DISUSUN OLEH
P00312017151
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah saya haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan
rapi.
Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar……………………………………………………………..2
Daftar isi…………………………………………………………………….3
Pembahasan
A. Desa siaga…………………………………………………………...4
B. Polindes (Pondok bersalin desa)……………………………………7
C. Posyandu………………………………………………………….....9
D. Kelas ibu hamil……………………………………………………..10
E. Kelas postpartum…………………………………………………...11
F. Kelas ibu balita……………………………………………………..15
G. 4pk………………………………………………………………….16
H. Jamkesmas………………………………………………………….19
I. Jampersal…………………………………………………………...19
J. MTBS………………………………………………………………20
Daftar pustaka…………………………………………………………….21
PEMBAHASAN
A. Desa siaga
1. Pengertian
Desa siaga merupakan strategi baru pembangunan kesehatan. Desa siaga lahir
sebagai respon pemerintah terhadap masalah kesehatan di Indonesia yang tak
kunjung selesai.
Desa siaga merupakan salah satu bentuk reorientasi pelayanan kesehatan dari
sebelumnya bersifat sentralistik dan top down menjadi lebih partisipatif dan
bottom up. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 564/MENKES/SK/VI II/2006, tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengembangan Desa siaga, desa siaga merupakan desa yang penduduknya
memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah
dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan secara mandiri. Desa siaga adalah suatu konsep peran serta dan
pemberdayaan masyarakat di tingkat desa, disertai dengan pengembangan
kesiagaan dan kesiapan masyarakat untuk memelihara kesehatannya secara
mandiri.
Suatu desa dikatakan menjadi desa siaga apabila memenuhi kriteria berikut
(Depkes, 2006) :
3. Kegiatan pokok
a) Surveilans dan pemetaan : Setiap ada masalah kesehatan di rumah
tangga akan dicatat dalam kartu sehat keluarga. Selanjutnya,
semua informasi tersebut akan direkapitulasi dalam sebuah peta
desa (spasial) dan peta tersebut dipaparkan di poskesdes.
a) Perencanaan partisipatif: Perencanaan partisipatif di laksanakan melal ui
survei mawas diri (SMD) dan musyawarah masyarakat desa (MMD). Melalui
SMD, desa siaga menentukan prioritas masalah. Selanjutnya, melalui MMD,
desa siaga menentukan target dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
mencapai target tersebut. Selanjutnya melakukan penyusunan anggaran.
b) Mobilisasi sumber daya masyarakat : Melalui forum desa siaga, masyarakat
dihimbau memberikan kontribusi dana sesuai dengan kemampuannya. Dana
yang terkumpul bisa dipergunakan sebagai tambahan biaya operasional
poskesdes. Desa siaga juga bisa mengembangkan kegiatan peningkatan
pendapatan, misalnya dengan koperasi desa. Mobilisasi sumber daya
masyarakat sangat penting agar desa siaga berkelanjutan (sustainable).
c) Kegiatan khusus: Desa siaga dapat mengembangkan kegiatan khusus yang
efektif mengatasi masalah kesehatan yang diprioritaskan. Dasar penentuan
kegiatan tersebut adalah pedoman standar yang sudah ada untuk program
tertentu, seperti malaria, TBC dan lain-lain. Dalam mengembangkan kegiatan
khusus ini, pengurus desa siaga dibantu oleh fasilitator dan pihak puskesmas.
d) Monitoring kinerja : Monitoring menggunakan peta rumah tangga sebagai
bagian dari surveilans rutin. Setiap rumah tangga akan diberi Kartu Kesehatan
Keluarga untuk diisi sesuai dengan keadaan dalam keluarga tersebut.
Kemudian pengurus desa siaga atau kader secara berkala mengumpulkan data
dari Kartu Kesehatan Keluarga untuk dimasukkan dalam peta desa.
e) Manajemen keuangan: Desa siaga akan mendapat dana hibah (block grant)
setiap tahun dari DHS-2 guna mendukung kegiatannya. Besarnya sesuai
dengan proposal yang diajukan dan proposal tersebut sebelumnya sudah
direview oleh Dewan Kesehatan Desa, kepala desa, fasilitator dan Puskesmas.
Untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas, penggunaan dana tersebut
harus dicatat dan dilaporkan sesuai dengan pedoman yang ada.
B. Polindes (Pondok bersalin desa)
1. Pengertian
Pondok bersalin Desa (POLINDES) adalah salah satu bentuk peran serta
masyarakat dalam menyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan
kesehatan ibu dan anak termasuk KB didesa (Depkes RI, 1999) polindes dirintis
dan dikelola oleh pamong desa setempat.
2. Tujuan dan kriteria
a. terwujudnya masyarakat sehat yang diaga terhadap permasalahan
kesehatan diwilayah desanya
b. terselenggaranya promosi kesehatan dalam rangka menuingkatkan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
c. terselenggarakannya pengamatan, pencatatan dan pelaporan dalam rangka
meningkatkan keawspadaan dan kesigapan masyarakat terhadap resiko dan
bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, terutama penyakit
menular yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) serta
faktor-faktor resikonya
d. tersedianya upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya dibidang kesehatan
e. terselenggaranya pelayanan kesehatan dasr yang dilaksanakan oleh
masyarakat dan tenaga professional kesehatan
f. terkoordinasinya penyelenggaraan UKBM lainnya yang ada didesa.
C. Posyandu
1. Pengertian
o Meja I : Pendaftaran
o Meja II : Penimbangan
o Meja III : Pengisian KMS
o Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS
o Meja V : Pelayanan kesehatan berupa:
Imunisasi
Pemberian vitamin A dosis tinggi.
Pembagian pil KB atau kondom.
Pengobatan ringan.
Konsultasi KB.
Petugas pada meja I dan IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan meja V
merupakan meja pelayanan medis..
2. Tujuan
Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan
ba!i ibu hamil dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai
kehamilan,perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi
baru lahir,mitos,penyakit menular dan akte kelahiran.Setiap ibu hamil diwajibkan
memiliki buku KIA, karena di buku ini terdapat beberapa informasi tentang
kehamilan. Akan tetapi, tidak semua informasi penting termuat di buku KIA.
Untuk itu, dibentuklah program Kelas Ibu Hamil.
2. Tujuan
a. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang kehamilan,
perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan.
b. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang perawatan
kehamilan.
c. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang persalinan.
d. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang perawatan
nifas.
e. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang KB pasca
salin.
f. Meningkatkan pemahaman, sikap dan prilaku ibu hamil tentang perawatan
bayi baru lahir.
g. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang mitos/
keprcayaan/ adat istiadat setempat yang berkaitan dengan kesehatan ibu hamil
dan anak.
h. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang penyakit
menular (IMS, informasi dasar HIV-AIDS dan pencegahan dan penanganan
malaria pada ibu hamil)
i. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang akte
kelahiran.
3. Kegiatan
senam ibu hamil, latihan pernafasan pada persalinan dan cara menyusui bayi juga
diberikan minat ibu-ibu hamil agar datang mengikuti Kelas Ibu Hamil.
E. Kelas postpartum
1. Pengertian
Di dalam melaksanakan asuhan pada ibu post partum di komunitas salah
satunya adalah dalam bentuk kelompok. Ibu post partum dikelompokkan dengan
mempertimbangkan jarak antara satu orang ibu post partum dengan ibu post
partum lainnya.
2. Tujuan
a. Kunjungan 1 (6-8 jam setelah persalinan)
Adapun tujuan dari dilakukan kunjungan tersebut ialah :
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
3) Pemberi ASI awal : bidan mendorong pasien untuk memberikan ASI
secara ekslusif, cara menyusui yag baik, mencegah nyeri puting dan
4) perawatan puting (Meilani, 2009: 54)
5) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
6) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika
perdarahan berlanjut.
7) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan
ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau
sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil .
8) Perdarahan : bidan mengkaji warna dan banyaknya/ jumlah yang
semestinya, adakah tanda-tanda perdarahan yang berlebihan, yaitu
nadi cepat dan suhu naik, uterus tidak keras dan TFU menaik.
9) Involusi uterus : bidan mengkaji involusi uterus dan beri penjelasan ke
pasien mengenai involusi uterus.
10) Pembahasan tentang kelahiran, kaji perasaan ibu.
11) Bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin antara ibu dan
bayi (keluarga), pentingnya sentuhan fisik, komunikasi dan
rangsangan.
12) Bidan memberikan penyuluhan tentang tanda-tanda bahaya baik bagi
ibu maupun bayi dan rencana menghadai kegawat daruratan (Meilani,
2009: 54).
b. Kunjungan 2 (6 hari setelah persalinan)
Tujuan dari dilakukannya kunjungan yang kedua yaitu :
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbikalis, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada
bau.
2) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
3) Memberikan konseling pada ibu mengenai seluruh asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari .
4) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
5) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
(Ambarwati, 2010).
6) Diet : makanan seimbang, banyak mengandung protein, serat dan air
sebanyak 8-10 gelas per hari untuk mencegah konstipasi kebutuhan
kalori untuk laktasi, zat besi, vitamin A.
7) Kebersihan/ perawatan diri sendiri, terutama putting susu dan
perineum.
8) Senam kegel serta senam perut yang ringan tergantung pada kondisi
ibu.
9) Kebutuhan akan istirahat : cukup tidur.
10) Bidan mengkaji adanya tanda-tanda post partum blues.
11) Keluarga berencana melanjutkan hubungan seksual setelah selesai
masa nifas.
12) Tanda-tanda bahaya : kapan dan bagaimana menghubungi bidan jika
ada tanda-tanda bahaya,
13) Perjanjian untuk pertemuan berikutnya (Meilani, 2009: 54).
c. Kunjungan 3 ( 2-4 minggu setelah persalinan)
Tujuan daripada kunjungan yang ketiga yaitu :
1) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
(Ambarwati, 2010).
2) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
3) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit
4) Memberikan konseling pada ibu mengenai seluruh asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari .
5) Gizi : zat besi/ folat, makanan yang bergizi
6) Menentukan dan menyediakan metode dan alat KB
7) Senam : rencana senam lebih kuat dan menyeluruh setelah otot
abdomen kembali normal
8) Keterampilan membesarkan dan membina anak
9) Rencana untuk asuhan selanjutnya bagi ibu
10) Rencana untuk chek-up bayi serta imunisasi (Meilani, 2009: 54-55).
d. Kunjungan 4 (4-6 minggu setelah persalinan)
Tujuan dari kunjungan ke empat yaitu :
1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau ibu
hadapi
2) Tali pusat harus tetap kencang
3) Perhatikan kondisi umum bayi (Ambarwati, 2009: 88).
4) Memberikan konseling mengenai imunisasi, senam nifas serta KB
secara dini .
3. Kegiatan
Kelas ibu balita adalah kelas dimana para ibu mempunyai anak berusia antara
0 sampai 5 tahun secara bersama-sama berdiskusi , tukar pendapat, tukar
pengalaman akan pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi
pertumbuhan dan perkembangannya dibimbing oleh fasilitator dengan
menggunakan buku KIA.
2. Tujuan
3. Kegiatan
a. PERSIAPAN
1) Pertemuan persiapan
2) Pengkajian kebutuhan dasar
3) Merancang penyelenggaraan: Pelatihan bagi pelatih (TOT), Pelatihan
bagi fasilitator, dan Pendekatan pada tokoh agama dan tokoh
masyarakat
b. PELAKSANAAN KELAS IBU BALITA
1) Indentifikasi sasaran
2) Mempersiapkan tempat dan sarana belajar
3) Mempersiapkan materi
4) Mengundang ibu yang mempunyai anak yang berusia antara 0-5 tahun
5) Mempersiapkan tim fasilitator dan narasumber
6) Menyusun rencana anggaran
7) Menyelenggarakan kelas ibu balita
8) Monitoring dan evaluasi
JARAK PERTEMUAN
–Kelompok A (usia 0-1 th) 2x pertemuan dengan jarak pertemuan 1-3 bulan
–Kelompok B (usia 1-2 th) 2x pertemuan dengan jarak 3-6 bulan
–Kelompok C (usia 2-5 th) 2x pertemuan dengan jarak 6 bulan-1 tahun
Pindah ke kelompok berikutnya sesuai dengan usia balita
Jarak pertemuan kelas ibu balita dapat disesuaikan dengan
kesepakatan masing-masing wilayah.
G. 4pk
1. Pengertian
I. Jampersal
1. Pengertian
Jampersal merupakan kependekan dari Jaminan Persalinan, artinya jaminan
pembiayaan yang digunakan untuk pemeriksaan kehamilan, pertolongan
persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan
pelayanan bayi baru lahir yang pembiayaannya dijamin oleh Pemerintah.
2. Tujuan
Umum
Meningkatnya akses terhadap pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi
baru lahir dan KB pasca persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang kompeten dan berwenang di fasilitas kesehatan dalam rangka
menurunkan AKI dan AKB.
Khusus
o Meningkatnya cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,
dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan yang kompeten
o Meningkatnya cakupan pelayanan.
- Bayi baru lahir
- Keluarga Berencana Pasca Persalinan
- Penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir,
KB pasca persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten
o Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif,
transparan, dan akuntabel.
J. MTBS
1. Pengertian
Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS ) adalah suatu ppendekatan yang
terpadu yang tata pelaksanaanya dilakukan pada balita sakit dengan fasilat rawat
jalan dengan pengetahuan pelayanan kesehatan.
MTBS mencakup berbagai upaya yang berkaitan erat dengan penyembuhan
penyakit pada bayi berupa pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga,
malnutrisi, serta upaya peningkatan pelayanan kesehatan, pencegahan penyakit
seperti imunisasi, pemberian vit K, Vit A dan konseling pemberian ASI atau
makan.
2. Tujuan
a. Meningkatkan keterampilan petugas
b. Menilai, mengklasifikasi dan mengetahui resiko dari penyakit yang timbul
c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan dirumah
d. Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam pelayanan balita sakit
e. Memperbaiki sistem kesehatan
3. Kegiatan
a. Melakukan pelayanan kesehatan terhadap balita usia 2-60 bula
b. Melaksanakana tugas asuhan keperawatanb.
c. Berkolaborasi dengan dokter dalam pelayanan pengobatan pasienc.
d. Bertanggung jawab atas kebersihan dan penataan ruangd.
e. Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pengamanan alat medis dan non
medis diruangane.
f. Membantu kegiatan lintas programf.
g. Melaksanakan kegiatan Puskesmas diluar gedungg.
h. Membantu kepala puskesmas dalam membuat perencanaan kegiatanh.
i. Membantu kepala puskesmas dalam membuat laporan kegiatan.
j. Bertanggung jawab atas program yang diemban.
Daftar pustaka
https://idtesis.com/manajemen-terpadu-balita-sakit-mtbs-untuk/
http://www.jamsosindonesia.com/prasjsn/jamkesmas/jampersal
https://id.scribd.com/document/357261365/TUGAS-POKOK-DAN-FUNGSI-
PELAKSANA-PROGRAM-MTBS-docx
https://id.scribd.com/document/325762166/Tupoksi-1-Pelaksana-Mtbs