C
konten
Interview bersama Banjar Street Art -
Puisi-puisi dari beberapa pujangga kece
- Berbagai Artwork dari kawan-kawan
yang sangat oke - Tulisan kekecewaan,
kesedihan, dan lain-lain - dan masih
banyak lagiiiiiiii
kontributor
cinta tanya kenaifan
Oleh: Diki Juliana
5
...Apakah artinya
kesenian/ bila terpisah
dari derita lingkungan/
Apakah artinya
berpikir/ bila terpisah
dari masalah
kehidupan.../
(WS. Rendra)
6
bincang-bincang bersama:
Jika kalian melintas ke kota Banjar merupakan pentolan dari scene musik
Patroman, Jawabarat. Mungkin kalian hardcore di kota Banjar yang telah
akan melihat beberapa gambar baik melanjutkan perjuangan dari generasi
mural maupun grafti di sudut kota itu. sebelumnya dan mereka pun sukses
Ya, itu merupakan segelintir karya dari membuat kota Banjar lebih berwarna.
banyaknya hasil kokoprot kesang dan Lalu ada MSRM Squad generasi ketiga
papanasan dari anak-anak yang yang sampai sekarang masih bergerak
tergabung didalam Banjar Street Art. dalam dunia seni jalanan. Anggotanya
Dalam kesempatan kali ini, Estetika pun memang masih muda-mudi, namun
Karbitan dapat mewawancarai mereka mereka bisa lebih membawa street art
yang tergabung dalam BSA. Wawancara ini ke ruang yang lebih luas.
ini bertempat di Warung Arab, depan Pada bulan Agustus tahun 2016, Banjar
SMAN 1 Banjar, pada Minggu, 4 Februari Street Art ini dideklarasikan setelah
2018. sekian lama hanya bergerak secara
Sejarah singkat dari Banjar Street Art individu dari setiap squadnya. Deklarasi
ini, mereka adalah segerombolan anak ini ditandakan dengan terlaksanya acara
muda yang relatif masih duduk dibangku Deklarasi Banjar Street Art yang
SMA. Diawali dari tetua seni jalanan yaitu bertempat di Tanjungsukur, kota Banjar.
B-Art, mereka sudah sukses meng- Deklarasi itupun didorong dengan
inuence anak muda lainnya untuk kesadaran dari anggota MSRM Squad
mencoba berani turun ke jalan yang berkeinginan untuk menyatukan
membawa cat semprot, cat kiloan, kuas, beberapa writer dan dipantau langsung
dll. Dilanjut dengan generasi keduanya, oleh B-Art selaku tetua street art di kota
yaitu Rocket Down Squad yang Banjar.
7
BSA ini bertujuan untuk mewarnai sudut- sesama komunitas street art di berbagai
sudut kota Banjar yang telah kusam, dan kota lainnya.
mereka pun menginginkan masyarakat Projek-projek di kota Banjar yang telah
kota Banjar ini bisa membedakan yang mereka usung terbilang unik. Mulai dari
mana gambar mural dan grafti dengan sekedar menggambar karakter masing-
coretan-coretan iseng yang membawa masing, lalu menghias satu
embel-embel geng dan lain-lain. Lalu BSA perkampungan saat HUT Republik
sendiri ingin memberikan kesan moral Indonesia, dan yang terbilang berani
kepada masyarakat luas dari setiap menurut redaksi adalah mereka
karya yang mereka buat. memberanikan diri untuk vandal dengan
Walau begitu, masih saja banyak berbagai protes dan kritik kepada
tanggapan negatif kepada para seniman pemerintah, seperti “Tanahku Hilang
jalanan ini, masyarakat kota Banjar Ditelan Popularitas”, “Bangkitlah
masih menganggap bahwa mereka hanya PERSIKOBAN”, dll. Mereka menyadari
segerombolan kriminal yang akan bahwa seni itu mencangkup luas dan
mengotori setiap tembok disini. Maka bukan hanya sekedar estetika. Seni
dari itu, mereka pun terkadang susah dapat mencangkup pula kritik bahkan
untuk mendapatkan izin dari berbagai protes kepada para penguasa. Jidan
pihak setempat ketika akan mengadakan selaku salah satu anggota MSRM Squad
suatu event street art. Dan itu adalah bercerita pengalaman yang memicu
suatu kendala yang mengharuskan adrenalinnya: “Aku sempet dikejar sama
mereka memutarkan lagi otaknya anggota geng Brigez pas mau vandal di
mencari suatu cara untuk meredam ruko-ruko depan Toserba Yogya, pas lagi
tanggapan negatif dengan cara nulis keburu diteriakin terus mereka
mengkonsep setiap gambar dengan kejar-kejar aku. Untung weh bisa lolos.”
sedemikian rupa agar dapat diterima Harapan dari Banjar Street Art ini adalah
oleh pemilik tembok. dalam kedepannya semakin banyak lagi
Dari awal terbentuknya setiap squad writer di kota Banjar, dan juga dapat
writer lalu menjadi BSA, mereka berjalan membentuk opini publik bahwa street art
secara independen dan mengumpulkan itu bukan suatu perbuatan kriminal. Lalu
dana secara kolektif. Event yang bisa mereka pun mengharapkan bahwa setiap
dibilang besar yang mereka pernah writer dan lebih luasnya masyarakat,
berkontribusi didalamnya adalah acara dapat menyadari bahwa kota Banjar
DCDC Sahur On The Road yang bertempat tidak akan selalu baik-baik saja. “Piraku
di Ciamis. Mereka berhasil menjuarai aya sawah nu digusur, arurang kudu
event tersebut diperingkat 2 (Dini), dan 3 cicing wae” (Jidan, MSRM Squad)
(Faisal Yongkru) dalam sesi perlombaan
menghias tong. Lalu ada event-event dari
8
dokumentasi karya mereka nih:
9
10
aku yang bagaimana atau dia
yang kenapa?
Oleh: Hilmi Isnaeni Zain
11
estetika
karbitan 12
“Get up, stand up.
Stand up for your right.
Get up, stand up.
Don’t give up the fight”
(Bob Marley)
13
“Dalam”
Oleh: Dadan Sumara
14
UNTUK MENJADI DIRIKU
Oleh: Rifki Syarani Fachry
15
16
estetika
karbitan 17
estetika
karbitan 18
Dapatkah Ini Terwujud? Tentu!
Oleh: Anonim
Ini merupakan sedikit dari banyak bahwa pemilu Indonesia itu kacau bro!
kegelisahanku, berawal dari
penyesalanku yang telah terjun kepada Lalu ruang demokrasi kampus yang
dunia politik meskipun itu baru sangat miris. Bagaimana tidak, dosen
mencangkup ruang perguruan tinggi. Ya disini selalu beranggapan bahwasannya
aku adalah seorang mahasiswa politik di merekalah yang paling benar. Ketika
Jogjakarta, kota yang sangat eksotis mahasiswa membawa referensi berbau
namun memiliki pemimpin daerah yang kiri, setelah kelas usai dosen pun
sangat monarki. Di kelas-kelas membuka slide powerpoint yang
perkuliahan, aku amat banyak menerima berisikan; Awas Bahaya Laten Komunis.
mata kuliah yang mengajarkanku teori Ini bukan suatu kebohongan, karena aku
tuk berpolitik, mulai dari teori dasar sendirilah yang mengalaminya ketika
pemerintahan dan sampai kepada teori masuk kelas yang diampu oleh dosen
pengambilan kebijakan publik. Sungguh kolot, menjijikan! Aku sangat
miris, aku diajarkan materi-materi yang berterimakasih kepada kelas-kelas liar
isinya hanya bualan. Mengapa tidak, aku diluar tembok perkuliahan. Disana aku
dan kalian mengetahui bahwa b a n y a k diberikan
pemerintahan kita ini bobrok, disini aku materi yang
hanya belajar untuk melanggengkan sangat luas dari
kebobrokan. Dan juga mata kuliah berbagai diskusi,
tata kelola pemilu, gilaaaaaa bahkan sampai
aku diajarkan mengelola kepada materi yang
pemilu yang daridulu dimana itu bukan fokus
sampai sekarang kejurusan kuliahku. Sampai-
setiap kali sampai pada semester 3 dan
dilangsungkannya seterusnya aku sempat berpikir
pemilu hanya penuh tuk cuti kuliah, karena diluar
dengan intrik saja. tembok kelas busuk itu aku bisa
Mengapa aku tidak berelasi dengan banyak orang yang
diajarkan tuk mencari berpikiran sama denganku, juga
cara lain ketika merasakan hal yang sama, mereka
kita sudah pun beranggapan bahwa
tahu sendiri kuliah sesungguhnya justru
19
berada di jalanan, di kontrakan- berlandaskan untung rugi. Seperti
kontrakan yang bersifat komunal dan halnya sistem hari ini yang mengacu
ditempat-tempat lain yang lebih kepada globalisasi, kepada kapital,
menghargai keberagaman. Dimana kepada pasar. Kita berkuliah tidak untuk
kasih sayang dan juga ilmu telah banyak berpikiran cepat lulus dengan IPK tinggi
sekali menghampiri. lalu men-tuhan-kan bos.
Aku sangat meyakini akar permasalahan Pendidikan bagi sebagian orang masih
di negara ini adalah pendidikan. menjadi barang istimewa. Kesulitan
Pendidikan hari ini mengajarkan untung memperoleh pendidikan 'layak'
rugi, bukan mengajarkan kasih sayang terdengar. Dalam kasus tertentu, sering
kepada orang lain. Kita mengetahui kita temukan keluarga yang rela
bahwa sebenarnya tujuan pendidikan itu mengurangi kualitas makan dan
untuk membuat para peserta didik papannya hanya demi meloloskan
menjadi kreatif dan bebas dengan keinginan untuk menyekolahkan
jalannya sendiri-sendiri. Ketika kita anaknya. Meski dunia sekolah tak pernah
benturkan dengan kondisi pendidikan kering dari kritik. Tentu saja ini menjadi
hari ini, apakah peserta didik diberi hal yang wajar ketika liberalisasi
kebebasan untuk mencari ilmu pendidikan dimulai. Indonesia yang
sepenuhnya? Justru hari ini pendidikan tergabung kepada organisasi
hanya sebagai alat pendoktrinan dari internasional maka dalam kebijakannya
sistem yang ada. Seperti apa yang pula harus selaras dengan sistem dunia.
dikatakan oleh Paulo Freire, seharusnya Pendidikan kala itu telah dijadikan suatu
pendidikan Sistem Bank dihapus agar barang jasa, para penguasa berpikiran
proses pendidikan ini berjalan sehat. bahwa pendidikan akan menjadi komoditi
Kita itu bukan suatu cawan kosong yang yang sangat besar.
melulu harus diisi oleh teori-teori yang
20
Sebenarnya ini merupakan suatu ironi, berstatus mahasiswa harus bisa
negara Indonesia dengan liberalisasi membawa polemik ini kejenjang yang
pendidikannya telah melacurkan lebih lanjut agar pendidikan disini pun
tujuannya sendiri; Mencerdaskan sehat kembali. Apa yang akan kita bahas
Kehidupan Bangsa. Pram pernah bersama dalam kesempatan kali ini
berkata, kurang lebihnya begini: “Segala sebenarnya tidak lebih sederhana dari
kekacauan yang ada di Indonesia adalah rangkaian impian dan tindakan yang
murni kesalahan Mahasiswa!”. Mengapa menuju pada satu cita-cita, yaitu
bisa? Dia beranggapan bahwa Revolusi Pendidikan. Gagasan yang
mahasiswa hari ini adalah posisi paling sebenarnya merupakan impian serta
tepat untuk menyampaikan keluhan rangkaian kerja praksis dalam
masyarakat kepada pemerintah. Namun mewujudkan cita-cita besar yang
itu semua hanya imaji liar yang bahkan meluas dari wilayah pendidikan
terombang-ambing di lautan sistem berupa masyarakat respublika
yang mengerikan. Gedung perkuliahan (merdeka 100 persen).
saja sudah menutup gerak mahasiswa,
apalagi keluar dan mengadvokasi
grassroot-nya. Yogyakarta, 2018
21
Oleh: Faisal Yongkru
Kolase di atas kertas A4
2018
22
kastil dalam semua
halusinasi
Oleh: Rafdi Joey
23
Puisi dari: Diki Juliana
24
Oleh: Rafdi Joey
Kolase di atas kertas A4
2017
25
“Enter The Void”
Oleh: Rifki Syarani Fachri
Kolase di atas kertas A4
2017
26
MAHASISWA KAMBING
OLEH: AZMY RANCU
Semua mahasiswa baru ketika yang penting adalah saya dapat uang dan
menjalani Orientasi Mahasiswa di seluruh hidup aman.
perguruan tinggi / kampus di negeri ini pasti
dengan komando dari senior-seniornya di Begitupun para mahasiswa yang
Ormawa pernah menghadapi suatu momen berteriak “Hidup Mahasiswa” dan “Hidup
ketika harus mengangkat tangan kirinya yang Rakyat” itu melakukannya karena sudah
terkepal sembari berteriak “Hidup menjadi bagian dari ritual kepatuhan yang
Mahasiswa!” dan “Hidup Rakyat!” Adakah ia sudah digariskan dari “pihak atas” atau oleh
seorang idealis? Adakah ia seorang tekanan senior-seniornya para mahasiswa
mahasiswa yang patuh? yang masuk Organisasi Kemahasiswaan baik
internal maupun eksternal dari mulai putih,
Kita tidak tahu. Mahasiswa-mahasiswa kuning, hijau, merah, dll. Hanya karena dasar
itu mungkin adalah sebuah contoh jenis ikut-ikutan, ingin kelihatan gaya, merasa lebih
manusia yang lazim hidup dalam sebuah superior, dan istimewa dari mahasiswa
sistem “pascareformasi” – sebuah sistem kebanyakan, atau yang lebih parah lagi hanya
yang sonder demokrasi, tapi juga tanpa untuk bisa belajar korupsi sedari dini juga
kediktatoran yang lazim, yaa masa itu adalah mendapatkan dede-dede gemes sebagai
saat ini. objek liur birahi di pojokan kampus, para
mahasiswa senior pejabat di jajaran Badan,
Dalam sistem itu, yang berjalan adalah Himpunan, Dewan kemahasiswaan apapun itu
kompromi-kompromi otomatis. Si mahasiswa kebanyakan hanya berpikiran oportunis
berteriak seperti itu tak dengan sendirinya, pragmatis melihat Ormawa sebagai jalan
karena yakin bahwa mahasiswa diseluruh b a t u loncatan untuk
penjuru negeri perlu bersatu ? oh tentu tidak, nantinya bisa
ia hanya melakukan itu karena terjun
mahasiswa lain juga langsung
melakukannya - seperti para pada
tim sukses Calon Kepala Daerah politik
yang memasang banner / praktis
spanduk kampanye politik m e n j u a l
menjelang Pilkada Serentak 2018, idealismenya yang
tanpa harus yakin bahwa tidak seberapa itu,
terpilihnya pemimpin baru itu akan kegiatan-kegiatan mulai dari
membawa perubahan lebih baik karena pelantikan, rapat-rapat pengurus, rapat-
27
rapat koordinasi, seminar dan rapat-rapat tersebut diiringi tepuk tangan penduduk
lainnya itu bukannya tidak perlu, aksi setempat. Dalam artian kita tidak hanya
langsung memang berdasarkan dari hasil menjadi penggagas perubahan, melainkan
rapat tapi aksi langsung bukanlah semata- menjadi objek atau pelaku dari perubahan
mata rapat yang dipraktekan intinya rakyat tersebut. Sikap kritis mahasiswa sering
butuh tindakan nyata bukan cuma wacana membuat sebuah perubahan besar dan
dibalik meja, sementara itu gerakan kalian membuat para pemimpin yang tidak
buntu tak tentu jalan tuju sangat tidak berkompeten menjadi gerah dan cemas,
berguna seperti hura-hura color run dan live namun sekarang kebanyakan mahasiswa
DJ. hanya berpikiran oportunis pragmatis “ yaa
Ditengah kondisi ekonomi yang menciut yang penting ketika saya lulus dengan nilai
mati rasa akal tergerus, skeptisme yang baik saya bisa bekerja di perusahaan
masyarakat yang mau berpikir semakin idaman dan duduk nyaman di kursi empuk
menjadi-jadi dalam memandang mahasiswa, dapat uang banyak dan hidup aman” begitu
setiap perguruan tinggi di negeri ini ibarat kurang lebih yang ada di pikiran mereka.
penjara kaca yang memenjarakan Tidak ada yang perlu dikritisi yaudah lah
mahasiswa, seolah bebas melihat realitas yaa karena ini adalah hal yang wajar bahwa
sosial namun tak mampu bergerak ke luar dan kebanyakan mahasiswa di negeri
terus berputar didalam penjara kaca “pascareformasi” ini dikuasai rasa takut
tersebut. untuk jadi-lain-dari-yang-lain, jadi
Kembali lagi ke si mahasiswa tak peduli kontroversial, nyentrik, bengal, dan tidak
apa sebenarnya makna dari kalimat “Hidup patuh. Pesan “Hidup Mahasiswa” dan “Hidup
Mahasiswa” dan “Hidup Rakyat” itu. Layaknya Rakyat” bukanlah ia tunjukan kepada para
seekor kambing Ia hanya mengembik mahasiswa dan rakyat seperti
bersama kambing lain saling bersahutan satu kedengarannya tidak seperti banner /
sama lain tanpa tau siapa yang memulai spanduk kampanye politik menjelang Pilkada
lantaran ia merasa begitulah adat hidup di Serentak yang dipasang jelas untuk
kandang kambing – hingga ia pun secara menggiring kambing-kambing pemilik hak
pelan-pelan mentrasformasikan diri menjadi suara.
kambing, idealnya seorang mahasiswa adalah Isi dari teriakan “Hidup Mahasiswa” dan
sebagai agen perubahan, mahasiswa “Hidup Rakyat” itu tak penting. Sebab, pesan
bertindak bukan ibarat pahlawan yang datang yang sebenarnya adalah kehadirannya itu
ke sebuah negeri lalu dengan gagahnya sendiri. Semacam teriakan yang mengandung
mengusir penjahat-penjahat dan dengan isyarat. Jika diterjemahkan dalam kata-kata
gagah pula sang pahlawan pergi dari daerah isyarat itu berbunyi (dalam kata-kata) : “Saya
28
mahasiswa kampus X, kuliah disini dan tahu mahasiswa untuk menyembunyikan betapa
apa yang harus saya lakukan. Saya berbuat rapuh dasar kepatuhannya. Ia bukan saja
menurut cara yang diharapkan dari diri saya takut terhadap tilikan orang lain, tetapi juga
… saya patuh dan sebab itu saya berhak untuk terhadap saat ia mawas dirinya sendiri. Ia
tidak diganggu” ingin mengenakan sesuatu yang lebih hebat
ketimbang sekedar perisai. Lebih hebat dari
Tapi mengapa isyarat harus disusun sekedar kedok. Ia ingin pakai sesuatu yang
sebagai isyarat? Mengapa teriakan itu tidak luhur, yang sebenarnya baju zirah gemerlap
berbunyi “Saya takut dan sebab itu saya taat dan itu adalah ideologi.
penuh”? karena seandainya teriakan itu
berbunyi demikian, sang mahasiswa tak akan Di depan tilikan hati nurani, ideologi
bisa bersikap acuh tak acuh pada isi berfungsi sebagai dalih. Ideologi
kalimatnya. Seandainya slogan itu berbunyi menyediakan suatu ilusi pandangan hidup,
demikian, si mahasiswa akan merasa malu bahwa sistem yang berlaku itu “selaras”
sebab ia adalah seorang manusia yang dengan tertib hidup alam semesta dan
mempunyai harga diri. manusia. Ilusi itu dipegang baik oleh yang
mendukung sistem maupun yang jadi korban
Agar rasa malu itu tak terbit, isyarat sistem itu.
pun dipilih. Juga penting: teksnya setidaknya
bisa memberi peluang bagi si mahasiswa Maka, dustalah yang menopang
untuk membela diri. Misalnya dengan permukaan yang rata dan rapi itu. Dan sistem
mengatakan, “Apa salahnya sih bila seluruh yang ditegakkan di atas permukaan itu pun
mahasiswa di Indonesia bisa bersatu padu berusaha agar justa itu tak retak sedikitpun.
Bersama rakyat?” atau “Apa salahnya Sang sistem takut ambles.
mengangkat kartu kuning pada presiden?”
Sebab, apa gerangan yang bakal terjadi
Dengan demikian slogan itu menolong si seandainya si mahasiswa berteriak pada
29
slogannya terus terang, “SAYA MAHASISWA rezim Bandara di Majalengka, dan Kulon
DAN SEBAB ITU SAYA HANYA IKUT-IKUTAN Progo, dibawah ancaman tambang di
TERIAK!” Lumajang, Sumatera Utara, Karawang, Jambi
Guncangan akan timbul. Biarpun si hingga Bangka, dibawah bedil di Urutsewu dan
mahasiswa itu kerempeng dan tak Bima, dihadapan rezim konsesni dari
berwibawa, ucapannya akan tiba-tiba Indramayu hingga Moro-moro yang bertahan
memberikan alternatif yang selama ini dari Batang hingga lereng Ciremai dan Alim
disingkirkan, sebuah alternatif yang pada Ulama di Masjid dan Pesantren-Pesantren
hakikatnya cocok dengan batin mahasiswa yang gelisah dibawah ancaman serangan
jujur idealis yang jumlahnya semakin hari di Orang Gila yang sama teror dan tidak
setiap perguruan tinggi di negeri ini bisa warasnya dengan penyerang Gereja, maka
dihitung dengan jari: batin yang tak ingin jangan pernah berpikir bahwa pasca
bohong terus menerus, tak ingin jadi kambing diundinya nomor urut calon paslon menjelang
terus-menerus. Batin yang merindukan Pilkada akan menghentikan semuanya, sama
bahwa embik harus diganti dengan sesuatu halnya dengan kampanye yang gencar
yang lebih sesuai dengan martabat manusia. mereka sebar, kekacauan terstruktur,
sistematis, dan masif ini juga baru dimulai
Di bawah permukaan rapi kehidupan dan untuk kalian para Mahasiswa yang sering
dalam sistem “pascareformasi” ini tertidur mengangkat tangan kiri dan berteriak “Hidup
lapisan hidup yang tak nampak disana Mahasiswa!” dan “Hidup Rakyat!” inilah
bersembunyi kemerdekaan juga sikap saatnya untuk keluar kandang ! ! !
terbuka untuk mengakui kebenaran dan
disanalah hidup batin orang-orang yang tak “Kalian pemuda, kalau tidak punya
berkuasa, tak berkekuatan namun tetap keberanian, sama saja dengan ternak karena
bertahan, yaa saya pribadi fungsi hidupnya hanya beternak diri!” –
mempersembahkan satu cinta untuk Pramoedya Ananta Toer
saudara-saudara kita yang terpapar wabah
Ciamis 2018
campak dan gizi buruk di Asmat juga yang
sagunya tergantikan sawit di Papua, untuk
mereka yang terhimpit tambang liar di Bone,
Sinai, hingga Gowa, Masyarakat adat, Petani
Langkat, mereka yang mempertahankan
konservasi di Teluk Benoa, hingga mereka
yang dihujani serbuan bulldozer Pemkot
Bandung di Tamansari juga bagi mereka yang
bertahan di Rembang dan Pati di hadapan
30
daftar lagu pilihan:
32
mekar
Oleh: Rizki Nopiana
Tasimalaya, 2018
33
“Dream”
Oleh: Faisal Yongkru
34
t e r i m a k a s i h
k e p a d a s e l u r u h
p e m b a c a z i n e i n i !
m o h o n m a a f a k a n
keterlambatannya.
nantikan edisi-edisi
berikutnyaaaaa sayang
35
copy and
destroy
36
zine vol. 1