Anda di halaman 1dari 23

NAMA : Suparjan

NIM : 1907100035

REVIEW JURNAL ENTREPRENEURSHIP ke- 1

Judul :
The Entrepreneurial Potential among Undergraduate Students
(Potensi Wirausaha antara Mahasiswa Sarjana)

By : Jurnal Bisnis & Manajemen, 2016, Vol. XVII, No. 2, 75-84

Pendahuluan :
Kewirausahaan memainkan peran penting dalam pembangunan ekonomi di negara

mana pun dan dapat dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi negara mana pun. Sebagai

negara berkembang, Indonesia diharapkan memiliki jumlah wirausaha yang besar, karena

semakin besar jumlah wirausahawan di suatu negara, perekonomian negara itu semakin

berkembang dan stabil. Peningkatan jumlah wirausaha juga berkorelasi positif dengan

peningkatan lapangan kerja dan peningkatan tingkat kesejahteraan sosial. Dengan demikian,

jumlah pengusaha adalah cerminan dari kemajuan ekonomi suatu negara. Jumlah pengusaha

di Indonesia hanya sekitar 1,65 persen dari populasi, meskipun jumlah ideal yang ingin

dicapai adalah 2 persen (Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia,

2015).

Tujuan penelitian :
Beberapa negara menekankan kewirausahaan sebagai solusi untuk meningkatkan

pengangguran di kalangan lulusan universitas individu muda. Program bersama dengan

universitas sudah mulai ditawarkan kursus kewirausahaan kepada siswa mereka dengan

bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kewirausahaan mereka dan keterampilan.

Landasan teori :
Wirausaha adalah orang yang memiliki talenta khusus yang dikembangkannya

sehingga mampu menciptakan sesuatu yang bernilai. Dia mempunyai impian dan

mengubahnya menjadi sesuatu kenyataan yang hebat. Mereka adalah orang-orang yang

sering bekerja selama 80 jam dalam seminggu. Meskipun usia dan bakat mereka berbeda-

beda, tidak peduli tinggal di mana. Pada dasarnya mereka adalah pencipta kreatif yang

karyanya sering dikagumi dan diminati pasar. Apapun macam produk atau jasa yang

TUGAS 3 JURNAL Suparjan 19071000035


diberikan, seorang wirausaha yang berhasil selalu dapat mempersatukan antara impian

dengan realitas yang dibangunnya.

Meskipun tidak ada persyaratan latar belakang pendidikan khusus yang harus dimiliki

bagi seseorang untuk memulai bisnis sendiri atau menjadi wirausaha, namun terdapat

beberapa persyaratan lain yang harus ada yang menyangkut ciri-ciri dan sifat-sifat sebagai

wirausaha supaya mereka mampu menjalankan usahanya secara baik dan berhasil. Menurut

Musselmar, dan Jackson (1984) dalam bukunya Introduction to Business mengemukakan

beberapa ciri-ciri perilaku wirausaha, yaitu: (1) Keinginan kuat untuk berdiri sendiri; (2)

Kemampuan untuk mengambil risiko-, (3) Kemampuan untuk belajar dari pengalaman; (4)

Memotivasi diri sendiri;(5)Semangat untuk bersaing; (6) Orientasi pada kerja keras; (7)

Percaya pada diri sendiri; (8) Dorongan untuk berprestasi; (9) Tingkat energi yang tinggi;

(10) Tegas; dan (11) Yakin padakemampuan diri sendiri.

Terdapat pengaruh orang tua sebagai wirausaha kepada anak-anak mereka. Para
mahasiswa yang kuliah pada jurusan bisnis adalah memang kebanyakan berasal dari
anakanak para pebisnis. Minat mereka menjadi wirausaha semakin kuat didorong oleh
pergaulannya dengan orang-orang yang biasa berbicara dan membahas masalah-masalah
yang berkaitan dengan kewirausahaan dan juga gaya hidup yang mereka tampilkan. Dengan
demikian penelitian itu menunjukkan bahwa untuk melahirkan seorang calon wirausaha
diperlukan upaya yang terarah secara jelas. Di mana perilaku, watak, pola berpikir dan cara
kerja atau secara umum dikatakan sebagai personal competence sudah harus diprogram
semenjak masa kanak-kanak sebelum memasuki bangku kuliah.
Seorang wirausaha memiliki karakteristik motivasi diri, pengendalian diri,

pengambilan risiko dan kreatif. Sikap, keterampilan hubungan antar pribadi, dan proses

pengamatan sosial dipelajari dari seseorang dalam proses menjadi wirausaha. Wirausaha

tidak hanya dilahirkan, tetapi mereka bisa dibentuk. Suatu penelitian ke dalam psikologi

menghasilkan temuan baru yang mempunyai dua implikasi menarik: (1) Keyakinan seseorang

tentang potensi wirausaha dapat diubah; dan (2) pendidikan, pelatihan, dan konsultasi bisnis

mempunyai peran penting mendukung sukses seseorang untuk berwirausaha. Dalam hal ini

pengalaman dan perubahan dalam individu memainkan peranan yang sangat penting.

TUGAS 3 JURNAL Suparjan 19071000035


Sehingga menjadi wirausaha dapat merubah kehidupan seseorang yang sudah barang tentu

berpengaruh pada karakteristik personal.

Seseorang yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi yang kuat adalah mereka yang
mampu mengatasi masalah mereka, menentukan target, dan berbisnis untuk mencapai target
dengan bisnis sendiri. Locus of control seseorang dapat dilihat sebagai suatu yang internal
ataupun eksternal. Harapan dapat mengendalikan diri sendiri dalam hidupnya (internal), di
mana tindakan seseorang akan sangat bergantung pada perilaku dan sikap yang dibawa sejak
lahir. Harapan pengendalian eksternal merupakan sikap yang memfokuskan pada tindakan
orang lain, takdir, keberuntungan dan kesempatan.. Risiko ekonomis, kekuatan untuk
memutuskan komitmen ekonomis, dan kenyataan bahwa pendapatan personal sangat
bergantung pada keuntungan bisnisnya, merupakan faktor yang menuntut karakteristik
seseorang untuk berprestasi atau berwirausaha.
Kehadiran wirausaha terbukti mampu mendukung berkembangnya perekonomian

suatu negara. Para wirausaha umumnya berangkat dari bisnis yang kecil (small enterprise)

dengan ketekunan dan semangat juang (striving) yang tinggi. Hasilnya tidak sedikit di antara

mereka yang bisnisnya menjadi berkembang bahkan bertambah besar. Secara umum, hampir

semua wirausaha yang berhasil memiliki serangkaian karakteristik yang membedakan mereka

dari pebisnis pada umumnya, contohnya keberanian mengambil risiko, keterampilan

berkomunikasi, komitmen dan kepedulian untuk membina hubungan yang semakin baik

dengan pelanggan, bahkan sering kali hubungan dengan pelanggan dilakukan secara pribadi.

Hampir dari semua wirausaha yang sukses menunjukkan suatu kebutuhan yang kuat akan

kebebasan pribadi dan kesempatan untuk berkembang dan untuk suatu ekspresi kreatif yang

seringkali muncul seiring dengan pengoperasian bisnisnya. Karakteristik lain yang menonjol

adalah berkenaan dengan fleksibilitas dan kecerdikan dalam bereaksi terhadap perubahan di

pasar atau melihat peluang yang dapat dimanfaatkan, keberanian mengambil risiko, inovatif,

keterampilan pemasaran dan kemampuan untuk bekerja sama.

Penelitian ini merupakan tahap awal dari suatu pemikiran untuk mengidentifikasi

karakteristik perilaku wirausaha yang sukses yang dapat digunakan sebagai dasar pemahaman

bahwa untuk menjadi atau berkarier sebagai wirausaha dituntut memiliki karakteristik

perilaku tertentu yang kemungkinannya dapat dibentuk. Kebanyakan wirausaha membangun

TUGAS 3 JURNAL Suparjan 19071000035


bisnisnya bukan secara kebetulan, tetapi direncanakan secara seksama. Mereka memulai

bisnisnya didasarkan pada kebutuhan lingkungan dan hubungannya dengan orang lain.

Metode penelitian :
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dan metode survei. Penelitian ini

dilakukan di Institut Pertanian Bogor sejak Mei hingga Juni 2015. Teknik convenience

sampling diberikan dan 456 mahasiswa dengan data lengkap terlibat dalam penelitian ini.

Data dikumpulkan melalui kuesioner laporan diri online. Variabel yang diteliti dalam

penelitian ini adalah peran pendidikan formal, konsep diri dan potensi kewirausahaan, yang

diadaptasi dari survei kewirausahaan yang dilakukan oleh Gallup Organization di UE dan

selanjutnya (2010). Selain itu, karakteristik demografis seperti jenis kelamin, usia dan

semester juga diselidiki.Instrumen penelitian diuji validitas dan reliabilitasnya.

Hipotesis :
Analisis data uji yang digunakan adalah deskriptif, crosstab dan uji inferensial yang terdiri
dari uji perbandingan, korelasi dan regresi

Hasil penelitian :
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian

ini adalah456 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentaseperempuan (67,1%)

lebih besar dari laki-laki (32,9%). Ini hasilnya sesuai dengan proporsi sarjana mahasiswa

Institut Pertanian Bogor, yang,jumlah wanita lebih besar daripada pria. Hasil menunjukkan

bahwa usia siswa berkisar antara 18 dan 24 tahun, yang proporsi terbesar (29,8%) adalah 20

tahun. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi terbesar laki-laki (28,0%) dan perempuan

(30,7%) juga berumur 20 tahun tua. Sementara itu, semester berkisar antara detik hingga

semester kedelapan. Proporsi terbesar siswa (38,8%) mengambil kursus di semester keenam

Pembahasan :

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan kajian . Ini berarti bahwa kecenderungan pria

untuk menjadi perintis, menikmati membuat mereka keputusan sendiri, menikmati kompetisi,

memiliki yang kuat akan, membangun tim, merencanakan, menerima saran dan beradaptasi

dengan perubahan lebih tinggi daripada wanita. Itu hasilnya sejalan dengan Bonnet dan

Furhnham (1991) dan Mueller (2004) yang menyimpulkan bahwa pria lebih banyak

TUGAS 3 JURNAL Suparjan 19071000035


kemungkinan wanita melakukan kewirausahaan usaha. Kemampuan untuk bereaksi secara

proaktif terhadaplingkungan untuk meminimalkan dampak negatif dari lingkungan bisnis

adalah hal-hal penting yang perlu dimiliki. Skor total konsep diri dikategorikan ke dalam tiga

kelompok, yaitu rendah (skor <60), sedang (skor 60-80), dan tinggi (skor> 80). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa proporsi terbesar pria (65,3%) dan wanita (51,6%) berada

dalam kategori tinggi konsep diri. Ini berarti bahwa baik pria maupun wanita memiliki

konsep diri yang tinggi atau baik.

Konsep diri siswa tinggi. Namun, ada perbedaan antara pria dan wanita, yang pria

memiliki konsep diri yang lebih tinggi daripada wanita. Hal ini mengindikasikan bahwa pria

cenderung menjadi perintis, lebih senang membuat keputusan sendiri, cenderung menikmati

kompetisi, memiliki kemauan lebih kuat, mampu membangun tim dan mampu merencanakan

daripada wanita. Berdasarkan studi sebelumnya, pria lebih tertarik dan ingin memulai bisnis

daripada wanita karena mereka memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi, kemampuan

untuk menganalisis situasi dan memecahkan masalah juga kemampuan untuk mengubah

hambatan menjadi peluang daripada wanita (Brijal 2011; Yuhendri, 2015). Kasali (2008)

mengungkapkan bahwa secara psikologis wanita juga cenderung sulit untuk memulai bisnis

baru karena terlalu banyak pertimbangan. Wanita lebih konservatif dengan pertimbangan

penuh dan cenderung tidak melakukan perubahan, yang menunjukkan keberanian lebih kecil

untuk menanggung risiko daripada pria, sementara pria lebih inovatif (Schotchmer2007).

Kesimpulan :
Kekuatan utama yang menonjol ini Proporsi terbesar siswa adalah perempuan, 20 tahun dan

saat ini belajar di semester enam. Peran pendidikan formal antara pria dan wanita cenderung

sama, di mana proporsi terbesar wanita dikategorikan sebagai kategori sedang dan proporsi

terbesar pria dikategorikan sebagai kategori tinggi. Sementara itu, konsep diri dan potensi

wirausaha pria lebih tinggi daripada wanita. Peningkatan konsep diri pada siswa akan

meningkatkan potensi kewirausahaan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan potensi

kewirausahaan, universitas dapat memperkuat konsep diri siswa dengan menanamkan nilai-

nilai kewirausahaan dan pelatihan untuk membentuk konsep diri yang baik.

TUGAS 3 JURNAL Suparjan 19071000035


The Entrepreneurial Potential among Undergraduate Students

Abstract
Entrepreneurship plays a vital role in the economic development of any country and it
can be linked to economic growth of any nations. The research aimed to identify
formal education’s role and self-concept among undergraduate students and its
influence towards their entrepreneurial potential. In accomplish the purpose, an online
questionnaire was administered to 456 students of Bogor Agricultural University,
Indonesia. The collected data was analyzed by multiple regression model. The results
revealed that self-concept was positively influence the entrepreneurial potential. The
universities can strengthen student self-concept by instilling the values of
entrepreneurship and training to shape a good self-concept.

Key words: Entrepreneurial potential, formal education role, self-concept.

REFERENCES

Albert, P., Fournier, R., & Marion, S. (1991). Developing entrepreneurial attitudes and
management competence among scientists: the Group ESC Lyon’s experience.
Entrepreneurship and Regional Development, 3(4), 349-362.

Bechard, J. P., & Toulouse, J.M. (1998). Validation of a didactic model for the
analysis of training objectives in entrepreneurship. Journal of Business Venturing,
13(4), 317- 332.

Begley, T. M., & Boyd, D. P. (1986). Psychological Characteristics Associated with


Entrepreneurial Performance. In Frontiers of Entrepreneurship Research,
Proceedings of the 6th Annual Babson College Entrepreneurship Research
Conference, Massachusetts, 146-165.

TUGAS 3 JURNAL Suparjan 19071000035


Bonnett, C., & Furnham, A. (1991). Who wants to be an entrepreneur? A study of
adolescents interested in a Young Enterprise scheme. Journal of Economic
Psychology, 12(3): 465–478

Brijal, P. (2011). Entrepreneurial perceptions and knowledge: a survey of final year


university students. African Journal of Business Management. 5(3): 818-825.
10.5897/ AJBM10.403.

Brophy, M., & Kiely, T. (2002). Competencies: A new sector. Journal of European
Industrial Training, 26 (2), 165-176.
Chamard, J. (1989). Public Education: Its effect on entrepreneurial characteristics,
Journal of Small Business and Entrepreneurship, 6(2): 23-30.

CO, J., Groenewald, J., Mitchell, B., Nayager, T., Van Zyl, J., Visser, K., &
Emanual, B. (2006). Entrepreneurship. Fresh perspectives.

Dickson, P. H., Solomon, G. T., & Weaver, K. M. (2008).


Entrepreneurial selection and success:does education matter?, Journal of small
business and enterprise development, 15(2), 239-258.

Ede, F.O., Panigrahi, B., & Calcich, S.E. (1998). African American students’ attitudes
toward entrepreneurship education. Journal of Education for Business, 73(5): 291-296.

Friedrich, C., & Visser, K. (2005). South African Entrepreneurship Education


and Training. De Doorns: Leap Publishing.

Gartner, W. B. (1988). “Who is an entrepreneur?” Is the wrong question. American


Journal of Small Business, 12(4): 11-32.

TUGAS 3 JURNAL Suparjan 19071000035


Gartner, W. B. (1989). Some suggestions for research on entrepreneurial traits and
characteristics, Entrepreneurship Theory and Practice, 14(1), pp. 27–37.

Gerry, C., Marques, C.S., & Nogueria, F. (2008). Tracking student


entrepreneurial potential: Personal attributes and propensity for business start-
ups after graduation in a Portuguese university. Problems and Perspectives in
Management, 6(4): 45-53.

Gorman, G., Hanlon, D., & King, W. (1997). Some research perspectives on
entrepreneurship education, enterprise education and education for small business
management: a ten-year literature review. International Small Business Journal, 15(3):
56-79.

Hannon, P. D. (2005). The journey from student to entrepreneur. A review of the


existing research into graduate entrepreneurship. International Entrepreneurship
2005Conference, University of Surrey, UK.

Jiméneza, A., Palmero-Cámarab, C., González- Santos, M.J., González-Bernal, J.,


& Jiménez-Eguizábal J.A. (2015). The impact of educational levels on formal and
informal entrepreneurship. Business Research Quarterly: 1-9.

Kasali, R. (2008). Public Relation Management. Jakarta (ID). Gramedia


Pustaka Utama

Krueger, N.F., & Brazeal, D.V. (1994). Entrepreneurial Potential and Potential
Entrepreneurs. Texas: Baylor University

McLeod, S. (2008). Self-concept. Retrieved from:


http://www.simplypsychology.org /self- concept.html

TUGAS 3 JURNAL Suparjan 19071000035


Ministry of Cooperatives and Small and Medium Enterprise of Indonesia. (2015).
Progressive entrepreneurs, prosperous country. Retrieved from:
http://www.depkop.go.id/

Mueller, S.L. (2004). Gender gaps in potential for entrepreneurship across countries
and cultures. Journal of Developmental Entrepreneurship, 9(3): 199–220.

Mueller, S. L., & Thomas A. S. (2001). Culture and entrepreneurial potential: A nine
country study of locus of control and innovativeness.
Hansemark, O. (1998). The effects of an Journal of Business
Venturing, 16(1): 51–75. entrepreneurship program on need for achievement
and locus of control reinforcement. International Journal of Nabi, Gen
&repr Holden, Reneurship: In(2008). Graduate entions, education
Entrepreneurship Behavior and Research, 4(1), 28-50.

Hatten, T., & Ruhland. (1995). Student attitudes toward entrepreneurship as affected
by participation in an SBI program. Journal of Education for Business, 7(4): 224-227.

Indarti, N., & Rostiani, R. (2008). Undergraduate student’s entrepreneurial intention:


A comparative study among Indonesia, Japan and Norway. Journal of Economics and
Business Indonesia (Jurnal Ekonomika dan Bisnis Indonesia), 23(4).

TUGAS 3 JURNAL Suparjan 19071000035


NAMA : Agus Tri Dika Hardiyanto

NIM : 1907100031

REVIEW JURNAL ENTREPRENEURSHIP ke -2

Judul :
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA MINAT
BERWIRAUSAHA MAHASISWA

By : Jurnal Economia, Volume 13, Nomor 1, April 2017 , Noormalita Primandaru

Pendahuluan :
Saat ini menjadi penting untuk memperkenalkan kewirausahaan di kedua negara,
yaitu negara maju dan berkembang (Ozaralli & Rivenburgh, 2016). Di negara maju, seperti
Amerika Serikat, kewirausahaan telah lama dianggap sebagai cara untuk memacu inovasi
dan kemajuan teknologi, menimbulkan persaingan, dan menciptakan lapangan kerja, yang
mengarah ke pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan nasional (Holmgren, 2005). Salah satu
syarat suatu negara dapat menjadi negara maju adalah jika jumlah wirausahanya mencapai2%
dari jumlah populasi masyarakat. Indonesia sendiri baru memiliki 1,5% wirausaha dari
sekitar 252 juta penduduk, sehingga Indonesia masih membutuhkan sekitar 1,7 juta
wirausaha untuk mencapai angka 2%. Rata-rata penduduk di Indonesia memilih untuk
menjadi pegawai daripada menjadi wirausaha (Loso, 2008)
Fenomena tersebut terjadi dikarenakan masih rendahnya motivasi dan minat
masyarakat Indonesia. Jika pola pikir masyarakat tidak diubah maka Indonesia akan
mempunyai banyak permasalahan, salah satunya adalah semakin menyempitnya lapangan
pekerjaan, banyaknya kesempatan kerja dengan orang yang mencari kerja lebih banyak orang
yang mencari kerja, sehingga banyak orang yang tidak mendapatkan pekerjaan yang
mengakibatkan jumlah pengangguran khususnya pengangguran intelektual menjadi semakin
besar serta berdampak pada kondisi perekonomian di Indonesia.
Suatu hal yang tak dapat dipungkiri bahwa Indonesia menghadapi masalah
keterbatasan kesempatan kerja bagi para lulusan perguruan tinggi dengan semakin
meningkatnya jumlah pengangguran intelektual belakangan ini. Data dari Badan Pusat

TUGAS 3 JURNAL Suparjan 19071000035


Statistik Indonesia menyatakan bahwa jumlah pengangguran paling tinggi berasal dari
lulusan lulusan Perguruan Tinggi (Setiadi, 2008).
Kondisi yang dihadapi akan semakin diperburuk dengan situasi persaingan global
yaitu Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan memperhadapkan lulusan perguruan
tinggi Indonesia bersaing secara bebas dengan lulusan dari perguruan tinggi asing. Menurut
Rasyidi dalam Ariamtisna (2008) banyaknya angka pengangguran disebabkan oleh
minimnya jiwa kewirausahaan masyarakat. Kecenderungan menunjukkan bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan semakin besar keinginan untuk mendapatkan pekerjaan yang aman.

Tujuan penelitian :
Beberapa negara menekankan kewirausahaan sebagai solusi untuk meningkatkan
pengangguran di kalangan lulusan universitas individu muda. niat berwirausaha didefinisikan
sebagai tendensi keinginan individu untuk melakukan tindakan wirausaha dengan
menciptakan produk baru melalui peluang bisnis dan pengambilan risiko. Kegiatan
kewirausahaan sangat ditentukan oleh niat individu itu sendiri.

Landasan teori :

Kehadiran wirausaha terbukti mampu mendukung berkembangnya perekonomian


suatu negara. Para wirausaha umumnya berangkat dari bisnis yang kecil (small enterprise)
dengan ketekunan dan semangat juang (striving) yang tinggi. Hasilnya tidak sedikit di antara
mereka yang bisnisnya menjadi berkembang bahkan bertambah besar. Secara umum, hampir
semua wirausaha yang berhasil memiliki serangkaian karakteristik yang membedakan mereka
dari pebisnis pada umumnya, contohnya keberanian mengambil risiko, keterampilan
berkomunikasi, komitmen dan kepedulian untuk membina hubungan yang semakin baik
dengan pelanggan, bahkan sering kali hubungan dengan pelanggan dilakukan secara pribadi.
Hampir dari semua wirausaha yang sukses menunjukkan suatu kebutuhan yang kuat akan
kebebasan pribadi dan kesempatan untuk berkembang dan untuk suatu ekspresi kreatif yang
seringkali muncul seiring dengan pengoperasian bisnisnya. Karakteristik lain yang menonjol
adalah berkenaan dengan fleksibilitas dan kecerdikan dalam bereaksi terhadap perubahan di
pasar atau melihat peluang yang dapat dimanfaatkan, keberanian mengambil risiko, inovatif,
keterampilan pemasaran dan kemampuan untuk bekerja sama.

TUGAS 3 JURNAL Suparjan 19071000035


Metode penelitian :

Model analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah model analisis Partial
Least Square (PLS) mengikuti pola model persamaan struktural (SEM) berbasis varian
yang secara stimultan dapat melakukan pengujian model pengukuran sekaligus pengujian
model struktural. Untuk uji validitas dan reliabilitas peneliti menggunakan model
pengukuran, sedangkan model struktural digunakan untuk uji kausalitas (pengujian hipotesis
dengan model prediksi). Menurut Abdillah dan Jogiyanto (2009), PLS sebagai SEM berbasis
varian dengan AMOS dan LISREL berbeda dengan PLS sebagai SEM berbasis varian
kovarian. SEM berbasis varian bertujuan untuk memprediksi model untuk pengembangan
teori, sedangkan SEM berbasis kovarian bertujuan untuk mengestimasi model untuk
pengujian atau konfirmasi teori.
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian cross-sectional, yaitu penelitian
yang hanya mengambil data melalui penyebaran kuesioner hanya dalam satu saat saja dengan
menggunakan desain survei sebagai teknik pengumpulan data yang bertujuan untuk
memperoleh keterangan secara nyata melalui penggunaan kuesioner sebagai alat pengumpul
data yang utama (Sekaran, 2006). Instrumen dalam penelitian ini mengadopsi instrumen
penelitian yang telah dikembangkan oleh peneliti sebelumnya dimana semua jawaban dari
pertanyaan akan diukur dalam lima skor dengan menggunakan skala ordinal 5 poin Likert,
mulai dari sangat setuju (poin 5) sampai sangat tidak setuju (poin 1). Unit analisis penelitian
ini adalah individu. Artinya responden penelitian yang menjadi sample mewakili dirinya
sendiri.

Hipotesis :

Pengujian statistik yang bertujuan untuk menguji efek prediksi antar variabel laten
untuk melihat apakah ada hubungan atau pengaruh antarvariabel tersebut disebut dengan
model prediksi. Penggunaan model prediksi ini memiliki konsekuensi tersendiri, yaitu
pengujian dapat dilakukan tanpa dasar teori yang kuat, mengabaikan beberapa asumsi, dan
parameter ketepatan model prediksi dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2). Karena
alasan inilah, model prediksi sangat tepat dilakukan pada penelitian yang bertujuan untuk
mengembangkan teori.Pengujian statistika yang bertujuan untuk mengestimasi model
teoritikal yang dibangun dengan mengukur kelayakan model pada jenjang variabel laten
dan parameter yang diestimasi atau indikatornya disebut dengan model estimasi.
Sama seperti model prediksi, model estimasi juga memiliki konsekuensi tersendiri
dalam penggunaannya. Konsekuensi penggunaan model estimasi adalah pengujian menuntut

TUGAS 3 JURNAL Suparjan 19071000035


basis teori yang kuat, berbagai asumsi yang rigit, dan kelayakan model menjadi ukuran utama
(goodness of fit model).

Hasil penelitian :

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sejumlah 126 responden mengisi kuesioner


penelitian ini. Komposisi responden didominasi oleh kelompok umur 20 – 24 tahun, 60%
responden adalah wanita, seluruh responden telah menempuh mata kuliah kewirausahaan,
dan sedang menempuh semester enam (6). Komposisi ini memperlihatkan bahwa sampel
yang menjadi responden adalah mahasiswa yang akan lulus sarjana.Analisis induktif dengan
menggunakan Partial Least Square (PLS) meliputi penelitian goodness of fit model (inner
model), yang berfungsi ntuk mengetahui kecocokan suatu model yang digunakan dalam
penelitian ini dengan menggunakan variabel internal locus of control , social support, need of
achievement, dan minat berwirausaha.

Pembahasan :

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan kajian . Ini berarti bahwa kecenderungan
pria untuk menjadi perintis, menikmati membuat mereka keputusan sendiri, menikmati
kompetisi, memiliki yang kuatoleh penelitian yang dilakukan oleh Zain, Akram dan Ghani
(2010) bahwa internal locus of control mempengaruhi secara langsung terhadap minat
berwirausaha siswa di Malaysia, serta pengaruh trait ekonomi terhadap intensi berwirausaha
siswa. Individu dengan internal locus of control bergantung pada mereka sendiri untuk
memutuskan apa yang benar atau salah dan berkaitan dengan keberhasilan dalam
berwirausaha (Forte, 2005). Mahasiswa yang mempunyai internal locus of control yang kuat
biasanya percaya bahwa keberhasilan dalam meraih tujuan hidupnya bergantung pada
tindakan atau keputusan yang mereka buat sendiri dalam berwirausaha.
Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah pengaruh internal locus of control
terhadap need for achievement pada mahasiswa STIE YKPN. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa nilai P < 0,01 dengan nilai signifikansi 5% hal tersebut menunjukkan bahwa variabel
internal locus of control berpengaruh terhadap variabel need for achievement mahasiswa
STIE YKPN. Seseorang dengan kepercayaan/ keyakinan diri yang tinggi sebagai
memberikan hasil yang baik, orang-orang dengan keyakinan internal locus of control yang
dianggap memiliki tingkat need of achievement yang tinggi (Abdel &Halim, 1980; Spector,
1982 dalam Riipinen, 1994). Internal locus of control yang kuat akan berpengaruh terhadap
need for achievement. Oleh karena itu, sangat mungkin bahwa baik internal locus of

TUGAS 3 JURNAL Suparjan 19071000035


control yang tinggi dan need for achievement tinggi adalah karakteristik penting dari
seseorang yang akan memula usaha (Borland, 1975; Hansemark, 2003).

Kesimpulan :

Kekuatan utama yang menonjol ini Hal tersebut menunjukkan bahwa segala sesuatu
yang ada di lingkungan menjadi dukungan sosial atau tidak, tergantung pada sejauh mana
individu merasakan hal tersebut sebagai dukungan sosial. Para mahasiswa atau remaja akhir
bukan hanya dukungan sosial yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya need for
achievement namun dipengaruhi juga oleh beberapa faktor internal seperti usia, jenis
kelamin, kemampuan, minat, harapan atau keyakinan (Tobing., et al., 2015). Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Rola F (2006) dalam (Tobing., et al., 2015) yang
menyatakan bahwa konsep diri berhubungan dengan motivasi berprestasi pada remaja,
apabila remaja merasa dirinya saat ini kurang berprestasi, namun dirinya merasa mampu
untuk berprestasi maka remaja tersebut akan termotivasi sendiri untuk meningkatkan
prestasinya.

TUGAS 3 JURNAL Suparjan 19071000035


ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA MINAT
BERWIRAUSAHA MAHASISWA

Abstract:
The Factors Affecting the Entrepreneurial Intention of College Students. The
alternative to solve an unemployment problem is to empower the educated person through
entrepreneurship programs at colleges that are expected to contribute to employment, thereby
reducing unemployment and the burden on the state. This study tested a model that aims to
determine the influence of internal locus of control, social support and the need for
achievement against in entrepreneurial intention of the student. This study was a cross-
sectional. The results show a significant relationship between internal locus of control and
social support to the entrepreneurial intention of students. There is a significant relationship
between internal locus of control and the need for achievement of students. There is an
insignificant relationship between social support and the need for achievement and the last
there is a significant relationship between need for achievement and entrepreneurial intention
of students.

Keywords: internal locus of control, social support, need for achievement,


entrepreneurial intention

REFERENCES
Abdillah, W & Jogiyanto, H. M. (2009).Konsep Dan Aplikasi PLS (Partial Least
Square) Untuk Penelitian Empiris. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Dan Bisnis.
Yogyakarta: UGM.

Adnyana, I.G.L.A. & Purnami, N.M. (2016).Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan, Self-


Efficacy dan Locus of Control Pada Niat Berwirausaha. E-Jurnal Manajemen Unud, 5(2),
2016.

Hansemark, C.O. (2003). Need for Achievement, Locus of Control and The Prediction
ofBusiness Start-Ups: A Longitudinal Study. Journal of Economic Psychology, 24(3), 301-
319.

Indari, N. & Rostiani, R. (2008). Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi Perbandingan


Antara Indonesia, Jepang dan Norwegia. Jurnal Ekonomika dan
Bisnis Indonesia, 23(4).Kautonen. Teemu, Seppo Luoto. (2008).

TUGAS 3 JURNAL Suparjan 19071000035


Entrepreneurial Intention in the ThirdAge: The Impact of Career History. p. 995-1007.
NAMA : Agus Tri Dika Hardiyanto

NIM : 1907100031

REVIEW JURNAL ENTREPRENEURSHIP ke 3

Judul :

JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN NILAI KEWIRAUSAHAAN MENINGKATKAN


KEMANDIRIAN USAHA MELALUI PERILAKU KEWIRAUSAHAAN
By : Volume 20 No. 1, April 2017, ISSN 1979 – 6471, Sukirman , Universitas Muria Kudus

Pendahuluan :

Kewirausahaan tertuang dalam Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM,


Nomor: 06/Per/M.KUKM/VIII/ 2012 dengan harapan untuk mendorong dan mengakselerasi
pemberdayaan Koperasi dan UMKM serta meningkatkan daya saing. Usaha kecil
merupakan tumpuan yang diharapkan untuk mengambil strategi dengan menjadikan usaha
yang mandiri, sehat, kuat, berdaya saing serta mengembangkan diri untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, serta mendukung perluasan kesempatan kerja dalam mewujudkan
demokrasi ekonomi. Peningkatkan kualitas kelembagaan dilakukan secara berjenjang melalui
upaya membangunkan (awakening), pemberdayaan (empowering), pengembangan
(developing), penguatan (strengthening).

Permasalahan dari berbagai penjuru menimpa pelaku usaha kecil, diantaranya adalah
organisasi lemah, pemasaran sulit, modal usaha kecil, jiwa kewirausahaan rendah, kurang
memperhatikan lingkungan dan layanan kurang baik (Sukirman2010). Keterpurukan
usaha kecil tidak terlepas dari ketergantungan terhadap pemerintah,
perilakukewirausahaan tanpa didasari kemampuan dalam mengelolausaha, serta regulasi di
sektor usaha kecil yang dipandang belum mampu mendorong terciptanya pengelolaan usaha
kecil yang dinamis dan inovasi.

TUGAS 3 JURNAL Suparjan 19071000035


Perilaku kewirausahaan memperlihatkan kemampuan pengusaha untuk melihat
ke depan, berfikir dengan penuh perhitungan, mencari pilihan dari berbagai alternatif masalah
dan pemecahannya masih kurang Suseno (2008). Pelaku usaha kecil sudah memiliki sikap
proaktif dan inisiatif yang bagus dalam mengembangkan usaha. Pengetahuan kewirausahaan,
motif berprestasi, kemandirian pribadi mempunyai daya dukung secara signifikan terhadap
kemandirian usaha (Qamariyah& Dalimunthe 2012).
Pelaku usaha kecil dalam aspek orientasi prestasi dan komitmen dengan pihak lain
masih kurang baik, hal ini ditunjukkan dari tidak munculnya kemauan untuk
mengembangkan produk baru serta ketergantungan pada pihak-pihak yang berkepentingan
termasuk pemerintah (Suseno 2008). Ketidakmampuan dalam persaingan serta rendahnya
tingkat pengelolaan perilaku kewirausahaan merupakan tantangan bagi pelaku usaha kecil
untuk mampu tumbuh dan berkembang menuju kemandirian usaha. Pada sisi lain diperlukan
adanya pertumbuhan usaha kecil yang didasari pada nilai-nilai kewirausahaan dan jiwa
kewirausahaan dengan harapan mampu membentuk perilaku usaha kecil dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu perlu adanya strategi pemberdayaan usaha
kecil menuju kemandirian usaha dengan pendekatan jiwa kewirausahaan, nilai
kewirausahaan dan perilaku kewirausahaan

Tujuan penelitian :
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memberi bukti empiris sejauh mana jiwa dan
nilai kewirausahaan mempengaruhi terbentuknya kemandirian usaha dari aspek jiwa
kewirausahaan, nilai kewirausahaan, perilaku kewirausahaan, dan kemandirian usaha. Hasil
kajian akan memberikan output tentang pemberdayaan usaha kecil menuju kemandirian
usaha, yang memuat strategi pengelolaan jiwa kewirausahaan, strategi pengelolaan nilai
kewirausahaan, dan strategi pengelolaan perilaku kewirausahaan.

Landasan teori :

Jiwa kewirausahaan merupakan nyawa kehidupan dalam kewirausahaan yang pada


prinsipnya merupakan sikap dan perilaku kewirausahaan dengan ditunjukkan melalui sifat,
karakter, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan
inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif (Hartanti 2008). Faktor-faktor yang
mempengaruhi jiwa kewirausahaan seseorang diantaranya adalah: percaya diri (keyakinan),
optimisme, disiplin, komitmen, berinisiatif, motivasi, memiliki jiwa kepemimpinan, suka
tantangan, memiliki tanggung jawab, dan human relationship (Nasution 2007: 42-44; Suryana
2006:3).

TUGAS 3 JURNAL Suparjan 19071000035


Nilai-nilai kewirausahaan merupakan prasyarat yang berhubungan dengan perilaku
kewirausahaan, (Frederick et al., 2006; Kickul & Gundry, 2002; Schein
2001). Nilai-nilai tersebut terdiri atas kreativitas, pengambilan risiko, inovasi, berorientasi
prestasi, ambisi, dan kemerdekaan Boohene et al. (2008). Nilai dalam menjalankan bisnis
mengandung unsur pertimbangan yang mengembangkan gagasan-gagasan seorang
pribadi atau sosial, maka lebih dipilih dibanding dengan bentuk perilaku atau bentuk akhir
keberadaan perlawanan atau kebaikan. Nilai menjadi dasar dalam memahami sikap
dan motivasi serta nilai mampu mempengaruhi persepsi perilaku dalam menjalankan
bisnis, oleh karena itu nilai sangat penting untuk dipelajari dalam mengelola perilaku
organisasi (Robbins 2007). Salah satu sumber yang dimiliki perusahaan skala kecil dan
menengah adalah nilai kepribadian seseorang wirausaha, yaitu nilai-nilai kepribadian yang
melekat pada diri seseorang pemilik yang sekaligus pimpinan perusahaan.

Metode penelitian :

Model analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah model analisis Partial Least
Square (PLS) mengikuti pola model persamaan struktural (SEM) berbasis varian yang
secara stimultan dapat melakukan pengujian model pengukuran sekaligus pengujian model
struktural. Sampel dalam penelitian ini menggunakan perbandingan jumlah indikator dengan
jumlah sampel untuk analisis multivariat yaitu satu berbanding 5 sampai dengan 10 (Hair et
al., 2011). Setiap indikator diperlukan minimal 5 dan maksimal 10 sampel. Jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan perbandingan 1 indikator berbanding 5
sampel. Dalam penelitian ini terdapat terdapat 25 indikator yang diubah menjadi pernyataan
dalam kuesioner penelitian, sehingga jumlah sampel yang digunakan untuk penelitian adalah
125 responden

Hipotesis :

Pengujian statistik yang bertujuan untuk Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat
Statistik dan Dinas Koperasi dan UMKM. Data diolah dengan menggunakan Structural
Equation Modelling (SEM) dari paket software statistik AMOS. Uji validitas digunakan
untuk mengukur suatu kuesioner, dikatakan valid apabila mampu mengukur nilai variabel
yang diteliti. Validitas instrumen harus memiliki dua unsur, yaitu faktor ketepatan dan faktor
kecermatan (Suliyanto 2006). Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur sejauhmana
hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, apabila pengukuran dilakuka n secara berulang

TUGAS 3 JURNAL Suparjan 19071000035


hasilnya relatif sama, maka pengukuran tersebut dianggap memiliki reliabilitas tinggi
(Suliyanto 2006).Analisis kuantitatif dan pengujian hipotesis dilakukan dengan penyusunan
model melalui: pengembangan model berbasis teori, menyusun diagram jalur ( Path Diagram)
dan diagram struktural, memilih jenis input matrik dan estimasi model yang diusulkan,
menilai identifikasi model struktural, menilai kriteria goodnes-of- fit, interpretasi dan
modifikasi model (Ghozali & Fuad 2005).

Hasil penelitian :

Berdasarkan hasil analisis penelitian ini memberi bukti empiris bahwa jiwa
kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewirausahaan (hipotesis
pertama terdukung). Kondisi ini menunjukkan bahwa jiwa kewirausahaan yang dimiliki
pelaku usaha kecil mampu meningkatkan terbentuknya perilaku kewirausahaan, mendoronga
serta menumbuhkan semangat bagi pelaku usaha kecil dalam menjalankan kegiatan usaha.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Husaini (2004) yang mengatakan bahwa jiwa
kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kewirausahaan. Berarti
pelaku usaha kecil diharapkan mengedepankan jiwa kewirausahaan dalam setiap kegiatan
bisnis dengan sebaik- baiknya supaya dapat membentuk perilaku kewirausahaan yang kuat
dan tangguh.

Pembahasan :

Dalam penelitian ini, kewirausahaan yang dikembangkan oleh pelaku usaha kecil
mampu memberdayakan kegiatan bisnis demi kelangsungan usaha. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Choueke dan Armstrong (1988) bahwa nilai kewirausahaan
berpengaruh kuat terhadap perilaku kewirausahaan. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan
bahwa pelaku usaha kecil memiliki nilai kewirausahaan yang mampu meningkatkan perilaku
kewirausahaan. Nilai kewirausahaan yang dimiliki pelaku usaha kecil mampu mewujudkan
terbentuknya perilaku usaha melalui pengembangan usaha dan pengambilan keputusan yang
dilakukan dalam menjalankan usaha. Keberanian untuk mengembangkan usaha serta
pengambilan keputusan pada saat yang tepat sudah biasa dilakukan pelaku usaha kecil karena
merupakan aktifitas yang harus dipilih agar perusahaan tidak mengalami kegagalan usaha.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa jiwa kewirausahaan tidak mempunyai
pengaruh terhadap kemandirian usaha (hipotesis ketiga tidak didukung). Hasil ini
bertentangan dengan penelitian Basuki (2007) yang menunjukkan bahwa jiwa kewirausahaan

TUGAS 3 JURNAL Suparjan 19071000035


berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemandirian usaha. Apabila jiwa kewirausahaan
semakin meningkat maka kemandirian usaha pelaku usaha kecil juga akan semakin kuat dan
tangguh dalam menjalankan bisnis. Namun demikian walaupun jiwa kewirausahaan
meningkat, tidak selalu akan menyebabkan terbentuknya kemandirian usaha bagi pelaku
usaha kecil. Sehingga terbentuknya kemandirian usaha tidak tergantung pada baik atau
buruknya jiwa kewirausahaan bagi pelaku usaha kecil. Tidak signifikannya pengaruh jiwa
kewirausahaan terhadap kemandirian usaha bisa ditunjukkan karena sebagian besar
responden dari analisis diskriptif mayoritas adalah pelaku bisis yang terbentuk secara turun
temurun atas dasar bisnis keluarga.

Penelitian ini juga menunjukkan hasil bahwa nilai kewirausahaan tidak mempunyai
pengaruh terhadap kemandirian usaha (hipotesis keempat tidak didukung). Semakin kuat nilai
kewirausahaan bagi pelaku usaha kecil maka akan semakin kuat pula terbentuknya
kemandirian usaha. Kondisi ini menunjukkan walaupun nilai kewirausahaan kuat tidak selalu
membangkitkan terbentuknya kemandiran usaha bagi pelaku usaha kecil. Atas dasar temuan
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terbentuknya kemandirian usaha tidak tergantung
pada kuat atau lemahnya nilai kewirausahaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku kewirausahaan berpengaruh


positif dan signifikan terhadap kemandirian usaha (hipotesis kelima terdukung). Artinya
apabila pelaku usaha kecil menunjukkan perilaku kewirausahaan yang kuat, maka akan
semakin kuat juga terbentuknya kemandirian usaha. Hasil kajian ini sesuai dengan penelitian
Haryono dan Khoiriyah (2012) yang menyatakan bahwa perilaku kewirausahaan berpenaruh
positif dan signifikan terhadap terbentuknya kemandirian usaha.

Jiwa kewirausahaan akan mengalami peningkatan secara signifikan terhadap


kemandirian usaha secara tidak langsung dengan dimoderasi oleh perilaku kewirausahaan,
hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Amelia (2009). Sehingga prioritas yang
diperlukan bagi pelaku usaha kecil dalam membentuk kemandirian usaha adalah dengan
memberdayakan pelaku usaha kecil sebagai perwujudan dari perilaku kewirausahaan dengan
menguatkan jiwa kewirausahaan yang baik. Hasil penelitian ini bertentangan dengan
penelitian Frederick et al. (2006) yang menyatakan bahwa jiwa kewirausahaan berpengaruh
postif dan signifikan terhadap terbentuknya kemandirian usaha.

TUGAS 3 JURNAL Suparjan 19071000035


Nilai kewirausahaan akan mengalami penguatan secara tidak langsung terhadap
terbentuknya kemandirian usaha apabila dimoderasi perilaku kewirausahaan, sehingga
perlakuan utama terhadap terbentuknya kemandirian usaha adalah perlu adanya peningkatan
usaha dengan menciptakan rasa percaya diri serta pengembangan karir bagi pelaku usaha
kecil demi terwujudnya perilaku kewirausahaan yang kuat. Hasil temuan ini tidak sejalan
dengan penelitian Thobias (2013) yang menyatakan bahwa perilaku kewirausahaan
mempengaruhi terbentuknya kemandirian usaha.

Walaupun terdapat hubungan yang tidak signifikan antara nilai kewirausahaan


dan perilaku kewirausahaan terhadap kemandirian usaha, tetapi perilaku kewirausahaan
memiliki peran yang sangat kuat untuk meningkatkan nilai signifikansi kedua variabel
tersebut. Prioritas utama yang perlu dilakukan oleh pelaku usaha kecil adalah bagaimana
untuk dapat menciptakan rasa percaya diri, berani mengambil keputusan dan melakukan
penguatan untuk pengembangan usaha agar terbentuk kemandirian usaha yang signifikan di
masa yang akan datang

Kesimpulan :

Kekuatan utama yang menonjol kewirausahaan akan menimbulkan dampak pada


penguatan perilaku kewirausahaan, juga peningkatan nilai kewirausahaan akan meningkatkan
perilaku kewirausahaan. Peningkatan jiwa kewirausahaan mampu meningkatkan
terbentuknya kemandirian usaha, tetapi belum menjadi sesuatu yang bermakna, artinya
pelaku usaha kecil yang mampu meningkatkan jiwa kewirusahaan tidak serta merta akan
membentuk kemandirian usaha. Penguatan nilai kewirausahaan mampu meningkatkan
pembentukan kemandirian usaha, tetapi tidak mempunyai arti yang bermakna, karena jiwa
kewirausahaan yang dibentuk oleh pelaku usaha kecil belum merupakan faktor yang
memungkinkan untuk membentuk terjadinya kemandirian usaha. Sedangkan penguatan pada
perilaku kewirausahaan mampu menciptakan terbentuknya kemandirian usaha bagi pelaku
usaha kecil.

TUGAS 3 JURNAL Suparjan 19071000035


JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN NILAI KEWIRAUSAHAAN MENINGKATKAN
KEMANDIRIAN USAHA MELALUI PERILAKU KEWIRAUSAHAAN

Abstract:
It is necessary to anticipate small businesses’ difficulties by conducting an empirical
study on the entrepreneurial spirit, entrepreneurial values, and assessment of entrepreneurial
behavior that may affect the realization of independence efforts. This study aims to analyze
the influence of entrepreneurial spirit and entrepreneurial values on entrepreneurial behavior
to create business independence. Our sample of 125 small business owners consist of 45
Pekalongan batik business owners, 42 small producers of typical Malang (Batu) food, and 38
ceramics business owners from Kasongan Bantul Yogyakarta. We use path analysis of
Structural Equation Modelling (SEM) to analyze our date. The findings show that the
entrepreneurial spirit has a direct positive influence on entrepreneurial behavior and
positive indirect effect on the business independence. Further, entrepreneurial values have a
direct impact on entrepreneurial behavior and also a positive indirect effect on the
independence of the business. Meanwhile, entrepreneurial behavior has a positive effect on
independence of business.

Keywords: entrepreneurial spirit, entrepreneurial values, entrepreneurial behavior,


independence effort.

REFERENCES
Abdul Baten, Md. 2018. “Beyond the fraud triangle; why people engage in pecuniary crimes?
Introduction.” Int. J. Adv. Res 6 (1): 2320–5407. https://doi.org/10.21474/IJAR01/6313.

Alma, Buchari. 2001. Kewirausahaan. Bandung: Alfa Beta.

Amelia. 2009. “Pengaruh pengetahuan kewirausahaan dan kemandirian pribadi terhadap


kinerja usaha (studi kasus pada pedagang pakaian pajak sore jalan jamin ginting).” FE
Universitas Sumatera Utara.

Astuti, S, dan T. Sukardi. 2013. “Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian untuk


berwirausaha pada siswa SMK.” Jurnal Pendidikan Vokasi 3 (3): 334–
46.

TUGAS 3 JURNAL Suparjan 19071000035


Bass, Bernard M, dan Bruce J Avolio. 1993. “Tansformational leadership and organizational
culture bass.” Public Administration Quarterly 17 (1): 112–21.
https://doi.org/10.1080/01900699408524907.

Basuki, R. 2007. “Analisis hubungan antara motivasi, pengetahuan kewirausahaan, dan


kemandirian usaha terhadap kinerja pengusaha pada kawasan industri kecil di daerah
pulogadung.” Jurnal Usahawan 2 (10): 1–8.

Boohene, Rosemond, Alison Sheridan, dan Bernice Kotey. 2008. “Gender, personal values,
strategies and small business performance: A Ghanaian case study.” Equal Opportunities
International 27 (3): 237–57. https://doi.org/10.1108/02610150810860075.

Bracker, Jeffrey S., Barbara W. Keats, dan John N. Pearson. 2006. “Planning and financial
performance among small firms in a growth industry.” Strategic Management Journal 9 (6):
591–603. https://doi.org/10.1002/smj.4250090606.

Choueke, Richard, dan Roger Armstrong. 1988. “The learning organisation in small and
medium-size enterprises, a destination or a journey.” International Journal of
Entrepreneurial Behaviour & Research 4 (2): 129–140.
https://doi.org/10.1108/13552559810224585.
.

TUGAS 3 JURNAL Suparjan 19071000035

Anda mungkin juga menyukai