BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Istilah “etika” berasal dari bahasa Yunani, “Ethos” yang artinya tempat tinggal yang biasa,
padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir. Secara
etimologis, etika berarti ilmu tentang segala sesuatu yang biasa dilakukan atau ilmu tentang
adat kebiasaan. Dalam arti ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara
hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini
dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Dalam artian ini, etika sama
maknanya dengan moral. Etika dalam arti yang luas ialah ilmu yang membahas tentang
kriteria baik dan buruk (Bertens, 1997: 4--6). Etika pada umumnya dimengerti sebagai
pemikiran filosofis mengenai segala sesuatu yang dianggap baik atau buruk dalam perilaku
manusia. Keseluruhan perilaku manusia dengan norma dan prinsip-prinsip yang mengaturnya
itu kerap kali disebut moralitas atau etika (Sastrapratedja, 2002: 81).
1.2. RUMUSAN MASALAH
a. Pengertian Pancasila sebagai Sistem Etika.
b. Dinamika Pancasila sebagai Sistem Etika.
c. Tantangan Pancasila sebagai Sistem Etika.
d. Pancasila dan Ideologi Nasional.
1.3. TUJUAN MAKALAH
a. Untuk mengetahui apa itu pancasila sebagai sistem etika.
b. Untuk mengetahui dinamika pancasila sebagai sistem etika.
c. Untuk mengetahui tantangan pancasila sebagai sistem etika.
d. Untuk mengetahui pancasila dan ideologi Nasional.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Soegito, dkk. (2003) mengemukakan bahwa pokok-pokok pikiran yang berlaku
dikemukakan mengenai ideologi adalah sebagai berikut :
1. Bahwa ideologi merupakan sistem pemikiran yang erat kaitannya dengan perilaku manusia.
Kecuali itu, ideologi merupakan serangkaian pemikiran yang berkaitan dengan tertib sosial
dan politik yang ada dan berupaya untuk mengubah atau mempertahankan tertib sosial dan
politik yang bersangkutan.
2. Bahwa ideologi, di samping mengemukakan program juga menyertakan strategi guna
merealisasikannya.
3. Bahwa ideologi dapat dipandang sebagai serangkaian pemikiran yang dapat mempersatukan
manusia, kelompok, atau masyarakat, yang selanjutnya diaraha\kan pada terwujudnya
partisipasi secara efektif dalam kehidupan sosial politik.
4. Bahwa yang bisa mengubah suatu pemikiran menjadi ideologi adalah fungsi pemikiran itu
dalam berbagai lembaga politik dan kemasyarakatan.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa ideologi adalah suatu sistem nilai sekaligus
kebulatan ajaran yang memberikan motivasi yang mengandung konsep dasar tentang
kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa. Keampuhan ideologi bergantung pada
rangkaian nilai yang dikandungnya yang dapat memenuhi dan menjamin segala aspirasi
dalam kehidupan manusia. Dengan demikian, ideologi memiliki sifat futuristik, dalam artian,
ideologi merupakan suatu konsep yang mendalam mengenai kehidupan yang dicita-citakan
serta yang ingin diperjuangkan dalam kehidupan nyata.
Menurut beberapa ahli politik serta pengertian menurut beberapa kamus, ideologi mempunyai
beberapa pengertian sebagai berikut :
1. Menurut Soerjanto Poespowardojo, Ideologi adalah prinsip untuk mendasari tingkah laku
seseorang atau suatu bangsa dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan.
2. Menurut Sumarno, Ideologi adalah kesatuan gagasan fundamental dan sistematis yang
menyeluruh tentang kehidupan manusia.
3. Menurut Krech, Crutchfield, dan Ballachey Ideologi adalah doktrin-doktrin pemikiran atau
cara berpikir seseorang atau lainnya.
4. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Ideologi adalah himpunan nilai, ide, norma,
kepercayaan, dan keyakinan yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang yang menjadi
dasar dalam menentukan sikap terhadap kejadian dan problem politik yang dihadapinya dan
yang menentukan tingkah laku politik.
5. Menurut The Advanced Learner’s Dictionary Ideologi adaah suatu sistem pemikiran yang
telah dirumuskan untuk teori politik dan ekonomi.
6. Menurut Webster New Collegiate Ideologi adalah cara hidup atau tingkah laku atau hasil
pemikiran yang menunjukkan sifat-sifat tertentu pada seorang individu atau suatu kelas atau
pola pemikiran mengenai pengembagan pergerakan atau kebudayaan
7. Menurut Koento Wibisono, bila diteliti dengan cermat terdapat kesamaan dari semua unsur
ideologi. Kesamaan-kesamaan tersebut adalah, pertama, Keyakinan, berarti dalam setiap
ideologi selalu memuat gagasan-gagasan vital dan konsep-konsep dasar menggambarkan
seperangkat keyakinan. Seperangkat keyakinan tersebut diorientaskan pada tingkah laku atau
perbuatan manusia sebagai subjek pendukungnya untuk mencapai suatu tujuan yang dicita-
citakan. Kedua, Mitos, berarti setiap ideologi selalu memitoskan seuatu ajaran secara
optimistik-deterministik. Artinya, mengajarkan bagaimana ideologi pasti akan
dicapai. Ketiga, Loyalitasm berarti dalam setiap ideologi selalu menuntut adanya loyalitas
serta keterlibatan optimal dari pendukungnya.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Perlunya Pancasila sebagai sistem etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara bertujuan untuk :
a. Memberikan landasan etik moral bagi seluruh komponen bangsa dan menjalankan kehidupan
kebangsaan dalam berbagai aspek.
b. Menentukan pokok-pokok etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
c. Menjadi kerangka acuan dalam mengevaluasi pelaksaan nilai-nilai etika dan moral dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
B. Saran-saran
Menyadari bahwa kami masih jauh dari kata sempurna, untuk ke depannya kami
sebagai penulis akan berusaha untuk membuat makalah dengan lebih baik lagi. Demikianlah
makalah ini kami buat, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca sekalian.
Kami mohon maaf jika ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang
jelas, kurang dimengerti dan lugas. Dan kami juga mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca sekalian demi kesempurnaan makalah ini
Referensi
Amran, Ali. 2016. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
http://fitriaisahanggraeni.blogspot.co.id/2017/09/urgensi-pancasila-sebagai-etika-bangsa.html