ABSTRAK
Daerah penelitian secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon,
Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian termasuk kedalam Batugamping Kompleks Kromong. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui litologi, karakteristik kimia dan implikasinya terhadap palaeo salinitas pada
batugamping serta kualitas dari batugamping sebagai bahan baku semen. Kandungan kimia batugamping
dianalisis menggunakan metode XRF dengan jumlah sampel yaitu 12 sampel batugamping. Litologi pada daerah
penelitian terdiri dari 3 (tiga) litologi yaitu batugamping klastik wackestone, batugamping klastik packstone, dan
batulempung. Berdasarkan hasil analisis XRF, korelasi antar senyawa oksida SiO2 - Al2O3 - Fe2O3 - MgO
menunjukkan korelasi yang positif, sedangkan dengan senyawa CaO memiliki korelasi yang negatif yang
mengindikasikan bahwa peningkatan SiO2, Al2O3, Fe2O3, MgO diakibatkan oleh penurunan senyawa CaO. Hal
ini dapat menunjukkan bahwa batugamping pada daerah penelitian dipengaruhi oleh suplai bahan detrital.
Berdasarkan klasifikasi kimia batugamping yang memperhatikan rasio Ca/Mg didapatkan 3 (tiga) jenis
batugamping yaitu Magnesian Limestone, Dolomitic Limestone yang mengindikasikan batugamping tersebut
secara kualitatif diendapkan pada lingkungan yang memiliki tingkat salinitas dan evaporasi yang tinggi yaitu
dekat dengan garis pantai. Sedangkan Pure Limestone diendapkan jauh dari garis pantai dengan tingkat salinitas
dan evaporasi yang rendah. Berdasarkan rasio CaO, sampel T4, T5.1, T5.2 dan T6.1 adalah sampel yang paling
baik yang digunakan sebagai bahan baku semen karena kadar dari CaO nya yang lebih dari 50%.
ABSTRACT
The research area is located in Gempol, Cirebon District, West Java. Geologically, it belongs to the
member of Limestone Formation of Kromong Complex. This research aims to determine the lithology and
chemical characteristics of limestone and also their implications toward paleosalinity and quality of the
limestone as cement ingredient. Twelve limestone samples were analyzed by using XRF method to determine the
chemical characteristic. There are three types of lithologies, wackestone, packstone and clay. Bivariate plots
show positive correlation between oxide compounds (SiO2, Al2O3, Fe2O3, and MgO) while negative
correlation is shown in CaO compounds. In other words, the increase of SiO2, Al2O3, Fe2O3, and MgO
occurred due to the decrease of CaO compounds. This can be a clue that limestone is influenced by the supply
of detrital material. Based on the chemical classification of limestone, there are three types of limestone,
magnesian limestone, dolomitic limestone, and pure limestone. Qualitatively, pure limestone deposition
indicates low salinity and low evaporation environment. Meanwhile, magnesian limestone and dolomitic
limestone deposition indicate high salinity and high evaporation environment. Samples of T4, T5.1, T5.2 and
T6.1 are the best samples to be used as cement ingredient because their CaO quantities reaches >50%.
449
Karakteristik kimia batugamping Kompleks Kromong, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat (Tita Choerunnisa)
1. PENDAHULUAN
Batugamping termasuk kedalam jenis bahan galian non logam yang digunakan
sebagai bahan baku semen. Proses pembuatan
semen harus memperhatikan kualitas dari daerah Gempol, Kabupaten Cirebon, Provinsi
batugamping untuk mendapatkan kualitas Jawa Barat yang termasuk dalam Batugamping
semen yang baik. Kualitas batugamping Kompleks Kromong. Penelitian ini bertujuan
tergantung pada mineralogy batugamping, untuk mengetahui litologi, karakteristik kimia
karakteristik kimia batugamping dan batugamping sebagai bahan baku semen serta
geological setting. Daerah penelitian berada di implikasinya terhadap palaeo salinitas.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Rasio Ca/Mg menunjukkan kondisi
Karakteristik kimia batugamping stabilitas selama pembentukan batuan
memperhatikan kandungan utama senyawa karbonat (Marshner, 1968). Peningkatan rasio
oksida diantaranya CaO, MgO, SiO2, Al2O3, Ca/Mg pada batuan karbonat mengindikasi
Fe2O3, yang kemudian dapat dilihat korelasi penguapan (evaporasi) air laut relatif lebih
antar senyawa oksida pada batugamping. sedikit dan tingkat salinitas rendah selama
Klasifikasi batugamping menggunakan prosesn pembentukan batugamping. Rasio
klasifikasi Dunham (1962) berdasarkan Ca/Mg pada batuan karbonat mengalami
komposisi batugamping secara petrografi dan peningkatan seiring menjauh dari garis pantai,
klasifikasi Todd (1968) berdasarkan rasio sedangkan pada rasio Mg/Ca mengalami
Ca/Mg dan Mg/Ca (Gambar 2 dan Tabel.1). penurunan (Marshner, 1968).
450
Padjadjaran Geoscience Jornal. Vol. 3, No. 6, Desember 2019: 449-458
451
KarakteristikGeoscience
Padjadjaran kimia batugamping Kompleks
Jornal. Vol. 3, No. Kromong, Kabupaten
6, Desember Cirebon, Provinsi Jawa Barat (Tita Choerunnisa)
2019: 449-458
a b
c d
1m
Sumber: dok.Penulis
Gambar 3. a) Batugamping klastik wackestone pada stasiun T1 yang menunjukkan
adanya struktur perlapisan; b) menunjukkan perbandingan ukuran butir
c) Kenampakkan petrografi sayatan batugamping klastik wackestone pa-
da T1.1 (// nikol) (Qtz = quartz; Cbn= carbonate mineral; Opk = mineral
opak; Fs = fosil); d) Kenampakkan petrografi sayatan batugamping klas
tik wackestone T1.1 (X nikol).
a b
c d
1m
452
1m
453
Karakteristik kimia batugamping Kompleks Kromong, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat (Tita Choerunnisa)
15 y = 0.1961x + 0.5002 4
10 R² = 0.935
Al2O3
MgO
2
5
y = 0.0438x + 1.4014
0 R² = 0.7714
0
0 20 40 60
SiO2 0 20 SiO2 40 60
6 60
y = 0.0709x + 0.134 40
4
Fe2O3
CaO
R² = 0.9316
2 20
y = -0.6668x + 54.878
0 R² = -0.9746
0
0 20 40 60
0 20 SiO2 40 60 SiO2
Gambar 6. Bivariate plots antara senyawa SiO2 dengan Al2O3, Fe2O3, MgO, CaO.
4 6
y = 0.348x + 0.004
4 R² = 0.9219
Fe2O3
MgO
2
y = 0.2133x + 1.3272 2
0 R² = 0.7516 0
0 5 Al O 10 15 0 5 Al2O3 10 15
2 3
60 y = 4.769x - 1.3251 60
40 R² = 0.935 40
SiO2
CaO
20 20 y = -3.2432x + 55.995
R² = -0.9479
0 0
0 5 Al2O3 10 15 0 5 Al O 10 15
2 3
Gambar 7. Bivariate plots antara senyawa Al2O3 dengan MgO, SiO2, Fe2O3, CaO.
454
Padjadjaran Geoscience Jornal. Vol. 3, No. 6, Desember 2019: 449-458
6 15
4 y = 1.3168x - 1.4952 y = 3.524x - 3.7587
Fe2O3
10
Al2O3
R² = 0.7987 R² = 0.7516
2 5
0
0
0 2 4
MgO 0 MgO 2 4
60 60
40 40
CaO
SiO2
20
y = 17.608x - 20.947 20 y = -12.324x + 70.079
0 R² = 0.7714 R² = -0.8283
0
-20 0 2 4
MgO 0 MgO 2 4
Gambar 8. Bivariate plots antara senyawa MgO dengan Fe2O3, Al2O3, SiO2, CaO.
4.2.4 Besi Oksida (Fe2O3) yang kuat dengan nilai R2 = 0.7987, sedangkan
dengan senyawa CaO memiliki korelasi
Hubungan korelasi senyawa Fe2O3 negatif yang sangat kuat. Hal ini
dengan senyawa SiO2, Al2O3 memperlihatkan mengindikasikan bahwa sumber Fe2O3 pada
korelasi positif yang sangat kuat dengan nilai batugamping mengalami peningkatan yang
R2 = 0.9316 dan R2 = 0.9219. Senyawa Fe2O3 disebabkan oleh penurunan kadar senyawa
dengan MgO menunjukkan korelasi positif CaO. (Gambar 11).
60 15
40 10
Al2O3
SiO2
20 5
y = 13.133x - 0.6446 y = 2.6489x + 0.2782
0 R² = 0.9316 0 R² = 0.9219
0 2 Fe O 4 6 0 2 Fe O 4 6
2 3 2 3
4 60 y = -8.7491x + 55.297
40 R² = -0.9063
MgO
CaO
2
y = 0.6066x + 1.3329 20
0 R² = 0.7987 0
0 2 Fe O 4 6 0 2 Fe O 4 6
2 3 2 3
Gambar 9. Bivariate plots antara senyawa Fe2O3 dengan SiO2, Al2O3, MgO, CaO.
455
Karakteristik kimia batugamping Kompleks Kromong, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat (Tita Choerunnisa)
60 15
y = -1.4616x + 80.626
40 R² = -0.9746 10
Al2O3
SiO2
20
5y = -0.2923x + 16.558
0
R² = -0.9479
-20 0 50 100 0
CaO 0 20 CaO 40 60
6 4
4
Fe2O3
MgO
2
2 y = -0.1036x + 5.849 y = -0.0672x + 5.0735
R² = -0.9063 R² = -0.8283
0 0
0 20 CaO 40 60 0 20 40 60
CaO
Gambar 10. Bivariate plots antara senyawa CaO dengan SiO2, Al2O3, Fe2O3, MgO.
456
Padjadjaran Geoscience Jornal. Vol. 3, No. 6, Desember 2019: 449-458
DAFTAR PUSTAKA
457
Karakteristik kimia batugamping Kompleks Kromong, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat (Tita Choerunnisa)
458