Anda di halaman 1dari 148

SKRIPSI

“PENGARUH KONSELING GIZI DIDAHI MEDIA FLASHCARD


TERHADAP PENGETAHUAN, ASUPAN DIET DASH (DIETARY
APPROACHES TO STOP HYPERTENSION) PADA PENDERITA
HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
JEMBATAN KECIL KOTA BENGKULU
TAHUN 2020”

DISUSUN OLEH:

TRI ANTINI
NIM : P05130216036

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI GIZI DAN DIETETIKA
PROGRAM SARJANA TERAPAN
TAHUN 2020
i
ii
BIODATA PENULIS

Nama : Tri Antini


Nim : P0 5130216 036
Agama : Islam
TTL : Kedurang, 10 Juni 1997
Nama Ayah : Narlan
Nama Ibu : Yaniah
Anak : Ke-3 (Tiga)
Alamat : Jl GG sdn 43 Curup. Kec. Air Putih Lama Kab.
Rejang Lebong
Email : triantini16@gmail.Com
No Hp : 082269541900
Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 43 Curup
2. MTS Baitul Makmur Curup
3. SMA Negeri 01 Curup Selatan
4. Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika Poltekkes
Kemenkes Bengkulu

iii
MOTTO

Tetap percaya, tidak pernah ada kata terlambat, sukses itu

bukan hal yang kebetulan, jangan pernah berhenti berusaha,

lakukanlah dengan sungguh-sungguh, bersemangatlah maka

semuanya bisa menjadi mungkin.

(penulis)

Jika kamu ingin sukses, maka kemauanmun untuk berhasil

harus lebih besar dari ketakutanmu akan kegagalan

(penulis)

“Man jadda wajadda (Barangsiapa yang bersungguh

sungguh, maka dia akan berhasil)”

“Kesuksesan itu nggak kayak Indomie yang bisa dinikmati

dengan proses instan. Karena kesuksesan itu adalah anak

dari ketekunan dan kesabaran”

(Alitt Susanto)

iv
PERSEMBAHAN

Jangan pernah berhenti bermimpi, dan teruslah berusaha karena


usahamu akan mengantarkan sebuah keajaiban.
Persembahan tugas akhir skripsi ini untuk yang pertama kupersembahkan
kepada :
Allah SWT karena atas berkah dan rahmatnya lah Skripsi ini dapat
terselesaikan
Untuk Kedua orang tuaku tercinta yang telah berjuang membesarkanku
tanpa kenal lelah, berjuang mencari uang jerih payah demi
menyekolahkanku sampai aku bisa mencapai gelar ini yang memberikan
kasih sayang tanpa henti yang selalu mendoakanku dan selalu memberi
semangat untuk tidak menyerah, yang selalu mensupport untuk
menjadi orang sukses, hingga aku bisa sekuat ini tanpa kalian aku bukan
siapa-siapa. Semoga aku bisa membahagiakan kalian, dan Sehat selalu
mamak dan bapakku.
Untuk kedua kakakku terima kasih telah mendukung dan selalu
memberikan semangat untuk aku bisa mencapai semua ini terima kasih
telah menjadi kakak yang sabar menghadapi aku, yang selalu
memberikan motivasi untuk menjadi orang sukses.
Kedua dosen pembimbing ku bunda Emy Yuliantini, SKM., MPH dan
bunda Jumiyati, SKM., M.Gizi yang selalu sabar membimbing,
memberikan semangat dan masukan untuk dapat menyelesaikan skripsi
ini tepat pada waktunya.
Sahabat, dan teman perjuanganku, (Dwi Putri Cahyati, Dahlia Habibah,
kuratul ikrimah, dan Anggeta Libriani) yang telah membantu, memberi
motivasi, dan saling menyemangati satu sama lain, sedih, senang, duka,

v
keluh kesah, menangis bareng, semua kita lewati bersama selama 4
tahun ini. Semoga kita tetap menjadi sahabat yang baik selamanya.
Seluruh dosen pengajar jurusan gizi yang telah mendidik kami tanpa
kenal lelah dan memberi ilmu yang bermanfaat untuk kami. Terima
kasih atas kesabaran dalam menghadapi sifat-sifat kami yang berbeda-
beda, yang selalu memberikan semangat untuk terus belajar,
memberikan motivasi untuk tetap semangat, banyak sekali ilmu yang
kami dapatkan dari kalian, maafkan kami yang terkadang sering
membuat kalian kesal, hingga terkadang membuat kalian sedih dengan
tingkah laku kami yang kurang baik, kalian guru kami tanpa tanda jasa.
Teman-teman seperjuangan DIV GIZI angkatan 2016 yang tak bisa
disebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan, saling
menyemangati satu sama lain, teman seperjuangan, banyak cerita yang
telah kita lalui bersma selama empat tahun ini yang telah memberikan
arti kekeluargaan .

vi
Program Studi Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika Poltekkes Kemenkes
Bengkulu
Skripsi, 9 Juni 2020

TRI ANTINI

Pengaruh Konseling Gizi Didahi Media Flashcard Terhadap Pengetahuan,


Asupan Diet DASH (Dietary Approaches To Stop Hypertension) pada
Penderita Hipertensi Diwilayah Kerja Puskesmas
Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2020

ABSTRAK

Latar Belakang. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang dapat menyebabkan
kematian, semakin tinggi tekanan darah maka risiko komplikasi akan semakin
besar. Salah satu Diet yang dianjurkan untuk hipertensi adalah diet DASH
(Dietary Approach to Stop Hypertension). Puskesmas Jembatan Kecil termasuk
nomor dua yang tertingggi penderita hipertensi 12,7%. Tujuan penelitian untuk
mengetahui Pengaruh Konseling Gizi DiDaHi Media Flashcard Terhadap
Pengetahuan, Asupan Diet DASH (Natrium, Serat, dan Kalium) pada Penderita
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu.
Desain. Penelitian menggunakan quasy eksperimental dengan rancangan non
randomized control group pre-test – post tes. Teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan cara purposive sampling. Jumlah 40 responden, sebanyak 20
orang kelompok intervensi dan 20 orang kelompok kontrol. Data yang
dikumpulkan yaitu pengetahuan, dan asupan Diet DASH (serat, natrium, dan
kalium), instrument yang digunakan kuisioner dan from recall. Analisis data
bivariat menggunakan uji wilcoxon dan uji mann whitney.
Hasil. Berdasarkan hasil penelitian sebelum dan sesudah diberikan intervensi
pengetahuan, asupan natrium dan kalium nilai p-value <0,05 sedangkan pada
kelompok kontrol pengetahuan, asupan natrium, serat, dan kalium nilai p-value
<0,05.
Kesimpulan. Adanya pengaruh konseling gizi terhadap pengetahuan, asupan
natrium, dan kalium kelompok intervensi, sedangkan pada kelompok kontrol tidak
adanya pengaruh pengetahuan, asupan natrium, serat dan kalium terhadap
penderita hipertensi.
Saran. Penelitian ini perlu ditambahkannya konseling gizi tentang Diet DASH
untuk penderita hipertensi pada saat melakukan penelitian dikarenakan banyaknya
responden yang belum mengetahui tentang pola Diet DASH.

Kata kunci: Pengetahuan, Asupan Diet DASH (Natrium, Serat, dan Kalium),
Hipertensi.
Daftar Pustaka : 80 (2002-2018)

vii
Applied Nutrition and Dietetics Undergraduate Study Program Poltekkes
Ministry of Health Bengkulu

Thesis, Juni 09, 2020


TRI ANTINI
Effects of Nutrition Counseling on Forehead of Flashcard Media on
Knowledge, Diet Dash (Dietary Approaches To Stop Hypertension)
Intake Patients with hypertension in the working area of the Little
Bridge Health Center Bengkulu City in 2020

ABSTRACT
Background. Hypertension is high blood pressure that can cause death, the
higher the blood pressure, the greater the risk of complications. One of the
recommended diets for hypertension is the DASH (Dietary Approach to Stop
Hypertension) diet. The Little Bridge Health Center is number two, the highest
hypertension sufferer is 12.7%. The purpose of this study was to determine the
Effect of Nutrition Counseling in the Media of Flashcards on Knowledge, DASH
(Sodium, Fiber, and Potassium) Diet for Hypertension Patients in the Work Area
of the Jembatan Jembatan Puskesmas of Bengkulu City.
The design. The study used an experimental quasy design with a non randomized
control group pre-test - post test. The sampling technique is done by purposive
sampling. The number of 40 respondents, as many as 20 people in the intervention
group and 20 in the control group. Data collected were knowledge, and dietary
intake of DASH (fiber, sodium, and potassium), instruments used questionnaire
and from recall. Bivariate data analysis using Wilcoxon test and Mann Whitney
test.
Results. Based on the results of research before and after the intervention of
knowledge, sodium and potassium intake p-value <0.05 while in the control group
of knowledge, intake of sodium, fiber, and potassium p-value <0.05.
Conclusion. The influence of nutritional counseling on knowledge, sodium
intake, and potassium in the intervention group, while in the control group there
was no effect of knowledge, sodium, fiber and potassium intake on hypertensive
patients.
Suggestion. This research needs to add nutritional counseling about the DASH
Diet for hypertension sufferers when conducting research because many
respondents do not know about the DASH Diet pattern.

Keywords: Knowledge, DASH Diet Intake (Natrium, Serat, dan Kalium),


Hypertension
references: 80 (2002-2018)

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan untuk Allah SWT yang maha sempurna, dengan
limpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal
skripsi dengan judul “Pengaruh Konseling Gizi DiDaHi Media Flashcard Terhadap
Pengetahuan, Asupan Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) pada
Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu
Tahun 2020” sebagai syarat untuk menyelesaikan proposal skripsi.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Terapan Gizi di Poltekkes Kemenkes Bengkulu. Penulis menyadari akan keterbatasan
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya
membangun merupakan input dalam penyempurnaan selanjutnya. Semoga dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang dan
masyarakat pada umumnya.
Penyelesaian skripsi ini penyusun telah mendapat masukan dan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Darwis, S.Kp., M.Kes sebagai Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Bengkulu yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan di jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Bengkulu.
2. Ibu Kamsiah, SST., M.Kes sebagai Ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Bengkulu yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan di Prodi DIV Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Bengkulu.
3. Ibu Miratul Haya, SKM., M.Gizi sebagai Ketua Prodi Sarjana Terapan Gizi Dan
Dietetika Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Bengkulu yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Prodi DIV Gizi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Bengkulu.
4. Ibu Emy Yuliantini, SKM,. MPH sebagai Pembimbing I yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan dengan sabar dan penuh perhatian
dalam menyelesaikan Skripsi
5. Ibu Jumiyati, SKM,. M.Gizi sebagai Pembimbing II yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan dan arahan dengan sabar dan penuh perhatian dalam
menyelesaikan Skripsi.
6. Ibu Dr. Demsa Simbolon, SKM., MKM sebagai penguji I yang telah meluangkan
waktu dan memberikan saran dalam penyusunan Skripsi.

ix
7. Ibu Yenni Okfrianti, STP., MP sebagai penguji II yang telah meluangkan waktu dan
memberikan saran dalam penyusunan Skripsi.
8. Kedua orang tua, dan kakak saya yang sangat aku cintai dan sayangi yang selalu
mendoakan dan memberikan dukungan semangat kepada penulis untuk menggapai
cita-cita.
9. Seluruh teman-teman mahasiswa/mahasiswi DIV Gizi angkatan ke-5 teman
seperjuangan yang menyemangati satu sama lain dan saling membantu agar tetap
semangat dalam menyusun Skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini penyusun mengharapkan adanya kritik dan saran
agar dapat membantu perbaikan selanjutnya.

Bengkulu, 2020

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................


LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR BAGAN ........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................ 7
1.5 Keaslian Penelitian ........................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 10


2.1 Tekanan Darah .................................................................. 10
2.1.1 Definisi Tekanan Darah ........................................... 10
2.1.2 Fisiologi Tekanan Darah .......................................... 10
2.1.3 Pengukuran Tekanan Darah ..................................... 12
2.2 Hipertensi ........................................................................... 15
2.2.1 Definisi Hipertensi ................................................... 15
2.2.2 Etiologi Hipertensi ................................................... 15
2.2.3 Klasifikasi Tekanan Darah pada Hipertensi ............ 19
2.2.4 Patofisiologi Hipertensi ........................................... 20
2.3 Faktor Resiko yang dapat diubah dan yang tidak bisa ...... 22
2.3.1 Faktor Resiko yang bisa dirubah ............................. 22
2.3.1 Faktor Resiko yang tidak bisa dirubah .................... 24
2.4 Manifestasi Klinis ............................................................. 25
2.5 Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) .. 26
2.6 Hubungan Diet DASH dengan Tekanan Darah ................. 31
2.7 Media ................................................................................. 33
2.7.1 Pengertian Media ..................................................... 33
2.7.2 Jenis Media .............................................................. 34
2.7.3 Manfaat Media ......................................................... 34
2.8 Media Flashcard ................................................................ 35
2.8.1 Pengertian Flashcard ............................................... 35
2.8.2 Kelebihan Flashcard ............................................... 36
2.8.3 penggunaan Flashcard............................................. 36
2.8.4 Pembuatan Flashcard .............................................. 37
2.9 Konseling .......................................................................... 37
2.10 Pengetahuan ....................................................................... 47
2.11 Food Recall ........................................................................ 50

xi
2.12 Kerangka Teori ................................................................. 53

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 55


3.1 Desain Penelitian .............................................................. 55
3.2 Kerangka Konsep ............................................................... 56
3.3 Definisi Operasional .......................................................... 57
3.4 Alur Penelitian ................................................................... 58
3.4 Populasi Penelitian............................................................. 60
3.5 Besar Sampel ..................................................................... 60
3.6 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 62
3.7 Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data ................. 62
3.7.1 Jenis Data .................................................................. 62
3.7.2 Cara Pengumpulan Data ........................................... 63
3.8 Etika Penelitian ................................................................ 66
3.9 Jalannya Penelitian .......................................................... 66

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 68


4.1 Jalannya Penelitian .......................................................... 68
4.2 Hasil Penelitian ................................................................ 70
4.2.1 Analisis Univariat ................................................... 70
4.2.2 Analisis Bivariat ..................................................... 76
4.3 Pembahasan ........................................................................ 76

BAB V KESIMPULAN ............................................................................... 93


5.1 Kesimpulan ......................................................................... 93
5.2 Saran ................................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 95


LAMPIRAN .................................................................................................. 101

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ....................................................................... 9


Tabel 2.1 Batas Batasan Hipertensi .............................................................. 19
Tabel 2.3 Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) ............. 31
Tabel 2.4 Golongan Media............................................................................. 34
Tabel 2.4 Definisi Operasional ..................................................................... 57

xiii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori............................................................................ 53


Bagan 3.1 Kerangka Konsep ........................................................................ 56

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan suatu penyakit yang sering dijumpai di Indonesia.

Penyakit hipertensi dapat menyerang siapa saja tidak memandang dari

kelompok umur dan kelompok sosial serta ekonomi, dengan semakin

bertambahnya usia, maka kemungkinan seseorang menderita hipertensi akan

semakin besar. Pengaruh usia terhadap kemunculan stres juga sering terjadi

(Tilong,2012). Diagnosis hipertensi ditegakkan apabila tekanan darah sistolik

sama dengan atau diatas 140 mmHg dan diastolik diatas 90 mmHg pada dua

kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang (Kemenkes 2014).

Pengaruh asupan tinggi natrium terhadap timbulnya hipertensi terjadi

melalui peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah,

Kelebihan asupan natrium akan meningkatkan cairan dari sel, dimana air akan

bergerak ke arah larutan elektrolit yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi.

Hal ini bisa mengakibatkan peningkatan volume plasma darah dan akan

meningkatkan curah jantung, sehingga tekanan darah meningkat (Lestari D,

2010).

Hipertensi ada dua macam yaitu hipertensi esensial dan hipertensi

sekunder. Hipertensi esensial merupakan penyakit yang tidak diketahui

penyebabnya atau dengan kata lain merupakan penyakit yang tidak didahului

dengan penyakit lain dan mengambil porsi 90% dari seluruh kejadian

1
2

hipertensi. Hipertensi bisa menyebabkan faktor risiko terjadinya

penyakitjantung koroner, stroke, infark miokardia, gagal jantung, dan penyakit

ginjal. Wanita maupun pria memiliki risiko yang sama terhadap hipertensi.

Prevalensi hipertensi ini meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Hal ini

disebabkan karena adanya tekanan arterial yang meningkat sesuai dengan

bertambahnya usia, terjadinya regurgitasi aorta, serta adanya proses

degeneratif (Kumairoh 2007).

Peningkatan tekanan darah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko

antara lain meliputi umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, obesitas, kadar

garam tinggi, dan kebiasaan hidup seperti merokok dan minuman beralkohol.

Dalam memiliki faktor resiko ini untuk lebih melakukan upaya-upaya

preventif, contohnya yang paling sederhana yaitu rutin kontrol tekanan darah

lebih dari satu kali, serta berusaha menghindari faktor-faktor pencetus

hipertensi (Baradiro, 2008).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, World Health Organization

2012) sedikitnya sejumlah 839 juta kasus hipertensi, diperkirakan menjadi

1,15 milyar pada tahun 2025 atau sekitar 29% dari total penduduk dunia,

dimana penderitanya lebih banyak pada wanita (30%) dibanding pria (29%).

Di Indonesia, pada tahun 2018, Riskesdas menunjukkan bahwa angka

hipertensi di Indonesia untuk usia delapan belas tahun ke atas sebesar 8,4%.

Disamping itu, hipertensi paling banyak terjadi pada usia 75 tahun ke atas

(69,5%) dan lebih banyak terjadi pada perempuan (36,9%) dibandingkan laki-

laki (31,3%).
3

Berdasarkan hasil Profil Kesehatan di Provinsi Bengkulu pada tahun 2018

jumlah estimasi penderita ≥ 15 tahun mencapai 899.010 orang, mendapat

pelayanan sesuai standar sebanyak 83,193 orang (9%), hipertensi tertinggi

terdapat di Wilayah Kecamatan Selebar Puskesmas Basuki Rahmad pada laki-

laki 3.292 jiwa dan pada perempuan 4.172 jiwa, sedangkan yang kedua pada

Wilayah Singaran Pati Puskesmas Jembatan Kecil pada laki-laki 2.701, dan

perempuan 3.141.

Salah satu cara untuk mengontrol hipertensi dengan DIDAHI yaitu Diet

DASH (Dietary Approach To Stop Hypertension) Hipertensi yang merupakan

suatu pengaturan pola makan dengan diet sayuran serta buah yang banyak

mengandung serat pangan (30 gram/ hari) dan mineral (kalium,magnesium

serta kalsium) sementara asupan garamnya di batasi. Diit DASH ini tidak

hanya mengontrol tekanan darah agar mencapai dalam kisaran normal atau

terkontrol, namun juga berperan dalam pencegahan hipertensi (Andry, 2010 ).

Pola diet DASH merupakan pola diet yang menekankan konsumsi bahan

makanan rendah natrium (<2300 mg/hari), tinggi kalium (4700 mg/hari),

magnesium (>420 mg/hari), kalsium (>1000 mg/hari), dan serat (25-30 g/hari)

yang terdapat pada buah-buahan dan sayuran segar, produk susu rendah

lemak, rendah asupan lemak dan rendah lemak jenuh, kolesterol, serealia utuh

(whole grain), ikan, unggas, dan kacang-kacangan; mengurangi daging merah,

gula, serta minuman manis (Vollmer, dkk, 2001).

Teori diet DASH menunjukkan bahwa kalium mempunyai peranan

penting dalam membantu penurunan tekanan darah. Kalium banyak


4

terdapat dalam bahan makanan mentah atau segar. Kalium merupakan

sebagai salah satu mineral yang menjaga keseimbangan cairan dan

elektrolit mempunyai efek natriuretik dan diuretik yang meningkatkan

pengeluaran natrium dan cairan dari dalam tubuh (Lestari D, 2010). Serat

juga dapat menurunkan hipertensi, hal ini dikarenakan serat bisa

mengikat garam empedu, mencegah penyerapan kolesterol dalam

usus, dan meningkatkan pengeluaran asam empedu melalui feces (Lestari

2012).

Bahan makanan yang terdapat dalam pola diet DASH yaitu produk

serealia 7-6 penukar perhari, sayuran sebanyak 4-5 penukar perhari, buah-

buahan 4-5 penukar perhari, produk susu rendah atau tanpa lemak 2-3 perhari,

ikan, daging, dan unggas tidak lebih dari 2 penukar perhari, kacang-kacangan

4-5 penukar per minggu, minyak 2-3 penukar dalam sehari, dan pemanis 5

penukar per minggu (Mahan, L, Kathleen 2012).

Terdapat penelitian mengenai pengaruh pemberian konseling diet DASH

terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi. Hasil penelitian

ini terdapat penurunan nilai tekanan darah sistolik sebesar 16,1/9,9 mmHg

pada intervensi pola diet DASH secara signifikan pada penderita pre

hipertensi dan hipertensi I yaitu sebesar 10.6 mmHg, namun tidak pada

tekanan darah diastolik, yaitu sebesar 2.2 mmHg (Dewifianita 2017).

Peningkatan kesadaran dan pengetahuan gizi tentang pentingnya

pengetahuan hipertensi, asupan Diet DASH dapat dilakukan melalui kegiatan

konseling gizi, dalam praktiknya konseling membutuhkan media. Media


5

merupakan alat bantu pendidikan untuk menyampaikan pesan kesehatan

sehingga mempermudah penerimaan pesan kesehatan bagi masyarakat.

Namun sampai saat ini penggunaan media hanya terbatas pada leaflet saja

Widiyaningsih (2017).

Berdasarkan penelitian Widiyaningsih (2017) tentang pengaruh

pemberian konseling dengan media Leaflet dan mini Flashcard terhadap

asupan makan dan perubahan z-score BB/U balita. Hasil penelitiannya

terdapat pada perlakuan media mini flashcard dan leaflet bahwa Perubahan

asupan energi, asupan protein dan z-score BB/U pada kelompok mini

flashcard lebih tinggi dibanding kelompok leaflet.

Media flashcard merupakan kartu belajar efektif yang biasanya berisi

gambar, teks, atau tanda simbol yang digunakan untuk membantu

mengingatkan atau mengarahkan kepada sesuatu yang berhubungan

dengan gambar, teks, atau tanda simbol yang ada pada kartu biasanya

berukuran 25x30cm, serta dapat merangsang pikiran dan minat sehingga

lebih mempermudah untuk proses belajar (Supriasa 2002).

Berdasarkan Latar Belakang peneliti tertatarik untuk meneliti tentang

pengaruh pemberian konseling gizi dengan media flashcard terhadap

pengetahuan, asupan Diet DASH pada penderita hipertensi. Hasil penelitian

diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan penggunaan media baru

dalam konseling gizi yaitu modifikasi flashcard dapat mulai di terapkan.


6

1.2 Rumusan Masalah

Salah satu masalah kesehatan yang paling banyak muncul di perkotaan

adalah hipertensi penyakit ini disebut sebagai The Silent Killer karena

penyakit mematikan ini sering sekali tidak menunjukkan gejala atau

tersembunyi. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok

umur dan kelompok sosial ekonomi, dengan semakin bertambahnya usia,

kemungkinan seseorang menderita hipertensi semakin besar. Di Kota

Bengkulu berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Kota Bengkulu Wilayah

Singaran Pati Puskesmas Jembatan Kecil termasuk nomor dua yang tertingggi

penderita hipertensinya yaitu pada laki-laki 2.701, dan perempuan 3.141

dengan total jumlah persentase 12,7%, sehingga peneliti tertarik untuk

meneliti pemberian konseling dengan media flashcard terhadap pengetahuan,

asupan Diet DASH pada penderita hipertensi.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahui Pengaruh Konseling Gizi DiDaHi Media Flashcard

Terhadap Pengetahuan, Asupan Diet DASH pada Penderita Hipertensi

Dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Tahun 2020.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahui karakteristik penderita hipertensi dari umur, jenis

kelamin, pendidikan dan pekerjaan.

2. Diketahui perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan

konseling gizi DiDaHi media flashcard pada kelompok intervensi


7

dan kontrol terhadap penderita hipertensi dewasa di wilayah Kerja

Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu tahun 2020.

3. Diketahui perbedaan asupan natrium sebelum dan sesudah diberikan

konseling gizi DiDaHi media flashcard pada pada kelompok

intervensi dan kontrol terhadap penderita hipertensi dewasa di

wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu tahun

2020.

4. Diketahui perbedaan asupan serat sebelum dan sesudah diberikan

konseling gizi DiDaHi media flashcard pada pada kelompok

intervensi dan kontrol terhadap penderita hipertensi dewasa di

wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu tahun

2020.

5. Diketahui perbedaan asupan kalium sebelum dan sesudah diberikan

konseling gizi DiDaHi media flashcard pada pada kelompok

intervensi dan kontrol terhadap penderita hipertensi dewasa di

wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu tahun

2020.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Pasien Hipertensi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan

pengetahuan, dan tentang pentingnya asupan Diet DASH untuk

penderita hipertensi sehingga dapat mengetahui diet yang tepat dalam

konsumsi makanan sehari-hari.


8

1.4.2 Bagi Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu

Hasil penelitian ini dapat memberi informasi atau masukan tentang

pengaruh konseling gizi DiDaHi media flashcard tentang Diet DASH

pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Jembatan Kecil

Kota Bengkulu Tahun 2020.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

masukan bagi masyarakat agar dapat mengatur kebiasaan makan yang

lebih baik dengan diaplikasikanya Diet DASH.


9

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Penelitian yang pernah dilakukan

Nama Judul penelitian Jenis Subyek Hasil/Kesimpulan Penelitian


peneliti/t Penelitian Penelitian
ahun
Siti Nur The Effect Of queasy hipertensi Terdapat penurunan pada tekanan
Luthfiana, Dietary Approach To experiment berumur 30- darah pasien hipertensi secara
(2019) Stop Hypertension al 45 tahun signifikan dengan perbedaan
(Dash) Counseling perbedaan rata-rata 0,0215 untuk
On Reducing Blood sistol dan 0,0232 untuk diastole.
Pressure Kesimpulan: Konseling diet Dash
dapat mengurangi tekanan darah
pada pasien hipertensi.
Rista Hubungan Penerapan non seluruh Terdapat hubungan yang signifikan
Apriana Metode Dash eksperimen lansia di antara penerapan metode DASH
(2017) (Dietary Approach research Kelurahan dengan tingkat hipertensi pada
To Stop Tambakharjo lansia
Hypertension) Semarang
Dengan Tingkat Barat,
Hipertensi
Rosdiana Pengaruh Pendidikan Quasi penderita Terdapat perbedaan tekanan darah
Palupi Kesehatan Dietary Experiment hipertensi di sistolik antara kelompok intervensi
Rahmawa Approaches To Stop al Desa dan kontrol setelah pendidikan
ti (2016) Hypertension (Dash) Salamrejo kesehatan diet DASH, dimana
Terhadap Tekanan yang berusia tekanan sistolik kelompok
Darah Pada Penderita dewasa intervensi lebih rendah daripada
Hipertensi Di Desa maksimal 60 kelompok kontrol (p=0,0001).
Salamrejo, Sentolo, tahun
Kulon Progo
Rizky Pengaruh Pemberian Quasi usia 46-80 Terdapat penurunan nilai tekanan
Dewifiani Konseling Diet Dash Experiment tahun darah sebesar 16.1/9.9 mmHg pada
ta (2017) (Dietary Approach al intervensi pola diet DASH (Dietary
To Stop Approach to Stop Hypertension)
Hypertension) yang dikombinasikan dengan
Terhadap Perubahan pengendalian berat badan,
Tekanan Darah Pada penurunan sebesar 11.2/7.5 mmHg
Penderita Hipertensi pada intervensi pola diet DASH
Peserta Prolanis Di saja dan penurunan sebesar 3.4/3.8
Puskesmas Sentolo I mmHg pada kelompok control.
Kabupaten Terdapat penurunan nilai tekanan
Kulonprogo darah sistolik secara signifikan
pada penderita pre hipertensi dan
hipertensi I yaitu sebesar 10.6
mmHg, namun tidak pada tekanan
darah diastolik, yaitu sebesar 2.2
mmHg
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tekanan Darah

2.1.1 Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan suatu ukuran daya yang mengarahkan

darah untuk mengalir melalui sirkulasi tubuh. Tekanan darah diperlukan

tubuh untuk membawa oksigen dan zat gizi lain ke jaringan tubuh.

Tanpa tekanan darah, energi dan nutrisi penting untuk jantung,otak,

ginjal, dan organ-organ lain tidak dapat terpenuhi (Townsend,2010).

Tekanan darah tiap orang sangat bervariasi. Bayi dan anak-

anak secara normal memiliki tekanan darah lebih rendah

dibandingkan usia dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh

aktivitas fisik, dimana tekanan darah akan lebih tinggi ketika

seseorang melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika sedang

beristirahat (Sutanto, 2010).

2.1.2 Fisiologi Tekanan Darah

Dua penentu tekanan arteri rerata adalah curah jantung dan

resistensi perifer total (Sherwood, 2011). Curah jantung adalah jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dalam satu satuan waktu. Dalam

keadaan istirahat, seorang laki-laki dengan posisi terlentang mempunyai

curah jantung sebesar 5 /menit. Volume darah total rerata adalah 5

sampai 5,5 liter, maka masing-masing paruh jantung setiap menit

memompa setara dengan seluruh volume darah (Ganong, 2013). Curah

10
11

jantung bergantung pada stroke volume (isi sekuncup) dan denyut

jantung (Sherwood, 2011). Denyut jantung dikontrol oleh sistem saraf

otonom, dimana sistem saraf simpatis meningkatkan denyut jantung dan

parasimpatis menurunkannya. Denyut jantung normal saat istirahat

adalah 70 kali/menit (Ganong, 2013).

Stroke volume adalah jumlah darah yang dipompakan dalam satu

detak jantung. Jumlahnya sekitar 70 mL dari setiap ventrikel pada lelaki

dewasa dalam keadaan istirahat dan posisi terlentang. Stroke volume

meningkat sebagai respon terhadap aktivitas simpatis, yang merupakan

kontrol ekstrinsik stroke volume. Sistem saraf simpatis merangsang

serat-serat otot jantung untuk berkontraksi lebih kuat, sedangakan

parasimpatis memiliki efek yang berlawanan. Stroke volume juga

meningkat jika aliran balik vena meningkat, yang merupakan kontrol

intrinsik sekuncup sesuai hukum Frank-Sterling jantung.

Semakin besar aliran balik vena maka semakin besar pengisian

diastol kemudian semakin besar volume diastolik akhir dan ventrikel

jantung akan semakin teregang, dan sesuai Hukum Frank-Starling hal

ini akan mengakibatkan panjang awal serat otot sebelum berkontraksi

akan semakin besar. Kemudian peningkatan panjang menghasilkan

peningkatan kekuatan pada kontraksi selanjutnya sehinggastroke

volumejuga meningkat.

Aliran balik vena juga meningkat oleh vasokontriksi vena. Volume

sirkulasi darah efektif juga mempengaruhi seberapa banyak darah


12

dikembalikan ke jantung. Volume darah jangka pendek bergantung

pada ukuran perpindahan cairan bulkflow pasif antara plasma dan

cairan interstitium menembus dinding kapiler.

Penentu utama lain tekanan arteri rerata, resistensi perifer total,

bergantung pada jari-jari semua arteriol serta kekentalan darah. Faktor

utama yang menentukan kekentalan darah adalah jumlah sel darah

merah. Namun, jari-jari arteriol adalah faktor yang lebih penting dalam

menentukan resistensi perifer total. Jari-jari arterial dipengaruhi oleh

kontrol metabolik lokal (intrinsik) yang menyamakan aliran darah

dengan kebutuhan metabolik. Jari-jari arteriol juga dipengaruhi oleh

aktivitas simpatis, suatu mekanisme kontrol ekstrinsik yang

menyebabkan vasokonstriksi arteriol untuk meningkatkan resistensi

perifer total dan tekanan arteri rerata. Jari-jari arteriol juga dipengaruhi

secara ekstrinsik oleh hormone vasopressin dan angiotensin II, yaitu

vasokonstriktor poten serta penting dalam keseimbangan garam dan air

(Sherwood, 2011).

2.1.3 Pengukuran Tekanan Darah

Prosedur pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer

manual (Susilo, 2013 dalam Suri, 2017) :

1. Responden duduk rileks dan tenang sekitar 5 menit.

2. Pemeriksan menjelaskan manfaat dari rileks, agar nilai tekanan

darah saat pengukuran tersebut dihasilkan nilai yang stabil.


13

3. Pasangkan manset pada salah satu lengan dengan jarak sisi

manset paling bawah 2,5 cm dari siku kemudian rekatkan dengan

baik.

4. Tangan responden diposisikan diatas meja dengan posisi telapak

tangan terbuka keatas dan sejajar dengan jantung.

5. Lengan yang terpasang manset harus bebas dari lapisan apapun.

6. Raba nadi pada lipatan lengan, lalu pompa alat hingga denyut

nadi tidak teraba kemudian dipompa kembali sampai tekanan

meningkat 30 mmHg.

7. Tempelkan stetoskop pada perabaan denyut nadi, lepaskan

pemompa perlahan-lahan dan dengarkan bunyi denyut nadi tersebut.

8. Catat tekanan darah sistolik yaitu nilai tekanan ketika denyut

nadi yang pertama kali terdengar dan tekanan darah diastolik

ketika bunyi denyut nadi sudah tidak terdengar.

9. Pengukuran sebaiknya dilakukan 2 kali dengan selang waktu 2

menit. Jika terdapat perbedaan hasil pengukuran sebesar 10 mmHg

atau lebih lakukan pengukuran untuk ke 3 kalinya.

10. Apabila responden tidak mampu duduk, pengukuran dapat dilakukan

dengan posisi baring, kemudian catat kondisi tersebut di lembar

catatan.

a. Persiapan Sphygmomanometer Sebelum Digunakan

1. Pasang dengan rapat manset atau sabuk tensimeter pada lengan

kiri atas pasien.


14

2. Tempatkan stetoskop pada telinga terapis.

3. Pastikan kepala stetoskop dalam posisi terbuka (on).

4. Cara memastikannya dengan mengetuk secara perlahan-lahan

pada area sensor kepala stetoskop.

5. Jika terdengar bunyi, maka stetoskop dalam kondisi on.

6. Cari denyut nadi atau arteri brakhialis di bagian siku dalam

lengan kiri pasien.

7. Biarkan lengan nyaman, kemudian letakkan kepala stetoskop

pada denyut nadi atau arteri tadi (gunakan tangan kiri).

8. Pastikan katup kantung tekanan dalam keadaan tertutup

(dengan memutar skrup searah jarum jam sampai rapat).

9. Persiapan Pasien Sebelum melakukan pemeriksaan tekanan

darah, berikut beberapa

b. persiapan yang perlu dilakukan oleh pasien

1. Beritahu pasien untuk menghindari latihan dan merokok

selama 30 menit sebelum pengukuran.

2. Jelaskan prosedur dan buatlah pasien istirahat sedikitnya 5

menit sebelum pengukuran.

3. Pastikan bahwa ruangan hangat dan terang. Buatlah pasien

dalam kondisi duduk.

4. Tentukan sisi anatomik terbaik untuk pengukuran tekanan darah,

seperti hindari lengan di sisi dimana telah dilakukan operasi

payudara atau ketiak dan pengangkatan jaringan limfe.


15

5. Hindari lengan atau tangan yang mengalami trauma, penyakit

atau lila lengan bawah telah diamputasi atau tetutup gips

atau balutan yang keras.

2.2 Hipertensi

2.2.1 Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu

peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri

yang mengangkut darah dari jantung dan memompa keseluruh

jaringan dan organ–organ tubuh secara terus–menerus lebih dari

suatu periode (Irianto, 2014). Hal ini terjadi bila arteriol–arteriol

konstriksi. Konstriksi arterioli membuat darah sulit mengalir dan

meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi

menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut

dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti,

2010).

Hipertensi dapat didifinisikan sebagai tekanan darah persisten

dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan

diastoliknya di atas 90 mmHg (Syamsudin, 2011).

2.2.2 Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua

golongan menurut Corwin (2009), Irianto (2014), Padila (2013),

Price dan Wilson (2006), Syamsudin (2011), Udjianti (2010) :

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer.


16

Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah

hipertensi esensial yang didefinisikan sebagai peningkatan

tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya (Idiopatik).

Beberapa faktor diduga berkaitan dengan berkembangnya

hipertensi esensial seperti berikut ini:

1. Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga

dengan hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan

penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat dikendalikan,

jika memiliki riwayat keluarga yang memliki tekanan darah

tinggi.

2. Jenis kelamin dan usia: laki –laki berusia 35-50 tahun dan

wanita menopause beresiko tinggi untuk mengalami

hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah

meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan serta jenis

kelamin laki–laki lebih tinggi dari pada perempuan.

3. Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara

langsung berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.

Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita dengan

mengurangi konsumsinya karena dengan mengkonsumsi

banyak garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan

cepat pada beberapa orang, khususnya dengan pendeita

hipertensi, diabetes, serta orang dengan usia yang tua karena

jika garam yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang


17

bertugas untuk mengolah garam akan menahan cairan lebih

banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh.

Banyaknya cairan yang tertahan menyebabkan

peningkatan pada volume darah seseorang atau dengan kata

lain pembuluh darah membawa lebih banyak cairan.

Tekanan darah yang besar dan kuat ini menyebabkan

seseorang menderita hipertensi. Konsumsi garam per hari yang

dianjurkan adalah sebesar 1500–2000 mg atau setara dengan satu

sendok teh. Perlu diingat bahwa sebagian orang sensitif terhadap

garam sehingga mengkonsumsi garam sedikit saja dapat menaikan

tekanan darah. Membatasi konsumsi garam sejak dini akan

membebaskan anda dari komplikasi yang bisa terjadi.

1. Berat badan: Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga

berat badan dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25%

diatas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan

tekanan darah atau hipertensi.

2. Gaya hidup: Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien

hidup dengan pola hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu

hipertensi itu terjadi yaitu merokok, dengan merokok berkaitan

dengan jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari dan

dapat menghabiskan berapa putung rokok dan lama merokok

berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol yang

sering, atau berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan


18

tekanan darah pasien sebaiknya jika memiliki tekanan darah

tinggi pasien diminta untuk menghindari alkohol agar tekanan

darah pasien dalam batas stabil dan pelihara gaya hidup sehat

penting agar terhindar dari komplikasi yang bisa terjadi.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh kasus

hipertensi adalah hipertensi sekunder, yang didefinisikan

sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik

yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid,

hipertensi endokrin, hipertensi renal, kelainan saraf pusat yang

dapat mengakibatkan hipertensi dari penyakit tersebut karena

hipertensi sekunder yang terkait dengan ginjal disebut hipertensi

ginjal (renal hypertension).

Gangguan ginjal yang paling banyak menyebabkan tekanan

darah tinggi karena adanya penyempitan pada arteri ginjal, yang

merupakan pembuluh darah utama penyuplai darah ke kedua

organ ginjal. Bila pasokan darah menurun maka ginjal akan

memproduksi berbagai zat yang meningkatkan tekanan darah

serta ganguuan yang terjadi pada tiroid juga merangsang

aktivitas jantung, meningkatkan produksi darah yang

mengakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh darah sehingga

mengakibtkan hipertensi.
19

Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain:

penggunaan kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurogenik

(tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris), kehamilan,

peningkatan volume intravaskuler, luka bakar, dan stress karena

stres bisa memicu sistem saraf simapatis sehingga

meningkatkan aktivitas jantung dan tekanan pada pembuluh darah.

2.2.3 Klasifikasi Tekanan Darah pada penderita Hipertensi

Menurut WHO (2013), batas normal tekanan darah adalah

tekanan darah sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah

diastolik kurang dari 80 mmHg. Seseorang yang dikatakan

hipertensi bila tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan

tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Berdasarkan The Joint

National Commite VIII (2014) tekanan darah dapat diklasifikasikan

berdasarkan usia dan penyakit tertentu. Diantaranya adalah :

Tabel 2.1 klasifikasi hipertensi


Batasan tekanan Kategori
darah (mmHg)
≥ 150/90 mmHg Usia ≥60 tahun tanpa penyakit diabetes dan
cronic kidney disease.
≥ 140/90 mmHg Usia 19-59 tahun tanpa penyakit penyerta.
≥ 140/90 mmHg Usia ≥ 18 tahun dengan penyakit ginjal.
≥ 140/90 mmHg Usia ≥ 18 tahun dengan penyakit diabetes.
Sumber : The Joint National Commite VIII (2014).
20

Tabel 2.2 klasifikasi hipertensi

Batasan tekanan Sistolik Diastolik


darah (mmHg)
Normal <120 mmHg <80 mmHg
Prehipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi stage 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi stage 2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
Hipertensi stage 3 ≥ 180 mmHg ≥ 110 mmHg
(keadaan gawat)
Sumber : American Heart Association (2014).

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi

primer dan hipertensi sekunder (Udjianti, 2010). Hipertensi primer

adalah peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya.

Dari 90% kasus hipertensi merupakan hipertensi primer. Beberapa

faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer

adalah genetik, jenis kelamin, usia, diet, berat badan, gaya hidup.

Hipertensi sekunder adalah peningkatan tekanan darah karena suatu

kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau

gangguan tiroid. Dari 10% kasus hipertensi merupakan hipertensi

sekunder. Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara

lain: penggunaan kontrasepsi oral, kehamilan, peningkatan volume

intravaskular, luka bakar dan stres (Udjianti, 2010).

2.2.4 Patofisiologi

Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac

output (curah jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output

(curah jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke volume

dengan heart rate (denyut jantug). Pengaturan tahanan perifer


21

dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon.

Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan

tekanan darah antara lain sistem baror eseptor arteri, pengaturan

volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi

vaskular (Udjianti, 2010).

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi

pembuluh darah terletak di vasomotor, pada medulla diotak. Pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah

korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia

simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui

sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.

Titik neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan

merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah,

dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan

konstriksi pembuluh darah (Padila, 2013).

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan

vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap

norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi (Padila, 2013). Meski etiologi hipertensi masih

belum jelas, banyak faktor diduga memegang peranan dalam genesis

hiepertensi seperti yang sudah dijelaskan dan faktor psikis, sistem


22

saraf, ginjal, jantung pembuluh darah, kortikosteroid,

katekolamin, angiotensin, sodium, dan air (Syamsudin, 2011).

Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai

respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla

adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi.

Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat

memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah (Padila, 2013).

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran

keginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang

pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini

cendrung mencetuskan keadaan hipertensi (Padila, 2013).

2.3 Faktor Resiko yang dapat diubah dan yang tidak bisa dapat diubah

pada hipertensi

2.3.1 Faktor resiko yang bisa dirubah

a. Usia Faktor usia

Usia merupakan salah satu faktor resiko yang berpengaruh terhadap

hipertensi karena dengan bertambahnya usia maka semakin tinggi

pula resiko mendapatkan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat


23

seiring dengan bertambahnya usia, hal ini disebabkan oleh

perubahan alamiah dalam tubuh yang mempengaruhi pembuluh

darah, hormon serta jantung (Triyanto, 2014).

b. Lingkungan (stres)

Faktor lingkungan seperti stress juga memiliki pengaruh terhadap

hipertensi. Hubungan antara stress dengan hipertensi melalui

saraf simpatis, dengan adanya peningkatan aktivitas saraf

simpatis akan meningkatkan tekanan darah secara intermitten

(Triyanto, 2014).

c. Obesitas

Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah

kegemukan atau obesitas. Penderita obesitas dengan hipertensi

memiliki daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah yang

lebih tinggi jika dibandingkan dengan penderita yang memiliki

berat badan normal (Triyanto,2014).

d. Rokok

Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulus

pelepasan katekolamin. Katekolamin yang mengalami

peningkatan dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung,

iritabilitas miokardial serta terjadi vasokontriksi yang dapat

meningkatkan tekanan darah (Ardiansyah,2012).


24

e. Kopi

Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein. Kafein

sebagai anti-adenosine (adenosine berperan untuk mengurangi

kontraksi otot jantung dan relaksasi pembuluh darah sehingga

menyebabkan tekanan darah turun dan memberikan efek rileks)

menghambat reseptor untuk berikatan dengan adenosine sehingga

menstimulus sistem saraf simpatis dan menyebabkan pembuluh

darah mengalami konstriksi disusul dengan terjadinya peningkatan

tekanan darah.

2.3.2 Faktor resiko yang tidak dapat dirubah

a. Genetik

Faktor genetik ternyata juga memiliki peran terhadap

angka kejadian hipertensi. Penderita hipertensi esensial sekitar

70-80 % lebih banyak pada kembar monozigot (satu telur) dari

pada heterozigot (beda telur). Riwayat keluarga yang menderita

hipertensi juga menjadi pemicu seseorang menderita hipertensi,

oleh sebab itu hipertensi disebut penyakit turunan (Triyanto, 2014).

b. Ras

Orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar

untuk menderita hipertensi primer ketika predisposisi kadar

renin plasma yang rendah mengurangi kemampuan ginjal untuk

mengekskresikan kadar natrium yang berlebih (Kowalak, Weish, &

Mayer, 2011)
25

2.4 Manifestasi Klinis

Penatalaksanaan Nutrisi untuk Hipertensi Menurut Wahyuningsih

(2013), tujuan dari penatalaksanaan nutrisi pasien hipertensi adalah

untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahankan

tekanan darah menjadi normal. Disamping itu diet juga ditujukan untuk

menurunkan faktor resiko lain seperti berat badan yang berlebih,

tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah, dan harus

memperhatikan pula penyakit degeneratif lain yang menyertai darah

tinggi seperti jantung, ginjal dan diabetes mellitus. Diet yang

saat ini dikembangkan dan direkomendasikan oleh JNC untuk

hipertensi adalah diet DASH (dietary approach to stop hypertension),

yaitu diet yang kaya akan buah-buahan, sayur-sayuran, dan produk-produk

makanan yang rendah lemak.

2.4.1 Penatalaksanaan Diet Penderita Hipertensi

2.4.1.1 Macam Diet Garam Rendah

c. Diet Garam Rendah I (200-400 mg)

Diet ini diberikan pada pasien dengan odema, asitesis,

dan hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak

ditambahkan garam dapur, hindari makanan tinggi natrium.

d. Diet Garam Rendah II (600-800 mg)

Diet ini berlaku kepada pasien odema, asitesis, dan

hipertensi tidak terlalu berat. Dalam pengolahan makanannya

boleh menggunakan ½ sendok teh garam dapur (2 gr).


26

e. Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)

Diet ini diberikan pada pasien dengan odema atau

hipertensi ringan. Dalam pengolahan makananya boleh

menggunakan garam 1 sendok teh (6 gr) garam dapur (

Almatsier, 2005 ).

2.4.1.2 Pengobatan

Tujuan dari pengobatan hipertensi adalah untuk

menurunkan tekanan darah batas normal, tanpa mengganggu

aktifitas sehari-hari. Obat-obat yang digunakan untuk

mengobati hipertensi meliputi: diuretic, obat penghambat enzim

konvensi angiotensin, antagonis kalium, dan penghambat reseptor

angiotesin II. Hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan

pemeriksaan tekanan darah secara berkala. Obat-obat antihipertensi

yang tersedia hanya membantu untuk menurunkan tekanan darah

pada hipertensi sekunder. Hal yang terpenting adalah engeradikasi

penyakit primer yang mencetuskan hipertensi dan mencegah

terjadinya komplikasi (Ariani, 2013).

2.5 Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)

Dietary approaches to stop hypertension (DASH) merupakan pola diet

yang dianjurkan dalam Seventh Report of The Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure

(JNC 7) bagi semua pasien hipertensi. Pola diet mengikuti pola DASH ini

meliputi tinggi buah-buahan dan sayuran segar, produk susu rendah lemak,
27

rendah asupan lemak dan rendah lemak jenuh, kolesterol, serealia utuh

(whole grain), ikan, unggas, dan kacang-kacangan; mengurangi daging

merah, gula, serta minuman manis. Pola diet sesuai DASH 40 ini kaya akan

potasium, magnesium, kalsium, serat, dan sedikit tinggi protein (Kumala,

2014).

Rencana makan pada diet DASH tidak memerlukan jenis makanan

khusus. Jumlah porsi makanan tergantung pada jumlah kalori yang

diperbolehkan atau dibutuhkan setiap harinya bergantung pada usia, dan

jenis kelamin, dan juga disesuaikan dengan kegiatan maupun aktivitas fisik

dari penderita hipertensi itu sendiri. Semakin banyak kalori yang masuk,

seharusnya diimbangi pula dengan semakin banyaknya aktivitas fisik yang

dilakukan untuk membakar kalori yang masuk, dengan begitu penderita

hipertensi juga dapat menjaga berat badan idealnya. Menjaga asupan kalori

juga harus diperhatikan saat akan mengkonsumsi makanan olahan, pastikan

untuk melihat tabel makanan, apa saja kandungannya, jumlah kalori total,

lemak, gula, dan natrium atau sodiumnya (National Heart, Lung, and Blood

Institute (NIH), 2015).

Makanan yang dianjurkan dalam diet DASH adalah makanan yang

segar, atau makanan yang diolah tanpa garam natrium, vetsin dan kaldu

bubuk. Rasa tawar pada makanan dapat diperbaiki dengan menambah

bawang merah, bawang putih, jahe, dan bumbu lain yang tidak mengandung

garam. Penggunaan manisan atau gula juga harus kurang dari 5 sendok

makan per minggu Sedangkan makanan yang tidak boleh dikonsumsi adalah
28

makanan yang sudah dimasak dan diawetkan menggunakan garam (Adibah,

2014).

Batasan mengkonsumsi garam adalah 2,4 gram per hari atau setara

dengan satu sendok teh per hari. Ada beberapa cara untuk mengurangi

asupan garam per hari, yaitu dengan tidak menambah garam meja pada

makanan, tidak menambahkan garam saat memasak, untuk menambah rasa

masakan gunakan selain garam, perhatikan kandungan garam yang ada pada

makanan olahan, dan hindari makanan yang memiliki kadar natrium tinggi

seperti keripik, daging olahan, dan keju (Palmer & Williams, 2007).

Selain diet rendah garam penderita hipertensi juga perlu melakukan diet

rendah lemak jenuh dan kolesterol. Lemak dapat 42 meningkatkan risiko

terjadinya aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah

(Kartikasari, 2012). Contoh makanan yang mengandung lemak jenuh adalah

minyak yang berasal dari hewan : lemak sapi, babi, kambing, susu penuh

(full cream), keju, dan mentega (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

Tubuh memperoleh kolestrol dari makanan sehari-hari dan dari hasil

sintesis dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya apabila dikonsumsi lebih

banyak dari yang dibutuhkan oleh tubuh (Kartikasari, 2012). Contoh

makanan dengan kadar kolesterol sangat tinggi melebihi kebutuhan

kolesterol harian sejumlah 200 mg adalah jeroan sapi (380 mg), jeroan

kambing (620 mg), cumicumi (1170 mg), kuning telur ayam (2000), otak

sapi (2300), dan telur burung puyuh (3640 mg) (Kurniadi & Nurrahmani,

2014). Cara pengolahan makanan juga perlu diperhatikan dalam melakukan


29

diet, cara masak atau pengolahan makanan juga dapat mengurangi

kandungan gizi makanan. Memaparkan bahan makanan pada panas yang

tinggi, cahaya, dan atau oksigen akan menyebabkan banyak zat gizi yang

hilang pada makanan.

Proses pemasakan yang dilakukan di rumah tangga dengan menggoreng

termasuk paling sering dilakukan. Suhu menggoreng biasanya mencapai

160° C, oleh karena itu sebagian zat gizi diperkirakan akan rusak,

diantaranya vitamin dan protein, selain itu akan terjadi 43 penurunan

mineral berkisar antara 5-40%, terutama kalsium, yodium, seng, selenium

dan zat besi (Sundari et al., 2015).

Makanan yang diolah dengan digoreng akan mengurangi atau bahkan

menghilangkan gizi dalam makanan tersebut. Menggoreng makanan dapat

membentuk asam lemak trans yang dapat menyumbat dan merusak

pembuluh darah dan meningkatkan kadar kolesterol low density

lipoprotein (LDL) atau yang lebih dikenal sebagai kolesterol jahat. Asupan

asam lemak jenuh yang tinggi dapat menekan aktivitas reseptor LDL

sehingga meningkatkan kadar kolesterol LDL plasma (Kurniadi &

Nurrahmani, 2014). Kandungan asam lemak bebas pada minyak goreng

akan mengalami peningkatan jumlah rata-rata setelah digunakan sebanyak

lima kali penggorengan. Asam lemak yang dikonsumsi dalam jangka

panjang dan dalam jumlah besar dapat merusak kesehatan karena

viskositasnya yang padat sehingga bersifat lengket pada pembuluh darah,


30

sehinga dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti arteriosklerosis dan

hipertensi (Alfiani, et al., 2014).

Proses penggorengan bahan pangan menurunkan kadar protein lebih

tinggi dibanding perebusan karena suhu yang digunakan sangat tinggi

kurang lebih 160o C dan protein akan rusak dengan panas yang sangat

tinggi. Proses pengolahan 44 makanan secara direbus dapat menurunkan

kadar lemak dalam makanan, karena lemak akan mencair bahkan menguap

saat proses perebusan. Sedangkan proses menggoreng menyebabkan

kandungan lemak bahan pangan mengalami kenaikan disebabkan oleh

adanya minyak goreng yang terserap pada bahan pangan tersebut yang

mengakibatkan kadar lemak bertambah.

Pola Diet DASH merupakan pola diet yang menekankan pada konsumsi

bahan makanan rendah natrium (<2300 mg/hari), tinggi kalium (4.700

mg/hari), magnesium (>420 mg/hari), kalsium (>1000 mg/hari), dan serat

(25-30 g/hari) serta rendah asam lemak jenuh dan kolesterol (<200

mg/hari) yang banyak terdapat buah-buahan, kacang-kacangan, sayuran,

ikan, daging tanpa lemak, susu rendah lemak, dan bahan makanan dengan

total lemak dan lemak jenuh yang rendah.

Perlu ditambahkan bahwa tinggi atau rendahnya penurunan kandungan

gizi suatu bahan pangan pangan akibat pemasakan tergantung dari jenis

bahan pangan, suhu yang digunakan (Sundari et al., 2015).


31

Tabel 2.3 Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)


Kelompok Sehari porsi Contoh bahan makanan Signifikasi setiap kelompok
Makanan makanan
Serealia dan 7-8 Roti gandum, muffin, Sumber utama energi dan
produk olahan rori pita, roti, sereal, serat
bubur jagung, oatmeal.
Sayur-sayuran 4-5 Tomat, kentang, wortel, Sumber kaya potassium,
kacang polong, brokoli, magnesium, dan serat.
bayam, buncis.
Buah-buahan 4-5 Pisang, kurma, anggur, Sumber utama pottasium,
jeruk, jus jeruk, jus magnesium dan serat.
anggur, mangga, meon,
nanas, strawberyy.
Susu, produk 2-3 Susu yoghurt dan keju Sumber utama kalsium
susu tanpa lemak (skim) atau dan protein.
rendah/tanpa rendah lemak (1%).
lemak
Daging, unggas, 2 atau Buang lemak/kulit pada Sumber kaya protein dan
dan ikan kurang daging, unggas, bakar, magnesium.
panggang/rebus sebagai
pengganti goreng
Kacang- 4-5 Almond, kacang Sumber kaya energi,
kacangan dan perminggu campuran, kacang tanah, protein, magnesium,
biji-bijian walnuts, biji bunga pottasium, dan serat.
matahari, kacang
polong.
Lemak dan 2-3 Margarin rendah lemak, Perlu dipilih juga bahan
minyak mayonnnaise rendah makanan yang rendah
lemak, saus salad ringan, lemak.
minyak (minyak zaitun,
minyak jagung).
Gula 5 perminggu Syrup, gula, jelly, selai Pemanis termasuk bahan
jam, gelatin rasa buah, makanan yang rendah
permen, permen, fruit lemak.
punch sorbet, es krim.

Sumber : Mahan, L, Kathleen.2012. Krause’s Food and The Nutrition Care


Process.
2.6 Hubungan Diet DASH dengan Tekanan Darah

Peneltian tentang DASH yang bertujuan untuk menilai efek pola diet

terhadap tekanan darah membuktikan bahwa diet DASH memiliki pengaruh

sangat bermakna terhadap penurunan tekanan darah, yaitu dapat menurunkan


32

tekanan daarah, dalam laporan penelitiannya mengatakan bahwa. Hasil diet

DASH sangat mengesankan dan mendukung efek antihipertensi dari diet

rendah lemak jenuh, tinggi serat dan mineral dari buah-buahan dan sayuran

segar. Selain itu, pada 1.710 laki-laki setengah baya dievaluasi selama 7

tahun, didapatkan penurunan tekanan darah sistolik secara bermakna dengan

diet yang tinggi buah-buahan, sayuran dan rendah daging merah (Kaplan,

2006).

Penelitian yang dilakukan Kumala, (2014) penderita hipertensi dengan

tekanan darah sistolik paling tinggi 160 mmHg dan tekanan diastolik 80-95

mmHg. Hasil penelitian tersebut, pada responden yang menjalankan pola

asupan makanan sesuai DASH selama 2 minggu menunjukkan terdapat

penurunan tekanan darah sistolik sebesar 5,5 mmHg dan tekanan diastolik

sebesar 3,0 mmHg. Pada penelitian tersebut didapatkan penurunan tekanan

darah paling besar pada populasi yang menjalankan pola diet DASH

dibandingkan dengan subjek yang menjalankan diet biasa yang dikonsumsi

masyarakat Amerika dan diet biasa yang ditambah dengan sayuran dan buah.

Berdasarkan hasil penelitian Rizky Dewifianita (2017) diet DASH

(Dietary Approach to Stop Hypertension), yang merupakan diet sayuran

serta buah yang banyak mengandung serat pangan (30 gram/hari) yang

dikombinasikan dengan pengendalian berat badan, penurunan sebesar

11,2/7.5 mmHg pada intervensi pola Diet DASH saja dan penurunan sebesar

3.4/3.8 mmHg pada kelompok control.Terdapat penurunan nilai tekanan

darah sistolik secara signifikan pada penderita pre hipertensi dan hipertensi I
33

yaitu sebesar 10.6 mmHg, namun tidak pada tekanan darah diastolik, yaitu

sebesar 2.2 mmHg.

2.7 Media

2.7.1 Pengertian

Media dalam pembelajaran merupakan alat perantara untuk

menyampaikan pesan dari guru ke siswa agar siswa dapat dengan

mudah memahami materi pembelajaran. Gagne (dalam Solihatin

dan Raharjo, 2007: 23) mengartikan media sebagai jenis komponen

dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar.

Ibrahim dan Syaodih (2003:112) mengartikan bahwa media

pembelajaran adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan

perhatian dan kemampuan siswa. Sedangkan Asosiasi Teknologi dan

Komunikas Pendidikan (Association of Education and Communication

Technology/AECT) di Amerika, menyatakan bahwa media

pembelajaran adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan

orang untuk menyalurkan pesan/informasi (Arif,dkk., 2006: 6).

Senada dengan hal tersebut Arif, dkk.,(2006: 7) menyatakan bahwa

media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dari pengirim kepenerima sehingga dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian

siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Dari beberapa

definisi para ahli tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa media


34

merupakan alat berupa benda apa saja yang dapat digunakan sebagai

perantara dan penyalur pesan/informasi untuk membantu seseorang

dalam tujuan tertentu.

2.7.2 Jenis-jenis Media

Dewasa ini banyak jenis dan bentuk media yang digunakan dalam

pembelajaran mulai dari yang bersifat sederhana sampai media

yang rumit, mulai dari media yang murah sampai media yang mahal.

Tabel 2.4. Sepuluh pengelompokan golongan media

No Golongan Media Contoh dalam pembelajaran


1. Audio Kaset audio, siaran radio, CD
2. Cetak Buku pelajaran, modul, gambar
3. Audio cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan
tertulis.
4. Proyeksi Visual Diam OHT, flim bingkai (slide)
5. Proyeksi Audiovisual Diam Flim bingkai (slide) bersuara
6. Visual Gerak Flim Bisu
7. Audiovisual Gerak Flim gerak bersuara, video, Tv
8. Objek Fisik Benda nyata, model, spesimen
9. Manusia dan Lingkungan Guru, pustakawan, laboran
10. Komputer CAI (pembelajaran berbantuan
komputer), CBI (pembelajaran
berbasis komputer).
Sumber: (Solihatin dan Raharjo, 2007)

2.7.3 Manfaat Media

Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar-

mengajar sangatlah penting karena media pembelajaran memiliki

manfaat yang sangat besar untuk memperlancar interaksi guru

dengan siswa sehingga kegiatan pembelajran akan lebih efektif dan

efisien.

Manfaat media pembelajaran menurut Fathurrohman dan Sutikno

(2010) diantaranya yaitu:


35

1. Menarik perhatian siswa.

2. Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses

pembelajaran.

3. Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalitas

(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan).

4. Mengatasi keterbatasan ruang.

5. Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif.

6. Waktu pembelajran bisa dikondisikan.

7. Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar.

8. Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu.

9. Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam, serta;

10. Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam

kegiatan pembelajaran.

2.8 Media flashcard

2.8.1 Pengertian Media Flashcard

Pengertian Media Flashcard adalah sejumlah kartu bergambar

yang biasanya berukuran 25x30 cm, dengan tujuan menyampaikan

masalah tertentu. Gambar-gambar dapat dicetak dari foto dan dapat

digambar dengan tangan. Keterangan tentang gambar tercantum di

bagian belakang setiap kartu yang harus dibacakan oleh yang

menggunakannya.
36

Gambar-gambar tersebut disajikan sebagai bagian dari rangkaian

pesan yang dibacakan. Dengan demikian, sasaran/klien akan ingat

dengan pokok-pokok pembicaraan.

2.8.2 Kelebihan media Flash Card

a. Mudah dibawa kemana-mana

b. Dapat disimpan lama

c. Flashcard yang sama dapat dipakai oleh orang yang sudah mengerti

untuk meneruskan kembali pesan kepada orang lain.

d. Dipakai untuk kelompok maksimal 30 orang

2.8.3 Penggunaan media Flash Card

Flashcard dgunakan pada pertemuan dengan jumlah peserta tidak lebih

dari 30 orang. Untuk peserta lebih dari 30 orang, flashcard kurang

cocok digunakan karena tidak semua orang akan melihatnya dengan

jelas. Cara penggunaan falshcard adalah sebagai berikut :

1. Kartu dipegang seluruhnya dengan bagian gambar sasaran/klien.

2. Pendidik atau konselor menjelaskan gambar tersebut halaman demi

halaman berdasarkan pesan yang ada di balik gambar tersebut.

3. Kartu yang telah diperlihatkan dan dijlaskan lalu disimpan kembali

pada urutan yang paling belakang.

4. Seluruh kartu yang sudah dijelaskan dicek kembali urutan-urutannya

dan disimpan kembali.


37

2.8.4 Pembuatan media Flash Card

Flashcard dapat dibuat sendiri secara sederhana. Untuk itu, diperlukan

kertas manila atau karton/sejenisnya, kuas, spidol, cat air, pensil, dan

lain-lain. Kertas digunting dalam ukuran yang sama. Langkah-langkah

pembuatannya adalah sebagai berikut:

1. Tentukan tujuan yang jelas.

2. Kumpulkan dan tuliskan ide-ide yang akan disampaikan.

3. Buat sketsa setiap kartu.

4. Uji coba flashcard tersebut.

5. Adakan revisi sesuai hasil uji coba.

6. Buat tempat/kotak untuk menyimpannya (Supariasa, 2002).

2.9 Konseling Gizi

2.9.1 Definisi Konseling

Komunikasi efektif sangat dibutuhkan dalam kegiatan Konseling Gizi.

Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi

2 (dua) arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap

dan perilaku sehingga membantu klien/pasien mengenali dan mengatasi

masalah gizi melalui pengaturan makanan dan minuman yang

dilakukan oleh ahli gizi/nutrisionis/dietisen.(PERSAGI, 2013).

Konseling gizi adalah kombinasi keahlian ahli gizi dan

ketrampialan psikologis yang disampaikan oleh seorang konselor gizi

yang terlatih yang memahami bagaimana bekerja dalam pengaturan

medis saat ini (Ciptaningtyas, 2013). Konseling Gizi yang efektif


38

adalah komunikasi dua arah antara klien dan konselor gizi tentang

segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya perubahan perilaku

makan klien.

Konselor/petugas konseling adalah orang yang mempunyai

kemampuan (pengetahuan dan ketrampilan) untuk melakukan konsling.

Konselor harus dapat menggali masalah yang dialami oleh klien,

memicu penjelasan dan harus memberikan informasi yang berkaitan

dengan masalah yang dihadapi dan memberikan alternatif untuk

memecahkan masalah yang dihadapi serta membantu klien mengambil

keputusannya. Klien adalah orang yang mempunyai masalah(kesehatan

dan gizi) yang membutuhkan pertolongan, datang ke tempat koneling

untuk dibantu. (PERSAGI, 2013).

2.9.2 Keterampilan Proses Konseling

Ada beberapa hal yang termasuk dalam keterampilan mendengar dan

mempelajari, yaitu sebagai berikut.

1. Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan

gerakan tubuh tanpa perlu berkata-kata. Hal ini menunjukkan bahwa

konselor memahami klien dan membantunya merasa nyaman melalui

sikap, seperti mengusahakan kepala sama tinggi, memberi perhatian,

menyingkirkan penghalang, menyediakan waktu, dan memberi

sentuhan secara wajar

2. Mengajukan pertanyaan terbuka


39

3. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang membutuhkan jawaban

penjelasan. Pertanyaan terbuka akan lebih bermanfaat larena akan

diperoleh informasi yang lebih banyak.

4. Menggunakan respond dan gerakkan tubuh yang menunjukkan

5. perhatian dan ketertarikan atas jawaban klien dalam bentuk bahasa

isyarat seperti mengangguk dan kata-kata penghargaan.

6. Mengatakan kembali apa yang klien katakan

7. Untuk menunjukan bahwa konselor telah mendengar hal-hal yang

telah dikatakan klien. Ini akan membantu klien berbicara lebih

banyak. Akan lebih baik bila konselor menggunakan kata-kata

sendiri dan tidak sekadar mengulang apa yang telah dikatakan klien.

8. Berempati menunjukkan konselor paham perasaan klien

9. Berempat berarti konselor merespon kepada klien dengan cara

menunjukkan bahwa konselor paham apa yang disampaikan klien

serta mengerti perasaan dan masalah klien. Menunjukkan empati

dapat melalui memberikan pertanyaan yang menyangkut fakta yang

diutarakan klien.

10. Hindari kata-kata yang menghakimi

11. Penggunaan beberapa kata tertentu dalam kalimat dapat

menyebabkan klien merasa bersalah dan dihakimi. (PERSAGI,

2013).
40

2.9.3 Ketrampilan Membangun Percaya Diri dan memberi dukungan

Membangun percaya diri klien akan membantunya untuk membuat

keputusan sendiri tentang perubahan diet yang harus dilakukannya

sekaligus melaksanakan keputusan tersebut. Bila klien sudah percaya

diri dengan keputusannya, dia tidak akan terpengaruh oleh pendapat

orang lain. Dengan memberikan dukungan akan meningkatkan rasa

percaya diri klien terhadap apa yang telah dia lakukan dan akan

membantunya untuk terus melaksanakan diet. Kondisi seperti ini akan

membantu klien memiliki kepercayaan tinggi dalam menjalankan apa

yang telah menjadi keputusannya dan tidak mudah terpengaruh hal-hal

lain. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membangun percaya diri

klien adalah sebagai berikut.

1. Terima apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh klien

2. Mengenali serta memuji apa yang dikerjakan dengan benar

3. Memberikan Bantuan

4. Memberikan informasi yang relevan

5. Menggunakan bahasa yang sederhana

6. Memberikan satu atau dua saran, bukan “perintah”

7. Menilai pemahaman

8. Rencana tindak lanjut Merupakan rencana intervensi diet, kunjungan

ulang, dan mengevaluasi ketaatan diet yang telah dilakukan klien.


41

2.9.4 Manfaat Konseling

Dalam melakukan konseling diperlukan hubungan timbal balik

yang saling membantu antara konselor dengan klien melalui

kesepakatan untuk bekerja sama, melakukan komunikasi, dan terlibat

dalam proses yang berkesinambungan dalam upaya memberikan

pengetahuan, keterampilan, penggalian potensi, serta sumber daya.

Manfaat konseling diantaranya sebagai berikut:

1. Membantu klien untuk mengenali permasalahan kesehatan dan gizi

yang dihadapi.

2. Membantu klien mengatasi masalah.

3. Mendorong klien untuk mencari cara pemecahan masalah.

4. Mengarahkan kien untuk memilih cara pemecahan yang sesuai

baginya.

5. Membantu proses penyembuhan penyakit melalui perbaikan gizi

klien.

2.9.5 Ciri-ciri Konselor yang baik

Dalam upaya untuk mencapai tujuan konseling sangat diperlukan

kemampuan dari seorang konselor. Konselor yang baik memiliki ciri-

ciri sebagai berikut,

1. Menjaga hubungan baik sejak awal dengan klien karena klien akan

lebih mudah berbicara dengan orang yang ramah.


42

2. Berusaha untuk mengenali kebutuhan klien. Konselor sebaiknya

berperan sebagai pendengar yang baik agar dapat menggali

informasi dan memahami kebutuhan klien.

3. Mampu menumbuhkan empati dan rasa nyaman pada klien.

Seorang konselor yang baik mampu untuk memposisikan diri pada

posisi klien, memahami apa yang dirasakan dan dialami klien,

seperti yang dirasakan dan dilihat oleh klien dalam upaya

membantunya untuk menyadari perasaannya serta menanganinya.

4. Mendorong klien untuk memilih cara pemecahan yang terbaik

dalam situasi tertentu. Dalam hal ini konselor membantu klien

untuk memikirkan semua factor dalam masalah yang dihadapinya

dan mendorong klien untuk memilih cara pemecahan yang terbaik

sesuai situasi yang dihadapi.

5. Memberikan informasi tentang sumber daya yang diperlukan klien

agar dapat mengambil keputusan yang baik. Konselor dalam hal ini

lebih banyak memberikan contoh nyata dalam mendorong klien

untuk bertanggung jawab sebesar-besarnya dalam memecahkan

masalahnya sendiri.

6. Memberikan perhatian secara khusus.

7. Hubungan antara konselor dan klien penting untuk

mempertahankan perubahan diet.

8. Menjaga rahasia dan kepercayaan klien.kerahasiaan merupakan

hak klien yang harus dihormati dan dijaga. (PERSAGI, 2013).


43

2.9.6 Sasaran Konseling

Sasaran konseling atau klien adalah orang yang memiliki masalah

gizi, baik yang sedang menjalani pengobatan di pelayanan kesehatan

ataupun orang yang ingin melakukan tindakan pencegahan penyakit

serta meningkatkan status gizinya ke arah yang lebih baik.

2.9.7 Tempat dan Waktu Konseling

Konseling dapat dilakukan dimana saja, seperti di rumah sakit, di

posyandu, poliklinik, dan atau puskesmas. Lingkungan yang dipilih

harus memenuhi syarat sebagai berikut.

1. Aman, yaitu memberikan rasa aman pada klien untuk dapat

berbicara bebas tanpa didengar dan diamati oleh orang lain.

2. Nyaman, yaitu membuat suasana yang mendukung proses konseling.

3. Tenang, yaitu lingkungan yang mendukung untuk penyampaian

informasi dapat jelas tersampaikan baik dari pihak klien maupun

saran dari konselor.

4. Ruangan/tempat yang baik untuk melakukan kegiatan konseling

adalah sebagai berikut.

a. Ruang tersendiri terpisah dengan ruangan lain sehingga klien

merasa nyaman.Ada tempat atau meja untuk mendemonstrasikan

materi konseling.

b. Lokasi mudah dijangkau oleh klien, termasuk klien yang

memiliki keterbatasan fisik.Ruangan memiliki cukup cahaya dan

sirkulasi udara.
44

c. Waktu, yaitu antara 30-60 menit, 30 menit pertama untuk

menggali data dan selebihnya untuk diskusi serta pemecahan

masalah.

2.9.8 Peran Keluarga atau Pendamping

Dalam upaya mencapai keberhasilan konseling, keluarga memiliki

peranan penting terutama untuk mendukung pelaksanaan perubahan

makan klien dan 15 memantau klien untuk tetap disiplin serta makan

sampai pada tahap pola makan yang baru sesuai kondisi menjadi bagian

dari gaya hidup. (PERSAGI, 2013)

2.9.9 Langkah-langkah Konseling

Konseling Gizi pada berbagai diet merupakan bagian yang tidak

dapat terpisahkan dalam proses asuhan gizi terstandar (PAGT) merujuk

pada proses tersebut maka tatalaksana gizi harus mengikuti langkah-

langkah PAGT untuk menjawab atau mengatasi masalah gizi yang ada

pada klien berdasarkan hasil pengkajian dan diagnosis gizi (Cornelia

dkk, 2013).

1. Membangun dasar-dasar Konseling

Pada umumnya, klien datang kepelayanan gizi karena ingin

mendapatkan dukungan gizi sehubungan dengan upaya

penyembuhan penyakitnya, seperti hipertensi, diabetes melitus,

hiperkolesteromia dan lain-lain. Sasaran utama dari langkah ini agar

klien dapat menjelaskan masalahnya, kepribadian yang dimiliki serta

alasan berkunjung. Hubungan terapeutik dibangun pada langkah


45

pertama ini. Pada saat bertemu klien gunakan keterampilan

komunikasi dan konseling. Sambutlah klien dengan ramah,

tersenyum dan berikan salam, salah satu cara untuk menyambut

klien dapat dilakukan dengan bersalaman atau berjabat tangan.

2. Menggali permasalahan dengan pengkajian Gizi

Konseling gizi merupakan suatu proses yang didalamnya

terdapat kegiatan pengumpulan, masalah gizi serta verifikasi, dan

interpretasi data yang sistematis dalam upaya mengidentifikasi

masalah gizi serta penyebabnya. Kegiatan ini bukan hanya

mengumpulkan data awal, tetapi bisa juga melakukan kajian ulang

serta menganalisis intervensi gizi yang telah diberikan. Terjadinya

masalah gizi disebabkan adanya ketidaksesuaian antara data asupan

gizi dengan kebutuhan tubuh. Keadaan ini dapat terjadi karena

asupan energi, dan zat gizi yang kurang, berlebihan dan atau

kebutuhan yang meningkat yang bila berlangsung terus-menerus

mengakibatkan terjadinya perubahan status gizi.

3. Menegakan Diagnosa Gizi

Langkah ini merupakan langkah yang paling praktis yang

menjembatani pengkajian gizi dan intervensi gizi. Diagnosa gizi

adalah kegiatan mengidentifikasi dan memberi masalah gizi yang

aktual atau beresiko menyebabkan masalah gizi. Diagnosa gizi

terdiri dari Problem(masalah), Etiologi (penyebab), dan sign dan

simp (tanda dan gejala).


46

4. Intervensi Gizi

Intervensi gizi dalam konseling gizi merupakan serangkaian

aktivitas atau tindakan yang terencana secara khusus dengan tujuan

untuk mengatasi masalah gizi melalui perubahan prilaku makan guna

memenuhi kebutuhan gizi klien sehingga mendapatkan kesehatan

optimal.

5. Monitoring dan Evaluasi

Langkah terakhir evaluasi gizi, yaitu melakukan pernilaian

kembali terhadap kemajuan konselor maupun kliennya. Langkah ini

dilakukan untuk mengetahui respon klien terhadap intervensi dan

tingkat keberhasilannya.

6. Mengakhiri Konseling (Terminasi)

Terminasi dapat dilakukan pada akhir dari suatu konseling

(misalnya 45 menit) atau terakhir dari suatu proses konseling akan

segera berakhir. Konselor menyiapkan dan menyerahkan ringkasan

tertulis dapat berupa formulir, brosur, booklet, dan lain-lain.

Konselor tetap membuka kesempatan kepada klien untuk tindak

lanjut atau kembali bila diperlukan buat kesepakatan untuk

kunjungan ulang (konseling lanjutan).

Kemudian konselor “pamit” kepada kliennya bahwa konseling

telah selesai. Usahakan buat suasana menyenangkan, penuh

kepercayaan, dan menghargai klien yang sudah mempercayakan

masalah kepada konselor untuk mendapat bantuan.


47

2.10 Pengetahuan

2.10.1 Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek

tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia

yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (

Notoatmodjo 2012).

2.10.2 Tingkat Pengetahuan

1. Tahu

Mencakup keterampilan mengingat kembali faktor-faktor yang

pernah dipelajari atau rangsangan yang diterima. untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan sebagainya.

2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

telah paham terhadap materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan, contoh menyimpulkan dan meramalkan terhadap

objek yang dipelajari.


48

3. Penerapan

Penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari kepada situasi atau kondisi real

sebenarnya. Penerapan disini dapat diartikan sebagai penerapan

atau pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam

konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih

didalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya

dengan satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan,

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis

Sintesis yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru, misalnya dapat menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang telah

ada.
49

2.10.3 Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari

subjek penelitian atau responden.

2.10.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut

Wawan (2010) adalah:

1. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi

perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental).

Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori

perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi,

hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi

akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis

dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.

2. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat

memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi

pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima

informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan

yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat

pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap


50

seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang

baru diperkenalkan. Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses

pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan

kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat

berdiri sendiri. Semakin rendah tingkat pendidikan yang

dimiliki maka akan semakin rendah pula kemampuan yang

akan dimiliki seseorang dalam menyikapi suatu permasalahan.

3. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang

memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung

maupun secara tidak langsung.

4. Sumber informasi

Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang

baru.

5. Kebudayaan lingkungan

Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu

wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan

lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya

mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.

2.11 Food Recall

Prinsip metode Food Recall adalah mencatat jenis dan jumlah bahan

makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Hal penting yang
51

perlu diketahui adalah bahwa dari food recall cenderung lebih bersifat

kualitatif. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan data kuantitatif, jumlah

konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan

alat URT (sendok, gelas, piring, dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa

digunakan sehari-hari (Supriasa, dkk,2016).

Kegunaan metode Recall 24 jam adalah untuk menilai asupan gizi

individu, kelompok, dan masyarakat. Hasil akhir penilaian asupan gizi

individu, kelompok, dan masyarakat. Hasil ahkir penilaian pada tingkat

individu dapat berupa rekomendasi pemenuhan asupan gizi menurut Angka

Kecukupan Gizi (AKG) yang berlaku (Sirajuddin, dkk, 2014).

Menurut Supariasa, dkk (2016) metode recall 24 jam mempunyai beberapa

kelebihan dan kekurangan.

1. Kelebihan metode recall 24 jam :

a. Mudah dilaksanakan dan tidak terlalu membebani responden.

b. Biaya relatif murah karena tidak memerlukan peralatan khusus dan

tempat yang luas untuk wawancara

c. Cepat sehingga dapat mencakup banyak responden

d. Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf

e. Dapat memberikan gambaran nyata makanan yang benar-benar

dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung asupan zat gizi sehari.

f. Lebih objektif dibandingkan dengan metode dietary history.

g. Baik digunakan di klinik

2. Kelemahan metode recall 24 jam :


52

a. Ketepatannya sangat bergantung pada daya ingat responden. Metode ini

tidak cocok dilakukan pada anak-anak usia dibawah 8 tahun.

b. Sering terjadi kesalahan dalam memperkirakan ukuran porsi yang

dikonsumsi sehingga menyebabkan over atau underestimate.

c. Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam

menggunakan alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai

menurut kebiasaan masyarakat.

d. Tidak dapat menggambarkan asupan makanan yang aktual jika hanya

dilakukan recall satu hari

e. Sering terjadi kesalahan dalam melakukan konversi ukuran rumah

tangga (URT) ke dalam ukuran berat.

f. Jika tidak mencatat penggunaan bumbu, saos, dan minuman,

menyebabkan kesalahan perhitungan jumlah energi dan zat gizi yang

dikonsumsi.

g. Responden harus diberi motivasi dab penjelasan tentang tujuan

penelitian.

h. Untuk mendapatkan gambaran konsumsi makanan yang aktual, recall

jangan dilakukan pada saat panen, hari pasar, hari akhir pekan, pada

saat melakukan upacara-upacara keagamaan, selamatan dan lain-lain.


53

2.12 Kerangka Teori

Faktor yang tidak dapat


dirubah :

1. Gen
2. Ras
Hipertensi

Faktor yang dapat dirubah :

1. Usia Diet Dash (Dietary Approach


2. Lingkungan (stres) To Stop Hypertension)
3. Obes
4. Rokok
5. Kopi

6. Pengetahuan Konseling

7. Asupan

Media Flashcard

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

(sumber : Triyanto (2014), Ardiansyah (2012), kowalak dkk (2011), Persagi


(2013), Supriasa (2002).

Keterangan :

: Yang tidak diteliti

: Yang diteliti.
54

Ho : Tidak ada pengaruh pengetahuan, asupan (Natrium, kalium, Serat), sebelum

dan setelah dilakukan konseling gizi Diet DASH pada kelompok intervensi dan

kontrol terhadap penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Jembatan Kecil

Kota Bengkulu tahun 2020.

Ha : Ada pengaruh pengetahuan, asupan (Natrium, kalium, Serat), sebelum dan

setelah dilakukan konseling gizi Diet DASH pada kelompok intervensi dan

kontrol terhadap penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Jembatan Kecil

Kota Bengkulu tahun 2020.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi eksperimen, dengan

rancangan non randomized control group pre dan posttest, bentuk

rancangan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Pre-Test Treatment Post-Test

A1 Xo A2

A3 X1 A4

Keterangan :

A1 : Pre-Test atau pengambilan data awal mengenai pengetahuan,

asupan (Natrium, kalium, Serat) kelompok perlakuan.

A3 : Pre-Test atau pengambilan data awal mengenai pengetahuan,

asupan (Natrium, kalium, Serat) kelompok kontrol.

Xo : Perlakuan yaitu Intervensi dengan memberikan konseling gizi

dengan menggunakan media flashcard tentang Diet DASH yang

dilakukan selama 1 kali seminggu kunjungan selama 3 minggu

(Ananda Meili D, 2018).

55
56

X1 : Perlakuan yaitu intervensi dengan memberikan media flashcard

tentang Diet DASH tanpa memberikan konslutasi gizi.

A2 : Post-Test atau pengambilan data akhir mengenai pengetahuan,

asupan (Natrium, kalium, Serat) kelompok perlakuan.

A4 : Post-Test atau pengambilan data akhir mengenai pengetahuan,

asupan (Natrium, kalium, Serat) kelompok kontrol.

3.2 Kerangka Konsep

Berikut ini gambar kerangka konsep konseling gizi pada penderita

hipertensi (variable Dependen) , terhadap pengetahuan, asupan Diet

DASH (Variable Independen), dan tekanan darah pada penderita

hipertensi.

Gambar 3.2 Kerangka Konsep

1. Konseling Gizi dengan


media flashcard pada
penderita Hipertensi. - Pengetahuan
2. Pemberian media - Asupan Diet
flashcard tanpa DASH
konseling gizi pada
Penderita Hipertensi.
57

3.3 Tabel Definisi Operasional

Tabel 2.4 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Konsultasi Suatu kegiatan proses Tatap muka Media 0= Nominal
gizi komunikasi antara klien langsung Flashcard intervensi
dan konselor gizi dengan 1= kontrol
tentang pesan kesehatan pasien/clien
kepada penderita
hipertensi dengan
media Flashcard
Pengetahuan Segala sesuatu yang Kuisioner Kuisioner Total Rasio
diketahui responden Angket Score
terkait penyakit
hipertensi dan pola Diet
DASH dengan
mengajukan 10 item
pertanyaan, jika benar
diberikan score 1 dan
jika salah diberi score
0.
Asupan Jumlah asupan Natrium Wawancara Form food ....mg/hr Rasio
Natrium yang dikonsumsi dan recall recall
responden dalam satuan 2x24 jam
mg/hr
Asupan Jumlah asupan Kalium Wawancara Form food ....mg/hr Rasio
Kalium yang dikonsumsi dan recall recall
responden dalam satuan 2x24 jam
mg/hr
Asupan Serat Jumlah asupan Serat Wawancara Form food .....mg/hr Rasio
yang dikonsumsi dan recall recall
responden dalam satuan 2x24 jam
mg/hr
58

3.4 Alur Penelitian

Pasien Hipertensi
dewasa

Desain media flashcard

Pretest pengetahuan dengan


menggunakan kuisioner dan
recall 24 jam.

Intervensi dengan cara


konseling gizi menggunakan Memberikan media flashcard
media flashcard 1 kali tanpa konseling gizi
seminggu selama 3 minggu.

Pada minggu ketiga Posttest


kembali pengetahuan dengan
menggunakan kuisioner dan
recall 24 jam.

Uji Statistik
59

Gambar 4. Skema jalannya penelitian.

Subyek yang memenuhi kriteria


inklusi

Kelompok Intervensi

Minggu o

A1 Pre test A3
Pengukuran pengetahuan
menggunakan kuisioner, dan
Recall 24 jam asupan diet DASH
(Natrium, Serat, dan Kalium).

Konsultasi Gizi dengan media Pemberian media Flashcard


Flashcard 1 kali/minggu tanpa konsultasi gizi selama 3
selama 3 minggu minggu

Post test
Minggu 3 Pengukuran pengetahuan
A2 menggunakan kuisioner, dan A4
Recall 24 jam asupan diet DASH
(Natrium, Serat, dan Kalium).

Editing. Pengolahan dan analisis data

Penyusunan laporan
60

3.5 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi objek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2017).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua pasien yang

berkunjung ke Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu pada tahun 2018

yaitu sebanyak 5.842.

3.6 Besar Sampel

Besar sampel diperoleh berdasarkan Laporan Registrasi Puskesmas

jembatan kecil yaitu pada bulan September-Januari 2020 sebanyak 72

a. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu

mewakili populasi dalam penelitian. Sampel merupakan bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono

2017). Sampel diambil secara purposive sampling yang diambil secara

data yang diperoleh dari laporan Puskesmas Jembatan Kecil Kota

Bengkulu tahun 2019, berdasarkan jumlah pasien yang terdaftar atau

register pada bulan September-Januari 2020, dengan demikian jumlah

sampel dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Rumus perhitungan sampel :

𝛼
2𝜎²(𝑍1 − 2 + 𝑍1 − 𝛽)²
[ ]
(µ1 − µ2)²

Keterangan :
61

N = Besar sampel
𝛼
Z1- = Standar normal deviasi untuk α (standar deviasi α = 0,05 =
2

1,96)

Z1-β = Standar normal deviasi untuk β (standar deviasi β = 1,64)

µ1 = Nilai mean kelompok kontrol yang didapat dari literatur

µ2 = Nilai mean kelompok intervensi yang didapat dari literatur

σ = Estimasi standar deviasi dari beda mean pretest dan post test

berdasarkan literatur (Luthfiana, 2019).

Sehingga besaran sampel yang diperoleh :

2(8,1257)2 (1,96 + 1,64)2


𝑛= [ ]
(160,00 − 135,00)2

981,763906
=
50

= 19,6

= 20 Sampel

b. Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Purposive

Sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan

tertentu. Sampel yang akan dipilih yaitu sampel yang berada di wilayah

kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu pada saat penelitian

dilakukan. Dengan kriteria inklusi dan ekslusi.

a. Kriteria inklusi adalah sebagai berikut :

1. Responden bersedia diambil menjadi sampel dengan mengisi

lembar kesediaan menjadi sampel.


62

2. Bisa berkomunikasi dengan baik.

3. Responden merupakan pasien hipertensi dewasa 26-45 yang

tergister/terdaftar di Pukesmas Jembatan Kecil tahun 2019.

b. Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi adalah keadaan yang dapat menyebabkan subyek

memenuhi kriteria inklusi namun tidak dapat diikut sertakan dalam

penelitian. Kriteria ekslusi adalah sebagai berikut :

1. Responden saat dikunjungi ke rumah 3kali tapi tidak pernah ada

2. Responden dengan komplikasi.

3. Penderita hipertensi pada ibu hamil.

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota

Bengkulu. Adapun waktu penelitian ini adalah pada bulan Januari-Februari

2020.

3.7 Teknik Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Jenis Data

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengumpulan

sendiri, diolah, dianalisa serta dipublikasi sendiri. Data yang

dikumpulkan yaitu : Data Identias Pasien, (nama, umur, jenis

kelamin, alamat, pekerjaan, kuisioner pengetahuan dan From Recall

24 jam).
63

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data penunjang

penelitian, yang didapatkan dari Puskesmas Jembatan Kecil Kota

Bengkulu.

3.7.2 Cara Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung

meliputi identitas sampel, tekanan darah. Identitas sampel meliputi

data nama, umur, jenis kelamin, alamat, dan pekerjaan, kuisioner

pengetahuan, asupan zat gizi pola Diet DASH yang dikumpulkan

melalui wawancara, sedangkan data tekanan darah diambil dengan

menggunakan Sfigmomanometer.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung

yaitu data dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu dan Buku Laporan

Registrasi pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Jembatan

Kecil Kota Bengkulu tahun 2020.

c. Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah :

1. Kuisioner pengetahuan

2. Recal 24 Jam

3. Media flashcard Diet DASH (Dietery Approraches To Stop

Hipertension).
64

4. Sfigmomanometer (Tensi air raksa)

d. Pengolahan Data

Data yang sudah dikumpulkan akan dilakukan proses pengolahan.

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam pengolahan data

adalah sebagai berikut :

a. Editing (pemeriksaan Data)

Kegiatan ini meliputi pemeriksaan dan melengkapi serta

memperbaiki data yang telah ada secara keseluruhan.

b. Coding (Pengkodean Data)

Data-data yang sudah diedit dilakukan pengkodean guna untuk

memudahkan dalam pengolahan data.

c. Tabuling (Tabulasi Data)

Setelah dilakukan coding maka dilakukan tabulasi data dengan

memberikan skor masing-masing jawaban responden.

d. Entry (Memasukan Data)

Memasukan data yang telah dilakukan editing dan coding

tersebut kedalam komputer.

e. Cleaning (Pembersihan Data)

Setelah data disusun dan selesai maka dilakukan pemeriksaan

kembali untuk memastikan apakah semua data sudah benar dan

siap di analisis.

e. Analisis Data

a. Analisis Univariat
65

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap

tiap variabel dalam hasil penelitian. Analisis univariat ini

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada

umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan

persentase dari tiap variable (Notoatmojo, 2010). Hasil analisis

univariat akan disajikan dalam bentuk grafik atau narasi.

Variabel yang akan digunakan analisis univariat dalam

penelitian ini adalah variabel pengetahuan dan asupan Diet

DASH, dari analisis univariat digunakan untuk melihat mean,

median, standar deviasi, nilai minimum-maksium sebelum dan

sesudah intervensi.

b. Analisis Bivariat

Data yang diperoleh diolah, dianalisa dalam suatu

pembahasan hal ini untuk melihat apakah adanya hubungan

variabel independen dengan variabel dependen. Uji statistik

yang digunakan adalah uji parametrik (paired T-test Dependen).

Jika data normal dan jika data tidak normal maka menggunakan

uji Wilcoxon. Analisis bivariat ini bertujuan untuk mengetahui

adakah pengaruh perbedaan kualitas diet awal (pretest) dengan

kualitas diet akhir (postest) yang digunakan untuk melihat

perbedaan antara sebelum dan sesudah di berikan konseling gizi

dengan variabel pengetahuan, dan asupan (variabel dependen)

yang masing-masing berskala rasio.


66

1. Jika nilai p-value <0,05, maka Ho ditolak artinya :

Ada pengaruh antara variavel dependen pengetahuan, asupan

Diet DASH sebelum dan setelah dilakukan konseling gizi

pada kelompok intervensi dan kontrol terhadap penderita

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota

Bengkulu tahun 2020.

2. Jika nilai p-value >0,05, maka Ho diterima artinya :

Tidak ada pengaruh antara variabel dependen pengetahuan,

asupan Diet DASH sebelum dan setelah dilakukan konseling

gizi pada kelompok intervensi dan kontrol terhadap penderita

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota

Bengkulu tahun 2020.

3.8 Etika Penelitian

Subjek penelitian yang terpilih diberikan informasi mengenai tujuan

dan manfaat penelitian. Subjek menyatakan setuju dan bersedia berpastisipasi

dalam penelitian serta menandatangani informed consent sebelum dilakukan

wawancara. Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari subjek dijamin

dengan cara mengganti identitas nama subjek dengan nomor urut responden.

3.9 Jalannya Penelitian

1. Tahap Observasi

Melakukan pengumpulan data kasus hipertensi yang berobat jalan dengan

mencatat rekam medik penderita hipertensi di Puskesmas Jembatan Kecil

Kota Bengkulu.
67

2. Tahapan Persiapan

a. Melakukan studi pustaka sebagai acuan dan telaah masalah penelitian.

b. Membuat alat penelitian sebagai sarana pengumpul data dilapangan.

c. Mengurus surat izin penelitian pada institusi berwenang. Penelitian ini

diawali dengan pengurusan perijinan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kota Bengkulu.

3. Tahapan Pelaksanaan

a. Mengadakan pelatihan konseling gizi dengan persepsi diskusi kepada

teman yang membantu ikut serta dalam pelaksanaan penelitian tentang

cara pengambilan data, wawancara dengan panduan kuisioner dan recall

24 jam serta gambaran teknis pelaksanaan intervensi penelitian.

b. Penelitian diawali dengan penetapan data dasar penderita hipertensi

pada catatan registrasi di puskesmas Jembatan Kecil.

c. Penderita yang tidak memenuhi kriteria inklusi dikeluarkan dari sampel

penelitian.

d. Konseling gizi yang dilakukan menggunakan alat bantu media

flashcard yang digunakan oleh petugas pengumpul data (enumator)

terlatih.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jalannya Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan diwilayah kerja Puskesmas Jembatan

Kecil Kota Bengkulu pada bulan Januari-Februari 2020. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui pengaruh intervensi yang dilakukan yaitu berupa

penjelasan mengenai Hipertensi dan Konseling gizi terhadap pengetahuan,

asupan Diet DASH (Konsumsi Serat, Natrium, dan Kalium).

Pengumpulan data Asupan dilakukan dengan menggunakan from

food recall 3 x 24 jam untuk mendapatkan data asupan serat, natrium dan

kalium. Data Pengetahuan dikumpulkan dengan metode wawancara

menggunakan lembar kuisioner berupa pertanyaan untuk mendapatkan data

pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan konseling. Pada Kelompok

Intervensi dilakukan konseling dengan media flashcard dan untuk kelompok

control hanya diberikan media flashcard tanpa diberikan konseling.

Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap persiapan

dan tahap pelaksanaan. Adapun tahap persiapan dimulai dari penetapan judul,

survei awal, pengurusan surat izin pra penelitian dari institusi pendidikan

yaitu Poltekkes Kemenkes Bengkulu dan dianjurkan pengurusan surat izin

penelitian di Kantor Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Bengkulu.

Setelah mendapatkan surat izin penelitian kemudian dilanjutkan ke Dinas

Kesehatan Kota Bengkulu dan diberi tembusan kepada Kepala Puskesmas

Jembatan Kecil Kota Bengkulu yang menjadi tempat/wilayah penelitian.

68
69

Tahap pelaksanaan meliputi pengambilan data yang dilakukan selama

lebih kurang 1 bulan pada tanggal 29 Januari-29 Februari 2020. Populasi

penelitian ini adalah pasien hipertensi dewasa di Wilayah kerja Puskesmas

Jembatan Kecil Kota Bengkulu yang tergister/terdaftar pada bulan Desember-

Februari 2020. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 20 orang kelompok

intervensi dan 20 orang kelompok kontrol, tekhnik pengambilan sampel

dengan cara purposive sampling dengan kriteria inklusi dan ekslusi.

Pengambilan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

primer yaitu data yang dikumpulkan langsung dari responden dengan

menggunakan kuisioner tentang pengetahuan dan from recall 3 x 24 jam

untuk mengetahui asupan makan penderita hipertensi. Data sekunder

didapatkan dari Puskesmas yaitu jumlah penderita hipertensi, data nama-

nama penderita berdasarkan alamat. Data yang terkumpul direkaptulasi dan

ditulis dimaster tabel untuk selanjutnya dianalisis. Selanjutnya diolah dan

dianalisis untuk menunjukkan distribusi frekuensi dari masing-masing

variabel. Data pengetahuan, asupan (serat, natrium, dan kalium) responden

berskala rasio.

Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji T-test Dependent

untuk mengetahui perbedaan/pengaruh pengetahuan, asupan (serat, natrium,

dan kalium) sebelum dan sesudah diberi intervensi konseling Diet DASH dan

untuk kelompok kontrol diberikan media flashcard Diet DASH tanpa

konseling. Kesulitan yang dialami peneliti saat pengumpulan data berupa

kuisioner asupan serat, natrium, dan kalium dari beberapa responden yang
70

sulit ditemui pada pengukuran post intervensi selanjutnya, sehingga peneliti

harus menghubunginya lewat telepon dan harus dijanjikan terlebih dahulu

dengan pihak responden, pengolahan dan analisis data juga memakan waktu

yang cukup lama. Hal ini dikarenakan keterbatasan peneliti dan hambatan

responden.

Data yang terkumpul, hasilnya diperiksa kembali apakah sudah sesuai

dengan yang diinginkan. Setelah dilakukan penelitian, penulis kembali

mengajukan surat keterangan selesai penelitian dari Puskesmas Jembatan

Kecil. Data yang terkumpul kemudian dilakukan pengkodean dengan

memberi kode angka pada hasil penelitian dan ditabulasi. Setelah itu data

diolah dengan menggunakan program SPSS 16.0. Selanjutnya pembuatan

laporan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dianalisis.

4.2 Hasil Penelitian


4.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran distrbusi

karakteristik responden kelompok intervensi pemberian konseling gizi

dengan media DIDAHI dan kelompok kontrol pemberian media DIDAHI

tanpa konseling gizi berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, dan

pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel 4.1.


71

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik pada Kelompok Perlakuan dan


Kelompok Kontrol.
Intervensi Kontrol
Karakteristik p-value
n % n %
Umur :
25-35 tahun 6 30,0 3 15,0 0,256
36-45 tahun 14 70,0 17 85,0
Jenis Kelamin :
Laki-laki 5 25,0 3 15,0 0,429
Perempuan 15 75,0 17 85,0
Pendidikan :
SD 2 10,0 2 10,0
SMP 2 10,0 3 15,0 0,753
SMA 15 75,0 15 75,0
S1 1 5,0 0 0
Pekerjaan
Bekerja 19 95,0 19 95,0 0,756
Tidak Bekerja 1 5,0 1 5,0
Ket: uji chi-square

Karakteristik responden menurut kelompok dapat dilihat pada

Tabel 4.1 pada dua perlakuan tersebut berdasarkan karakteristik (umur,

jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan) keempat kelompok tersebut

relatif homogen, sehingga salah satu persyaratan unutuk eksperimental

dapat terpenuhi. menunjukkan distribusi usia responden. Pada kelompok

intervensi usia 25-25 tahun masing-masing responden (30,0%) dan

kelompok kntrol responden (15%).

Usia 36-35 tahun kelompok intervensi responden (70%), dan

kelompok kontrol responden (85%) dengan p value (0,256), distribusi

pendidikan kelompok intervensi SD (10,0%) SMP (10,0%) SMA (75,0%),

dan S1 (5%), sedangkan kelompok kontrol SD (10,0%) SMP (15%) SMA

(75,0%), dan S1 (0%) dengan p value (0,753), distribusi jenis kelamin

pada kelompok intervensi yaitu laki-laki (25%) dan perempuan (75%),


72

sedangkan kelompok kontrol dengan (15%) dan perempuan (85%) dengan

p-value (0,429), distribusi pekerjaan rata-rata banyak yang bekerja pada

kelompok intervensi dan kelompok kontrol (95%) dan hanya (5%) yang

tidak bekerja, dengan nilai p-value (0,756) menunjukan tidak ada

perbedaan yang signifikan (nilai p>0,005).

4.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui perbedaan dari

variabel pengetahuan, dan asupan diet DASH (serat, natrium dan kalium)

dengan menggunakan analisis uji T-tes dependent dan t-test independen.

Berdasarkan uji kenormalan shapiro wilk test pada variabel

pengetahuan , dan asupan diet dash (serat, natrium, dan kalium) nilai

(p<0,05) ini menunjukkan bahwa semua variabel berdistribusi tidak

normal sehingga peneliti menggunakan uji parametrik wilcoxon Signed

Rank Test. Sedangkan t-test independen adalah untuk mengetahui ada atau

tidaknya perbedaan efektivitas antara kelompok intervensi dan

kelompok kontrol.

Tabel 4.2 Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah diberikan


konseling gizi.

Sebelum Sesudah
Pengetahuan Min- Mean±SD Min- Mean±SD ∆±SD p-valuea
Max Max
Intervensi 2-8 5,4±1,8 9-10 9,85±0,3 7,6±2,57 0,000
Kontrol 2-6 4,3±1,1 3-6 4,70±0,8 4,5±1,03 0,183
p-valueb 0,267 0,000 0,000
a
uji wilcoxon signed rank test buji mann whitney u test

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan rata-rata pengetahuan sebelum

dan sesudah perlakuan dilakukan perlakuan menggunakan uji wilcoxon


73

signed rank test mengalami peningkatan pengetahuan dengan p-value

0,000 (<0,05) yang menunjukkan adanya pengaruh konseling gizi pada

kelompok intervensi terhadap pengetahuan pada penderita hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Jembatan Kecil. Sedangkan pada kelompok

kontrol didapatkan rata-rata pengetahuan yaitu p-value 0,183 (>0,05) yang

menunjukan bahwa tidak ada pengaruh pengetahuan pada kelompok

kontrol yang hanya diberikan media flashcard tanpa konseling gizi.

Perbedaan pengetahuan sebelum pada kelompok intervensi dan

kelompok kontrol dengan menggunakan uji Mann Whitney U Test

didapatkan nilai p-value 0,267 (>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan.

Sedangkan sesudah diberikan konseling gizi pada kelompok intervensi dan

kelompok kontrol didapatkan nilai p-value 0,000 (<0,05) yang berarti ada

perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sesudah

diberikan konseling gizi terhadap pengetahuan pada penderita hipertensi

diwilayah kerja Puskesmas Jembatan Kecil.

Tabel 4.3 Perbedaan Asupan Diet DASH Natrium Sebelum dan


Sesudah diberikan konseling gizi.
Sebelum Sesudah
Asupan Min- Mean±SD Min- Mean±SD ∆±SD p-valuea
Max Max
Intervens 1590- 1855,2±307,2 834- 1153,6±214,3 1,50±441,1 0,000
i 2588 1493
Kontrol 1361- 1793,2±296,9 1377- 1850,6±299,9 1,82±296,0 0,218
2494 2491
p-valueb 0,417 0,000 0,000
a
uji wilcoxon signed rank test b uji mann whitney u test

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan rata-rata asupan natrium

sebelum dan sesudah perlakuan dilakukan perlakuan menggunakan uji

wilcoxon signed rank test mengalami penurunan pada asupan natrium


74

dengan p-value 0,000 (<0,05) yang menunjukkan adanya pengaruh

konseling gizi pada kelompok intervensi terhadap asupan natrium pada

penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Jembatan Kecil.

Sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan rata-rata asupan natrium

(mg/hr) yaitu p-value 0,218 (>0,05) yang menunjjukan bahwa tidak ada

pengaruh asupan natrium pada kelompok kontrol yang hanya diberikan

media flashcard tanpa konseling gizi.

Perbedaan asupan natrium (mg/hr) sebelum pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol dengan menggunakan uji Mann Whitney

U Test didapatkan nilai p-value 0,417 (>0,05) yang berarti tidak ada

perbedaan. Sedangkan sesudah diberikan konseling gizi pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol didapatkan nilai p-value 0,000 (<0,05)

yang berarti ada perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok

kontrol sesudah diberikan konseling gizi terhadap asupan natrium (mg/hr)

pada penderita hipertensi diwilayah kerja Puskesmas Jembatan Kecil.

Tabel 4.4 Perbedaan Asupan Diet DASH Serat Sebelum dan Sesudah
diberikan konseling gizi.

Sebelum Sesudah p-valuea


Asupan Min- Mean±SD Min- Mean±SD ∆±SD
Max Max
Intervensi 2,57- 5,16±2,24 4,57- 7,21±1,71 6,18±2,22 0,009
9,67 10,07
Kontrol 2,27- 4,45±1,56 2,93- 5,47±1,50 4,96±1,60 0,089
7,33 9,40
p-valueb 0,052 0,003 0,086
a
uji wilcoxon signed rank test b uji mann whitney u test
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan rata-rata serat (gr/hr) sebelum

dan sesudah perlakuan dilakukan perlakuan menggunakan uji wilcoxon

signed rank test pada asupan serat (gr/hr) dengan p-value 0,009 (<0,05)
75

yang menunjukkan adanya pengaruh konseling gizi pada kelompok

intervensi terhadap asupan serat pada penderita hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Jembatan Kecil. Sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan

rata-rata asupan serat (gr/hr) yaitu p-value 0,089 (>0,05) yang menunjukan

bahwa tidak ada pengaruh asupan serat (gr/hr) pada kelompok kontrol

yang hanya diberikan media flashcard tanpa konseling gizi.

Perbedaan asupan serat (gr/hr) sebelum pada kelompok intervensi

dan kelompok kontrol dengan menggunakan uji Mann Whitney U Test

didapatkan nilai p-value 0,052 (>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan.

Sedangkan sesudah diberikan konseling gizi pada kelompok intervensi dan

kelompok kontrol didapatkan nilai p-value 0,003 (<0,05) yang berarti ada

perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sesudah

diberikan konseling gizi terhadap asupan serat (gr/hr) pada penderita

hipertensi diwilayah kerja Puskesmas Jembatan Kecil.

Tabel 4.5 Perbedaan Asupan Diet DASH Kalium Sebelum dan


Sesudah diberikan diberikan konseling gizi.

Sebelum Sesudah p-value a


Asupan Min- Mean±SD Min- Mean±SD ∆±SD
Max Max
Intervens 567- 982,5±315,1 926- 1390,3±407,7 1186±414,7 0,002
i 1828 2223
Kontrol 515- 964,0±389,4 646- 1104±390,9 1034±391,6 0,044
2147 2459
p-valueb 0,053 0,001 0,102
a
uji wilcoxon signed rank test b uji mann whitney u test
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan rata-rata asupan kalium

(mg/hr) sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan uji wilcoxon signed

rank test pada asupan kalium (mg/hr) dengan p-value 0,002 (<0,05) yang

menunjukkan adanya pengaruh konseling gizi pada kelompok intervensi


76

terhadap asupan kalium pada penderita hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Jembatan Kecil. Sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan

rata-rata asupan kalium (mg/hr) yaitu p-value 0,044 (<0,05) yang

menunjukan bahwa ada pengaruh asupan kalium pada kelompok kontrol

yang hanya diberikan media flashcard tanpa konseling gizi.

Perbedaan asupan kalium (mg/hr) sebelum pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol dengan menggunakan uji Mann Whitney

U Test didapatkan nilai p-value 0,053 (>0,05) yang berarti tidak ada

perbedaan. Sedangkan sesudah diberikan konseling gizi pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol didapatkan nilai p-value 0,001 (<0,05)

yang berarti ada perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok

kontrol sesudah diberikan konseling gizi terhadap kalium (mg/hr) pada

penderita hipertensi diwilayah kerja Puskesmas Jembatan Kecil.

4.3 Pembahasan
4.3.1 Karakteristik
Responden dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi dan

didapatkan jumlah responden sebanyak 20 orang kelompok intervensi

(diberikan konseling gizi) dan 20 orang kelompok kontrol (hanya

diberikan media flashcard tanpa konseling gizi), untuk kelompok

intervensi diberikan konseling gizi 3 kali selama 3 minggu.

Umur penderita hipertensi menggambarkan sebagian kelompok

intervensi dan kelompok kontrol berkisar 25-45 tahun. Menurut Tilong

(2012) Penyakit hipertensi dapat menyerang siapa saja tidak memandang

dari kelompok umur dan kelompok sosial serta ekonomi, dengan semakin
77

bertambahnya usia, maka kemungkinan seseorang menderita hipertensi

akan semakin besar.

Kedua kelompok hipertensi banyak berjenis kelamin perempuan.

Hal ini disebabkan karena wanita yang mulai memasuki masa menopause,

maka terjadi penurunan hormon estrogen secara tajam. Akibatnya,

pembuluh darah arterial menjadi kaku, serta merusak lapisan sel dinding

pembuluh darah. Keadaan itu dapat memicu terjadinya pembentukan plak

dan mengaktivasi sistem tubuh yang dapat meningkatkan tekanan darah.

Sebelumnya penderita hipertensi diminta ketersediaan sebagai responden

untuk mendapat konseling gizi dengan menggunakan media.

Pendidikan penderita hipertensi pada penelitian ini adalah SD,

SMP, SMA dan perguruan tinggi adapun pendidikan terbanyak pada kedua

kelompok penderita hipertensi yaitu banyak yang berpendidikan SMA.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status pendidikan terbanyak

adalah SMA (75%). Konseling gizi merupakan suatu kegiatan sebagai

proses komunikasi dua arah untuk membantu, meningkatkan pengertian,

sikap dan prilaku sehingga dapat membantu klien/pasien dalam mengatasi

masalah.

Rata-rata penderita hipertensi banyak yang bekerja yaitu 95%

sehingga banyak juga yang berpenghasilan. Pekerjaan pada penderita

hipertensi berbagai macam yaitu pedagang, swasta, petani, kuli dan ibu

rumah tangga, tetapi rata-rata banyak ibu-ibu yang bekerja sebagai

pedagang berjualan sayuran dipasar. Seseorang yang bekerja maka tinggi


78

akan melakukan aktivitas, karena aktivitas fisik dapat mengurangi risiko

hipertensi dengan mengurangi resistensi pembuluh darah dan menekan

aktivitas sistem saraf simpatik dan sistem renninangiotensin.

4.3.2 Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah pada kelompok


intervensi dan kelompok kontrol terhadap penderita hipertensi
Diwilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun
2020.

Konseling gizi adalah suatu kegiatan sebagai proses komunikasi

dua arah untuk membantu, meningkatkan pengertian, sikap dan prilaku

sehingga dapat membantu klien/pasien dalam mengatasi masalah.

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang

penyakit hipertensi dan Diet DASH (Dietary Approach To Stop

Hypertension).

Penelitian ini sebagaian besar responden mempunyai pengetahuan

yang cukup baik tentang penyakit hipertensi tetapi pada pertanyaan Diet

DASH responden kurang/banyak yang belum mengetahui. Hal ini

dibuktikan dengan banyak yang benar menjawab soal pertanyaan tentang

hipertensi dibandingkan Diet DASH yang masih banyak salah menjawab.

Pada kelompok intervensi sesudah diberikan konseling gizi banyak nilai

pengetahuan yang meningkat yaitu lebih dari 80 dan sudah banyak yang

mendapatkan nilai 100, dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu

masih <80.

Pengetahuan pada kelompok intervensi sebelum dilakukan

konseling gizi dilihat dari nilai rata-rata perminggu selama 3 kali


79

pengukuran post-intervensi. Intervensi yang dilakukan yaitu berupa

konseling gizi dalam 1 minggu dalam 3 kali kunjungan konseling,

dilakukan dengan mengisi lembar kuisioner angket yang diberikan kepada

responden pada minggu pertama dan minggu ketiga.

Berdasarkan hasil statistik dengan uji wilcoxon nilai rata-rata pada

kelompok intervensi sebelum diberikan konseling gizi yaitu 5,45

sedangkan nilai rata-rata pengetahuan setelah diberikan konseling gizi

yaitu 9,85 hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan sebelum dan

sesudah diberikan konseling gizi. Berdasarkan hasil uji statistik pada

kelompok intervensi menunjukkan terdapat perbedaan pengetahuan

responden sesudah konseling, ditunjukkan dengan nilai p value 0,000

(p<0,05). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan pengetahuan sebelum

dan sesudah diberi konseling gizi dengan hasil yang meningkat. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian intervensi konseling gizi

selama 3 minggu dengan frekuensi kunjungan 3 kali efektif dalam

perubahan pengetahuan responden.

kelompok kontrol yang hanya diberikan media flashcrad tanpa

dilakukannya konseling gizi didapatkan nilai rata-rata sebelum diberikan

media yaitu 4,40 sedangkan setelah diberikan media selama 3 minggu

didapatkan nilai rata-ratanya yaitu 4,70. Berdasarkan hasil uji statistik

ditunjukkan dengan nilai p-value 0,183 (p>0,05). Hal ini menunjukkan

tidak adanya perbedaan pengetahuan yang signifikan sebelum dan sesudah

diberikan media.
80

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian konseling gizi

menggunakan media secara langsung lebih berpengaruh dalam hal

pengetahuan Diet DASH dari pada kelompok kontrol yang hanya

diberikan media tanpa diberikan konseling gizi pada penderita hipertensi.

Hal ini dikarena pada kelompok kontrol ketika diwawancarai banyak

responden yang malas dan tidak membaca dikarenakan sibuk bekerja dan

mengurus rumah tangga.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Pratiwi (2011) terdapat

perbedaan pengetahuan, sikap dan tekanan darah sebelum dan sesudah

diberikan konseling gizi. Penelitian yang dilakukan oleh Luthfiana (2019),

hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh konseling diet DASH

terhadap penurunan tekanan darah. Terdapat perbedaan tekanan darah

yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan konseling diet DASH pada

kelompok intervensi.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan

oleh Hapsari (2014), hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan

pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan konseling gizi antara

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan nilai p <0,05

(p=0,012), dan ada perbedaan kebiasaan makan natrium sebelum dan

sesudah dilakukan konseling gizi antara kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol dengan nilai p <0,05 (p=0,037).

Konseling gizi menggunakan media flashcard yang merupakan

kartu belajar efektif untuk dapat merangsang pikiran dan minat


81

belajar sehingga lebih mempermudah untuk proses pembelajaran. Media

ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap

pelajaran dapat diterima/ditangkap melalui panca indra yang digunakan

untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula

pengertian atau pengetahuan yang diperoleh (Putu,2012).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Widiyaningsih (2017)

Hasil penelitiannya terdapat pada perlakuan media mini flashcard dan

leaflet bahwa Perubahan asupan energi, asupan protein dan z-score BB/U

pada kelompok mini flashcard lebih tinggi dibanding kelompok leaflet.

Media flashcard yang digunakan untuk membantu mengingatkan

atau mengarahkan kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar,

teks, atau tanda simbol yang ada pada, yang dapat merangsang pikiran

dan minat sehingga lebih mempermudah untuk proses belajar (Supriasa

2002).

Perubahan nilai pengetahuan responden tidak terlepas dari daya

ingat responden mengenai pemaparan atau pembelajaran dalam bentuk

konseling yang telah dilakukan, namun setiap responden memiliki daya

ingat yang berbeda-beda. Menurut Solso (2012) retensi seseorang dapat

meningkat jika mengalami pemaparan yang lebih sering, retensi atau

bertahannya memori dapat dipelajari sehingga tidak mudah dilupakan

dengan pengulangan kembali dengan bahan atau metode pembelajaran

yang berbeda.
82

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ananda Dwi (2019)

dimana pada kelompok intervensi menunjukkan bahwa adanya pengaruh

konseling gizi sebelum dan setelah dilakukannya konseling gizi selama 1

bulan, dan salah satu faktor penyebab pengetahuan responden kurang yaitu

karena pendidikan terakhir. Pengetahuan akan semakin baik diiringi

dengan tingkat pendidikan seseorang. Semakin tinggi pendidikan maka

semakin mudah seseorang untuk menerima informasi (Mubarak,2011).

Penelitian Dewifianita Rizki (2017), menunjukkan bahwa pada

intervensi pemberian konseling gizi selama 1 bulan didapatkan adanya

perbedaan yang signifikan terhadap pengetahuan sebelum dan sesudah

diberikan konseling diet DASH ditunjukan dari nilai p = 0.0086 (p<0,05).

Hasil penelitian ini juga menunjukkan ada hubungan positif antara

pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi. Semakin tinggi tingkat

pengetahuan responden, maka semakin patuh terhadap diet yang diberikan.

Hasil penelitian olive et al (2011), menunjukkan hasil yang sama

yaitu setelah mendapatkan intervensi pendidikan gizi 2 sampai 3 minggu

pada remaja yang berpenghasilan rendah usia 10-14 tahun, pengetahuan

dan prilaku mengalami peningkatan yang signifikan (p<0,001)

dibandingkan pada kelompok kontrol.

Hasil penelitian Pratami (2016), juga menunjukkan hal yang sama

yaitu ada perbedaan pengetahuan pasien penderita hipertensi sebelum dan

sesudah diberikan konsultasi gizi (ρ 0,000), dan juga ada perbedaan rerata
83

peningkatan pengetahuan pasien penderita hipertensi berdasarkan tingkat

pendidikan (p 0,000).

Tinggi rendahnya pengetahuan gizi seseorang cenderung akan

berpengaruh terhadap sikap dan prilaku gizi. Bila pengetahuan gizi

seseorang tinggi maka akan cenderung membuat responden tersebut

bersikap dan berprilaku gizi yang baik serta menumbuhkan budaya terkait

dengan gizi.

4.3.3 Perbedaan Asupan Natrium Sebelum dan Sesudah pada kelompok


intervensi dan kelompok kontrol terhadap penderita hipertensi
Diwilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun
2020.
Asupan adalah segala sesuatu yang dikonsumsi tubuh setiap hari.

Pengaruh asupan tinggi natrium terhadap timbulnya hipertensi terjadi

melalui peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah,

Kelebihan asupan natrium akan meningkatkan cairan dari sel, dimana air

akan bergerak ke arah larutan elektrolit yang mempunyai konsentrasi lebih

tinggi. Hal ini bisa mengakibatkan peningkatan volume plasma darah dan

akan meningkatkan curah jantung, sehingga tekanan darah meningkat

(Lestari D, 2010).

Asupan natrium pada kelompok intervensi sebelum dilakukan

konseling gizi rata-rata mengkonsumsi 1855,27 mg/hr, setelah dilakukan

konseling gizi asupan natrium mengalami penurunan yaitu sebesar

1153,60 mg/hr. Sedangkan pada kelompok kontrol asupan natrium rata-


84

rata mengalami peningkatan dari rata-rata 1793,25 mg/hr menjadi 1850,64

mg/hr.

Berdasarkan hasil uji statistik pada kelompok intervensi

menunjukkan nilai p value 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan adanya

perbedaan asupan natrium sebelum dan sesudah diberi konseling gizi

dengan asupan natrium yang menurun. sedangkan pada kelompok kontrol

hasil uji statistik menunjukkan nilai p-value 0,218 (>0,05) yang berarti

tidak adanya perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah diberikannya

media DIDAHI tanpa konseling gizi.

kelompok intervensi rata-rata asupan natrium mengalami

penurunan hal ini dikarenakan kebanyakan responden telah mengurangi

konsumsi garam pada setiap masakan sehari-harinya, bila dilihat dari

anjuran Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) yang

menganjurkan konsumsi garam 3-4gr/hr atau ½ sdt.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gita

(2013) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada

asupan natrium (p=0,000) antara sebelum dan sesudah diberikan konseling

gizi diet DASH. Penelitian ini juga sejalan dengan (Nurhumairah, 2014)

menunjukkan bahwa pada setiap jumlah asupan natrium, nilai tekanan

darah sistolik dan diastolik pada penderita mengalami penurunan yang

lebih besar pada kelompok yang mengkonsumsi pola diet DASH

dibanding kelompok kontrol.


85

penelitian yang dilakukan oleh (Suwarni, 2009) yang menyatakan

bahwa konseling gizi memiliki pengaruh terhadap asupan zat gizi lemak,

natrium, dan kalium, magnesium, dimana telah terjadi penurunan pada

asupan lemak, natrium dan kalium, magnesium terjadi peningkatan

asupan. Ada pengaruh konseling gizi terhadap tekanan darah, dimana

konseling gizi diberikan leaflet lebih baik dari pada hanya diberi leaflet

tanpa konseling gizi.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Makawarung (2016), hasil penelitiannya terdapat perbedaan asupan

natrium pasien hipertensi sebelum dan sesudah diberikan konseling gizi.

Sebelum dilakukan konseling gizi asupan natrium pasien lebih dari anjuran

konsumsi natrium sehari, dan setelah dilakukan konseling gizi pasien

sudah mulai mengurangi mengonsumsi makanan yang mengandung

natrium tinggi.

Konsumsi natrium responden yang tinggi dapat dilihat dari hasil

wawancara menggunakan recall 3x24 jam dan dapat diketahui natrium

yang tinggi dikarenakan responden sering mengkonsumsi makanan tinggi

natrium yaitu konsumsi garam, penyedap rasa (MSG), jenis kue yang

mengandung bikarbonat, seperti roti, biscuit, mie kering, ikan asin, dan

kecap. Menurut Kemenkes (2012), prevalensi konsumsi makanan asin di

provinsi Bengkulu sebesar 21,5%, konsumsi hewani berpengawet 4,3%

dan 84%,1 konsumsi makanan berpenyedap.


86

Pengaruh asupan tinggi natrium terhadap timbulnya hipertensi

terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan

darah, Kelebihan asupan natrium akan meningkatkan cairan dari sel,

dimana air akan bergerak ke arah larutan elektrolit yang mempunyai

konsentrasi lebih tinggi. Hal ini bisa mengakibatkan peningkatan volume

plasma darah dan akan meningkatkan curah jantung, sehingga tekanan

darah meningkat.

Penelitian ini juga terdapat beberapa kelemahan yang

mempengaruhi hasil dari penelitian yaitu metode yang digunakan untuk

pengumpulan data yaitu Food Recall 24 jam dimana ketepatannya

tergantung dengan daya ingat dan kejujuran responden. Estimasi yang

digunakan juga mempengaruhi hasil dari perhitungan asupan natrium yang

dikonsumsi responden. Kemungkinan adanya perbedaan untuk posi dan

ukuran rumah tangga (URT) antara responden dan peneliti dalam

mengestimasi makanan yang dikonsumsi responden.

4.3.4 Perbedaan Asupan Serat Sebelum dan Sesudah pada kelompok


intervensi dan kelompok kontrol terhadap penderita hipertensi
Diwilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun
2020.
Serat merupakan asupan yang dapat menurunkan hipertensi, hal ini

dikarenakan serat bisa mengikat garam empedu, mencegah penyerapan

kolesterol dalam usus, dan meningkatkan pengeluaran asam empedu

melalui feces (Lestari 2012).


87

Kelompok intervensi hasil penelitian menunjukkan hasil uji

statistik p-value 0,009 <0,05 bahwa ada perbedaan konsumsi serat antara

sebelum dan sesudah dilakukan konseling, sedangkan pada kelompok

kontrol hasil uji statistik nilai p-value 0,089 >0,05 bahwa tidak adanya

perbedaan yang signifikan, hal ini ketika sesudah diberikan konseling gizi

ada beberapa responden lebih meningkatkan konsumsi sayuran dan buah-

buahan walaupun tingkat konsumsi serat yang bersumber dari sayur-

sayuran dan buah-buahan memang kurang memenuhi kuantitas atau

jumlah yang telah dianjurkan sesuai dengan Diet DASH yaitu kebutuhan

serat 25-30 gr/hr untuk dikonsumsi oleh responden.

Hal ini juga dapat diketahui dari formulir Recall 3 x 24 jam yang

diperoleh dari wawancara oleh responden dimana rata-rata konsumsi serat

responden kurang dari kebutuhan normal dan belum sesuai dengan anjuran

diet DASH yaitu 25-30 gr/hr, bila dilihat dari jenis atau variasi bahan

makanan cukup beragam dan tergantung pada ketersediaan bahan

makanan didaerah setempat dan tingkat konsumsi rumah tangga, jenis

bahan makanan yang sering dikonsumsi responden yaitu daun singkong,

wortel, bayam, sayur katuk, terong, ketimun, kacang panjang, buncis,

selada, daun pepaya, dan jenis buah yang sering dikonsumsi yaitu pisang,

jeruk, dan pepaya.

Serat adalah makanan polimer karbohidrat yang tidak dapat

dicerna. Mekanisme serat untuk menurunkan hipertensi, berkaitan dengan

asam empedu. Serat pangan mampu mengurangi kadar kolesterol yang


88

bersikulasi dalam plasma darah, karena serat pangan dapat mengikat

garam empedu, mencegah penyerapan kolesterol di dalam usus. Anjuran

kecukupan serat perhari menurut FDA dan World Health Organization

(WHO) adalah sekitar 25 gr/hr, sedangkan didalam diet DASH (Dietary

Approaches To Stop Hypertension) adalah 25-30 gr/hr, meskipun

responden mengkonsumsi sumber bahan makanan yang mengandung serat

tinggi tetapi jika dilihat dari jumlah porsi yang dikonsumsi belum

mencukupi anjuran dan masih dalam kategori kurang, hal ini dikarenakan

tingkat konsumsi responden yang masih kurang untuk mengkonsumsi serat

dalam jumlah yang banyak atau mencukupi kebutuhan.

Asupan serat responden yang kurang juga dikarenakan responden

sayur dalam jumlah yang sedikit dan untuk konsumsi buah-buahan jarang,

bila dibagi menjadi rata-rata harian asupan serat responden masih dalam

kategori kurang. Selain itu juga banyak faktor yang menyebabkan

kurangnya konsumsi serat yang bersumber dari sayur dan buah pada

responden salah satunya ketersediaan bahan pangan dan daya beli

masyarakat yang kurang terhadap buah-buahan, terutama responden yang

hanya menyediakan jenis lauk hewani tanpa sayur dan buah dikarenakan

anggota keluarganya tidak menyukai sayur.

Sesudah dilakukannya konseling gizi pada kelompok intervensi

dan kelompok kontrol jumlah/kuantitas responden belum memenuhi

kebutuhan yang telah dianjurkan. Penelitian ini tidak sejalan dengan

penelitian Sari Novita, et al (2016) tidak terdapat hubungan secara statistik


89

antara asupan serat dengan tekanan darah. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Gita (2013) yang menyatakan bahwa

terdapat perbedaan yang bermakna pada asupan serat (P=0,000) antara

asupan sebelum dan sesudah diberikan konseling gizi.

Penelitian ini juga terdapat beberapa kelemahan yang

mempengaruhi hasil penelitian yaitu metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data yaitu Food Recall 24 jam yang ketepatannya

tergantung dengan daya ingat dan kejujuran responden. Estimasi yang

digunakan juga mempengaruhi hasil dari perhitungan asupan serat yang

dikonsumsi responden. Kemungkinan adanya perbedaan untuk porsi dan

ukuran rumah tangga (URT) antara responden dan peneliti dalam

mengestimasi makanan yang telah dikonsumsi responden.

4.3.5 Perbedaan Asupan Kalium Sebelum dan Sesudah pada kelompok


intervensi dan kelompok kontrol terhadap penderita hipertensi
Diwilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun
2020.
Asupan kalium dapat menurunkan peningkatan tekanan darah

melalui beberapa mekanisme, salah satunya dengan meningkatkan eksresi

natrium. Berdasarkan hasil uji statistik pada kelompok intervensi

menunjukkan nilai p-value 0,002 (<0,05) yang berarti terdapat perbedaan

antara sebelum dan sesudah diberikan konseling gizi, sedangkan pada

kelompok kontrol hasil uji statistik menunjukkan nilai p-value 0,044

(<0,05) yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok

kontrol, hal ini dikarenakan setelah diberikannya konseling gizi ada


90

beberapa responden yang meningkatkan konsumsi asupan kalium yang

banyak bersumber dari sayur-sayuran dan buah-buahan dan rendahnya

tingkat konsumsi kalium yang belum sesuai dengan yang dianjurkan yang

mana sebagian besar terdapat di dalam sayur-sayuran dan buah-buahan,

hal ini juga dapat diketahui dari from Recall 3x24 jam dengan

menggunakan metode wawancara yang didapatkan hasil rata-ratanya

kurang dari kebutuhan/ yang dianjurkan masih dibawah normal (<4700)

mg/hr.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurhumairah (2014)

hasil penelitiannya terdapat perbedaan asupan energi, karbohidrat, protein,

lemak, kalium, magnesium dan kalsium selama intervensi antara

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (P<0.05). penelitian yang

dilakukan Gita (2013) juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang

bermakna pada asupan kalium (p=0,000) antara sebelum dan sesudah

diberikan konseling gizi diet DASH. Bahan makanan yang tinggi kalium

yang sering dikonsumsi responden adalah pisang, jeruk, dan pepaya,

sedangkan sayuran yang tinggi kalium yang biasa dikonsumsi yaitu tomat,

wortel, buncis dan kentang. Asupan kalium yang rendah pada responden

dapat dilihat dari jumlah porsi yang dikonsumsi responden kurang dari

kebutuhan/anjuran.

Teori diet DASH menunjukkan bahwa kalium mempunyai peranan

penting dalam membantu penurunan tekanan darah. Kalium banyak

terdapat dalam bahan makanan mentah atau segar. Proses pemasakan


91

makanan dapat menyebabkan hilangnya kalium dalam bahan makanan dan

penambahan garam ke dalam proses pemasakan makanan menyebabkan

kandungan natrium dalam makanan tersebut semakin meningkat sehingga

dapat terjadi perubahan keseimbangan rasio natrium dan kalium dalam

makanan tersebut. Kalium sebagai salah satu mineral yang menjaga

keseimbangan cairan dan elektrolit mempunyai efek natriuretik dan

diuretik yang meningkatkan pengeluaran natrium dan cairan dari dalam

tubuh.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rossa

(2013) yang menyatakan tidak ada hubungan antara asupan kalium dengan

tekanan darah dan konseling gizi yang artinya konsumsi kalium responden

belum mencukupi dari kebutuhan.

Penelitian ini juga terdapat beberapa kelemahan yang

mempengaruhi hasil penelitian yaitu metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data yaitu Food Recall 24 jam yang ketepatannya

tergantung dengan daya ingat dan kejujuran responden. Estimasi yang

digunakan juga mempengaruhi hasil dari perhitungan asupan serat yang

dikonsumsi responden. Kemungkinan adanya perbedaan untuk porsi dan

ukuran rumah tangga (URT) antara responden dan peneliti dalam

mengestimasi makanan yang telah dikonsumsi responden.

4.4 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai keterbatasan antara lain:


92

A. Keterbatasan penelitian yang pertama adalah saat setelah dijelaskan alur

penelitian banyak juga calon responden yang menolak dengan alasan

mereka sibuk dan tidak punya banyak waktu untuk pertemuan berikutnya.

B. Kesulitan yang dialami peneliti saat pengumpulan data berupa kuisioner

asupan serat, natrium, dan kalium dari beberapa responden yang sulit

ditemui pada pengukuran post intervensi selanjutnya, sehingga peneliti

harus menghubunginya lewat telepon dan harus dijanjikan terlebih dahulu

dengan pihak responden, pengolahan dan analisis data juga memakan

waktu yang cukup lama. Hal ini dikarenakan keterbatasan peneliti dan

hambatan responden.

C. Saat door to door peneliti mendapatkan kendala diantaranya susah untuk

mencari rumah responden, selain itu responden juga punya kesibukan

masing- masing dan peneliti harus menyesuaikan dengan waktu luang

responden.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan “Pengaruh Konseling Gizi

Didahi Media Flashcard Terhadap Pengetahuan, Asupan Diet Dash (Dietary

Approaches To Stop Hypertension) Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah

Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Tahun 2020” maka didapatkan kesimpulan

sebagai berikut :

1. Umur penderita hipertensi rata-rata 35-45 tahun, berjenis kelamin

perempuan. Pendidikan penderita hipertensi sebagian besar yaitu SMA,

dan rata-rata penderita hipertensi bekerja.

2. Ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan konseling

gizi pada kelompok intervensi dengan nilai p-value 0,000, sedangkan

pada kelompok kontrol nilai p-value 0,183 yang berarti tidak ada

perbedaan sebelum dan sesudah diberikan media flashcard tanpa

diberikan konseling gizi.

3. Ada perbedaan asupan natrium sebelum dan sesudah diberikan konseling

gizi pada kelompok intervensi dengan nilai p-value 0,000, sedangkan

pada kelompok kontrol nilai p-value 0,218 yang berarti tidak ada

perbedaan sebelum dan sesudah diberikan media flashcard tanpa

diberikan konseling gizi.

93
94

4. Tidak ada perbedaan asupan serat sebelum dan sesudah diberikan

konseling gizi pada kelompok intervensi dengan nilai p-value 0,009,

sedangkan pada kelompok kontrol nilai p-value 0,089 yang berarti tidak

ada perbedaan sebelum dan sesudah diberikan media flashcard tanpa

diberikan konseling gizi.

5. Ada perbedaan asupan kalium sebelum dan sesudah diberikan konseling

gizi pada kelompok intervensi dengan nilai p-value 0,002, sedangkan

pada kelompok kontrol nilai p-value 0,044 yang berarti ada perbedaan

sebelum dan sesudah diberikan media flashcard tanpa diberikan konseling

gizi.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peneliti ingin memberikan

saran kepada beberapa pihak yang terkait antara lain :

1. Untuk responden hipertensi perlu memperhatikan, dan mengurangi

atau membatasi asupan natrium 3-4 gr/hr atau ½ sdt, dan

meningkatkan konsumsi makanan yang tinggi serat 25-30 gr/hr dan

kalium 4700 mg/hr, serta terapkan pola sesuai dengan Diet DASH.

2. Diharapkan kepada petugas puskesmas terutama bagian Gizi

Puskesmas Jemabatan Kecil Kota Bengkulu agar dapat memberikan

edukasi dalam bentuk konseling Diet DASH pada penderita hipertensi

dengan menggunakan Media flashcard yang dapat direkomendasikan

sebagai media baru dalam komunikasi yang efektif untuk melakukan

konseling gizi.
DAFTAR PUSTAKA

Adibah. 2014. Pola Makan Sehat Untuk Penderita Hipertensi. Diakses


pada 09 November 2015.

Alfiani. S., Triyasmono. L., & Ni’mah. M. 2014. Analisis Kadar Asam Lemak
Bebas dalam Minyak Hasil Penggorengan Berulang dengan Metode
Titrasi Asam Basa dan Spektrofotometer Fourier Transformation Infra Red
(Ftir). Jurnal Pharmascience. 1(1). Diakses pada 21 Maret 2016.

Almatsier, 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

American Heart Assosiation. 2014. Undertanding anf Managing High Blood. pdf
diakses tanggal 9 september 2015. Ardiansyah, M. 2012 Medikal Bedah
Untuk Mahasiswa. Jogjakarta : DIVA press.

Ananda D. M, Jumiyati, dan Emy Y., 2018. The Influence Of Nutritio Counseling
On The Knowledge And Intake Of Macro Nutrient Wus Kek In Region Work
Puskesmas Sawah Lebar Bengkulu. Jurnal Teknologi dan Seni Kesehatan
Vol.10 (1). 2019 : 35 – 45.

Andry, Hartono. 2010. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta : Buku
Kedokteran EDGJ.

Apriana Rista, Nana R, dan Yohanna S., 2017. Hubungan Penerapan Metode
Dash (Dietary Approach To Stop Hypertension) dengan Tingkat Hipertensi.
Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 15 No 3.

Ardiansyah, M. 2012 Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: DIVA Press.

Arief S. Sadiman, Raharjo,dkk. 2006. Media Pendidikan. Jakarta. Rajawali Press.

Ariani AD. 2013. Hipertensi Grade II Dengan Prediabetes Pada Pasien Laki-
Laki Lanjut Usia. Jurnal Medula, Volume 1 Nomor 1, September 2013.

Baradiro, Mary, 2008, Klien Gangguan Kardiovaskuler: Seri Asuhan


Keperawatan, Jakarta ; EGC.

Beevers, D. G. 2002.Tekanan Darah. Jakarta: Dian Rakyat.

Ciptaningtyas, R. 2013. Teori & Panduan Konseling Gizi. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Cornelia, et al. 2013. Konseling Gizi. Jakarta: Penebar Plus.

Corwin,J.E. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

95
96

Djamarah & Zain. 2006. Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dewifianita Rizki, Hidayat N, dan Setiyobroto I. 2017. Pengaruh Pemberian


Konseling Diet Dash (Dietary Approach To Stop Hypertension) Terhadap
Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Peserta Prolanis Di
Puskesmas Sentolo I. Yogyakarta : Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Dinas Kesehatan Kota Bengkulu, 2018. Profil Kesehatan Kota Bengkulu :


Bengkulu.

Diosyadita enchie, 2014 Hubungan Pola Makan Diet DASH (Dietary


Apporoaches to Stop Hypertension) dengan Tekanan darah pada pasien
Hipertensi di Poli Penyakit dalam RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu.

Elsanti S. 2009. Panduan Hidup Sehat Bebas Kolestrol, Stroke, Hipertensi &
Serangan Jantung. Yogjakarta : Araska.

Fathurrohman Pupuh, M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar; Strategi


Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum &
Konsep Islami, Bandung: PT Refika Aditama, 2009.

Ganong, William F. 2013. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.

Hapsari A, Yuniarti, dan Sulistyowati E. 2014. Efektivitas Konseling Gizi dengan


Media Buku Saku terhadap Pengetahuan, Sikap Mengenai Pencegahan
Hipertensi, dan Kebiasaan Makan Natrium dan Serat pada Remaja di SMAN
15 Semarang. Semarang.

Ibrahim, R. Dan Nana, Syaodih S. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta:


Rineka Cipta

Irianto, K 2014. Memahami Berbagai Macam Penyakit. Bandung: Alfabeta.

Kaplan, 2006. Clinical Hypertension 9th ed., Norman M. Kaplan Lippincott


Williams & Wilkins.

Kartikasari AN. Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di Desa


Kabongan Kidul Kabupaten Rembang. Universitas Diponegoro; 2012.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Prevalensi Hipertensi di Indonesia. di-


Indonesia.Diakses pada 23 Juni 2014 pukul 13.00 WIB.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buletin Jendela Data dan


Informasi Kesehatan Penyakit Tidak Menular. Jakarta 2012.
97

Kementerian Kesehatan RI. 2014. INFODATIN Pusat Data dan Informasi


Kemeterian Kesehatan RI: Hipertensi. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan RI :Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Alih bahasa oleh
Andry Hartono. Jakarta: EGC.

Kumala M. 2014. Peran Diet Dalam Pencegahan Dan Terapi Hipertensi Role Of
Dietary In The Prevention And Treatment Of Hypertension Damianus
Journal of Medicine. Vol.13 No.1 Februari 2014.hlm. 50–61.
Kurniadi, H., & Nurrahmi, U. 2014. Stop! Diabetes. Hipertensi. Kolesterol
Tinggi. Jantung Koroner. Istana Media: Yogyakarta.

Kumairoh Lailatul, 2007. Pengaruh Pemberian Jus Buah Belimbing dan


Mentimun terhadap Penurunan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik
Penderita Hipertensi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Univarsitas Airlangga.
Surabaya.

Lestari, D. 2010. Hubungan Asupan Kalium, Kalsium, Magnesium, Dan Natrium,


Indeks Massa Tubuh, Serta Aktifitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Wanita Usia 30–40 Tahun. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro Semarang (11 Desember 2014).

Lestari, A. P. Dan Rahayuningsih, H. M., 2012. Pengaruh Pemberian Jus Tomat


(Lycopersicum Commune) Terhadap Tekanan Darah Wanita Postmenopause
Hipertensif. Journal of Nutrition College,Volume 1, pp. 414-420.

Luthfiana Nur Siti, Arwani, dan Budi W., 2019. The Effect Of Dietary Approach
To Stop Hypertension (Dash) Counseling On Reducing Blood Pressure.
Jendela Nursing Journal. Volume 3, Number 2, December 2019, 98-103.

Mahan, L.K., S.E. Stump, and J.L. Raymond. 2012. Krause’s Food and The
Nutrition Care

Makarawung A, Momongan R, dan Imbar S. 2016. Pengaruh Konseling Gizi


terhadap Asupan Natrium Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Rurukan Kota Tomohon. GIZIDO Volume 8 No. 2 November 2016.

Martuti, A. 2009 Hipertensi Merawat dan Menyembuhkan Penyakit Tekanan


Darah Tinggi. Penerbit Kreasi Kencana Perum Sidorejo Bumi Indah (SBI)
Blok F 155 Kasihan Bantul, pp.10-12. Process. (Ed. 13). Elsevier, 758-769.

Mubarak. W. I. (2011). Promosi kesehatan. Jogyakarta : Graha ilmu


98

National Heart, Lung and Blood Institute. 2015. Your Guide to Lowering your
blood pressure with DASH. National Institute of Health.

Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.


Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nurhumaira, S.N. dan Rahayuningsih, M.H. Pengaruh penerapan pola Diet


DASH (Dietary Approaches To Stop Hypertension) terhadap tekanan darah
sistolik dan diastolik pada kelompok lansia di Kota Semarang. Journal of
Nutrition College, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014: 554-564.

Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.Jakarta: Nuha Medika.


Medical Book.

Palmer, A. dan Williams, B. 2007. Simple Guides Tekanan Darah Tinggi. EGC.
Jakarta.

Persatuan Ahli Gizi Indonesia 2013, Konseling Gizi, Penerbit Penebar Swadaya
Grup. Jakarta 2013 : 12 –61.

Pratiwi Febriyana, Dewi R, dan Musiana. 2016. Perbedaan Pengetahuan Paisen


Penderita Hipertensi Sebelum dan Sesudah diberikan Konsultasi Gizi. Jurnal
keperawatan, volume XII, No 1, April 2016.

Price, Wilson. 2006. Patofisiologi Vol 2; Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit.


Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.

Putu dan Dewa,Nyoman.(2012)Media Pendidikan Kesehatan. Yogyakarta:Graha


Ilmu.

Rahmawati P.R, Ambar Relawati., 2016. Pengaruh Pendidikan Kesehatan


Dietary Aprroaches To Stop Hypertension (DASH) Terhadap Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi Di Desa Salamrejo, Sentolo, Kulon Progo.
Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.

Sherwood, L.2011. Fisioogi Manusia Dari Sel ke Sistem Edisi 6.Jakarta: EGC.
99

Sirajuddin, Mustamin, Nadimin, dan Rauf S. 2014. Survei Konsumsi Pangan.


Jakarta: EGC.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta, CV.

Soenanto Hardi. 2009. 100 Resep Sembuhkan Hipertensi, Asam Urat, dan
Obesitas. PT Elex Media Komputindo,Jakarta.

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model


Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara.

Suliha, U. 2012. Pendidikan Kesehatan : Pendidikan Kesehatan, Jakarta, EGC


Buku kedokteran.

Sundari, L., & Merah, B. 2015. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan


Kejadian Hipertensi. Jurnal Keperawatan, XI (2), 216–223.

Supariasa, dkk. 2016. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Supariasa, dkk. 2012. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Supariasa, IDN. Pendidikan dan Konsultasi Gizi. Jakarta: EGC; 2002

Sutanto. 2010. Cekal (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern Hipertensi, Stroke,
Jantung, Kolestrol, dan Diabetes. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Susilo, Yekti dan Wulandari Ari. 2013. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi.
Yogyakarta.
Suri, A. 2017. Efektivitas Senam Tai Chi Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Lanjut Usia Dengan Riwayat Hipertensi Di Puskesmas Junrejo Kota
Batu. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang .

Suwarni, H.A.H.Asdie, Herni Astuti. 2009. Pengaruh konseling gizi terhadap


asupan zat gizi dan tekanan darah pada pasien hipertensi rawat jalan di
rumah sakit umum Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Gizi Klinik Indonesia.
6 (1) : 21-28.

Syamsudin. 2011. Buku Ajar Farmakoterapi Kardovaskular dan Renal.


Jakarta: Salemba Medika.

The Joint National Committee (JNC VIII) Hypertension Guidelines An in


Depth Guide. Diaskes 12 Januari 2015.

Tilong, A. D. 2012. Pantangan & Anjuran Beragam Penyakit KAKAP. Jogjakarta:


Laksana.
100

Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi


Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Townsend, Raymond. 2010. 100 Tanya Jawab Mengenai Tekanan Darah Tinggi
(Hipertensi). Jakarta Barat: PT Indeks.

Udjianti, W. J. 2010. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

Vollmer WM, Sacks FM, Ard J, Appel LJ. Bray GA, Morton DGS. (2001). Effect
of diet and sodium intake on blood pressure : Sub group analysis of the
DASH-sodiumtrial. Ann Intern Med. 2001; 135: 1019-1028.

Wahyuningsih R. Penatalaksanaan Diet pada Pasien. 1st ed. Yogyakarta:


Graha Ilmu; 2013.

Wawan, A dan Dewi, Teori dan Pengukuran Pengetahuan M. 2010., Sikap dan
Perilaku Manusia.Yogyakarta : Nuha Medika.

WHO (Would Health Organization). 2013. A Global Brif on Hypertention


Silent Killer, Global Public Health Crisis. Switzerland.WHO.

WHO. 2012. Health Education: Concept, Effective Strategic and Care


Competence. Eastern Mediteranian.

Widyaningsih E. Susilo J, dan Syamsiatun H N. 2017. Pengaruh Pemberian


Konseling Dengan Media Leaflet Dan Mini Flashcard Terhadap Asupan
Makan Dan Perubahan Z-Score Bb/U Balita Gizi Kurang Di Puskesmas
Tempel I. Yogyakarta : Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth. Responden

Di Tempat

Dengan Hormat,

Saya selaku mahasiswi Jurusan Gizi Prodi D4 Poltekkes Kemenkes Bengkulu.

Nama : Tri Antini

Nim : P0 5130216036

Bermaksud akan melaksanakan penelitian tentang “Pengaruh Konseling Gizi


DiDaHi Media Flashcard Terhadap Pengetahuan, Asupan Diet DASH (Dietary
Approaches To Stop Hypertension) Pada Penderita Hipertensi Diwilayah Kerja
Puskesmas Jembatan Kecil Tahun 2020”. Adapun segala informasi yang
Bapak/Ibu/Saudara berikan akan dijamin kerahasiaanya. Sehubungan dengan hal tersebut,
peneliti memohon kepada Bapak/Ibu/Saudara untuk bersedia menjadi responden dengan
mengisi kuesioner dan mengikuti konsultasi gizi hingga selesai dengan menandatangani
kolom dibawah ini.

Bengkulu, 2020

Peneliti Responden

(Tri Antini) ( )
Lampiran 2

KUISIONER PENELITIAN

1. Identitas Pasien
Isilah titik-titik dibawah ini
1) No. Responden :
2) Nama Responden :
3) Alamat :
4) Umur :
5) Jenis Kelamin :
6) Tinggi Badan :
7) Berat Badan :
8) Pekerjaan :
9) Pendidikan Terakhir :
a. Tidak sekolah/buta huruf
b. Sekolah Dasar (SD) atau sederajat
c. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama(SLTP) atau sederajat
d. Sekolah Menengah Umum(SMU) atau sederajat
e. Akademi (D1, D2, D3)
f. Sarjana (S1, S2, S3)

PENGETAHUAN

Petunjuk

Silanglah jawaban yang menurut anda benar !

1. Apa pengertian dari Hipertensi atau tekanan darah tinggi?


a. tekanan darah sistolik ≥140mmHg atau diastolik ≥90mmHg, atau
sedang dalam pengobatan
b. penyakit infeksi menular dan penambahan usia.
c. penyakit turunan
d. dll ...
2. Berapa tekanan darah hipertensi atau tekanan darah tinggi ?
a. tekanan darah ≥140/90 mmhg atau lebih saat istirahat
b. tekanan darah 130/80 mmHg
c. tekanan darah 120/80 mmHg
d. dll ...
3. Apakah penyebab hipertensi?
a. kegemukan, stress, usia, komsumsi garam berlebih, dan merokok.
b. akibat tidak teratur minum obat
c. strees, kurang makan sayur dan buah
d. dll ...
4. Apakah komplikasi dari penyakit hipertensi/tekanan darah tinggi?
a. gagal jantung, gagal ginjal, stroke dan penyakit jantung
b. kanker hati
c. kanker darah
d. dll ...
5. Kenapa hipertensi bisa menyebabkan komplikasi salah satunya penyakit
jantung?
a. Tekanan darah yang tinggi dapat membuat terjadinya aliran darah ke
jantung terhambat.
b. Tekanan darah yang rendah dapat membuat terjadinya aliran darah ke
jantung terhambat.
c. Tekanan darah yang tinggi dapat membuat terjadinya aliran darah
menurun.
d. Tekanan darah yang tinggi dapat membuat terjadinya aliran darah ke
otak.
6. Pola Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) merupakan
pola diet yang menekankan pada konsumsi bahan makanan?
a. Rendah natrium
b. Rendah serat
c. Rendah kalium
d. Rendah karbihdrat
7. Apa Diet yang paling dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah tinggi?
a. Diet DASH (pendekatan pola makan untuk menghentikan hipertensi)
b. Diet gula
c. Diet protein
d. Diet karbohidrat
8. Kelompok makanan makanan yang tidak dianjurkan untuk penderita
hipertensi sesuai dengan Diet DASH?
a. Kelompok buah segar dan sayur-sayuran
b. Kelompok daging-dagingan
c. Air
d. Kelompok mengandung tinggi Lemak
9. Pada sumber Karbohidrat jumlah porsi yang dikonsumsi sehari berapa
kali?
a. 4-5 kali perhari
b. 5-6 kali perhari
c. 7-8 kali perhari
d. 2-3 kali perhari
10. Selain lemak dan garam, apa jenis makanan yang berpotensi memicu
kenaikan tekanan darah?
a. Kopi
b. Susu
c. Ikan
d. Telur
Lampiran 3

From Recall 24 Jam

Hari/tanggal :

Recall ke- :

Waktu Nama Bahan Banyaknya


Makan Masakan Makanan URT Gram
Makan
Pagi/jam

Selingan/jam

Makan
siang/jam

Selingan/jam

Makan
malam/jam

Sumber : Supriasa, 2012. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Lampiran 4

MASTER DATA KELOMPOK INTERVENSI PENDERITA HIPERTENSI

Hasil Pre-Test Hasil Post-Test


Jenis
No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan
Kelamin Pengetahuan Natrium Serat Kalium Pengetahuan Natrium Serat Kalium

1 A L 27 SD PEDAGANG 6 1619,93 9,67 1827,63 10 1287,13 4,77 933,33


2 P 35 SMP PEDAGANG
B 7 1606,23 2,8 566,77 9 1003,57 10,07 2023,13
3 P 45 SD SWASTA
C 6 2588,47 7 903,93 10 1474,70 8,43 2223,57
4 P 45 SMA PETANI
D 6 1725.70 3,4 958,03 10 1290,30 8,37 2101,77
5 L 38 SMA PEDAGANG
E 4 2379 5,4 860,7 10 1276,43 6,13 1124,47
6 L 44 SMA PETANI
F 3 1721,17 3,77 644,73 10 920,10 8,07 1839,1
7 P 45 SMA SWASTA
G 3 1661,03 3,4 596,33 10 834,07 6,7 1529,63
8 P 27 SMA SWASTA
H 6 2478 8,83 1350,03 9 1289,37 9,47 1443,2
9 P 35 SMA PEDAGANG
I 7 1685,80 5,37 907,6 10 863,03 8,77 1086,67
10 P 45 SMA PEDAGANG
J 5 1799,50 6,5 774,53 10 1493,23 6,6 928,37
11 P 45 SMA IRT
K 2 1687,03 2,57 1047,97 10 1074,97 5,63 1145,23
12 P 43 SMP PEDAGANG
L 6 1589,57 3,7 695,07 9 886,90 7 1226,8
13 L 43 SMA SWASTA
M 6 1756,03 8,3 903,93 10 917,13 5 1277,4
14 L 42 SMA SWASTA
N 7 2018,90 3,2 1098,2 10 1212,53 4,57 926,17
15 P 45 S1 SWASTA
O 8 1697,47 8,4 943,63 10 1408,03 6,83 1294,77
16 P 33 SMA PETANI
P 2 1650,63 4,47 1261,3 10 1234,50 6,5 1455,17
17 P 45 SMA PETANI
Q 5 1992 4,1 1139,9 10 861 6,5 1045,93
18 P 44 SMA PETANI
R 8 1622,57 2,57 618,07 10 1254,60 5,73 980,4
19 P 37 SMA PEDAGANG
S 7 2125,33 5,67 1362,77 10 1259,83 9,4 1481,87
20 T L 27 SD PEDAGANG 5 1701,03 4,1 1187,27 10 1230,50 9,77 1746,33

MASTER DATA KELOMPOK KONTROL PENDERITA HIPERTENSI

Hasil Pre-Test Hasil Post-Test


Jenis
No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan
Kelamin Pengetahuan Natrium Serat Kalium Pengetahuan Natrium Serat Kalium

1 S P 42 SMA PEDAGANG 4 1361,17 2,77 1433,43 6 1508 8,2 1341,97


2 P 42 SD PETANI
R 4 2493,7 3,57 926,2 5 2407,60 5,03 901,53
3 P 45 SMP PETANI
Q 2 1674,97 2,97 1133,83 5 2218,23 9,4 1481,87
4 P 42 SMP SWASTA
P 3 1628 2,9 837,43 5 1916 5,5 1167,1
5 L 45 SMA SWASTA
O 3 1626,03 2,53 844,57 3 1376,53 2,93 826,83
6 P 30 SMA SWASTA
N 4 1818,3 3,37 829,23 5 1653,67 5,63 1077,63
7 P 45 SMA IRT
M 4 2478,63 4,6 838,93 4 2490,67 4,67 735
8 P 44 SMA SWASTA
L 5 1765,73 5,43 594,7 4 1667,63 5,73 1124,6
9 P 44 SMP PEDAGANG
K 4 1700,70 2,27 1416,4 5 1810,97 5,47 1516,8
10 P 34 SMA SWASTA
J 5 1857,80 4,4 2146,87 4 1867 3,63 2458,93
11 P 41 SMA PEDAGANG
I 4 1637,50 6,23 806,27 6 1653,10 4,57 645,83
12 L 45 SMA PEDAGANG
H 6 2283 6,17 1062,7 5 2324 4,63 844,5
13 P 35 SD PEDAGANG
G 2 1710,10 4,83 715,27 4 1785,53 6,4 981,13
14 L 39 SMA PEDAGANG
F 6 1621,33 4,23 514,5 3 1578 3,93 1140,1
15 P SMA PEDAGANG
E 43 5 1737,77 5,07 1431,27 5 1797,63 5,23 948,43
16 P 37 SMA SWASTA
D 5 1819,73 4,93 708,1 6 1727,60 7,33 1130,27
17 P 45 SMA SWASTA
C 5 1717,50 2,43 553,33 4 1796,73 5,4 926,03
18 P 45 SMA PETANI
B 6 1644,37 7,33 853,97 5 1975,30 5,13 866,23
19 P 34 SMA SWASTA
A 4 1458,80 6,2 712,73 5 1615,13 5,93 944,63
20 P 45 SMA PEDAGANG
5 1829,90 6,77 921,3 5 1843,47 4,67 1019,33
Lampiran 5

 UJI CHI SQUARE PENDIDIKAN


Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1.200a 3 .753

Likelihood Ratio 1.588 3 .662

Linear-by-Linear Association .212 1 .645

N of Valid Cases 40
 UJI CHI SQUARE USIA
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) (2-sided) sided)

Pearson Chi-Square 1.290a 1 .256


Continuity Correctionb .573 1 .449
Likelihood Ratio 1.310 1 .252
Fisher's Exact Test .451 .225
Linear-by-Linear
1.258 1 .262
Association
N of Valid Casesb 40

 UJI CHI SQUARE JENIS KELAMIN

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .625a 1 .429

Continuity Correctionb .156 1 .693

Likelihood Ratio .630 1 .427

Fisher's Exact Test .695 .347

Linear-by-Linear Association .609 1 .435

N of Valid Casesb 40
 UJI CHI SQUARE PEKERJAAN

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .000a 1 1.000

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .000 1 1.000

Fisher's Exact Test 1.000 .756

Linear-by-Linear Association .000 1 1.000

N of Valid Casesb 40
 DATA SPSS PENGETAHUAN
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

KELOMPOK Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

PENGETAHUAN INTERVENSI .244 40 .000 .835 40 .000

KONTROL .235 40 .000 .892 40 .001

UJI WILCOXON PENGETAHUAN


Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Pengetahuan sebelum
20 5.45 1.820 2 8
kelompok intervensi

Pengetahuan sebelum
20 4.30 1.174 2 6
kelompok kontrol

Pengetahuan sesudah
20 9.85 .366 9 10
kelompok intervensi

Pengetahuan sesudah
20 4.70 .865 3 6
kelompok kontrol
Pengetahua Pengetahuan
n sesudah sesudah
kelompok kelompok
intervensi - kontrol -
Pengetahua Pengetahuan
n sebelum sebelum
kelompok kelompok
intervensi kontrol

Z -3.934a -1.333a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .183

UJI MANN-WHITNEY PENGETAHUAN KELOMPOK INTERVENSI


Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

PENGETAHUAN
40 7.65 2.578 2 10
INTERVENSI

KELOMPOK 40 1.50 .506 1 2

PENGETAHUAN
INTERVENSI

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 210.000

Z -5.646

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a

UJI MANN-WHITNEY PENGETAHUAN KELOMPOK KONTROL

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

PENGETAHUAN KONTROL 40 4.50 1.038 2 6

KELOMPOK 40 1.50 .506 1 2


PENGETAHUAN
KONTROL

Mann-Whitney U 161.000

Wilcoxon W 371.000

Z -1.109

Asymp. Sig. (2-tailed) .267

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .301a

 DATA SPSS ASUPAN NATRIUM

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

KELOMPOK Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

ASUPAN NATRIUM INTERVENSI .111 40 .200* .950 40 .046

KONTROL .215 40 .000 .868 40 .000

UJI WILCOXON
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

ASUPAN NATRIUM
20 1855.27 307.218 1590 2588
SEBELUM INTERVENSI

ASUPAN NATRIUM
20 1793.25 296.995 1361 2494
SEBELUM KONTROL

ASUPAN NATRIUM
20 1153.60 214.359 834 1493
SESUDAH INTERVENSI

ASUPAN NATRIUM
20 1850.64 299.923 1377 2491
SESUDAH KONTROL
ASUPAN ASUPAN
NATRIUM NATRIUM
SESUDAH SESUDAH
INTERVENSI - KONTROL -
ASUPAN ASUPAN
NATRIUM NATRIUM
SEBELUM SEBELUM
INTERVENSI KONTROL

Z -3.920a -1.232b

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .218

UJI MANN-WHITNEY NATRIUM KELOMPOK INTERVENSI


N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

ASUPAN NATRIUM
40 1.5044E3 441.14596 834.07 2588.47
INTERVENSI

KELOMPOK 40 1.50 .506 1 2

ASUPAN
NATRIUM
INTERVENSI

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 210.000

Z -5.410

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a

UJI MANN-WHITNEY NATRIUM KELOMPOK KONTROL


N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

ASUPAN NATRIUM
40 1.8219E3 296.04108 1361.17 2493.70
KONTROL

KELOMPOK 40 1.50 .506 1 2


ASUPAN
NATRIUM
KONTROL

Mann-Whitney U 170.000

Wilcoxon W 380.000

Z -.812

Asymp. Sig. (2-tailed) .417

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .429a

 DATA SPSS ASUPAN SERAT


Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

KELOMPOK Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

ASUPAN SERAT INTERVENSI .103 40 .200* .955 40 .016

KONTROL .079 40 .200* .970 40 .037

UJI WILCOXON
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

ASUPAN SERAT SEBELUM


20 5.1610 2.24217 2.57 9.67
INTERVENSI

ASUPAN SERAT SEBELUM


20 4.4500 1.56499 2.27 7.33
KONTROL

ASUPAN SERAT SESUDAH


20 7.2155 1.71883 4.57 10.07
INTERVENSI

ASUPAN SERAT SESUDAH


20 5.4705 1.50270 2.93 9.40
KONTROL

ASUPAN ASUPAN
SERAT SERAT
SESUDAH SESUDAH
INTERVENSI - KONTROL -
ASUPAN ASUPAN
SERAT SERAT
SEBELUM SEBELUM
INTERVENSI KONTROL
Z -2.614a -1.699a

Asymp. Sig. (2-tailed) .009 .089

UJI MANN-WHITNEY SERAT KELOMPOK INTERVENSI


N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

ASUPAN SERAT
40 6.1882 2.22953 2.57 10.07
INTERVENSI

KELOMPOK 40 1.50 .506 1 2

ASUPAN
SERAT
INTERVENSI

Mann-Whitney U 89.500

Wilcoxon W 299.500

Z -2.990

Asymp. Sig. (2-tailed) .003

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002a

UJI MANN-WHITNEY SERAT KELOMPOK KONTROL


N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

ASUPAN SERAT KONTROL 40 4.9602 1.60010 2.27 9.40

KELOMPOK 40 1.50 .506 1 2

ASUPAN
SERAT
KONTROL

Mann-Whitney U 128.500

Wilcoxon W 338.500

Z -1.934

Asymp. Sig. (2-tailed) .053

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .052a


 DATA SPSS ASUPAN KALIUM
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

KELOMPOK Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

ASUPAN KALIUM INTERVENSI .115 40 .200* .939 40 .031

KONTROL .168 40 .006 .840 40 .000

UJI WILCOXON
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

ASUPAN KALIUM
20 982.50 315.101 567 1828
SEBELUM INTERVENSI

ASUPAN KALIUM
20 964.00 389.484 515 2147
SEBELUM KONTROL

ASUPAN KALIUM
20 1390.35 407.756 926 2223
SESUDAH INTERVENSI

ASUPAN KALIUM
20 1104.00 390.951 646 2459
SESUDAH KONTROL

ASUPAN ASUPAN
KALIUM KALIUM
SESUDAH SESUDAH
INTERVENSI - KONTROL -
ASUPAN ASUPAN
KALIUM KALIUM
SEBELUM SEBELUM
INTERVENSI KONTROL

Z -3.061a -2.016a

Asymp. Sig. (2-tailed) .002 .044

UJI MANN-WHITNEY KALIUM KELOMPOK INTERVENSI


N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
ASUPAN KALIUM
40 1186.42 414.757 567 2223
INTERVENSI

KELOMPOK 40 1.50 .506 1 2

ASUPAN
KALIUM
INTERVENSI

Mann-Whitney U 79.000

Wilcoxon W 289.000

Z -3.273

Asymp. Sig. (2-tailed) .001

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .001a

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

ASUPAN KALIUM
40 1034.00 391.653 515 2459
KONTROL

KELOMPOK 40 1.50 .506 1 2

ASUPAN
KALIUM
KONTROL

Mann-Whitney U 129.000

Wilcoxon W 339.000

Z -1.921

Asymp. Sig. (2-tailed) .055

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .056a

UJI DELTA
Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

delta_tahu intervensi 20 11.08 221.50

kelompok 20 29.92 598.50


Total 40

delta_natrium intervensi 20 30.50 610.00

kelompok 20 10.50 210.00

Total 40

delta_serat intervensi 20 17.32 346.50

kelompok 20 23.68 473.50

Total 40

intervensi 20 17.48 349.50


delta_kalium kelompok 20 23.52 470.50

Total 40

delta_tahu delta_natrium delta_serat delta_kalium

Mann-Whitney U 11.500 .000 136.500 139.500

Wilcoxon W 221.500 210.000 346.500 349.500

Z -5.137 -5.410 -1.718 -1.637

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .086 .102

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a .000a .086a .102a


Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Dokumentasi

(Mengambil pre data awal responden) (mengisi kuisioner pre pengetahuan)

(mengisi kuisioner pre pengetahuan) (Recall 3x24 jam)

(Recall 3x24 jam) (Pemberian Konseling Gizi)

(Pemberian Konseling Gizi) (Pemberian Konseling Gizi)


(Pemberian Media Flashcrad kepada (mengisi kuisioner post pengetahuan)
Responden)

(mengisi kuisioner post pengetahuan) (mengisi kuisioner post pengetahuan)

(mengisi kuisioner post pengetahuan) (Recall 3x24 jam)

(Recall 3x24 jam)


(Recall 3x24 jam)

Anda mungkin juga menyukai