Anda di halaman 1dari 8

MESIN ISSN : 2552 - 0328 [ Online ]

Vol. X, No. X, XXXXXXXXXXXXX ISSN : 2552 - 2879 [ Print ]

PENGARUH DAYA MOTOR PADA HASIL PENGUJIAN FATIGUE


Al-6061 PADA MESIN CANTILEVER ROTATING BENDING
Leman Yudhi Imanudhin, Hadi Kusnanto
TEKNIK MESIN, FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
Jl.Sutorejo No.59 Surabaya, Jawa Timur 60113,Telp.0313811967
Email : hadikusnanto@ft.um-surabaya.ac.id

Abstract
In the design of the Cantilever Rotating Bending Machine which is driven by a motor dynamo that is connected
3 1
using a Pully belt. The purpose of this study was to determine the effect of variations in motors (1HP, HP,
4 2
HP). on the Cantilever Rotating Bending machine and to compare the fatigue test time of the Al-6061 material
3 1
with variations in motor power (1HP, HP, HP). The test was carried out using aluminum 6061 with a
4 2
3 1
variation of 3 motors namely (1HP, HP, HP). It is evident that the smaller the motor power, the smaller
4 2
the torsional angle that occurs on the shaft, with the torsional angle getting smaller, the longer the number of
1 3
fatigue cycles. By using a HP motor cycle number 230400.00 at a voltage of 158.0016 Mpa, for motors HP
2 4
the number of cycles 230400.00 at a voltage of 158.0016 mpa whereas with a motor 1 Hp the number of cycles
is 172800.0 at a voltage of 158,0016 Mpa. Then it can be concluded that the greater the motor power, the faster
the cycle of fatigue, which occurs with the 1 HP motor at a load of 17 Kg getting a fracture time of 0.15 minutes
1
while the motor with HP at a load of 17 Kg gets a broken time of 0.35 minutes.
2

Keywords: Fatik, Cantilever Rotating Bending, Al-6061, Motor Power.

Abstrak
Pada perancangan Mesin Cantilever Rotating Bending yang digerakkan oleh dinamo motor yang terhubung
3
dengan menggunakan sabuk Pully. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variasi motor (1HP,
4
1
HP, HP). pada mesin Cantilever Rotating Bending dan untuk mengetahui perbandingan waktu uji kelelahan
2
3 1
material Al-6061 dengan variasi daya motor (1HP, HP, HP). Pengujian di lakukan menggunakan bahan
4 2
3 1
aluminium 6061 dengan variasi 3 motor yaitu (1HP, HP, HP). Terbukti bahwa semakin kecil daya motor,
4 2
semakin kecil sudut puntir yang terjadi pada poros, dengan sudut puntir yang semakin kecil maka jumlah siklus
1
fatigue semakin panjang. Dengan menggunakan motor Hp jumlah siklus 230400,00 pada tegangan 158,0016
2
3
Mpa,untuk motor HP jumlah siklus 230400,00 pada tegangan 158,0016 Mpa sedangkan dengan motor 1 HP
4
jumlah siklus 172800,0 pada tegangan 158,0016 Mpa. Maka dapat di simpulkan semakin besar daya motor maka
MESIN ISSN : 2552 - 0328 [ Online ]
Vol. X, No. X, XXXXXXXXXXXXX ISSN : 2552 - 2879 [ Print ]

semakin cepat siklus fatigue, yang terjadi dengan motor 1 HP pada beban 17 Kg mendapatkan waktu patah 0,15
1
menit sedangkan dengan motor HP pada beban 17 Kg mendapatkan waktu patah 0,35 menit.
2
Kata kunci : Fatik, Cantilever Rotating Bending,Al-6061, Daya Motor

PENDAHULUAN Pada Penelitian ini adalah untuk mengetahui


Dalam kemajuan teknologi sekarang ini sifat fisis, mekanis dan karakteristik kekuatan fatik
banyak dibuat peralatan – peralatan pengujian pada paduan aluminium tuang, baik yang material
inovatif dan tepat guna. Salah satu contoh dalam dasar (raw material) ataupun material yang sudah
teknik mesin terutama dalam bidang mekanika mengalami proses remelting (Charis Sonny Harsono,
kekuatan material. Diantaranya adalah pengujian 2006). Pada penelitian ini adalah Analisis Kekuatan
kelelahan pada material yang digunakan untuk Fatik Baja Karbon Rendah SC10 Dengan Tipe
melakukan pengujian fatigue. Alat tersebut adalah Rotary Bending Fatigue atau kelelahan adalah
berupa Mesin Cantilever Rotating Bending yang kerusakan material yang diakibatkan oleh adanya
digerakkan oleh dinamo motor yang dihubungkan tegangan yang berfluktuasi yang besarnya lebih kecil
dengan menggunakan sabuk Pully. Mengingat dari tegangan tarik maksimum (ultimate tensile
luasnya aplikasi penggunaan alat uji kelelahan strength). (Bambang Pratowo 2016)
material (fatigue) dimana memerlukan stabilitas
yang tinggi dan performansi yang dapat diandalkan,  Karakteristik Allumunium 6061
maka pemeriksaan instalasinya harus dilakukan Dari sekian banyak logam yang potensial,
dengan teliti dan tepat. Menurunnya ketelitian pada Komposit Matrik Logam (MMCs) paduan Al 6061
kekencangan sabuk pully dalam operasi menjadi (tersusun atas Al, Mg, Si, Cr, Cu) telah menjadi
masalah serius dan mengganggu kinerja sistem obyek dari banyak riset, terutama oleh
secara keseluruhan. Tachometer adalah alat yang keringanannya, murah dan kemudahan untuk
digunakan sebagai pengukur besar keluaran kerja difabrikasi (Schwartz, Mel M, 1992). Al 6061
dari dinamo motor tersebut yaitu RPM. memiliki ketahanan korosi yang tinggi, kerena logam
sebagian besar kerusakan konstruksi ini sangat reaksif, karena terbentuk lapisan oksida
disebabkan oleh beban yang berulang atau tipis pada permukaannya, sehingga jika bersentuhan
berfluktuasi. Jika fluktuasi tegangan ini cukup besar dengan udara dan lapisan ini terkelupas maka akan
dan berulang-ulang, kegagalan struktur dapat terjadi segera terbentuk lapisan baru.
walaupun tegangan maksimal yang terjadi pada Al 6061mempunyai titik cair (melting point)
elemen struktur tersebut lebih kecil dibandingkan 6600 C. kekuatan tarik 12,6 kgf/mm, berat jenis
dengan kekuatan materialnya. Kegagalan ini (density) 2,70 g/cm3, ekspansi thermal (linier
dikatakan sebagai fatigue atau kelelahan. Jadi coefficient of thermal) 13,1. 10-6 in/in/0F dan themal
kelelahan adalah proses peretakan kemudian conductifity pada 250C, 23 w/cm/0C (Schwartz. Mel
merambat dibawah beban yang berulang atau M,1992).
berfluktuasi. (Broek, 1986)
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan Tabel 1 Unsur yang terkandung dalam Aluminium
3 seri 6061 (ASM International Hand Book,
pengaruh variasi penggantian motor dinamo 1HP,
4 1997)
1
HP, HP pada Mesin Cantilever Rotating Bending Daya yang
2 ditransmisikan
fc
dan pengaruh variasi daya motor terhadap waktu
yang dibutuhkan saat pengujian kelelahan material Daya rata-rata
1.2 – 2.0
Al-6061 yang diperlukan
Daya maksimum
KAJIAN PUSTAKA 0.8 – 1.2
yang diperlukan
MESIN ISSN : 2552 - 0328 [ Online ]
Vol. X, No. X, XXXXXXXXXXXXX ISSN : 2552 - 2879 [ Print ]

dengan 1500 rpm memiliki nilai kekuatan lelah


Daya normal 1.0 – 1.5 yang tidak jauh berbeda, namun jika dengan
putaran 50 rpm sangat berpengaruh pada
penurunan kekuatan lelah yang jauh lebih besar
Dengan sifat-sifat Al 6061 yang
dari putaran 750 rpm dan 1500 rpm, dengan
menguntungkan tersebut membuat Al 6061 banyak
kesimpulan bahwa kekuatan lelah tidak
digunakan dalam berbagai Industri. Sifat-sifat
berpengaruh secara signifikan pada saat putaran
mekanik Al 6061 dapat ditingkatkan dengan
berada pada 750 rpm smpai dengan 1500 rpm.
penambahan unsur-unsur paduan proses perlakuan
panas dan proses pengerjaan dingin.
4. Faktor suhu
Keuntungan Al 6061 adalah:
Suhu yang bisa menaikkan konduktifitas
1. Ketangguhan sangat tinggi (kekuatan tarik 12,6
elektrolit dilingkungan sangat berpengaruh pada
kgf/mm2)
kekuatan lelah karena bisa mempercepat proses
2. Titik cair rendah (6600C)
oksidasi. Pengujian pada suhu 40oC retakan yang
3. Ringan (berat jenis 2,70 gr/cm3)
terjadi memanjang dibandingkan dengan suhu
4. Tahan terhadap korosi
20oC dengan retakan yang halus pada spesimen,
5. Mudah difabrikasi / dibentuk
karena suhu yang tinggi mengakibatkan
6. Mudah didapat / diperoleh
terjadinya molekul air yang terbentuk mengecil di
permukaan benda uji.
 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kekuatan
Lelah 5. Faktor tegangan sisa
Ada beberapa faktor yang cenderung Terjadinya faktor ini disebabkan karena
mempengaruhi kondisi kelelahan pada pengujian kali pembuatan spesimen yang tidak rata, oleh
ini adalah sebagai berikut : karenanya pada saat melakukan pembuatan
1. Faktor kelembaban lingkungan sebaiknya menggunakan pahat yang halus agar
Kekuatan lelah sangat dipengaruhi oleh faktor nantinya tidak menimbulkan tegangan sisa
kelembaban lingkungan ini sebagaimana maupun tegangan lentur pada spesimen.
penelitian oleh (Haftirman, 1995) mengatakan
jika kelembaban relatif 70% sampai 80%, maka
pada permukaan benda uji terbentuk retakan dan
pit korosi yang disebabkan oleh lingkungan  Fatigue
Fatigue atau kelelahan adalah kerusakan
dengan kelembaban tinggi yang berakibat
material yang diakibatkan oleh adanya tegangan
bertambah cepatnya terjadi kegagalan.
yang berfluktuasi yang besarnya lebih kecil dari
tegangan tarik maksimum (ultimate tensile strength)
2. Faktor pembebanan maupun tegangan luluh (yield) material yang
Faktor ini sangat berpengaruh pada kekuatan diberikan beban konstan.
lelah sebagimana penelitian oleh (Ogawa, 1989) Dari hasil pengujian ini akan diperoleh
mengatakan bahwa pemberian tipe pembebanan informasi mengenai kekuatan Fatik dari bahan, dan
aksial dan pembebanan lentur putar pada baja pada benda uji yang berputar diberikan beban di
S45S mempunyai hasil akhir yang berbeda, ujung spesimen maka akan terjadi momen lentur
dimana dengan pembebanan lentur putar pada sebesar (M). Tegangan lentur yang terjadi pada
baja S45S memiliki kekuatan lelah yang lebih permukaan bahan dapat ditentukan dengan
tinggi dari baja yang menerima pembebanan menggunakan momen inersia dan jarak melintang
aksial. benda uji dengan persamaan sebagai berikut:
32WL
σ=
3. Faktor putaran πd 3
Faktor putaran sangatlah berpengaruh pada Keterangan: σ = Tegangan lentur (kg/cm2)
kekuatan lelah seperti yang sudah diteliti d = Diameter benda uji (cm)
(Iwamoto, 1989) bahwa putaran 750 rpm sampai W = Beban yang digunakan (kg)
MESIN ISSN : 2552 - 0328 [ Online ]
Vol. X, No. X, XXXXXXXXXXXXX ISSN : 2552 - 2879 [ Print ]

L = Jarak antara beban dan titik area Beban maksimum mencapai puncak fatigue
pengujian (cm) tercepat.
Perbandingan motor penggerak pada alat uji
Untuk menghitung torsi menggunakan rumus lelah Cantilever Rotating Bending.
sebagai berikut:
P  Peralatan dan bahan yang digunakan
T=
n Peralatan dan bahan serta spesimen yang digunakan
Keterangan: T = Torsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
P = Daya
n = Putaran

Untuk menghitung tegangan geser torsional


menggunakan rumus sebagai berikut :
Tc
τmax =
J
π . D4
J=
32
Keterangan: J = kelembaman polar untuk spesimen
C = jari-jari spesimen
Gambar 1 Alat uji lelah tipe Cantilever Rotating
D = diameter spesimen
Bending
Keterangan:
Untuk menghitung sudut puntir dalam poros
menggunakan rumus sebagai berikut : 1. Motor listrik
TL 2. Poros baja ST 41
Ɵ= 3. Bantalan poros
GJ
Keterangan: Ɵ = sudut puntir 4. Collet chuck
T = Torsi 5. Spesimen
L = panjang spesimen 6. Puli tipe A
G = modulus elastisitas spesimen 7. V-belt tipe A
207 GPa 8. Beban
J = kelembaman polar 9. Tuas penyetel beban
10. Counter hours
11. Saklar ON-OFF
METODELOGI PENELITIAN 12. Relay
 Tempat dan Waktu Pelaksanaan 13. NCB 10A
Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di 14. Penghambat putaran Motor
laboratorium Teknik Mesin Universitas 15. Instalasi listrik
Muhammadiyah Surabaya dan waktu pelaksanaan
16. Pemutus listrik
pada tanggal 5 MEI 2019.
17. Bearing
 Variabel penelitian
Variabel yang digunakan penelitian adalah:  Metode Pengumpulan Data
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data
perbandingan motor penggerak dan diperlukan sebagai data yang akan digunakan untuk
pembebanan. Dalam pembebanan dimulai memecahkan permasalahan yang dirumuskan
dari 6, 7, dan 8 kg sampai maksimumnya sebelumnya :
pembebanan tersebut. 1. Menyiapkan material Aluminium 6061 dengan di
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah bubut sesuai ukuran standart ASTM E466.
sebagai berikut: 2. Menyiapkan alat uji Cantilever Rotating Bending
dan pembebanannya.
MESIN ISSN : 2552 - 0328 [ Online ]
Vol. X, No. X, XXXXXXXXXXXXX ISSN : 2552 - 2879 [ Print ]

3. Menyiapkan spesimen yang akan di uji. 5. Nyalakan mesin uji fatigue Cantilever Rotating
4. Menyiapkan stopwatch untuk mengetahui berapa Bending.
lama waktu patahnya spesimen. 6. Nyalakan stopwatch.
5. Menyiapkan kunci kombinasi 19 mm untuk Ukur Rpm poros menggunakan tachometer
penggantian pembebanan.
6. Menyiapkan tang snap ring out untuk memasang
snap ring pada spesimen.
7. Menyiapkan tachometer untuk mengukur Rpm
pada poros.
Langkah – langkah pengujian fatigue :
1. Membuka collet dengan kunci pembuka collet.
2. Memasang spesimen yang akan di uji pada mesin
Cantilever Rotating Bending yang sudah selesai
di bubut sesuai ukuran standart ASTM E466.
3. Memasang pembebanan.
4. Memasang snap ring di ujung pembebanan
material.
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Tabel 2 Hasil pengujian Aluminium 6061 menggunakan motor 1 HP
Lama
N Nama patah
beban siklus tegangan keterangan
o Material (menit
)
158,001 Tidak
1 Al 6061 6 90,00 172800,00
6 patah
184,335
2 Al 6061 7 29,18 56025,60 Patah
2
210,668
3 Al 6061 8 17,98 34521,60 Patah
8
237,002
4 Al 6061 9 8,43 16185,60 Patah
4
263,336
5 Al 6061 10 6,37 12230,40 Patah
0
316,003
6 Al 6061 12 3,67 7046,40 Patah
2
368,670
7 Al 6061 14 1,45 2784,00 Patah
4
421,337
8 Al 6061 16 0,37 710,40 Patah
6
447,671
9 Al 6061 17 0,15 288,00 Patah
2

Tabel 3 Hasil pengujian Aluminium 6061 menggunakan motor 0,75 HP


Lama
Nama
N beba patah teganga keterang
Materi siklus
o n (meni n an
al
t)
MESIN ISSN : 2552 - 0328 [ Online ]
Vol. X, No. X, XXXXXXXXXXXXX ISSN : 2552 - 2879 [ Print ]

Al 120,0 230400, 158,00 Tidak


1 6
6061 0 00 16 patah
Al 172800, 184,33 tidak
2 7 90,00
6061 00 52 patah
Al 35443,2 210,66
3 8 18,46 Patah
6061 0 88
Al 22656,0 237,00
4 9 11,8 Patah
6061 0 24
Al 263,33
5 10 5,15 9888,00 Patah
6061 60
Al 316,00
6 12 2,41 4627,20 Patah
6061 32
Al 368,67
7 14 1,27 2438,40 Patah
6061 04
Al 421,33
8 16 0,37 710,40 Patah
6061 76
Al 447,67
9 17 0,30 576,00 Patah
6061 12

Tabel 4 Hasil pengujian Aluminium 6061 menggunakan motor 0,5 HP


Lama
Nama
N beba patah teganga keterang
Materi siklus
o n (meni n an
al
t)
Al 120,0 230400, 158,00 Tidak
1 6
6061 0 00 16 patah
Al 172800, 184,33 tidak
2 7 90,00
6061 00 52 patah
Al 33600,0 210,66
3 8 17,50 Patah
6061 0 88
Al 20179,2 237,00
4 9 10,51 Patah
6061 0 24
Al 11520,0 263,33
5 10 6,00 Patah
6061 0 60
Al 316,00
6 12 2,45 4704,00 Patah
6061 32
Al 368,67
7 14 1,57 3014,40 Patah
6061 04
Al 421,33
8 16 0,39 748,80 Patah
6061 76
Al 447,67
9 17 0,35 672,00 Patah
6061 12
MESIN ISSN : 2552 - 0328 [ Online ]
Vol. X, No. X, XXXXXXXXXXXXX ISSN : 2552 - 2879 [ Print ]

Gambar Diagram 4 sudut puntir poros

Gambar 2 Diagram kurva S-N Diagram 3 dan 4 menunjukkan bahwa


semakin kecil daya motor, semakin kecil sudut
Diagram 2 menunjukkan kurva S-N dari Aluminium puntir yang terjadi pada poros, dengan sudut puntir
6061 dengan menggunakan ketiga motor yang yang semakin kecil maka jumlah siklus fatigue
berbeda, terlihat bahwa garis kurva pada semiakin panjang. besar HP pada motor maka
likngkungan udara dilaboratorium Teknik Mesin semakin besar pula torsi, tegangan geser dan sudut
Universitas Muhammadiyah Surabaya dengan batas puntir, maka dari itu siklus pada motor 0,5 Hp dan
lelah 158,000 Mpa, hal ini menunjukkan untuk kasus 0,75 HP lebih lama dibandingkan dengan motor 1
Cantilever Rotating Bending lebih baik diaplikasikan HP karena mempunyai tegangan geser lebih rendah.
pada tegangan dibawah 158,00 Mpa.
KESIMPULAN
Tabel 5 Perbandingan Torsi, Tegangan geser dan Alat uji lelah tipe Cantilever Rotating
sudut puntir dari motor Bending telah saya kembangkan dengan
3 1
perbandingan antara motor (1HP, HP, HP)
Moto Tegangan 4 2
Torsi
r Geser SDP (o) dengan spesifikasi putaran motor 2800 Rpm,
(N.m)
(HP) (Mpa) frekuensi 50 Hz dan putaran poros 1920 Rpm.
1 0,39 1,99 0,00979 Hasil dari penelitian adalah menunjukkan
0,75 0,29 1,48 0,00718 bahwa semakin kecil daya motor, semakin kecil
sudut puntir yang terjadi pada poros, dengan sudut
0,5 0,19 0,97 0,00483
puntir yang semakin kecil maka jumlah siklus
fatigue semakin panjang. Dengan menggunakan
1
motor Hp jumlah siklus 230400,00 pada tegangan
2
3
158,0016 Mpa, menggunakan motor Hp jumlah
4
siklus 230400,00 pada tegangan 158,0016 Mpa
sedangkan dengan motor 1 Hp jumlah siklus
172800,0 pada tegangan 158,0016 Mpa .
Semakin besar daya motor maka semakin
cepat waktu yang dibutuhkan saat pengujian fatigue,
Gambar 3 Diagram Perbandingan Torsi, Tegangan dengan motor 1 HP pada beban 17 Kg mendapatkan
geser dan sudut puntir dari motor 3
waktu patah 0,15 menit, untuk motor pada beban
4
17 Kg mendapatkan waktu patah 0,30 menit,
1
sedangkan dengan motor HP pada beban 17 Kg
2
mendapatkan waktu patah 0,35 menit.
MESIN ISSN : 2552 - 0328 [ Online ]
Vol. X, No. X, XXXXXXXXXXXXX ISSN : 2552 - 2879 [ Print ]

Japan Society of Mechanical Engineers


DAFTAR PUSTAKA :Japan.
ASM International Hand Book. (1997). Vol. 19
Fatigue And Fracture, United State of Iwamoto, K. (1989). On the S-N Curve of Carbon
America. Steel Under Rotary Bending Condition in City
Water. Transaction of the Japan Society of
Bambang Pratowo. (2016). Analisis Kekuatan Fatik Mechanical Engineers, Japan.
Baja Karbon Rendah SC10 Dengan Tipe
Rotary Bending, Teknik Mesin Universitas Ogawa, H. (1991). An Analysis on Surface Crack
Bandar Lampung. Growth under Rotary Bending Fatigue in
Terms of Fracture Mechanic. Nihon Kikai
Broek, D. (1986). Elementary Engineering Fracture Gakkai Ronbushu,A Hen/Transaction Of the
Mechanics, Kluwer Academics Publiser, Japan Society of Mechanical Engineers :
London: UK. Japan.

Charis Sonny Harsono (2006). Krakteristik Robert L. Mott, P.E, (2009). elemen-elemen Mesin
Kekuatan Fatik pada Paduan Alumunium dalam Perancangan Mekanis (andi
Tuang, Fakultas Teknik Universitas Negri Yogyakarta).
Semarang.
Schwartz. Mel M. (1992). Composite materials
Haftirman. (1995). Fatigue Strength of Steel in High handbook, New York ; Montréal : McGraw-
Humidity Environment. Transaction of the Hill.

Anda mungkin juga menyukai