TINJAUAN TEORITIS
adalah suatu kedaan dimana bagian usus masuk melalui sebuah lubang
(buah zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum
menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal
masuk ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah
dari cincin inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus,
menonjolnya suatu organ atau struktur organ masuk melalui sebuah lubang
8
9
a. Anatomi
Gambar 2.1
Anatomi Hernia Inguinalis Lateralis
Sumber : Sujono,2015
Gambar 2.2
Anatomi Penompang Lintang Tubuh
membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra
yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat dapat mencegah terjadinya
Jong: 2010).
11
b. Fisiologi
proses ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak
kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun lebih dahulu, maka
kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan (Mansjoer,
2010).
3. Klasifikasi
di klasifikasikan menjadi :
a. Berdasarkan terjadinya
b. Berdasarkan Sifatnya
c. Berdasarkan isinya
jaringan lemak.
d. Berdasarkan Letaknya
keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu anulus dan kanalis
4. Etiologi
pada usia lanjut akibat perubahan struktur fisik dari dinding rongga.
akibat dari kehamilan atau kegemukan, batuk yang kuat, bersin yang kuat,
tekanan intra abdominen yang tinggi seperti atlet angka besi, balap sepeda
resiko terjadi hernia. Bila dua faktor ini terjadi bersamaan, maka individu
14
inguinalis, frekuensinya pada jenis kelamin laki-laki lebih tinggi dari pada
Rute yang di jalani hernia sama seperti pada saat testis bermigrasi dari
rongga perut ke skrotum, struktur anatomis dari kanal inguinal pada pria
a. Kongenital
dilahirkan.
b. Akuisital
1) Kelemahan abdomen
15
(Haryono,Rudi, 2012).
5. Manifestasi Klinis
beban berat, dan menghilang saat istirahat atau berbaring. Pada bayi dan
diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu, anak-anak bayi terlihat
keadaan simetris pada isi lipatan paha, skrotum, atau labia pada posisi
dilakukan pada saat ada benjolan hernia, diraba konsistensinya dan dicoba
dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak-anak, kadang cincin
hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis yang melebar. Pada hernia
kanalis inguinalis dan tidak menonjol keluar. Pada bayi dan anak-anak
maupun mengejan. Dalam hal ini perlu dilakukan palpasi tali sperma
dengan membandingkan yang kiri dan yang kanan (Sjamsuhidajat & Wim
de Jong :2010).
6. Komplikasi
dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia
inguinalis lateralis. Pada hernia ireponibel ini dapat terjadi ketika isi hernia
terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstra peritineum atau
benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cicin hernia sehingga
obtruksi usus sederhana. Bila cicin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih
kaku seperti pada hernia temporalis dan hernia obturatoria lebih sering
bendungan vena sehingga terjadi edema organ atau struktur didalam hernia
terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan terisi
transudant berupa cairan serosanginus. Kalau isi hernia terdiri dari usus,
fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Akibat
inkarserata dapat terjadi apabila isi kantong hernia tidak dapat kembali lagi
kembung, konstipasi, dan terlihat adanya batas udara air pada saat poto
7. Patofisiologi
pada fetus pada bulan ke-8 kehamilan, desensus testis melalui kanal
peritoneum. Pada bayi yang baru lahir umunya prosesus ini telah
mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut, namun dalam beberapa hal sering kali kanalis ini tidak menutup
karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan
lebih sering terbuka, bila kanalis kiri terbuka maka yang kanan juga
Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup namun karena merupakan
kemudian hernia masuk ke dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup
atau spinal sehingga akan mempengaruhi system saraf pusat (SSP) yang
berakibat pada mual dan muntah, sehingga beresiko terjadi spirasi yang
kehilangan darah dan kehilangan cairan yang tidak terasa melalui paru-
paru dan kulit. Insisi bedah mengakibatkan pertahanan primer tubuh tidak
19
adekuat (kulit rusak, trauma jaringan, penurunan kerja silia, statis cairan
Bagan 2.1
Pathway Hernia
herniasi
Masuk ke kanal inguinal
Gangguan suplai darah keusus yang masuk kedalam kanal inguinal
Nyeri hebat
Mempengaruhi Penurunan
Peningkatan
syaraf Port de entri peristaltic usus
metabolisme
diskontinuitas
Nyeri akut
Resiko infeksi Kebutuhan nutrisi konstipasi
meningkat
Gangguan Pola Tidur Intoleransi
Aktivitas
8. Pemeriksaan Penunjang
21
lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi berdiri atau berbaring , pasien
usus/obstruksi usus.
9. Penatalaksanaan
dua macam:
a. Konservatif
1) Reposisi
anak.
2) Suntikan
3) Serbuk Hernia
b. Operatif
1) Hernia Reponibilis
2) Hernia Irreponibilis
3) Hernia Strangulasi
4) Hernia Inkarserata
23
1) Herniotomy
2) Herniporaphy
tuberculum pubicum).
3) Hernioplasty
menjadi 2 yaitu :
Michele Benc.
1. Pengertian
adalah :
a. Indikasi
1) Hernia Reponibel
2) Hernia Irreponible
3) Hernia Inkarserata
4) Hernia Strangulata
b. Kontra Indikasi
kelainan paru.
3. Komplikasi
a. Pendarahan
c. Cedera usus
(Bedahusu, 2010 ).
benda. Jaga balutan luka operasi tetap kering dan bersih, mengganti
balutan steril setiap hari pada hari ke tiga setelah operasi kalau perlu.
tinggi serat dan masukan cairan yang adekuat (Amin & Kusuma, 2015).
Nyeri timbul hampir pada post op, nyeri terjadi karena adanya
nyeri.
26
lemah, pusing, akral teraba dingin, CRT tidak kembali dalam 2 detik
(Doengoes, 2012).
c. Gangguan Aktivitas
e. Integritas Kulit
h. Defisiensi Pengetahuan
1. Pengkajian
yang telah diberikan dengan berfokus pada klien, berorientasi pada tujuan
2013).
28
dalam praktik keperawatan. Hal ini dapat disebut sebagai suatu pendekatan
merupakan dasar untuk tindakan dan keputusan yang diambil pada tahap –
a. Pengumpulan Data
bantuan kepada klien tetap sesuai yang dibutuhkan oleh klien. Data
yang diperoleh langsung dari klien, orang terdekat, catatan klien, hasil
1) Identitas klien
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
pembedahan).
PQRST :
T : Time, apakah nyeri secara khas terus menerus, cepat hilang dan
(Haryono,2012).
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum :
a) Sistem Pernapasan
b) Sistem Kardiovaskular
c) Sistem Pencernaan
konstipasi pada awal post operasi dan penurunan bising usus. Akan
operasi.
d) Sistem Perkemihan
urine, hal ini terjadi karena adanya pembatasan intake oral selama
e) Sistem Genitalia
f) Sistem Muskuloskeletal
g) System Integumen
h) System Persyarafan
e) Sistem Pengindraan
f) Sistem Endokrin
d. Data Psikologis
operasi.
1) Nutrisi
nutrisi.
2) Eliminasi
3) Istirahat Tidur
4) Personal Hygiene
2. Analisa Data
konsep, teori dan kenyataan yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
Tabel 2.1
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
3. Diagnosa Keperawatan
(Nursalam, 2013).
fisik.
anoreksia.
jaringan.
4. Perencanaan Keperawatan
(Nursalam, 2013).
dan dibau)
ilmiah)
d. Dokumentasi
Tabel 2.2
Rencana Tindakan Keperawatan Nyeri Akut
Intervensi Rasional
operasi.
Kriteria hasil :
Tabel 2.3
Rencana Tindakan Keperawatan Kekurangan Volume Cairan
Intervensi Rasional
kelemahan fisik.
Kriteria :
Tabel 2.4
Rencana Tindakan Keperawatan Intoleransi Aktivitas
Intervensi Rasional
Tabel 2.5
Rencana Tindakan Keperawatan Gangguan Pola Tidur
Intervensi Rasional
operasi herniotomy.
Kriteria :
Tabel 2.6
Rencana Tindakan Keperawatan Kerusakan Integritas Kulit
Intervensi Rasional
Anoreksia
Tabel 2.7
Rencana Tindakan Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang
dari Kebutuhan
Intervensi Rasional
Kriteria : Suhu normal, leukosit normal, luka kering, dan tidak ada
Tabel 2.8
Rencana Tindakan Keperawatan Resiko Infeksi
Intervensi Rasional
Menginterpretasikan Informasi
Tabel 2.9
Rencana Tindakan Keperawatan Defisiensi Pengetahuan
Intervensi Rasional
5. Pelaksanaan
6. Evaluasi
tujuan tercapai. Evaluasi dilakukan secara terus menerus pada respon klien
sebagai berikut :
pengamatan formatif
2013).