Unsur Output
a. Efisiensi Ruang Rawat
1) Kajian Teori
Efisiensi pengelolaan rumah sakit secara garis besar dapat dilihat dari
dua segi, yaitu segi medis meninjau efisiensi dari sudut mutu pelayanan medis
dan dari segi ekonomi meninjau efisiensi dari sudut pendayagunaan sarana
yang ada. Grafik Barber-Johnson adalah grafik yang secara visual dapat
menyajikan dengan jelas tingkat efisiensi kedua segi diatas. Grafik Barber-
Johnson menggambarkan bagaimana pemakaian empat parameter yaitu BOR
(Bed Occupancy Rate), LOS (Length Of Stay), TOI (Turn Over Internal), dan
BTO (Bed Turn Over) sebagai salah satu indikator efisiensi pengelolaan rumah
sakit. Efisiensi pelayanan meliputi 4 (empat) indikator mutu pelayanan
kesehatan rumah sakit, yang meliputi :
a) BOR (Bed Occupancy Rate), merupakan indikator untuk menilai seberapa
efektifitas pemakaian tempat tidur yang ada disuatu ruangan atau rumah
sakit dalam jangka waktu tertentu. Standar nasional untuk rumah sakit
dalam satu tahun adalah 60-85% (Depkes RI, 2005).
2) Kajian Data
3) Analisa Data
a) BOR (Rasio penggunaan tempat tidur)
Data BOR pada tahun 2019 bulan dan Januari, Februari 2020 di ruang
MPU panulu 2 rata-rata 65,80% dan 88,94%, 92,98%, data tersebut
menunjukkan pemakaian tempat tidur diruang MPU panulu 2 sudah sesuai
batas standar untuk rumah sakit yaitu 60-80 %.
b) Kajian Data
Observasi ini dilakukan dengan menggunakan instrument A yang
sudah dibakukan oleh Depkes (2005). Studi dokumentasi dilakukan pada 15
dokumentasi pasien di ruang MPU Panulu II RSUD Pandan Arang
Boyolali.
c) Analisa Data
Berdasarkan hasil analisa data diatas tentang pendokumentasian
keperawatan didapatkan data sebagai berikut :
(1) Pengkajian
Setelah dilakukan studi dokumentasi terhadap status pasien
mengenai pengkajian keperawatan didapatkan data bahwa format
pengkajian telah tersedia pada masing-masing status pasien, pengkajian
dilakukan dengan memberikan tanda (√) pada pernyataan yang sesuai
dengan kondisi pasien. Pengisian format pengkajian status pasien sudah
lengkap. Dari keseluruhan pengkajian Pretest Ruang MPU Panulu II
sebesar 88,52% dengan katagori sangat baik.
(2) Diagnosa Keperawatan
Dalam menuliskan diagnosa keperawatan perawat masih ada yang
belum memilahkan dalam perumusan masalah antara diagnosa aktual/
risiko/ potensial, diagnosa keperawatan belum dirumuskan dengan
benar. Dari keseluruhan pengkajian diagnosa keperawatan di Ruang
MPU Panulu II didapatkan nilai Pretest sebesar 78,14% dengan kategori
baik, sebaiknya perlu untuk di tingkatkan pada perumusan diagnosa
keperawatan dengan benar dan pemilahan masalah antara diagnosa
aktual/resiko/potensial.
(3) Perencanaan
Dari hasil observasi pendokumentasian tahap perencanaan di
Ruang MPU Panulu II sudah terlaksana dengan hasil Pretest mencapai
82,34% dengan kriteria baik. Hal ini dibuktikan dengan
pendokumentasian perencanaan, sebagian besar sudah sesuai dengan
diagnosa keperawatan. Tetapi dalam perencaaan keperawatan sebagian
besar belum mengandung komponen spesifik, bisa diukur, bisa dicapai,
realistik dan ada batas waktu (SMART), sebagian besar tidak
menuliskan kriteria hasil dalam perencanaan. Hal ini dikarenakan
perawat tidak banyak waktu dan belum terbiasa untuk mengisi status
secara sempurna jadi dalam penulisan perencanaan hanya di tulis yang
pokok pokok saja.
(4) Implementasi
Dari pengkajian implementasi Pretest di Ruang Daun Sirih sebesar
92,52%, termasuk dalam katagori sangat baik. Beberapa tindakan yang
dilakukan perawat belum didokumentasikan, perawat hanya
mencantumkan tanggal, jam, keadaan umum pasien serta tindakan
rutinitas seperti pemberian terapi obat dan ttv. Tindakan- tindakan
seperti pendidikan kesehatan, tindakan yang melibatkan keluarga belum
didokumentasikan.
(5) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan di Ruang Daun
Sirih sebesar 77,11% dalam katagori sangat baik. Sudah merujuk pada
tiap diagnosa yang diangkat. Evaluasi yang ditulis adalah evaluasi
secara keseluruhan pada kondisi pasien dan diagnosa yang sudah
teratasi tidak dituliskan lagi, serta planning nya tidak dijelaskan secara
spesifik. Hal ini dikarenakan perawat melakukan nya secara rutinitas
selain itu banyak nya kegiatan yang harus dikerjakan dalam ruangan
tersebut.
(6) Dokumentasi
Catatan asuhan keperawatan sudah dalam katagori baik, dengan
skor pretest sebesar 86,10%. Hal ini dibuktikan dengan catatan ditulis
pada format yang ada, namun catatan keperawatan, catatan medis dan
catatan penunjang masih dipisahkan. Pencatatan yang dilakukan sudah
mencantumkan nama terang dan tanda tangan.
2) Instrument B
Instrumen B mengevaluasi tentang persepsi pasien terhadap mutu
pelayanan asuhan keperawatan dengan cara menyebarkan angket kepada pasien
yang memenuhi kriteria yaitu sudah dirawat inap minimal tiga hari, bersedia
mengisi kuesioner. Pada saat angket dibagikan, pasien telah diberikan
penjelasan.
Salah satu indikator mutu asuhan keperawatan adalah dilihat dari persepsi
klien tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Untuk mengevaluasi
hal ini perlu suatu instrument yang baku.
a) Kajian Teori
Asuhan keperawatan adalah rangkaian kegiatan pada praktek
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien diberbagai
tatanan pelayanan kesehatan (Zaidin Ali, 2001). Mutu asuhan keperawatan
dapat dilihat dari persepsi pasien tentang mutu asuhan keperawatan yang
diberikan. Dan untuk mengevaluasi hal ini juga perlu suatu instrumen yang
baku menggunakan format standar asuhan keperawatan yang telah
ditetapkan oleh rumah sakit.
Mutu pelayanan keperawatan yang merupakan hasil kegiatan asuhan
keperawatan adalah terjaminnya penerapan standar asuhan keperawatn
yang dilakukan oleh perawat berdasarkan pendekatan proses keperawatan
yang meliputi pengkajian data, penyusunan diagnosa, melakukan
perencanaan, tindakan, dan evaluasi.
Menurut Azwar (1996), mutu pelayanan adalah tingkat kesempurnaan
pelayanan yang dapat memberikan kepuasan pasien sesuai tingkat kepuasan
rata-rata serta penyelenggaraan sesuai dengan standar dan kode etik profesi
yang ditetapkan. Menurut Pasuraman (1985), pengukuran mutu dapat
dilakukan dengan membandingkan persepsi antara pelayanan yang
diharapkan (Experted Services) dengan pelayanan yang diterima dan
dirasakan (Perceived Services). Mutu pelayanan menurut American Society
Quality Control merupakan gambaran total gambaran total sifat dari suatu
produk atau jasa pelayanan yang berhubungan dengan kemampuan untuk
memberikan kebutuhan dan kepuasan (Wijono, 2000: 4).
Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang
sedang diamati (Winston Dictionary, 1956 dalam Azwar 1996: 48). Mutu
adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program (Donabedian, 1980 dalam
Azwar, 1996: 48).
Lima dimensi yang menentukan mutu pelayanan yang dikaitkan
dengan kepuasan pasien adalah Pasuraman (1985) :
(a) Tangibles (bukti nyata), meliputi fasilitas fisik, peralatan yang
digunakan dan penampilan karyawan.
(b) Reliability (kehandalan) yaitu kemampuan memberikan pelayanan
yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan.
(c) Responsiviness (daya tanggap), yaitu kesediaan petugas dalam
memberikan pelayanan dengan tanggap.
(d) Assurance (jaminan) mencakup kemampuan, kesopanan, sifat yang
dipercaya dari petugas, bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan.
(e) Emphaty (Empati), yaitu penyediaan perhatian dan kepedulian orang
per orang kepada pelanggan.
Aspek mutu pelayanan didalam rumah sakit dapat dilihat dari segi
aspek yang berpengaruh. Aspek berarti termasuk hal-hal yang secara
langsung atau tidak berpengaruh terhadap penilaian. Keempat aspek itu
adalah seperti berikut :
(a) Sumber Daya Dimensi Mutu Pelayanan
Dimensi mutu pelayanan untuk mengukur sejauhmana suatu pelayanan
telah mencapai standar program dan standar pelayanan kesehatan.
(b) Kompetisi Teknis
Kompetisi teknis terkait dengan ketrampilan, kemampuan dan
penampilan petugas, manajer, dan staff pendukung. Kompetensi teknis
berhubungan dengan bagaimana cara petugas mengikuti standar
pelayanan yang telah ditetapkan dalam hal dapat
dipertanggungjwabkan atau dihandalkan (dependability), ketepatan
(accurancy), ketahanan uji (reliability), dan konsistensi (concitency).
(c) Akses terhadap pelayanan
Hal ini berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan
geografis, sosial, ekonomi, budaya, organisasi, atau hambatan bahasa.
Akses geografis dapat diukur dengan jelas transportasi, jarak, waktu
perja.lanan, dan hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang
untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Akses ekonomi berkaitan
dengan sejauh mana pelayanan diatur untuk kenyamanan pasien, jam
kerja klinik, dan waktu tunggu.
(d) Efektivitas
Kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektivitas yang
menyangkut norma pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis sesuai
dengan standar yang ada.
(e) Hubungan antara manusia
Hubungan antara manusia berkaitan dengan interaksi antara petugas
kesehatan dengan pasien, manajer, petugas, dan antara tim kesehatan
dengan masyarakat. Hubungan antara manusia yang baik akan
menanamkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara menghargai,
menjaga rahasia, menghormati, responsive, memberi perhatian.
(f) Efisiensi
Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang optimal
daripada memaksimalkan pelayanan kepada pasien dan masyarakat.
Petugas akan memberikan pelayanan yang terbaik dengan yang
dimiliki.
(g) Kelangsungan pelayanan
Kelangsungan pelayanan berarti klien akan menerima pelayanan yang
lengkap yang dibutuhkan (termasuk rujukan) tanpa interupsi.
(h) Keamanan
(i) Kenyamanan
Kenyamanan mempengaruhi kepuasan pasien dan bersedianya kembali
ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya.
b) Kajian Data
Tabel 2.46 Evaluasi Mutu Pelayanan Asuhan Keperawatan di Ruang MPU Panuluh
II dengan sasaran observasi perawat (n=28)
Hasil Evaluasi
MPU Panulu II
No Kriteria (n:28)
Ya Tidak
1. Apakah perawat selalu memperkenalkan diri? 28 0
2. Apakah perawat melarang anda/pengunjung merokok 28 0
c) diruangan ?
3. Apakah perawat selalu menanyakan bagaimana nafsu 7 21
Analisa D
makan pasien?
4. Apakah perawat pernah menanyakan pantangan 17 11
makanan anda/keluarga anda ?
5. Apakah perawat memperhatikan berapa jumlah diet 5 23
yang dimakan oleh pasien?
6. Bila pasien tidak mampu makan sendiri, apakah 3 25
perawat membantu menyuapi?
7. Pada saat pasien dipasang infus, apakah perawat selalu 28 0
memeriksa cairan atau tetesan dan area sekitar
pemasangan infuse?
8. Bila pasien mengalami kelusilatan BAB, apakah 28 0
perawat menganjurkan makan buah, sayur, minum
yang cukup dan banyak bergerak ?
9. Pada saat perawat membantu pasien BAK/BAB, 25 3
apakah perawat memasang sampiran/selimut, menutup
pintu/jendela, mempersilakan pengunjng keluar
ruangan?
10. Apakah ruangan tidur pasien selalu dijaga 28 0
kebersihannya?
11. Apakah lantai kamar mandi/WC selalu bersih, tidak 27 1
licin, tidak berbau, cukup terang?
12. Selama pasien belum mampu mandi, apakah 0 28
dimandikan oleh perawat?
13. Apakah pasien dibantu oleh perawat, bila tidak mampu 0 28
menggosok gigi, membersihkan mulut atau mengganti
pakaian atau menyisir rambut?
14. Apakah alat – alat tenun seperti selimut, sprei dll 26 2
diganti setiap kotor?
15. Apakah perawat pernah memberikan penjelasan akibat 28 0
dari kurang bergerak, berbaring terlalu lama ?
16. Pada saat pasien masuk ruangan, apakah perawat 24 4
menjelaskan tentang fasilitas yang tersedia dan cara
penggunaannya, peraturan/tata tertib yang berlaku di
RS?
17. Selama pasien dalam perawatan, apakah perawat 28 0
memanggil nama pasien dengan benar?
18. Selama pasien dalam perawatan, apakah perawat 28 0
mengawasi keadaan pasien secara teratur pada pagi,
sore maupun malam hari?
19. Selama pasien dalam perawatan, apakah perawat 27 1
segera memberi bantuan bila diperlukan?
20. Apakah perawat bersikap sopan dan ramah? 27 1
21. Apakah pasien/keluarga mengetahui perawat yang 25 3
d) Analisa data
Berdasarkan pengkajian data pre implementasi diatas yang dinilai dari
11 orang perawat pasien di ruang MPU Panuluh II. Didapatkan hasil di
Ruang MPU Panuluh II dengan jawaban “Ya” prosentasenya Pretest
sebesar 74,5%. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi keluarga
pasien terhadap mutu asuhan keperawatan di ruang MPU Panulu II RSUD
Pandan Arang Boyolali dikategorikan baik.
3) Instrument C
a) Kajian Teori
Instrumen C yaitu evaluasi tentang pedoman observasi tindakan
pemberian obat. Observasi yang dilakukan selama 3 hari yaitu tanggal 02-
05 Maret 2020. Dalam melakukan tindakan keperawatan yang baik harus
sesuai dan mengacu pada protap-protap atau standar yang telah ditetapkan
dengan hasil tindakan mencapai 100%. Sebagai dasar penilaian tindakan
keperawatan yang mengacu pada instrument evaluasi penerapan standar
asuhan keperawatan di rumah sakit yang telah ditetapkan oleh Masterlist
Instruksi Kerja yang mengacu pada pedoman dari Departemen Kesehatan.
b) Kajian Data
Observasi dari tindakan pemberian obat yang dilakukan oleh perawat
selama 3 hari adalah sebagai berikut :
Tabel 2.47 Hasil Evaluasi Identifikasi Pemberian Obat di Ruang MPU
Panuluh II RSUD Pandan Arang Boyolali (n=16)
Hasil Evaluasi
Observasi
No Kegiatan
Ya Tidak
1 Mengucap salam 12 4
2 Petugas memperkenalkan diri dan unit 5 11
3 Menjelaskan pada pasien prosedur identifikasi pasien 10 6
dengan benar sebelum melakukan prosedur
4 Memastikan identifikasi pasien dengan benar sebelum 15 1
melakukan prosedur
5 Bila memungkinkan meminta pasien untuk 12 4
menyebutkan nama tanggal lahirnya, atau menayakan
pada keluarga dan petugas yang bertanggung jawab
6 Periksa dan bandingkan jawaban pasien dengan data 14 2
gelang identifikasi dan data RM
7 Jika data yang diperoleh cocok, lakukan prosedur/ 15 1
berikan obat
8 Jika terdapat lebih dari 2 pasien diruangan rawat inap 12 4
dengan nama yang sama / foto yang mirip periksa
ulang identitas dengan meliat no RM dan alamat
9 Jika data pasien tidak lengkap informasi lebih lanjut 11 5
harus diperoleh sebelum pemberian obat dilakukan
10 Perhatikan waktu pemberian obat dan pemakaian obat 16 0
Jumlah 122 38
Prosentase 76,25 % 23,75%
Tabel 2.48 Hasil Evaluasi Identifikasi Injeksi di Ruang Daun Sirih RSUD Pandan Arang
Boyolali (n=16)
Hasil Evaluasi
Observasi
No Kegiatan
Ya Tidak
1 Lakukan kebersihan tangan 4 12
2 Gunakan APD sesuai indikasi (sarung tangan sekali 9 7
pakai yang tidak steril)
3 Lakukan desinfeksi pada area insersi 11 5
4 Pakai jarum yang steril, sekali pakai pada tiap suntikan 16 0
untuk mencegah kontaminasi pada peralatan dan terapi
5 Bila memungkinkan sekali pakai vial walaupun 16 0
multidouse
6 Tidak diperbolehkan menggunakan jarum atau spuit 16 0
yang dipakai ulang untuk mengambil obat dalam vial
multidouse karena dapat menimbulkan kontaminasi
mikroba yang dapat menyebar saat obat dipakai untuk
pasien lain
7 Lakukan prinsip pemberian obat dengan 7 benar 10 6
8 Lakukan insersi sesuai petunjuk pemberian (IM, IV, 16 0
SC, IC)
9 Lakukan desinfeksi pada area setelah insersi 7 9
10 Tidak melakukan recaping dengan teknik kedua tangan 13 3
11 Lakukan recaping dengan teknik one hand (satu 3 13
tangan)
12 Buang spuit injeksi ke dalam safety box oleh dokter 16 0
atau perawat yang melakukan insersi
13 Lepas APD 10 6
14 Lakukan kebersihan tangan 11 5
15 Lakukan pencatatan 16 0
Jumlah 174 66
Prosentase 72,5 % 27,5 %
Tabel 2.49 Hasil Evaluasi Identifikasi Medikasi di Ruang MPU Panulu II RSUD Pandan
Arang Boyolali (n=16)
Hasil Evaluasi
Observasi
No
c) Analisa Kegiatan
Ya Tidak
1 Menjaga privasi 8 8
2 Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat 9 6
jelas
3 Membuka peralatan 5 11
4 Memakai sarung tangan steril 0 16
5 Membasahi plester dengan alkohol/wash bensin dan 5 11
buka dengan menggantikan pinset
6 Membuka balutan lapisan terluar 10 6
7 Membersihkan sekitar luka dan bekas plester 12 4
8 Balutan lapis dalam 16 0
9 Menekan tepi luka (sepanjang luka) untuk 10 6
mengeluarkan pus
10 Melakukan debridement 13 3
11 Membersihkan luka dengan menggunakan cairan NaCl 14 2
12 Melakukan kompres desinfektan dan tutup dengan 14 2
kassa
13 Memasang plester atau perban 15 1
14 Merapikan pasien 4 12
15 Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan 3 13
16 Berpamitan dengan klien 10 6
17 Membereskna alat-alat 3 13
18 Mencuci alat 1 15
19 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan 16 0
Jumlah 168 134
Prosentase 55,26 % 44,74%
Data
Berdasarkan kajian data diatas yang dinilai dari observasi selama 3 hari
berturut-turut dalam identifikasi pemberian obat yang dilakukan di ruang
MPU Panuluh II didapatkan prosentase Pretest jawaban “Ya” sebesar
76,25% sehingga secara keseluruhan dalam kategori baik.
Berdasarkan kajian data diatas yang dinilai dari observasi selama 3 hari
berturut-turut dalam identifikasi injeksi yang dilakukan di ruang MPU
Panulu II didapatkan prosentase Pretest jawaban “Ya” sebesar 72,5%
sehingga secara keseluruhan dalam kategori baik.
Berdasarkan kajian data diatas yang dinilai dari observasi selama 3 hari
berturut-turut dalam identifikasi medikasi yang dilakukan di ruang MPU
Panulu II didapatkan prosentase Pretest jawaban “Ya” sebesar 55,26%
sehingga secara keseluruhan dalam kategori baik.
Tabel 2.50 Hasil Evaluasi Kepuasan Kinerja Karyawan di Ruang Mpu Panuluh II RSUD
Pandan Arang Boyolali (n=21)
Hasil Evaluasi
No Variabel yang dinilai
STP TP CP P SP
1. Jumlah gaji yang diterima sebanding dengan
1 0 20 0 0
pekerjaan yang saudara yang dilakukan
2. Sistem penggajian yang dilakukan institusi
0 0 21 0 0
tempat saudara bekerja.
3. Jumlah gaji yang diterima dibandingkan
0 0 21 0 0
pendidikan saudara
4. Pemberian insentif tambahan atas suatu
0 0 21 0 0
prestasi atau kerja ekstra
5. Tersedianya peralatan dan kelengkapan yang
0 0 12 9 0
mendukung pekerjaan
6. Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar
0 1 14 6 0
mandi, tempat parkir, kantin.
7. Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan
dengan ventilasi udara, kebersihan dan 0 0 21 0 0
kebisingan.
8. Adanya jaminan atas kesehatan atau
0 0 21 0 0
keselamatan kerja.
9. Perhatian institusi rumah sakit terhadap
0 0 9 12 0
saudara
10. Hubungan antar karyawan dalam kelompok
0 0 9 12 0
kerja.
11. Kemampuan dalam bekerjasama antar
0 0 9 12 0
karyawan.
12. Sikap teman-teman sekerja terhadap saudara. 0 0 9 12 0
13. Kesesusaian antara pekerjaan dan latar
0 0 8 13 0
belakang pendidikan saudara.
14. Kemampuan dalam menggunakan waktu
1 0 12 8 0
bekerja dan penugasan yang diberikan.
15. Kemampuan supervisi atau pengawas dalam
0 0 21 0 0
membuat keputusan.
16. Perlakuan atasan selama saya bekerja disini. 0 0 10 10 1
17. Kebebasan melakukan suatu metode sendiri
0 0 21 0 0
dalam menyelesaikan pekerjaan.
18. Kesempatan untuk meningkatkan
kemampuan kerja melalui pelatihan atau 0 1 10 10 0
pendidikan tambahan.
19. Kesempatan untuk mendapat posisi yang
0 0 21 0 0
lebih tinggi.
20. Kesempatan untuk membuat prestasi dan
0 0 15 6 0
mendapatkan kenaikan pangkat.
0,47% 0,47% 72,6% 26,1% 0,23%
Sumber : Data primer perawat ruang Mpu Panuluh II RSUD Pandan Arang Boyolali
3) Analisa data
Berdasarkan kajian data yang didapatkan dari pembagian kuesioner pada
21 orang perawat di ruang Mpu Panuluh II didapatkan gambaran Pretest bahwa
sebagian perawat di ruang Mpu Panuluh II menyatakan sangat tidak puas
sebesar 0,47%, tidak puas sebesar 0,47%, cukup puas sebesar 72,6%, puas
26,1% dan sangat puas 0,23%. Hal ini dikarenakan perawat merasa tidak
mempunyai kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih penting dan
kesempatan untuk membuat suatu prestasi dan mendapatkan kenaikan pangkat.
2) Kajian Data
Tabel 2.51 Hasil Evaluasi Kepuasan Pelayanan Keperawatan Di Ruang Mpu Panuluh II
RSUD Pandan Arang dengan Sasaran Obsevasi Pasien (n=28)
Hasil Evaluasi
Kadang Tidak
Selalu Sering
No Pernyataan kadang pernah
3) Analisa Data
Berdasarkan kajian data diatas yang didapatkan dari hasil kuesioner dan
wawancara pada 22 orang keluarga pasien di ruang Mpu Panuluh II didapatkan
hasil pretes observasi kepuasan pelayanan keperawatan sebesar 57,5%
menyatakan puas dengan pelayanan yang diberikan pada pasien. Pelayanan
yang belum diberikan kepada pasien meliputi perawat tidak memperkenalkan
diri, perawat tidak mengorientasikan pasien baru, perawat tidak membimbing
keluarga untuk merawat pasien.
Unsur Output
Tabel 3.3
Identifikasi Masalah Berdasarkan Analisa Unsur Output
No Analisa Data Hasil Keterangan
1 Pelaksanaan kegiatan Meningkatnya Dari hasil observasi yang dilakukan,
CNE dengan tema manajemen didapatkan bahwa manajemen keperawatan
“Manajemen keperawatan medikasi prinsip steril di bangsal umum
Keperawatan medikasi prinsip sudah dilaksanakan, akan tetapi belum
medikasi prinsip steril di RSUD maksimal.
steril” dikarenakan pandan arang
masih kurangnya boyolali,
pelaksanaan khusunya di
manajemen bangsal umum.
keperawatan
medikasi prinsip
steril di RSUD
pandan arang
boyolali.