Suatu argumen akan lebih meyakinkan apabila disertai dengan alasan. Suatu alasan sering kali menggunakan konjungsi penyebab, seperti sebab, karena, oleh karena itu, oleh sebab itu. 2. Mengandung pernyataan persuasif. Hal ini dimaksudkan untuk menggugah penerima proposal untuk menerima ajuan itu. Misalnya, dalam kalimat “Untuk itu, sebuah upaya pembekalan terhadap para pengajar tentang pengembngan kurikulum dan materi pengajaran membaca dan menulis sangat mendesak untuk dilakukan” merupakan kalimat persuasif yang menyatakan pentingnya kegiatan yang diajukannya itu sehingga diharapkan pihak yang ditujunya bisa menerimanya. 3. Menggunakan banyak istilah ilmiah,baik berkenaan dengan kegiatan itu atau pun tentang istilah-istilah berkaitan dengan bidang keilmuannya. Contoh istilah kegiatan (penelitian): abstrak, analisis data, instrumen, responden, populasi, sampel,dll. Contoh istilah keilmuan : kompetensi, media belajar, kurikulum, pembelajaran, Pembelajaran, psikologi,dll 4. Menggunakan banyak kata kerja tindakan yang menyatakan langkah-langkah kegiatan (metode penelitian). Misalnya: mengisi, mencampurkan, membaca, mendokumentasikan, mengamati, melakukan, dll. 5. Menggunakan kata-kata yang menyatakan pendefinisian ( pemberian pengertian). Biasanya ditandai dengan penggunaan kata merupakan, adalah, yaitu, yakni. 6. Menggunakan kata-kata yang bermakna perincian, seperti selain itu, pertama, kedua, ketiga, dst. Perincian ini bisa diartikan penyebutan sesuatu yang lebih dari satu. 7. Menggunakan kata-kata yang bersifat “keakanan” ( sesuatu yang belum terjadi/ sesuatu yang akan dilakukan) Kata –kata yang sering digunakan yaitu : akan,diharapkan, direncanakan, diagendakan,diwacanakan,dll. Hal ini sesuai dengan sifat proposal yaitu sebagai suatu usulan, rencana, atau rancangan program kegiatan. 8. Menggunakan kata-kata bermakna lugas (denotasi). Hal ini penting guna menghindari kesalahan pemahaman antara pihak pengusul dengan pihak tertuju/penerima proposal ASPEK-ASPEK PENTING DALAM PENYUSUNAN PROPOSAL
1. Penyusunan proposal bisa dilakukan melalui observasi lapangan atau
membaca dari literatur. Hal ini dapat diawali dengan melakukan analisis terhadap suatu masalah atau kebutuhan di lapangan. Dengan demikian, kita bisa mengajukan suatu kegiatan yang sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan. Ada tiga hal yang dapat dilakukan untuk mengumpulkan sejumlah fakta dan data yang menjadi pusat penyusunan proposal, yaitu melalui observasi langsung, melakukan wawancara dengan narasumber, atau melalui angket. 2. Membaca literatur untuk memperkuat temuan-temuan dari lapangan itu. Literatur juga berperan sebagai rujukan atas bermasalah atau tidaknya temuan-temuan di lapangan itu. 3. Mengembangkan temuan-temuan itu ke dalam sebuah proposal yang lengkap, jelas, dan menarik. Lengkap, perhatikan kelengkapan bagian-bagian proposal. Mulai latar belakang masalah sampai dengan daftar pustaka Jelas,perhatikan pula kaidah-kaidah kebahasaan teks proposal Menarik, perhatikan teknik penyajiannya; tata letak, ilustrasi, pemilihan jenis huruf, spasi,dan hal-hal lain sehingga penerima usul tertarik untuk membacanya.