Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK PADA NY.

M DENGAN
HIPERTENSI DI DUKUH SAMIRAN GONDANG KECAMATAN
KEBONARUM KABUPATEN KLATEN

DISUSUN OLEH
ANDRIAN KURNIAWAN
P.1905001

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
2020
A. Pengertian
Hipertensi dikategorikan ringan jika tekanan diastoliknya berkisar 95 – 104
MmHg, hipertensi sedang kalau tekanan diastoliknya diantara kisaran 105 & 114
MmHg, & hipertensi berat bila tekanan diastoliknya berkisar 115 MmHg atau lebih
dari itu. Pembagian atau perkategian ini berdasarkan dari peningkatan
tekanaGunawan, 2013).
Hipertensi ialah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan
hipertensi merupakan sebuah kondisi di mana berlangsung gangguan pada
mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer,2008 : 144).

B. Etiologi/Penyebab
Hipertensi berdasarkan penyebabnya bisa dibedakan menjadi 2 golongan besar
yakni : (Lany Gunawan, 2014)
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) ialah hipertensi yg tidak
diketahui apa penyebabnya.
2. Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yg biasanya di sebabkan oleh
penyakit lain. Hipertensi primer hampir terdapat pada lebih dari 90
persen penderita hipertensi, sedangkan 10 persen sisanya disebabkan
oleh hipertensi sekunder. Walaupun hipertensi primer belum diketahui
dengan tentu penyebabnya, data-data penelitian sudah dapat menemukan
sekian banyak factor yg tidak jarang sekali menyebabkan terjadinya
sebuah penyakit hipertensi. Pada umunya penyakit hipertensi tak
memiliki penyebab yg secara spesifik. Hipertensi terjadi juga terjadi
sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan
perifer.

C. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO, yaitu:
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg
dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan
diastolik 91-94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
4. Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and
Treatment of Hipertension, yaitu:
1) Diastolik
a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal
b. 85 – 99 mmHg : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104 mmHg : Hipertensi ringan
d. 105 – 114 mmHg : Hipertensi sedang
e. >115 mmHg : Hipertensi berat
2) Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal
b. 140 – 159 mmHg : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c. > 160 mmHg : Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak
(sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita hipertensi, yg
membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang
sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ
target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah).Tingginya tekanan
darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah, diantaranya
yaitu:
1. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan
obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau
progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai
kerusakan organ target yang progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD
yg segera dalam kurun waktu menit/jam.
2. Hipertensi Urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa
adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa
adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan
darah perlu diturunkan dalam beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan
dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan
lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).

D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu
dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi
dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Smeltzer, 2015).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 2013).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel
jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila
diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang
berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada
angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah,
sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah
maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung. (Suyono,
Slamet. 2012).

E. Tanda Dan Gejala


Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim
yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2015) manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu: mengeluh sakit kepala, pusing lemas, kelelahan, sesak nafas,
gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran menurun.Manifestasi klinis pada klien
dengan hipertensi adalah:
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.
2. Sakit kepala
3. Pusing / migraine
4. Rasa berat ditengkuk
5. Penyempitan pembuluh darah
6. Sukar tidur
7. Lemah dan lelah
8. Nokturia
9. Azotemia
10. Sulit bernafas saat beraktivitas

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:
1. Pemeriksaan yang segera seperti:
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-
sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor
resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /
fungsi ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan
hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi.
f. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa
(efek kardiovaskuler).
g. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi
dan hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin/serum: untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab).
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM.
j. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi.
k. Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.
l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola
regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi.
m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
2. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama):
a. IVP:Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT
scan.
e. USG untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis
pasien

G. Komplikasi
Efek pada organ, otak (pemekaran pembuluh darah, perdarahan, kematian sel
otak: stroke), ginjal (malam banyak kencing, kerusakan sel ginjal, gagal
ginjal), jantung (membesar, sesak nafas, cepat lelah, gagal jantung).
H. Penatalaksanaa
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.Prinsip pengelolaan penyakit
hipertensi meliputi:
1. Penurunan berat badan
2. Penurunan asupan etanol
3. Menghentikan merokok
4. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari
kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
5. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:
a. Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh
subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai
untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain,
juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

b. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan). Tujuan pendidikan kesehatan yaitu
untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan
mencegah komplikasi lebih lanjut.
6. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh
Komite Dokter Ahli.
Hipertensi (Joint National Committee On Detection, Evaluation And
Treatment Of High Blood Pressure, Usa, 2013) menyimpulkan bahwa obat
diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat
digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan
penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

I. Cara Pencegaha
1. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya
hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan
konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:

a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak
terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.

b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.

c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.


d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita
hipertensi berupa:
a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun
dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal
dan stabil mungkin.
c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
d. Batasi aktivitas.

J. Diit Hipertensi
1. Konsumsi lemak dibatasi
2. Konsumsi kolesterol dibatasi
3. Konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obese
4. Makanan yang boleh dikonsumsi
a. Sumber kalori (beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan,
gula).
b. Sumber protein hewani (daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50
gram perhari, telur ayam,telur bebek paling banyak satu butir sehari, susu
tanpa lemak).
c. Sumber protein nabati (kacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom).
d. Sumber lemak (santan kelapa encer dalam jumlah terbatas).
e. Sayuran (sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti
bayam,kangkung,buncis, kacang panjang, taoge, labu siam, oyong, wortel).
f. Buah-buahan (semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah
terbatas).
g. Bumbu (pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih, garam
tidak lebih 15 gram perhari).
h. Minuman (teh  encer, coklat encer, juice buah).
5. Makanan yang tidak boleh dikonsumsi
a. Makanan yang banyak mengandung garam.
b. Makanan yang banyak mengandung kolesterol
c. Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh.
d. Lemak hewan: sapi, babi, kambing, susu jenuh, cream, keju, mentega.
e. Makanan yang banyak menimbulkan gas.
6. Obat Tradisional Untuk Hipertensi
a. Buah Belimbing
Buah ini dapat mengontrol tekanan darah dalam keadaan normal dan juga
bisa menurunkan tekanan darah bagi mereka yang sudah mengalaminya.
Caranya yaitu buah belimbing yang sudah masak diparut halus. Kemudian
parutan belimbing diperas sehingga menjadi satu gelas sari belimbing. Air
perasan ini diminum setiap pagi, lakukan selama tiga minggu sampai satu
bulan. Setelah satu bulan sari belimbing ini dapat diminum dua hari sekali.
Tidak perlu menambahkan gula pasir atau sirup pada air perasan. Bagi mereka
yang sudah terlanjur menderita hipertensi, sebaiknya gunakan buah belimbing
yang besar sehingga air perasannya lebih banyak.
b. Daun Seledri
Cara penggunaannya dengan menumbuk segenggam daun seledri sampai
halus, saring dan peras deengan kain bersih dan halus. Air saringan usahakan
satu gelas diamkan selama satu jam, kemudian diminum pagi dan sore dengan
sedikit ampasnya yang ada di dasar gelas. Menurut penelitian daun seledri bisa
memperkecil fluktuasi kenaikan tekanan darah.
c. Bawang Putih
Caranya dengan memakan langsung tiga siung bawang putih mentah setiap
pagi dan sore hari. Pilih bawang putih yang kulitnya berwarna coklat
kehitaman karena mutunya lebih baik. Jika tidak mau memakannya dalam
keadaan mentah bisa direbus atau dikukus dulu. Namun karena banyak zatnya
yang bisa berkhasiat yang dapat ikut larut ddalam air rebusannya, sebaiknya
ditambaah menjadi 8 sampai 9 siung sekali makan.
d. Buah Mengkudu / Pace
Buah ini sebagai alternatif untuk menekan hipertensi. Caranya hampir sama
dengan buah belimbing, yaitu dengan cara memarut halus, kemudian diperas
memakai kain kassa yang bersih, diambil airnya. Minum sari mengkudu setiap
pagi dan sore hari secara teratur.
e. Avokad
Caranya lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus dengan 4 gelas
air putih. Tunggu air rebusan hingga menjaadi 2 gelas, saring. Satu gelas
diminum pagi hari, satu gelas lagi diminum sore hari.
f. Melon
g. Semangka
h. Mentimun

K. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas / istirahat
Gejala  : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda  : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala  : giwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /   katup,
penyakit serebrovaskuler.
Tanda  : kenaikan TD, nadi (denyutan jelas), frekuensi / irama (takikardia,
berbagai disritmia), bunyi jantung (murmur, distensi vena jugularis, ekstermitas,
perubahan warna kulit), suhu dingin (vasokontriksi perifer),  pengisian kapiler
mungkin lambat.

3. Integritas Ego
Gejala  : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor
stress multiple (hubungsn, keuangan, pekerjaan).Tanda  : letupan suasana hati,
gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang meledak, otot muka
tegang (khususnya sekitar mata), peningkatan pola bicara.
4. EliminasiGejala  : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi, obstruksi, 
riwayat penyakit ginjal).
5. Makanan / Cairan
Gejala  : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol, mual, muntah, riwayat penggunaan diuretik.Tanda : BB
normal atau obesitas, edema, kongesti vena, peningkatan JVP, glikosuria.
6. Neurosensori
Gejala  : keluhan pusing / pening, sakit kepala, episode kebas, kelemahan pada
satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (penglihatan kabur, diplopia), episode
epistaksis.Tanda  : perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir
atau memori (ingatan), respon motorik (penurunan kekuatan genggaman),
perubahan retinal optik.
7. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala  : nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri
abdomen.
8. Pernapasan
Gejala  : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea
nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok.Tanda 
: distress respirasi / penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan
(krekles, mengi), sianosis.
9. Keamanan
Gejala  : gangguan koordinasi, cara jalan. Tand : episode parestesia unilateral
transien.
10. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala: faktor resiko keluarga (hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,
penyakit serebrovaskuler, ginjal), faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau
hormon lain, penggunaan obat / alkohol.
  
L. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan denganpeningkatan
afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang
diderita klien.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit.

RENCANA KEPERAWATAN
NO DX DIANGOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
1 1. Resiko tinggi NOC : NIC :
terhadap o Cardiac Pump Cardiac Care
penurunan curah effectiveness  Evaluasi adanya nyeri d
jantungberhubun o Circulation Status ( intensitas,lokasi, durasi)
gan o Vital Sign Status  Catat adanya disritmia jantung
denganpeningkat Kriteria Hasil:  Catat adanya tanda dan ge
an afterload,  Tanda Vital dalam penurunan cardiac putput
vasokonstriksi, rentang normal  Monitor status kardiovaskuler
hipertrofi/rigidita (Tekanan darah, Nadi,  Monitor status pernafasan y
s ventrikuler, respirasi) menandakan gagal jantung
iskemia miokard  Dapat mentoleransi  Monitor abdomen sebagai indic

aktivitas, tidak ada penurunan perfusi

kelelahan  Monitor balance cairan


 Monitor adanya perubahan teka
 Tidak ada edema paru,
darah
perifer, dan tidak ada
 Monitor respon pasien terhadap
asites
pengobatan antiaritmia
 Tidak ada penurunan
 Atur periode latihan dan istirahat u
kesadaran
menghindari kelelahan
 Monitor toleransi aktivitas pasien
 Monitor adanya dyspneu, fati
tekipneu dan ortopneu
 Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Monitor TD, nadi, RR, sebel
selama, dan setelah aktivitas
2 2. Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan  Pain Level, Pain Management
dengan  Pain control,  Lakukan pengkajian nyeri se
peningkatan  Comfort level komprehensif termasuk lok
tekanan vaskuler Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi, kua
serebral  Mampu mengontrol dan faktor presipitasi
nyeri (tahu penyebab  Observasi reaksi nonverbal
nyeri, mampu ketidaknyamanan
menggunakan tehnik  Gunakan teknik komunikasi terape
nonfarmakologi untuk untuk mengetahui pengalaman n
mengurangi nyeri, pasien
mencari bantuan)  Kaji kultur yang mempengaruhi res
 Melaporkan bahwa nyeri
nyeri berkurang  Evaluasi pengalaman nyeri m
dengan menggunakan lampau
manajemen nyeri  Bantu pasien dan keluarga u
 Mampu mengenali mencari dan menemukan dukungan
nyeri (skala, intensitas,  Kontrol lingkungan yang d
frekuensi dan tanda mempengaruhi nyeri seperti s
nyeri) ruangan, pencahayaan dan kebising
 Menyatakan rasa Analgesic Administration
nyaman setelah nyeri  Tentukan lokasi, karakteristik, kual
berkurang dan derajat nyeri sebelum pembe
 Tanda vital dalam obat
rentang normal  Cek instruksi dokter tentang jenis o
dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Evaluasi efektivitas analgesik, ta
dan gejala (efek samping)
3 3. Kurang NOC : NIC :
pengetahuan  Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
berhubungan process  Berikan penilaian tentang tin
dengan  Kowledge : health pengetahuan pasien tentang pr
kurangnya Behavior penyakit yang spesifik
informasi tentang Kriteria Hasil :  Jelaskan patofisiologi dari penyakit
proses penyakit  Pasien dan keluarga bagaimana hal ini berhubungan den
menyatakan anatomi dan fisiologi, dengan
pemahaman tentang yang tepat.
penyakit, kondisi,  Gambarkan tanda dan gejala yang b
prognosis dan program muncul pada penyakit, dengan
pengobatan yang tepat
 Pasien dan keluarga  Gambarkan proses penyakit, den
mampu melaksanakan cara yang tepat
prosedur yang  Identifikasi kemungkinan penye
dijelaskan secara benar dengna cara yang tepat
 Pasien dan keluarga  Sediakan informasi pada pasien ten
mampu menjelaskan kondisi, dengan cara yang tepat
kembali apa yang  Hindari harapan yang kosong
dijelaskan perawat/tim  Sediakan bagi keluarga atau
kesehatan lainnya. informasi tentang kemajuan pa
dengan cara yang tepat
 Diskusikan perubahan gaya hidup y
mungkin diperlukan untuk mence
komplikasi di masa yang akan da
dan atau proses pengontrolan penya
 Diskusikan pilihan terapi
penanganan
 Dukung pasien untuk mengeksplo
atau mendapatkan second opin
dengan cara yang tepat
diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan sumber
dukungan, dengan cara yang tepat
 Rujuk pasien pada grup atau agens
komunitas lokal, dengan cara y
tepat
 Instruksikan pasien mengenai ta
dan gejala untuk melaporkan p
pemberi perawatan kesehatan, den
cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2014. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta,
EGC,
Doengoes, Marilynn E. 2013. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC,
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2013. The child with hypertension. In: Webb NJA,
Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3 rd edition. Oxford:
Oxford University Press
Johnson, M., et all. 2014. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2014. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2014-2015. Jakarta:
Prima MedikaSmet, Bart.2015. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta
Soeparman dkk,2013  Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta
Smeljer,s.c Bare, B.G ,2013 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Imam, S Dkk.2015. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang

Anda mungkin juga menyukai