NIM : 1907100035
Judul :
The Entrepreneurial Potential among Undergraduate Students
(Potensi Wirausaha antara Mahasiswa Sarjana)
Pendahuluan :
Kewirausahaan memainkan peran penting dalam pembangunan ekonomi di negara
mana pun dan dapat dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi negara mana pun. Sebagai
negara berkembang, Indonesia diharapkan memiliki jumlah wirausaha yang besar, karena
semakin besar jumlah wirausahawan di suatu negara, perekonomian negara itu semakin
berkembang dan stabil. Peningkatan jumlah wirausaha juga berkorelasi positif dengan
peningkatan lapangan kerja dan peningkatan tingkat kesejahteraan sosial. Dengan demikian,
jumlah pengusaha adalah cerminan dari kemajuan ekonomi suatu negara. Jumlah pengusaha
di Indonesia hanya sekitar 1,65 persen dari populasi, meskipun jumlah ideal yang ingin
dicapai adalah 2 persen (Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia,
2015).
Tujuan penelitian :
Beberapa negara menekankan kewirausahaan sebagai solusi untuk meningkatkan
universitas sudah mulai ditawarkan kursus kewirausahaan kepada siswa mereka dengan
Landasan teori :
Wirausaha adalah orang yang memiliki talenta khusus yang dikembangkannya
sehingga mampu menciptakan sesuatu yang bernilai. Dia mempunyai impian dan
mengubahnya menjadi sesuatu kenyataan yang hebat. Mereka adalah orang-orang yang
sering bekerja selama 80 jam dalam seminggu. Meskipun usia dan bakat mereka berbeda-
beda, tidak peduli tinggal di mana. Pada dasarnya mereka adalah pencipta kreatif yang
karyanya sering dikagumi dan diminati pasar. Apapun macam produk atau jasa yang
Meskipun tidak ada persyaratan latar belakang pendidikan khusus yang harus dimiliki
bagi seseorang untuk memulai bisnis sendiri atau menjadi wirausaha, namun terdapat
beberapa persyaratan lain yang harus ada yang menyangkut ciri-ciri dan sifat-sifat sebagai
wirausaha supaya mereka mampu menjalankan usahanya secara baik dan berhasil. Menurut
beberapa ciri-ciri perilaku wirausaha, yaitu: (1) Keinginan kuat untuk berdiri sendiri; (2)
Kemampuan untuk mengambil risiko-, (3) Kemampuan untuk belajar dari pengalaman; (4)
Memotivasi diri sendiri;(5)Semangat untuk bersaing; (6) Orientasi pada kerja keras; (7)
Percaya pada diri sendiri; (8) Dorongan untuk berprestasi; (9) Tingkat energi yang tinggi;
Terdapat pengaruh orang tua sebagai wirausaha kepada anak-anak mereka. Para
mahasiswa yang kuliah pada jurusan bisnis adalah memang kebanyakan berasal dari
anakanak para pebisnis. Minat mereka menjadi wirausaha semakin kuat didorong oleh
pergaulannya dengan orang-orang yang biasa berbicara dan membahas masalah-masalah
yang berkaitan dengan kewirausahaan dan juga gaya hidup yang mereka tampilkan. Dengan
demikian penelitian itu menunjukkan bahwa untuk melahirkan seorang calon wirausaha
diperlukan upaya yang terarah secara jelas. Di mana perilaku, watak, pola berpikir dan cara
kerja atau secara umum dikatakan sebagai personal competence sudah harus diprogram
semenjak masa kanak-kanak sebelum memasuki bangku kuliah.
Seorang wirausaha memiliki karakteristik motivasi diri, pengendalian diri,
pengambilan risiko dan kreatif. Sikap, keterampilan hubungan antar pribadi, dan proses
pengamatan sosial dipelajari dari seseorang dalam proses menjadi wirausaha. Wirausaha
tidak hanya dilahirkan, tetapi mereka bisa dibentuk. Suatu penelitian ke dalam psikologi
menghasilkan temuan baru yang mempunyai dua implikasi menarik: (1) Keyakinan seseorang
tentang potensi wirausaha dapat diubah; dan (2) pendidikan, pelatihan, dan konsultasi bisnis
mempunyai peran penting mendukung sukses seseorang untuk berwirausaha. Dalam hal ini
pengalaman dan perubahan dalam individu memainkan peranan yang sangat penting.
Seseorang yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi yang kuat adalah mereka yang
mampu mengatasi masalah mereka, menentukan target, dan berbisnis untuk mencapai target
dengan bisnis sendiri. Locus of control seseorang dapat dilihat sebagai suatu yang internal
ataupun eksternal. Harapan dapat mengendalikan diri sendiri dalam hidupnya (internal), di
mana tindakan seseorang akan sangat bergantung pada perilaku dan sikap yang dibawa sejak
lahir. Harapan pengendalian eksternal merupakan sikap yang memfokuskan pada tindakan
orang lain, takdir, keberuntungan dan kesempatan.. Risiko ekonomis, kekuatan untuk
memutuskan komitmen ekonomis, dan kenyataan bahwa pendapatan personal sangat
bergantung pada keuntungan bisnisnya, merupakan faktor yang menuntut karakteristik
seseorang untuk berprestasi atau berwirausaha.
Kehadiran wirausaha terbukti mampu mendukung berkembangnya perekonomian
suatu negara. Para wirausaha umumnya berangkat dari bisnis yang kecil (small enterprise)
dengan ketekunan dan semangat juang (striving) yang tinggi. Hasilnya tidak sedikit di antara
mereka yang bisnisnya menjadi berkembang bahkan bertambah besar. Secara umum, hampir
semua wirausaha yang berhasil memiliki serangkaian karakteristik yang membedakan mereka
berkomunikasi, komitmen dan kepedulian untuk membina hubungan yang semakin baik
dengan pelanggan, bahkan sering kali hubungan dengan pelanggan dilakukan secara pribadi.
Hampir dari semua wirausaha yang sukses menunjukkan suatu kebutuhan yang kuat akan
kebebasan pribadi dan kesempatan untuk berkembang dan untuk suatu ekspresi kreatif yang
seringkali muncul seiring dengan pengoperasian bisnisnya. Karakteristik lain yang menonjol
adalah berkenaan dengan fleksibilitas dan kecerdikan dalam bereaksi terhadap perubahan di
pasar atau melihat peluang yang dapat dimanfaatkan, keberanian mengambil risiko, inovatif,
Penelitian ini merupakan tahap awal dari suatu pemikiran untuk mengidentifikasi
karakteristik perilaku wirausaha yang sukses yang dapat digunakan sebagai dasar pemahaman
bahwa untuk menjadi atau berkarier sebagai wirausaha dituntut memiliki karakteristik
bisnisnya didasarkan pada kebutuhan lingkungan dan hubungannya dengan orang lain.
Metode penelitian :
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dan metode survei. Penelitian ini
dilakukan di Institut Pertanian Bogor sejak Mei hingga Juni 2015. Teknik convenience
sampling diberikan dan 456 mahasiswa dengan data lengkap terlibat dalam penelitian ini.
Data dikumpulkan melalui kuesioner laporan diri online. Variabel yang diteliti dalam
penelitian ini adalah peran pendidikan formal, konsep diri dan potensi kewirausahaan, yang
diadaptasi dari survei kewirausahaan yang dilakukan oleh Gallup Organization di UE dan
selanjutnya (2010). Selain itu, karakteristik demografis seperti jenis kelamin, usia dan
Hipotesis :
Analisis data uji yang digunakan adalah deskriptif, crosstab dan uji inferensial yang terdiri
dari uji perbandingan, korelasi dan regresi
Hasil penelitian :
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian
lebih besar dari laki-laki (32,9%). Ini hasilnya sesuai dengan proporsi sarjana mahasiswa
Institut Pertanian Bogor, yang,jumlah wanita lebih besar daripada pria. Hasil menunjukkan
bahwa usia siswa berkisar antara 18 dan 24 tahun, yang proporsi terbesar (29,8%) adalah 20
tahun. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi terbesar laki-laki (28,0%) dan perempuan
(30,7%) juga berumur 20 tahun tua. Sementara itu, semester berkisar antara detik hingga
semester kedelapan. Proporsi terbesar siswa (38,8%) mengambil kursus di semester keenam
Pembahasan :
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan kajian . Ini berarti bahwa kecenderungan pria
untuk menjadi perintis, menikmati membuat mereka keputusan sendiri, menikmati kompetisi,
memiliki yang kuat akan, membangun tim, merencanakan, menerima saran dan beradaptasi
dengan perubahan lebih tinggi daripada wanita. Itu hasilnya sejalan dengan Bonnet dan
Furhnham (1991) dan Mueller (2004) yang menyimpulkan bahwa pria lebih banyak
adalah hal-hal penting yang perlu dimiliki. Skor total konsep diri dikategorikan ke dalam tiga
kelompok, yaitu rendah (skor <60), sedang (skor 60-80), dan tinggi (skor> 80). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa proporsi terbesar pria (65,3%) dan wanita (51,6%) berada
dalam kategori tinggi konsep diri. Ini berarti bahwa baik pria maupun wanita memiliki
Konsep diri siswa tinggi. Namun, ada perbedaan antara pria dan wanita, yang pria
memiliki konsep diri yang lebih tinggi daripada wanita. Hal ini mengindikasikan bahwa pria
cenderung menjadi perintis, lebih senang membuat keputusan sendiri, cenderung menikmati
kompetisi, memiliki kemauan lebih kuat, mampu membangun tim dan mampu merencanakan
daripada wanita. Berdasarkan studi sebelumnya, pria lebih tertarik dan ingin memulai bisnis
daripada wanita karena mereka memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi, kemampuan
untuk menganalisis situasi dan memecahkan masalah juga kemampuan untuk mengubah
hambatan menjadi peluang daripada wanita (Brijal 2011; Yuhendri, 2015). Kasali (2008)
mengungkapkan bahwa secara psikologis wanita juga cenderung sulit untuk memulai bisnis
baru karena terlalu banyak pertimbangan. Wanita lebih konservatif dengan pertimbangan
penuh dan cenderung tidak melakukan perubahan, yang menunjukkan keberanian lebih kecil
untuk menanggung risiko daripada pria, sementara pria lebih inovatif (Schotchmer2007).
Kesimpulan :
Kekuatan utama yang menonjol ini Proporsi terbesar siswa adalah perempuan, 20 tahun dan
saat ini belajar di semester enam. Peran pendidikan formal antara pria dan wanita cenderung
sama, di mana proporsi terbesar wanita dikategorikan sebagai kategori sedang dan proporsi
terbesar pria dikategorikan sebagai kategori tinggi. Sementara itu, konsep diri dan potensi
wirausaha pria lebih tinggi daripada wanita. Peningkatan konsep diri pada siswa akan
kewirausahaan, universitas dapat memperkuat konsep diri siswa dengan menanamkan nilai-
nilai kewirausahaan dan pelatihan untuk membentuk konsep diri yang baik.
Abstract
Entrepreneurship plays a vital role in the economic development of any country and it
can be linked to economic growth of any nations. The research aimed to identify
formal education’s role and self-concept among undergraduate students and its
influence towards their entrepreneurial potential. In accomplish the purpose, an online
questionnaire was administered to 456 students of Bogor Agricultural University,
Indonesia. The collected data was analyzed by multiple regression model. The results
revealed that self-concept was positively influence the entrepreneurial potential. The
universities can strengthen student self-concept by instilling the values of
entrepreneurship and training to shape a good self-concept.
REFERENCES
Albert, P., Fournier, R., & Marion, S. (1991). Developing entrepreneurial attitudes and
management competence among scientists: the Group ESC Lyon’s experience.
Entrepreneurship and Regional Development, 3(4), 349-362.
Bechard, J. P., & Toulouse, J.M. (1998). Validation of a didactic model for the
analysis of training objectives in entrepreneurship. Journal of Business Venturing,
13(4), 317- 332.
Brophy, M., & Kiely, T. (2002). Competencies: A new sector. Journal of European
Industrial Training, 26 (2), 165-176.
Chamard, J. (1989). Public Education: Its effect on entrepreneurial characteristics,
Journal of Small Business and Entrepreneurship, 6(2): 23-30.
CO, J., Groenewald, J., Mitchell, B., Nayager, T., Van Zyl, J., Visser, K., &
Emanual, B. (2006). Entrepreneurship. Fresh perspectives.
Ede, F.O., Panigrahi, B., & Calcich, S.E. (1998). African American students’ attitudes
toward entrepreneurship education. Journal of Education for Business, 73(5): 291-296.
Gorman, G., Hanlon, D., & King, W. (1997). Some research perspectives on
entrepreneurship education, enterprise education and education for small business
management: a ten-year literature review. International Small Business Journal, 15(3):
56-79.
Krueger, N.F., & Brazeal, D.V. (1994). Entrepreneurial Potential and Potential
Entrepreneurs. Texas: Baylor University
Mueller, S.L. (2004). Gender gaps in potential for entrepreneurship across countries
and cultures. Journal of Developmental Entrepreneurship, 9(3): 199–220.
Mueller, S. L., & Thomas A. S. (2001). Culture and entrepreneurial potential: A nine
country study of locus of control and innovativeness.
Hansemark, O. (1998). The effects of an Journal of Business
Venturing, 16(1): 51–75. entrepreneurship program on need for achievement
and locus of control reinforcement. International Journal of Nabi, Gen
&repr Holden, Reneurship: In(2008). Graduate entions, education
Entrepreneurship Behavior and Research, 4(1), 28-50.
Hatten, T., & Ruhland. (1995). Student attitudes toward entrepreneurship as affected
by participation in an SBI program. Journal of Education for Business, 7(4): 224-227.
NIM : 1907100031
Judul :
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA MINAT
BERWIRAUSAHA MAHASISWA
Pendahuluan :
Saat ini menjadi penting untuk memperkenalkan kewirausahaan di kedua negara,
yaitu negara maju dan berkembang (Ozaralli & Rivenburgh, 2016). Di negara maju, seperti
Amerika Serikat, kewirausahaan telah lama dianggap sebagai cara untuk memacu inovasi
dan kemajuan teknologi, menimbulkan persaingan, dan menciptakan lapangan kerja, yang
mengarah ke pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan nasional (Holmgren, 2005). Salah satu
syarat suatu negara dapat menjadi negara maju adalah jika jumlah wirausahanya mencapai2%
dari jumlah populasi masyarakat. Indonesia sendiri baru memiliki 1,5% wirausaha dari
sekitar 252 juta penduduk, sehingga Indonesia masih membutuhkan sekitar 1,7 juta
wirausaha untuk mencapai angka 2%. Rata-rata penduduk di Indonesia memilih untuk
menjadi pegawai daripada menjadi wirausaha (Loso, 2008)
Fenomena tersebut terjadi dikarenakan masih rendahnya motivasi dan minat
masyarakat Indonesia. Jika pola pikir masyarakat tidak diubah maka Indonesia akan
mempunyai banyak permasalahan, salah satunya adalah semakin menyempitnya lapangan
pekerjaan, banyaknya kesempatan kerja dengan orang yang mencari kerja lebih banyak orang
yang mencari kerja, sehingga banyak orang yang tidak mendapatkan pekerjaan yang
mengakibatkan jumlah pengangguran khususnya pengangguran intelektual menjadi semakin
besar serta berdampak pada kondisi perekonomian di Indonesia.
Suatu hal yang tak dapat dipungkiri bahwa Indonesia menghadapi masalah
keterbatasan kesempatan kerja bagi para lulusan perguruan tinggi dengan semakin
meningkatnya jumlah pengangguran intelektual belakangan ini. Data dari Badan Pusat
Tujuan penelitian :
Beberapa negara menekankan kewirausahaan sebagai solusi untuk meningkatkan
pengangguran di kalangan lulusan universitas individu muda. niat berwirausaha didefinisikan
sebagai tendensi keinginan individu untuk melakukan tindakan wirausaha dengan
menciptakan produk baru melalui peluang bisnis dan pengambilan risiko. Kegiatan
kewirausahaan sangat ditentukan oleh niat individu itu sendiri.
Landasan teori :
Model analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah model analisis Partial
Least Square (PLS) mengikuti pola model persamaan struktural (SEM) berbasis varian
yang secara stimultan dapat melakukan pengujian model pengukuran sekaligus pengujian
model struktural. Untuk uji validitas dan reliabilitas peneliti menggunakan model
pengukuran, sedangkan model struktural digunakan untuk uji kausalitas (pengujian hipotesis
dengan model prediksi). Menurut Abdillah dan Jogiyanto (2009), PLS sebagai SEM berbasis
varian dengan AMOS dan LISREL berbeda dengan PLS sebagai SEM berbasis varian
kovarian. SEM berbasis varian bertujuan untuk memprediksi model untuk pengembangan
teori, sedangkan SEM berbasis kovarian bertujuan untuk mengestimasi model untuk
pengujian atau konfirmasi teori.
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian cross-sectional, yaitu penelitian
yang hanya mengambil data melalui penyebaran kuesioner hanya dalam satu saat saja dengan
menggunakan desain survei sebagai teknik pengumpulan data yang bertujuan untuk
memperoleh keterangan secara nyata melalui penggunaan kuesioner sebagai alat pengumpul
data yang utama (Sekaran, 2006). Instrumen dalam penelitian ini mengadopsi instrumen
penelitian yang telah dikembangkan oleh peneliti sebelumnya dimana semua jawaban dari
pertanyaan akan diukur dalam lima skor dengan menggunakan skala ordinal 5 poin Likert,
mulai dari sangat setuju (poin 5) sampai sangat tidak setuju (poin 1). Unit analisis penelitian
ini adalah individu. Artinya responden penelitian yang menjadi sample mewakili dirinya
sendiri.
Hipotesis :
Pengujian statistik yang bertujuan untuk menguji efek prediksi antar variabel laten
untuk melihat apakah ada hubungan atau pengaruh antarvariabel tersebut disebut dengan
model prediksi. Penggunaan model prediksi ini memiliki konsekuensi tersendiri, yaitu
pengujian dapat dilakukan tanpa dasar teori yang kuat, mengabaikan beberapa asumsi, dan
parameter ketepatan model prediksi dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2). Karena
alasan inilah, model prediksi sangat tepat dilakukan pada penelitian yang bertujuan untuk
mengembangkan teori.Pengujian statistika yang bertujuan untuk mengestimasi model
teoritikal yang dibangun dengan mengukur kelayakan model pada jenjang variabel laten
dan parameter yang diestimasi atau indikatornya disebut dengan model estimasi.
Sama seperti model prediksi, model estimasi juga memiliki konsekuensi tersendiri
dalam penggunaannya. Konsekuensi penggunaan model estimasi adalah pengujian menuntut
Hasil penelitian :
Pembahasan :
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan kajian . Ini berarti bahwa kecenderungan
pria untuk menjadi perintis, menikmati membuat mereka keputusan sendiri, menikmati
kompetisi, memiliki yang kuatoleh penelitian yang dilakukan oleh Zain, Akram dan Ghani
(2010) bahwa internal locus of control mempengaruhi secara langsung terhadap minat
berwirausaha siswa di Malaysia, serta pengaruh trait ekonomi terhadap intensi berwirausaha
siswa. Individu dengan internal locus of control bergantung pada mereka sendiri untuk
memutuskan apa yang benar atau salah dan berkaitan dengan keberhasilan dalam
berwirausaha (Forte, 2005). Mahasiswa yang mempunyai internal locus of control yang kuat
biasanya percaya bahwa keberhasilan dalam meraih tujuan hidupnya bergantung pada
tindakan atau keputusan yang mereka buat sendiri dalam berwirausaha.
Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah pengaruh internal locus of control
terhadap need for achievement pada mahasiswa STIE YKPN. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa nilai P < 0,01 dengan nilai signifikansi 5% hal tersebut menunjukkan bahwa variabel
internal locus of control berpengaruh terhadap variabel need for achievement mahasiswa
STIE YKPN. Seseorang dengan kepercayaan/ keyakinan diri yang tinggi sebagai
memberikan hasil yang baik, orang-orang dengan keyakinan internal locus of control yang
dianggap memiliki tingkat need of achievement yang tinggi (Abdel &Halim, 1980; Spector,
1982 dalam Riipinen, 1994). Internal locus of control yang kuat akan berpengaruh terhadap
need for achievement. Oleh karena itu, sangat mungkin bahwa baik internal locus of
Kesimpulan :
Kekuatan utama yang menonjol ini Hal tersebut menunjukkan bahwa segala sesuatu
yang ada di lingkungan menjadi dukungan sosial atau tidak, tergantung pada sejauh mana
individu merasakan hal tersebut sebagai dukungan sosial. Para mahasiswa atau remaja akhir
bukan hanya dukungan sosial yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya need for
achievement namun dipengaruhi juga oleh beberapa faktor internal seperti usia, jenis
kelamin, kemampuan, minat, harapan atau keyakinan (Tobing., et al., 2015). Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Rola F (2006) dalam (Tobing., et al., 2015) yang
menyatakan bahwa konsep diri berhubungan dengan motivasi berprestasi pada remaja,
apabila remaja merasa dirinya saat ini kurang berprestasi, namun dirinya merasa mampu
untuk berprestasi maka remaja tersebut akan termotivasi sendiri untuk meningkatkan
prestasinya.
Abstract:
The Factors Affecting the Entrepreneurial Intention of College Students. The
alternative to solve an unemployment problem is to empower the educated person through
entrepreneurship programs at colleges that are expected to contribute to employment, thereby
reducing unemployment and the burden on the state. This study tested a model that aims to
determine the influence of internal locus of control, social support and the need for
achievement against in entrepreneurial intention of the student. This study was a cross-
sectional. The results show a significant relationship between internal locus of control and
social support to the entrepreneurial intention of students. There is a significant relationship
between internal locus of control and the need for achievement of students. There is an
insignificant relationship between social support and the need for achievement and the last
there is a significant relationship between need for achievement and entrepreneurial intention
of students.
REFERENCES
Abdillah, W & Jogiyanto, H. M. (2009).Konsep Dan Aplikasi PLS (Partial Least
Square) Untuk Penelitian Empiris. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Dan Bisnis.
Yogyakarta: UGM.
Hansemark, C.O. (2003). Need for Achievement, Locus of Control and The Prediction
ofBusiness Start-Ups: A Longitudinal Study. Journal of Economic Psychology, 24(3), 301-
319.
NIM : 1907100031
Judul :
Pendahuluan :
Permasalahan dari berbagai penjuru menimpa pelaku usaha kecil, diantaranya adalah
organisasi lemah, pemasaran sulit, modal usaha kecil, jiwa kewirausahaan rendah, kurang
memperhatikan lingkungan dan layanan kurang baik (Sukirman2010). Keterpurukan
usaha kecil tidak terlepas dari ketergantungan terhadap pemerintah,
perilakukewirausahaan tanpa didasari kemampuan dalam mengelolausaha, serta regulasi di
sektor usaha kecil yang dipandang belum mampu mendorong terciptanya pengelolaan usaha
kecil yang dinamis dan inovasi.
Tujuan penelitian :
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memberi bukti empiris sejauh mana jiwa dan
nilai kewirausahaan mempengaruhi terbentuknya kemandirian usaha dari aspek jiwa
kewirausahaan, nilai kewirausahaan, perilaku kewirausahaan, dan kemandirian usaha. Hasil
kajian akan memberikan output tentang pemberdayaan usaha kecil menuju kemandirian
usaha, yang memuat strategi pengelolaan jiwa kewirausahaan, strategi pengelolaan nilai
kewirausahaan, dan strategi pengelolaan perilaku kewirausahaan.
Landasan teori :
Metode penelitian :
Model analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah model analisis Partial Least
Square (PLS) mengikuti pola model persamaan struktural (SEM) berbasis varian yang
secara stimultan dapat melakukan pengujian model pengukuran sekaligus pengujian model
struktural. Sampel dalam penelitian ini menggunakan perbandingan jumlah indikator dengan
jumlah sampel untuk analisis multivariat yaitu satu berbanding 5 sampai dengan 10 (Hair et
al., 2011). Setiap indikator diperlukan minimal 5 dan maksimal 10 sampel. Jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan perbandingan 1 indikator berbanding 5
sampel. Dalam penelitian ini terdapat terdapat 25 indikator yang diubah menjadi pernyataan
dalam kuesioner penelitian, sehingga jumlah sampel yang digunakan untuk penelitian adalah
125 responden
Hipotesis :
Pengujian statistik yang bertujuan untuk Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat
Statistik dan Dinas Koperasi dan UMKM. Data diolah dengan menggunakan Structural
Equation Modelling (SEM) dari paket software statistik AMOS. Uji validitas digunakan
untuk mengukur suatu kuesioner, dikatakan valid apabila mampu mengukur nilai variabel
yang diteliti. Validitas instrumen harus memiliki dua unsur, yaitu faktor ketepatan dan faktor
kecermatan (Suliyanto 2006). Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur sejauhmana
hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, apabila pengukuran dilakuka n secara berulang
Hasil penelitian :
Berdasarkan hasil analisis penelitian ini memberi bukti empiris bahwa jiwa
kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewirausahaan (hipotesis
pertama terdukung). Kondisi ini menunjukkan bahwa jiwa kewirausahaan yang dimiliki
pelaku usaha kecil mampu meningkatkan terbentuknya perilaku kewirausahaan, mendoronga
serta menumbuhkan semangat bagi pelaku usaha kecil dalam menjalankan kegiatan usaha.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Husaini (2004) yang mengatakan bahwa jiwa
kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewirausahaan. Berarti
pelaku usaha kecil diharapkan mengedepankan jiwa kewirausahaan dalam setiap kegiatan
bisnis dengan sebaik- baiknya supaya dapat membentuk perilaku kewirausahaan yang kuat
dan tangguh.
Pembahasan :
Dalam penelitian ini, kewirausahaan yang dikembangkan oleh pelaku usaha kecil
mampu memberdayakan kegiatan bisnis demi kelangsungan usaha. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Choueke dan Armstrong (1988) bahwa nilai kewirausahaan
berpengaruh kuat terhadap perilaku kewirausahaan. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan
bahwa pelaku usaha kecil memiliki nilai kewirausahaan yang mampu meningkatkan perilaku
kewirausahaan. Nilai kewirausahaan yang dimiliki pelaku usaha kecil mampu mewujudkan
terbentuknya perilaku usaha melalui pengembangan usaha dan pengambilan keputusan yang
dilakukan dalam menjalankan usaha. Keberanian untuk mengembangkan usaha serta
pengambilan keputusan pada saat yang tepat sudah biasa dilakukan pelaku usaha kecil karena
merupakan aktifitas yang harus dipilih agar perusahaan tidak mengalami kegagalan usaha.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa jiwa kewirausahaan tidak mempunyai
pengaruh terhadap kemandirian usaha (hipotesis ketiga tidak didukung). Hasil ini
bertentangan dengan penelitian Basuki (2007) yang menunjukkan bahwa jiwa kewirausahaan
Penelitian ini juga menunjukkan hasil bahwa nilai kewirausahaan tidak mempunyai
pengaruh terhadap kemandirian usaha (hipotesis keempat tidak didukung). Semakin kuat nilai
kewirausahaan bagi pelaku usaha kecil maka akan semakin kuat pula terbentuknya
kemandirian usaha. Kondisi ini menunjukkan walaupun nilai kewirausahaan kuat tidak selalu
membangkitkan terbentuknya kemandiran usaha bagi pelaku usaha kecil. Atas dasar temuan
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terbentuknya kemandirian usaha tidak tergantung
pada kuat atau lemahnya nilai kewirausahaan.
Kesimpulan :
Abstract:
It is necessary to anticipate small businesses’ difficulties by conducting an empirical
study on the entrepreneurial spirit, entrepreneurial values, and assessment of entrepreneurial
behavior that may affect the realization of independence efforts. This study aims to analyze
the influence of entrepreneurial spirit and entrepreneurial values on entrepreneurial behavior
to create business independence. Our sample of 125 small business owners consist of 45
Pekalongan batik business owners, 42 small producers of typical Malang (Batu) food, and 38
ceramics business owners from Kasongan Bantul Yogyakarta. We use path analysis of
Structural Equation Modelling (SEM) to analyze our date. The findings show that the
entrepreneurial spirit has a direct positive influence on entrepreneurial behavior and
positive indirect effect on the business independence. Further, entrepreneurial values have a
direct impact on entrepreneurial behavior and also a positive indirect effect on the
independence of the business. Meanwhile, entrepreneurial behavior has a positive effect on
independence of business.
REFERENCES
Abdul Baten, Md. 2018. “Beyond the fraud triangle; why people engage in pecuniary crimes?
Introduction.” Int. J. Adv. Res 6 (1): 2320–5407. https://doi.org/10.21474/IJAR01/6313.
Boohene, Rosemond, Alison Sheridan, dan Bernice Kotey. 2008. “Gender, personal values,
strategies and small business performance: A Ghanaian case study.” Equal Opportunities
International 27 (3): 237–57. https://doi.org/10.1108/02610150810860075.
Bracker, Jeffrey S., Barbara W. Keats, dan John N. Pearson. 2006. “Planning and financial
performance among small firms in a growth industry.” Strategic Management Journal 9 (6):
591–603. https://doi.org/10.1002/smj.4250090606.
Choueke, Richard, dan Roger Armstrong. 1988. “The learning organisation in small and
medium-size enterprises, a destination or a journey.” International Journal of
Entrepreneurial Behaviour & Research 4 (2): 129–140.
https://doi.org/10.1108/13552559810224585.
.