Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan masyarakat umum semakin terampil dan lebih mempunyai

pengaruh tentang peralatan kesehatan serta peningkatan kesehatan, keadaan ini di

pengaruhi oleh siaran TV, surat kabar dan media komunikasi lainnya, sehingga

masyarakat menjadi sadar akan kesehatan dan mulai mempunyai keyakinan besar

bahwa kesehatan, pelayanan kesehatan merupakan hak dasar dan bukan sekedar

fasilitas umum orang tertentu saja.

Untuk mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya perlu di upayakan

tenaga kesehatan yang profesional dan memiliki kemampuan ilmu, keterampilan

dan kepribadian yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan dan tuntutan

masyarakat selama ini.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak membawa

perubahan bagi kesejahteraan umat manusia termasuk ilmu pengetahuan dan

teknologi di bidang kesehatan meskipun dapat teratasi secara tuntas. Pesatnya

perkembangan IPTEK dalam dunia kesehatan saat ini merupakan sebuah media

yang terus-menerus digarap dalam dunia IPTEK kesehatan dunia serta praktek

dalam penanganan pasien pada berbagai kasus.

1
Dalam Rencana Pembangunan Nasional Jangka Panjang (RPJP) 2005-

2025 disebutkan bahwa pembangunan sumber daya manusia diarahkan untuk

terwujudnya manusia Indonesia yang sehat, cerdas, produktif dan masyarakat

yang semakin sejahtera (Bappenas 2005). Melalui Program Indonesia Sehat 2010,

gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai adalah

masyarakat yang antara lain hidup dalam lingkungan yang sehat dan

mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat (Depkes 2003). Lingkungan yang

sehat termasuk di dalamnya bebas dari wabah penyakit menular.

Sejalan dengan hal salah satunya adalah penanggulangan DBD.

Indonesia dalam peta wabah demam berdarah dengue ada di posisi yang

memprihatinkan. Dalam jumlah angka kesakitan (morbidity rate) dan kematian

(mortality rate) demam berdarah dengue di kawasan Asia Tenggara, selama

kurun waktu 1985-2004, Indonesia berada di urutan kedua terbesar setelah

Thailand (WHO 2004). Selama tahun 1985-2004, di Indonesia tercatat angka

penderita demam berdarah dengue terendah 10.362 pada tahun 1989 dan tertinggi

72.133 orang pada tahun 1998, dengan angka kematian terendah 422 orang pada

tahun 1999 dan tertinggi 1.527 pada tahun 1988.

Pada tanggal 6 Juni 2005, tercatat jumlah penderita demam berdarah

dengue di seluruh Indonesia selama bulan Januari-Mei 2005 sejumlah 28.330

orang dengan jumlah kematian 330 orang (Subdirektorat Arbovirosis Ditjen

P2M&PL 2005).

2
Dalam upaya pengendalian wabah demam berdarah dengue,

dibandingkan negara lainnya di Asia Tenggara, Indonesia termasuk salah satu

negara yang masih mengalami masalah. Indonesia memang sangat jauh tertinggal

bila dibandingkan Singapura, yang sejak awal dekade 1980an dapat dikatakan

telah berhasil memberantas wabah penyakit demam berdarah dengue (Bang &

Tonn 1993), (Ooi 2001).

Seperti dikemukakan dalam Laporan Kesehatan WHO Tahun 2002, di

setiap negara, pemerintahnya dapat memegang peranan signifikan dalam

mengurangi risiko kesehatan dan mempromosikan hidup sehat. Pemerintah dapat

mendorong upaya kesehatan masyarakat melalui kebijakan dan perundang-

undangan (WHO 2002).

Kajian ini ingin melihat bagaimana kebijakan pemerintah Indonesia

dalam pemberantasan penyakit menular, khususnya pada pemberantasan wabah

penyakit demam berdarah dengue, dalam mencegah dan menanggulangi Kejadian

Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue. Kajian spesifik tentang kebijakan

pencegahan dan penanggulangan demam berdarah dengue ini diharapkan dapat

memberi sumbangan kepada kajian kebijakan pemberantasan wabah penyakit

secara umum yang telah diberlakukan di Indonesia.

3
B. Ruang Lingkup Bahasan

Ruang lingkup bahasan yang akan di bahas yaitu mencakup pelaksanaan

asuhan keperawatan pada klien TN. H dengan Gangguan Sistem Hematologi

“DBD” yang dilaksanakan selama 3 hari yaitu pada tanggal 15 s/d 17 April 2009

di ruang Melati RSUD Kabupaten Konawe.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui lebih jelas tentang DBD dan penerapan proses

keperawatan secara profesional tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada

pasien “DBD”.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian status kesehatan pada klien

Tn.H dengan kasus DBD.

b. Mahasiswa mampu menentukan masalah keperawatan berdasarkan

pengkajian yang dilakukan.

c. Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan keperawatan berdasarkan

diagnosa yang di tegakkan pada pasien.

d. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan

rencana keperawatan yang telah disusun.

e. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

4
f. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan secar

sistematis dan berkesinambungan.

g. Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan praktek keterampilan klinik

keperawatan (PKK) II di RSUD Kabupaten Konawe.

D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bab I : Pendahuluan, terdiri atas latar belakang, ruang lingkup bahasan, tjuan

penulisan dan sistematika penulisan.

2. Bab II : Tinjauan teoritis terdiri dari :

 Konsep dasar medik meliputi ; pengertian, etiologi, patofisiologi,

manifestasi klinis, klasifikasi klinis, pemeriksaan diagnostik, diagnosis

dan penatalaksanaan.

 Konsep dasar keperawatan meliputi ; pengkajian, diagnostik keperawatan,

perencanaan, implementasi dan evaluasi.

3. Bab III : Tinjauan kasus terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi.

4. Bab IV : Pembahasan.

5. Bab V : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR MEDIS

1. Pengertian

Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan

oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam

tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty (Christantie

Efendy,1995 ).

Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat

pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri

sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong

Arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes

Aegypty (betina) (Seoparman , 1990).

DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh Aedes Aegypty dan

beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya

dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).

Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang

disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty

(Seoparman, 1996).

6
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh

virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh

penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty yang terdapat pada anak dan

orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang

disertai ruam atau tanpa ruam.

2. Etiologi

a. Virus dengue sejenis arbovirus.

b. Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif,

Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia

ke II, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina

tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termoragil,

sensitif terhadap in aktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabil

pada suhu 70 oC. Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di

Indonesia dengan serotif ke 3 merupakan serotif yang paling banyak.

3. Patofisiologi

Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes

aegypty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah

kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system

komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida

yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat

7
sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan

menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.

Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan

menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor

penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran

gastrointestinal pada DHF.

Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya

permeabilitas dinding pembuluh darah , menurunnya volume plasma ,

terjadinya hipotensi , trombositopenia dan diathesis hemorrhagic , renjatan

terjadi secara akut.

Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma

melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien

mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan,

acidosis metabolic dan kematian.

4. Tanda dan gejala

a. Demam tinggi selama 5 – 7 hari

b. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.

c. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis,

hematoma.

8
d. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.

e. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.

f. Pembengkakan sekitar mata.

g. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.

h. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah

menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan

lemah).

5. Komplikasi

Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :

a. Perdarahan luas.

b. Shock atau renjatan.

c. Effuse pleura

d. Penurunan kesadaran.

6. Klasifikasi

a. Derajat I :

Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket

positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.

b. Derajat II :

Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan

di bawah kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.

9
c. Derajat III :

Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi

kegagalan system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi

dengan kulit yang lembab, dingin dan penderita gelisah.

d. Derajat IV :

Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan

manifestasi renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi

tak teraba.

7. Pemeriksaan penunjang

a. Darah

Trombosit menurun.

HB meningkat lebih 20 %

HT meningkat lebih 20 %

Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3

Protein darah rendah

Ureum PH bisa meningkat

NA dan CL rendah

b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).

Rontgen thorax : Efusi pleura.

Uji test tourniket (+)

10
8. Penatalaksanaan

a. Tirah baring

b. Pemberian makanan lunak .

c. Pemberian cairan melalui infus.

Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate

merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan ,

mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28

mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.

d. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik,

e. Anti konvulsi jika terjadi kejang

f. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).

g. Monitor adanya tanda-tanda renjatan

h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut

i. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.

11
B. KOSEP DASAR KEPERAWATAN

I. Pengkajian

AKTIVITAS / ISTIRAHAT

Gejala : Malaise, kelemahan, demam tinggi 5-7 hari.

SIRKULASI

Gejala : Kegagalan sirkulasi, (nadi cepat dan lemah, hipotensi < 20

mmHg, kulit dingin lembab)

Fenomena perdarahan renjatan, bradikardia, gejala

perdarahan (petekie, purpura, hematemesis, ekinosis,

melena dan epistaksis)

ELIMINASI

Gejala : Kesulitan BAB (konstipasi), diare.

MAKANAN / CAIRAN

Gejalal : Anorexia, mual / muntah.

Tanda : Penurunan BB

Penurunan haluaran konsentrasi urine.

NEUROSENSORI

Gejala : Sakit kepala, nyei otot dan tulang, sendi bengkak, injeksi

konjungtiva, lakrimasi dan fotofobia.

Pusing, pingsan.

Tanda : Gelisah, ketakutan.

12
NYERI / KENYAMANAN

Gejala : Nyeri punggung, tulang, persendian dan kepala,

splenomegali, hepaomegali dan nyeri tekan tanpa ikterus,

urtikaria /pruritus umum, ruam dan gatal pada kulit, nyeri

ulu hati.

PERNAPASAN

Tanda : Takipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan, infeksi

baru.

Suhu umumnya meningkat (38oC atau lebih) tetapi mungkin

normal pada lansia atau mengganggu pasien, kadang

subnormal dibawah 37oC, menggigil.

PENYULUHAN / PEMBELAJARAN

Gejala : Masalah kesehatan kronis / melemahkan, misalnnya hati,

ginjal, sakit jantung, kanker, DM, kecanduan alkohol.

Riwayat hepatomegali, splenomegali, penggunaan

antibiotik.

II. Diagnosa Keperawatan

a. Deficit volume cairan dan elektrolit b/d peningkatan permeabilitas

kapiler.

b. Syok hipovolemik b/d perdarahan.

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual/muntah.

d. Hipertermi b/d proses infeksi virus dengue.

13
e. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit b/d kurang

informasi.

III.Perencanaan

a. Deficit volume cairan dan elektrolit b/d peningkatan permeabilitas

kapiler.

Tujuan : Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi dengan kriteria

hasil : volume cairan tubuh kembali normal.

Intervensi :

- Kaji KU dan kondisi pasien

- Observasi tanda-tanda vital ( S,N,RR )

- Observasi tanda-tanda dehidrasi

- Observasi tetesan infus dan lokasi penusukan jarum infus

- Balance cairan (input dan out put cairan)

- Beri pasien dan anjurkan keluarga pasien untuk memberi minum

banyak

- Anjurkan keluarga pasien untuk mengganti pakaian pasien yang basah

oleh keringat.

b. Syok hipovolemik b/d perdarahan.

Tujuan : Shock hipovolemik dapat teratasi dengan kriteria hasil : volume

cairan tubuh kembali normal, kesadaran compos mentis.

Intervensi :

14
- Observasi tingkat kesadaran klien

- Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR).

- Observasi out put dan input cairan (balance cairan)

- Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi

- kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi cairan.

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual/muntah.

Tujuan : Gangguan pemenuhan nutrisi teratasi dengan kriteria hasil :

intake nutrisi klien meningkat

Intervensi :

- Kaji intake nutrisi klien dan perubahan yang terjadi

- Timbang berat badan klien tiap hari

- Berikan klien makan dalam keadaan hangat dan dengan porsi sedikit

tapi sering

- Beri minum air hangat bila klien mengeluh mual

- Lakukan pemeriksaan fisik Abdomen (auskultasi, perkusi, dan

palpasi).

- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi anti emetik.

- Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet.

d. Hipertermi b/d proses infeksi virus dengue.

Tujuan : Hipertermi dapat teratasi dengan kriteria hasil : suhu tubuh

kembali normal

15
Intervensi :

- Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh

- Berikan kompres dingin (air biasa) pada daerah dahi dan ketiak

- Ganti pakaian yang telah basah oleh keringat

- Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap

keringat seperti terbuat dari katun.

- Anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak kurang lebih

1500 – 2000 cc per hari

- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi, obat penurun

panas.

e. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit b/d kurang

informasi.

Tujuan : Pengetahuan keluarga tentang proses penyakit meningkat dengan

kriteria hasil : klien mengerti tentang proses penyakit DHF

Intervensi :

- Kaji tingkat pendidikan klien.

- Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit DHF

- Jelaskan pada keluarga klien tentang proses penyakit DHF melalui

Pendidikan kesehatan (HE).

16
- Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya yang belum dimengerti

atau diketahuinya.

- Libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien.

IV. Implementasi

Tujuan dari pelaksanaan ini adalah membantu klien dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi

kesehatan.

Implementasi keperawatan pada kasus DBD secara umum adalah :

1. Perawatan segera diajukan langsung terhadap kelangsungan hidup klien.

2. Pendidikan kesehatan berupa :

a. Melakukan pencegahan timbulnya penyakit DBD dengan

menggunakan prinsip 3 M.

b. Pertahankan sanitasi lingkungan rumah, terutama selam musim hujan.

3. Penyembuhan dan pemulihan yang sempurna.

V. Evaluasi.

Evaluasi adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu

perlakuan atau tindakan keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini

meliputi evaluasi formatif / evaluasi proses yang dilihat dari setiap selesai

melakukan implementasi yang dibuat setiap hari sedangkan evaluasi sumatif /

evaluasi hasil dibuat sesuai dengan tujuan yang dibuat mengacu pada kriteria

hasil yang diharapkan. Hal yang di evaluasi :

17
a. Intake dan output kembali normal / seimbang.

b. Shock hopovolemik teratasi.

c. Pemenuhan nutrisi yang adekuat.

d. Suhu tubuh dalam batas normal.

e. Pengetahuan keluarga bertambah.

Pencatatan evaluasi dapat dilakukan dalam bentuk SOAP, yaitu :

S (Subyektif) : Ungkapan / keluhan-keluhan pasien.

O (Obyektif) : Data-data yang diperoleh dengan menggunakan indra

(dilihat, didengar, dihidu, dan dirasa oleh

pemeriksa/perawat).

A (Analysis) : Analisis dan interpretasi dari data subyektif dan obyektif.

Analisa ini mencerminkan cara berfikir kritis dari perawat.

P (Planning) : Rencana untuk mangatasi masalah yang dicatat pada S, O

dan A.

18
19
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

I. Identitas Diri Klien

Nama : Tn. H
TTL : Sanggona, 11 Desember 1993
Umur : 16 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Sanggona
Status perkawinan : Belum kawin
Agama : Islam
Suku : Tolaki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
No. RM : 00.16.47
Tgl masuk RS : 14 April 2009
Sumber informasi : Klien dan keluarga klien
Keluarga terdekat yang
dapat dihubungi : Ny. N
Pendidikan : Diploma 2
Pekerjaan : PNS
Alamat : Desa Sanggona
II. Status Kesehatan Saat Ini

1. Alasan masuk RS : klien datang ke RS dibawah oleh keluarganya melalui

UGD RSUD Kabupaten Konawe dengan keluhan demam, pusing dan mual-

mual, kadang muntah-muntah.

20
Keluhan utama : saat dilakukan pengkajian klien mengatakan anaknya

demam sejak 3 hari yang lalu. Keluhan yang menyertai sampai saat ini klien

masih sering muntah, kurang nafsu makan, menggigil.

2. Faktor pencetus : tidak diketahui

3. Lamanya keluhan : sejak 3 hari yang lalu.

4. Timbulnya keluhan secara mendadak.

5. Faktor yang memperberat : pada saat klien beraktivitas.

6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan :

Sendiri : klien beristirahat

Orang lain : ibu klien memberi obat penurun panas (paracetamol) dan

kompres dahi.

III. Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Klien tidak pernah memiliki riwayat penyakit yang sama dan klien belum

pernah dirawat di RS sebelumnya, tidak ada riwayat alergi dan imunisasi klien

lengkap.

1. Pola Nutrisi

Sebelum sakit makanan yang disukai klien nasi, ikan dan ayam, makanan

yang tidak disukai tidak ada, makanan pantangan tidak ada.

Selama sakit klien kurang nafsu makan, klien mengatakan sering mual dan

muntah. Porsi makan ½ dari porsi yang disajikan.

21
2. Kebutuhan Cairan

- Sebelum sakit frekuensi minum 5-7 gelas perhari, jenis minuman air

putih.

- Selama sakit frekuensi minum klien berkurang 3-4 gelas perhari.

3. Pola Eliminasi

a. BAB

- Sebelum sakit frekuensi BAB 2 kali sehari, waktu pagi dan malam,

konsistensi feces lunak berampas.

- Selama sakit klien BAB dengan frekuensi 1 kali sehari waktu pagi

hari.

b. BAK

- Sebelum sakit frekuensi BAK 5 kali sehari perhari, warna kuning

muda, bau amoniak.

- Selama sakit frekuensi BAK 3-4 kali sehari .

4. Pola Tidur dan Istirahat

- Sebelum sakit klien tidur 7-8 jam sehari, waktu tidur malam pukul 22.00-

06.00 WITA dan pada siang hari waktu tidur pukul 14.00-15.00 WITA.

Kebiasaan pengantar tidur dengar musik, tidak ada gangguan tidur.

- Selama sakit tidur klien tidak teratur (insomnia intermitten), waktu tidur

malam 23.00-05.00 WITA. Kesulitan saat tidur klin mudah terbangun.

5. Pola Aktivitas dan Latihan

22
Sebelum sakit kegiatan yang dilakukan klien dirumah yaitu membantu

orang tua. Jenis olahraga yang disukai klien sepak bola lamanya 1 jam,

waktu sore hari. Kegiatan diwaktu luang nonton TV.

Selama sakit klien tidak dapat beraktivitas, klien mengeluh lemah.

IV. Riwayat Keluarga

(Genogram 3 Generasi)

X X X X
52

49 48 46 43 X 37 47 44 38 36 3
63 4
E E

18 16 12

Keterangan :
: Laki-laki : Suami istri
: Perempuan
: Klien : Generasi / keturunan
X : Laki-laki meninggal

X : Perempuan : Tinggal serumah

Pada generasi I dan ke II tidak ada yang pernah menderita demam

beradarah dengue.

23
Pada generasi ke III anak kedua (klien) pernah menderita demam

beradarah dengue.

Dalam keluarga tidak ada yang pernah menderita penyakit menular DBD,

malaria, penyakit jantung, paru, DM, dan ginjal. Tidak ada riwayat

penyakit keturunan.

V. Riwayat Lingkungan

1. Kebersihan rumah klien dijaga.

2. Polusi disekitar dipengaruhi oleh asap kendaraan karena lokasi rumah klien

dekat dengan jalan raya.

VI. Aspek Psikososial

1. Persepsi Sendiri

Hal yang amat di pikirkan klien saat ini adalah ingin lekas sembuh dari

penyakitnya, klien berharap sembuh setelah menjalani perawaatan dan

pengobatan, perubahan yang dirasakan klien selama sakit klien merasa kurang

mampu beraktivitas seperti sebelum sakit.

2. Suasana hati : klien merasa cemas

Rentang perhatian : baik dan klien fokus pada pembicaraan.

3. Hubungan komunikasi

Pembicaraan klien jelas, relevan, mampu mengekspresaikan perasaan dan

mampu mengerti pembicaraan orang lain.

Bahasa utama yang digunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah Tolaki.

Klien tinggal bersama keluarga (orang tua, kakak dan adiknya).

24
Adat istiadat yang dianut klien yaitu adat tolaki.

Pengambilan keputusan dilakukan oleh ayah klien sebagai kepala keluarga.

Pola komunikasi dan interaksi baik.

4. Pertahanan Koping

Pengmbilan keputusan dilakukan oleh klien sendiri. Yang dilakukan klien jika

menghadapi masalah atau stress klien berdiskusi dengan keluarga, dan yang

dilakukan perawat agar klien aman dan nyaman yaitu menghibur klien serta

mengajak klien untuk berinteraksi mengungkapkan permasalahannya.

5. Sistem Nilai Kepercayaan

Sumber kekuatan klien adalah agama islam sebagai agama yang klien anut.

Kegiatan keagamaan yang sering dilakukan shalat 5 waktu dirumah, kegiatan

yang dilakukan selama dirawat tidak ada.

VII. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : sedang

2. Kesadaran : Kompos Mentis

3. Tanda-tanda vital :

TD = 100/70 mmHg. P = 24 x/m.

N = 86 x/menit. S = 39 oC

4. Antropomerti :

TB = 157 cm

BB = 49 kg.

25
5. Head To Toe

 Kepala

Inspeksi : Bentuk kepala Mesochepal

Rambut ikal

Klien mengeluh pusing

Klien nampak berkeringat

Tidak ada ketombe pada kepala.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada kepala.

Tidak ada benjolan atau pembengkakan pada kepala.

 Mata

Inspeksi : Ukuran pupil normal, isokor antara kedua mata.

Kelopak mata agak cekung

Reaksi terhadap cahaya pupil miosis.

Akomodasi kedua mata baik.

Konjungtiva tampak anemis.

Palpasi : Tidak ada pembengkakan pada kelopak mata.

Tidak ada peningkatan TIO

 Hidung

Inspeksi : Tidak ada reaksi alergi

Struktur hidung simetris kiri dan kanan.

Palpasi : Tidak ada tanda-tanda sinusitis dan polip hidung.

26
 Mulut dan Tenggorokan

Inspeksi : Gigi geligi lengkap 32 buah.

Mukosa bibir nampak kering.

Tidak ada gangguan bicara.

Tidak ada kesulitan menelan.

Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

Teraba adanya vena jugularis 1 cm.

 Pernapasan

Inspeksi : Bentuk dada barel chess.

Struktur simetris kiri dan kanan.

Pola napas efektif.

Irama pernapasan teratur.

Palpasi : Frekuensi pernapasan 24 x/m.

Tidak benjolan, atau kelainan pada dada.

Fremitus suara normal.

Perkusi : Bunyi paru sonor.

Auskultasi : Bunyi napas vesikuler diseluruh lapangan paru.

 Abdomen

Inspeksi : Bentuk abdomen normal.

Tidak ada pembengkakan pada abdomen atau tanda kolik.

Keadaan abdomen bersih.

27
Auskultasi : Peristaltik usus 12 x/m.

Perkusi : Tidak ada massa

Tidak ada bunyi udara dan cairan.

Palpasi : Tidak ada massa.

Tidak ada nyeri tekan abdomen terutam pada hepar, lien,

ginjal.

Test turgor kulit buruk.

 Ekstremitas

1) Kekuatan otot bernilai 4 karena klien mengalami kelemahan.

2) Jari-jari lengkap tidak ada gejala kontraktur.

a) Siku : persendian tidak ada kontraktur, ROM dilakukan secara

aktif (fleksi dan ekstensi)

b) Bahu : bentuk simetris kiri dan kanan.

c) ROM dapat dilakukan secara fleksi dan ekstensi.

d) Lutut : ROM dapat dilakukan secara aktif baik fleksi maupun

ekstensi, rotasi interna dan eksternal.

e) Kaki : ROM dapat menggunakan persendian secara aktif baik

fleksi maupun ekstensi.

28
VIII. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium ( 14 April 2009 )

Result Unit Normal Limits

Darah

Hemoglobin : 13,9 g / dl L = 13-16 , P = 12-15

Leukosit : 7,3 x 103 / μL ( 5.0-10 ) x 103 / μL

Eritrosit : 5,13 x 106 / μL ( 4,5 – 5,5 ) x 106 / μL

Hematokrit : 42,1 % L = 40-48 %, P = 36-42 %

Trombosit : 54 x 103 / μL ( 150 – 450 ) x 103 / μL

2. Laboratorium ( 15 April 2009 )

Result Unit Normal Limits

Darah

Hemoglobin : 12,3 g / dl L = 13-16 , P = 12-15

Leukosit : 4,1 x 103 / μL ( 5.0-10 ) x 103 / μL

Eritrosit : 4,50 x 106 / μL ( 4,5 – 5,5 ) x 106 / μL

Hematokrit : 37,6 % L = 40-48 %, P = 36-42 %

Trombosit : 134 x 103 / μL ( 150 – 450 ) x 103 / μL

IX. Terapi Saat Ini

29
IVFD RL 30 tts/menit.

Paracetamol 3x 500 mg.

Benovit.

Ranitidin amp / IV / 8 jam.

Diazepam.

Cefotaxime 1 gr / IV / 8 jam.

30
KLASIFIKASI DATA

DATA SUBYEKTIF (DS) :

Klien mengatakan demam sejak 3 hari yang lalu.

Klien mengeluh pusing.

Klien mengatakan sering mual dan muntah

Klien mengatakan kurang nafsu makan

Klien mengatakan kurang aktivitas.

Klien mengatakan tidurnya tidak teratur.

Klien mengatakan sering merasa dingin dan menggigil.

Klien mengatakan selama sakit frekuensi minum berkurang 3-4 gelas / hari.

DATA OBYEKTIF (DO) :

K.U sedang

Kesadaran komposmentis.

Konjungtiva tampak anemis

Klien tampak berkeringat.

Klien nampak cemas.

Porsi makan tidak dihabiskan (1/4 porsi).

Test turgor kulit buruk

Mukosa bibir nampak kering.

Kelopak mata agak cekung

Teraba adanya vena jugularis 1 cm.

31
Antropomerti : TB = 157 cm, BB = 49 kg.

Tanda-tanda vital :

TD = 100/70 mmHg. P = 24 x/m.

N = 86 x/menit. S = 39 oC

Hasil laboratorium terakhir : Darah

Trombosit : 54 x 103 / μL ( 150 – 450 ) x 103 / μL

32
ANALISA DATA

MASALAH
NO DATA
1 DS : Hipertermi

Klien mengatakan demam sejak 3 hari

yang lalu.

Klien mengatakan sering merasa dingin

dan menggigil.

Klien mengatakan pusing.

DO :

K.U sedang

Kesadaran komposmentis

TTV : TD = 100/70 mmHg, N = 86 x/m,

P = 24 x/m, S = 39oC
2 DS : Nutrisi Kurang Dari

Klien mengatakan kurang nafsu makan. Kebutuhan Tubuh

Klien mengatakan sering mual dan

muntah.

DO :

Porsi makan tidak dihabiskan (1/4

porsi).

Antropomerti : TB = 157 cm, BB =

49 kg.
3 DS : Perubahan Pola Tidur

33
Klien mengatakan tidurnya tidak teratur

Klien mengatakan kurang aktifitas.

DO :

Klien nampak cemas.


4 DS : Deficit Volume Cairan

Klien mengatakan selama sakit dan Elektrolit

frekuensi minum berkurang 3-4 gelas

perhari.

Klien mengatakan sering mual dan

muntah

DO :

Test turgor kulit buruk

Mukosa bibir nampak kering.

Kelopak mata agak cekung

Klien tampak berkeringat.

Konjungtiva tampak anemis

Teraba adanya vena jugularis 1 cm.

Tanda-tanda vital :

TD = 100/70 mmHg. P = 24 x/m.

N = 86 x/menit. S = 39 oC

Hasil lab. Trombosit : 54 x 103 / μL

x 103 / μL ( 150 – 450 ) x 103 / μL

34
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Deficit volume cairan dan elektrolit b/d peningkatan permeabilitas kapiler.

2. Hipertermi b/ d proses infeksi virus dengue.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual/ muntah.

35

Anda mungkin juga menyukai