Anda di halaman 1dari 19

KISI-KISI TES WAWASAN KEBANGSAAN (TWK)

Berdasarkan Permenpan nomor 23 Tahun 2019, Tes Wawasan


Kebangsaan (TWK) merupakan tes yang bertujuan untuk menilai
penguasaaan pengetahuan dan kemampuan mengimplementasikan:

a) Nasionalisme, dengan tujuan mampu mewujudkan kepentingan


nasional melalui cita-cita dan tujuan yang sama dengan tetap
mempertahankan identitas nasional;

b) Integritas, dengan tujuan mampu menunjukkan sifat atau keadaan


yang menjunjung tinggi kejujuran, ketangguhan, kewibawaan
sebagai suatu kesatuan’

c) Bela Negara, dengan tujuan mampu berperan aktif dalam


mempertahankan eksistensi bangsa dan negara;

d) Pilar negara, dengan tujuan mampu membentuk karakter positif


melalui pemahaman dan pengamalan nilai-nilai dalam Pancasila,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan
Bhinneka Tunggal Ika;

e) Bahasa Indonesia, dengan tujuan mampu menggunakan bahasa


Indonesia sebagai bahasa persatuan yang sangat penting
kedudukannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
4 Pilar Kebangsaan

Empat Pilar Kebangsaan adalah tiang penyangga yang kokoh (soko


guru) agar rakyat Indonesia merasa nyaman, aman, tentram, dan
sejahtera, serta terhindar dari berbagai macam gangguan dan
bencana.

Bagi suatu negara terdapat sistem keyakinan (belief system) atau


filosofi (philosophische grondslag) yang isinya berupa konsep, prinsip,
serta nilai yang dianut oleh masyarakat suatu negara. Filosofi dan prinsip
keyakinan yang dianut oleh suatu negara digunakan sebagai landasan
hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Suatu pilar kebangsaan harus kokoh dan kuat untuk menangkal


berbagai bentuk ancaman dan gangguan, baik dari dalam maupun
dari luar. Pilar kebangsaan Indonesia yang berupa belief system harus
dapat menjamin terwujudnya ketertiban, keamanan, kenyamanan,
keadilan, dan kesejahteraan bagi semua warga negara.

Isi 4 Pilar Kebangsaan

Berikut ini adalah isi dan makna dari 4 Pilar Kebangsaan Negara
Kesatuan Republik Indonesia:

1. Pilar Pancasila

Pancasila merupakan pilar pertama untuk kokohnya negara-bangsa


Indonesia. Pemikiran dasar mengapa Pancasila berperan sebagai pilar
kehidupan berbangsa dan bernegara adalah sila yang terdapat
dalam Pancasila yang menjadi belief system.
Negara Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku
bangsa dan agama sehingga dibutuhkan belief system yang dapat
mengakomodir keanekaragaman tersebut. Pancasila dianggap
sebagai pilar bagi negara Indonesia yang pluralistik.

Seperti yang disebutkan pada sila Pertama, Ketuhanan yang Maha Esa.
Sila ini dapat diterima dan diakui oleh semua agama yang diakui di
Indonesia dan menjadi common denominator.

Dan juga pada sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Sila ini
merupakan pernyataan penghormatan terhadap hak asasi manusia.
Semua warga negara memiliki harkat dan martabat yang sama secara
adil dan beradab.

2. Pilar Undang-Undang Dasar 1945

UUD 1945 merupakan pilar kedua dalam kehidupan berbangsa dan


bernegara di Indonesia. Tentu saja masyarakat perlu memahami
makna yang terdapat pada pembukaan Undang-Undang Dasar
tersebut.

Tidak memahami prinsip yang terdapat pada pembukaan UUD 1945


maka tidak mungkin untuk melakukan evaluasi terhadap pasal-pasal
yang ada pada batang tubuh UUD yang menjadi derivatnya.

3. Pilar Negara Kesatuan Republik Indonesia

Ada banyak bentuk negara yang ada di dunia ini. Dan para pendiri
bangsa Indonesia memilih bentuk Negara Kesatuan, yaitu Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Para pendiri bangsa kita memilih negara kesatuan sebagai bentuk
negara Indonesia melalui berbagai pertimbangan. Alasan utama para
pendiri bangsa Indonesia memilih bentuk negara kesatuan adalah
karena sejarah strategi pecah belah (devide et impera) yang dilakukan
Belanda bisa berhasil karena Indonesia belum bersatu pada masa
penjajahan.

Terbukti, setelah negara Indonesia berbentuk negara kesatuan, taktik


pecah belah tersebut dapat dipatahkan. Inilah yang menjadi dasar
dalam membentuk negara kesatuan.

4. Pilar Bhinneka Tunggal Ika

Indonesia memiliki semboya “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya


“Berbeda-beda tetapi satu jua”. Semboyan ini pertamakali
diungkapkan oleh Mpu Tantular, seorang pujangga dari kerjaan
Majapahit pada pemerintahan Raja Hayamwuruk sekitar tahun 1350 –
1389.

Sesanti atau semboyan itu dituangkan dalam karyanya Kakawin


Sutasoma, yang berbunyi “Bhinna Ika Tungga Ika, tan hana dharma
mangrwa” yang berarti “Berbeda-beda itu, satu itu, tak ada
pengabdian yang mendua”.

Pada masa itu pemerintahan kerajaan Majapahit menjadikan sesanti


tersebut menjadi prinsip hidup mereka. Hal ini untuk mengantisipasi
perpecahan di masyarakat mereka yang memang terdapat
keanekaragaman agama. Meskipun mereka berbeda agama tetapi
mereka tetap satu dalam pengabdian.
UNDANG-UNDANG DASAR 1945
A. Pengertian Konstitusi
Dalam arti sempit konstitusi adalah hukum dasar yang memuat aturan
pokok atau aturan-aturan dasar negara. Dalam arti luas konstitusi
adalah keseluruhan sistem aturan yang menetapkan dan mengatur
kehidupan kenegaraan melalui sistem pemerintahan negara dan tata
hubungan secara timbal balik antar lembaga negara dan antara
negara dengan warga negara.

Macam-macam konstitusi:
1. Konstitusi tertulis disebut Undang-Undang Dasar.

2. Konstitusi tidak tertulis disebut konvensi.

Sifat konstitusi berdasarkan jumlah pasalnya:


1. Fleksibel (luwes) artinya pasal-pasal dalam konstitusi jumlahnya
sedikit sehingga mudah diubah dan disesuaikan dengan
perkembangan zaman.

2. Rigid (kaku) artinya pasal-pasal dalam konstitusi jumlahnya banyak


dan sulit diubah-ubah.

B. Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia


1. UUD 1945 (UUD Proklamasi/18 Agustus 1945-27 Desember 1949)
UUD 1945 ditetapkan dan disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945.
Sistematika UUD 1945 terdiri dari:
• Pembukaan: 4 alinea.

• Batang tubuh: 16 bab, 37 pasal, 4 ayat aturan peralihan, dan 2 ayat


aturan tambahan.

• Penjelasan: Penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal.


Bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, berdasarkan Pasal 1 ayat
(1) UUD 1945. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik,
berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UUD 1945. Sistem pemerintahan adalah
kabinet presidensial. Presiden sebagai kepala negara sekaligus sebagai
kepala pemerintahan. Dalam menjalankan tugasnya, presiden dibantu
oleh wakil presiden dan para menteri.

2. Konstitusi RIS 1949 (UUD RIS 1949/27 Desember 1949-17 Agustus 1950)
Sistematika UUD RIS 1949 terdiri dari:
• Mukadimah terdiri atas empat alinea.

• Batang tubuh terdiri atas 6 bab dan 197 pasal.

Bentuk negara Indonesia adalah serikat atau federasi. Bentuk


pemerintahan Indonesia adalah republik, berdasarkan Pasal 1 ayat (2)
Konstitusi RIS. Sistem pemerintahan adalah kabinet parlementer.
Presiden sebagai kepala negara dan perdana menteri sebagai kepala
pemerintahan.

3. Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS 1950/17 Agustus 1950-5 Juli


1959)
Sistematika UUDS 1950 terdiri dari:
• Mukadimah terdiri atas empat alinea

• Bab I: Negara Republik Indonesia

• Bab II: Alat-alat Kelengkapan Negara

• Bab III: Tugas Alat-alat Kelengkapan Negara

• Bab IV: Pemerintah dan Daerah-daerah Swapraja

• Bab V: Konstituante

• Bab VI: Perubahan, Ketentuan-ketentuan Peralihan, dan Ketentuan-


ketentuan Penutup
Bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, berdasarkan Pasal 1 ayat
(1) UUDS 1950. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik,
berdasarkan Pasal 1 ayat (1) dan Mukadimah alinea IV UUDS 1950.
Sistem pemerintahan adalah kabinet parlementer dengan demokrasi
liberal yang masih bersifat semu. Berdasarkan sistem ini, DPR dapat
membubarkan kabinet, sedangkan presiden memiliki kedudukan yang
kuat dan dapat membubarkan DPR.

4. UUD 1945 Hasil Dekrit Presiden (UUD 1945 periode kedua/5 Juli 1959-
2000)
Gagalnya Badan Konstituante menetapkan rancangan UUD
berdampak pada keadaan politik yang tidak stabil. Maka, pada
tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden.
Salah satu isi dekrit tersebut memberlakukan kembali UUD 1945.
Ketentuan mengenai bentuk negara, bentuk pemerintahan,
pembagian kekuasaan, dan sistem pemerintahan sama seperti yang
tercantum dalam UUD 1945.

5. UUD 1945 Hasil Amandemen (Berlaku tahun 2000 sampai sekarang)


Sistematika UUD 1945 Amandemen terdiri dari:
• Pembukaan: 4 Alinea.

• Batang tubuh: 37 Pasal dan 16 Bab.

Beberapa perubahan mendasar dalam sistem ketatanegaraan


Indonesia, antara lain:
• Kedudukan yang sejajar dan proporsional antara Presiden dengan
DPR.

• Masa jabatan presiden diatur dengan tegas, yaitu maksimal dapat


dipilih untuk dua kali masa jabatan.

• Dilaksanakannya otonomi daerah.


• Penyelenggara pemilu oleh lembaga non-pemerintahan yang netral
dan mandiri.

C. Berbagai Penyimpangan Terhadap Konstitusi


1. Penyimpangan terhadap UUD 1945 periode 1945-1949
• Masa awal proklamasi dianggap sebagai masa peralihan sehingga
pada masa ini, kekuasaan presiden sangat luas. Selain menjalankan
kekuasaan eksekutif, presiden juga menjalankan kekuasaan MPR dan
DPR.

• Di samping presiden, hanya ada wakil presiden dan KNIP sebagai


pembantu presiden.

• Pergantian sistem kabinet presidensial menjadi kabinet parlementer


menjadikan para menteri diangkat dan bertanggung jawab kepada
parlemen/DPR.

2. Penyimpangan terhadap UUD RIS 1949


• Bentuk negara serikat bertentangan dengan konsep Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

• Penggantian UUD 1945 menjadi UUD RIS.

• Pemerintahan parlementer tidak sesuai dengan semangat UUD 1945.

3. Penyimpangan terhadap UUDS 1950

• Dengan ditetapkanya demokrasi liberal, ditafsirkan sebagai


kebebasan mutlak bagi setiap individu dan partai politik sehingga
timbulnya persaingan tidak sehat yang mengancam persatuan dan
kesatuan bangsa.

• Terjadi instabilitas nasional akibat dari sering berganti-gantinya


kabinet, sehingga program-program yang telah disusun sebelumnya
tidak berjalan.
4. Penyimpangan terhadap UUD 1945 periode 1959-1965 (Orde Lama)

• Presiden membubarkan DPR karena tidak menyetujui RAPBN yang


diusulkan pemerintah.

• Penetapan pidato presiden yang berjudul Penemuan Kembali


Revolusi Kita/Manifesto Politik Republik Indonesia (Manipol) menjadi
GBHN yang bersifat tetap oleh MPRS.

• Pengangkatan presiden seumur hidup melalui TAP MPR No.


lll/MPRS/1963.

• Pimpinan lembaga tinggi dan tertinggi negara diangkat sebagai


menteri negara.

• Kekuasaan presiden melebihi wewenang yang ditetapkan dalam


UUD 1945.

• Tidak berjalannya hak budget DPR karena pemerintah tidak


mengajukan rancangan undang-undang APBN untuk mendapatkan
persetujuan DPR.

5. Penyimpangan terhadap UUD 1945 periode 1965 sampai munculnya


Gerakan Reformasi 1998

• Sistem demokrasi yang dijalankan bersifat feodalisme.

• Kebebasan berbicara terutama yang berkaitan dengan arah


kebijakan pemerintah dibungkam.

• Ekonomi kerakyatan berubah menjadi ekonomi kapitalisme,


monopoli oleh negara berubah menjadi monopoli oleh keluarga.
• Supremasi hukum tidak berjalan, supremasi hukum berubah menjadi
supremasi kekuasan presiden.

• Lembaga legislatif tidak mewakili rakyat bahkan tidak inspiratif


karena hasil rekayasa politik.

• Bermunculannya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).


D. Proses Amendemen UUD 1945
Amendemen ditafsirkan sebagai penambahan atau perubahan pada
sebuah konstitusi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
naskah aslinya.
1. Kesepakatan dasar dalam mengamendemen UUD 1945

• Tidak mengubah Pembukaan UUD 1945.

• Tetap mempertahankan bentuk nyata Negara Kesatuan Republik


Indonesia.

• Tetap mempertahankan sistem presidensial.

• Penjelasan UUD 1945 yang bersifat normatif dimasukan ke dalam


pasal- pasal.

• Perubahan dilakukan secara "addendum".

2. Tahap-tahap amendemen UUD 1945

• Tahap pertama diputuskan dalam Sidang MPR pada 19 Oktober


1999.

• Tahap kedua diputuskan dalam Sidang MPR pada 18 Agustus 2000.

• Tahap ketiga diputuskan dalam Sidang MPR pada 9 November 2001.

• Tahap keempat diputuskan dalam Sidang MPR pada 10 Agustus


2002.
UUD 1945 SEBELUM AMANDEMEN
- PEMBUKAAN
- BATANG TUBUH
16 BAB
37 PASAL
49 AYAT
- 4 PASAL ATURAN PERALIHAN
- 2 AYAT ATURAN TAMBAHAN
- PENJELASAN

UUD 1945 SESUDAH AMANDEMEN


- PEMBUKAAN
- PASAL-PASAL
21 BAB
73 PASAL
170 AYAT
- 3 PASAL ATURAN PERALIHAN
- 2 PASAL ATURAN TAMBAHAN

PASAL - PASAL YANG DIAMANDEMEN


 PERTAMA : MAJULAN GAPATMAJULAS DUPUDUSAT
5,7,9,13,14,15,17,20,21
 KEDUA : PANLANLAS DUPUDUDADUMANAMJUPAN TIPUTINAM
18,19,20,22,25,26,27,28,30,36
 KETIGA : SATGANAMJUPAN LASJULAS DUDADUGADUPAT
1,3,6,7,8,11,17,22,23,24
 KEEMPAT: DUNAMPAN LASNAMLAS DUGAPAT GATUDAGAPATJU
2,6,8,11,16,23,24,31,32,33,34,37
At. Peralihan, At. Tambahan, Bab IV dihapus
E. Struktur Ketatanegaraan
Bhinneka Tunggal Ika
1. Pengertian Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia yang


berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya berbeda-beda tetapi
tetap satu. Diartikan dalam satu persatu kata, yaitu Bhinneka yang
berarti beraneka ragam, diambil dari kata neka dalam bahasa
Sansekerta yaitu macam. Kata tunggal yang memiliki arti satu
dan ika yang berarti itu. Jadi secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika
adalah beraneka ragam satu itu yang bermakna walaupun beraneka
ragam tetapi bangsa Indonesia tetap satu kesatuan. Semboyan ini
menggambarkan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak suku,
bahasa, ras dan agama mampu menjaga persatuan dalam
persaudaraan bangsa dan negara.

2. Fungsi Bhinneka Tunggal Ika

Adapun beberapa fungsi dari Bhinneka Tunggal Ika dalam berbangsa


maupun bermasyarakat, yaitu :
1. Menciptakan dan menjaga kesatuan Republik Indonesia.
2. Membangun kehidupan nasional yang toleran.
3. Sebagai rambu-rambu peraturan dan kebijakan negara.
4. membantu mewujudkan cita-cita leluhur bangsa.
5. Membentengi perdamaian Indonesia.

3. Makna Bhinneka Tunggal Ika

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika memiliki makna sebagai alat pemersatu


bangsa Indonesia. Sesuai dengan artinya yaitu berbeda-beda tetapi tetap
satu, hal tersebut sangat menggambarkan keadaan Indonesia. Dimana
negara ini memiliki banyak pulau yang terpisah, memiliki warga yang
berbeda-beda dalam kepercayaan, ras, suku dan bahasa tetapi tetap satu
Indonesia.
4. Sejarah Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal ika adalah karya sastra agama atau Kakawin Jawa Kuno
yang bernama Kakawin Sutasomo yang dikarang oleh Mpu Tantular
semasa kerajaan Majapahit dibawah kekuasaan Prabu Rajasanagara
atau yang dikenal Raja Hayam Wuruk pada sekitar abad ke-14. Pada
mulanya kalimat Bhinneka Tunggal Ika dalam sastra tersebut adalah
bentuk rasa toleransi dari Mpu Tantular yang merupakan penganut
Buddha Tantrayana yang hidup dilingkungan kerajaan majapahit yang
beragama Hindu-siwa.

Kerajaan Majapahit pada waktu itu dikenal memiliki keragaman


masyarakat dari kepercayaan yang dianut dan orientasi bangunan yang
berupa candi. Masyarakat Majapahit tidak hanya menganut agama
Hindu dan Buddha, tetapi juga ada yang memuja roh-roh leluhur. Di dalam
buku yang berjudul ‘meluruskan sejarah majapahit’ karangan Irawan Joko
Nugroho, menyatakan bahwa Mpu Tantular adalah sosok yang terbuka
pada agama lain terutama Hindu-Siwa. Ia adalah sosok yang memiliki
pandangan tentang nilai-nilai agama secara luas. Hal tersebut terlihat dari
kakawin Sutasomo, karyanya yang terkenal dan karya lain yaitu kakawin
Arjunawijaya. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika diyakini merupakan hasil
pemikiran cemerlang dari sosok Mpu Tantular, yang hingga pada masa itu
kerajaan Majapahit mampu menyatukan Nusantara.

Sedangkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika pada lambang Pancasila


yang dirancang oleh Sultan Hamid II (1913-1978) pertama kali resmi
digunakan dalam sidang kabinet Republik Indonesia Serikat (RIS) pada 11
Februari 1950. Tokoh yang pertama kali mengusulkan penggunaan kata
Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan Republik Indonesia kepada
Presiden Soekarno adalah Mohammad Yamin.
Menurutnya, kutipan dalam karya Mpu Tantular tersebut sangat cocok
untuk diimplementasikan dengan kehidupan pada saat itu, tidak hanya
tentang perbedaan kepercayaan, tetapi juga tentang perbedaan sudut
pandang ideologi, suku, ras, golongan dan etnik.

Sebelum itu, ketika sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan


Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) berlangsung pada Mei-Juni tahun 1945,
Mohammad Yamin beberapa kali menyebut kalimat Bhinneka Tunggal Ika.
Mohammad Yamin dikenal merupakan tokoh bahasa dan kebudayaan
yang memiliki ketertarikan dengan hal-hal yang berkaitan dengan
Majapahit. I Gusti Bagus Suwira yang berasal dari Buleleng menyambung
kalimat Bhinneka Tunggal Ika yang dilontarkan oleh Mohammad Yamin
dengan kalimat Tan Hana Dharma Mangrwa yang berarti tidak ada
kerancuan dalam kebenaran. Hingga akhirnya kalimat Tan Hana Dharma
Mangrwa dijadikan sebagai motto Lembaga Pertahanan Nasional dan
Bhinneka Tungga Ika menjadi semboyan Bangsa Indonesia.

Tetapi sebelum diusulkan menjadi semboyan negara, pada tahun 1888


Bhinneka Tunggal Ika diselidiki oleh Prof. Kerf dan disimpan di perpustakaan
Leiden, Belanda. Tanpa semua sadari saat bangsa ini memerlukan sesuatu
sebagai identitas negara ternyata sang semboyan negara itu telah ada
sejak berabad-abad yang lalu hasil dari pemikiran cendekiawan yang
hebat. Dan sudah melalui perjalanan panjang hingga diikrarkannya
Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan bangsa Indonesia.

Dalam maknanya Bhinneka Tunggal Ika memiliki arti yang menunjukkan


bahwa bangsa Indonesia mencintai, menghargai dan mengakui adanya
keberagaman. Keberagaman tersebut bukanlah pemicu kehancuran,
ketegangan atau keretakan, melainkan sebagai alat pemersatu bangsa.
Contoh soal :

1. Pancasila merupakan ideologi terbuka, disatu pihak kita harus


mempertajam kesadaran akan nilai- nilai yang bersifat abadi. Nilai –
nilai yang bersifat abadi itu terdapat pada ...

a. Pembukaan UUD 1945

b. Batang Tubuh UUD 1945

c. Penjelasan UUD 1945

d. Setiap pasal dalam batang Tubuh UUD 1945

e. Amandemen UUD 1945

Jawab : A. Pembukaan UUD1945

2. Undang-Undang No.31 Tahun 2002 tentang Partai Politik


menyatakan bahwa partai politik perlu diadakan karena ……

a. Banyaknya tuntutan masyarakat untuk membentuk partai politik.

b. Merupakan salah satu wujud partisipasi masyarakat dalam


mengembangkan demokrasi

c. Terbukti bahwa dengan adanya partai politik negara menjadi


demokrasi.

d. Melalui partai politiklah masyarakat dapat memilih presiden dan


wakil presiden.

e. Partai politik merupakan satu-satunya wadah untuk menyalurkan


aspirasi.

Jawab : b. Merupakan salah satu wujud partisipasi masyarakat


dalam mengembangkan demokrasi
3. Bagi bangsa Indonesia Bhinneka Tunggal Ika merupakan…..

A. Pengakuan adanya keragaman

B. Lambang kedaulatan negara

C. Lambang identitas negara

D. Semboyan bangsa

E. Bukti bangsa Indonesia kaya budaya

Jawab : D. Semboyan bangsa

4. Amandemen UUD 1945 ketiga dilakukan pada tanggal...


a. 9 November 2001
b. 9 November 2002
c. 9 November 2003
d. 9 November 2004
e. 9 November 2005

Jawab : a. 9 November 2001

5. Pasal UUD 1945 yang pertama kali diamandemen adalah...


a. 5, 7, 9, 13, 14, 15, 17, 20, 21
b. 5, 7, 9, 13, 14, 15, 17, 20, 22
c. 5, 7, 9, 13, 14, 15, 17, 20, 23
d. 5, 7, 9, 13, 14, 15, 17, 20, 24
e. 5, 7, 9, 13, 14, 15, 17, 20, 25

Jawab : a. 5, 7, 9, 13, 14, 15, 17, 20, 21


6. Macam dan harga Mata uang ditetapkan dalam UUD 1945 pasal...
a. 23A
b. 23B
c. 23C
d. 23D
e. 23E

Jawab : b. 23B

7. Di dalam kehidupan, seorag pemimpin yang baik harus berani


mendorong bawahannya untuk semangat bekerja, agar berani
mengambil keputusan yang kreatif dan sanggup mempertanggung
jawabkannya. Pola kepemimpinan ini dikenal dengan istilah …
a. Ing Ngarso Sung Tulodo
b. Ing Madya Mangun Karso
c. Tut Wuri Handayani
d. Demokrasi Pancasila
e. Bhinneka Tunggal Ika

Jawab : c. Tut Wuri Handayani


Arti tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bias
memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di
tengah atau antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide),
dan ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi
teladan atau contoh tindakan yang baik), sehingga pilihan yang tepat
untuk pertanyaan di atas adalah tut wuri handayani.
8. Aspek kesatuan berdasarkan sumpah pemuda adalah ….

a. satu nusa, aspek satu bangsa dan aspek satu bahasa

b. satu nusa, aspek satu rakyat dan aspek satu bahasa

c. satu negara, aspek satu bangsa dan aspek satu bahasa

d. satu nusa, aspek satu bangsa dan aspek satu perjuangan

e. satu nusa, aspek satu negara dan aspek satu bahasa

Jawab : a. satu nusa, aspek satu bangsa dan aspek satu bahasa

9. Kata Bhineka Tunggal Ika pertama ditulis dalam kitab Sutasoma,


karangan..

a. Mpu Kanwa

b. Mpu Triguna

c. Mpu Panuluh

d. Mpu Tantular

e. Mpu Prapanca

Jawab : d. Mpu Tantular

Anda mungkin juga menyukai