Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit Gastroenteritis

1. Definisi

Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil usus

besar dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal

dengan manifestasi diare tanpa diserati muntah, serta ketidaknyamanan

abdomen. Sangat banyak definisi dari daire, tetapi pada situasi

gastroenteritis, diare merupakan suatu keadaan dengan peningkatan

frekuensi, konsistensi feses yang lebih cair, feses dengan kandungan air

lebih banyak, dan feses bisa disertai dengan arah atau lender (Muttaqin &

sari,2011).

Gastroenteritis adalah adanya inflamasi pada membran mukosa

saluran pencernaan dan ditandai dengan diare dan muntah (Chow et

al,2010).

Gastroenteritis adalah sebagai keadaan peningkatan dan perubahan

tiba-tiba frekuensi defakasi y`ang sering disebabkan oleh agens infeksius

dalam trakus GI. Secara epidemiolik biasanya gastroenteritis didefinisikan

dengan keluarnya feses lunak atau cair tiga kali atau lebih dalam satu hari.

(Depkes RI & DITJEN PPM, 2011).

Jadi dapat disimpulkan gastroenteritis adalah merupakan

peradangan atau inflamasi pada membran mukosa saluran pencernaan

8
9

pada lambung, usus kecil, usus besar dengan berbagai kondisi

patologis lainnya yang ditandai dengan diare atau kondisi dimana

seseorang BAB dengan konsistensi feses lebih cair, frekuensi lebih dari

tiga kali atau lebih dalam sehari disertai dengan darah atau lendir, muntah,

ketidaknyamanan abdomen, dan sebagainya.

2. Anatomi Fisiologi

Menurut Sodikin (2012), sistem pencernaan terdiri atas sebuah

saluran panjang yang dimulai dari mulut sampai anus (rectum).

a. Mulut

Mulut merupakan bagian pertama saluran cerna. Bagian atas

mulut dibatasi oleh palatum, sedangkan pada bagian bawah dibatasi

oleh mandibula, lidah, dan struktur lain dari dasar mulut. Bagian

lateral mulut dibatasi oleh pipi. Sementara itu, bagian depan mulut

dibatasi oleh bibir dan bagian belakang oleh lubang yang menuju

faring (Sodikin,2012).

Ronga mulut atau nama lainnya rongga bukal atau rongga oral

mempunyai beberapa fungsi yaitu menganalisis material makanan

sebelum menelan, proses mekanis dari gigi, lidah dan permukaan

palatum, lubrikasi oleh sekresi saliva, dan digesti pada beberapa

material karbohidrat dan lemak (Muttaqin & Kumala,2011).

b. Lidah

Lidah tersusun atas otot yang dilapisi, pada bagian atas dan

samping oleh membran mukosa. Lidah menempati rongga mulut dan


10

melekat secara langsung pada epiglotis dalam faring. Lidah diinervasi

oleh berbagai saraf. Bagian sensorik diinervasi oleh nervus lingualis,

yang merupakan cabang saraf kranial V (trigeminal). Nervus ini

mengineversi dua pertiga anterior lidah untuk pengecapan. Saraf

kranial VII (fasialis) meninervasi dua pertiga anterior untuk rasa

kecap. Saraf kranial IX (glosofaringeal) menginervasi seperti posterior

untuk raba dan rasa kecap. Sementara itu, inervasi motorik dilakukan

oleh saraf kranial XII (hipoglosus) (Sodikin,2012).

Fungsi utama lidah meliputi :

1) Proses mekanik dengan cara menekan, melunakan, dan membagi

material

2) Melakukan manipulasi material makanan di dalam rongga mulut

dan melakukan fungsi dalam proses menelan

3) Analisis sensori terhadap karakteristik material, suhu , dan

reseptor rasa.

4) Menyekresikan mukus dan enzim (Muttaqin & Kumala,2011).

c. Gigi

Pertumbuhan gigi merupakan proses fisiologis dan dapat

menyebabkan saliva yang berlebihan serta rasa tidak nyaman (nyeri).

Manusia mempunyai dua set gigi yang tumbuh sepanjang masa

kehidupan mereka. Set pertama adalah gigi primer (gigi susu) yang

bersifat sementara dan tumbuh melalui gusi selama tahun pertama serta

kedua kehidupan. Gigi susu berjumlah 5 buah pada setiap setengah


11

rahang (jumlah seluruhnya 20), muncul (erupsi) pada sekitar 6 bulan

sampai 2 tahun. Gigi susu berangsur tanggal pada usia 6 sampai 12-13

tahun, kemudian diganti secara bertahap oleh gigi tetap (gigi

permanen) pada orang dewasa. Set kedua atau set gigi permanen

berjumlah 8 buah pada setiap setengah rahang (jumlah seluruhnya 32)

dan mulai tumbuh pada usia sekitar 6 bulan. Pada usia 25 tahun

ditemukan semua gigi permanen, dengan kemungkinan pengecualian

dari gigi molar ketiga atau sulung (Sodikin,2012).

d. Esopagus

Esopagus adalah saluran berotot dengan panjang sekitar 25 cm dan

diameter sekitar 2 cm yang berjalan menembus diafragma untuk

menyatu dengan lambung di taut gastroesofagus. Fungsi utama dari

esofagus adalah membawa bolus makanan dan cairan menuju lambung

(Muttaqin & Kumala,2011).

Merupakan saluran otot yang membentang dari kartilago krikod

sampai kardia lambung. Esopagus dimulai di leher sebagai sambungan

faring, berjalan ke bawah leher dan toraks, kemudian melalui crus

sinistra diafragma memasuki lambung. Secara anatomis bagian depan

esophagus berbatasan dengan trachea dan kelenjar tiroid, jantung, dan

diafragma. Dibagian belakang esofagus berbatasan dengan kolomne

vertebra, sementara ditiap sisi berbatasan dengan paru-paru dan pleura.

Bagian tersempit esofagus bersatu dengan faring. Area ini mudah


12

mengalami cidera akibat instrument, seperti bougi, yang dimasukan ke

dalam esofagus (Sodikin,2012).

e. Lambung

Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang dapat mekar

paling banyak. Terletak terutama di daerah epigastrik, dan sebagian di

sebelah kiri daerah hipokondriak dan umbilikal. Lambung terdiri dari

bagian atas yaitu fundus, batang utama, dan bagian bawah yang

horizontal, yaitu antrum pilorik. Lambung berhubungan dengan

esofagus melalui orifisium atau kardia, dan dengan duodenum melalui

orisium pilorik. Lambung terletak dibawah diafragma, di depan

pankreas. Dan limpa menempal pada sebelah kiri fundus. Fungsi

utama lambung adalah makanan untuk pencernaan didalam lambung,

deudenum, dan saluran cerna dibawah, mencampur makanan dengan

sekresi lambung hingga membentuk campuran setengah cair (kimus)

dan meneruskan kimus ke deudenum (Sodikin,2012).

f. Usus Halus

Usus halus terbagi menjadi duodenum, jejenum, dan ileum.

Panjang usus halus saat lahir 300-350 cm. Jejenum terletak di antara

duodenum dan ileum. Panjang jejenum 2,4 m.panjang ileum sekitar 3,6

m. Ileum masuk sisi pada lubang ileosekal, celah oval yang di kontrol

oleh sfinker otot (Sodikin,2012).


13

g. Usus Besar

Usus besar berfungsi mengeluarkan fraksi zat yang tidak di

serap,seperti zat besi, kalium, fosfat yang ditelan,serta mensekresi

mukus,yang mempermudah perjalanan feses.Usus besar berjalan dari

katup ileosekal ke anus.Panjang usus besar bervariasi,sekitar ± 180 cm.

Usus besar di bagi menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon

transversum,kolon desensen, dan kolon sigmoid. Sekum adalah

kantong besar yang terletak pada fosa ilaika kanan. Sekum berlanjut ke

atas sebagai kolon asenden. Dibawah lubang ileosekal, apendiks

membawa ke dalam sekum (Sodikin,2012).

h. Hati

Hati merupakan kelenjar paling besar dalam tubuh dengan berat

±1300-1550 g. Hati merah coklat,sangat vascular, dan lunak.Hati

terletak pada kuadran atas kanan abdomen dan dilindungi oleh tulang

rawan kosta.Bagian tepi bawah mencapai garis tulang rawan

kosta.Tepi hati yang sehat teraba.Hati dipertahankan posisinya oleh

tekanan organ lain di dalam abdomen dan ligamentum peritoneum

(Sodikin,2012).

i. Pankreas

Merupakan organ panjang pada bagian belakang abdomen

atas,memiliki struktur yang terdiri atas kaput (didalam lengkungan

duodenum),leher pankreas,dan kauda (yang mencapai limpa). Pancreas


14

merupakan organ ganda yang terdiri atas dua tipe jaringan,yaitu

jaringan sekresi interna dan eksterna (Sodikin,2012)

j. Peritoneum

Peritoneum ialah membran serosa rangkap yang terbesar di

dalam tubuh. Peritoneum terdiri atas dua bagian utama, yaitu

peritoneum parietal, yang melapisi dinding rongga abdominal, dan

peritoneum viseral, yang meliputi semua organ yang berada di dalam

rongga itu (Pierce,2011).

Fisiologi saluran cerna terdiri atas rangkaian proses memakan

atau ingesti makanan dan skresi getah pencernaan ke dalam sistem

pencernaan. Getah pencernaan membantu pencernaan atau di gesti

makanan. Hasil pencernaan akan diabsorbsi kedalam tubuh,berupa zat

gizi.

k. Kolon dan Rektum

Kolon mempunyai panjang sekitar 90-150 cm, berjalan dari

Ileum ke rektum. Secara fisiologis kolon menyerap air, vitamin,

natrium, dan klorida, serta mengeluarkan kalium, bikarbonat, muskus,

dan menyimpan feses serta mengeluarkannya. Selain itu, kolon

merupakan tempat pencernaan karbohidrat dan protein tertentu, maka

dapat menghasilkan lingkungan yang baik bagi bakteri untuk

menghasilkan vitamin K (Muttaqin & Kumala, 2011).


15

3. Etiologi

Menurut Muttaqin (2011) dan Suriadi (2010), penyebab dari

gastroenteritis sangat beragam, antara lain sebagai berikut :

a. Faktor infeksi :

1) Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi

makanan maupun air minum (enteropathogenic, escherichia coli,

shigella, V. Cholera, dan clostridium).

2) Infeksi berbagai macam virus : enterovirus, echoviruses,

adenovirus, dan rotavirus. Penyebab diare terbanyak pada anak

adalah Rotavirus.

3) Jamur : kandida

4) Parasit (giardia clambia, amebiasis, crytosporidium dan

cyclospora)

b. Faktor non infeksi/bukan infeksi :

1) Alergi makanan, misal susu, protein

2) Gangguan metabolik atau malabsorbsi : penyakit

3) Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan

4) Obat-obatan : Antibiotik, Laksatif, Quinidine, Kolinergik, dan

Sorbital.

5) Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis

6) Emosional atau stress

7) Obstruksi usus
16

4. Patofisologi

Secara umum kondisi peradangan pada gastroentestinal disebabkan

oleh infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi

enterotoksin dan atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini

menghasilkan peningkatan sekresi cairan dan atau memproduksi absorpsi

cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi da elektrolit.

Mekanisme yan menyebabkan diare adalah gangguan ostomik, kondisi ini

berhubungan dengan asupan makanan atau zat yang sukar diserap oleh

mukosa intestinal dan akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga

usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang untuk

mengeluarkan sehingga timbul diare. Gangguan motalitas usus, terjadinya

hiperperistaltik akan menyebabkan bakteri timbul berlebihan yang

selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

Usus halus menjadi bagian absorpsi utama dan usus besar

melakukan absorpsi yang akan membuat solid dari kimponen feses,

dengan adanya gangguan dari gastroenteritis dan menyebabkan absorpsi

nutrisi dan elektrolit oleh usus halus, serta absorpsi air menjadai

terganggu. Selain itu diare juga dapat terjadi akibat masuknya

miikroorganisme hidup keadaan usus berhasil melewati rintangan asam

lambung. Mikroorganisme tersebut berkembang baik, kemudian

mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang

selanjutnya akan menimbulkan diare. Mikroorganisme memproduksi

toksin Enterotoksin yang dapat diproduksi agen bakteri (seperti E.coli) dan
17

akan memberikan efek langsung dalam peningkatan pengeluaran sekresi

air ke dalam lumen gastroentestinal.

Pada manifestasi lanjut diare dan hilangnya cairan, elektrolit

memberikan manifestasi pada keseimbangan asam basa dan gangguan

sirkulasi yaitu terjadinya gangguan keseimbangan asam basa (metabolik

asidosis). Hal ini terjadi karena kehilangan Na-mikorbonat bersama feses

(Muttaqin,2011).

5. Manisfestasi Klinis

Gambaran awal dimuali dengan bayi atau anak menjadi cengeng,

gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu maka berkurang atatu tidak

ada, kemudian timbul diare.

Pertumbuhan tanda-tanda vital seperti nadi dan respirasi cepat,

tekanan darah turun, serta denyut jantung cepat. Pada kondisi lanjut akan

didapatkan tanda dan gejala dehidrasi, meliputi : Turgor kilit menurut <3

detik, pada anak-anak ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa

kering dan disertai penurunan berat badan akut, keluar keringat dingin

(Muttaqin,2011).

6. Jenis Diare

Diare terbagi atas 3 jenis menurut muttaqin (2011) yaitu :

a. Diare Akut, yaitu yan berlangsung kurang dari 7 hari. Akibat diare aku

adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama

kematian bagi penderita diare.


18

b. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri

adalah anoreksia, penurunan berat badan secara cepat kemungkinan

terjadi komplikasi pada mukosa.

c. Diare persisten yaitu diare lebih dari 14 hari secara terus menerus.

Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan

metabolisme.

7. Komplikasi Gastroenteritis

Menurut Ngastiah (2010), komplikasi kehilangan akibat diare :

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotnik, isotonik, atau hipertonik).

- Dehidrasi ringan/sedang : rewel, gelisah, mata cekung, haus, turgor

kulit kembali lambat.

- Dehidrasi berat : letargis/tidak sadar, mata cekung, tidak bisa

minum atau malas minum, turgor kulit kembali sangat lambat ( ≥ 2

detik).

b. Renjatan hipovolemik.

c. Hipokalemia ( dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,

bradikardia, perubahan elektrokardiogram).

d. Hipoglikemia.

e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi

enzim laktase.

f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.

g. Malnutrisi eergi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau

kronik).
19

8. Pencegahan Diare

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan penyakit gastroenteritis

dapat di lakukan melalui berbagai cara salah satunya adalah dengan

pemberian vaksin rotavirus, dimana rotavirus itu sendiri sangat sering

menyebabkan penyakit ini. Selain itu hal lain yang dapat kita lakukan ialah

dengan meningkatkan kebersihan diri dengan menggunakan air bersih

ataupun melaksanakan kebiasaan mencuci tangan dan juga memperhatikan

kebersihan makanan karena makanan merupakan salah satu sumber

penularan virus yang menyebabkan gastroenteritis (WHO,2012).

9. Penatalaksanaan Gastroenteritis

a. Medik

Dasar pengobatan gastroenteritis:

1) Pemberian cairan

pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat

dehidrasi dan keadaan umum.

a) Cairan peroral

b) Cairan parenteral

2) Obat-obatan

a) Obat anti sekresi

b) Obat spasmolitik

c) Antibiotik
20

b. Keperawatan

Masalah pasien gastroenteritis yang perlu diperhatikan ialah

resiko terjadinya gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko

terjadinya komplikasi gangguan rasa nyaman, kurang pengetahuan

orang tua mengenai penyakit.

10. Konsep Dasar Tumbuh Kembang pada Bayi Usia Infant (9 Bulan)

a. Pertumbuhan

Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat

kuantitatif, yaitu bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat

sel, organ, maupun individu. Sebagai contoh, anak bertambah besar

bukan saja secara fisik, melainkan juga ukuran dan struktur organ-

organ tubuh dan otak. Otak anak semakin tumbuh terlihat dari

kapasitasnya untuk belajar lebih besar, mengingat, dan

mempergunakan akalnya semakin meningkat. Anak tumbuh baik

secara fisik maupun mental (Soetjiningsih dan ranuh, 2015).

Tinggi badan bayi usia 9 bulan untuk perempuan 8-10 cm

sedangkan untuk laki-laki 8,5-11 cm, dan berat badan bayi usia 9 bulan

untuk perempuan 70-75 kg, sedangkan untuk laki-laki 72-76 kg.

b. Perkembangan

Perkembangan bayi usia infant (9 bulan) :

1) Motorik Kasar

a) Duduk sendiri (dalam sikap bersila).


21

b) Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat

badan.

c) Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang.

2) Motorik Halus

a) Benda dapat dipindah dari satu tangan ke tangan lainnya.

b) Memungut dua benda menggunakan kedua tangan bersamaan.

c) Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup.

3) Bahasa

a) Memanggil mama,papa

4) Sosial dan Kemandirian

a) Melambaikan tangan

b) Bertepuk tangan

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pad Bayi dengan Diare

Adapun asuhan keperawatan pada klien dengan diare meliputi, sebagai

berikut :

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data berbagai

sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status klien.

a. Pengumpulan Data

1) Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, tanggal masuk rumah

sakit, no cm, diagnosa medis.


22

2) Identitas penanggung jawab

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, dan

hubungan dengan klien.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Mengutamakan masalah atau keluhan secara lengkap. Buang Air

Besar (BAB) lebih dari tiga kali sehari. BAB kurang dari empat

kali dengan konsistensi cair (diare tanpa dehidrasi). BAB 4-10 kali

dengan konsistensi (diare ringan/sedang).

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Pengembangan dan keluhan utama yang harus dikaji adalah

frekuensi BAB lebih dari 3x sehari

3) Riwayat Kesehatan dahulu

Mengenai penyakit yang dialami oleh klien dapat mempengaruhi

penyakit sekarang dan dapat memperberat/diperberat.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Mengenai keadaan anggota keluarga, apakah ada riwayat penyakit

keturunan atau tidak.

c. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

1) Riwayat Prenatal

Menanyakan apakah ibu selalu meemriksa kandungan ke petugas

kesehatan

2) Riwayat Intranatal
23

Menanyakan bagaimana proses kelahiran, melahirkan dimana

dengan panjang dan berat badan lahir berapa.

3) Riwayat Postnatal

Tanyakan setelah ibu klien nifas program KB apa yang

direncanakan

d. Imunisasi

Imunisasi yang sudah didapatkan pada usia infant adalah Hepatitis B,

BCG, dan DPT.

e. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

1) Riwayat Pertumbuhan

Dilakukan pemeriksaan lingkar kepala, lingkar dada, panjang

badan, berat, dan lingkar lengan atas.

2) Riwayat Perkembangan

Biasanya dilakukan pemeriksaan perkembangan menggunakan

KPSP link 9

f. Pemeriksan Fisik

Pemeriksaan Fisik yang dilakukan secara persitem, yaitu:

1) Status penampilan kesehatan

2) Tingkat kesadaran kesehatan : kesehatan composmentis, letargi,

stupor, apatis, koma, tergantung penyebaran penyebab.

3) Tanda-tanda Vital

Pada klien dengan diare biasanya terdapat peningkat suhu tubuh,

denyut nadi serta peningkatan respirasi.


24

4) Sistem Pernafasan

Sistem pernafasan akan mengalami perubahan apabila terjadi

perubahan akut terhadap kondisi elektrolit. Bila terjadi asidosis

metabolik, pasien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan

dalam (Kusmaul). Respirasi normal 30-60x/menit (Wahidiyat &

Sastroasmoro, 2014).

5) Sistem kardiovaskuler dan hematologi

Respons akut akibat kehilangan cairan tubuh akan mempengaruhi

volume darah. Akibat turunnya volume darah, maka curah jantung

pun menurun sehingga tekanan darah, denyut nadi cepat dan

lemah, serta pasien mempunyai risiko timbulnya tanda dan gejala

syok.

6) Sistem Neurologis

Pada pasien dengan dehidrasi berat akan menyebabkan penurunan

perfusi srebral dengan manifestasi sakit kepala, perasaan lesu ,

gangguan emntal seperti halusinasi dan delirium.

7) Sistem Genitourinarius

Pada kondisi dehidrasi berat akan didapatkan penurunan urine

output. Semakin berat kondisi dehidrasi, maka akan didapatkan

kondisi oliguria sampai anuria, dan pasien mempunyai risiko untuk

mengalami gagal ginjal akut.

g. Pola Manajemen Kesehatan

1) Riwayat Psikososial
25

Biasanya terjadi reaksi cemas akibat hospitalisasi karena bayi

menghadapi lingkungan baru.

2) Orang Tua

Biasanya orang tua mengalami kecemasan karena anaknya dirawat.

h. Pola Aktivitas

Dalam pemeriksaan pola eliminasi BAB pada klien biasanya lebih dari

4x dalam sehari. Terjadi gangguan pola istirahat tidur karena bayi

sering terbangun akibat diare.

i. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan tinja

2) Feses Kultur : Bakteri, virus, parasit candid.

3) Serum eletrolit : Hiponatremi, Hipertermi, Hipokalemi.

4) AGD ; Asidosis metabolik (ph menurun, pO2 meningkat, pc02

meningkat, HC03 menurut).

j. Terapi Obat

Prinsip dari terapi diare adalah penggantian cairan infusan adalah

bagian dari pengobatan diare.

2. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan nmengaitkan data dam

mengubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang

relevan untuk kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan

perawatan klien (Efendi,2013).

Tabel 2.4
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
26

1 Data : Invasi virus dan bakteri ke Diare


- Bising usus saluran gastroentestonal,
hiperaktif toksisitas makanan, keracunan
- Defekasi feses cair makanan dan minuman
>3 kali. menyebabkan invasi pada
- Nyeri abdomen mukosa, memproduksi
- Kram enterotoksin, dan atau
- Adanya dorongan memproduksi siototoksin
untuk defekasi sehingga terjadi gastroenteritis
setelah itu terjadi peningkatan
motalitas usus yang
menyebabkan gangguan
absorpsi nutrisi dan cairan
oleh mukosa intestinal
sehingga timbul diare
2 Data : Invasi virus dan bakteri ke Ketidakseimbangan
- Penurunan turgor saluran gastrointestinal, cairan dan elektrolit
kulit toksisitas makanan, keracunan
- Membran mukosa makanan dan invasi pada
kering mukosa, memproduksi
- Kulit kering enterotoksin, dan atau
- Peningkatan memproduksi sitotoksin
hematokrit sehingga terjadi gastroenteritis
- Penurunan berat lalu masuknya nutrisi namun
badan nutrisi tidak dapat di absorpsi
Kelemahan sehingga peningkatan osmotik
lalu sekresi air ke lumen
intestinal menyebabkan diare
yang menimbulkan
peningkatan sekresi cairan dan
elektrolit sehingga terjadi
ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit
3. Data : Invasi virus dan bakteri ke Resiko Syok
- Tanda-tanda vital saluran gstroentestinal, (hipovolemik)
abnormal, turgor toksisitas makanan, keracunan
kulit kembali sangat makanan dan minuman
lambat > 2 detik menyebabkan invasi pada
- Penurunan mukosa, memproduksi
kesadaran enterotoksin, dan atau
- Hasil laboratorium : memproduksi sitotoksin
nilai eketrolit sehingga terjadi gastroenteritis
menurun lalu masuknya nutrisi namun
Nutrisi tidak dapat di absorpsi
sehingga peningkatan asam
organik dan peningkatan
osmotik lalu sekresi air ke
lumen intestinal menyebakan
diare yang menimbulkan
peningkatan sekresi cairan dan
elektrolit sehingga terjadi
ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit yang menimbulkan
resiko Syok(hipovolemik)
27

4. Data : Invasi virus dan bakteri ke Keidakseimbangan


- Penurunan berat saluran gastroentestinal, nutrisi kurang dari
badan toksisitas makanan, keracunan kebutuhan
- Kram abdomen makanan dan minuman
- Berat badan 20% meyebabkan invasi pada
atau lebih di bawah mukosa, memproduksi
rentan berat badan sitotoksin sehingga terjadi
ideal gastroenteritis dan terjadi
- Diare gangguan gastroentestinal
- Bissing usus ditandai dengan mual, muntah,
hiperaktif kembung, anoreksia sehingga
asupan nutrisi tidak adekuat
yang menyebabkan
ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan

5. Data : Invasi virus dan bakteri ke Hipertermi


- Peningkatan suhu saluran gastroentestinal,
tubuh toksisitas makanan, keracunan
- Kulit kemerahan makanan dan minuman
- Gelisah menyebabkan invasi pada
- Kejang mukosa, memproduksi
- Kulit terasa hangat enteroktotosin, dan atau
memproduksi sitotoksin
sehingga terjadi
gastroentestinal yang
menimbulkan respon sistemik
sehingga terjadi peningkatan
suhu tubuh yang ditandai
dengan hipertemi
6. Data : Gastroenteritis menyebabkan Kerusakan integritas
- Kemerahan terjadinya peningkatan kulit
- Kerusakan lapisan motalitas usus yang
kulit dermis menyebankan gangguan
- Gangguan absorpsi nutrisi dan cairan
permukaan kulit oleh mukosa intestinal lalu
epidermis timbul diare sehingga pasase
feses yang cair yang
menimbulkann kerusakan
integritas kulit anus
7. Data : Gastroenteritis menimbulkan Kurang pengetahuan
- Pertanyaan tentang respons psikologis terhadap
penyakit misinterpetasi perawatan dan
- Meminta informasi pelaksaan pengobatan
tentang penyakit dan sehingga seseorang yang
perawatan kurang akan pemenuhan
- Pernyataan salah informasi dan ketidaktahuan
konsep karena kurangnya
pengetahuan dapat
menimbulkan respon yang
berlebih.
(Sumber : Muttaqin & Sari 2011, Doenges 2015 dan Nanda 2018)
3. Diagnosa Keperawatan
28

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respon manusia terhadap kesehatan proses/kehidupan atau kerentanan

terhadap respon tersebut dari seorang individu, keluarga, kelompok, dan

komunitas (Nanda,2018).

Diagnosa yang mungkin timbul adalah :

a. Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi di usus

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan penurunan intake makanan

c. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan kehilangan cairan dan

elektrolit

d. Hipertermi berhubungan dengan respon inflamasi sistemik

e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan eksresi/BAB sering

f. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi.

(Sumber : Nanda, 2018)

4. Perencanaan

a. Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi diusus

1) Tujuan :

BAB normal

2) Kriteria hasil :

a) Feses berbentuk

b) Frekuensi BAB normal

c) Tidak mengalami diare


29

3) Rencana tindakan dan Rasional

Tabel 2.5
Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
a. Observasi dan catat frekuensi a. Membantu membedakan penyakit
defekasi, karakteristik dan individu dan mengkaji beratnya
faktor pencetus episode.
b. Auskultasi abdomen untuk b. Bising usus berada tinggi, cepat,
mengetahui bising usus nyaring, atau bergerincing sekali
sering kali menyertai diare.
c. Observasi anak yang memiliki c. Anak membutuhkan terapi darurat
mata cekung, mukosa mulut atau segera untuk mengatasi
kering dan bibir pucat dehidrasi jika tanda tersebut muncul
dan anak tidak memperoleh asupan
cairan.
d. Pantau asupan yang masuk d. Memberikan estimasi cairan.
e. Beri obat instruksi e. Untuk mengatasi atau membatasi
diare sesuai indikasi yang
bergantung pada penyebab. Diare
mencakup penggunaan anti-diare,
anti-infeksi.
(Doenges,2015)

b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

kehilangan cairan aktif

1) Tujuan

Keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi

2) Kriteria hasil

a) Tanda-tanda vital dibatas normal

b) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas kulit baik, membran

mukosa lembab

c) Rencana tindakan dan rasional

Tabel 2.6
Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
a. observasi tanda-tanda dehidrasi a. Pengakajian tanda-tanda yang dapat
dikenali oleh klien/kerabat. pada
status hemoragi akut yang
mengancam jiwa, kulit yang dingin,
pucat, yang mengindikasi
30

mekanisme kompensasi tubuh


terhadap hipovolemia berat.
b. Anjurkan ibu untuk b. Untuk mencegah dehidrasi dan
memberikan ASI/PASI perpindahan elektrolit.
sesering mungkin
c. Monitor tanda-tanda vital c. Untuk menentukan tingkat defisit
intavaskular dan kebutuhan
penggantian cairan.
d. Beri obat sesuai intruksi d. Untuk menghentikan atau
membatasi kehilangan cairan.
(Doenges,2015)

c. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan kehilangan cairan dan

elektrolit

1) Tujuan

Tidak terjadi syok hipovolemik

2) Kriteria hasil

a) Tidak ada tanda-tanda syok

b) Tanda-tanda vital batas normal

c) Kesadaran optimal

3) Rencana tindakan dan rasional

Tabel 2.7
Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
a. Kaji riwayat atau adanya a. Kondisi ini menurunkan volume
kondisi yang menyebabkan ke darah yang bersirkulasi dan
syok hipovolemik seperti diare kemampuan mempertahankan
yang lama perfusi dari fungsi organ
b. Kaji tanda-tanda vital dan b. Untuk perubahan yang berkaitan
perfusi jaringan serta organ dengan kondisi syok
c. Beri cairan, elektrolit, koloid, c. Untuk menyimpan secara cepat dan
darah atau produksi darah, mempertahankan volume sirkulasi,
sesuai indikasi keseimbangan elektrolit da
mencegah kondisi syok yang
berhubungan dengan dehidrasi dan
hopovolemia
(Doenges,2015)

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan penurunan intake makanan


31

1) Tujuan

Kebutuhan nutrisi terpenuhi

2) Kriteria hasil

a) Klien mau minum ASI ibunya

b) BAB mengalami penurunan

c) Klien tidak lemah

3) Rencana tindakan dan rasional

Tabel 2.8
Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
a. Timbang berat badan setiap a. Dengan menimbang berat badan
hari setiap hari maka akan diketahui
apakah ada kanaikan /penurunan BB
b. Anjurkan ibu untuk b. Dalam memberikan makanan dalam
memberikan makanan porsi kecil tapi sering diharapkan
nutrisi dapat terpenuhi
c. Anjurkan ibu untuk c. Dengan memberikan ASI
memberikan ASInya sesering diharapkan kebutuhan nutrisi dapat
mungkin terpenuhi
d. Kolaborasi untuk memberikan d. Untuk mengganti cairan yang
cairan parenteral nutrisi keluar, dan kebutuhan nutrisi tubuh
terpenuhi.
(Doenges,2015)

e. Hipertermi berhubungan dengan respon inflamasi sistemik

1) Tujuan

Penurunan suhu tubuh

2) Kriteria hasil

a) Suhu tubuh normal

b) tidak mengalami komplikasi, seperti kerusakan otak atau

kerusakan neurologis ireversibel dan gagal ginjal akut

c) tidak mengalami aktivitas kejang

3) Rencana tindakan dan rasional


32

Tabel 2.9
Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
a. Observasi tanda-tanda vital, a. Untuk mengetahui keadaan tubuh
nadi, respirasi, dan suhu anak
b. Berikan kompres hangat b. Dengan memberikan kompres
hangat pori-pori akan membuka dan
mempercepat penguapan
c. Pantau intake dan output c. Mengetahui pemasukan dan
pengeluaran
d. Jelaskan menggunakan pakaian d. Pakaian yang longgar akan
yang longgar mempermudah penguapan dan
menyerap keringat
(Doenges,2015)

f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan eksresi/BAB sering

1) Tujuan

Kulit mengalami pemulihan

2) Kriteria hasil

a) Tidak ada tanda-tanada kemerahan

b) Tidak ada luka/lesi pada kulit

3) Rencana tindakan dan rasional

Tabel 2.10
Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
a. Anjurkan bersihan kulit setelah a. Untuk mempertahankan pH
BAB kulit dan flora kulit normal serta
membatasi kemungkinan
infeksi.
b. Tangani klien dengan lembut b. Epidermis bayi dan anak yang
sangat muda tergolong tipis dan
kedalam subkutannya kurang
yang akan berkembang seiring
pertambahan usia.
c. Anjurkan menggunakan c. Untuk mencegah iritasi kulit
pakaian dari bahan yang tidak
mengiritasi
d. Beri perawatan kulit d. Untuk meminimalkan kontak
dengan iritan
(Doenges,2015)

g. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi
33

1) Tujuan

Keluarga mengetahui apa yang di informasikan

2) Kriteria hasil

Keluarga menyatakan pemahaman tentang kondisi atau proses

penyakit dan terapi, memulai gaya hidup yang diperlukan serta

berpartisipasi dalam program terapi

3) Rencana tindakan dan rasional

Tabel 2.11
Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
a. Kaji pengetahuan orang tua a. Untuk menentukan rencana
selanjutnya
b. Beri pendidikan kesehatan b. Dapat menambah pengetahuan dan
tentang diare wawasan ibu tentang penyakit
khususnya diare
c. Tanyakan kembali tentang c. Untuk mengetahui apakah ibu sudah
penjelasan tentang diare paham dan mengerti tentang
penjelasan diare
(Doenges,2015)

5. Impelementasi

Pelaksaan adalah inisiatif dan rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor

masalah kesehatan klien (Nursalam,2013).

6. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa, rencana tindakan

berhasil dicapai (Nursalam,2013).


34

Anda mungkin juga menyukai