BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini siapa yang tak kenal dengan kendaraan transportasi baik itu
pribadi atau umum. Bahkan saat ini tak jarang orang tua membolehkan anak-
anaknya menggunakan kendaraan pribadi seperti motor, mereka pun tak takut
lintas seperti kecelakaan sesama pengendara motor, motor dengan mobil atau
lainnya. Akibat dari kecelakaan yang terjadi yaitu kematian, cacat, dan juga
terdapat 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur
akibat kecelakaan lalu lintas. Fraktur merupakan suatu kondisi dimana terjadi
kecelakaan kerja, kecelakaan laulu lintas dan sebagainya. Tetapi fraktur juga
1
2
bisa terjadi akibat faktor lain seperti proses degeneratif dan patologi (Depkes
RI, 2016).
Pada saat terjadi fraktur atau patah tulang, jaringan disekitarnya juga
otot dan sendi, dislokasi sendi, rupture tendon, kerusakan saraf dan kerusakan
bawah akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang paling tinggi di antara fraktur
lainnya yaitu sekitar 46,2%. Pada tahun 2017, dari 45.987 orang dengan fraktur
14.027 orang mengalami fraktur cruris, 3.775 orang mengalami fraktur tibia, 970
orang mengalami fraktur pada tulang-tulang kecil dikaki dan 336 orang
tibia dan fibula. Secara klinis bisa berupa fraktur terbuka bila disertai
kerusakan pada jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf, pembuluh darah)
kasus fraktur cruris semakin meningkat setiap tahunnya, jumlah kasus fraktur
cruris pada tahun 2017 sebanyak 201 orang, pada tahun 2018 jumlah kasus
fraktur cruris sebanyak 267 orang dan tahun 2019 sebanyak 322 orang (Profil
kasus pasien fraktur cruris pada tahun 2018 berjumlah 24 orang, tahun 2019
membahas kasus ini untuk dijadikan kasus Karya Tulis Ilmiah dengan judul
post operasi fraktur cruris dekstra di Ruang Bedah BLUD Rumah Sakit
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
dekstra
C. Manfaat Penulisan
2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat/pasien
cruris dekstra.
b. Bagi institusi/pendidikan
c. Bagi RS
D. Metode Penelitian
a. Studi kepustakaan
b. Studi kasus
a. Observasi
keadaan klien.
6
b. Wawancara
c. Pemeriksaan fisik
d. Studi dokumentasi
pemeriksaan laboratorium.
e. Metode diskusi
3. Teknik penulisan
BAB II : Tinjauan teoritis terdiri dari konsep dasar medik, terdiri dari
BAB III : Tinjauan kasus yang memuat tentang pengamatan kasus yang
kasus nyata.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,
kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar
jenis dan luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari
tibia dan fibula. Secara klinis bisa berupa fraktur terbuka bila disertai
kerusakan pada jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf, pembuluh darah)
B. Klasifikasi Fraktur
8
9
ketidakkomplitan fraktur:
a. Fraktur komplit adalah patahan pada seluruh garis tengah tulang dan
tulang.
a. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
b. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
c. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih
10
lunak sekitarnya.
jaringan subkutan.
ekstensif
C. Etiologi
mengalami :
patah tulang).
3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat
D. Patofisiologi
pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar
dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow,
bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi
plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang
1. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung
fraktur.
2. Faktor Intrinsik
2016).
E. Manifestasi Klinis
tulang.
13
otot.
kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen
sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai
2 inci).
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan
lebih berat.
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Radiologi
hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-
ray:
khususnya seperti:
kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja
2. Pemeriksaan Laboratorium
tulang.
3. Pemeriksaan lain-lain
b. Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
fraktur.
tulang.
Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur
membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk
oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:
rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium
patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai,
tergantung frakturnya.
osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai
membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh
sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur
dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan
4. Stadium 4 : Konsolidasi
tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang
lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk
5. Stadium 5 : Remodelling
Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang
Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih
dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya (Brunner &
Suddarth, 2011).
H. Komplikasi
1. Umum
a. Shock
b. Kerusakan organ
c. Kerusakan saraf
d. Emboli lemak
18
2. Dini
a. Cedera arteri
3. Lanjut
b. Degenerasi sendi
d. Mal union
e. Non union
f. Delayed union
I. Penatalaksanaan Medis
namun karena terluka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut. Untuk
mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat penghilang rasa nyeri dan
Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan cara pemasangan bidai atau gips.
tulang.
b. Pemasangan gips
19
3) Koreksi deformitas
4) Mengurangi aktifitas
adalah:
klien
menggaruk
Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang
lama. Untuk itu diperlukan lagi tehnik yang lebih mantap seperti
a. Penarikan (traksi) :
20
b. Traksi manual
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal
2) Traksi skeletal
jaringan metal.
3) Immobilisasi
tarik
fraktur dan fragmen-fragmen tulang yang telah mati diirigasi dari luka.
b.
22
J. Pathway
23
K. Fokus Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
b. Keluhan Utama
digunakan:
menusuk.
3) Region : radiation, relief : apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
f. Riwayat Psikososial
dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
1) Aktivitas istirahat
mungkin segera setelah fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder
2) Sirkulasi
hivopolemia)
3) Neurosensori
krepitasi.
4) Nyeri / kenyamanan
imobilisasi. Tak ada nyeri akibat kerusakan saraf spasme atau kram
5) Keamanan
6) Penyuluhan
pengetahuan terbatas.
Adapun diagnosa yang sering muncul pada pasien post operasi fraktur
antara lain :
M. Fokus Intervensi
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
- Manajemen lingkungan
- Manajemen nutrisi
- Manajemen medikasi
- Pemantauan elektrolit
- Pemantauan nutrisi
- Pemantauan tanda vital
- Pemberian obat
- Pemberian obat intravena
- Pemberian obat oral
- Pencegahan luka tekan
- Pengaturan posisi
- Perawatan amputasi
- Perawatan area insisi
- Perawatan kehamilan resiko
tinggi
- Perawatan luka
- Perawatan luka bakar
- Perawatan luka tekan
- Perawatan pasca persalinan
- Perawatan perineum
- Perawatan persalinan
- Perawatan persalinan resiko
tinggi
- Perawatan selang
- Perawatan selang dada
- Perawatan selang gastrointestinal
- Perawatan selang umbilical
- Perawatan sirkumsisi
- Perawatan skin graft
- Perawatan terminasi kehamilan
35
informasi.
Rencana Keperawatan
SLKI SIKI
- Edukasi perilaku upaya
kesehatan
- Edukasi perkembangan bayi
- Edukasi persalinan
- Edukasi pijat bayi
- Edukasi pencegahan infeksi
- Edukasi pencegahan jatuh
- Edukasi luka tekan
- Edukasi pencegahan
osteoporosis
- Edukasi penggunaan alat
kontrasepsi
- Edukasi penggunaan alat bantu
- Edukasi pengukuran nadi
radialis
- Edukasi pengukuran respirasi
- Edukasi pengukuran suhu tubuh
- Edukasi pengukuran tekanan
darah
- Edukasi pengurangan resiko
- Edukasi pola perilaku
kebersihan
- Edukasi preoperatif
- Edukasi program pengobatan
- Edukasi prosedur tindakan
- Edukasi proses keluarga
- Edukasi proses penyakit
- Edukasi reaksi alergi
- Edukasi rehabilitasi jantung
- Edukasi resep obat
- Edukasi seksualitas
- Edukasi stimulasi bayi/anak
38
- Konseling
- Konsultasi
- Promosi edukasi laktasi di
komunitas
- Promosi kesiapan penerimaan
informasi
- Promosi literasi kesehatan
(Sumber Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018 & 2019)
40