Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH PENGINDERAAN JARAK JAUH

Dosen
pembimbing : Wiga Alif Violando S.Kel., M.P., M.Sc

Nama : Fandi Achmad Maulana

NIM : H04218003

Program Studi Ilmu Kelautan

Universitas Islam negeri sunan Ampel

Surabaya

2020
BAB I

PENDAHULUAN

Pendahuluan

Secara dimensional, sampai saat ini antariksa masih belum dapat diukur oleh
peralatann canggih maupun teknologi modern. Hal ini menunjukkan bahwa semua
yang ada di muka bumi ini masih memiliki keterbatasan. Pemanfaatan satelit sebagai
teknologi modern saat ini masih belum maksimal untuk mengatasi permasalahan
yang ada di muka bumi ini. Akan tetapi teknologi penginnderaan jauh (remote
sensinh) , telah mampu merubah paradigm visualisasi permukaan bumi kita dari fiksi
ilmiah menjadi bukti ilmiah. Hasil dan produk dari teknologi penginderaan jauh
memiliki manfaat yang sangat berguna dalam berbagai bidang yang berkaitan
dnegan manajemen pemanfaatan bumi dan permukaanya.

Sudah sejak lama foto udara digunakan untuk memotret perairan dangkal yang
jernih. Saat ini telah bayak dikembangkan foto udara untuk mendeteksi kedalaman
air dengan cara yang sama menggunakan citra satelit. Citra satelit menggunakan
sistem panjang gelombang dan kecerahan perairan untuk dapat mendeteksi
kedalaman kedalaman maksimum perairan. Produk dalam teknologi penginderaan
jauh yang sangat luar biasa saat ini adalah berupa citra satelit dengan resolusi spaaial
yang tinggi. Sehingga dapat memberikan data gambaran visual permukaan bumi
secara detail.

Menurut Sutanto (1994) dalam Hartono et al., (2013) ada beberapa alasan yang
mendasari penggunaan citra penginderaan jauh seperti foto udara untuk berbagai
penelitian, diantaranya adalah: (a) letak dan gambaran obyek dari citra satelit
penginderaan jauh memiliki kenampakan yang sama atau sangat mirip dengan
aslinya di permukaan bumi, (b) ada beberapa jenis citra satelit tertentu yang dapat
digambarkan secara 3 dimensi melalui alat steroskop, (c) karakteristik obyek yang
tidak tampak dapat diwujudkan dalam bentuk citra, sehingga memungkinkan untuk
pengenalan obyeknya, (d) citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah
yang sulit dijelajahi secara terrestrial, (e) dapat digunakna untuk pemetaan daerah
bencana, dan (f) citra sering dibuat dengan periode ulang dan pendek.

Setiap citra satelit yang dikembangkan memiliki kemampuan yang berbeda sesuai
dengan resolusinya masing-masing. Resolusi merupakan kemampuan sistem optik-
elektronik untuk dapat membedakan informasi yang berdekatan secara spasial dan
memiliki kemiripan secara spektral. Dalam bidang pemetaan memiliki empat konsep
penting meliputi resolusi spektral , resolusi radiometrik dan resolusi temporal

Quickbird merupakan citra satelit buatan Amerika yang digunakan untuk keperluan
penginderaan jarak jauh yang berwujud gambaran secara visual mengenai obyek
diatas muka bumi. Gambaran ini meliputi bangunan gedung, jalan, sungai, saluran,
maupun vegetasi berupa hutan, ladang, sawah dan sebagainya sehingga sering
disebut foto satelit. Karena kemampuannya dalam merekam kenampakan
permukaan bumi, Citra Satelit Quickbird sering dimanfaatkan untuk keperluan
perencanaan prasarana fisik di kota maupun di daerah.

Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa mampu mengetahui pemrosesan citra satelit Quickbird


BAB II

Pembahasan

Citra Satelit Quickbird

Quickbird merupakan satelit penginderaan jauh yang diluncurkan pada tanggal


18 Oktober 2001 di California, U.S.A. Dan mulai memproduksi data pada bulan Mei
2002. Satelit Quickbird ditempatkan pada ketinggian 450 km di atas permukaan bumi
dengan tipe orbit sun-synchronous dan misi pertama kali satelit ini adalah
menampilkan citra dijital resolusi tinggi untuk kebutuhan komersil yang berisi
informasi geografi seperti sumber daya alam, resolusi citra yang dihasilkan sebesar
0.61 m untuk panchromatik dan 2.44 m untuk multispektral (R,G,B, NIR) dengan
cakupan area seluas 16.5 km x 16.5 km untuk single area.

Citra Quickbird dapat digunakan untuk berbagai aplikasi terutama dalam hal
perolehan data yang memuat infrastruktur, sumber daya alam bahkan untuk
keperluan pengelolaan tanah (manajemen dan pajak).

Pemrosesan data Citra Satelit

Citra QuickBird diproses dengan menggunakan software ER Mapper 5.5 dan Arc
View 3.1, sedangkan analisis visual dilakukan berdasarkan hasil identifikasi objek.
Beberapa tahap yang akan dilakukan dalam pengolahan citra antara lain : pemulihan
citra, penajaman citra dan klasifikasi citra. Dari tahapan inilah informasi mengenai
kerapatan dan distribusi mangrove didapatkan.

Pemulihan Citra

Pemulihan citra dilakukan dengan tujuan untuk memulihkan data citra yang
mengalami distorsi ke arah gambaran yang tidak sesuai dengan keadaan aslinya.
Proses pemulihan citra ini terdiri dari koreksi geometrik dan koreksi radiometrik.

Distorsi geometrik terjadi karena adanya pergeseran piksel dari letak yang
sebenarnya. Distorsi tersebut disebabkan oleh kurang sempurnanya sistem kerja
Scan Deflection System dan ketidakstabilan sensor atau satelit, dimana untuk
mengatasinya dapat dilakukan dengan koreksi geometrik yang melalui dua tahap,
yaitu : transformasi koordinat dan resampling.

Transformasi koordinat dilakukan dengan menggunakan Ground Control Point atau


disebut juga GCP. GCP (titik kontrol tanah) adalah suatu kenampakan geofrafis yang
unik dan stabil sifat geometrik dan radiometriknya serta lokasinya dapat diketahui
dengan tepat, misalnya : persimpangan jalan, sudut dari suatu bangunan ataupun
tambak dan sebagainya.
GCP yang telah ditentukan ditempatkan pada citra dan pada peta topografi dengan
tingkat akurasi satu pixel. Penempatan GCP yang benar akan menghasilkan matriks
transformasi hubungan titik-titik pada citra dan sistem proyeksi yang terpilih. Pada
tahap ini titik persamaan pada citra (u,v) ditransformasikan ke dalam koordinat peta
(x,y) dengan menggunakan fungsi pemetaan (f dan g), seperti yang dijelaskan pada
persamaan dibawah ini :

u = f (x,y)

v = g (u,v)

Proses penerapan alih ragam geometrik terhadap data asli disebut resampling.
Dalam melakukan resampling dapat dilakukan dengan tiga teknik, yaitu : nearest
neighbour, bilenier dan cubic convolution.

Pengaruh atmosfer (penghamburan dan penyerapan), noise pada waktu transmisi


data, perubahan cahaya, radiasi dan buramnya bagian optik pada sistem pencitraan
dapat menyebabkan distorsi radiomertik. Koreksi radiometrik biasanya dilakukan
pada kanal visible (ë= 0,4 – 0,7 µm), sedangkan kanal inframerah (ë= > 0,7) sebagian
besar bebas dari pengaruhnya.

Koreksi radiometrik dilakukan dengan metode penyesuaian histogram (histogram


adjusment), yaitu dengan mengurangi nilai kanal terdistorsi ke arah kiri sehingga
nilai minimumnya menjadi nol.

Penajaman citra digunakan untuk memperjelas penampakan objek yang


terdapat pada citra sehingga dapat diperoleh citra yang informatif. Tujuan dari
penajaman citra adalah untuk mempertajam interpretabilitas visual citra, baik untuk
memperoleh keindahan gambar atau untuk analisis citra.

Penajaman ini dilakukan sebelum menampilkan citra dengan tujuan


meningkatkan informasi yang dapat diinterpretasi secara digital. Prosesnya
melibatkan penajaman kontras yang tampak pada wujud gambaran yang terekam
pada citra, sehingga dapat memperbaiki kenampakan citra dan meningkatkan
perbedaan yang ada di antara objek yang ada dalam citra.

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam penajaman citra khususnya
untuk kerapatan dan distribusi mangrove. Salah satu tekniknya dengan False Colour
Composit (FCC) yang merupakan penajaman dengan menggabungkan tiga warna
primer, yaitu merah (red), hijau (green) dan biru (blue).

penggerak pada beberapa citra satelit dibedakan menjadi dua, yakni sistem
penggearak pasif dan sistem penggerak aktif. Citra satelit Quickbird termasuk
kedalam contoh citra satelit dengan sistem penggerak pasif karena memanfaatkan
energi matahari untuk penggeraknya. Sistem penginderaan pasif memanfaatkan
energi cahaya matahari yang dipantulkan benda-benda yang ada dipermukaan bumi.
Pantulan ini akan diterima sensor yang terdapat pada satelit. Sehingga ada tiga
komponen pada sistem penggerak pasif ini antara lain : (a) energi cahaya matahari,
(b) pemantulan cahaya matahari oleh benda-benda yang ada dipermukaan bumi,
dan (c) sensor satelit sebagai penerima pantulan cahaya dari benda-benda di muka
bumi. Tanpa adanya ketiga komponen ini maka sistem penggerak pasif tidak akan
berjalan. Oleh karenanya sistem penginderan jauh dengan sistem penggerak pasif
seperti ini hanya dapat bekerja pada siang siang hari di bagian bumi yang mendapat
pancaran matahari. Satelit-satelit dengan sistem penggerak pasif dirancang untuk
berada pada posisi yang selaras dengan matahari (sub-synchronous) yang berarti
satelit-satelit ini berada pada sudut inklanasi sekitar 95-100 derajat terhadap
ekuator kea rah kutub utara bumi . hal ini bertujuan supaya satelit berada pada
posisi yang terkena pancaran cahaya matahari untuk memperoleh citra
penginderaan yang maksimum. Sistem penggerak pasif pada satelit ini bekerja
dengan menggunakan prinsip-prinsip optis sehingga sangat bergantung pada energi
matahari.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Adapun kesimmpulan yang dapat kita ambil dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Penginderaan jauh didefinisikan sebagai ilmu dan seni untuk memperoleh
informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang
diperoleh dengan menggunakan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek

2. Citra QuickBird diproses dengan menggunakan software ER Mapper 5.5 dan Arc
View 3.1, sedangkan analisis visual dilakukan berdasarkan hasil identifikasi objek.

3. Menurut Nybakken (1988), komunitas hutan mangrove tersebar di seluruh


hutan tropis dan subtropis, mulai dari 25 0 Lintang Utara sampai 250 Lintang Selatan.

Anda mungkin juga menyukai