Anda di halaman 1dari 9

HYPER-HYPOTHERMIA (BLANKETROL II)

Spesifikasi Alat
Nama Alat : Hyper-Hypothermia
Merk : Cincinnati Sub-Zero (CSZ)
Type : Blanketrol II
Model : 222R
Kelistrikan : 230 V; 5,2 A; 50/60 Hz
Thermal System : - Heater : 800 watts
- Compressor : 1/3 HP
(heating rate 4°C/menit, cooling rate 6°C/menit)
Circulating System : Dual reservoir (bak sirkulasi & bak replenish), dengan kapasitas
total 2 galon (7½ liter).
Safety System : - Max.High Control Setting: 42°C (primary safety 44,6ºC ± 2°C,
secondary safety 46°C ± 2°C)
- Max. Low Control Setting: 4°C (primary safety  3°C ± 1ºC,
secondary safety  1ºC ± 1ºC)

Gambaran Umum dan Fungsional Blanketrol II


Blanketrol II adalah salah satu tipe alat hyper-hypothermia, yang digunakan untuk
memperoleh suatu kondisi suhu tubuh yang normal dengan cara menurunkan suhu tubuh
pasien hyperthermia atau menaikkan suhu tubuh pasien hypothermia, dan juga digunakan
untuk memelihara atau menjaga suhu tubuh normal/normothermia (misalnya selama
proses pembedahan) melalui transfer panas/dingin secara konduksi. Alat ini dapat
digunakan pada pasien dewasa maupun anak-anak.
Suatu unit blanketrol II terdiri dari sebuah heater, sebuah kompresor, sebuah
pompa sirkulasi dan mikroprosesor. Air dalam bak (reservoir) dipanaskan atau didinginkan,
lalu dipompa/dialirkan ke blanket atau matras. Matras dapat dipasang dibawah dan/atau
diatas tubuh pasien, dan didisain agar terjadi sirkulasi air dari unit ke blanket dan dari
blanket kembali ke unit. Jika air dingin dialirkan ke matras/blanket, maka efeknya akan
menurunkan suhu pasien, dan jika air panas dialirkan ke blanket, maka efeknya akan
menaikkan suhu pasien.
Blanketrol II dapat diset atau dioperasikan dalam tiga mode pilihan operasi,
yaitu:
- Manual control mode
- Automatic control mode
- Monitor only mode
1. Manual Control Mode
Pada mode kontrol manual, operasi alat berdasarkan atau tergantung suhu air yang
dialirkan/disirkulasikan. Operator mengeset suhu air yang akan disirkulasikan sesuai
setting yang diinginkan, unit akan memanaskan atau mendinginkan air dalam bak
sirkulasi sampai tercapai suhu yang telah diset (set point). Air akan disirkulasikan
melewati blanket untuk menaikkan atau mendinginkan suhu tubuh pasien. Dalam
mode ini suhu tubuh pasien harus dimonitor tersendiri (dengan termometer) untuk
mengetahui suhu tubuh pasien setelah penggunaan alat.
2. Automatic Control Mode
Pada mode ini, tubuh pasien harus dipasang probe standar (400 series probe) dan
dihubungkan ke unit Blanketrol II, kemudian operator mengeset suhu tubuh pasien
yang hendak dicapai sesuai dengan kebutuhan. Probe yang dipasang pada pasien tadi
digunakan untuk mengukur suhu aktual dari tubuh pasien, lalu hasilnya dibandingkan
dengan setting suhu (setpoint) pada unit Blanketrol II. Jika suhu pasien lebih rendah
dari suhu setpoint, maka unit Blanketrol II akan memanaskan air sirkulasi sehingga
suhu pasien naik sampai mencapai suhu setpoint. Kemudian jika suhu pasien lebih
tinggi dari suhu setpoint, maka unit Blanketrol II akan mendinginkan air sirkulasi
sehingga suhu pasien akan berkurang sampai mencapai suhu setpoint. Jika suhu
setpoint tercapai, maka sirkulasi air tetap berlangsung, namun heater/compressor
tidak bekerja. Kemudian jika suhu pasien naik/turun keluar dari range setpoint, maka
heater/compressor akan bekerja untuk memanaskan/mendinginkan air sampai suhu
pasien kembali mencapai suhu setpoint.
3. Monitor Only Mode
Pada mode monitor only, pada tubuh pasien juga dipasang probe standar (400 series
probe) dan dihubungkan dengan unit Blanketrol II. Selanjutnya operator mengeset
Blanketrol II untuk memonitor dan menampilkan suhu aktual pasien. Pada mode ini,
tidak terjadi proses pemanasan, pendinginan, ataupun sirkulasi air. Di sini Blanketrol
II hanya berfungsi seperti sebuah termometer digital.
B. Blok Diagram Blanketrol II
Diagram blok dari Blanketrol II dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini :

Gambar 1 Diagram Blok Blanketrol II

Keterangan :
1. Power Supply
Berfungsi untuk mensuplai tegangan DC ke semua bagian yang memerlukan suplai
tegangan DC, antara lain : mikroprosessor, display & alarm, serta coli relay untuk
proses heating, cooling, dan circulating.
2. Mikroprosessor
Berfungsi untuk mengontrol/memproses keseluruhan kerja dari unit Blanketrol II
berdasarkan masukan yang diterima dari keypad, water level sensor, dan
temperature control. Output yang dikontrol yaitu display & alarm, heating system,
cooling system, serta circulating system.
3. Keypad
Berfungsi untuk memilih mode operasi alat dan setting suhu sesuai kebutuhan
(yang diinginkan) sebagai masukan untuk bagian mikroprosessor.
4. Safety Device
Berfungsi sebagai pengaman alat sehingga alat tidak cepat rusak. Safety device
antara lain terdiri dari sebuah sensor level air, sebuah thermistor untuk primary HI
LIMIT safety dan juga secondary LO LIMIT safety, serta sebuah thermostat untuk
secondary HI LIMIT safety. Jika safety device aktif, maka akan memberikan
masukan pada mikroprosessor untuk menghentikan operasi alat, sehingga alat
aman dari kerusakan.
5. Temperature Control
Terdiri dua komponen, yaitu water temperature control dan probe standar yang
dipasang pada tubuh pasien (400 series probe). Water temperature control berupa
thermistor dan berfungsi sebagai pengontrol suhu air sirkulasi, sedangkan probe
pasien berfungsi untuk mengontrol suhu tubuh pasien. Hasil pembacaan thermistor
dan/atau probe tersebut kemudian dibandingkan oleh bagian mikroprosessor
dengan suhu setpoint, dan kemudian mikroprosessor menjalankan proses
heating/cooling sesuai masukan yang diterima.
6. Display & Alarm
Display berfungsi untuk menampilkan proses yang sedang berlangsung, suhu set
point dan suhu aktual, serta kode error dengan tampilan berupa seven segment.
Alarm berupa tampilan dan bunyi (visual & audible) yang akan muncul jika terjadi
error atau kesalahan prosedur.
7. Heating System
Berfungsi untuk memanaskan air sirkulasi. Sistem pemanas pada Blanketrol II
terdiri dari sebuah immersion heater, water temperature control, dan tiga tingkat
high temperature safety (range suhu seperti yang tertulis pada sub-bab spesifikasi
alat). Posisi heater berada dalam bak sirkulasi, dan sirkulasi air mengalir dalam bak
mengitari heater, sehingga air tersebut menjadi panas. Sistem pemanas bekerja jika
sistem kontrol (mikroprosessor) memerintah unit untuk menambah suhu air
sirkulasi. Perlu dicatat bahwa kecepatan perubahan suhu pasien tidaklah sebanding
dengan kecepatan perubahan suhu air sirkulasi.
8. Cooling System
Berfungsi untuk mendinginkan air sirkulasi. Sistem pendingin pada Blanketrol II
tersusun dari sebuah kompressor, kondenser, kipas kondenser, coil evaporator,
water temperature control, solenoid valve, hot gas bypass valve, dan tiga tingkat
low temperature safety (range suhu seperti yang tertulis pada sub-bab spesifikasi
alat). Bahan pendingin (refrigerant) mengalir melalui coil evaporator yang
lokasinya berada di dalam bak sirkulasi, dan sirkulasi air mengalir di sekitar coil
evaporator sehingga menjadi dingin. Sistem pendingin bekerja jika sistem kontrol
memerintahkan unit untuk mengurangi suhu air sirkulasi. Perlu dicatat juga bahwa
kecepatan perubahan suhu pasien tidaklah sebanding dengan kecepatan perubahan
suhu air sirkulasi.
9. Circulating System
Berfungsi untuk mensirkulasikan air dari unit ke matras dan kembali lagi ke unit.
Sistem sirkulasi pada Blanketrol II tersusun dari sebuah pompa sirkulasi sistem
magnetik, filter air, dua ruang bak air, tiga pasang plug-socket (outlet-return)
sirkulasi, dan blanket/matras. Reservoir (bak/tandon air) terdiri dua ruang, yaitu
bak sirkulasi dengan kapasitas ½ galon (1,9 liter) dan bak replenish (letaknya di
atas bak sirkulasi) dengan kapasitas 1½ galon (5,6 liter). Sirkulasi air mengalir di
sekitar (mengelilingi) elemen pemanas/pendingin yang lokasinya ada di bak
sirkulasi. Air panas/dingin kemudian mengalir ke pompa sirkulasi (pada saat yang
bersamaan air dari bak replenish akan segera mengisi bak sirkulasi, sehingga bak
sirkulasi selalu penuh), lalu disirkulasikan ke blanket dan kembali lagi ke unit
blanketrol II.

C. Electrical Wiring Diagram Blanketrol II

Gambar 2 Electrical Wiring Diagram Blanketrol II


Keterangan :
 Wiring diagram di atas merupakan rangkaian elektrik yang menggambarkan prinsip
kerja yang pokok dari alat Blanketrol II.
 Rangkaian di atas bekerja berdasarkan perintah/kendali dari blok mikroprosessor. Pada
intinya mikroprosessor mengendalikan kerja dari triac Q1 dan coil relay K3 serta coil
relay K4.
 Cara kerja rangkaian di atas adalah sebagai berikut :
1. Pada saat alat dihidupkan, kondisi awal adalah relay K4 bekerja (ON) dan relay K3
tidak bekerja (OFF) sehingga heater, kompressor, dan pompa sirkulasi tidak hidup
dan tidak terjadi proses heating, cooling, maupun circulating.
2. Saat tombol “manual control” ditekan (sebelumnya operator mengeset suhu
setpoint yang dikehendaki), maka relay K3 bekerja (ON) sehingga pompa sirkulasi
hidup dan terjadi proses circulating. Sementara itu relay K4 bekerja berdasarkan
perintah dari mikroprosessor. Jika perintah yang diterima adalah memanaskan air,
maka relay K4 bekerja (ON) untuk menjalankan proses heating. Jika perintah
yang diterima adalah mendinginkan air, maka relay K4 tidak bekerja (OFF)
untuk menjalankan proses cooling. Proses heating ataupun cooling hanya terjadi
jika triac Q1 bekerja, sedangkan proses circulating akan terus berjalan selama relay
K3 masih hidup (ON). Mikroprosessor mengontrol kerja relay K4 dan triac Q1
berdasarkan pembacaan kontrol suhu (thermistor). Jika suhu hasil pembacaan
thermistor di bawah suhu setpoint maka mikroprosessor menghidupkan relay K4,
dan jika pembacaan thermistor di atas suhu setpoint maka mikroprosessor
mematikan relay K4. Pada saat proses heating/cooling triac Q1 harus ON, namun
pada saat suhu air mencapai setpoint (AT SETPOINT) maka triac Q1 dikontrol
oleh mikroprosessor agar hidup – mati – hidup – lalu mati lagi, dan seterusnya
untuk mempertahankan suhu setpoint. Range at setpoint yaitu :
SUHU SETPOINT ± 0,5°C. Jika suhu air keluar dari range tersebut maka terjadi
proses heating/cooling.
3. Rectifier berfungsi untuk menyearahkan tegangan 220 VAC. Tegangan DC
keluaran rectifier tersebut digunakan untuk mensuplai coil hot gas solenoid
(membuka hot gas solenoid valve). Kerja rectifier tergantung relay K4 dan triac Q1.
Rectifier hanya bekerja jika relay K4 mati dan triac Q1 bekerja (ON), di mana
tegangan 220 VAC akan mengalir ke rectifier dan valve membuka sehingga
refrigerant mengalir dan terjadi proses pendinginan. Jika rectifier tidak bekerja,
maka valve menutup dan tidak terjadi proses pendinginan.

E. Water Circulation Diagram


Diagram sirkulasi air Blanketrol II adalah seperti pada gambar 3 berikut ini :

Gambar 3 Diagram Sirkulasi Air Blanketrol II


Keterangan :
Pada saat pompa sirkulasi bekerja, maka akan terjadi aliran air dari reservoir (bak
sirkulasi) ke pompa sirkulasi, lalu menuju ke terminal outlet. Jika ada blanket
(matras) yang dihubungkan ke terminal outlet dan return, maka air mengalir melewati
blanket dan kembali lagi ke unit melewati flow indikator (indikator adanya
aliran/sirkulasi). Kemudian air mengalir melewati water filter untuk disaring
kotorannya, lalu kembali lagi menuju bak sirkulasi di reservoir. Demikian seterusnya
sehingga terjadi sirkulasi air dari unit Blanketroll II ke matras, dan dari matras kembali
lagi ke unit. Apabila tidak ada matras yang dipasang pada terminal outlet-return, maka
air hanya disirkulasikan dari bak sirkulasi menuju pompa lalu kembali lagi ke bak
sirkulasi melalui by-pass line.
Refrigeration Flow Diagram

Gambar 4 Diagram Aliran Refrigerant

Keterangan :
Diagram aliran bahan pendingin (refrigerant) pada Blanketrol II adalah seperti yang
ditunjukkan gambar 4. Kompressor berfungsi untuk menghisap dan menekan (proses
kompresi) refrigerant sehingga beredar dalam unit pendingin. Kompressor digerakkan
oleh motor penggerak. Jika motor penggerak berputar, maka kompressor akan berputar.
Dengan berputarnya kompressor maka bahan pendingin yang berupa gas (refrigerant)
akan naik suhu dan tekanannya, hal ini disebabkan molekul-molekul refrigerant bergerak
lebih cepat dan saling bertabrakan akibat adanya kompresi (gas dimampatkan).
Refrigerant dengan suhu dan tekanan tinggi tadi dilewatkan ke kondenser untuk proses
kondensasi, yaitu uap panas dari refrigerant diubah menjadi gas cair (mengembun).
Semakin baik pendinginan pada bagian kondenser maka makin lancar proses kondensasi,
karena itu pada kondenser dipasang kipas agar lebih lancar pendinginannya. Sampai di
sini suhu gas menjadi lebih rendah, tetapi tekanannya tetap tinggi.
Setelah terjadi proses kondensasi, gas cair dialirkan ke bagian drier. Drier berfungsi
sebagai penyaring (filter) terhadap kotoran, air, asam, serbuk karat, dan sebagainya
sehingga dalam sistem tidak ikut mengalir kotoran yang dapat mengganggu proses
pendinginan. Dari drier gas cair kemudian dialirkan ke pipa kapiler melalui refrigerant
solenoid valve dan sigh glass. Solenoid valve berfungsi untuk membuka/menutup aliran
refrigerant ke kapiler, sedangkan sigh glass berfungsi sebagai indikator adanya aliran gas
ke pipa kapiler. Pipa kapiler berfungsi untuk menurunkan tekanan dan mengatur jumlah
cairan refrigerant yang mengalir. Di samping itu penggunaan pipa kapiler juga akan
meringankan kerja kompressor ketika start, karena pada saat sistem tidak bekerja tekanan
pada kondenser dan evaporator cenderung sama. Pada saat keluar dari pipa kapiler dan
masuk evaporator suhu dan tekanan refrigerant menjadi rendah sekali secara tiba-tiba
(karena evaporator berdiameter besar, sedangkan kapiler kecil), lalu menyebabkan
refrigerant cair tadi menguap dan menyerap panas di sekelilingnya, sehingga terjadi
pendinginan. Evaporator dibuat melingkar-lingkar agar lebih ringkas.
Uap refrigerant dari evaporator kemudian dialirkan kembali ke kompressor. Hot gas
by-pass valve berfungsi sebagai pengaman apabila tidak terjadi aliran refrigerant dari
kondenser ke kapiler/evaporator. Bila tidak terjadi aliran refrigerant kapiler/evaporator,
maka refrigerant akan mengalir ke kompressor lagi melalui by-pass valve sehingga
kompressor tidak mengalami kerusakan.

Anda mungkin juga menyukai