Anda di halaman 1dari 28

A.

Unsur Output
a. Efisiensi Ruang Rawat
1) Kajian Teori
Efisiensi pengelolaan rumah sakit secara garis besar dapat dilihat dari
dua segi, yaitu segi medis meninjau efisiensi dari sudut mutu pelayanan medis
dan dari segi ekonomi meninjau efisiensi dari sudut pendayagunaan sarana
yang ada. Grafik Barber-Johnson adalah grafik yang secara visual dapat
menyajikan dengan jelas tingkat efisiensi kedua segi diatas. Grafik Barber-
Johnson menggambarkan bagaimana pemakaian empat parameter yaitu BOR
(Bed Occupancy Rate), LOS (Length Of Stay), TOI (Turn Over Internal), dan
BTO (Bed Turn Over) sebagai salah satu indikator efisiensi pengelolaan rumah
sakit. Efisiensi pelayanan meliputi 4 (empat) indikator mutu pelayanan
kesehatan rumah sakit, yang meliputi :
a) BOR (Bed Occupancy Rate), merupakan indikator untuk menilai seberapa
efektifitas pemakaian tempat tidur yang ada disuatu ruangan atau rumah
sakit dalam jangka waktu tertentu. Standar nasional untuk rumah sakit
dalam satu tahun adalah 60-85% (Depkes RI, 2005).

BOR = Jumlah hari perawatan X 100%


Jumlah TT X hari perawatan

b) LOS (Length Of Stay), adalah efisiensi yang menunjukkan lama waktu


yang dirawat pada setiap pasien. Semakin pendek Length Of Stay pasien
semakin baik. Waktu rawat yang baik maksimum 12 hari. Standar nasional
untuk rumah sakit dalam satu tahun adalah 6-9 hari (Depkes RI, 2005).

LOS = Lama hari perawatan


Jumlah pasien keluar hidup atau mati

c) TOI (Turn Over Internal), merupakan indikator mutu pelayanan


keperawatan yang menunjukkan waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong
atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai dengan
diisi lagi. Standar 1 – 3 hari untuk rumah sakit dalam satu tahun.

TOI = Jumlah hari rawat


Jumlah tempat tidur
d) BTO (Bed Turn Over), merupakan indikator yang menunjukkan frekuensi
pemakaian tempat tidur di suatu rumah sakit dalam satu satuan waktu
tertentu. BTO menggambarkan tentang tingkat pemakaian tempat tidur.
Standar 40-50 kali untuk rumah sakit dalam satu tahun, sedangkan yang
baik lebih dari 40 kali (Depkes, 2005).

BTO = Jumlah pasien keluar (H+M)


Jumlah tempat tidur

Tabel 2.43 Indikator Efisiensi Ruang MPU PANULU 2 RSUD Pandan


Arang Boyolali
No. Indikator Standar
1 BOR 60-80%.
2 LOS 6-9 hari
3 TOI 1 – 3 hari
4 BTO 40-50 kali

2) Kajian Data

Tabel 2.44 Hasil Evaluasi Efisiensi Ruang MPU PANULU 2 RSUD


Pandan Arang Boyolali Pada Tahun 2018

No Indikator MPU Panulu 2 Standar


1 BOR 71,9 % 60-80%.
2 LOS 3 hari 6-9 hari
3 TOI 1 hari 1 – 3 hari
4 BTO 75 kali 40.50 ali

3) Analisa Data
a) BOR (Rasio penggunaan tempat tidur)
Data BOR pada tahun 2019 bulan dan Januari, Februari 2020 di ruang
MPU panulu 2 rata-rata 65,80% dan 88,94%, 92,98%, data tersebut
menunjukkan pemakaian tempat tidur diruang MPU panulu 2 sudah sesuai
batas standar untuk rumah sakit yaitu 60-80 %.

b) LOS (lama waktu yang dirawat pada setiap pasien)


Data LOS pada tahun 2019 dan bulan Januari, Februari di ruang MPU
panulu 2 yaitu 3 hari semua, data tersebut menunjukkan lama rata-rata hari
perawatan belum mendekati dengan standar nasional untuk rumah sakit
yaitu 6-9 hari.
c) TOI (waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong)
Data TOI pada tahun 2019 dan bulan Januari, Februari di ruang MPU
Panulu 2 rata – rata 2 hari dan 1 hari, data tersebut menunjukkan waktu
rata-rata tempat tidur kosong sesuai dengan standar rumah sakit yaitu 1-3
hari, dengan waktu tersebut maka rata-rata suatu tempat tidur kosong terlalu
cepat, hal tersebut dapat meningkatkan angka infeksi dirumah sakit.
d) BTO (Frekuensi pemakaian tempat tidur)
Data BTO pada tahun 2019 dan bulan Januari, Februari di ruang MPU
panulu 2 rata-rata 35 kali dan 7 kali, penggunaan yang kurang efisien jika
dibandingkan dengan standar rumah sakit yaitu 40-50 kali.

b. Hasil Penerapan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) Instrument ABC


Asuhan keperawatan profesional merupakan dasar bagi terselenggaranya
pelayanan prima. Asuhan keperawatan tersebut diberikan oleh tenaga keperawatan
yang memiliki kewenangan dan kompetensi yang telah ditetapkan oleh profesi.
Mutu asuhan keperawatan menurut Depkes RI tahun 2005, yaitu :
1) Memenuhi standart profesi
2) Sumber daya dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif
3) Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan
4) Memuaskan pasien dan tenaga keperawatan
5) Aspek sosial, ekonomi, budaya, etika, dan tata nilai masyarakat diperhatikan
dan dihormati.
Oleh karena hal tersebut pemberian asuhan keperawatan yang profesional
dan sesuai standar diharapkan mampu menjawab kompetisi di era global, sehingga
pasien dapat mendapatkan kepuasan dalam pelayanan keperawatan. Mutu asuhan
keperawatan yang prima akan terwujud apabila :
1) Asuhan keperawatan diberikan berdasarkan standar dan
kode etik profesi keperawatan.
2) Dilakukan evaluasi secara periodik dan terus-menerus
3) Ada upaya tindak lanjut untuk perbaikan
4) Komitmen yang tinggi dari seluruh staf keperawatan
Standar penilaian yang digunakan untuk menilai mutu asuhan keperawatan
adalah dengan menggunakan instrumen A, B, dan C. Adapun rentang nilai untuk
instrumen ABC adalah :
1) 20,00% - 36,00% (Tidak Baik)
2) 36,01% - 52,00% (Kurang Baik)
3) 52,01% - 68,00% (Cukup)
4) 68,01% - 84,00% (Baik)
5) 84,01% - 100% (Sangat Baik)
Narimawati (2007).

Adapun instrumen A, B, C meliputi :


1) Instrument A
a) Kajian Teori
Instrumen A merupakan evaluasi terhadap pendokumentasian asuhan
keperawatan yang telah baku. Evaluasi dilakukan terhadap dokumentasi
asuhan keperawatan pasien yang dirawat minimal 3 hari.
Dokumentasi keperawatan adalah sistem pencatatan kegiatan
asuhan keperawatan sekaligus pelaporan semua kegiatan asuhan
keperawatan sehingga terwujud data yang lengkap, nyata dan tercatat
tingkat kesakitan pasien maupun jenis, kualitas dan kuantitas pelayanan
kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Dokumentasi keperawatan
merupakan sesuatu yang mutlak harus ada untuk perkembangan
keperawatan, khususnya proses profesionalisasi keperawatan serta upaya
untuk membina dan mempertahankan akontabilitas perawat dan
keperawatan. Dalam membuat dokumentasi harus memperhatikan aspek-
aspek : Keakuratan data, Breavity (ringkas), Legibility (mudah dibaca).
Komponen dokumentasi keperawatan :
(1) Pengkajian
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan
dikumpulkan secara terus menerus tentang keadaan pasien untuk
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data harus bermanfaat
bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian meliputi
pengumpulan data, pengelompokan data dan perumusan masalah.
Pengumpulan data dari hasil wawancara, observasi, pemeriksaan fisik,
dan penunjang.
(2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menggambarkan masalah pasien baik
aktual maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian data. Diagnosa
dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisa,
dibandingkan dengan fungsi normal kehidupan pasien.
Kriteria diagnosa dihubungkan dengan penyebab kesenjangan
dan pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat sesuai dengan wewenang
perawat, dengan komponen terdiri atas masalah, penyebab dan tanda
gejala (PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE) yang bersifat
aktual apabila masalah kesehatan sudah nyata terjadi dan bersifat
potensial apabila masalah kesehatan kemungkinan besar akan terjadi,
dapat ditanggulangi oleh perawat.
(3) Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan dengan komponen rencana perawatan meliputi prioritas
masalah, tujuan implementasi dan rencana tindakan.
Prioritas masalah ditentukan dengan memberi prioritas utama
masalah yang mengancam kehidupan dan prioritas selanjutnya masalah
yang mengancam masalah kesehatan pasien. Prioritas ketiga adalah
masalah yang mempengaruhi perilaku.
(4) Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi yang
mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta
pemulihan kesehatan dengan mengikut sertakan pasien dan keluarga.
tindakan keperawatan, aktivitas keperawatan.
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus sesuai dengan rencana
yang ada, menyangkut keadaan bio-psiko-sosio-spiritual pasien,
menjelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilaksanakan kepada
klien, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dengan menggunakan
sumber-sumber yang ada, menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik,
menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, menjaga privasi, dan
mengutamakan keselamatan pasien, melaksanakan perbaikan tindakan
berdasarkan respon pasien, merujuk dengan segera bila ada masalah
yang mengancam keselamatan pasien, mencatat semua tindakan yang
telah dilaksanakan, merapikan pasien dan alat setiap selesai tindakan,
melaksanakan tindakan perawatan pada posedur teknik yang telah
ditentukan
(5) Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan secara periodik sistematis, dan berencana
untuk menilai perkembangan keadaan pasien. Evaluasi dilaksanakan
dengan memeriksa kembali hasil pengkajian awal dan intervensi awal
untuk mengidentifikasi masalah dan rencana keperawatan pasien
termasuk strategi keperawatan yang telah diberikan untuk memecahkan
masalah pasien. Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan
lain dan dilakukan sesuai dengan standar.
(6) Catatan Asuhan Keperawatan
Pencatatan merupakan data tertulis tentang kesehatan pasien dan
perkembangan pasien selama dalam pemberian asuhan keperawatan.
Pencatatan dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan.
Pencatatan dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi, dan
laporan, dilakukan setelah tindakan dilaksanakan. Penulisan harus jelas
dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku sesuai dengan
pelaksanaan proses keperawatan. Setiap pencatatan harus
mencantumkan paraf dan nama perawat yang melaksanakan tindakan
dan waktu pelaksanaan dan menggunakan formulir yang telah ada dan
disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Tabel 2.45 Hasil Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di
Ruang MPU Panulu II RSUD Pandan Arang Boyolali (n=15)
Hasil Evaluasi
No Aspek yang Daun Keterangan
dinilai Sirih
1 Pengkajian - Dari data di dapat skore Ruang MPU Panulu II 88,52%,
pengkajian masuk kriteria sangat baik, perawat melakukan
pengkajian langsung setelah pasien datang sesuai dengan
penyakitnya.
- Perawat melengkapi pengkajian dalam waktu 24 jam, data
dikaji sejak pasien masuk sampai pasien pulang namun ada
yang belum lengkap.
2 Diagnosa - Dari data di dapat hasil Ruang MPU Panulu II 78,14%,
diagnosa masuk kriteria baik. Sebagian besar diagnosa
keperawatan sudah mencangkup etiologi dan problem (PE).
Dx sudah sesuai dengan prioritas masalah dan kondisi pasien.
3 Perencanaan - Dari data di dapat hasil Ruang MPU Panulu II 82,34%,
perencanaan termasuk kategori baik. Perencanaan sudah
sesuai dengan prioritas masalah yang ada dan perencanaan
sudah sesuai dengan keadaan pasien.
4 Implementasi - Dari data di dapat hasil Ruang MPU Panulu II 92,52%,
implementasi termasuk kriteria sangat baik. Perawat sudah
melakukan tindakan keperawatan dan sudah melakukan
pendokumentasian dengan benar.
5 Evaluasi - Evaluasi mendapat hasil Ruang MPU Panulu II 77,11%,
evaluasi termasuk katagori sangat baik, dalam evaluasi sudah
ditulis setiap hari secara keseluruhan dan sesuai dengan
SOAP, perawat dalam melaukan evaluasi secara keseluruhan
di pisahan per item dan dalam planing tidak di tulis secara
spesifik.
6 Dokumentasi - Dari data di dapat hasil Ruang MPU Panulu II mendapatkan
skore 86,10% masuk kategori sangat baik, perawat
melakukan dokumentasi tindakan setiap hari dan setiap sift,
pendokumentasian dilakukan dengan jelas, ringkas dan
dengan istilah yang benar.
Sumber : Data Primer Ruang MPU Panulu II RSUD Daun Sirih Boyolali

b) Kajian Data
Observasi ini dilakukan dengan menggunakan instrument A yang
sudah dibakukan oleh Depkes (2005). Studi dokumentasi dilakukan pada 15
dokumentasi pasien di ruang MPU Panulu II RSUD Pandan Arang
Boyolali.
c) Analisa Data
Berdasarkan hasil analisa data diatas tentang pendokumentasian
keperawatan didapatkan data sebagai berikut :
(1) Pengkajian
Setelah dilakukan studi dokumentasi terhadap status pasien
mengenai pengkajian keperawatan didapatkan data bahwa format
pengkajian telah tersedia pada masing-masing status pasien, pengkajian
dilakukan dengan memberikan tanda (√) pada pernyataan yang sesuai
dengan kondisi pasien. Pengisian format pengkajian status pasien sudah
lengkap. Dari keseluruhan pengkajian Pretest Ruang MPU Panulu II
sebesar 88,52% dengan katagori sangat baik.
(2) Diagnosa Keperawatan
Dalam menuliskan diagnosa keperawatan perawat masih ada yang
belum memilahkan dalam perumusan masalah antara diagnosa aktual/
risiko/ potensial, diagnosa keperawatan belum dirumuskan dengan
benar. Dari keseluruhan pengkajian diagnosa keperawatan di Ruang
MPU Panulu II didapatkan nilai Pretest sebesar 78,14% dengan kategori
baik, sebaiknya perlu untuk di tingkatkan pada perumusan diagnosa
keperawatan dengan benar dan pemilahan masalah antara diagnosa
aktual/resiko/potensial.
(3) Perencanaan
Dari hasil observasi pendokumentasian tahap perencanaan di
Ruang MPU Panulu II sudah terlaksana dengan hasil Pretest mencapai
82,34% dengan kriteria baik. Hal ini dibuktikan dengan
pendokumentasian perencanaan, sebagian besar sudah sesuai dengan
diagnosa keperawatan. Tetapi dalam perencaaan keperawatan sebagian
besar belum mengandung komponen spesifik, bisa diukur, bisa dicapai,
realistik dan ada batas waktu (SMART), sebagian besar tidak
menuliskan kriteria hasil dalam perencanaan. Hal ini dikarenakan
perawat tidak banyak waktu dan belum terbiasa untuk mengisi status
secara sempurna jadi dalam penulisan perencanaan hanya di tulis yang
pokok pokok saja.

(4) Implementasi
Dari pengkajian implementasi Pretest di Ruang Daun Sirih sebesar
92,52%, termasuk dalam katagori sangat baik. Beberapa tindakan yang
dilakukan perawat belum didokumentasikan, perawat hanya
mencantumkan tanggal, jam, keadaan umum pasien serta tindakan
rutinitas seperti pemberian terapi obat dan ttv. Tindakan- tindakan
seperti pendidikan kesehatan, tindakan yang melibatkan keluarga belum
didokumentasikan.
(5) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan di Ruang Daun
Sirih sebesar 77,11% dalam katagori sangat baik. Sudah merujuk pada
tiap diagnosa yang diangkat. Evaluasi yang ditulis adalah evaluasi
secara keseluruhan pada kondisi pasien dan diagnosa yang sudah
teratasi tidak dituliskan lagi, serta planning nya tidak dijelaskan secara
spesifik. Hal ini dikarenakan perawat melakukan nya secara rutinitas
selain itu banyak nya kegiatan yang harus dikerjakan dalam ruangan
tersebut.
(6) Dokumentasi
Catatan asuhan keperawatan sudah dalam katagori baik, dengan
skor pretest sebesar 86,10%. Hal ini dibuktikan dengan catatan ditulis
pada format yang ada, namun catatan keperawatan, catatan medis dan
catatan penunjang masih dipisahkan. Pencatatan yang dilakukan sudah
mencantumkan nama terang dan tanda tangan.

2) Instrument B
Instrumen B mengevaluasi tentang persepsi pasien terhadap mutu
pelayanan asuhan keperawatan dengan cara menyebarkan angket kepada pasien
yang memenuhi kriteria yaitu sudah dirawat inap minimal tiga hari, bersedia
mengisi kuesioner. Pada saat angket dibagikan, pasien telah diberikan
penjelasan.
Salah satu indikator mutu asuhan keperawatan adalah dilihat dari persepsi
klien tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Untuk mengevaluasi
hal ini perlu suatu instrument yang baku.

a) Kajian Teori
Asuhan keperawatan adalah rangkaian kegiatan pada praktek
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien diberbagai
tatanan pelayanan kesehatan (Zaidin Ali, 2001). Mutu asuhan keperawatan
dapat dilihat dari persepsi pasien tentang mutu asuhan keperawatan yang
diberikan. Dan untuk mengevaluasi hal ini juga perlu suatu instrumen yang
baku menggunakan format standar asuhan keperawatan yang telah
ditetapkan oleh rumah sakit.
Mutu pelayanan keperawatan yang merupakan hasil kegiatan asuhan
keperawatan adalah terjaminnya penerapan standar asuhan keperawatn
yang dilakukan oleh perawat berdasarkan pendekatan proses keperawatan
yang meliputi pengkajian data, penyusunan diagnosa, melakukan
perencanaan, tindakan, dan evaluasi.
Menurut Azwar (1996), mutu pelayanan adalah tingkat kesempurnaan
pelayanan yang dapat memberikan kepuasan pasien sesuai tingkat kepuasan
rata-rata serta penyelenggaraan sesuai dengan standar dan kode etik profesi
yang ditetapkan. Menurut Pasuraman (1985), pengukuran mutu dapat
dilakukan dengan membandingkan persepsi antara pelayanan yang
diharapkan (Experted Services) dengan pelayanan yang diterima dan
dirasakan (Perceived Services). Mutu pelayanan menurut American Society
Quality Control merupakan gambaran total gambaran total sifat dari suatu
produk atau jasa pelayanan yang berhubungan dengan kemampuan untuk
memberikan kebutuhan dan kepuasan (Wijono, 2000: 4).
Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang
sedang diamati (Winston Dictionary, 1956 dalam Azwar 1996: 48). Mutu
adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program (Donabedian, 1980 dalam
Azwar, 1996: 48).
Lima dimensi yang menentukan mutu pelayanan yang dikaitkan
dengan kepuasan pasien adalah Pasuraman (1985) :
(a) Tangibles (bukti nyata), meliputi fasilitas fisik, peralatan yang
digunakan dan penampilan karyawan.
(b) Reliability (kehandalan) yaitu kemampuan memberikan pelayanan
yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan.
(c) Responsiviness (daya tanggap), yaitu kesediaan petugas dalam
memberikan pelayanan dengan tanggap.
(d) Assurance (jaminan) mencakup kemampuan, kesopanan, sifat yang
dipercaya dari petugas, bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan.
(e) Emphaty (Empati), yaitu penyediaan perhatian dan kepedulian orang
per orang kepada pelanggan.
Aspek mutu pelayanan didalam rumah sakit dapat dilihat dari segi
aspek yang berpengaruh. Aspek berarti termasuk hal-hal yang secara
langsung atau tidak berpengaruh terhadap penilaian. Keempat aspek itu
adalah seperti berikut :
(a) Sumber Daya Dimensi Mutu Pelayanan
Dimensi mutu pelayanan untuk mengukur sejauhmana suatu pelayanan
telah mencapai standar program dan standar pelayanan kesehatan.
(b) Kompetisi Teknis
Kompetisi teknis terkait dengan ketrampilan, kemampuan dan
penampilan petugas, manajer, dan staff pendukung. Kompetensi teknis
berhubungan dengan bagaimana cara petugas mengikuti standar
pelayanan yang telah ditetapkan dalam hal dapat
dipertanggungjwabkan atau dihandalkan (dependability), ketepatan
(accurancy), ketahanan uji (reliability), dan konsistensi (concitency).
(c) Akses terhadap pelayanan
Hal ini berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan
geografis, sosial, ekonomi, budaya, organisasi, atau hambatan bahasa.
Akses geografis dapat diukur dengan jelas transportasi, jarak, waktu
perja.lanan, dan hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang
untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Akses ekonomi berkaitan
dengan sejauh mana pelayanan diatur untuk kenyamanan pasien, jam
kerja klinik, dan waktu tunggu.
(d) Efektivitas
Kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektivitas yang
menyangkut norma pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis sesuai
dengan standar yang ada.
(e) Hubungan antara manusia
Hubungan antara manusia berkaitan dengan interaksi antara petugas
kesehatan dengan pasien, manajer, petugas, dan antara tim kesehatan
dengan masyarakat. Hubungan antara manusia yang baik akan
menanamkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara menghargai,
menjaga rahasia, menghormati, responsive, memberi perhatian.
(f) Efisiensi
Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang optimal
daripada memaksimalkan pelayanan kepada pasien dan masyarakat.
Petugas akan memberikan pelayanan yang terbaik dengan yang
dimiliki.
(g) Kelangsungan pelayanan
Kelangsungan pelayanan berarti klien akan menerima pelayanan yang
lengkap yang dibutuhkan (termasuk rujukan) tanpa interupsi.
(h) Keamanan
(i) Kenyamanan
Kenyamanan mempengaruhi kepuasan pasien dan bersedianya kembali
ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya.

b) Kajian Data
Tabel 2.46 Evaluasi Mutu Pelayanan Asuhan Keperawatan di Ruang MPU Panuluh
II dengan sasaran observasi perawat (n=28)
Hasil Evaluasi
MPU Panulu II

No Kriteria (n:28)

Ya Tidak
1. Apakah perawat selalu memperkenalkan diri? 28 0
2. Apakah perawat melarang anda/pengunjung merokok 28 0
c) diruangan ?
3. Apakah perawat selalu menanyakan bagaimana nafsu 7 21
Analisa D
makan pasien?
4. Apakah perawat pernah menanyakan pantangan 17 11
makanan anda/keluarga anda ?
5. Apakah perawat memperhatikan berapa jumlah diet 5 23
yang dimakan oleh pasien?
6. Bila pasien tidak mampu makan sendiri, apakah 3 25
perawat membantu menyuapi?
7. Pada saat pasien dipasang infus, apakah perawat selalu 28 0
memeriksa cairan atau tetesan dan area sekitar
pemasangan infuse?
8. Bila pasien mengalami kelusilatan BAB, apakah 28 0
perawat menganjurkan makan buah, sayur, minum
yang cukup dan banyak bergerak ?
9. Pada saat perawat membantu pasien BAK/BAB, 25 3
apakah perawat memasang sampiran/selimut, menutup
pintu/jendela, mempersilakan pengunjng keluar
ruangan?
10. Apakah ruangan tidur pasien selalu dijaga 28 0
kebersihannya?
11. Apakah lantai kamar mandi/WC selalu bersih, tidak 27 1
licin, tidak berbau, cukup terang?
12. Selama pasien belum mampu mandi, apakah 0 28
dimandikan oleh perawat?
13. Apakah pasien dibantu oleh perawat, bila tidak mampu 0 28
menggosok gigi, membersihkan mulut atau mengganti
pakaian atau menyisir rambut?
14. Apakah alat – alat tenun seperti selimut, sprei dll 26 2
diganti setiap kotor?
15. Apakah perawat pernah memberikan penjelasan akibat 28 0
dari kurang bergerak, berbaring terlalu lama ?
16. Pada saat pasien masuk ruangan, apakah perawat 24 4
menjelaskan tentang fasilitas yang tersedia dan cara
penggunaannya, peraturan/tata tertib yang berlaku di
RS?
17. Selama pasien dalam perawatan, apakah perawat 28 0
memanggil nama pasien dengan benar?
18. Selama pasien dalam perawatan, apakah perawat 28 0
mengawasi keadaan pasien secara teratur pada pagi,
sore maupun malam hari?
19. Selama pasien dalam perawatan, apakah perawat 27 1
segera memberi bantuan bila diperlukan?
20. Apakah perawat bersikap sopan dan ramah? 27 1
21. Apakah pasien/keluarga mengetahui perawat yang 25 3
d) Analisa data
Berdasarkan pengkajian data pre implementasi diatas yang dinilai dari
11 orang perawat pasien di ruang MPU Panuluh II. Didapatkan hasil di
Ruang MPU Panuluh II dengan jawaban “Ya” prosentasenya Pretest
sebesar 74,5%. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi keluarga
pasien terhadap mutu asuhan keperawatan di ruang MPU Panulu II RSUD
Pandan Arang Boyolali dikategorikan baik.

3) Instrument C
a) Kajian Teori
Instrumen C yaitu evaluasi tentang pedoman observasi tindakan
pemberian obat. Observasi yang dilakukan selama 3 hari yaitu tanggal 02-
05 Maret 2020. Dalam melakukan tindakan keperawatan yang baik harus
sesuai dan mengacu pada protap-protap atau standar yang telah ditetapkan
dengan hasil tindakan mencapai 100%. Sebagai dasar penilaian tindakan
keperawatan yang mengacu pada instrument evaluasi penerapan standar
asuhan keperawatan di rumah sakit yang telah ditetapkan oleh Masterlist
Instruksi Kerja yang mengacu pada pedoman dari Departemen Kesehatan.
b) Kajian Data
Observasi dari tindakan pemberian obat yang dilakukan oleh perawat
selama 3 hari adalah sebagai berikut :
Tabel 2.47 Hasil Evaluasi Identifikasi Pemberian Obat di Ruang MPU
Panuluh II RSUD Pandan Arang Boyolali (n=16)

Hasil Evaluasi
Observasi
No Kegiatan
Ya Tidak
1 Mengucap salam 12 4
2 Petugas memperkenalkan diri dan unit 5 11
3 Menjelaskan pada pasien prosedur identifikasi pasien 10 6
dengan benar sebelum melakukan prosedur
4 Memastikan identifikasi pasien dengan benar sebelum 15 1
melakukan prosedur
5 Bila memungkinkan meminta pasien untuk 12 4
menyebutkan nama tanggal lahirnya, atau menayakan
pada keluarga dan petugas yang bertanggung jawab
6 Periksa dan bandingkan jawaban pasien dengan data 14 2
gelang identifikasi dan data RM
7 Jika data yang diperoleh cocok, lakukan prosedur/ 15 1
berikan obat
8 Jika terdapat lebih dari 2 pasien diruangan rawat inap 12 4
dengan nama yang sama / foto yang mirip periksa
ulang identitas dengan meliat no RM dan alamat
9 Jika data pasien tidak lengkap informasi lebih lanjut 11 5
harus diperoleh sebelum pemberian obat dilakukan
10 Perhatikan waktu pemberian obat dan pemakaian obat 16 0
Jumlah 122 38
Prosentase 76,25 % 23,75%
Tabel 2.48 Hasil Evaluasi Identifikasi Injeksi di Ruang Daun Sirih RSUD Pandan Arang
Boyolali (n=16)

Hasil Evaluasi
Observasi
No Kegiatan
Ya Tidak
1 Lakukan kebersihan tangan 4 12
2 Gunakan APD sesuai indikasi (sarung tangan sekali 9 7
pakai yang tidak steril)
3 Lakukan desinfeksi pada area insersi 11 5
4 Pakai jarum yang steril, sekali pakai pada tiap suntikan 16 0
untuk mencegah kontaminasi pada peralatan dan terapi
5 Bila memungkinkan sekali pakai vial walaupun 16 0
multidouse
6 Tidak diperbolehkan menggunakan jarum atau spuit 16 0
yang dipakai ulang untuk mengambil obat dalam vial
multidouse karena dapat menimbulkan kontaminasi
mikroba yang dapat menyebar saat obat dipakai untuk
pasien lain
7 Lakukan prinsip pemberian obat dengan 7 benar 10 6
8 Lakukan insersi sesuai petunjuk pemberian (IM, IV, 16 0
SC, IC)
9 Lakukan desinfeksi pada area setelah insersi 7 9
10 Tidak melakukan recaping dengan teknik kedua tangan 13 3
11 Lakukan recaping dengan teknik one hand (satu 3 13
tangan)
12 Buang spuit injeksi ke dalam safety box oleh dokter 16 0
atau perawat yang melakukan insersi
13 Lepas APD 10 6
14 Lakukan kebersihan tangan 11 5
15 Lakukan pencatatan 16 0
Jumlah 174 66
Prosentase 72,5 % 27,5 %
Tabel 2.49 Hasil Evaluasi Identifikasi Medikasi di Ruang MPU Panulu II RSUD Pandan
Arang Boyolali (n=16)

Hasil Evaluasi
Observasi
No
c) Analisa Kegiatan
Ya Tidak
1 Menjaga privasi 8 8
2 Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat 9 6
jelas
3 Membuka peralatan 5 11
4 Memakai sarung tangan steril 0 16
5 Membasahi plester dengan alkohol/wash bensin dan 5 11
buka dengan menggantikan pinset
6 Membuka balutan lapisan terluar 10 6
7 Membersihkan sekitar luka dan bekas plester 12 4
8 Balutan lapis dalam 16 0
9 Menekan tepi luka (sepanjang luka) untuk 10 6
mengeluarkan pus
10 Melakukan debridement 13 3
11 Membersihkan luka dengan menggunakan cairan NaCl 14 2
12 Melakukan kompres desinfektan dan tutup dengan 14 2
kassa
13 Memasang plester atau perban 15 1
14 Merapikan pasien 4 12
15 Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan 3 13
16 Berpamitan dengan klien 10 6
17 Membereskna alat-alat 3 13
18 Mencuci alat 1 15
19 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan 16 0
Jumlah 168 134
Prosentase 55,26 % 44,74%

Data
Berdasarkan kajian data diatas yang dinilai dari observasi selama 3 hari
berturut-turut dalam identifikasi pemberian obat yang dilakukan di ruang
MPU Panuluh II didapatkan prosentase Pretest jawaban “Ya” sebesar
76,25% sehingga secara keseluruhan dalam kategori baik.
Berdasarkan kajian data diatas yang dinilai dari observasi selama 3 hari
berturut-turut dalam identifikasi injeksi yang dilakukan di ruang MPU
Panulu II didapatkan prosentase Pretest jawaban “Ya” sebesar 72,5%
sehingga secara keseluruhan dalam kategori baik.
Berdasarkan kajian data diatas yang dinilai dari observasi selama 3 hari
berturut-turut dalam identifikasi medikasi yang dilakukan di ruang MPU
Panulu II didapatkan prosentase Pretest jawaban “Ya” sebesar 55,26%
sehingga secara keseluruhan dalam kategori baik.

d. Kepuasan Kerja Karyawan


1) Kajian teori
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan
kinerja atau hasil yang ia rasakan dibanding dengan harapan (Sutono, 2001).
Kepuasan dipengaruhi oleh sumber daya pendidikan, pengetahuan, sikap, gaya
hidup, demografi, budaya, sosial ekonomi, keluarga, dan situasi yang
dihadadapi. Kepuasan kerja (job satisfication) adalah keadaan emosional yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana para karyawan memandang
pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap
pekerjaannya dan nampak dari sikap positif karyawan terhadap pekerjaannya
serta segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya (Handoko, 1993).
Peningkatan suasana kerja yang kondusif serta permberi dukungan dari
perawat yang mempunyai posisi lebih tinggi, peningkatan hubungan
interpersonal dapat meningkatkan kepuasan kerja dan meningkatkan Turn Over
perawat sehingga diperlukan rentang dukungan yang kontinyu bagi perawat
sejak bekerja di unit rawat atau tatanan pelayan kesehatan yang lain.
Kepuasan atau ketidakpuasan seseorang dengan pekerjaan merupakan
keadaan yang sifatnya subjektif, yang merupakan hasil kesimpulan yang
didasarkan pada suatu perbandingan mengenai apa yang secara nyata diterima
oleh pegawai dari pekerjaannya dibandingkan dengan apa yang diharapkan,
diinginkan, dan dipikirkannya sebagai hal yang pantas, atau berhak baginya.
Sementara setiap pegawai secara subjektif menentukan bagaimana pekerjaan
itu memuaskan (Gomes, 1995).
Menurut Deny cit Fatiah, 1995, kepuasan kerja merupakan hal yang
bersifat individu. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang
berbeda-beda sesuai dengan situasi nilai-nilai yang berlaku pada dirinya.
Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan
individu, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan demikian pula
sebaliknya. Kepuasan kerja dipengaruhi oleh karakteristik lingkungan kerja,
karakteristik pekerjaan, dan karakteristik pekerja. Semakin tua usia karyawan,
maka lebih cenderung merasa puas karena semakin tinggi jenjang pekerjaan
karyawan.
Kepuasan merupakan suatu konsep yang multifacet (banyak dimensi).
Suatu kesimpulan menyeluruh tentang kepuasan hanya akan menyembunyikan
pertimbangan subjektif dari pegawai mengenai kepuasannya sehubungan
dengan gaji, keselamatan kerja, supervisi, relasi-relasi antarperorangan dalam
kerja, peluag-peluang di masa yang akan datang, dan pekerjaan itu sendiri
(Gomes, 1995).
Kepuasan kerja mempunyai konsekuensi langsung maupun tidak
langsung terhadap efektivitas kerja organisasi. Kepuasan kerja karyawan yang
rendah menjadi penyebab menurunnya kondisi kerja, kinerja dan kualitas
produksi dalam berorganisasi (Gomes, 1995).Menurut Strauss dan Sayles,
kepuasan kerja penting untuk aktualisasi diri. Karyawan yang tidak
memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai kematangan
psikologis, dan pada gilirannya akan menjadi frustasi. Karyawan seperti ini
akan sering melamun, mempunyai semangat kerja rendah, cepat lelah dan
bosan, emosinya tidak stabil, sering absent, dan melakukan kesibukan yang
tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Sedangkan
karyawan yang mempunyai kepuasan kerja biasanya mempunyai catatan
kehadiran dan perputaran yang lebih baik, kurang aktif dalam kegiatan serikat
karyawan, dan (kadang-kadang) berprestasi kerja lebih baik daripada karyawan
yang tidak memperoleh kepuasan kerja (Handoko, 2001).
Gomes (1995) menyatakan kepuasan kerja dari pegawai itu sendiri
mungkin mempengaruhi kehadirannya pada kerja, dan keinginan untuk ganti
pekerjaan juga bisa mempengaruhi kesediaan untuk bekerja. Kesediaan atau
motivasi seorang pegawai untuk bekerja biasanya ditunjukkan oleh aktivitas
yang terus menerus dan yang berorientasikan tujuan.
Faktor-faktor yang terlibat dalam kepuasan kerja adalah kemajuan,
pegakuan, tanggungjawab, perkembangan karir, dan pekerjaan itu sendiri. Hal
ini dikemukakan oleh Herzberg seperti dikutip oleh Frazer (1992). Faktor-
faktor yang disebut pemuas (Satisfier factors) tersebut jika dapat dioptimalkan
akan membantu perbaikan prestasi, menurunkan, mutasi, menunjang sikap
toleran dan kesehatan mental. Sedangkan factor lainya adalah penunjang
kepuasan (hygiene factors) antara lain kondisi kerja, upah/gaji, dan hubungan
antarpribadi. Jika factor ini tidak atau kurang memadai akan menyebabkan
ketidakpuasan diantara para karyawan. Sehingga menurut Hezberg cit Fatiah
(1967), peningkatan kualitas kerja akan memperbaiki kualitas pekerjaan.
Desain struktur dari organisasi formal, kebijakan, dan praktek-praktek sumber
daya manusia dalam organisasi, tingkatan stres di tempat kerja, kultur nasional
dan kultur internal dalam organisasi, semuanya akan berdampak pada kepuasan
kerja (Mukhlas cit Fatiah, 2002).
Wesley dan Yulk (1997) juga mengatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja dari kondisi sebenarnya adalah :
(a) Kompensasi
Sikap pekerja terhadap pembayaran yang diterimanya setelah dia
membandingkan dengan rekan lain baik didalam maupun diluar organisasi
tempat kerja.
(b) Supervisi
Tanggapan bawahan terhadap perilaku atasan diwaktu memberikan
bimbingan.
(c) Pekerjaan itu sendiri
Signifikasi pekerjaan, umpan balik dari pekerjaan itu sendiri (informasi
langsung dan jelas diperoleh dari pekerja atas efektifitas dan hasil
kerjanya).
(d) Rekan kerja
Perilaku rekan kerja terhadap individu pekerja lain.
(e) Keamanan kerja
Kepuasan pekerja dalam menduduki pekerjaanya selama kerja, termasuk
imbalan gaji, pinjaman, hari libur, fasilitas kesehatan, pensiunan dihari
depannya.
(f) Kesempatan pengembangan diri
Kesempatan untuk maju atau berprestasi dalam jenjang karir.
Menurut Djojodibroto (1997) untuk memperoleh pelayanan asuhan
keperawatan yang baik diperlukan staf yang mempunyai dedikasi tinggi dan
komitmen terhadap tugas-tugas yang diberikan. Disamping komitmen yang ada
pada staf, diperlukan juga kepuasan kerja yang akan mendorong staf
melaksanakan komitmennya itu secara baik. Kepuasan kerja karyawanan dapat
mempengaruhi hasil mutu asuhan keperawatan yang diberikan.
Pekerjaan yang baik tentu harus mendapat imbalan yang baik pula.
Sistem penggajian pegawai RS haruslah :
(a) Memenuhi ketentuan upah minimum.
(b) Sesuai dengan kemampuan anggaran RS.
(c) Adil, merupakan pengakuan bahwa ada hubungan antara imbalan jasa
dengan pekerjaan yang dilakukan dan juga dengan prestasi kerja untuk itu
harus ada gaji dasar.
(d) Mampu mempertahankan tenaga yang baik.
(e) Mampu menarik tenaga yang baik dari luar.
(f) Sumber daya manusia/tenaga kerja adalah unsur terpenting dalam institusi
RS. Mutu pengelolaan dan pelayanan RS dapat dipastikan akan rendah
apabila mutu tenaga kerja rendah. Cara meningkatkan mutu tenaga dapat
ditempuh dengan cara :
(1) Penempatan tenaga yang sesuai.
(2) Pemberian penghargaan yang wajar berdasarkan prestasi kerja.
(3) Hubungan kerja yang manusiawi.
(4) Adanya usaha untuk peningkatan mutu SDM.
(5) Kejelasan siapa atasan fungsional dan siapa atasan struktural.
Upah atau gaji yang besar tidak selalu bisa menamin kepuasan kerja
karyawan. Mc. Closey (1974), menemukan bahwa intrinsic rewards, seperti
achievement memiliki hubungan yang lebih kuat dengan kepuasan kerja
daripada factor ekstrinsik seperti gaji.
Smith, Kendall & Hullin (cit Price, 1972) dalam penelitianya tentang
kepuasan kerja menggunakan 5 dimensi kepuasan terhadap pekerjaan, yaitu
dari aspek pekerjaan itu sendiri, pengawasan, penggajian, kesempatan promosi,
dan aspek rekan kerja, sebagai faktor-faktor penentu kepuasan kerja.
2) Kajian Data
Survey mendalam dilakukan terhadap 10 orang perawat yang aktif
bertugas jaga di Ruang Daun Sirih, yaitu :

Tabel 2.50 Hasil Evaluasi Kepuasan Kinerja Karyawan di Ruang Mpu Panuluh II RSUD
Pandan Arang Boyolali (n=21)

Hasil Evaluasi
No Variabel yang dinilai
STP TP CP P SP
1. Jumlah gaji yang diterima sebanding dengan
1 0 20 0 0
pekerjaan yang saudara yang dilakukan
2. Sistem penggajian yang dilakukan institusi
0 0 21 0 0
tempat saudara bekerja.
3. Jumlah gaji yang diterima dibandingkan
0 0 21 0 0
pendidikan saudara
4. Pemberian insentif tambahan atas suatu
0 0 21 0 0
prestasi atau kerja ekstra
5. Tersedianya peralatan dan kelengkapan yang
0 0 12 9 0
mendukung pekerjaan
6. Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar
0 1 14 6 0
mandi, tempat parkir, kantin.
7. Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan
dengan ventilasi udara, kebersihan dan 0 0 21 0 0
kebisingan.
8. Adanya jaminan atas kesehatan atau
0 0 21 0 0
keselamatan kerja.
9. Perhatian institusi rumah sakit terhadap
0 0 9 12 0
saudara
10. Hubungan antar karyawan dalam kelompok
0 0 9 12 0
kerja.
11. Kemampuan dalam bekerjasama antar
0 0 9 12 0
karyawan.
12. Sikap teman-teman sekerja terhadap saudara. 0 0 9 12 0
13. Kesesusaian antara pekerjaan dan latar
0 0 8 13 0
belakang pendidikan saudara.
14. Kemampuan dalam menggunakan waktu
1 0 12 8 0
bekerja dan penugasan yang diberikan.
15. Kemampuan supervisi atau pengawas dalam
0 0 21 0 0
membuat keputusan.
16. Perlakuan atasan selama saya bekerja disini. 0 0 10 10 1
17. Kebebasan melakukan suatu metode sendiri
0 0 21 0 0
dalam menyelesaikan pekerjaan.
18. Kesempatan untuk meningkatkan
kemampuan kerja melalui pelatihan atau 0 1 10 10 0
pendidikan tambahan.
19. Kesempatan untuk mendapat posisi yang
0 0 21 0 0
lebih tinggi.
20. Kesempatan untuk membuat prestasi dan
0 0 15 6 0
mendapatkan kenaikan pangkat.
0,47% 0,47% 72,6% 26,1% 0,23%
Sumber : Data primer perawat ruang Mpu Panuluh II RSUD Pandan Arang Boyolali
3) Analisa data
Berdasarkan kajian data yang didapatkan dari pembagian kuesioner pada
21 orang perawat di ruang Mpu Panuluh II didapatkan gambaran Pretest bahwa
sebagian perawat di ruang Mpu Panuluh II menyatakan sangat tidak puas
sebesar 0,47%, tidak puas sebesar 0,47%, cukup puas sebesar 72,6%, puas
26,1% dan sangat puas 0,23%. Hal ini dikarenakan perawat merasa tidak
mempunyai kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih penting dan
kesempatan untuk membuat suatu prestasi dan mendapatkan kenaikan pangkat.

c. Mutu Klinik Keperawatan


1) Kajian Teori
Untuk dapat menilai mutu dari hasil asuhan keperawatan telah
ditetapkan indikator klinik keperawatan. Indicator adalah pengukuran tidak
langsung suatu peristiwa atau kondisi. Green (1992) dan WHO (1981)
menguraikan indikator adalah variabel untuk mengukur suatu perubahan baik
langssung maupun tidak langsung.
Indikator klinik adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk
mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan berdampak terhadap
pelayanan (Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan, Dirjen Bina Pelayanan
Medik Depkes RI, 2008). Karakteristik suatu indikator adalah :
(a) Sahih (valid)
(b) Dapat dipercaya (reliable)
(c) Peka (sensitive)
(d) Spesifik (specifik)
(e) Berhubungan (relevan)
Indikator mutu pelayanan keperawatan klinik sebagai berikut:
(a) Keselamatan pasien (patient safety) : Pasien aman dari kejadian jatuh,
dekubitus, kesalahan pemberian obat dan cidera akibat restrain.
(b) Perawatan diri : Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan
dasar manusia yang harus terpenuhi agar tidak timbul masalah lain
sebagai akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan kebersihan dan
perawatan diri, misalnya penyakit kulit, rasa tidak nyaman, ISK, dll.
(c) Kepuasan pasien : Tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
keperawatan tercapai bila terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga
terhadap pelayanan keperawatan yang diharapkan.
(d) Kecemasan : Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman
seakan-akan terjadi suatu yang dirasakan sebagai ancaman.
(e) Kenyamanan : Bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol.
(f) Pengetahuan : Discharge planning adalah suatu proses yang dipakai
sebagai pengambilan keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien
untuk kesempurnaan kepindahan pasien dari satu tempat perawatan ke
tempat lain. Dalam perencanaan pulang, pasien dapat dipindahkan ke
rumahnya sendiri atau keluarga, fasilitas rehabilitasi, nursing home,
hospice, home care atau tempat-tempat lain di luar RS.

2) Kajian Data
Tabel 2.51 Hasil Evaluasi Kepuasan Pelayanan Keperawatan Di Ruang Mpu Panuluh II
RSUD Pandan Arang dengan Sasaran Obsevasi Pasien (n=28)
Hasil Evaluasi
Kadang Tidak
Selalu Sering
No Pernyataan kadang pernah

1 Apakah dokter mengunjungi anda setiap


21 1 0 0
hari?
2 Apakah dokter yang memeriksa Anda
19 3 0 0
bersikap ramah ?
3 Apakah dokter manjelaskan penyakit
9 5 8 0
anda dan tindakanya?
4 Apakah dokter meluangkan waktu untuk
8 5 9 0
konsultasi?
5 Apakah perawat mengenalkan diri kepada
15 7 0 0
pasien/keluarga?
6 Apakah perawat yg merawat anda
20 1 0 0
bersikap ramah?
7 Apakah perawat memperhatikan dan
21 2 0 0
menanggapi keluhan anda?
8 Apakah anda/keluarga merasa dibimbing 11 6 5 0
oleh perawat untuk merawat diri anda
(contoh : di sibin, menggunakan pispot,
dll) ?
9 Menurut anda apakah perawat bekerja
8 12 2 0
dengan terampil?
10 Bila anda membutuhkan pertolongan
12 9 1 0
apakah dilayani dengan cepat?
11 Apakah perawat menjelaskan dimana
tempat- tempat penting untuk kelancaran
2 14 5 1
perawatan? (kamar mandi, ruang tata
usaha
12 Apakah anda mendapat pelayanan
22 0 0 0
administrasi dengan baik dan cepat?
13 Apakah rekening yang anda dapatkan
0 0 0 22
tepat hitung?
14 Apakah anda diberi penjelasan tentang
2 8 6 6
biaya?
15 Apakah ruangan selalu dalam keadaan
16 6 0 0
bersih?
16 Apakah sprei, selimut dan sarung bantal
dalam kondisi baik, selalu bersih, dan 14 8 0 0
diganti setiap kotor?
17 Apakah kamar mandi selalu dibersihkan,
20 2 0 0
tidak berbau, dan tidak licin?
18 Apakah makanan disajikan tepat waktu? 21 1 0 0
19 Apakah makanan yang disajikan
2 11 9 0
bervariasi dan cukup enak ?
20 Apakah petugas penyaji makanan
16 6 0 0
bersikap ramah ?
Jumlah 237 107 46 22
Prosentase (412) 57,5% 25,9% 11,1% 5,3%
Sumber: Observasi Di Ruang Mpu Panuluh II RSUD Pandan Arang Boyolali

3) Analisa Data
Berdasarkan kajian data diatas yang didapatkan dari hasil kuesioner dan
wawancara pada 22 orang keluarga pasien di ruang Mpu Panuluh II didapatkan
hasil pretes observasi kepuasan pelayanan keperawatan sebesar 57,5%
menyatakan puas dengan pelayanan yang diberikan pada pasien. Pelayanan
yang belum diberikan kepada pasien meliputi perawat tidak memperkenalkan
diri, perawat tidak mengorientasikan pasien baru, perawat tidak membimbing
keluarga untuk merawat pasien.
Unsur Output
Tabel 3.3
Identifikasi Masalah Berdasarkan Analisa Unsur Output
No Analisa Data Hasil Keterangan
1 Pelaksanaan kegiatan Meningkatnya Dari hasil observasi yang dilakukan,
CNE dengan tema manajemen didapatkan bahwa manajemen keperawatan
“Manajemen keperawatan medikasi prinsip steril di bangsal umum
Keperawatan medikasi prinsip sudah dilaksanakan, akan tetapi belum
medikasi prinsip steril di RSUD maksimal.
steril” dikarenakan pandan arang
masih kurangnya boyolali,
pelaksanaan khusunya di
manajemen bangsal umum.
keperawatan
medikasi prinsip
steril di RSUD
pandan arang
boyolali.

Anda mungkin juga menyukai