Anda di halaman 1dari 136

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN MENGGUNAKAN METODE

PENYULUHAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA

TENTANG LGBT DI JORONG RIMBO KALAM

KEC. 2X11 KAYUTANAM

TAHUN 2020

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai

Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

AHLIMADYA KEPERAWATAN

Oleh:

ILMA HASANATI

NPM : 17 100 731 306 71

AKADEMI KEPERAWATAN BAITURRAHMAH

PADANG 2020
TANDA PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH

Dengan ini Dewan Penguji Sidang Karya Tulis Ilmiah dan Direktur Akademi
Keperawatan Baiturrahmah Padang menyatakan bahwa :
Nama : Ilma Hasanati
NPM : 17 10 073 130 671
Judul KaryaTulisIlmiah :Pengaruh Promosi Kesehatan Menggunakan Metode
Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan
Remaja Tentang LGBT Di Jorong Rimbo Kalam
Kec.2x11 Kayutanam Tahun 2020
Telah diuji dan dipertahankan di depan penguji ujian Karya Tulis Ilmiah
Akademi Keperawatan Baiturrahmah Padang pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 23 Juni 2020
Dewan penguji
No Nama Jabatan Tanda Tangan

1. Hj. Dalina Gusti, SKM. M.Kes Moderator

2. Agustika Antoni Skp M.Biomed Penguji I

3. Ns. Dian Rahmi M.Kep Penguji II

Direktur,

Hj.Dalina Gusti,SKM,M.Kes
NIDN : 1022087001
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Karya Tulis Ilmiah : Pengaruh promosi kesehatan menggunakan metode

penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan Remaja

tentang LGBT Remaja di Jorong Rimbo Kalam

Kec.2x11 Kayutanam Tahun 2020.

Nama : Ilma Hasanati

NPM : 17 100 731 306 71

Proposal ini telah disetujui untuk diseminarkan dihadapan Tim Penguji

Akademi Keperawatan Baiturrahmah Padang.

Pembimbing

Hj. Dalina Gusti,SKM.M.Kes

NIDN : 1022087001
AKADEMI KEPERAWATAN BAITURRAHAMAH PADANG
KARYA TULIS ILMIAH
135 Halaman, 6 Tabel, 11 Lampiran

ABSTRAK

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN MENGGUNAKAN METODE


PENYULUHAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN
REMAJA TENTANG LGBT DI JORONG RIMBO KALAM
KEC.2X11 KAYUTANAM
TAHUN 2020
Oleh :
Ilma Hasanati, ilmahasanati98@gmail.com
HP : 082285020154
(Pembimbing : Hj.Dalina Gusti Skm M. Kes)

Lesbian, gay biseksual dan transgender atau yang biasa disebut LGBT, Saat
ini benar benar menjadi wabah global yang mengkhawatirkan. Amerika Serikat resmi
mengesahkan perkawinan sesama jenis pada pertengahan tahun 2015. Bedasarkan
Data KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) di kota Padang Pada tahun 2012 jumlah
perilaku penyimpangan seksual sebanyak 350 orang sedangkan pada tahun 2015
mengalami kenaikan yang jumlahnya menjadi 994 orang. Tujuan dari penelitian ini
adalah mengetahui pengaruh promosi kesehatan memakai metode Penyuluhan
terhadap peningkatan pengetahuan Remaja tentang LGBT di Jorong Rimbo Kalam
Kec.2x11 Kayutanam.

Desain penelitian ini menggunakan metode quassi eksperimental dengan


desain one grup pretest-posttest, dilakukan pada 05 juni 2020. Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 30 responden dengan teknik pengambilan sampel Total
Sampling. Tahap pengolahan data melalui editing, coding, processing, cleaning data.
Hasil Penelitian menunjukan bahwa nilai pengetahuan Pre test responden
adalah 16,80% dan nilai pengetahuan Post test responden meningkat menjadi
21,23%. dengan uji statistik didapatkan nilai p 0,000 (p<0,05), artinya terdapat
perbedaan pengetahuan tentang LGBT sebelum dan sesudah dilakukan Penyuluhan
di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam Tahun 2020.
Kesimpulan, bahwa penyuluhan kesehatan memberikan pengaruh yang
signifikan pada pengetahuan Remaja tentang LGBT di Jorong Rimbo Klam
Kec.2X11 Kayutanam.

Daftar Pustaka : (2010-2020)


Kata kunci : Penyuluhan, Pengetahuan,Remaja dan LGBT
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha mulia
Yang mengajar manusia dengan pena,
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
(QS: Al-‘Alaq 1-5)

Do’a ku…
Aku tidak minta agar aku diberikan dari penderitaan dan cobaan
Hanya Ku minta keberanian dan daya tahan
Ketika ketakutan dan kesepian

Ya Allah…
Jadikanlah setitik Ilmu-Mu ini sebagai pelita
Untuk menempuh Ridho-Mu
Maka jadikanlah Ia sebagai penerang di tengah kegelapan pikiran
Dalam menolong Jiwa Manusia
Semoga dengan Rahmat-Mu yang besar dapat menuntunku
Menuju masa depan yang ku cita-citakan
Sepercik keberhasilan yang telah digapai saat ini
Dan segala tantangan yang telah Ku hadapi
Dalam menjalankan kehidpuan ini
Yang menjadi lembaran yang tak terbatas
Dan jika bukan karena Ridho-Mu Ya Allah
Semua ini tidak akan pernah menjadi nyata
Seiring rasa syukurku pada-Mu Ya Allah…
Izinkan ku persembahkan keberhasilan dan
Karya kecil ku ini setulus hati
Teruntuk Papa (Zulfakri) dan Mama (Misrawati) tercinta

Terimakasih yang setulus-tulusnya…


Untuk untaian do’a yang selalu terucap untuk ku
Untuk setiap tetes keringat dan jerit payah mu
Yang tanpa mengenal lelah
Demi keberhasilan anakmu ini
Semua ini takkan ku ganti dengan apapun
Tapi semoga keberhasilan kecil ku ini memberikan kebahagiaan
Serta buat Kakak tercinta (Uni,Ante & Budi Elok)
Yang telah memberikan kasih sayang dan segala pengorbanan serta
Do’a yang tulus untukku.

Special Than’s For


Ibuk Dakina Gusti, SKM. M. Kes yang telah memberikan bimbingan dari nol
sampai keberhasilanku ini.
Beserta Dosen penguji Agustika Antoni M.Biomed dan Ns.Dian Rahmi M.Kep
Yang telah memberikan saran dan masukan atas kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah
(KTI) ini.
Serta untuk teman seperjuangan Bp 17 senasib dan seperjuangan
Semoga pahit getir dan indah menjadi motivasi kita
Melangah kaki menatap masa depan

I hope you quickly finish KTI and reach The glass of Amd.Kep
Terimakasih juga buat Orang Tua tercinta Zainul Abidin dan Rabak’ni
Yang telah memberikan Dukungan secara Finensial dan dukungan kasih saying yang
sangat berarti.
Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan di kejar,
untuk sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna, hidup tanpa mimpi
ibarat arus sungai. Mengalir tanpa tujuan, Teruslah belajar, berusaha, dan berdoa
untuk menggapainya.
Jatuh berdiri lagi, kalah mencoba lagi, Gagal bangkit lagi.

Never Give Up !
Sampai Allah SWT berkata “waktunya pulang”
Hanya sebuah karya kecil dan untaian kata-kata
Ini yang dapat ku persembahkan kepada kalian semua..
Terimakah beribu terimakasih kuucapkan.
Atas segala ke khilafan salah dan kekuranganku.
Kurendahkan hati serta diri menjabat tangan
Meminta beribu-ribu kata maaf tercurah
Karya Tulis Ilmiah ini ku persembahkan.
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadiran ALLAH SWT, yang telah

melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Peneliti dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul

“Pengaruh Promosi Kesehatan Menggunakan Metode

Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Remaja Tentang LGBT Di

Jorong Rimbo Kalam Kec 2x11 Kayutanam Tahun 2020.”

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Ahli Madya Keperawatan. Selama proses penyusunan KTI ini dari awal sampai

akhir tidak terlepas dari peran dan dukungan berbagai pihak.

Oleh karena itu pada kesempatan ini, perkenankanlah peneliti mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Ibu Hj. Dalina Gusti SKM, M.Kes selaku direktur Akademi Keperawatan

Baiturrahmah Padang, dan selaku pembimbing yang telah memberikan

pengarahan dan masukan sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini.

2. Staf Dosen dan Tata Usaha Akademi Keperawatan Baiturrahmah Padang

yang telah membantu, memberikan berbagai ilmu selama masa pendidikan

untuk bekal peneliti.


3. Yang saya banggakan Remaja yang berada Di Jorong Rimbo Kalam

Kec.2x11 Kayutanam yang telah membantu berpartisipasi dalam proses

penelitian ini .

4. Teristimewa buat Orang tua tercinta, dan kakak saya Uni, Ante, Elok, dan

adik tersayang yang telah banyak memberikan dorongan dan semangat serta

do’a yang tiada henti – hentinya kepada saya dalam mencapai cita – cita ini.

5. Rekan-rekan Mahasiswa Akademi Keperawatan Baiturrahmah Padang

angkatan tahun 2017, terimakasih atas dukungan dan bantuan serta

kebersamaan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam membuat Karya Tulis Ilmiah ini masih

banyak kekurangan, mengingat keterbatasan pengetahuan peneliti karena itu peneliti

mengharapkan masukan, kritikan dan saran yang sifatnya membangun dari semua

pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata kepada-Nya jualah kita berserah diri, Semoga KTI ini dapat

bermanfaat bagi kita semua khususnya di bidang keperawatan.

Padang, 17 Juni 2020

Peneliti
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

DAFTAR TABEL...........................................................................................iii

DAFTAR BAGAN..........................................................................................iv

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................v

BAB I PENDAHUUAN

1.1 Latar Belakang..............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................6

1.4 Manfaat Penelitian........................................................................7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian............................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Dasar LGBT....................................................................9

2.2 Konsep Remaja.............................................................................22

2.3 Konsep Promosi Kesehatan..........................................................24

2.4 KonsepPenyuluhan Kesehatan.....................................................30

2.5 KonsepDasar Pengetahuan...........................................................37

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian..........................................................................40

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian......................................................41

3.3 Populasi Dan Sampel....................................................................41

3.4 Jenis Dan Cara Pengumpulan Data..............................................43

3.5 TekhnikPengolahan Data..............................................................45

3.6 Analisa Data.................................................................................46

3.7 Kerangka Konsep.........................................................................47

3.8 Definisi Operasional.....................................................................48

3.9 Hipotesis.......................................................................................50

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi.................................................................53

4.2 Karakteristik Responden..................................................................54


4.3 Hasil Penelitian................................................................................56

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Keterbatasan Penelitian..................................................................59

5.2 Analisa Paired SampeT Test............................................................59

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan.......................................................................................63

6.2 Saran.................................................................................................67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal kegiatan penelitian

Lampiran 2 : Informed Consent

Lampiran 3 : Lembar persetujuan menjadi Responden

Lampiran 4 : Kisi-kisi kuesioner

Lampiran 5 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 6 : Satuan acara penyuluhan (SAP) tentang LGBT

Lampiran 7 : Flipchart

Lampiran 8 : Leaflet

Lampiran 9 :Master tabel

Lampiran 10 :Output hasil penelitian SPSS 16

Lampiran 11 :Lembar konsultasi

Lampiran 11 : Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 12 :Dokumentasi Penelitian


DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

3.8 Definisi Operasional............................................................................................

4.1 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan jenis Kelamin..............................

4.2 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Umur .........................................

4.3 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan..................................

4.5 Nilai Rata-rata Pengetahuan Responden Sebelum Diberikan penyuluhan..........

4.6 Nilai Rata-rata Pengetahuan Responden Sesudah Diberikan penyuluhan...........

4.7 Pengaruh Promosi Kesehatan menggunakan Metode penyuluhan Terhadap


Peningkatan Pengetahuan remaja Tentang LGBT Sebelum Dan Sesudah Diberikan
penyuluhan ..............................................................................................................
DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman

3.7 Kerangka Konsep ............................................................................51


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pergaulan bebas dikalangan remaja sangat mengkhawatirkan. Remaja

mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan

serta cenderung mengambil resiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh

pertimbangan matang. Rasa ingin tahu tersebut dihadapkan pada ketersediaan sarana

disekitarnya yang dapat memenuhi keingintahuannya. Pergaulan remaja modern,

remaja berusaha mendapatkan keinginannya untuk merasakan seluruh tawaran dunia

seperti, pergaulan bebas maupun masalah seks dan mereka bisa mendapatkannya

dengan mudah (Depkes RI, 2012).

Perilaku penyimpangan seksual yang muncul di kalangan masyarakat adalah

salah satu dari sekian banyak masalah seksual yang sedang marak saat ini yang

dikenal dengan istilah lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) (Andriyanto,

2012).

Lesbian, gay biseksual dan transgender atau yang biasa disebut LGBT, Saat

ini benar benar menjadi wabah global, yang mengkhawatirkan banyak umat manusia,

dunia dibuat terperangah setelah Amerika Serikat akhirnya secara resmi

mengesahkan perkawinan sesama jenis pada pertengahan tahun 2015, tepatnya pada

sabtu, 27 juni 2015. Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden secara terbuka
mengakui peran tokoh tokoh yahudi dalam mengubah persepsi bangsa Amerika

Serikat tentang LGBT. Maka jadilah Amerika Serikat sebagai Negara ke-21 yang

secara resmi mengesahkan perkawinan sesama jenis (Husaini, 2019).

Indonesia menjadi Negara dengan penduduk LGBT terbanyak ke-5 setelah

cina, India, Eropa, dan Amerika. Beberapa lembaga survey independen dalam

maupun luar negeri menyebutkan bahwa Indonesia memiliki 3% penduduk LGBT,

yang berarti 7,5 juta dari 250 juta penduduk Indonesia adalah LGBT atau lebih

sederhananya dari 100 orang yang berkumpul disuatu tempat maka 3 orang

diantaranya adalah LGBT (Santoso, 2016).

LGBT sebenarnya bukanlah hal yang baru di Negeri ini. Sebelumnya, telah

banyak pertemuan penting dilakukan untuk mengakomodir kepentingan komunitas

LGBT, terutama dalam menanggapi pelanggaran hal-hak mereka sebagai komunitas

seksual minoritas. Pada tahun 2006, diadakan perkumpulan di Yogyakarta yang pada

akhirnya melahirkan ‘’prinsip-prinsip tersebut menekankan perlindungan hak-hak

komunitas seksual minoritas dan menciptakan kerangka kerja bagi standar hak asasi

manusia Internasional untuk masyarakat yang memiliki orientasi seksual dan

identitas gender khusus (Onapio,Isike,2016).

Jumlah organisasi LGBT yang ada di Indonesia relative besar, terdiri dari dua

jaringan nasional dan 119 organisasi yang didirikan diseluruh Provinsi di Indonesia,

beragam dari segi komposisi, ukuran dan usia. Organisasi organisasi ini berperan

aktif di bidang kesehatan, publikasi dan penyelenggaraan kegiatan sosial dan

pendidikan (USAID & UNDP, 2014).


Organisasi LGBT yang ada di Indonesia diantaranya arus pelangi, HIWAD

(Himpunan wadam di Jakarta), Indonesia Gay Society (IGS), Gaya nusantara, hingga

yayasan pelangi kasih nusantara ( YPKN). Yayasan yang bergerak dalam

pencegahan dan penyuluhan mengenai penyakit HIV/AIDS dikalangan komunikasi

gaya di Indonesia (Sinyo, 2014).

Konsekuensi logis dari perilaku penyimpangan seksual adalah munculnya

berbagai penyakit kelamin (Veneral Diseases/VD), atau penyakit akibat hubungan

seksual (Sexually Transmitted Diseases/STD) (Abdullah, 2008). Dampak negatif

fenomena LGBT tidak hanya ditinjau dari sisi kesehatan namun juga mengikis dan

menggugat keharmonisan hidup bermasyarakat. Dari sudut agama dan sosiologi,

LGBT akan menyebabkan peningkatan gejala penyimpangan sosial dan kemaksiatan

hingga tidak dapat dikendalikan. Dilihat dari sisi psikologi, dapat mempengaruhi

kejiwaan dan memberi efek yang sangat kuat pada syaraf. Pelaku LGBT setiap tahun

cenderung meningkat bukan hanya di kota besar saja tetapi juga merambah ke

pelosok desa (Kalsum, 2012).

Laporan kementerian kesehatan yang dikutip dari Komisi Penanggulangan

AIDS Nasional pada tahun 2012 mengungkapkan bahwa terdapat 1.095.970 Lelaki

berhubungan Seks dengan Lelaki (LSL) alias gay yang tersebar di semua daerah, dan

5% (66.180) diantaranya mengidap HIV (Kemenkes, 2014).

Ketua perhimpunan konselor VCT HIV Indonesia (PKVHI) wilayah Sumatra

Barat,Katherina Welong mengungkapkan estimasi jumlah pelaku LGBT di Sumatra

Barat hingga April 2018 mencapai 14.469 orang. Kota Padang merupakan salah satu
kota Sumatra Barat, data dari PKHIV kota padang jumlah LGBT di padang dari hasil

pemetaan LGBT di Sumatra Barat hingga April mencapai 14.469 orang (Putri 2018).

Data KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) di kota Padang pada tahun 2010

jumlah perilaku penyimpang seksual dikota padang yaitu sebanyak 340 orang. Pada

tahun 2012 mengalami peningkatan yang mencapai jumlah 350orang sedangkan pada

tahun 2015 mengalami kenaikan yang jumlahnya menjadi 994 orang. Dan di Sumatra

barat ditemukan sebanyak 41.867 LSL dan 902 Waria (Kemenkes RI,2016).

Menurut Notoatmodjo (2010) lingkungan sangat berpengaruh terhadap

individu karena lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan perilaku, perilaku

dibentuk melalui suatu proses dalam interaksi manusia dengan lingkungan.

Lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan seorang anak, termasuk

pembentukan dan pemilihan orientasi seksualnya. Misalnya cara orang tua mengasuh

anak, hubungan antar keluarga, lingkungan pergaulan/pertemanan. Bisa saja kondisi

ini dipicu karena keluarga tidak harmonis, figur perempuan trauma terhadap laki-

laki, dan masih banyak lagi kemungkinan. Faktor coba-coba melakukan hubungan

dengan sesama jenis, penasaran, mendapatkan attachment dari sesama jenis, merasa

nyaman dengannya, dan karena interaksi berbagai faktor yaitu faktor lingkungan

(sosiokultural), biologis, dan faktor pribadi/personal (psikologis).

Keberadaan LGBT dilingkungan sosial, kita harus menerima dan

menanggapinya secara positif. Sebab mereka adalah bagian dari kita, tapi bukan

berarti kita menyetujui gaya hidup ini. Sebab semakin terbuka sikap kita, maka

kecendrungan interaksi dan keterbukaan akan menjadi bagian dari perubahan pola

pikir dan lifestyle tersebut (Tribun Lampung, 24 Oktober 2014).


Promosi kesehatan merupakan upaya yang bersifat promotif (peningkatan),

sebagai perpanduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), dan

rehabilitative (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif

(kholig, 2012). Promotif kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang

ditunjukan pada prilaku,agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan

(Notoatmodjo, 2007).

Zainnuddin, 2019 Di SMPN 5 Bangkala Kabupaten Jeneponto yang

membahas tentang Pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan remaja

tentang penyakit menular seksual LGBT menunjukan bahwa dari 61 responnden

diperoleh 55 siswa( 90,2%) mempunyai pengetahuan yang rendah sebelum diberikan

penyuluhan kesehatan.

Menurut (Yulita, 2015) yang melakukan penelitian terhadap 9 orang

kelompok control dan 9 orang sebagai kelompok eksperimen yang membandingkan

subjek pretest dan posttest, dari kelompok control dan eksperimen. Menggunakan uji

mann U Whitney dan uji wilcoxon, hasil uji mann Whitney menujukan bahwa

kelompok penyuluhan berpengaruh meningkatakan pengetahuan tentang LGBT

Remaja dengan (P 0,024), sedangkan Hasil uji wicoxon test pada kelompok

eksperimen menunjukan adanya peningkatkan pengetahuan LGBT yang signifikan

(P=0,12) dibanding kelompok control. Secara umum Penyuluhan berpengaruh karena

mampu meningkatkan Pengetahuan tentang LGBT yang dimiliki oleh remaja.

Menurut (Harmawati, 2018) tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

tingat pengetahuan pelajar SMA tentang LGBT dan penyakit HIV/AIDS yang

menyatakan bahwa hasil penelitian diperoleh rata-rata tingkat pengetahuan pelajar

tentang LGBT sebelum diberi pendidikan kesehatan 8,44 dan rata-rata tingkat
pengetahuan sesudah diberikkan pendidikan kesehatan yaitu 11,89. Ada pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan pelajar SMA dengan nilap P-

valuenya 0,000.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel Remaja di Jorong Rimbo

Kalam Kec.2x11 Kayutanam. Remaja merupakan bagian dari masyarakat dan

memiliki pemikiran yang kritis dan lebih peka akan fenomena-fenomena sosial yang

terjadi. Remaja juga disebut sebagai agent of change, yang artinya remaja sebagai

agen perubahan, sehingga dapat mencerminkan kedepannya sikap dan tindakan yang

dilakukan terhadap LGBT.

Bedasarkan survey awal wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 04

Juni 2020 dengan 10 orang Remaja di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam

didapatkan hasil 6 (60%) mengetahui tentang istilah LGBT, 3 (3%) Remaja tidak tau

tentang aktivitas homoseksual, 4 (4%) Remaja tidak tau faktor penyebab LGBT, 3

(3%) Remaja tidak tahu bahaya LGBT, dan 3 (3%) Remaja tidak tau cara

penaggulangan atas penyimpangan prilaku seksual LGBT.

Bedasarkan fenomena diatas peneliti tertarik meneliti pengaruh promosi

kesehatan dengan metode penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan Remaja

tentang lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di Jorong Rimbo Kalam

Kec.2x11 Kayutanam Tahun 2020.

1.2 Perumusan masalah

Bedasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah penelitian ini yaitu

bagaimana pengaruh promosi kesehatan menggunakan metode penyuluhan terhadap


peningkatan pengetahuan Remaja tentang LGBT Di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11

Kayutanam Tahun 2020.

1.3 Tujuan penelitiann

1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan

menggunakan metode penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan Remaja

tentang LGBT di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam Tahun 2020.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui nilai rata rata pengetahuan Remaja tentang LGBT sebelum

dilakukannya penyuluhan di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam

Tahun 2020.

2. Untuk mengetahui nilai rata rata pengetahuan Remaja tentang LGBT sesudah

dilakukannya penyuluhan di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam

Tahun 2020.

3. Untuk mengetahui selisih nilai rata rata pre test dan post test pengetahuan

Remaja tentang LGBT sebelum dilakukannya penyuluhan di Jorong Rimbo

Kalam Kec.2x11 Kayutanam Tahun 2020.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai sumber data penelitian untuk memperoleh tingkat pengetahuan

Remaja tentang LGBT di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam Tahun

2020.

1.4.2 Bagi Masyarakat


Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu masyarakat khususnya

Remaja untuk lebih meningkatkan pengetahuannya tentang LGBT di Jorong

Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam Tahun 2020.

1.4.3 Bagi instalansi pendidikan

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan literatur di

perpustakaan dan dapat memberikan informasi kepada para pembaca untuk

menambah wawasan dan pengetahuan.

1.4.4 Bagi peneliti berikutnya

Dapat berguna sebagai bahan bacaan dan data dasar untuk selanjutnya dalam

melakukan penelitian khususnya tentang pengetahuan Remaja tentang LGBT

di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam Tahun 2020.

1.5 Ruang lingkup penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh promosi kesehatan

menggunakan metode penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan Remaja

tentang LGBT di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam Tahun 2020.

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan 05 Juni tahun 2020 dimana yang jadi

responden adalah Remaja yang berada di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam

dengan populasi sebanyak 30 orang. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif dengan rancangan Quassi Experimental Design, dengan metode One Grup

Pretest Postest.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar LGBT

Istilah lain untuk menggantikan LGBT adalah same-sex attraction (SSA)

yakni istilah yang digunakan untuk memaparkan bahwa seseorang mempunyai rasa

ketertarikan seksual terhadap sesama jenis. SSA juga kerap digunakan untuk

menggantikan istilah homoseksual orientation dan biseksual orientation (Aziz,

2017).

Adapun kepanjangan dari istilah LGBT menurut Aziz (2017) dalam buku

Pendidikan seks perspektif terapi sufistik bagi LGBT antara lain:

1. Lesbian

Merupakan perempuan yang secara fisik, seksual, emosional, spiritual serta

erotis menyukai sesama perempuan. Kaum lesbian pada hakikatnya sama dengan

kaum gay.

2. Gay

Adalah istilah yang merujuk kepada seorang (laki laki) homosexual, yaitu

laki laki yang berhubungan dengan sesama sejenis atau laki-laki yang

berhubungan seks dengan laki-laki.


3. Biseksual

Adalah perilaku seksual atau ketertarikan secara sexual kepada laki laki dan

perempuan. Pada dasarnya istilah biseksual biasanya digunakan untuk

menggambarkan ketertarikan romantisme atau ketertarikan seksual dalam konteks

manusia kepada orang lain tanpa membedakan laki laki atau perempuan.

4. Transgender

Mengacu kepada identitas gender seseorang yang tidak terkait dengan jenis

kelamin biologis yang diperolehnya sejak lahir, Istilah transgender di Indonesia

lebih banyak dikenal sebagai Waria, beberapa daerah juga mempunyai istilah

yang menggambarkan transgender seperti, wadam, bencong (Jakarta), calabai

(Sulawesi), dan wandu (Jawa).

Mahkamah Agung Amerika Serikat (AS) pada sabtu (27/6/2015), secara

resmi melegalkan perkawinan sejenis (perkawinan homoseksual) diseluruh negara

bagian AS. Dengan keputusan itu, maka AS merupakan negara ke-21 yang

mengesahkan perkawinan sesama jenis (same- sex marriage). Pasangan homo dan

lesbi pun kini mendapatkan hak yang sama sebagaimana keluarga heteroseksual,

seperti mendapatkan surat surat kelahiran dan kematian (Husaini, 2019).

Di AS khususnya, perkembangan pengesahan LGBT berlangsung sangat

cepat. Tahun 2013, untuk pertama kalinya, Katedral nasional AS melaksanakan

perkawinan sejenis Awal juni 2015, baru 30 negara bagian yang melegalkan kawin

sejenis. Beberapa tahun sebelumnya, tahun 2003, dunia digemparkan peristiwa

terpilihnya Gene Robinson sebagai Uskup gereja Anglikan di New Hampshire. Itu

untuk pertama kalinya seseorang pelaku homoseksual menduduki jabatan tertinggi


dalam hirarki gereja selama 2000 tahun sejarah Kristen. Sebab, secara tersurat

ketetapan Bible (Imamat, 2013), sangat jelas pelaku praktik kawin sejenis wajib

dihukum mati (Husaini, 2019).

Jika AS bisa diubah persepsinya dalam waktu begitu cepat dengan peran

penting dari para tokoh yahudi, bagaimanakah dengan Indonesia? Sejak awal 2000-

an, sudah beberapa kali saya menulis dalam berbagai artikel, bahwa cepat atau

lambat wabah LGBT ini akan merabak di Indonesia, sejalan dengan liberalisasi

pemikiran LGBT. Tahun 2004, jurnal justisia yang diterbitkan sejumlah mahasiwa

fakultas Syariah satu Universitas Islam di Semarang, sudah secara terbuka menulis

laporan utama berjudul Indahnya kawin sesama jenis (Husaini, 2019).

Tahun 2006, di Yogyakarta ditetapkan satu dokumen bernama’’Prinsip-

prinsip yogyakarta’’(The Yogyakarta principles), berisi tentang penerapan hukum

hak asasi manusia Internasional dalam kaitan dengan orientasi seksual dan identitas

gender. Wikipedia mencatat, bahwa dokumen ini adalah seperangkat prinsip-prinsip

yang berkaitan dengan orientasi seksual dan identitas gender, dimaksudkan untuk

mengatasi pelecahan HAM terhadap lesbian, gay, biseksual, dan transgender

(LGBT), dan (secara sekilas) interseks (Husaini, 2019).

Jadi kaum LGBT dan pendukungnya, memang sedang bergerak secara

sistematis untuk memperjuangkan pengesahan perkawinan sejenis di Indonesia.

Salah satu gerakan itu ,misalnya mengusung jargon indah Indonesia tanpa

diskriminasi. Gerakan ini secara terbuka memperjuangkan pengesahan legilasi

perkawinan sejenis, sebagaimana di AS (Husaini, 2019).


Lalu bagaimana kira kira prospek pengesahan kawin sejenis di Indonesia

yang komunitas itu kini popular disebut LGBT (lesbian, gay, biseksual,

transgender)? Menarik menyimak rekomendasi dari sebuah laporan hasil diskusi

dalam dialog komunitas LGBT Nasional indonesia yang di selenggarakan pada 13-

14 juni 2013 di bali. Sebagian isi rekomendasi itu penting untuk kita simak dan

pahami (Husaini, 2019).

2.1.2 Bentuk aktivitas homoseksual

Dalam praktinya aktivitas homoseksual menurut Aziz (2017) dilakukan

dalam tiga bentuk yaitu:

1. Oral anotism

yakni hubungan seksual dengan mempergunakan mulut sebagai sarana untuk

mencapai kenikmatan dan mulut pasangan ini diposisikan sebagai kelamin

pasangannya, juga dengan cuninglus yakni memanfaatkan lidah sebagai alat untuk

menjilati bagian bagian erotis pasangannya.

2. Body contact

yakni sentuhan dengan mempergunakan bagian bagian tubuh tertentu.

Biasanya mempergunakan cara cara onani dan juga coltus inter famoral yakni

pemanipulasi sela sela paha pasangannya sebagai cara senggama.

3. Anal sex

yakni penetrasi kelamin terhadap anus pasangannya atau dikenal dengan

semburit atau sodomi.

2.1.3 Penyebab LGBT

Menurut (Elmirawati, 2016) dalam jurnal Analisis faktor penyebab orientasi

seksual menyimpang pada Narapidana perempuan di lapas klass II A Pekanbaru,


faktor yang menyebabkan seseorang itu cenderung untuk menjadi bagian LGBT

yaitu:

1. Faktor keluarga

Anak yang belajar dari pengalaman yang ia alami masa kanak-kanak,

seperti dipukul atau dikasari oleh orangtua hingga anak beranggapan semua

pria/wanita bersikap kasar, yang memungkinkan anak merasa benci pada orang

itu. Predominan dalam pemilihan identitas yaitu melalui hubungan kekeluargaan

yang renggang. Bagi seseorang lesbian misalnya, pengalaman atau trauma yang

dirasakan oleh para wanita dari saat kanak-kanak akibat kekerasan yang dilakukan

orangtua, kakaknya maupun saudara laki-lakinya.

Kekerasan yang dialami dari segi fisik, mental dan seksual itu membuat

seseorang wanita itu bersikap benci terhadap semua pria. Selain itu, bagi golongan

transgender faktor lain yang menyebabkan seseorang berprilaku kekeliruan

gender adalah sikap orangtua yang diidamkan anak laki-laki atau perempuan juga

mengakibatkan seseorang anak itu cenderung kepada apa yang diidamkan.

2. Faktor pergaulan dan lingkungan

Kebiasaan pergaulan dan lingkungan menjadi faktor yang menyumbang

kepada kekacauan seksual. Orangtua atau anggota keluarga tidak menunjukan

kasih sayang kepada anak mereka dan sikap orang tua yang mengatakan bahwa

pembicaraan tentang sek adalah suatu yang tabu, mengakibatkan pandangan anak

tentang seksual menjadin salah.


Selain itu, pergaulan dan lingkungan anak ketika berada disekolah berasrama

yang berpisah dengan laki-laki dan perempuan turut mengundang terjadinya

hubungan lesbian, gay. Kehidupan yang relative lama dengan sesama jenis seperti

dipenjara, di asrama, dikapal juga berpotensi untuk memicu perilaku seksual.

3. Faktor biologis

Berbagai penelitian membuktikan bahwa LGBT berkaitan dengan genetika,

ras ataupun hormon. Seseorang homoseksual memiliki kecenderungan untuk

melakukan homoseksual karena mendapat dorongan dari dalam tubuh yang

sifatnya menurun atau genetik. Penyimpangan faktor genetika dapat diterapi

secara moral dan secara religius. Bagi golongan transgendermisalnya, krakter

laki-laki dari segi suara, fisik, gerak gerik dan kecenderungan terhadap wanita

banyak dipengaruhi oleh hormone testosteron.

Jika hormone tetosteron seseorang itu rendah, ia bisa mempengaruhi perilaku

laki-laki tersebut mirip kepada perempuan atau feminim. Secara medis,

kromosom laki-laki normal adalah XY, sedangkan perempuan normal adalah XX.

Bagi beberapa laki-laki itu genetiknya XXY. Dalam kondisi ini, laki-laki itu

kromosom X sebagai tambahan. Oleh karena itu, perilaku agak mirip dengan

seseorang perempuan.

4. Faktor moral dan akhlak

Golongan homoseksual ini terjadi karena adanya pergeseran norma-norma

susila yang dianut oleh masyarakat tersebut. Hal ini disebabkan karena lemahnya

iman dan pengendalian hawa nafsu serta karena bnyaknya ransangan seksual.

Kerapuhan iman seseorang juga dapat menyebabkan segala kejahatan terjadi


karena iman sajalah yang mampu menjadi benteng paling efektif dalam

mengekang penyimpangan seksual (E-Journal Sosiatri-Sosiologi, 2015).

5. Faktor pengetahuan agama yang lemah

Orang yang kurang pengetahuan dan pemahaman agama merupakan faktor

internal yang mempengaruhi homoseksual. Pengetahuan agama memainkan peran

yang penting sebagai benteng pertahanan yang paling ideal dalam mendidik diri

sendiri untuk membedakan yang mana baik dan yang mana tidak baik, haram atau

halal. Serta mana yang boleh (normal) dan mana yang tidak boleh ( abnormal).

2.1.3 Bahaya LGBT

Berikut di bawah ini beberapa penjelasan dari bahaya LGBT bagi kesehatan

menurut (Potter&Perry, 2005) dalam buku ajar fundamental keperawatan, yaitu:

1. Kanker anal (dubur)

Kemungkinan besarnya pelaku gay terkena kanker karena virus HPV (Human

Papilloma Virus). Dimana kemunculannya tersebut ditularkan dengan melakukan

hubungan seksual seperti itu, yang akhirnya menjadi penyebab tubuh terkena

kanker anal. Kalau diperhatikan bahwa cara hubungan seksual dari pelaku gay

yaitu melakukan seks anal, sehingga pelaku gay ini sangat berisiko tinggi terkena

kanker anal.

Adapun kasus kanker anal yang terbanyak terjadi ditemukan pada pria gay

yang juga positif terkena virus HIV. Dan tingkat kedua terbanyak pasien kanker

anal yaitu pria gay yang tidak terjangkiti virus HIV. Sehingga penyakit kanker

anal ini dapat dikatakan dimonopoli oleh pelaku gay ini.

2. Kanker mulut
Umumnya diketahui bahwa penderita kanker mulut kebanyakan adalah para

perokok, dan dari perjalanan dari waktu ke waktu, muncul hal yang ajaib tentang

pelonjakan jumlah kanker mulut hingga 225%, yang terjadi pada tahun 1974 .

Dari informasi di situs Dallasvoice.com, dilakukan sebuah studi di New

England Journal of Medicine, dan hasil penelitian yang dilakukan tersebut

menemukan kesimpulan bahwa rokok bukanlah satu-satunya yang menjadi

penyebab kanker mulut. Bahkan pihak yang berisiko paling tinggi terkena kanker

mulut yaitu mereka yang melakukan oral seks dengan enam atau lebih dari partner

seks yang berbeda-beda.

Sehingga dapat dibayangkan apabila oral seks dilakukan oleh para gay

bersamaan dengan banyak partner yang berbeda-beda. Dapat ditebak bahwa

kebiasaan “mengerikan” seperti ini jadinya membuat tubuh sangat berisiko tinggi

terkena kanker mulut.

Masalah ini ditambah lagi dengan para gay yang terkena virus HIV, dimana

seperti diketahui bahwa virus ini mengakibatkan sistem imun tubuh menurun

drastis. Saat seorang gay terkena virus HIV, maka akan menghadapi bahaya besar

berupa risiko yang sangat tinggi terkena kanker.

3. Meningitis (Radang selaput otak)

Sebuah penggalan tulisan di Detik Health yang cukup menarik yaitu "New

York Diserang Wabah Radang Otak karena Hubungan Seks Sembarangan".

Meningitis sebenarnya bisa disebabkan dari beberapa penyebab, seperti karena

terjadinya infeksi mikroorganisme, masalah peradangan tubuh, kanker dan

penggunan obat-obatan yang salah. Dan dari tulisan di Detik Health itu disebutkan
bahwa New York dihebohkan dengan mewabahnya penyakit meningitis akibat

penularan dari hubungan seksual, yang ini teutama ditunjukan bagi pelaku LGBT.

Adapun bakteri meningitis mengakibatkan terjadinya infeksi pada membran

selaput otak, yang tanda-tanda awalnya yaitu berupa mutah-muntah, demam, sakit

kepala, leher terasa kaku, hingga juga muncul ruam yang biasanya muncul 10 hari

setelah tubuh terkena infeksi tersebut.

Dan penyakit radang selaput otak apabila tidak segera diobati, bisa

mengakibatkan terjadinya masalah sangat buruk yaitu kerusakan otak, yang

akhirnya bisa menghantarkan seseorang pada kematiannya.

4. Kanker pada lesbian

Sebuah penelitian yang dilakukan di Cancer Support Community,

memperoleh hasil penelitian bahwa para lesbian mempunyai kualitas kesehatan

yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang heteroseksual. Itu termasuk

ketika berjuang melawan penyakit kanker yang dideritanya. Wanita lesbian punya

masalah dari kemampuan ketahanan tubuh yang lemah untuk menghadapi kanker.

5. HIV/AIDS

Virus HIV ini umumnya oleh orang-orang dikaitkan dengan masalah

hubungan seksual bebas, termasuk sering berganti pasangan. Dan kaum gay ini

punya resiko tinggi mendapatkan penyakit AIDS, yang penyakit virus ini

membuat tubuh kehilangan kemampuan dalam mepertahankan dirinya.

6. Dampak sosial

Pada sebuah studi yang dilakukan, didapatkan data-data bahwa seorang gay

punya pasangan antara 20-106 orang per tahunnya. Adapun pasangan zina

(pasangan hetroseksual tetapi di luar pernikahan) tidak lebih dari 8 orang seumur
hidupnya. Pada penelitian yang serupa, bahwa sekitar 43% dari golongan kaum

gay, yang didapatkan data-datanya dengan pencermatan yang teliti.

Ditemukan bahwa sekitar 43% kaum gay tersebut selama hidupnya

melakukan homo seksual dengan 500 orang bahkan lebih. Bahkan, diantaranya itu

ada sekitar 28% yang melakukannya dengan lebih dari 1000 orang.Sekitar 79%

dari mereka mengatakan bahwa pasangan sejenisnya itu merupakan orang yang

tidak dikenalinya sama sekali. Tentunya fenomena gay ini menjadi sebuah hal

yang mengerikan akibatnya bagi dampak kehidupan sosial.

7. Dampak Pendidikan

Untuk dampak pendidikan juga tidak kalah memprihatinkannya, dimana

siswa atau siswi yang menganggap dirinya sebagai sebagai penyuka sesama jenis,

menghadapi permasalahan putus sekolah 5 kali lebih besar dibandingkan dengan

siswa normal. Hal ini terdapat terjadi karena mereka tidak nyaman disekolah.

8. Dampak Keamanan

Kaum homoseksual memberikan peran sebesar 33% pelecehan seksual pada

anak-anak di Negara Amerika Serikat, dimana yang cukup mencengangkan bahwa

populasi kaum homo ini sebenarnya hanya 2% dari keseluruhan penduduk

Amerika.Yang hal itu berarti bahwa 1 dari 20 kasus homo seksual bentuknya

adalah pelecehan seksual pada anak-anak.Adapun 1 dari 490 kasus perzinaan

bentuknya adalah pelecehan seksual pada anak-anak (Psychological Report, 1986,

58 pp. 327-337).

9. Dampak lainnya

Pelaku LGBT akan sangat rentan terkena virus, seperti HIV, sifilis, hepatitis,

dan infeksi Chlamydia. Bahaya LGBT lainnya bagi kesehatan yaitu resiko
terjadinya luka dan pembengkakan pada sistem pembuangan.

Dimana lubang anal yang seperti kita ketahui seharunya digunakan sebagai

pembuangan kotoran, maka hal yang salah jika digunakan sebagai pelampiasan

hawa nafsu seksual.

Sehingga akibat yang sangat mengerikan adalah terluka dan terinfeksi, hingga

lebih buruk lagi timbulnya nanah. Selain itu akibat kelakukan LGBT ini

menimbulkan perubahan perilaku pada pelakunya, dimana akan cenderung

mengakibatkan hal negatif pada sistem syaraf, serta penurunan pada kemampuan

kerja sistem otak.

Dimana kalau kita lihat seorang gay merasa lebih nyaman dengan

penyelewengan yang dilakukannya, walaupun mungkin mereka menyadari bahwa

apa yang dilakukan adalah hal yang salah, sehingga akibatnya hal itu membuat

mereka menurun dalam kemampuan berpikir realistis.

2.1.4 Penanggulangan LGBT

Secara ringkas penanggulangan LGBT di Indonesia menurut (Husaini, 2019)

dalam buku LGBT di Indonesia perkembangan dan solusinya adalah sebagai

berikut :

1. Dalam jangka pendek, perlu dilakukan peninjauan kembali peraturan

perundang–undang yang memberikan kebebasan melakukan praktik

hubungan seksual sejenis. Perlu ada perbaikan dalam pasal 292 KUHP,

misalnya, agar pasal titu juga mencakup perbuatan hubungan seksual sejenis

dengan orang orang yang sama sama dewasa. Pemerintah dan DPR perlu

segera menyepakati untuk mencegah menularnya legalisasi LGBT itu dari AS


dan negara negara lain, dengan cara memperketat peraturan perundang

undangan. Bisa juga sebagian warga ,asyarakat Indonesia yang sadar dan

peduli untuk mengajukan gugatan judicial review terhadap pasal pasal KUHP

yang memberikan jalan terjadinya tindak kejahatan dibidang seksual.

2. Dalam jangka pendek pula, sebaiknya ada perguruan tinggi yang secara resmi

mendirikan pusat kajian dan penaggulangan LGBT. Pusat kajian ini bersifat

komprehensif dan integrative serta lintas bidang studi. aktivitasnya adalah

melakukan penelitian penelitian serta konsultasi psikologi dan pengobatan

bagi pengidap LGBT.

3. Masih dalam jangka pendek, sebaiknya juga mejid medjid besar membuka

klinik LGBT, yang memberikan bimbingan dan penyuluhan keagamaan

kepada penderita LGBT, baik secara langsung maupun melalui media

online,bahkan juga pengobatan pengobatan terhadap penderita LGBT. Bisa

dipadukan terapi modern dengan beberapa bentuk pengobatan seperti bekam,

Ruqyahsyar’iyyah dan sebagainya.

4. Pemerintah bersama masyarakat perlu segera melakukan kempanye besar-

besaran untuk memberikan penyuluhan tentang bahaya LGBT, termasuk

membatasi kempanye kempanye hitam kaum liberalis yang memberikan

dukungan kepada legalisasi LGBT.

5. Kaum musllimin khususnya, perlu memberikan pendekatan yang integral

dalam memandang kedudukan LGBT ditengah masyarakat. Bagaimana pun

LGBT adalah bagian dari manusia yang harus diberikan hak haknya sesuai

dengan prinsip kemanusiaan,sambil terus disadarkan akan kekeliruan

tindakan mereka. Dalam hal ini, perlu segera dilakukan pendidikan khusus
untuk mencetak tenaga tenaga dai dibidang LGBT. Lebih bagus jika program

ini diintegrasikan dalam suatu prodi di perguruan tinggi dalam bentuk

konsentrasi program studi.

6. Para pemimpin dan tokoh tokoh umat islam perlu banyak melakukan

pendekatan ke para pemimpin di media massa, khususnya media televise,agar

mencegah dijadikannya media massa sebagai ajang kampanye bebas

penyebaran paham dan praktik LGBT ini.

7. Secara individual, setiap muslim harus aktif menyuarakan kebenaran,

melakukan amar maáruf dan nahi munkar kepada siapapun yang terindikasi

ikut melakukan penyebaran paham legalisasi LGBT. Sebagaimana tuntunan

al- Quran, dakwah perlu dilakukan dengan hikmah, mauidhatil hasanah, dan

berdebat dengan cara yang lebih baik.

8. Lembaga lembaga donor dan kaum berpunya dikalangan muslim, perlu

memberikan beasiswa secara khusus kepada calon calon doktor yang bersedia

menulis disertasi dan bersungguh sungguh untuk menekuni serta terjun dalam

arena dakwah khusus penyadaran pengidap LGBT.

9. Media media massa muslim perlu menampilkan sebanyak mungkin kisah

kisah pertobatan orang orang LGBT dan mengajak mereka untuk aktif

menyuarakan pendapat mereka, agar masyarakat semakin optimis bahwa

penyakit LGBT dapat disembuhkan.

10. Orang orang yang sadar LGBT perlu didukung dengan sarana dan prasarana

yang memadai khususnya oleh pemerintah agar mereka dapat berhimpun dan

memperdayakan dirinya dalam menjalani aktivitas kehidupan sehari hari dan


melaksanakan aktivitas penyadaran kepada para LGBT yang belum sadar

akan kekeliruannya.

2.2 Remaja

2.2.1 Pengertian

Remaja atau adolesens adalah priode perkembangan selama dimana inividu

mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya

antara usia 13-20 tahun. Istilah adolesens biasanya menunjukkan maturasi

psikologis individu, ketika pubertas menunjukan titik dimana organ reproduksi

mungkin dapat terjadi. Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan perubahan

mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan berhadapan dengan abstraksi

(Potter & Perry, 2005).

2.2.2 Pubertas dan masa remaja

Awitan pubertas pada anak gadis biasanya ditandai dengan perkembangan

payudara. Setelah pertumbuhan awal jaringan payudara, puting dan areola

ukurannya meningkat. Proses ini yang sebagian dikontrol oleh hereditas, mulai

pada paling muda usia 8 tahun dan mungkin tidak komplet sampai akhir usia 10

tahunan. Kadar estrogen yang meningkat juga mulai mempengaruhi genitalia,

Uterus mulai membesar, dan terjadii peningkatan lubrikasi vaginal, haltersebut

dapat terjadi secara spontan atau akibat perangsangan seksual (Potter & Perry,

2005).

Vagina memanjang, dan rambut pubis serta aksila mulai tumbuh. Menarche

dapat terjadi secepatnya pada usia 8 tahun dan tidak sampai usia 16 tahun atau

lebih. Meskipun siklus menstruasi pada awalnya tidak teratur dan ovulasi mungkin
tidak terjadi saat menstruasi pertama, fertilitas harus selalu diwaspadai kecuali

dilakukan hal lain (Potter & Perry, 2005).

Kadar testosterone yang meningkat pada anak laki laki selama pubertas ditandai

dengan peningkatan ukuran penis, testis, prostat, dan vesikula seminalis. Anak laki

laki dan anak gadis mungkin mengalami orgasmus sebelum masa pubertas, tetapi

ejakulasi pada anak laki laki tidak terjadi sampai organ seksnya matur. Ejakuasi

mungkin terjadi pertama kali selama tidur/emisi nocturnal (Potter & Perry, 2005).

Perubahan emosi selama pubertas dan masa remaja sama dramatisnya seperti

perubahan fisik. Maasa ini adalah periode yang ditandai oleh mulainya tanggung

jawab dan asimilasi pengharapan masyarakat.Remaja dihadapkan pada keputusan

dan dengan demikian membutuhkan informasi yang akurat tentang perubahan

tubuh, hubungan dan aktivitas seksua, penyakit yang ditularkan melalui hubungan

seksual, dan kehamilan. Informasi factual ini dapat datang dari teman dari rumah,

sekolah, buku-nuku, atau teman sebaya (Potter & Perry, 2005).

Masa ini mungkin merupakan usia dalam mengidentifikasi orientasi seksual.

Banyak remaja mempunyai setidaknya satu pengalaman homoseksual dengan

seseorang individu atau bahkan kelompok. Remaja mungkin takut bahwa

pengalaman ini mendefenisikan seksualitas total mereka. beberapa remaja mungkin

mengenali preferensi mereka sebagai homoseksual yang jelas. Hal ini dapat sangat

menakutkan dan pengenalan yang membingungkan bagi remaja, dan keluarga serta

banyak membutuhkan dukungan (Potter & Perry, 2005).

2.3 Promosi kesehatan


2.3.1 Pengertian promosi kesehatan

Promosi kesehatan adalah ‘’memasarkan’’atau ‘’menjual’’ atau

‘’memperkenalkan’’pesan-pesan kesehatan, sehingga masyarakat ‘’menerima’’ atau

‘’membeli’’ (dalam arti menerima perilaku kesehatan) atau ‘’mengenal’’pesan

pesan kesehatan tersebut, yang akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup sehat

(Notoatmodjo, 2012).

Menutrut Notoatmodjo (2012), dari pengalaman bertahun tahun pelaksanaan

pendidikan ini, baik dinegara maju maupun negara berkembang, mengalami

berbagai hambatan dalam rangka pencapaian tujuannya, yakni mewujudkan

perilaku hidup sehat bagi masyarakat. Oleh karena itu WHO pada awal tahun 1980

menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatantidak mampu mencapai tujuannya,

apabila hanya memfokuskan pada upaya upaya perubahan perilaku saja. promosi

kesehatan harus mencakup pula upaya perubahan lingkungan (fisik, Sosial budaya,

Politik, Ekonomi, dan sebagainya) sebagai penunjang dan pendukung perubahan

perilaku tersebut.

WHO telah merumuskan bahwa promosi kesehatan adalah proses untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai drajat kesehatan yang sempurna, baik

fisik, mental, dan sosial maka masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan

aspirasinya, kebutuhannya dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya.

2.3.2 Tujuan promosi kesehatan

Menurut Lawrence Green (1990) dalam buku Promosi Kesehatan Notoatmodjo

(2012) tujuan promosi kesehatan terdiri dari 3 tingkatan, yaitu :


1. Tujuan program

Merupakan penyataan tentang apa yang akan dicapai dalam priode waktu

tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan, tujuan program sering pula

disebut dengan tujuan jangka panjang.

2. Tujuan Pendidikan

Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai untuk mengatasi masalah

kesehatan yang ada, tujuan pendidikan sering juga disebut dengan tujuan

menengah.

3. Tujuan Perilaku

Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai (perilaku yang

diinginkan). Oleh sebab itu tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan

sikap. Atau sering juga disebut dengan tujuan jangka pendek.

2.3.3 Sasaran Promosi kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2012) secara prinsipel,sasaran promosi kesehatan

adalah masyarakat.Masyarakat juga dapat dilihat dalam konteks komunitas,

keluarga maupun individu. Kelompok sasaran promosi kesehatan dibedakan

menjadi 3 yaitu:

1. Sasaran primer (primary target)

Secara langsung pada masyarakat sesuai misi pemberdayaan upaya promosi

kesehatan, meliputi kepala keluarga, ibu, maupun anak sekolah.

2. Sasaran sekunder (secondary target)


Meliputi tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, dan para tokoh masyarakat

adat.

3. Sasaran tersier (tertiary target)

Sasaran misi advokasi meliputi pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik

ditingkatpusat maupun tingkat daerah.

Sementara itu Lawrance Green (1980) dalam buku Notoatmodjo 2012,

mengemukakan bahwa perubahan perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor,Yaitu:

1. Faktor predisposisi (Predisposisi factor)

yaitu berupa pengetahuan keyakinan dan sikap yang dimiliki seseorang atau

masyarakat berkaitan dengan suatu perilaku.

2. Faktor pemungkin (Enabling factor)

yaitu prasarana, sarana atau fasilitas yang memungkinkan orang atau

masyarakat yang bersangkutan mewujudkan apa yang diketahui, diyakini, dan

disikapinya ke dalam bentuk prilaku.

3. Faktor penguat (Reinforcing factors)

yaitu lingkungan sosial budaya, nilai norma adat istiadat, peraturan kebijakan

yang dapat mendorong (memaksa) orang atau masyarakat yang bersangkutan

untuk mewujudkan prilakunya.

Ruang lingkup promosi kesehatan sangat luas, yaitu promosi kesehatan

mencakup pendidikan kesehatan (healt aducation) yang penekanannya pada

perubahan perbaikan melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.


Promosi kesehatan mencakup pemasaran social, penyuluhan (upaya komunikasi

dan informasi) yang tekanannya pada penyebaran informasi, upaya, advokasi

dibidang kesehatan yang bertujuan mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar

mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (Green, 2000 dalam

Notoatmodjo, 2012).

Aktifitas komunikasi kesehatan adalah bentuk kesehatan promosi kesehatan

dan kebersihan promkes yang sangat erat kaitannya dengan sarana media yang

disampaikan kepada masyarakat. Promosi kesehatan dapat dilakukan dengan

menggunakan sarana media abrove the line (Media line atas)yang terdiri dari media

cetak yaitu surat kabar, Majalah, Radio, Televisi, Film, dan media below the line

(media line bawah) yaitu Poster, Leaflet, Direct, Mail, pameran dan lain lain (Green

dalam Notoatmodjo, 2012).

Notoatmodjo 2012 mengatakan bahwa promosi kesehatan dapat dilakukan

melalui penyuluhan, konseling dan konsultasi melalui media. Selanjutnya tekhnik

dan metode promosi kesehatan yang diberikan semuanya baik, tergantung

bagaimana menggunakannya dan mempromosikannya menjadi menarik. Dalam

penelitian ini ada beberapa media sebagai sarana promosi yang akan dicoba untuk

digunakan terutama penyuluhan.

2.3.4 Media promosi kesehatan

Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk

menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik

itu dari media cetak, elektronika, (TV, radio, computer, dan sebagainya) dan media

luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya


diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan

(Notoatmodjo, 2012).

Penggolongan media promosi kesehatan menurut (Notoatmodjo, 2012) dapat

ditinjau dari aspek, antara lain:

1. Bedasarkan bentuk umum penggunaanya:

Bedasarkan bentuk umum penggunaan media promosi dalam rangka promosi

kesehatan, dibedakan menjadi:

a. Bahan bacaan: Modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet, majalah, buletin,

dan sebagainya.

b. Bahan peragaan: Poster tunggal, poster seri, flipchart, transparan, slide, film,

dan seterusnya.

2. Bedasarkan cara produksinya

Bedasarkan cara produksinya, media promosi kesehatan dikelompokkan menjadi:

a. Media cetak

Poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, sticker, dan

pamflet.

b. Media elektronika

Televisi, radio, film, video film, cassette, CD, VCD.

c. Media luar ruang

Yaitu media yang menyampaikan pesannya diluar ruang secara umum

melalui media cetak dan elektronika secara statis, misalnya:


 Papan reklame yaitu poster dalam ukuran besar yang dapat dilihat secara

umum diperjalanan.

 Spanduk yaitu suatu pesan dalam bentuk tulisan da disertai gambar yang

dibuat diatas secarik kain dengan ukuran tergantung kebutuhan dan

dipasang disuatu tempat strategi agar dapat dilihat oleh semua orang.

 Pameran.

 Banner.

 TV layar lebar.

2.4 Penyuluhan kesehatan

2.4.1 Pengertian penyuluhan kesehatan

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan

cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja

sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan anjuran yang ada

hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai

kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip prinsip belajar untuk mencapai

suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat secara

keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang

bisa dilakukan, secara perorangan, maupun secara kelompok dan meminta

pertolongan (Kemenkes, 2011).

2.4.2 Metode penyuluhan kesehatan

Pemilihan metode penyuluhan tergantung dari tujuan yang akan di capai

penyuluh tersebut, metode dalam supaya penyuluhan kesehatan masyarakat dapat

dikelompokkan dalam dua metode yaitu:


1. Metode didaktif

a. Langsung: ceramah

Metode ceramah merupakan metode pertemuan yang saling digunakan. Metode

ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun yang berpendidikan rendah

(Notoatmodjo, 2012).

b. Tidak langsung

 Media visual (Poster)

 Bentuk media cetak yang berisi informasi kesehatan yang biasanya

terpampang ditempat tempat umum.

 Media cetak (Majalah,surat kabar)

 Media cetak sebagai alat bantu menyampaikan pesan pesan kesehatan, bisa

dimuat menggunakan majalah, surat kabar, dll.

 Media Elektronik

 Media yang berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan informasi

kesehatan yang berbeda beda jenisnya, seperti : Video, televisi, radio.

2. Metode sokratik

Metode sokratik merupakan metode penyuluhan dimana sasaran ikut aktif

dalam proses belajar mengajar sehingga, Contoh metode sokratik:

a. Langsung

 Diskusi

Dalam diskusi suatu kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas

berpatisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk peserta diatur sedemikian

rupa sehingga mereka dapat berhadapan atau saling memandang satu sama
lain. Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan

pancingan yang berupa pertanyaan-pertanyaan atau sehubungan topik yang

dibahas.

 Curah pendapat

Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya

sama dengan metode diskudi, bedanya terletak pada permulaaan pimpinan

kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian peserta

memberikan jawaban dan tanggapan.

 Demonstrasi

Metoda demonstrasi adalah salah satu cara penyajian pengertian atau ide

yang dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara

melaksanakan suatu tindakan, adegan atau menggunakan suatu prosedur.

Metode demonstrasi merupakan pembelajaran dengan menggunakan dan

mempertunjukan pada subjek tertentu, baik sebenarnya atau sekedar tiruan.

Metode ini tidak terlepas dari penjelasan lisan oleh pengajar.

 Bermain peran (roleplaying)

Dalam metode ini beberapa kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran

tertentu untuk memainkan peranan.

 sosiodrama

Metode sosiodrama adalah cara menyajikan bahan pembelajaran dengan

mempertunjukan atau mendemonstrasikan cara tingkah laku dan hubungan

sosial.

 seminar
Metode ini cocok untuk sasaran kelompok besar. Seminar adalah

persentasi dari berapa ahli tentang suatu topik yang dianggap sangat

penting dan dianggap hangat oleh masyarakat.

 studi kasus

Studi kasus adalah metode penelitian secara khusus menyelidiki fenomena

komtemper yang terdapat konteks kehidupan nyata, yg dilaksanakan ketika

batasan-batasan antara fenomena dan konteksnya belum jelas dengan

menggunakan sumber data.

b. Tidak langsung

Penyuluhan kesehatan melalui telepon atau setelit komunikasi.

2.4.3 Perencanaan penyuluhan kesehatan

Menurut (Maulana 2009) dalam buku promosi kesehatan perencanaan

penyuluhan kesehatan didasarkan pada pengetahuan yang cukup tentang masalah

kesehatan yang akan ditanggulangi, program kesehatan yang akan ditunjang, daerah

dan masyarakat yang akan menjadi sasaran, sarana yang diperlukan dan dapat

dimanfaatkan, perencanaan dan penyuluhan: Rencana penilaian harus sudah dibuat

pada saat merencanakan program.

Adapun prakondisi untuk mencapai perencanaan penyuluhan kesehatan yang

baik menurut (Maulana 2009) dalam buku promosi kesehatan perencanaan

penyuluhan kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Para pimpinan program dan pelaksana program memiliki kesamaan pengertian

yang benar dan sikap yang positif terhadap penyuluhan.


2. Dukungan kebijakan yang positif dari para pempinan.

3. Tersedianya biaya.

4. Unit-unit penyuluhan berfungsi dengan baik.

Selain itu, rencana yang dihasilkan hendaknya sesuai dengan kebutuhan

masyarakat, diterima masyarakat, sesuai dengan kebutuhan program, didukung

kebijaksanaan yang ada, praktis, dan dapat dilaksanakan sesuai situasi setempat

(feasible dan fleksibel).

2.4.4 Langkah-langkah perencanaan

Langkah-langkah perencanaan penyuluhan kesehatan menurut (Maulana

2009) dalam buku promosi kesehatan perencanaan penyuluhan kesehatan meliputi

mengenal masalah, masyarakat, dan wilayah; menentukan prioritas, tujuan

penyuluhan, sasaran penyuluhan, isi penyuluhan, metode penyuluhan yang akan

digunakan, memilih alat peraga atau media penyuluhan, menyusun rencana

penilaian, dan menyusun rencana kerja atau rencana pelaksanaan.

1. Mengenal masalah

Kegiatan yang dilakukan secara berurutan, yaitu sebagai berikut:

a. Mengenal masalah yang akan ditunjang dengan penyuluhan.

b. Mengenal masalah yang akan ditanggulangi oleh program tersebut.

c. Dasar pertimbangn apa yang akan digunakan untuk menentukan masalah

yang akan dipecahkan. Artinya bagaimana pandangan para pimpinan dan

ahli kesehatan terhadap masalah tersebut, bagaimana pandangan


masyarakat terhadap masalah tersebut, apakah menganggap masalah ini

merupakan prioritas mereka, apakah masalah itu dapat dipecahkan dan

apakah penyuluhan dapat berperan.

d. Pelajari masalah tersebut, mencakup pengertian, sikap dan tindakan

individu, kelompok atau masyarakat. Mengenal perilaku dari masalah

merupakan kunci untuk perencanaan penyuluhan suatu program.

2. Mengenal masyarakat

Sasaran program adalah masyarakat sehingga siapapun yang merencanakan

program harus mengenal masyarakat dalam segala segi kehidupannya. Dalam

perencanaan ini, variabel masyarakat yang perlu diketahui adalah sebagai

berikut:

a. Jumlah penduduk, termasuk jumlah seluruh penduduk, kelompok khusus

atau lawan (ibu hamil, menyusui, dan ibu dalam masa subur).

b. Keadaan sosial budaya dan ekonomi masyarakat, meliputi tingkat

pendidikan, norma-norma setempat, pantangan pantangan berhubungan

dengan perilaku yang diharapkan, agama, pola kepimimpinan setempat

(yaitu, kelompok mana yang berpengaruh, dan hubungan pemuka satu

sama lain). Siapa yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan di

masyarakat dan keluarga, partisipasi masyarakat setempat dan organisasi

sosial yang ada, tingkat ekonomi masyarakat dan mata pencaharian.

c. Pola komunikasi di masyarakat termasuk bagaimana berita menyebar di

masyarakat, siapa sumber berita atau informasi di masyarakat, pusat pusat

penyebaran informasi di masyarakat (misalnya, warung kopi, pertemuan


sosial, seperti arisan dan pengajian), saluran komunikasi di masyarakat

(radio, surat kabar, media tradisional dan pengeras suara di masjid).

d. Sumbber daya mencakup sumber daya yang dimiliki masyarakat, baik

secara individu maupun masyarakat secara keseluruhan yang dapat

digunakan untuk perubahan perilaku yang diharapkan.

e. Sumber daya yang ada, baik instansi pemerintah maupun swasta yang

dapat digunakan oleh masyarakat untuk perubahan perilaku (misalnya,

untuk mengikuti pelaksanaan KB, perlu ada klinik KB).

f. Sumber daya yang ada dan dapat digunakan untuk pelaksanaan kegiatan

penyuluhan (misalnya tempat pertemuan, pengeras suara di masjid).

g. Sumber daya tenaga, perlu dijajaki kategori petugas kesehatan yang ada,

tugas pokok masing-masing kategori dalam penyuluhan, latihan yang

pernah diperoleh dibidang penyuluhan untuk masing-masing kategori,

bimbingan yang diterima dibidang penyuluhan oleh masing-masing

kategori dan oleh siapa, kesuliatan pokok apa yang harus diatasi ketika

melibatkan petugas kesehatan dalammelaksanakan penyuluhan bagi

progam bersangkutan, adakah tenaga diinstansi lain yang dapat membantu

penyuluhan, atau adakah tenaga di masyarakat yang membantu.

h. Bagaimana pengalaman masyarakat terhadap progam-progam.

3. Mengenal wilayah

Program dapat dilaksanakan dengan baik, jika perencanaan program

menngetahui benar situasi lapangan. Hal- hal yang perlu diketahui berhubungan

dengan wilayah adalah lokasinya (apakah terpencil, daerah datar atau


pegunungan, dan jalur transportasi umum) dan sifatnya (yaitu priode penghujan

atau kemarau, daerah kering atau cukup air, daerah banjir, dan daerah perbatasan).

2.5 Konsep Dasar Pengetahuan

2.5.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan

sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi

terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra

pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang

terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda

(Notoatmodjo, 2012).

2.5.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan seseorang terhadap objek

mempunyai intensitas yang berbeda-beda, dan menjelaskan bahwa ada enam

tingkatan pengetahuan yaitu sebagai berikut:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2. Memahami(Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,tidak

sekedar dapat menyebutkan, tetapi harus dapat menginterpretasikan secara benar

tentang objek yang diketahui tersebut.

3. Aplikasi(application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada

situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan danatau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang

terdapat dalam suatu objek yang diketahui.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk merangkum atau meletakkan dalam satu

hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya

didasarkan pada suatu kriteria atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

2.5. 3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut  Notoatmodjo (2012), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang yaitu:

1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

2. Media masa/sumber informasi

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,

radio, surat kabar, majalah, internet, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.

3. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasan dan tradisi yang dilakukan oleh orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa

lalu.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan quassi eksprimental design dengan rancangan

penelitian One group pre-test dan post-test design. Dimana dari hasil penelitian

bertujuan untuk mendapatkan pengaruh promosi kesehatan dengan metode

penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan Remaja tentang LGBT di Jorong

Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam Tahun 2020.

Dalam penelitian ini digunakan satu kelompok yang mendapatkan intervensi

(Perlakuan) yang berbeda. Desain penelitian dapat dilihat pada model rancangan

dibawah ini.

Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut:

Pre test Perlakuan Post test

01 X 02

Keterangan:

01 :Tes awal (observasi pertama dengan melakukan pre test)

X :Perlakuan (penyuluhan tentang LGBT)


02 :Test akhir (Observasi kedua dengan melakukan post test)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 05 Juni Tahun 2020. Penelitian ini yang

berlokasi di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut (Notoatmodjo, 2012). Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi

penelitian ini adalah seluruh Remaja di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam

berjumlah 30 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili populasi penelitian.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan secara Total

Sampling yaitu mengambil responden dengan cara semua populasi dijadikan sampel.

Penelitian akan menggunakan kriteria inklusi. Kriteria inklusi adalah

karakteristik umum dari subjek penilaian dari suatu populasi target yang terjangkau

dan akan diteliti. Kriteria sampel dalam penelitian ini meliputi :

1. Kriteria Sampel
a. Kriteria Inklusi

 Bersedia menjadi responden.

 Rentang umur 13-20 Tahun

 Merupakan Remaja yang bertempat tinggal diwilayah di Jorong Rimbo

Kalam Kec.2x11 Kayutanam Tahun 2020.

 Bisa menulis dan membaca.

 Berada ditempat atau hadir sewaktu penelitian dilakukan.

b. Kriteria Eksklusi

 Remaja yang tidak mengikuti salah satu kegiatan yang dilakukan peneliti

(pre-test, penyuluhan dan post-test).

3.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis Data

1. Data Primer

Data primer telah dikumpulkan oleh peneliti dengan menggunakan

instrumen berupa kuesioner dan menggunakan cara angket meliputi

Remaja di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam terhadap

peningkatan pengetahuan Remaja tentang LGBT di Jorong Rimbo

Kalam Kec.2x11 Kayutanam.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari absensi Remaja di Jorong Rimbo Kalam

Kec.2x11 Kayutanam.

3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini

adalah kuesioner. Kuesioner dikembangkan oleh peneliti berdasarkan studi literatur.


Kuesioner terdiri dari 25 buah soal sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan,

pertanyaan yaitu tentang pengetahuan remaja tentang LGBT. Pengetahuan diukur

dengan menggunakan skala guutment yang apabila jawaban benar, maka nilainya (1)

dan apabila jawaban salah maka nilainya (0).

3.4.3 Teknik Pelaksanaan Penelitian

1. Pengetahuan pretest

Penelitian dilakukan 1 hari, dimana peneliti mengumpulkan Remaja untuk

mengisi format persetujuan atau informed concent dan membagikan kuesioner

pretest, peneliti dibantu oleh Remaja di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11

Kayutanam Tahun 2020, waktu yang diberikan kepada remaja selama 30 menit

dengan jmlah soal sebanya 25 buah yang dilaksanakan di dalam mushola AL-

HUDA, dan selesai mengisi kuesioner pretest tersebut hasilnya dikumpulkan.

2. Penyuluhan

Selanjutnya responden diberikan promosi kesehatan dengan metode

penyuluhan selama 20 menit, menggunakan flipchart. Penyuluhan diberikan oleh

peneliti sendiri dan dibantu oleh salah satu Remaja di Jorong Rimbo Kalam

Kec.2x11 Kayutanam sebagai dokumentasi yang berlatar belakang Remaja di

Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam.

3. Pengetahuan Postest

Setelah dilakukan pre-test dan penyuluhan maka peneliti melaksanakan

post-test selama 30 menit dengan kuesioner yang sama untuk mengetahui

pengaruh promosi kesehatan menggunakan teknik penyuluhan terhadap tingkat


pengetahuan Remaja, setelah itu dilanjutkan dengan pembagian leaflet setelah

post-test kepada Remaja di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam.

3.5 Teknik Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo kegiatan dalam proses pengolahan data meliputi:

editing, coding, entri, cleaning dan tabulating.

1. Penyuntingan Data (Editing)

Setelah kuesioner diisi peneliti mengecek isian kuesioner tersebut yang

meliputi:

a. Lengkap, semua pertanyaan sudah terisi jawaban.

b. Jelas, jawaban pertanyaan penulisan cukup jelas terbaca.

c. Konsisten, beberapa pertanyaan yang berkaitan isinya sudah konsisten.

2. Pengkodean (Coding)

Memberi kode setiap informasi yang terkumpul pada setiap pertanyaan

dalam setiap kuesioner untuk memudahkan pengolahan data. Coding

merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) dengan data yang

terdiri atas beberapa kategori dengan cara :

Pengetahuan LGBT:

Jawaban benar diberi nilai 1, jawaban salah diberi nilai 0. Setelah semua

kuesioner diberi kode, data-data yang didapat dimasukkan ke dalam

master table dengan menggunakan media computer.


3. Pemasukan Data (Entry)

Memproses data agar dapat dianalisa dengan cara memindahkan data dari

kuesioner secara komputerisasi kedalam master table dan SPSS.

4. Pembersihan data (Cleaning)

Pengecekan kembali data yang telah dientri setelah semua data

dimasukkan peneliti mengecek kembali data yang sudah dientry, dan

tidak ditemukan adanya kesalahan dalam pengentrian data.

5. Tabulating

Kegiatan memasukan data kemasing-masing tabel yang telah disediakan.

3.6 Analisa Data

Dalam penelitian ini, analisa Uji Paired Sample T Tes, karena bedasarkan

tabel output ‘’ Tests of normality’’ pada uji Shapiro-wilk,diketahui nilai sig untuk

nilai pre test sebesar 0,128 dan nilai post test 0,129. Karena nilai tersebut lebih

besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa nilai pre test dan post test

berdistribusi normal (Hastono, 2010).

3.7 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang

diinginkan, diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan.

(Notoatmodjo, 2012)

Penyuluhan tentang LGBT


Waktu :20 menit
Penyuluh :Peneliti
Pengetahuan Pre-test Pengetahuan Post-test

Bagan 3.1 Kerangka Konsep tentang LGBT

3.8 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang digunakan untuk membatasi

ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti

(Notoatmodjo, 2012).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variable Defenisi Operasional Cara Alat Hasil Skala

ukur Ukur ukur ukur

Pengetahuan Segala sesuatu yang di Angket kuesioner Nilai Numerik

Pretest tentang ketahui remaja tentang rata-

LGBT pengetahuan LGBT: rata

a. Mengetahui konsep pretest

dasar LGBGT. 16,80

b. Mengetahui bentuk

aktivitas

homoseksual LGBT.

c. Mengetahui
penyebab perilaku

penyimpangan

LGBT.

d. Mengetahui bahaya

yang ditibulkan dari

perilaku LGBT.

e. Mengetahui cara

penanggulangan dari

perilaku LGBT.

Pengetahuan Pengetahuan yang Angket kuesioner Nilai Numerik

Posttest diketahui remaja tentang rata-

tentang LGBT LGBT setelah dilakukan rata

penyuluhan: posttest

21,23
a. Mengetahui konsep

dasar LGBGT.

b. Mengetahui bentuk

aktivitas

homoseksual LGBT.

c. Mengetahui

penyebab perilaku

penyimpangan

LGBT.

d. Mengetahui bahaya

yang ditibulkan dari


perilaku LGBT.

e. Mengetahui cara

penanggulangan dari

perilaku LGBT.

Pengetahuan Selisih

tentang LGBT pretest

sebelum dan dan

sesudah posttest

penyuluhan adalah

(pretest dan 4,43

posttest)

3.9 Hipotesis

Ha: Ada perbedaan pengetahuan remaja tentang LGBT di Jorong Rimbo Kalam

Kec.2x11 Kayutanam Tahun 2020.

H0: Tidak Ada perbedaan pengetahuan remaja tentang LGBT di Jorong Rimbo

Kalam Kec.2x11 Kayutanam Tahun 2020.

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi

Jorong Rimbo Kalam merupakan salah satu daerah yang terletak di

Kecamatan 2x11 kayutanam Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat.

Jorong Rimbo Kalam berada pada daerah perkampungan yang yang jauh dari

perkotaan hal ini menjadikan Jorong Rimbo Kalam sangat tepat untuk melakukan

penyuluhan dalam Peningkatan pengetahuan Remaja terutama tentang LGBT.

Di Jorong Rimbo Kalam Terdiri dari kurang lebih dari 150 Kepala

Keluarga, Masyarakat di Jorong Rimbo Kalam Kebanyakan mempunyai mata

pencarian sebagai buruh Tani dan sebagai Pembuat Batu Bata.

Di Jorong Rimbo Kalam tidak mempunyai jaringan internet yang tidak lancar

sehingga Remaja disini tidak begitu mudah memperoleh informasi-informasi dari

luar termasuk masalah LGBT, Media informasi yang ada di Jorong Rimbo Kalam

Hanya ada seperti Televisi dan Handphone.

4.1.1 Karakteristik Responden

Hasil analisis karakteristik pada penelitian ini menggambarkan distribusi

responden berdasarkan Umur, jenis kelamin, dan pendidikan. Hasil data

karakteristik responden didapatkan sebagai berikut :

4.1.2 Umur Responden


Tabel 4.1
Distribusi Rata-rata Umur Responden
Yang Berada di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam Tahun 2020

Variabel Mean Std. Deviation Min – Max

Umur 15,87 1.456 14 – 18

Berdasarkan dari tabel 4.1 diatas dapat di lihat bahwa umur rata-rata

responden adalah 15.87 tahun, Std. Deviasi 1.456 , umur terendah 14 tahun dan

umur yang tertinggi 18 tahun.

4.1.3 Jenis Kelamin

Tabel 4.2
Distribusi Rata-rata Jenis Kelamin Responden Remaja
Yang berada Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam Tahun 2020

Jenis Kelamin F %

Laki-Laki 14 14,7

Perempuan 16 15,3

Jumlah 30 100,0

Pada tabel 4.2 diatas terlihat bahwa responden yang berjenis kelamin laki-

laki 14,7% dan perempuan 15,3% di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam

Tahun 2020.

4.1.4 Pendidikan

Tabel 4.3
Distribusi Rata-rata Pendidikan Responden Remaja
Yang berada Di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam Tahun 2020

Pendidikan Frekuensi Persen(%)

SMP 15 50,0%

SMA 15 50,0%

Total 30 100,0%
Berdasarkan gambar 4.3 dapat dilihat, dari 30 responden, diketahui

responden memiliki tingkat pendidikan SMP sebanyak 15 orang (50 %), SMA 15

orang (50 %).

4.2 Hasil Penelitian

Penelitian ini tentang pengaruh promosi kesehatan menggunakan metode

Penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan Remaja Tentang LGBT Di Rimbo

Kalam Tahun 2020 dengan jumlah 30 responden.

Untuk mengetahui perbedaan dan selisih nilai rata-rata pengetahuan

responden pre-test dan pos-test dilakukan Uji Paired Sample T Test. Setelah data

dikumpulkan kemudian diolah dengan secara komputerisasi, maka hasil yang

diperolah adalah sebagai berikut :

4.2.1 Nilai Rata-rata Pengetahuan Responden Sebelum di berikan Penyuluhan

Tabel 4.4
Nilai Rata-Rata Pengetahuan Responden Sebelum Diberikan Penyuluhan
Tentang LGBT Di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam Tahun 2020

Variabel Mean Std.Deviasi Std.Eror N


Pre 16.80 3.556 .649 30

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata pengetahuan Remaja

tentang LGBT sebelum dilakukanya Penyuluhan adalah 16.80 dengan standar

deviasi 3.556 dan standar eror 0,649, hasil uji statistik didapatkan P 0,000.

4.2.2 Nilai Rata-rata Pengetahuan Responden Setelah di berikan Penyuluhan

Tabel 4.5

Nilai Rata-Rata Pengetahuan Responden Sesudah Diberikan Penyuluhan

Tentang LGBT Di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam Tahun 2020


Variabel Mean Std.Deviasi Std.Eror N
Post 21.23 2.063 0.377 30
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata pengetahuan keluarga pasien

jiwa tentang kepatuhan minum obat sesudah dilakukanya Penyuluhan adalah 21,23

dengan standar deviasi 2,063 dan standar eror 0,377, hasil uji statistk di dapatkan P

0,000.

4.2.3 Pengaruh Promosi Kesehatan Memakai Metode Penyuluhan Terhadap

Peningkatan Pengetahuan Remaja sebelum dan sesudah di berikannya

Penyuluhan.

Tabel 4.6

Selisih Nilai Rata-rata Pengetahuan Responden tentang LGBT sebelum dan


Sesudah dilakukan Penyuluhan Di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11
Kayutanam Tahun 2020

Variabel Mean SD N SE P

Pengetahuan 21.23 3.556 0,649


Post test

Pengetahuan 16.80 2.063 30 0,377 0.000

Pre test

Selisih 4.43

Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan perbedaan nilai rata-rata pengetahuan

responden (Remaja) pada saat sebelum perlakuan dan saat sesudah dilakukannya

perlakuan dengan metode Penyuluhan, nilai rata-rata yang didapat sebelum

dilakukannya perlakuan adalah 16.80 ± 2.063 dan meningkat setelah dilakukannya

perlakuan, yaitu 21.23 ± 3.556.

Hasil uji Paired sampel T-Test terlihat selisih rata-rata antara pre-test dan

post-test adalah 4.43 dengan arti kata pengetahuan post-test lebih tinggi dari pada

pre-test yaitu didapatkan adanya perbedaan yang bermakana antara tingkat


pengetahuan seseorang sebelum dan sesudah mendapatkan Penyuluhan dengan nilai

P 0,000 (p<0.05).

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Keterbatasan Penelitian


Dalam melakukan penelitian ini peneliti tidak mempunyai Infocus untuk

menampilkan materi saat memberikan penyuluhan pada Remaja Di Jorong Rimbo

Kalam Kec.2x11 Kayutanam. Penyaji hanya mengunakan Flipchart dan tidak ada

kursi yang tersedia untuk Responden sehingga responden duduk tidak sesuai

dengan bagan yang ada di Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Peneliti.

5.2 Pengetahuan Responden Di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam Tahun

2020 Sebelum Diberikan Penyuluhan

Berdasarkan data hasil penelitian terhadap 30 responden di Jorong Rimbo

Kalam Kec.2x11 Kayutanam sebelum dilakukan penyuluhan rata-rata nilai

pengetahuan responden 16.80.

Peneliti sebelumnya yang dilakukan oleh Zainnuddin ,2019 Di SMPN 5


Bangkala Kabupaten Jeneponto yang membahas tentang Pengaruh penyuluhan
kesehatan terhadap pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual LGBT
menunjukan bahwa dari 61 responnden diperoleh 55 siswa( 90,2%) mempunyai
pengetahuan yang rendah sebelum diberikan penyuluhan kesehatan.
Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini

terjadi setelah orang melakuakan pengindraan suatu objek tertentu. Pengindraan ini

terjadi melalui panca indra penglihatan, pendengaran, penciuman, raba dan rasa.

Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga. Dan

suatu informasi dapat di peroleh dari orang tua, guru, dan media masa ataupun

media cetak.

Peneliti berasumsi bahwa rendahnya rata-rata pengetahuan responden

tentang LGBT, dikarenakan responden belum sering terpapar dengan informasi

mengenai LGBT baik dari Sekolah, lingkungaan ataupun media masa. Berdasarkan

dari jawaban kuesioner terdapat sebanyak 18 orang dari 30 responden yang

menjawab salah soal no 14 tentang bahaya LGBT. Dan 17 orang dari 30 responden
yang menjawab salah soal no 6 tentang aktivitas homokseksual Maka terlihat,

beberapa responden memiliki pengetahuan yang masih rendah. Hanya beberapa

responden telah memiliki pengetahuan yang cukup tentang LGBT.

Pengetahuan ini sangatlah penting bagi Remaja, karena dengan mengetahui

tentang LGBT Remaja dapat menerapkan pengetahuannya dalam mengenal

masalah LGBT yang ada dalam lingkungan sehari-hari, sebagaimana diungkapkan

oleh Notoadmodjo (2012) bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan dominan

terpenting bagi terbentuknya tindakan seseorang.

5.3 Pengetahuan Responden Di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam Tahun

2020 Sesudah Diberikan Penyuluhan

Bedasarkan data dari hasil penelitian terhadap 30 responden di Jorong

Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam sesudah dilakukan penyuluhan rata-rata nilai

pengetahuan responden meningkat dari 16.80 menjadi 21.23.

Efek penyuluhan juga dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Yulita

,2015 yang melakukan penelitian terhadap 9 orang kelompok control dan 9 orang

sebagai kelompok eksperimen yang membandingkan subjek pretest dan posttest,

dari kelompok control dan eksperimen. Menggunakan uji mann U Whitney dan uji

wilcoxon, hasil uji mann Whitney menujukan bahwa kelompok penyuluhan

berpengaruh meningkatakan pengetahuan tentang LGBT Remaja dengan (P 0,024),

sedangkan Hasil uji wicoxon test pada kelompok eksperimen menunjukan adanya

peningkatkan pengetahuan LGBT yang signifikan (P=0,12) dibanding kelompok

control. Secara umum Penyuluhan berpengaruh karena mampu meningkatkan

Pengetahuan tentang LGBT yang dimiliki oleh remaja.


Merurut Notoadmodjo, 2012 tingkatan pengetahuan terdiri 6 tingkatan

yaitu: tahu (know), memahami (Comprehension), aplikasi (Aplication), analisis

(Analysis), sintesi (synthesis) dan evaluasi (Evaluation). Dua di antaranya yaitu

“Tahu Dan Memahami” menjadi indikator dalam perubahan peningkatan

pengetahuan yang terjadi dalam penelitian ini. Tahu dapat di artikan sebagai

kemampuan menghafal, mengingat dan mengulangi informasi yang telah/ pernah di

berikan sebelumnya. Sedangkan pemahaman di artikan sebagai kemampuan untuk

menginterpretasikan atau mengulang informasi dengan bahasa sendiri secara benar

tentang objek yang di ketahui.

Peneliti berasumsi peningkatan pengetahuan terjadi karena responden telah

mengetahui dan memahami informasi yang diberikan oleh peneliti tentang LGBT

dengan metode penyuluhan telah dilakukan. Selain itu, keefektifan penyuluhan

yang dilakukan ditunjang dengan peran peneliti dalam melakukan promosi

kesehatan mengguanakan metode penyuluhan, kepercayaan responden kepada

penyaji dan keterampilan serta penampilan penyaji yang baik akan membuat

responden percaya kepada penyaji di sertai dengan sikap serius dan empati. Serta

peningkatan pengetahuan Remaja terjadi karena penyuluhan yang dilakukan secara

terstruktur dan dengan teknik ceramah, sebelum dilakukan penyuluhan terlebih

dahulu peneliti membuat panduan pelaksanaan penyuluhan. Dalam panduan ini

peneliti menyusun tujuan, materi, metode, dan waktu pelaksanaan penyuluhan.

Berdasarkan dari jawaban kuesioner, sebelum dilakukan penyuluhan

responden yang mampu menjawab soal No 14 tentang bahaya LGBT sebanyak 12

responden setelah dilakukan penyuluhan terdapat peningkatan sebanyak 25

responden yang mampu menjawab benar soal tentang bahaya LGBT, begitu juga
dengan soal no 6 tentang bentuk aktivitas homoseksual sebelum diberikan

penyuluhan yang mampu menjawab benar sebanyak 13 orang dan setelah dillakuka

penyuluhan meningkat menjadi 28 orang..

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Notoatmodjo,2010)

mengatakan promosi kesehatan akan berhasil bila pesan (masage) yang ingin

disampaikan kepada komunikan disusun dengan terencana atau terstruktur, efektif

dan efesien dengan pemilihan metode yang tepat.

5.4 Pengaruh promosi kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan Remaja

tentang LGBT di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam Tahun 2020.

Berdasarkan tabel 4.6 hasil penelitian didapatkan hasil bahwa terjadi

peningkatan nilai rata-rata pengetahuan responden setelah diberikan penyuluhan.

Nilai rata-rata sebelum dilakukannya penyuluhan adalah 16.80 ± 2.063 dan setelah

diberikannya penyuluhan didapatkan rata-rata pengetahuan responden sebanyak

21.23± 3.556 serta didapatkan nilai P valuenya 0,000 (P<0,05) maka dapat

disimpulkan bahwa nilai rata-rata post test lebih tinggi daripada pre test dari hasil

Uji Paired-Samples T Test terlihat selisih rata-rata pre-test dan post-test sebanyak

4.43 dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penyuluhan berpengaruh sangat

baik pada tingkat pengetahuan responden tentang LGBT yang di lakukan oleh

peneliti.

Hal ini sejalan penelitian yang dilakukan oleh Harmawati, 2018 tentang

pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingat pengetahuan pelajar SMA tentang

LGBT dan penyakit HIV/AIDS yang menyatakan bahwa hasil penelitian diperoleh

rata-rata tingkat pengetahuan pelajar tentang LGBT sebelum diberi pendidikan

kesehatan 8,44 dan rata-rata tingkat pengetahuan sesudah diberikkan pendidikan


kesehatan yaitu 11,89. Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat

pengetahuan pelajar SMA dengan nilap P-valuenya 0,000.

Notoatmodjo, (2012) menyatakan pengetahuan merupakan hasil dari tahu,

dan ini terjadi setalah seseorang melakukan pengindraan terhadap sesuatu objek

tertentu. Pengindraan, pendengaraan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah

kognitif merupakan domain yang sangat penting membentuk tindakan seseorang.

Dari hasil perbandingan mean Paired sampel test antara pre test dan post

test yang telah dilakukan, peneliti berpendapat peningkatan pengetahuan responden

tersebut terjadi karena penyuluhan yang dilakukan secara terstruktur dan tanya

jawab dengan membina hubungan saling percaya antara responden dengan peneliti.

Sebelum di lakukannya penyuluhan terlebih dahulu peneliti membuat SAP (Satuan

Acara Penyuluhan). Dalam panduaan ini peneliti menyusun tujuan, materi, dan

waktu pelaksanaan penyuluhan.

Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan responden akan lebih meningkat lagi

jika penyaji dan pemberian informasi kesehatan di lakukan oleh orang-orang yang

lebih pandai dalam menyampaikan informasi berkaitan dengan LGBT agar menarik

responden lebih konsentrasi dalam mendengarkan serta memahami penjelasan yang

telah di berikan.

Dan hal ini akan memberikan efek positif bagi responden sehingga

pengetahuan responden akan meningkat lebih signifikan lagi dari sebelum di

berikannya penyuluhan tentang LGBT.


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Jorong Rimbo Kalam

Kec.2x11 Kayutanam tahun 2020 tentang “Pengaruh Promosi Kesehatan


Menggunakan Metode Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Remaja

Tentang LGBT” di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam tahun 2020” dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut.

6.1.1 Rata-rata nilai pengetahuan Remaja tentang LGBT sebelum dilakukan

promosi kesehatan mengunakan metode penyuluhan adalah (16.80) di Jorong

Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam tahun 2020.

6.1.2 Rata-rata nilai pengetahuan Remaja tentang LGBT setelah dilakukan promosi

kesehatan mengunakan metode penyuluhan adalah (21.23) di Jorong Rimbo

Kalam Kec.2x11 Kayutanam tahun 2020.

6.1.3 Ada pengaruh promosi kesehatan memakai metode penyuluhan terhadap

tingkat pengetahuan Remaja tentang LGBT di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11

Kayutanam tahun 2020 dengan selisih rata-rata antara pre-test dan post-test

4.43 dengan nilai P 0.000 (p<0.05)

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Remaja di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam

Diharapkan penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh Remaja untuk menerima

pengetahuan/informasi secara lengkap menggunakan metode Penyuluhan

kepada Remaja dan memotivasi Remaja agar dapat mengenal penyimpangan

orientasi seksual LGBT.

6.2.2 Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan

keterampilan peneliti dalam bidang penelitian, khususnya tentang Pengaruh

Promosi Kesehatan Menggunakan Metode Penyuluhan terhadap Peningkatan

Pengetahuan Remaja tentang LGBT di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11


Kayutanam Tahun 2020, Sehingga ilmu yang peneliti dapatkan di bangku

perkuliahan dapat diaplikasikan di lapangan.

6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan data dasar dan data

pendukung bagi peneliti berikutnya yang mengarah kepada Pengaruh Promosi

Kesehatan Menggunakan Metode Penyuluhan terhadap Peningkatan

Pengetahuan Remaja tentang LGBT di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11

Kayutanam Tahun 2020.

6.2.4 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah daftar bacaan yang akan

dijadikan sumber referensi untuk pengembangan penelitian serta menambah

wawasan mahasiwa khususnya dalam bidang promosi kesehatan sebagai

perwujudan dalam meningkatkan pengetahuan dan pemberian informasi

kesehatan yang dibutuhkan Remaja tentang LGBT.

DAFTAR PUSTAKA
Adriyanto,(2012). Pengaruh Pendidikan Seksual Dalam Keluarga Terhadap Perilaku
Penyimpangan Dan Pelecehan Seksual Pada Remaja. Vol 9 No 2 Halaman
60-70 Diakses 22 Februari 20020.

Akademi Keperawatan Baiturrahmah Padang. 2019. Buku Panduan Penyusunan


Proposal Dan Karya Tulis Ilmiah. Padang: Akper Baiturrahmah Padang.
Alang, (2019). Lesbian, Gay, Biseksual Dan Transgender,Jurnal Kesehatan Vol 12
No 1 tahun 2019 Diakses Pada 8 Februari 2020.

Benita, (2012).Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan


Reproduksi Pada Remaja Siswa SMP Kristen Gergaji Tahun 2012,Diakses
pada 27 Februari 2020.

Depkes RI, (2012). Pergaulan bebas pada remaja. Jakarta.

Elmirawati, (2016). Jurnal Analisis Fakor Penyebab Orientasi Seksual Menyimpang


Pada Narapidana Perempuan di Lapas Klass II A PekanBaru. Riau.

Ericssen, (2015). Scholar. Unand. Ac.id.Diakses Pada 22 Februari 2020.

Hastono, (2001). Analisa Data. Jakarta.

Husaini, (2019). LGBT di Indonesia Perkembangan dan Solusinya. Intitute for The
Study of Islamic. Jakarta.

Kemenkes RI. (2014). Riset Kesehatan Dasar 2014.Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.

Kemenkes RI (2016).Komisi Penaggulangan AIDS Nasional Pengembangan


Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Kurnia, (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Sikap Remaja Dalam


Mencegah Lesbian, Gay, Biseksual Dan Transgender (LGBT), Nursing
Journal Of STIKES Insan Cendekia Medika Jombang Volume 13 No.1 maret
2017.Diakses pada 8 Februari 2020.

Maulana, (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta:EGC.

Notoatmodjo S. (2012).Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Oktavia, (2018). Pengetahuan, Tanggapan Dan Sikap Mahasiswa Terhadap


Fenomena LGBT Paska Penolakan Isu LGBT Di Ranah Publik Tahun
2018,Diakses pada 26 Februari 2020.
Putri, (2018). Hubungan Dukungan Sosial Dengan Harga Diri Pada LGBT Di
Yayasan Taratak Jiwa Hati Padang Tahun 2018,Diakses Pada 01 Februari
2020.

Potter & Perry, A.G (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
Dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Ratnawati,(2012)Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap pengetahuan Tentang


Kesehatan Reproduksi dan Penyakit Menular Tahun 2012, Diakses pada 05
Februari 2020.

Safrudin Aziz, (2017). Pendidikan Seks Perspektif Terapi Sufistik Bagi LGBT. Jl
SunanAmpel. Achmad Jaya Group.

Santoso, (2016). ‘’LGBT Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia’’ Dalam Jurnal.
Unpad.ac.id, Vol 6, No 2 Juni 2016.

Setiawan, (2018). Respon Mahasiswa Terhadap LGBT (Studi Di FISIP Universitas


Lampung),Diakses Pada 26 Februari 2020.

Sinyo.( 2014) Anakku Bertanya tentang LGBT. Jakarta: Elek Media

Subandi, (2017). Gambaran Persepsi Remaja Terhadap Perilaku Lesbian, Gay,


Biseksual Dan Transgender (LGBT) Di SMAN 1 Tamansari Kabupaten
Bogor, Jurnal Reiset Kesehatan, Vol 9 No 2 Tahun 2007 Diakses Pada 05
Februari 2020.

Sukma Senjaya ,(2020).Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang


Lesbian,Gay,Biseksual Dan Transgender (LGBT) Di SMA X Garut Dalam
Jurnal Tempic.Voln 6, NO 1 2020.

USAID & UNDP,(2014). Scholar. Unand. Ac.id.Diakses Pada 22 Februari 2020.

Shofiah Vivik,(2017).Pengaruh Psikoedukasi atau Penyuluhan LGBT


(Lesbian,Gay,Biseksual dan Transgender) Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Remaja Tentng LGBT Dalam Jurnal Vol B,No 1 2017.

Warsina, (2017). Gambaran Persepsi Remaja Terhadap Perilaku Lesbian, Gay,


Biseksual dan Transgender (LGBT) Di SMAN 1 Tamansari Kabupaten
Bogor Tahun 2017, Diakses Pada 26 Februari 2020.
PERMOHONAN KEPADA RESPONDEN

Kepada

Yth. Saudari/Calon Responden

.......................

Di Padang

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Akademi


Keperawatan Baiturrahmah Padang :

Nama : Ilma Hasanati

NPM : 17 100 731 306 71

Alamat : Perumahan Gria Tui blok G7

Menyatakan bahwa saya akan mengadakan penelitian dengan judul


“Pengaruh Promosi Kesehatan Menggunakan Metode Penyuluhan Terhadap
Peningkatan Pengetahuan remaja tentang LGBT Jorong Rimbo Kalam
Kec.2x11 Kayutanam Tahun 2020.”.
Penelitian ini semata-mata bertujuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan,
tidak menimbulkan kerugian pada responden. Kerahasiaan semua informasi yang
diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Apabila anda menyetujui, maka dengan ini saya mohon kesediaan untuk
menanda tangani lembaran persetujuan dan menjawab pertanyaan – pertanyaan yang
saya ajukan. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

Ilma Hasanati
SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN

(INFORMEN CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Setelah membaca dan mendengarkan penjelasan dengan maksud peneliti

ILMA HASANATI Mahasiswa dari AKADEMI KEPERAWATAN

BAITIRRAHAMAH PADANG dengan judul Pengaruh promosi kesehatan

menggunakan metode penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan Remaja

tentang LGBT di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam Tahun 2020.

Maka saya bersedia membantu dan menjadi responden serta akan

memberikan informasi yang sesungguhnya yang saya berikan tanpa ada paksaan dari

pihak manapun dengan sebenar-benarnya. Semoga bermanfaat dan dapat digunakan

sebaik-baiknya.

Padang, 05 Juni 2020

(................................)
Kisi-Kisi Kuesioner

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN MENGGUNAKAN METODE

PENYULUHAN TERHADAPPENINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA

TENTANG LGBT DI JORONG RIMBO KALAM KEC.2X11 KAYUTANAM

TAHUN 2020

Tujuan Variabel Aspek yang di Jumlah No Item

nilai Item Pertanyaan

Untuk mengetahui - Pengetahuan - Pengetahuan 25

Pengaruh Promosi tentangLGBT remaja

Kesehatan sebelum tentang

Menggunakan Metode dilakukannya LGBT:

Penyuluhan terhadap penyuluhan.  Pengertian

Peningkatan - Pengetahuan LGBT

Pengetahuan Remaja tentang LGBT  Bentuk

tentang LGBT di Jorong setelah aktivitas

Rimbo Kalam Kec.2x11 dilakukannya homoseksu 5 1-5


Kayutanam Tahun 2020. penyuluhan. al

 Penyebab

LGBT

 Bahaya 2 6-7

LGBT

 Penanggula

ngan LGBT
6 8-13

5 14-18

7 19-25

KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH PROMOSI KESEHATAN MENGGUNAKAN METODE

PENYULUHAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN

REMAJA TENTANG LGBT DI JORONG RIMBO KALAM KEC.2X11

KAYUTANAM TAHUN 2020

A. Identitas Responden No. Kode Responden

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

B. Petunjuk Pengisian

1. Baca dan pahami setiap pertanyaan yang tersedia

2. Tulis identitas responden pada kolom yang tersedia

3. Pilihlah jawaban yang menurut anda benar

4. Mohon periksa kembali semua pertanyaan, apakah telah di isi benar

5. Pertanyaan yang telah diisi lengkap, mohon anda kembalikan pada peneliti

6. Terimakasih dan selamat mengerjakan !!!!

C. Pengetahuan
1. Apa pengertian LGBT menurut anda?
a. Yakni istilah yang digunakan untuk memaparkan bahwa seseorang
mempunyai rasa ketertarikan seksual terhadap sesama jenis.
b. Yakni istilah yang digunakan untuk memaparkan bahwa seseorang
mempunyai rasa ketertarikan seksual terhadap lawan jenis.

2. Apakah anda tahu kepanjangan LGBT?


a.Lesbian, gay, biseksual dan transgender
b.Lesbian, gay, bianal seks dan transgender

3. Seorang remaja mengalami ketertarikan seksual kepada teman sekolahnya


yang mempunyai jenis kelamin sesama perempuan, tindakan remaja tersebut
termasuk dalam perilaku?
a. Gay
b. Lesbian

4. Seorang remaja mengalami ketertarikan seksual kepada teman sekolahnya


yang mempunyai jenis kelamin sesama laki-laki, tindakan remaja tersebut
termasuk dalam perilaku?
a. Gay
b. Lesbian

5. Istilah transgender yang banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan


sebutan?
a. Waria/bencong
b. Feminim/tomboy

6. Salah satu aktivitas homoseksual adalah anal seks, yaitu berhubungan seksual
dengan menggunakan anus, tindakan ini adalah tindakan yang sering
dilakukan oleh pasangan?
a. Biseksual
b. Gay

7. Kaum homoseksual selalu mempunyai ide untuk memuaskan pasangan,


diantaranya yaitu oral anotism, body contact dan anal sex. Apakah yang
dimaksud dengan oral anotism?
a. Hubungan seksual dengan mempergunakan mulut sebagai sarana untuk
mencapai kenikmatan dan mulut diposisikan sebagai kelamin
pasangannya.
b. Hubungan seksual dengan mempergunakan kelamin sebagai sarana untuk
mencapai kenikmatan dan sebagai penyalur nafsu pasangannya.

8. Faktor apa yang menyebabkan seseorang itu cenderung untuk melakukan


LGBT, kecuali?
a. Faktor keluarga, pergaulan & lingkungan, biologis, moral dan akhlak
b. Faktor kenyaman yang diberikan oleh lawan jenis serta dihargai oleh
lawan jenis.
9. Salah satu factor yang menyebabkan seseorang cenderung melakukan
penyimpangan orientasi seksual adalah factor keluarga, kenapa keluarga
menjadi factor pemicu LGBT?
a. Karena dalam keluarga selalu menanamkan nilai agama dan akhlak yang
baik untuk tumbuh dan kembang anak.
b. Karena belajar dari pengalaman yang dialami masa kanak-kanak seperti
dipukuli atau dikasari, sehingga anak tersebut lebih nyaman dengan sosok
perempuan.

10. Seorang anak yang transgender juga dapat dipengaruhi oleh faktor keluarga,
kenapa keluarga menjadi faktor yang menyebabkan seseorang menjadi
transgender?
a. Sikap orangtua mengidamkan anak laki-laki atau perempuan maka akan
mengakibatkan seorang anak itu cenderung kepada apa yang diinginkan
orangtuanya
b. Sikap orang tua yang selalu menerima dengan lapang dada jenis kelamin
anaknya.

11. Kebiasaan pergaulan dan lingkungan menjadi factor penyumbang kekacauan


seksual, kehidupan yang relative lama dengan sesama jenis juga menjadi
factor resiko terjadinya LGBT, yang dimaksud dengan kehidupan yang relatif
lama dengan sesama jenis adalah?
a. Kehidupan di asrama dan dipenjara
b. Didalam keluarga yang terdiri dari ibu dan bapak

12. Perilaku penyimpangan seksual yang disebabkan oleh factor


biologis/keturunan dapat dicegah dengan cara?
a. Mengucilkannya supaya individu tersebut sadar dan berubah menjadi
lebih baik
b. Terapi secara moral dan religious

13. Salah satu factor yang menyebabkan penyimpangan perilaku homoseksual


adalah factor pengetahuan agama yang lemah, kenapa factor agama
menyebabkan prilaku penyimpangan orientasi seksual?
a. Karena agama sebagai benteng pertahanan yang paling ideal dalam
mendidik diri sendiri untuk membedakan mana yang halal dan mana yang
haram
b. Karena orang yang punya agama dijamin tidak akan mengalami
kesesatan dan pasti masuk surga.

14. Salah satu bahaya yang ditimbulkan dari perilaku penyimpangan orientasi
seksual adalah kanker anal (dubur), yang paling beresiko mengalami kanker
anal adalah pasangan?
a. Gay
b. Lesbian
15. Penyakit yang ditimbulkan dari perilaku LGBT salah satunya adalah
HIV/AIDS, apa yang menyebabkan kaum LGBT terkena /AIDS?
a. Berganti-ganti pasangan/ berhubungan seks bebas
b. Melalui suntikan jarum

16. Pasangan homoseksual menggunakan lobang anal (saluran BAB) untuk


berhubungan, anal/anus adalah saluran yang digunakan untuk saluran
pembuangan kotoran. Apa dampak yang ditimbulkan jika tindakan tersebut
terus dilakukan?
a. Terluka, infeksi dan dapat sembuh dengan sendiri
b. Terluka, infeksi dan lebih buruk lagi timbul nanah.

17. Bahaya perilaku penyimpangan orientasi seksual juga dapat menimbulkan


dampak sosial, dibawah ini yang merupakan dampak sosial yang ditimbulkan
dari perilaku LGBT adalah?
a. Menjadi bahan pembicaraan dan dikucilkan oleh masyarakat.
b. Mendapatkan penyakit yang menyerang system kekebalan tubuh yaitu
HIV/AIDS

18. Perilaku penyimpangan LGBT juga perpengaruh terhadap pendidikan,


dibawah ini yang termasuk masalah yang dihadapi kaum LGBT dibidang
pendidikan yaitu?
a. Siswa yang mengalami masalah orientasi seksual sesama jenis mengalami
permasalahan putus sekolah, dikarenakan tidak nyaman berada
dilingkungan sekolah.
b. Siswa yang mengalami masalah orientasi seksual sesama jenis akan
menjadi tokoh terkenal, dikarenakan merupakan perilaku yang langka dan
jarang ditemui.

19. Pemerintah bersama masyarakat perlu segera melakukan penanggulangan


LGBT dengan kampanye besar-besaran terhadap perilaku penyimpingan
orientasi seksual LGBT dengan cara, kecuali?
a. Memberi penyuluhan tentang bahaya LGBT.
b. Memberikan dukungan pada kaum LGBT untuk memperjuangkan hak
asasinya.
20. Apa usaha yang dapat dilakukan pemerintah agar dapat menanggulangi
perilaku penyimpangan orientasi seksual LGBT?
a. Melakukan peninjauan kembali peraturan perundang-undang yang
memberikan kebebasan melakukan praktik hubungan sex sejenis.
b. Pemerintah melegalkan perkawinan sesame jenis agar masyarakat hidup
rukun dan damai.

21. Sebagai remaja yang cinta terhadap tanah air Indonesia, apa yang dapat
dilakukan agar bisa menanggulangi perilaku penyimpangn LGBT?
a. Memberi pendekatan yang integral dalam memandang kedudukan LGBT
atau melakukan penyuluhan tentang perilaku LGBT
b. Membuka klinik tentang penanggulangan LGBT
22. Penanggulangan LGBT juga dapat dilakukan oleh institusi
pendidikan/perguruan tinggi yang ada di Indonesia, seperti?
a. Melakukan penelitian-penelitian serta konsultasi psikologi pada pengidap
LGBT.
b. Melakukan aksi demonstrasi untuk menolak kaum LGBT.

23. Untuk memberantas prilaku penyimpang orientasi seksual itu bukan sesuatu
hal yang mudah, pemerintah juga perlu mendukung pemberantasan LGBT
dengan cara?
a. Menyiapkan sarana dan prasana yang memadai untuk orang yang mau
memberantas LGBT
b. Memberikan jaminan hidup yang layak dan member dana pensiunan pada
setiap orang yang berjasa memberantas perilaku penyimpangan orientasi
seksual LGBT.

24. Apa upaya yang dapat dilakukan oleh lembaga donor dan kaum muslimin
yang berpunya (kaya) dalam menangani maraknya perilaku penyimpangan
orientasi seksual LGBT?
a. Memberikan bantuan kepada pelaku LGBT dalam menghadapi masalah
kesenjangan ekonomi.
b. Memberikan beasiswa secara khusus kepada calon doctor yang bersedia
menulis disertasi dan bersungguh-sungguh terjun dalam area dakwah
khusus penyadaran pengidap LGBT.

25. Apa peran yang dapat dilakukan oleh kaum muslim dalam memerangi
perilaku homoseksual yang marak terjadi?
a. Media massa muslim perlu menampilkan sebanyak mungkin kisah kisah
pertobatan orang-orang LGBT, dan mengajak mereka untuk aktif
menentang prilaku LGBT.
b. Memberi ganjaran pada pelaku LGBT dengan menghukum
mati/merajamnya supaya perilaku penyimpangan seksual tidak meluas.

Terimaksih
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Peningkatan pengetahuan remaja tentang LGBT

Sub Pokok Bahasan : Lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT)

Sasaran : Remaja di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam

Tempat : Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam

Waktu : 20 Menit

Hari/ Tanggal : Jumat / 05 Juni 2020

I. Latar Belakang

Pergaulan bebas dikalangan Remaja sangat mengkhawatirkan. Remaja

mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan

serta cenderung mengambil resiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh

pertimbangan matang. Rasa ingin tahu tersebut dihadapkan pada ketersediaan

sarana disekitarnya yang dapat memenuhi keingintahuannya. Pergaulan Remaja

modern, Remaja berusaha mendapatkan keinginannya untuk merasakan seluruh

tawaran dunia seperti, pergaulan bebas maupun masalah seks dan mereka bisa

mendapatkannya dengan mudah (Depkes RI, 2012).

Perilaku penyimpangan seksual yang muncul di kalangan masyarakat adalah

salah satu dari sekian banyak masalah seksual yang sedang marak saat ini yang

dikenal dengan istilah lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT)

(Andriyanto, 2012).

Lesbian, gay biseksual dan transgender atau yang biasa disebut LGBT, Saat

ini benar benar menjadi wabah global, yang mengkhawatirkan banyak umat
manusia, dunia dibuat terperangah setelah Amerika Serikat akhirnya secara resmi

mengesahkan perkawinan sesama jenis pada pertengahan tahun 2015, tepatnya pada

sabtu, 27 juni 2015. Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden secara terbuka

mengakui peran tokoh tokoh yahudi dalam mengubah persepsi bangsa Amerika

Serikat tentang LGBT. Maka jadilah Amerika Serikat sebagai Negara ke-21 yang

secara resmi mengesahkan perkawinan sesama jenis (Husaini, 2019).

Indonesia menjadi Negara dengan penduduk LGBT terbanyak ke-5 setelah

cina, India, Eropa, dan Amerika. Beberapa lembaga survey independen dalam

maupun luar negeri menyebutkan bahwa Indonesia memiliki 3% penduduk LGBT,

yang berarti 7,5 juta dari 250 juta penduduk Indonesia adalah LGBT atau lebih

sederhananya dari 100 orang yang berkumpul disuatu tempat maka 3 orang

diantaranya adalah LGBT (Santoso, 2016).

LGBT sebenarnya bukanlah hal yang baru di Negeri ini. Sebelumnya, telah

banyak pertemuan penting dilakukan untuk mengakomodir kepentingan komunitas

LGBT, terutama dalam menanggapi pelanggaran hal-hak mereka sebagai

komunitas seksual minoritas. Pada tahun 2006, diadakan perkumpulan di

Yogyakarta yang pada akhirnya melahirkan ‘’prinsip-prinsip tersebut menekankan

perlindungan hak-hak komunitas seksual minoritas dan menciptakan kerangka kerja

bagi standar hak asasi manusia Internasional untuk masyarakat yang memiliki

orientasi seksual dan identitas gender khusus (Onapio, Isike, 2016).

Jumlah organisasi LGBT yang ada di Indonesia relative besar, terdiri dari dua

jaringan nasional dan 119 organisasi yang didirikan diseluruh Provinsi di Indonesia,

beragam dari segi komposisi, ukuran dan usia. Organisasi organisasi ini berperan
aktif di bidang kesehatan, publikasi dan penyelenggaraan kegiatan sosial dan

pendidikan (USAID & UNDP, 2014).

Organisasi LGBT yang ada di Indonesia diantaranya arus pelangi, HIWAD

(Himpunan wadam di Jakarta), Indonesia Gay Society (IGS), Gaya nusantara,

hingga yayasan pelangi kasih nusantara ( YPKN). Yayasan yang bergerak dalam

pencegahan dan penyuluhan mengenai penyakit HIV/AIDS dikalangan komunikasi

gaya di Indonesia (Sinyo, 2014).

Konsekuensi logis dari perilaku penyimpangan seksual adalah munculnya

berbagai penyakit kelamin (Veneral Diseases/VD), atau penyakit akibat hubungan

seksual (Sexually Transmitted Diseases/STD) (Abdullah, 2008). Dampak negatif

fenomena LGBT tidak hanya ditinjau dari sisi kesehatan namun juga mengikis dan

menggugat keharmonisan hidup bermasyarakat. Dari sudut agama dan sosiologi,

LGBT akan menyebabkan peningkatan gejala penyimpangan sosial dan

kemaksiatan hingga tidak dapat dikendalikan. Dilihat dari sisi psikologi, dapat

mempengaruhi kejiwaan dan memberi efek yang sangat kuat pada syaraf. Pelaku

LGBT setiap tahun cenderung meningkat bukan hanya di kota besar saja tetapi juga

merambah ke pelosok desa (Kalsum, 2012).

Laporan kementerian kesehatan yang dikutip dari Komisi Penanggulangan

AIDS Nasional pada tahun 2012 mengungkapkan bahwa terdapat 1.095.970 Lelaki

berhubungan Seks dengan Lelaki (LSL) alias gay yang tersebar di semua daerah,

dan 5% (66.180) diantaranya mengidap HIV (Kemenkes, 2014).

Ketua perhimpunan konselor VCT HIV Indonesia (PKVHI) wilayah Sumatra

Barat,Katherina Welong mengungkapkan estimasi jumlah pelaku LGBT di Sumatra


Barat hingga April 2018 mencapai 14.469 orang. Kota Padang merupakan salah

satu kota Sumatra Barat, data dari PKHIV kota padang jumlah LGBT di padang

dari hasil pemetaan LGBT di Sumatra Barat hingga April mencapai 14.469 orang

(Putri 2018).

Data KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) di kota Padang pada tahun 2010

jumlah perilaku penyimpang seksual dikota padang yaitu sebanyak 340 orang. Pada

tahun 2012 mengalami peningkatan yang mencapai jumlah 350orang sedangkan

pada tahun 2015 mengalami kenaikan yang jumlahnya menjadi 994 orang. Dan di

Sumatra barat ditemukan sebanyak 41.867 LSL dan 902 Waria (Kemenkes

RI,2016).

Menurut Notoatmodjo (2010) lingkungan sangat berpengaruh terhadap

individu karena lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan perilaku,

perilaku dibentuk melalui suatu proses dalam interaksi manusia dengan lingkungan.

Lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan seorang anak, termasuk

pembentukan dan pemilihan orientasi seksualnya. Misalnya cara orang tua

mengasuh anak, hubungan antar keluarga, lingkungan pergaulan/pertemanan. Bisa

saja kondisi ini dipicu karena keluarga tidak harmonis, figur perempuan trauma

terhadap laki-laki, dan masih banyak lagi kemungkinan. Faktor coba-coba

melakukan hubungan dengan sesama jenis, penasaran, mendapatkan attachment

dari sesama jenis, merasa nyaman dengannya, dan karena interaksi berbagai faktor

yaitu faktor lingkungan (sosiokultural), biologis, dan faktor pribadi/personal

(psikologis).
Keberadaan LGBT dilingkungan sosial, kita harus menerima dan

menanggapinya secara positif. Sebab mereka adalah bagian dari kita, tapi bukan

berarti kita menyetujui gaya hidup ini. Sebab semakin terbuka sikap kita, maka

kecendrungan interaksi dan keterbukaan akan menjadi bagian dari perubahan pola

pikir dan lifestyle tersebut (Tribun Lampung, 24 Oktober 2014).

Promosi kesehatan merupakan upaya yang bersifat promotif (peningkatan),

sebagai perpanduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), dan

rehabilitative (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif

(kholig, 2012). Promotif kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang

ditunjukan pada prilaku,agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan

(Notoatmodjo, 2007).

Dalam penelitian ini mengambil sampel Remaja di Jorong Rimbo Kalam

Kec.2x11 Kayutanam. Remaja merupakan bagian dari masyarakat dan memiliki

pemikiran yang kritis dan lebih peka akan fenomena-fenomena sosial yang terjadi.

Remaja juga disebut sebagai agent of change, yang artinya remaja sebagai agen

perubahan, sehingga dapat mencerminkan kedepannya sikap dan tindakan yang

dilakukan terhadap LGBT.

Bedasarkan survey awal wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal

04 Juni 2020 dengan 10 orang Remaja di Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11

Kayutanam didapatkan hasil 6 (60%) mengetahui tentang istilah LGBT, 3 (3%)

Remaja tidak tau tentang aktivitas homoseksual, 4 (4%) Remaja tidak tau faktor

penyebab LGBT, 3 (3%) Remaja tidak tahu bahaya LGBT, dan 3 (3%) Remaja

tidak tau cara penaggulangan atas penyimpangan prilaku seksual LGBT.


Bedasarkan fenomena diatas peneliti tertarik meneliti pengaruh promosi

kesehatan dengan metode penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan Remaja

tentang lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di Jorong Rimbo Kalam

Kec.2x11 Kayutanam Tahun 2020.

II. Tujuan

1) Tujuan Umum

Setelah diberikan penyuluhan tentang LGBT selama 20 menit diharapkan

Remaja mampu memahami tentang LGBT.

2) Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit diharapkan Remaja mampu:

a. Mengetahui konsep dasar LGBT.

b. Mengetahui bentuk aktivitas homoseksual LGBT.

c. Mengetahui penyebab perilaku penyimpangan LGBT.

d. Mengetahui bahaya yang ditimbulkan dari perilaku prilaku LGBT.

e. Mengetahui cara penanggulangan dari perilaku penyimpangan LGBT.

III. WAKTU DAN TEMPAT

Hari / Tanggal : Jumat /05 Juni 2020

Pukul : 19:30 WIB

Tempat : Mushola Al-Hudda Rimbo Kalam

IV. MATERI

Terlampir

V. MEDIA DAN ALAT

Flipchart, leaflet
VI. METODE

Metode yang digunakan dalam pendidikan kesehatan ini adalah ceramah,

Tanya jawab dan simulasi.

VII. SETTING TEMPAT

1. Peserta duduk di ruang Mushola Al-Hudda

2. Penyaji di depannya

n P

Keterangan :

M : moderator

P : penyaji

X : siswa/I

N : Notulen

O : observer

VIII. PERENCANAAN PENYULUHAN

N TAHAP KEGIATAN MEDIA

O
1. Pembukaan  Mengucapkan salam Menjawab

(5 menit)  Memperkenalkan diri. salam

 Menjelaskan maksud dan Mendengarkan

tujuan.

 Apersepsi dengan cara menggali

pengetahuan yang dimiliki

remaja tentang LGBT.


2. Pelaksanaan  Menjelaskan materi tentang Flipchart

(10 menit) konsep dasar LGBT. Mendengarkan

 Mengetahui bentuk aktivitas menjawab

homoseksual LGBT.

 Mengetahui penyebab perilaku

penyimpangan LGBT.

 Mengetahui bahaya yang

ditimbulkan dari perilaku

LGBT.

 Mengetahui cara

penanggulangan dari perilaku

LGBT.

 Tanya jawab
3. Penutup (5  Mengevaluasi peserta tentang Menjawab

menit) materi yang telah diberikan. salam

 Menutup dengan salam.


IX. EVALUASI

a) Standart Persiapan
- Menyiapkan materi Penyuluhan, leaflet.

b) Evaluasi Hasil

1. Peserta mampu memahami pengertian LGBT.

2. Peserta mampu memahami bentuk aktivitas dari prilaku LGBT.

3. Peserta mampu memahami factor penyebab dari prilaku LGBT.

4. Peserta mampu memahami bahaya yang ditimbulkan dari prilaku

LGBT.

5. Peserta mampu memahami penanggulangan LGBT.

MATERI PENYULUHAN

Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT)

A. Konsep dasar LGBT

Istilah lain untuk menggantikan LGBT adalah same-sex attraction (SSA)

yakni istilah yang digunakan untuk memaparkan bahwa seseorang mempunyai rasa

ketertarikan seksual terhadap sesama jenis. SSA juga kerap digunakan untuk

menggantikan istilah homoseksual orientation dan biseksual orientation Aziz (2017).

Adapun kepanjangan dari istilah LGBT menurut Aziz (2017) dalam buku

Pendidikan seks perspektif terapi sufistik bagi LGBT antara lain:

5. Lesbian

Merupakan perempuan yang secara fisik, seksual, emosional, spiritual serta

erotis menyukai sesama perempuan. Kaum lesbian pada hakikatnya sama

dengan kaum gay.

6. Gay
Adalah istilah yang merujuk kepada seorang (laki laki) homosexual, yaitu laki

laki yang berhubungan dengan sesama sejenis atau laki-laki yang berhubungan

seks dengan laki-laki.

7. Biseksual

Adalah perilaku seksual atau ketertarikan secara sexual kepada laki laki dan

perempuan. Pada dasarnya istilah biseksual biasanya digunakan untuk

menggambarkan ketertarikan romantisme atau ketertarikan seksual dalam

konteks manusia kepada orang lain tanpa membedakan laki laki atau

perempuan.

8. Transgender

Mengacu kepada identitas gender seseorang yang tidak terkait dengan jenis

kelamin biologis yang diperolehnya sejak lahir, Istilah transgender di Indonesia

lebih banyak dikenal sebagai Waria, beberapa daerah juga mempunyai istilah

yang menggambarkan transgender seperti, wadam, bencong (Jakarta), calabai

(Sulawesi), dan wandu (Jawa).

B. Bentuk aktivitas homoseksual

Dalam praktinya aktivitas homoseksual menurut Aziz (2017) dilakukan

dalam tiga bentuk yaitu:

1. Oral anotism

yakni hubungan seksual dengan mempergunakan mulut sebagai sarana untuk

mencapai kenikmatan dan mulut pasangan ini diposisikan sebagai kelamin

pasangannya, juga dengan cuninglus yakni memanfaatkan lidah sebagai alat untuk

menjilati bagian bagian erotis pasangannya.

2. Body contact
yakni sentuhan dengan mempergunakan bagian bagian tubuh tertentu. Biasanya

mempergunakan cara cara onani dan juga coltus inter famoral yakni pemanipulasi

sela sela paha pasangannya sebagai cara senggama.

3. Anal sex

yakni penetrasi kelamin terhadap anus pasangannya atau dikenal dengan semburit

atau sodomi.

C. Penyebab LGBT

Menurut (Elmirawati, 2016) dalam jurnal Analisis faktor penyebab orientasi

seksual menyimpang pada Narapidana perempuan di lapas klass II A Pekanbaru,

faktor yang menyebabkan seseorang itu cenderung untuk menjadi bagian LGBT

yaitu:

1. Faktor keluarga

Anak yang belajar dari pengalaman yang ia alami masa kanak-kanak,

seperti dipukul atau dikasari oleh orangtua hingga anak beranggapan semua

pria/wanita bersikap kasar, yang memungkinkan anak merasa benci pada

orang itu. Predominan dalam pemilihan identitas yaitu melalui hubungan

kekeluargaan yang renggang. Bagi seseorang lesbian misalnya, pengalaman

atau trauma yang dirasakan oleh para wanita dari saat kanak-kanak akibat

kekerasan yang dilakukan orangtua, kakaknya maupun saudara laki-lakinya.

Kekerasan yang dialami dari segi fisik, mental dan seksual itu

membuat seseorang wanita itu bersikap benci terhadap semua pria. Selain itu,

bagi golongan transgender faktor lain yang menyebabkan seseorang

berprilaku kekeliruan gender adalah sikap orangtua yang diidamkan anak


laki-laki atau perempuan juga mengakibatkan seseorang anak itu cenderung

kepada apa yang diidamkan.

2. Faktor pergaulan dan lingkungan

Kebiasaan pergaulan dan lingkungan menjadi faktor yang

menyumbang kepada kekacauan seksual. Orangtua atau anggota keluarga

tidak menunjukan kasih sayang kepada anak mereka dan sikap orang tua yang

mengatakan bahwa pembicaraan tentang sek adalah suatu yang tabu,

mengakibatkan pandangan anak tentang seksual menjadin salah.

Selain itu, pergaulan dan lingkungan anak ketika berada disekolah

berasrama yang berpisah dengan laki-laki dan perempuan turut mengundang

terjadinya hubungan lesbian, gay. Kehidupan yang relative lama dengan

sesama jenis seperti dipenjara, di asrama, dikapal juga berpotensi untuk

memicu perilaku seksual.

3. Faktor biologis

Berbagai penelitian membuktikan bahwa LGBT berkaitan dengan

genetika, ras ataupun hormon. Seseorang homoseksual memiliki

kecenderungan untuk melakukan homoseksual karena mendapat dorongan

dari dalam tubuh yang sifatnya menurun atau genetik. Penyimpangan faktor

genetika dapat diterapi secara moral dan secara religius. Bagi golongan

transgendermisalnya, krakter laki-laki dari segi suara, fisik, gerak gerik dan

kecenderungan terhadap wanita banyak dipengaruhi oleh hormone

testosteron.
Jika hormone tetosteron seseorang itu rendah, ia bisa mempengaruhi

perilaku laki-laki tersebut mirip kepada perempuan atau feminim. Secara

medis, kromosom laki-laki normal adalah XY, sedangkan perempuan normal

adalah XX. Bagi beberapa laki-laki itu genetiknya XXY. Dalam kondisi ini,

laki-laki itu kromosom X sebagai tambahan. Oleh karena itu, perilaku agak

mirip dengan seseorang perempuan.

4. Faktor moral dan akhlak

Golongan homoseksual ini terjadi karena adanya pergeseran norma-

norma susila yang dianut oleh masyarakat tersebut. Hal ini disebabkan karena

lemahnya iman dan pengendalian hawa nafsu serta karena bnyaknya ransangan

seksual. Kerapuhan iman seseorang juga dapat menyebabkan segala kejahatan

terjadi karena iman sajalah yang mampu menjadi benteng paling efektif dalam

mengekang penyimpangan seksual (E-Journal Sosiatri-Sosiologi, 2015).

5. Faktor pengetahuan agama yang lemah

Orang yang kurang pengetahuan dan pemahaman agama merupakan

faktor internal yang mempengaruhi homoseksual. Pengetahuan agama

memainkan peran yang penting sebagai benteng pertahanan yang paling ideal

dalam mendidik diri sendiri untuk membedakan yang mana baik dan yang

mana tidak baik, haram atau halal. Serta mana yang boleh (normal) dan mana

yang tidak boleh ( abnormal).

D. Bahaya LGBT
Berikut di bawah ini beberapa penjelasan dari bahaya LGBT bagi kesehatan

menurut (Potter & Perry, 2005) dalam buku ajar fundamental keperawatan, yaitu:

1. Kanker anal (dubur)

Kemungkinan besarnya pelaku gay terkena kanker karena virus HPV

(Human Papilloma virus). Dimana kemunculannya tersebut ditularkan dengan

melakukan hubungan seksual seperti itu, yang akhirnya menjadi penyebab tubuh

terkena kanker anal. Kalau diperhatikan bahwa cara hubungan seksual dari

pelaku gay yaitu melakukan seks anal, sehingga pelaku gay ini sangat berisiko

tinggi terkena kanker anal.

Adapun kasus kanker anal yang terbanyak terjadi ditemukan pada pria

gay yang juga positif terkena virus HIV. Dan tingkat kedua terbanyak pasien

kanker anal yaitu pria gay yang tidak terjangkiti virus HIV. Sehingga penyakit

kanker anal ini dapat dikatakan dimonopoli oleh pelaku gay ini.

2. Kanker mulut

Umumnya diketahui bahwa penderita kanker mulut kebanyakan adalah

para perokok, dan dari perjalanan dari waktu ke waktu, muncul hal yang ajaib

tentang pelonjakan jumlah kanker mulut hingga 225%, yang terjadi pada tahun

1974 .

Dari informasi di situs Dallasvoice.com, dilakukan sebuah studi di New

England Journal of Medicine, dan hasil penelitian yang dilakukan tersebut

menemukan kesimpulan bahwa rokok bukanlah satu-satunya yang menjadi

penyebab kanker mulut. Bahkan pihak yang berisiko paling tinggi terkena kanker

mulut yaitu mereka yang melakukan oral seks dengan enam atau lebih dari partner

seks yang berbeda-beda.


Sehingga dapat dibayangkan apabila oral seks dilakukan oleh para gay

bersamaan dengan banyak partner yang berbeda-beda. Dapat ditebak bahwa

kebiasaan “mengerikan” seperti ini jadinya membuat tubuh sangat berisiko tinggi

terkena kanker mulut.

Masalah ini ditambah lagi dengan para gay yang terkena virus HIV,

dimana seperti diketahui bahwa virus ini mengakibatkan sistem imun tubuh

menurun drastis. Saat seorang gay terkena virus HIV, maka akan menghadapi

bahaya besar berupa risiko yang sangat tinggi terkena kanker.

3. Meningitis (Radang selaput otak)

Sebuah penggalan tulisan di Detik Health yang cukup menarik yaitu "New

York Diserang Wabah Radang Otak karena Hubungan Seks Sembarangan".

Meningitis sebenarnya bisa disebabkan dari beberapa penyebab, seperti karena

terjadinya infeksi mikroorganisme, masalah peradangan tubuh, kanker dan

penggunan obat-obatan yang salah. Dan dari tulisan di Detik Health itu disebutkan

bahwa New York dihebohkan dengan mewabahnya penyakit meningitis akibat

penularan dari hubungan seksual, yang ini teutama ditunjukan bagi pelaku LGBT.

Adapun bakteri meningitis mengakibatkan terjadinya infeksi pada

membran selaput otak, yang tanda-tanda awalnya yaitu berupa mutah-muntah,

demam, sakit kepala, leher terasa kaku, hingga juga muncul ruam yang biasanya

muncul 10 hari setelah tubuh terkena infeksi tersebut.

Dan penyakit radang selaput otak apabila tidak segera diobati, bisa

mengakibatkan terjadinya masalah sangat buruk yaitu kerusakan otak, yang

akhirnya bisa menghantarkan seseorang pada kematiannya.


4. Kanker pada lesbian

Sebuah penelitian yang dilakukan di Cancer Support Community,

memperoleh hasil penelitian bahwa para lesbian mempunyai kualitas kesehatan

yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang heteroseksual. Itu termasuk

ketika berjuang melawan penyakit kanker yang dideritanya. Wanita lesbian punya

masalah dari kemampuan ketahanan tubuh yang lemah untuk menghadapi kanker.

5. HIV/AIDS

Virus HIV ini umumnya oleh orang-orang dikaitkan dengan masalah

hubungan seksual bebas, termasuk sering berganti pasangan. Dan kaum gay ini

punya resiko tinggi mendapatkan penyakit AIDS, yang penyakit virus ini

membuat tubuh kehilangan kemampuan dalam mepertahankan dirinya.

6. Dampak sosial

Pada sebuah studi yang dilakukan, didapatkan data-data bahwa seorang gay

punya pasangan antara 20-106 orang per tahunnya. Adapun pasangan zina

(pasangan hetroseksual tetapi di luar pernikahan) tidak lebih dari 8 orang seumur

hidupnya. Pada penelitian yang serupa, bahwa sekitar 43% dari golongan kaum

gay, yang didapatkan data-datanya dengan pencermatan yang teliti.

Ditemukan bahwa sekitar 43% kaum gay tersebut selama hidupnya

melakukan homo seksual dengan 500 orang bahkan lebih. Bahkan, diantaranya itu

ada sekitar 28% yang melakukannya dengan lebih dari 1000 orang.Sekitar 79%

dari mereka mengatakan bahwa pasangan sejenisnya itu merupakan orang yang

tidak dikenalinya sama sekali. Tentunya fenomena gay ini menjadi sebuah hal

yang mengerikan akibatnya bagi dampak kehidupan sosial.

7. Dampak Pendidikan
Untuk dampak pendidikan juga tidak kalah memprihatinkannya, dimana

siswa atau siswi yang menganggap dirinya sebagai sebagai penyuka sesama jenis,

menghadapi permasalahan putus sekolah 5 kali lebih besar dibandingkan dengan

siswa normal. Hal ini terdapat terjadi karena mereka tidak nyaman disekolah.

8. Dampak Keamanan

Kaum homoseksual memberikan peran sebesar 33% pelecehan seksual pada

anak-anak di Negara Amerika Serikat, dimana yang cukup mencengangkan bahwa

populasi kaum homo ini sebenarnya hanya 2% dari keseluruhan penduduk

Amerika.Yang hal itu berarti bahwa 1 dari 20 kasus homo seksual bentuknya

adalah pelecehan seksual pada anak-anak.Adapun 1 dari 490 kasus perzinaan

bentuknya adalah pelecehan seksual pada anak-anak (Psychological Report, 1986,

58 pp. 327-337).

9. Dampak lainnya

Pelaku LGBT akan sangat rentan terkena virus, seperti HIV, sifilis, hepatitis,

dan infeksi Chlamydia. Bahaya LGBT lainnya bagi kesehatan yaitu resiko

terjadinya luka dan pembengkakan pada sistem pembuangan.

Dimana lubang anal yang seperti kita ketahui seharunya digunakan sebagai

pembuangan kotoran, maka hal yang salah jika digunakan sebagai pelampiasan

hawa nafsu seksual.

Sehingga akibat yang sangat mengerikan adalah terluka dan terinfeksi,

hingga lebih buruk lagi timbulnya nanah. Selain itu akibat kelakukan LGBT ini

menimbulkan perubahan perilaku pada pelakunya, dimana akan cenderung

mengakibatkan hal negatif pada sistem syaraf, serta penurunan pada kemampuan

kerja sistem otak.


Dimana kalau kita lihat seorang gay merasa lebih nyaman dengan

penyelewengan yang dilakukannya, walaupun mungkin mereka menyadari bahwa

apa yang dilakukan adalah hal yang salah, sehingga akibatnya hal itu membuat

mereka menurun dalam kemampuan berpikir realistis.

E. Penanggulangan LGBT

Secara ringkas penanggulangan LGBT di Indonesia menurut (Husaini, 2019)

dalam buku LGBT di Indonesia perkembangan dan solusinya adalah sebagai

berikut:

1. Dalam jangka pendek, perlu dilakukan peninjauan kembali peraturan

perundang–undang yang memberikan kebebasan melakukan praktik

hubungan seksual sejenis. Perlu ada perbaikan dalam pasal 292 KUHP,

misalnya, agar pasal titu juga mencakup perbuatan hubungan seksual sejenis

dengan orang orang yang sama sama dewasa. Pemerintah dan DPR perlu

segera menyepakati untuk mencegah menularnya legalisasi LGBT itu dari AS

dan negara negara lain, dengan cara memperketat peraturan perundang

undangan. Bisa juga sebagian warga ,asyarakat Indonesia yang sadar dan

peduli untuk mengajukan gugatan judicial review terhadap pasal pasal KUHP

yang memberikan jalan terjadinya tindak kejahatan dibidang seksual.

2. Dalam jangka pendek pula, sebaiknya ada perguruan tinggi yang secara resmi

mendirikan pusat kajian dan penaggulangan LGBT. Pusat kajian ini bersifat

komprehensif dan integrative serta lintas bidang studi. aktivitasnya adalah

melakukan penelitian penelitian serta konsultasi psikologi dan

pengobatannbagi pengidap LGBT.


3. Masih dalam jangka pendek, sebaiknya juga mejid medjid besar membuka

klinik LGBT, yang memberikan bimbingan dan penyuluhan keagamaan

kepada penderita LGBT, baik secara langsung maupun melalui media

online,bahkan juga pengobatan pengobatan terhadap penderita LGBT. Bisa

dipadukan terapi modern dengan beberapa bentuk pengobatan seperti bekam,

Ruqyahsyar’iyyah dan sebagainya.

4. Pemerintah bersama masyarakat perlu segera melakukan kempanye besar-

besaran untuk memberikan penyuluhan tentang bahaya LGBT, termasuk

membatasi kempanye kempanye hitam kaum liberalis yang memberikan

dukungan kepada legalisasi LGBT.

5. Kaum musllimin khususnya, perlu memberikan pendekatan yang integral

dalam memandang kedudukan LGBT ditengah masyarakat. Bagaimana pun

LGBT adalah bagian dari manusia yang harus diberikan hak haknya sesuai

dengan prinsip kemanusiaan,sambil terus disadarkan akan kekeliruan

tindakan mereka. Dalam hal ini, perlu segera dilakukan pendidikan khusus

untuk mencetak tenaga tenaga dai dibidang LGBT. Lebih bagus jika program

ini diintegrasikan dalam suatu prodi di perguruan tinggi dalam bentuk

konsentrasi program studi.

6. Para pemimpin dan tokoh tokoh umat islam perlu banyak melakukan

pendekatan ke para pemimpin di media massa,khususnya media televise,agar

mencegah dijadikannya media massa sebagai ajang kampanye bebas

penyebaran paham dan praktik LGBT ini.

7. Secara individual, setiap muslim harus aktif menyuarakan kebenaran,

melakukan amar maáruf dan nahi munkar kepada siapapun yang terindikasi
ikut melakukan penyebaran paham legalisasi LGBT. Sebagaimana tuntunan

al- Quran, dakwah perlu dilakukan dengan hikmah, mauidhatil hasanah, dan

berdebat dengan cara yang lebih baik.

8. Lembaga lembaga donor dan kaum berpunya dikalangan muslim, perlu

memberikan beasiswa secara khusus kepada calon calon doktor yang bersedia

menulis disertasi dan bersungguh sungguh untuk menekuni serta terjun dalam

arena dakwah khusus penyadaran pengidap LGBT.

9. Media media massa muslim perlu menampilkan sebanyak mungkin kisah

kisah pertobatan orang orang LGBT dan mengajak mereka untuk aktif

menyuarakan pendapat mereka, agar masyarakat semakin optimis bahwa

penyakit LGBT dapat disembuhkan.

10. Orang orang yang sadar LGBT perlu didukung dengan sarana

dan prasarana yang memadai khususnya oleh pemerintah agar mereka dapat

berhimpun dan memperdayakan dirinya dalam menjalani aktivitas kehidupan

sehari hari dan melaksanakan aktivitas penyadaran kepada para LGBT yang

belum sadar akan kekeli


FLIPCHART PENYULUHAN

1. Pengertian LGBT

Istilah lain untuk menggantikan LGBT adalah same-sex attraction (SSA)

yakni istilah yang digunakan untuk memaparkan bahwa seseorang mempunyai

rasa ketertarikan seksual terhadap sesama jenis. SSA juga kerap digunakan untuk

menggantikan istilah homoseksual orientation dan biseksual orientation.

2. Istilah LGBT dapat dijabarkan sebagai berikut

b. Lesbian

Merupakan perempuan yang secara fisik, seksual, emosional, spiritual

serta erotis menyukai sesama perempuan. Kaum lesbian pada hakikatnya sama

dengan kaum gay.

c. Gay

Adalah istilah yang merujuk kepada seorang (laki laki) homosexual, yaitu

laki laki yang berhubungan dengan sesama sejenis atau laki-laki yang

berhubungan seks dengan laki-laki.

d. Biseksual

Adalah perilaku seksual atau ketertarikan secara sexual kepada laki laki

dan perempuan. Pada dasarnya istilah biseksual biasanya digunakan untuk

menggambarkan ketertarikan romantisme atau ketertarikan seksual dalam

konteks manusia kepada orang lain tanpa membedakan laki laki atau

perempuan.

e. Transgender
Mengacu kepada identitas gender seseorang yang tidak terkait dengan jenis

kelamin biologis yang diperolehnya sejak lahir, Istilah transgender di

Indonesia lebih banyak dikenal sebagai Waria

3. Bentuk Aktivitas Homoseksual

a. Oral anotism

yakni hubungan seksual dengan mempergunakan mulut sebagai sarana untuk

mencapai kenikmatan dan mulut pasangan ini diposisikan sebagai kelamin

pasangannya.

b. Body contact

yakni sentuhan dengan mempergunakan bagian bagian tubuh tertentu.

Biasanya mempergunakan cara cara onani dan juga coltus inter famoral yakni

pemanipulasi sela sela paha pasangannya sebagai cara senggama.

c. Anal sex

yakni penetrasi kelamin terhadap anus pasangannya atau dikenal dengan

semburit atau sodomi.

4. Faktor Penyebab LGBT

a. Faktor keluarga

Anak yang belajar dari pengalaman yang ia alami masa kanak-kanak, seperti

dipukul atau dikasari oleh orangtua hingga anak beranggapan semua

pria/wanita bersikap kasar, yang memungkinkan anak merasa benci pada

orang itu.

b. Faktor pergaulan dan lingkungan

Kebiasaan pergaulan dan lingkungan menjadi faktor yang menyumbang

kepada kekacauan seksual. Orangtua atau anggota keluarga tidak menunjukan


kasih sayang kepada anak mereka dan sikap orang tua yang mengatakan

bahwa pembicaraan tentang sek adalah suatu yang tabu, mengakibatkan

pandangan anak tentang seksual menjadin salah.

c. Faktor biologis

Berbagai penelitian membuktikan bahwa LGBT berkaitan dengan genetika,

ras ataupun hormon. Seseorang homoseksual memiliki kecenderungan untuk

melakukan homoseksual karena mendapat dorongan dari dalam tubuh yang

sifatnya menurun atau genetik.

d. Faktor moral dan akhlak

Golongan homoseksual ini terjadi karena adanya pergeseran norma-norma

susila yang dianut oleh masyarakat tersebut. Hal ini disebabkan karena

lemahnya iman dan pengendalian hawa nafsu serta karena bnyaknya

ransangan seksual. Kerapuhan iman seseorang juga dapat menyebabkan

segala kejahatan terjadi karena iman sajalah yang mampu menjadi benteng

paling efektif dalam mengekang penyimpangan seks.

e. Faktor pengetahuan agama yang lemah

Pengetahuan agama memainkan peran yang penting sebagai benteng

pertahanan yang paling ideal dalam mendidik diri sendiri untuk membedakan

yang mana baik dan yang mana tidak baik, haram atau halal. Serta mana yang

boleh (normal) dan mana yang tidak boleh

5. Bahaya LGBT

a. Kanker anal (dubur)


Kemungkinan besarnya pelaku gay terkena kanker karena virus HPV (Human

Papilloma Virus). Dimana kemunculannya tersebut ditularkan dengan

melakukan hubungan seksual seperti itu

b. Kanker mulut

Bahkan pihak yang berisiko paling tinggi terkena kanker mulut yaitu mereka

yang melakukan oral seks dengan enam atau lebih dari partner seks yang

berbeda-beda.

c. Meningitis (Radang selaput otak)

dari tulisan di Detik Health itu disebutkan bahwa New York dihebohkan

dengan mewabahnya penyakit meningitis akibat penularan dari hubungan

seksual, yang ini teutama ditunjukan bagi pelaku LGBT.

d. Kanker pada lesbian

hasil penelitian bahwa para lesbian mempunyai kualitas kesehatan yang lebih

rendah dibandingkan dengan wanita yang heteroseksual. Itu termasuk ketika

berjuang melawan penyakit kanker yang dideritanya. Wanita lesbian punya

masalah dari kemampuan ketahanan tubuh yang lemah untuk menghadapi

kanker.

e. HIV/AIDS

Virus HIV ini umumnya oleh orang-orang dikaitkan dengan masalah

hubungan seksual bebas, termasuk sering berganti pasangan. Dan kaum gay

ini punya resiko tinggi mendapatkan penyakit AIDS, yang penyakit virus ini

membuat tubuh kehilangan kemampuan dalam mepertahankan dirinya.

f. Dampak sosial
Ditemukan bahwa sekitar 43% kaum gay tersebut selama hidupnya

melakukan homo seksual dengan 500 orang bahkan lebih. Bahkan,

diantaranya itu ada sekitar 28% yang melakukannya dengan lebih dari 1000

orang.Sekitar 79% dari mereka mengatakan bahwa pasangan sejenisnya itu

merupakan orang yang tidak dikenalinya sama sekali. Tentunya fenomena

gay ini menjadi sebuah hal yang mengerikan akibatnya bagi dampak

kehidupan sosial.

g. Dampak pendidikan

siswa atau siswi yang menganggap dirinya sebagai sebagai penyuka sesama

jenis, menghadapi permasalahan putus sekolah 5 kali lebih besar

dibandingkan dengan siswa normal. Hal ini terdapat terjadi karena mereka

tidak nyaman disekolah.

h. Dampak keamanan

Kaum homoseksual memberikan peran sebesar 33% pelecehan seksual pada

anak-anak di Negara Amerika Serikat, dimana yang cukup mencengangkan

bahwa populasi kaum homo ini sebenarnya hanya 2% dari keseluruhan

penduduk Amerika.Yang hal itu berarti bahwa 1 dari 20 kasus homo seksual

bentuknya adalah pelecehan seksual pada anak-anak.

6. Penanggulangan LGBT

a. Perlu ada perbaikan dalam pasal 292 KUHP, misalnya, agar pasal itu juga

mencakup perbuatan hubungan seksual sejenis dengan orang orang yang sama

sama dewasa.
b. sebaiknya ada perguruan tinggi yang secara resmi mendirikan pusat kajian dan

penaggulangan LGBT. Pusat kajian ini bersifat komprehensif dan integrative serta

lintas bidang studi.

c. sebaiknya juga mejid medjid besar membuka klinik LGBT, yang memberikan

bimbingan dan penyuluhan keagamaan kepada penderita LGBT,

d. Pemerintah bersama masyarakat perlu segera melakukan kempanye besar- besaran

untuk memberikan penyuluhan tentang bahaya LGBT

e. perlu memberikan pendekatan yang integral dalam memandang kedudukan LGBT

ditengah masyarakat

f. melakukan pendekatan ke para pemimpin di media massa, khususnya media

televise,agar mencegah dijadikannya media massa sebagai ajang kampanye bebas

penyebaran paham dan praktik LGBT ini.

g. setiap muslim harus aktif menyuarakan kebenaran, melakukan amar maáruf dan

nahi munkar kepada siapapun yang terindikasi ikut melakukan penyebaran paham

legalisasi LGBT

h. Lembaga lembaga donor dan kaum berpunya dikalangan muslim, perlu

memberikan beasiswa secara khusus kepada calon calon doktor yang bersedia

menulis disertasi dan bersungguh sungguh untuk menekuni serta terjun dalam

arena dakwah khusus penyadaran pengidap LGBT

i. Media media massa muslim perlu menampilkan sebanyak mungkin kisah kisah

pertobatan orang orang LGBT dan mengajak mereka untuk aktif menyuarakan

pendapat mereka
j. Orang orang yang sadar LGBT perlu didukung dengan sarana dan prasarana yang

memadai khususnya oleh pemerintah agar mereka dapat berhimpun dan

memperdayakan dirinya dalam menjalani aktivitas kehidupan sehari hari


Pre test pengaruh promosi kesehatan menggunakan metode penyuluhan

terhadap peningkatan pengetahuan Remaja tentang LGBT di Jorong Rimbo

Kalam Kec.2x11 Kayutanam Tahun 2020

NO RES UMUR JK DIDK P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24P25 TTL
1 15 L SMP 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 14
2 17 L SMA 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 13
3 14 L SMP 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 12
4 15 L SMP 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 16
5 13 L SMP 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 14
6 18 L SMA 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 16
7 17 L SMA 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 20
8 14 L SMP 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 22
9 18 L SMA 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 13
10 15 L SMP 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19
11 14 L SMP 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 8
12 14 P SMP 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 17
13 18 P SMA 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 20
14 17 P SMA 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 11
15 17 P SMA 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 16
16 16 P SMP 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 18
17 15 P SMP 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21
18 15 P SMP 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 18
19 16 P SMP 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 21
20 16 P SMA 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 18
21 17 P SMP 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 20
22 18 P SMA 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 13
23 14 P SMP 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 20
24 14 P SMP 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 15
25 17 P SMA 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 13
26 18 P SMA 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 21
27 15 P SMP 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 18
28 16 L SMA 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 17
29 15 L SMA 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 19
30 17 L SMA 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 21
JUMLAH 27 25 24 23 25 13 16 18 19 23 15 20 24 12 22 26 19 23 16 17 23 20 19 17 18 504
%
Post test pengaruh promosi kesehatan menggunakan metode penyuluhan

terhadap peningkatan pengetahuan Remaja tentang LGBT di Jorong Rimbo

Kalam Kec.2x11 Kayutanam Tahun 2020

NO RES UMUR JK Ddk P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 TTL
1 15 L SMP 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 20
2 17 L SMA 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 21
3 14 L SMP 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 21
4 15 L SMP 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 20
5 13 L SMP 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 22
6 18 L SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 23
7 17 L SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 20
8 14 L SMP 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 21
9 18 L SMA 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 20
10 15 L SMP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
11 14 L SMP 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 18
12 14 P SMP 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 19
13 18 P SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25
14 17 P SMA 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
15 17 P SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 19
16 16 P SMP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25
17 15 P SMP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 21
18 15 P SMP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 20
19 16 P SMP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 18
20 16 P SMA 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 18
21 17 P SMP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 21
22 18 P SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 23
23 14 P SMP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 19
24 14 P SMP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23
25 17 P SMA 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 22
26 18 P SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 23
27 15 P SMP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 21
28 16 L SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25
29 15 L SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 24
30 17 L SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 23
jumlah 30 30 25 30 27 28 29 27 25 24 26 18 25 25 24 24 24 21 27 25 29 26 28 18 22 637
Hasil Pengolahan Data

Karakteristik Responden

Frequencies

Statistics
Umur

N Valid 30

Missing 0
Mean 15.87
Median 16.00
Mode 14a
Std. Deviation 1.456
Minimum 14
Maximum 18

Umur

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid 14 7 23.3 23.3 23.3

15 7 23.3 23.3 46.7

16 4 13.3 13.3 60.0

17 7 23.3 23.3 83.3

18 5 16.7 16.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Frequencies
Statistics
Jenis Kelamin

N Valid 30

Missing 0
Mean 1.53
Median 2.00
Mode 2
Std. Deviation .507
Minimum 1
Maximum 2

Jenis Kelamin

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid Laki laki 14 46.7 46.7 46.7

Perempuan 16 53.3 53.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Frequencies
Statistics
Pendidikan

N Valid 30

Missing 0
Mean 1.50
Median 1.50
Mode 1a
Std. Deviation .509
1

Minimum
Maximum 2

Pendidikan

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid SMP 15 50.0 50.0 50.0

SMA 15 50.0 50.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Explore

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

TOTAL PRE 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%


TEST
TOTAL POST 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
TEST
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

TOTAL PRE 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%


TEST

Descriptives

Std.
Statistic Error

TOTAL PRE Mean 16.80 .649


TEST
95% Confidence Lower Bound 15.47
Interval for Mean
Upper Bound 18.13

5% Trimmed Mean 16.96

Median 17.50

Variance 12.648

Std. Deviation 3.556

Minimum 8

Maximum 22

Range 14

Interquartile Range 6

Skewness -.543 .427


Kurtosis -.400 .833

TOTAL POST Mean 21.23 .377


TEST
95% Confidence Lower Bound 20.46
Interval for Mean
Upper Bound 22.00

5% Trimmed Mean 21.20

Median 21.00

Variance 4.254

Std. Deviation 2.063

Minimum 18

Maximum 25

Range 7

Interquartile Range 3

Skewness .271 .427

Kurtosis -.692 .833

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

TOTAL PRE .132 30 .192 .945 30 .128


TEST
TOTAL POST .145 30 .108 .946 30 .129
TEST

TOTAL PRE TEST

TOTAL PRE TEST Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf


1,00 0. 8

8,00 1 . 12333344

12,00 1 . 566677888899

9,00 2 . 000011112

Stem width: 10

Each leaf: 1 case(s)

TOTAL POST TEST

TOTAL POST TEST Stem-and-Leaf Plot


Frequency Stem & Leaf

3,00 18 . 000

3,00 19 . 000

6,00 20 . 000000

6,00 21 . 000000

3,00 22 . 000

5,00 23 . 00000

1,00 24 . 0

3,00 25 . 000

Stem width: 1

Each leaf: 1 case(s)


T-Test

Paired Samples Statistics

Std. Std. Error


Mean N Deviation Mean

Pair 1 TOTAL PRE 16.80 30 3.556 .649


TEST

TOTAL POST 21.23 30 2.063 .377


TEST

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 TOTAL PRE TEST & 30 .181 .340


TOTAL POST TEST
Paired Samples Test

Sig. (2-
Paired Differences t df tailed)

95% Confidence
Interval of the
Std. Std. Difference
Deviati Error
Mean on Mean Lower Upper

Pair TOTAL PRE - 3.775 .689 -5.843 -3.024 - 29 .000


1 TEST - 4.433 6.432
TOTAL POST
TEST
LEMBARAN KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

Nama Mahasiswa : Ilma Hasanati

NPM : 17 100 731 306 71

Jurusan : D III Keperawatan

Pembimbing : Dalina Gusti, SKM, M.Kes

Judul KTI :Pengaruh promosi kesehatan menggunakan metode


penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan remaja tentang
LGBT Jorong Rimbo Kalam Kec.2x11 Kayutanam tahun
2020.

Bimbingan Hari / Materi Bimbingan Paraf


ke Pembimbi
Tanggal ng
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Diri

Nama : Ilma Hasanati

Tempat/ Tanggal lahir : Pasir Lawas, 13 April 2020

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Kawin : Belum Kawin

Alamat : Sakayan Jambak, Anduriang, Kec. 2x 11 Kayu

Tanam, Kab. Padang Pariaman

Nama Ayah : Zainul Abidin

Nama Ibu : Rabakni

Jumlah Bersaudara : Anak ke-4 dari 5 Bersaudara

Riwayat Pendidikan :

1. SDN 16 2x 11 Kayu tanam Tahun 2011

2. SMPN 04 2X 11 Kayu tanam Tahun 2014

3. SMAN 01 Enam Lingkung Lulus Tahun 2017

4. Akademi Keperawatan Baiturrahmah Padang

Tahun 2017 Sampai Sekarang


Dokumentasi Penelitian

Anda mungkin juga menyukai