Efloresensi kulit adalah perubahan kulit yang dapat dilihatdengan mata telanjang. Efloresensi kulit dapat berubah pada waktu berlangsungnya penyakit. Proses tersebut dapat merupakan akibat yang lazim dalam perjalanan proses patologik. Menurut Prakken (1996) yang disebut efloresensi (ruam) primer adalah: makula, papul, plak, urtika, nodus, nodulus, vesikel, bula, pustul, dan kista. Sedangkan yang dianggap sebagai efloresensi sekunder adalah skuama, krusta, erosi, ulkus, dan sikatriks. a. Makula: kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna semata-mata. Contoh: melanoderma, leukoderma, eritema, purpura, petekie, ekimosis. b. Urtika: edema setempat yang timbul mendadak dan hilang perlahan-lahan. c. Vesikel: gelembung berisi cairan serum (jernih), ukuran diameter kurang dari 0,5 cm, mempunyai dasar dan atap, vesikel berisi darah disebut vesikel hemoragik. d. Pustul: vesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap di bagian bawah vesikel disebut vesikel hipopion. e. Bula: vesikel yang berukuran lebih besar. Dikenal juga istilah bula hemoragik, bula purulen, dan bula hipopion. f. Kista: ruangan berdinding dan berisi cairan, sel, maupun sisa sel. Kista terbentuk bukan akibat peradangan, walaupun demikian dapat meradang. Dinding kista merupakan selaput yang terdiri atas jaringan ikat, dan biasanya terdiri atas lapisan epitel atau endotel. g. Papul: penonjolan di atas permukaan kulit, sirkumskrip, berdiameter lebih kecil dari 0,5 cm dan berisikan zat padat. Letak papul dapat epidermis atau dermis. h. Nodus: masa padat sirkumskrip, infiltrat terletak di kutis atau subkutis, diameter lebih dari 1 cm, dapat menonjol. Jika diameternya lebih kecil daripada 1 cm disebut nodulus. i. Plak (plaque): peninggian di atas permukaan kulit, permukaannya datar dan berisi zat padat, diameternya 2 cm atau lebih. j. Skuama: lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama disebut halus (pitiriasis) akan tampak bila dilakukan kerokan atau peregangan kulit umumnya mirip taburan tepung atau bedak, sedangkan skuama kasar bila langsung dapat dilihat dengan mata biasa. Skuama dapat berwarna putih atau coklat kehitaman, kering atau berminyak. k. Krusta: cairan tubuh yang mengering di atas kulit. Dapat bercampur dengan jaringan nekrotik, maupun benda asing (kotoran, obat, dan sebagainya). Warnanya ada beberapa macam: kuning muda berasal dari serum, kuning kehijauan berasal dari pus, dan kehitaman berasal dari darah. l. Erosi: kelainan kulit yang disebabkan kehilangan jaringan yang tidak melampaui startum basal. Contoh bila kulit digaruk sampai stratum spinosum akan keluar cairan serosa dari bekas garukan. m. Ekskoriasi: bila garukan lebih dalam lagi sehingga tergores sampai ujung papilla dermis, maka akan terlihat darah yang keluar selain serum. n. Ulkus: hilangnya jaringan yang lebih dalam dari ekskoriasi. Ulkus dengan demikian mempunyai tepi, dinding, dasar dan isi. o. Sikatriks: disebut juga jaringan parut terdiri atas jaringan tak utuh, relief kulit tidak normal, permukaan kulit licin dan tidak terdapat adneksa kulit. Sikatriks dapat atrofik, kulit mencekung, dan dapat hipertrofik yang secara klinis terlihat menonjol kelebihan jaringan ikat.
Sumber : Menaldi, S,L., Bramono, K., Indriatmi, W. 2015. “Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin”. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.