakan salah satu
akses pengunjung datang baik dengan kendaraan
maupun berjalan kaki. Intensitas pengunjung
disini terbilang tinggi dengan adanya posisi
anchor tenant yaitu Matahari dan Ramayana,
61

Gambar Keterangan
restoran seperti KFC dan AW dan toko buku
Gramedia di jalan Pintu Air V. Permasalahan
terletak pada lebar jl. Pintu Air yang sempit,
ditambah parkir pinggir jalan di jl. Pintu Air V
yang mempersempit badan jalan. Lebar jalan Gg.
Kelinci terbilang sempit, hanya cukup untuk 1
kendaraan dan orang tidak dapat melewati jalur
tersebut jika ada kendaraan yang melintas. Lebar
jalan Gg. Kelinci terbilang sempit, hanya cukup
untuk 1 kendaraan dan orang tidak dapat
melewati jalur tersebut jika ada kendaraan yang
melintas.
Analisa
Pada bagian yang sudah tidak lagi dilewati mobil, aktivitas pejalan kaki menjadi
dominan. Namun pada persimpangan jalan menuju Jl. Pintu Air V dari Gang
Kelinci dan Jl. Pasar Baru, pejalan kaki seringkali bersinggungan dengan
kendaraan yang menurunkan penumpang atau melewat yang menjadi salah satu
faktor pengganggu kenyamanan pengunjung. Posisi bangunan penarik massa besar
dapat dimanfaatkan sebagai penentu pusat aktivitas baru.
Sumber : Olahan Pribadi
Center 3

Gambar 10. Center 3


Sumber : Olahan Pribadi

Center 3 terletak di gerbang selatan Pasar Baru yang bertemu dengan jalan
Dr. Soetomo. Berbeda dengan center 1 yang terletak di bagian utara yang ramai,
center ini lebih sepi karena terpisah dari jalan utama oleh kali Ciliwung sebelum
memasuki Pasar Baru. Pusat ini terdapat gerbang seperti di bagian utara yang
merupakan gerbang masuk shopping street Pasar Baru. Center ini dekat dengan
fasilitas kendaraan umum yaitu halte Transjakarta.
62

Tabel 7. Center 3
Gambar Keterangan
Pada setiap titik center 2 merupakan pintu masuk ke
dalam kawasan, yang ditandai dengan adanya
gerbang besar penanda memasuki area kawasan Pasar
Baru. Sekalipun gerbang Pasar Baru dibangun
bergaya ”Pecinan” tetapi sesungguhnya perlu
dipertanyakan apakah tujuan keberadaan gerbang
yang tidak historis ini. Berbagai gambar lama sama
sekali tidak sesekalipun menunjukkan kehadiran
gerbang masif ini. Agaknya gerbang ini dibuat akibat
kelatahan pada upaya rekonstruksi Pecinan di kota-
kota lain.

Analisa
Center 3 merupakan jalur masuk kendaraan mobil dan kendaraan barang toko ke
dalam jalan Pasar Baru memasuki parkir, atau melintas saja. Aktivitas yang ada
di center ini menghambat arus pergerakan dalam Pasar Baru sehingga perlu
dioptimalkan. Gerbang dirasa justru mempersempit jalur kendaraan dan manusia.
Sehingga perlu ada pertimbangan mengenai eksistensi gerbang ini. Bangunan
lama yang ada di sekitar center ini dapat dimanfaatkan sebagai landmark dari
menjadi center baru. Untuk mempermudah pengunjung yang hadir dengan
berjalan kaki dan menggunakan Transjakarta, akses bisa disambung dengan
jembatan langsung ke Jalan Pasar Baru. Maka dari itu, agar aktivitas yang terjadi
disini dapat berfungsi dengan baik, perlu diciptakan ruang yang dapat
mengakomodir kegiatan yang terjadi.
Sumber : Olahan Pribadi
63

b. Direction

Gambar 11. Direction Pada Lokasi Pengamatan


Sumber : Olahan Pribadi

Jalan Pasar Baru menghubungkan Jl. Samanhudi dan Jl. Dr. Sutomo. Jalan
Pasar Baru dipotong oleh Jl. Pintu Air V dan gg. Kelinci, ada juga beberapa gang
kecil lainnya. Pada Jl. Samanhudi, Pasar Baru Beberapa atribut direction akan
dibahas melalui tabel adalah sebagai berikut ;
Tabel 8. Atribut Direction Pada Koridor Pasar Baru
No. Atribut Keterangan
1 Vegetasi

Atribut Direction berupa tanaman yang


berada dalam koridor Pasar Baru merupakan
tanaman palem putri dan tanaman dalam pot.
Jarak antara tanaman berkisar 6m, sedangkan
untuk tanaman dalam pot jaraknya tidak pasti
berkisar antara 3 meter.

2 Signage Kondisi Signage yang berada dalam kawasan


koridor Pasar Baru sebenarnya cukup baik.
Penempatannya tidak terlalu menutupi
pandangan dan tidak menggangu bangunan.
Terdapat beberapa jenis signage yang ada
64

No. Atribut Keterangan


dalam kawasan, yaitu ;
1. Signage yang terletak di tanah
2. Signage yang diletakkan pada bangunan
atau dinding bangunan dengan menghadap
arus kendaraan (Projected Signs) dan Signage
yang digantung.

3 Jalur Pedestrian

Jalan menggunakan paving blok,namun


banyak daerah yang sudah rusak dan
bergelombang sehingga membahayakan, serta
banyak terjadi genangan di saat hujan. Kanopi
sepanjang jalan Pasar Baru yang berfungsi
untuk melindungi pengunjung dari cuaca.
Namun kondisiya sudah memprihatinkan
dengan banyaknya lubang dan karatan pada
strukturnya.

Sumber : Olahan Pribadi

Pedestrian yang ada di Pasar Baru berada dibawah arkade toko ditepian jalan,
sebagian besar tidak optimal digunakan karena toko-toko kebanyakan memajang
dagangannya hingga ke depan toko. Sehingga pejalan kaki seringkali memasuki jalur
65

kendaraan dan bersilangan dengan kendaraan. Ada pula toko yang mukanya
dimajukan dan berbeda dengan lainnya sehingga lebih condong dari gedung
sekitarnya dan memakan daerah berjalan. Kawasan berada di daerah pusat kota yang
ramai lalu lintas kendaraan bermotor baik umum maupun pribadi, akan tetapi di
dalam kawasan sendiri telah diberlakukan larangan dilalui kendaraan bermotor pada
jam jam 08.00 hingga jam 22.00 walau pada kenyataannya peraturan tersebut tidak
dapat dilaksanakan karena protes yang dilayangkan oleh para pemilik toko
(http://megapolitan.kompas.com/read/2015/03/24/22564901/Akses.Kendaraan.Ditutu
p.Pemilik.Toko.di.Kawasan.Pasar.Baru.Merugi).
Kendaraan masih diperbolehkan lewat namun hanya untuk kegiatan drop off
penumpang, jika sudah melewati jam-jam tersebut kendaraan masuk untuk
kepentingan bongkar muat barang agar tidak mengganggu kenyamanan pengunjung.
Pengunjung yang membawa kendaraan pribadi tetap bandel memarkirkan kendaraan
di depan toko, dengan kecepatan dan kemudahan berbelanja. Pemilik toko seringkali
melakukan kegiatan bongkar muat barang di siang hari. Hal-hal tersebut selain
mengganggu sistem Pasar Baru, juga mengganggu kenyamanan pengunjung lainnya
yang berjalan kaki. Maka dari itu perlu dikonsepkan rencana untuk mengatasi
gesekan tersebut. Salah satunya adalah dengan membagi akses kendaraan dan pejalan
kaki secara vertikal pada bagian yang didominasi kendaraan.

Gambar 12. Pemisahan Akses


Sumber : Olahan Pribadi
66

Dengan dibedakannya level akses pejalan kaki dan kendaraan, maka gesekan
antara keduanya dapat dihindari. Pemisahan fungsi ini akan mempengaruhi
penggunaan lantai tiap bangunan. Sebelumnya muka toko berada di lantai 1 dan
ruang penyimpanan pada lantai 2 atau 3, maka fungsi toko dan ruang penyimpanan
dapat ditukar. Sehingga fungsi servis dilakukan tanpa mengganggu kegiatan rekreasi
dan berbelanja di level atas.

Gambar 13. Keadaan Jalan Eksisting Dan Setelah Dibedakan Levelnya


Sumber : Olahan Pribadi

c. Transition

Gambar 14. Transition


Sumber : Olahan Pribadi

Di setiap ujung jalan terlihat gerbang besar yang menunjukkan permulaian


kawasan Pasar Baru, kondisi dan atmosfer dapat terasa perbedaannya. Transisi yang
terjadi bersifat keras, karena perbedaan ruang dalam dan luar Jalan Pasar Baru sangat
67

terasa. Arah ini menyatukan ruang luar dan ruang dalam, maka transisi
mempengaruhi tempat dengan menghadirkan elemen bagian dalam ke bagian luar,
begitu juga bagian luar masuk ke bagian dalam.

Gambar 15. Transisi Pada Ruang Luar Dan Ruang Dalam


Sumber : Olahan Pribadi

Bukan hanya itu saja yang menjadi pintu masuk kawasan Jalan Pasar Baru
ini, terdapat gang - gang kecil yang berpotongan dengan Jalan Pasar Baru. Seperti
yang dijelaskan digambarkan pada gambar 41, gang – gang ini kemudian membagi
bangunan sepanjang jalan Pasar Baru menjadi 7 grup bangunan.

Gambar 16. Grup Bangunan Jalan Bangunan Pasar Baru


Sumber : Olahan Pribadi

Gang tersebut tidak dapat dilewati kendaraan, seperti pada gang yang
membentuk grup 5 dan 3, dan gang yang memisah grup 2 dan 4. Pembagian grup
68

bangunan ini membantu mengidentifikasi karakter bangunan didalam grup dalam


menciptakan transisi di dalam area. Grup yang memiliki bangunan berperan besar
seperti grup 4 dimana terdapat anchor tenant yaitu Matahari dan sebuuah lahan yang
dapat dimanfaatkan. Grup 5 terdapat Ramayana dan pusat sepatu Bata. Grup 1 dan 2
merupakan grup yang didalamnya terdapat Bangunan Cagar Budaya, begitu juga
dengan grup 6 dan 7. Bangunan dalam grup 6 dan 7 memiliki perbedaan khusus
daripada grup sisanya, yaitu bangunan ini memilki jalan di belakang bangunannya
yang digunakan untuk bongkar – muat barang.

Gambar 17. Posisi Anchor Tenant Dan Bangunan Lama


Sumber : Olahan Pribadi

Gang-gang ini juga menjadi menjadi titik patokan naik turunnya pejalan kaki.
Jarak antar gang seperti yang terlihat pada gambar 45. Gang yang membentuk
kelompok bangunan 1 menjadi titik pertama dimana akan terdapat tangga untuk naik
dan turun. Kemudian gang yang memisahkan kelompok 2 dan 4 dan gang pemisah
kelompok 3 dan 5 terletak dekat dengan lahan yang dapat dimanfaatkan (lahan
berwarna hijau di gambar 45) sehingga titik naik turun disana bisa disatukan. Karena
lahan ini letaknya dekat dengan center yang akan dikembangkan, maka terdapat lift
untuk memudahkan akses selain tangga. Begitu pula dengan perempatan jalan Pintu
Air V, gg. Kelinci dan Pasar Baru, akses naik turun pengunjung akan berada setelah
melewati jalur kendaraan.
69

Gambar 18. Jarak Antar Gang Dan Lahan Yang Dapat Dimanfaatkan
Sumber : Olahan Pribadi

Kanopi yang terdapat di sepanjang Jalan Pasar Baru tidak memenuhi seluruh
jalan, kanopi didesain bersela setiap 16 meter dengan ketinggian sekitar 8 meter agar
tidak menciptakan lorong terlalu panjang untuk memasukkan unsur matahari dan
sirkulasi udara. Celah antara bidang kanopi ini membentuk ruang transisi berupa
cahaya dan bayangan yang memberikan sensasi bersifat sensorik terhadap area.
Bangunan pertokoan memiliki bentuk masing masing, dengan barang yang dijajakan
dan papan iklan tersendiri membentuk transisi yang mempengaruhi pengunjung
untuk tetap menyusur jalan pertokoan ini. Unsur transisi ini terbentuk juga melalui
atribut direction seperti vegetasi dalam area.
Pada perancangan perbedaan level pejalan kaki dan kendaraan, maka kanopi
atau pelindung turut berubah. Penggunaan material dan bentuk kanopi yang baru
menjadi elemen penguat direction yang tercipta dalam rangka menyambung setiap
center. Center 1 yang pedestriannya berada di ketinggian lantai dasar, kanopinya
diciptakan tinggi agar memberikan kesinambungan terhadap ketinggian bangunan
sekitarnya dan menimbulkan rasa perbedaan keruangan dari center 1 menuju center 2
yang level pedestriannya berada di lantai 2 hingga 3, begitu pula sebaliknya.

Gambar 19. Perbedaan Ruang Dalam Direction Antara Center 1 dan Center 2
Sumber : Olahan Pribadi
70

Center 2 didesain lebih kontemporer agar sesuai dengan kegiatan yang terjadi
disana. Ruang di atas ruang serba guna digunakan sebagai ruang terbuka dimana
terdapat pepohonan dan ruang duduk. Akses pejalan kaki didepan muka toko pada
center 2 sengaja diciptakan terkesan lebih tertutup agar menciptakan kesan
keruangan lebih ramai dan intim. Transition dalam direction menuju center 3
dihadirkan melalui perbedaan kanopi pelindung yang lebih beragam dalam warna,
berskala manusia dan lebih renggang agar lebih memberikan kesan terbuka dan tidak
kontras terhadap bangunan sekitar.

Gambar 20. Perbedaan Suasana Setiap Center


Sumber : Olahan Pribadi

d. Area

Gambar 21. Area Penelitian


Sumber : Olahan Pribadi

Terciptanya suatu tempat terkait dengan beberapa unsur arah dalam sistem
jalan. Penyatuan unsur center, direction, dan transition menjadi pembentuk suatu
area, dalam hal ini membentuk area dalam Jalan Pasar Baru sebagai kawasan wisata
71

belanja. Area Shopping Street Pasar Baru ini menjadi pusat kegiatan dalam
Kecamatan Sawah Besar, selain karena pertokoan jalan ini merupakan jalur
pertokoan pertama di daerahnya juga karena status dan intensitas kegiatan yang dapat
dilihat. Maka dari itu Jalan Pasar Baru ini menjadi objek penelitian karena dianggap
sebagai generator aktivitas kawasan.
72
PENERAPAN EXPERIENTIAL LANDSCAPE PADA KORIDOR WISATA
BELANJA PASAR BARU DI JAKARTA PUSAT

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh
Anand Syailendra Rambey 1401126045
LA44

JURUSAN ARSITEKTUR- FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
JAKARTA
2015

i
PENERAPAN EXPERIENTIAL LANDSCAPE PADA KORIDOR WISATA
BELANJA PASAR BARU DI JAKARTA PUSAT

SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat
untuk gelar kesarjanaan pada
Jurusan Arsitektur
Jenjang Pendidikan Strata-1

Oleh
Anand Syailendra Rambey 1401126045
LA44

JURUSAN ARSITEKTUR- FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
JAKARTA
2015

` ii
Halaman Pernyataan Dan Persetujuan Dosen Pembimbing

iii
DPP

` iv
PERNYATAAN

Dengan ini saya,


Nama : Anand Syailendra Rambey
NIM : 1401126045
Judul skripsi : Penerapan Experiential Lansdcape Pada Koridor Wisata
Belanja Pasar Baru Di Jakarta Pusat

Memberikan kepada Universitas Bina Nusantara hak non-eksklusif untuk


menyimpan, memperbanyak, dan meyebarluaskan skripsi karya saya, secara
keseluruhan atau hanya sebagian atau hanya ringkasannya saja, dalam bentuk format
tercetak dan atau elektronik.

Menyatakan bahwa saya akan mempertahankan hak eksklusif saya, untuk


menggunakan seluruh atau sebagian isi skripsi saya, guna pengembangan karya di
masa depan, misalnya bentuk artikel, buku, perangkat lunak, ataupun system
informasi.

Jakarta , 11 September 2015

Anand Syailendra Rambey


1401126045

v
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

Fakultas Teknik
Jurusan Arsitektur
Skripsi Sarjana Strata 1
Semester Genap 2014/2015

PENERAPAN EXPERIENTIAL LANDSCAPE PADA KORIDOR WISATA


BELANJA PASAR BARU DI JAKARTA PUSAT
Anand Syailendra Rambey 1401126045

Abstract
Pasar Baru is a shopping corridor that has been established since 1820, a proof of
Jakarta’s history. The local government has sought to protect this market by issuing
various policies and laws in order to protect nurture Pasar Baru. But it is
unfortunate Pasar Baru haven’t got developed from year to year, even damaged. To
support this, optimization needs to be done through the creation of public spaces that
support the activities in it, which is able to support the function of the area to
address the problems therein. The approach is experiential theory landscape. The
method used is descriptive qualitative which will be presented information regarding
the existing situation to be recorded, analyzed, and interpreted. Analysis covers
aspects of the building, the environment and humans through the application of the
theory of experiential landscape in building an enhanced experience to visitors to
Pasar Baru. (ASR)
Keyword : Shopping Street, Pasar Baru, Shopping Tourism, Experiential Landscape,
public space

Abstrak
Pasar Baru merupakan sebuah koridor wisata belanja yang telah berdiri sejak 1820
yang merupakan salah satu bukti perkembangan kota Jakarta. Pemerintah setempat
telah berupaya untuk melindungi pertokoan ini dengan mengeluarkan berbagai
kebijakan dan undang-undang agar Pasar Baru dapat bertahan terhadap

` vi
perkembangan jaman. Namun sangat disayangkan Pasar Baru tidak mengalami
perkembangan dari tahun ke tahun, malah mengalami kerusakan. Untuk mendukung
hal tersebut, perlu dilakukan pengoptimalan melalui pembentukan ruang-ruang
publik yang mendukung kegiatan yang ada didalamnya, yang mampu mendukung
fungsi kawasan untuk menjawab permasalahan didalamnya. Pendekatan yang
digunakan adalah teori experiential landscape. Metode penelitian yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif dimana akan dipaparkan informasi mengenai keadaan
eksisting untuk dicatat, dianalisa, dan diinterpretasikan. Analisa mencakup aspek
bangunan, lingkungan serta manusia melalui pengaplikasian teori experiential
landscape dalam membangun pengalaman yang lebih pada pengunjung terhadap
Pasar Baru. (ASR)

Kata kunci: Shopping Street, Ruang Publik, Pasar Baru, Wisata Belanja,
Experiential Landscape

vii
KATA PENGANTAR

Hanya sebuah puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang bisa kami
sampaikan atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga laporan tugas akhir yang berjudul
“Penerapan Experiential Landscape Pada Koridor Wisata Belanja Pasar Baru Di
Jakarta Pusat” ini dapat diselesaikan. Saya menyadari bahwa penulisan laporan tugas
akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca
yang sifatnya membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Kami juga ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bimbingan, dorongan, dan kesempatan dalam penyusunan laporan ini,
yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Harjanto Prabowo, MM., selaku Rektor Universitas Bina
Nusantara, yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat
penulisan skripsi ini
2. Bapak Ir. John Bobby Saragih, S.T., M.Si, selaku Dekan Fakultas Teknik
yang telah memberikan pengarahan mengenai tugas akhir hingga selesai.
3. Ibu Nina Nurdiani, S.T., M.T., selaku Head of Architecture Department
Universitas Bina Nusantara, telah memberikan motivasi kepada kami untuk
berusaha menghasilkan karya dengan kemampuan terbaik kami.
4. Ir. Sigit Wijaksono, M. Si selaku Deputy Head of Architecture Department
Universitas Bina Nusantara, yang telah memberikan pengarahan agar laporan
ini dapat dilaksanakan dengan baik.
5. Yosica Mariana, ST., MT sebagai Kepala Studio Tugas Akhir yang telah
memberikan pengarahan dan kesempatan, sehingga laporan tugas akhir ini
dapat selesai tepat waktu dan sesuai persyaratan.
6. Pak Sunan selaku asisten studio yang senantiasa membantu dalam proses
studio.
7. Ir. Michael Isnaeni Djimantoro, ST., M.T, selaku dosen pembimbing yang
selalu membantu, mengarahkan, mengajarkan dan memberikan kritik serta
saran dalam tugas akhir.
8. R. Djauhari Sumintardja Ark. Ph.D, selaku dosen pembimbing yang selalu
memberikan masukan yang mudah dipahami dan atas ilmunya yang sangat
bermanfaat pada saya.

` viii
9. Seluruh dosen Universitas Bina Nusantara, yang selama ini telah memberikan
ilmu dan bimbingan akademis kepada saya.
10. Keluarga kami, Ayah, Ibu dan Abang saya serta teman-teman atas doa dan
dukungan yang diberikan kepada kami selama masa penyusunan laporan
tugas akhir ini
11. Terima kasih kepada Kezia Divaninta yang telah memberi semangat dalam
menyusun tugas akhir. Bantuan darinya membuat saya menyadari apa saja
kekurangan dan apa yang harus saya lakukan.
12. Terima kasih pada Hadid Syafaad, Michael Petrucci, Yanuar Satrio dan
Deanisa Reva Putri karena telah menjadi teman seperjuangan dalam
menyusun laporan ini, mendengarkan keluh kesah saya dan menjadi tempat
berbagi cerita.

Akhir kata, saya berharap semoga laporan tugas akhir dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang bersangkutan, khususnya saya sendiri untuk persiapan ke dunia kerja
setelah laporan tugas akhir ini selesai.

Jakarta, Agustus 2015

Anand Syailendra Rambey

ix
DAFTAR ISI

Halaman Judul Luar ...................................................................................................i


Halaman Judul Dalam .............................................................................................. ii
Halaman Persetujuan Dosen Pembimbing ............................................................... iii
Halaman Pernyataan Dosen Penguji ......................................................................... iv
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir ........................................... v
Halaman Abstrak ..................................................................................................... vi
Kata Pengantar.......................................................................................................viii
Daftar Isi................................................................................................................... x
Daftar Gambar ........................................................................................................xii
Daftar Tabel ........................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran ..................................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
1.1 Latar Belakang ................................... Error! Bookmark not defined.
1.2 Perumusan Masalah ........................... Error! Bookmark not defined.
1.3 Pertanyaan penelitian ......................... Error! Bookmark not defined.
1.4 Tujuan dan manfaat penelitian............ Error! Bookmark not defined.
1.4.1 Tujuan Penelitian ............................... Error! Bookmark not defined.
1.4.2 Manfaat Penelitian ............................. Error! Bookmark not defined.
1.5 Batasan Penelitian .............................. Error! Bookmark not defined.
1.6 State of the art .................................... Error! Bookmark not defined.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
2.1 Tinjauan Umum ................................. Error! Bookmark not defined.
2.1.1 Penjelasan Kawasan Pariwisata .......... Error! Bookmark not defined.
2.1.2 Kajian Mengenai Pasar Baru Sebagai Warisan Sejarah (Heritage)Error! Bookmark not de
2.1.3 Experiential Landscape ...................... Error! Bookmark not defined.
2.2 Tinjauan Khusus ................................ Error! Bookmark not defined.
2.2.1 Pedestrian Mall Pasar Baru Sebagai Koridor KomersialError! Bookmark not defined.
2.2.2 Pengertian Wisata Belanja (Shopping Tourism)Error! Bookmark not defined.
2.2.3 Pembangunan Baru Pada Kawasan BersejarahError! Bookmark not defined.
2.2.4 Perilaku Konsumen Pusat PerbelanjaanError! Bookmark not defined.
2.2.5 Centre, Direction, Transition, Area .... Error! Bookmark not defined.
2.3 Studi Literatur Terkait Obyek PenelitianError! Bookmark not defined.
2.4 Kerangka Berpikir .............................. Error! Bookmark not defined.
BAB 3 METODE PENELITIAN....... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
3.1 Tahap Persiapan ................................. Error! Bookmark not defined.
3.2 Tahap Pengumpulan Data................... Error! Bookmark not defined.
3.3 Proses Analisis Data........................... Error! Bookmark not defined.
BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASANERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
4.1 Analisa Kawasan Eksisting ................ Error! Bookmark not defined.
4.1.1 Data Kawasan .................................... Error! Bookmark not defined.

` x
4.1.2 Karakter Bangunan Di Pedestrian Mall Pasar BaruError! Bookmark not defined.
4.1.3 Analisa Kegiatan ................................ Error! Bookmark not defined.
4.2 Analisa Lahan Kawasan Menggunakan Komponen CDTAError! Bookmark not defined.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
5.1 Kesimpulan ........................................ Error! Bookmark not defined.
5.2 Program Dasar Perancangan ............... Error! Bookmark not defined.
5.2.1 Konsep Perancangan .......................... Error! Bookmark not defined.
5.2.2 Sistem Utilitas.................................... Error! Bookmark not defined.
5.3 Konsep CDTA Experiential LandscapeError! Bookmark not defined.
5.4 Saran .................................................. Error! Bookmark not defined.
REFERENSI ........................................................................................................ xvi
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pasar Baroe, Noordwijk, Batavia. 1885-1900 ......... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 2. Pasar Baru 1898....................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 3. Pasar Baru Sekitar Tahun 1930 ................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. Kesibukan Di Kawasan Pasar Baru Pada Tahun 1949 .. Error! Bookmark
not defined.
Gambar 5. Bangunan Fasilitas Di Sekitar Jalan Pasar Baru ..... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 6. Kondisi Pedestrian Yang Dipenuhi Pedagang Kaki Lima ................Error!
Bookmark not defined.
Gambar 7. Mobil Yang Parkir Menutupi Jalan Dan Mengganggu Pengunjung .Error!
Bookmark not defined.
Gambar 8. Toko Kompak.......................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 9. Toko Lee Ie Seng..................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 10. Ilustrasi Pengaruh Dimensi Berbelanja Pada Motivasi Untuk Belanja
................................................................................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 11. Pola Hubungan Atribut Mal Terhadap Respon Konsumen ............Error!
Bookmark not defined.
Gambar 12. Model Konsep Direction........................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 13. Bugis Street Dekat New Bugis Street, Singapura, 2011. ................Error!
Bookmark not defined.
Gambar 14. Posisi Jalan Bugis Yang Baru Dan LamaError! Bookmark not defined.
Gambar 15. Suasana Jalan Malabar (1967) Menjelang Malam. Error! Bookmark not
defined.
Gambar 16. Shopping Mall Bugis Junction Di Atas Jalan Bugis Yang Lama. ...Error!
Bookmark not defined.
Gambar 17. Posisi New Bugis Street ......................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 18. Jalan Bugis Dan Sekitarnya Yang Menjadi Bagian Bugis JunctionError!
Bookmark not defined.
Gambar 19. Salah Satu Pintu Masuk Menuju Bugis Junction .. Error! Bookmark not
defined.

` xii
Gambar 20. Pembangunan Bugis Junction ................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 21. Jalan Malay Dulu Dan Sekarang ............ Error! Bookmark not defined.
Gambar 22. View Dalam Jalan Bugis Junction .......... Error! Bookmark not defined.
Gambar 23. Pintu Masuk New Bugis Street Berseberangan Dengan Bugis Junction
................................................................................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 24. Bentuk Toko Dalam Bugis Street ........... Error! Bookmark not defined.
Gambar 25. Kios Makanan Dalam Bugis Street ........ Error! Bookmark not defined.
Gambar 26. Suasana Di Dalam New Bugis Street ..... Error! Bookmark not defined.
Gambar 27. Akses Parkir, Halte Bus dan MRT ......... Error! Bookmark not defined.
Gambar 28. Lokasi Kawasan Dalam Peta Jakarta ..... Error! Bookmark not defined.
Gambar 29. Zonasi Peruntukan Pasar Baru ............... Error! Bookmark not defined.
Gambar 30. Batasan Kawasan Koridor Jalan Pasar Baru ......... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 31. Keterangan Bangunan ............................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 32. Ruang - Ruang Berdasarkan Aktivitas Pengunjung .... Error! Bookmark
not defined.
Gambar 33. Ruang - Ruang Berdasarkan Aktivitas Pedagang Dan Pegawai Toko
................................................................................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 34. 3 Center Pada Lokasi Pengamatan ......... Error! Bookmark not defined.
Gambar 35. Center 1 Yang Dikelilingi Pusat Perbelanjaan (Lingkaran Hijau) ..Error!
Bookmark not defined.
Gambar 36. Center 2 ................................................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 37. Center 3 ................................................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 38. Direction Pada Lokasi Pengamatan ........ Error! Bookmark not defined.
Gambar 39. Pemisahan Akses ................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 40. Keadaan Jalan Eksisting Dan Setelah Dibedakan Levelnya ...........Error!
Bookmark not defined.
Gambar 41. Transition .............................................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 42. Transisi Pada Ruang Luar Dan Ruang Dalam ...... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 43. Grup Bangunan Jalan Bangunan Pasar Baru ........ Error! Bookmark not
defined.

xiii
Gambar 44. Posisi Anchor Tenant Dan Bangunan Lama ......... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 45. Jarak Antar Gang Dan Lahan Yang Dapat Dimanfaatkan ..............Error!
Bookmark not defined.
Gambar 46. Perbedaan Ruang Dalam Direction Antara Center 1 dan Center 2.Error!
Bookmark not defined.
Gambar 47. Perbedaan Suasana Setiap Center .......... Error! Bookmark not defined.
Gambar 48. Area Penelitian ...................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 49. Isometri ................................................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 50. Konsep Pemisahan Vertikal ................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 51. Menciptakan Akses Masuk Dan Keluar . Error! Bookmark not defined.
Gambar 52. Pemetaan Bangunan/Lahan Yang Bisa Digunakan Sebagai Acuan Error!
Bookmark not defined.
Gambar 53. Pengembangan Center ........................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 54. Memperkuat Elemen Direction dan Transition .... Error! Bookmark not
defined.

` xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabulasi state of the art ............................. Error! Bookmark not defined.
Tabel 2. Karakteristik Bugis Street dan Bugis Junction ......... Error! Bookmark not
defined.
Tabel 3. Data – Data Yang Diperlukan Dalam Penelitian ...... Error! Bookmark not
defined.
Tabel 4. Batasan Kawasan ...................................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 5. Jenis Kegiatan Berdasarkan Jenis Pengunjung......... Error! Bookmark not
defined.
Tabel 6. Program Ruang ......................................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 7. Program Ruang ......................................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 8. Center 1 .................................................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 9. Center 2 .................................................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 10. Center 3 .................................................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 11. Atribut Direction Pada Koridor Pasar Baru ............. Error! Bookmark not
defined.

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01. Gambar Kerja

` xvi
Dokumen ini kosong karena tidak terdapat lampiran dalam laporan tugas akhir

Anda mungkin juga menyukai