A. PENGERTIAN
STEMI terjadi karena sumbatan yang komplit pada arteri koroner. Jika tidak
dilakukan pengobatan dapat menyebabkan kerusakan miokardium yang lebih jauh.
Pada fase akut pasien beresiko tinggi untuk mengalami fibrilasi ventrikel atau
takhikardi yang dapat menyebabkan kematian. Bantuan medis harus segera dilakukan.
Infark miokard akut adalah nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah ke
otot jantung (Kapita Selekta : 437).
Infark miokard adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat
kekurangan oksigen yang berkepanjangan (Corwin : 367).
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat
suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah korener berkurang. Penyebab
penurunan suplai darah mungkin akibat penyempitan krisis arteri koroner karena
arterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli atau thrombus. Penurunan
aliran darah koroner juga bisa diakibatkan oleh syok atau perdarahan (KMB 2 : 788).
B. PENYEBAB
· Aterosklerosis
· Spasme
· Arteritis
·
ii) Faktor sirkulasi:
· Hipotensi
· Stenosis aorta
· Insufisiensi
· Anemia
· Hipoksemia
· Polisitemia
· Emosi
· Hipertiroidisme
· Kerusakan miokard
· Hipertropimiokard
· Hipertensi diastolik
2) Faktor predisposisi
i) Mayor:
· Hipertensi
· Hiperlipidemia
· Obes
itas
· Diab
etes
· Mero
kok
· Diet: tinggi lemak jenuh, tinggi kalori
ii) Minor:
· Inaktifitas fisik
1. Nyeri :
a. Gejala utama adalah nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan
terus- menerus tidak mereda, biasanya dirasakan diatas region sternal
bawah dan abdomen bagian atas.
b. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak
tertahankan lagi.
c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar
ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau
gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan
tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin.
e. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
a. CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam,
memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
b. LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali
normal
c. AST/SGOT
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi
dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang terjadi
kemudian adalah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
D. PATOFISIOLOGI
E. KOMPLIKASI
1. Aritmia
2. Bradikardia sinus
3. Irama nodal
6. Asistolik
7. Takikardia sinus
9. Takikardia supraventrikel
18. Tromboembolisme
19. Perikarditis
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
G. PENATALAKSANAAN
2. Monitor EKG
5. Antikoagulan :
c. Streptokinase / trombolisis
Pengkajian Primer
1. Airways
2. Breathing
c. Ronchi, krekles
3. Circulation
b. Takikardi
c. TD meningkat / menurun
d. Edema
e. Gelisah
f. Akral dingin
Pengkajian Sekunder
1. Aktifitas Gejala :
· Kelemahan
· Kelelahan
2. Sirkulasi Gejala :
Riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan
darah, diabetes mellitus.
Tanda :
· Tekanan darah
· Nadi
· Edema
3. Integritas ego
Gejala : Menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal
sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan ,
kerja , keluarga.
Tanda : Menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah,
perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri, koma nyeri.
4. Eliminasi : Tanda : normal, bunyi usus menurun.
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau rasa terbakar
7. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau
istrahat )
· Lokasi :
· Intensitas :
Gejala :
· dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat
· dispnea nokturnal
Tanda :
· peningkatan frekuensi pernafasan
· pucat, sianosis
Gejala :
· Stress
· Kesulitan koping dengan stressor yang ada misal : penyakit,
perawatan di RS
Tanda :
(NOC) (NIC)
1 Nyeri berhubungan Tujuan : Intervensi :
dengan iskemia jaringan Nyeri berkurang setelah 1. Observasi karakteristik,
sekunder terhadap dilakukan tindakan lokasi, waktu, dan
sumbatan arteri ditandai perawatan selama di RS perjalanan rasa nyeri
dengan : dada.
· nyeri dada dengan / Kriteria Hasil: 2. Anjurkan pada
tanpa penyebaran · Nyeri dada berkurang klien menghentikan
· wajah meringis misalnya dari skala 3 aktifitas selama ada
· gelisah ke 2, atau dari 2 ke 1 serangan dan
· delirium · ekpresi wajah istirahat.
· perubahan nadi, tekanan rileks / tenang, tak 3. Bantu klien
darah. tegang melakukan tehnik
· tidak gelisah relaksasi, misalnya
· nadi 60-100 x / menit, nafas dalam,
· TD 120/ 80 mmHg perilaku distraksi,
visualisasi, atau
bimbingan imajinasi.
4. Pertahankan
oksigenasi dengan
bikanul contohnya
( 2-4 L/ menit )
5. Monitor tanda-tanda vital
( nadi & tekanan
darah ) tiap dua jam.
6. Kolaborasi dengan tim
kesehatan dalam
pemberian analgetik.
2. Resiko penurunan curah Tujuan : Curah jantung Intervensi :
jantung berhubungan membaik / stabil setelah 1. Pertahankan tirah
dengan perubahan faktor- dilakukan tindakan baring selama fase
faktor listrik, penurunan keperawatan selama di akut
karakteristik miokard. RS. 2. Kaji dan laporkan
adanya tanda – tanda
Kriteria Hasil : penurunan COP, TD
· Tidak ada edema 3. Monitor haluaran urin
· Tidak ada disritmia 4. Kaji dan pantau TTV
· Haluaran urin normal tiap jam
· TTV dalam batas normal 5. Kaji dan pantau EKG tiap
hari
6. Berikan oksigen
sesuai kebutuhan
7. Auskultasi pernafasan
dan jantung tiap jam
sesuai indikasi
8. Pertahankan cairan
parenteral dan obat-
obatan sesuai advis
9. Berikan makanan
sesuai diitnya
10. Hindari valsava manuver,
mengejan ( gunakan laxan
)
3. Gangguan perfusi jaringan Tujuan : Intervensi :
berhubungan dengan , Gangguan perfusi 1. Monitor Frekuensi
iskemik, kerusakan otot jaringan berkurang / dan irama jantung
jantung, penyempitan / tidak meluas selama 2. Observasi perubahan
penyumbatan pembuluh dilakukan tindakan status mental
darah arteri koronaria perawatan di RS. 3. Observasi warna dan
ditandai dengan : suhu kulit / membran
· Daerah perifer dingin Kriteria Hasil: mukosa
· EKG elevasi segmen ST · Daerah perifer hangat 4. Ukur haluaran urin dan
& Q patologis pada lead · Tidak sianosis catat berat jenisnya
tertentu · Gambaran EKG tak 5. Kolaborasi : berikan
· RR lebih dari 24 x/ menit menunjukan perluasan cairan IV sesuai
· Kapiler refill lebih dari 3 infark indikasi
detik · RR 16-24 x/ menit 6. Pantau pemeriksaan
· Nyeri dada · Tidak terdapat diagnostik / dan
· Gambaran foto torak clubbing finger laboratorium misal
terdpat pembesaran · Kapiler refill 3-5 detik EKG, elektrolit , GDA
jantung & kongestif paru ( · Nadi 60-100x / menit (Pa O2, Pa CO2 dan
tidak selalu ) · TD 120/80 mmHg saturasi O2 ). Dan
· HR lebih dari 100 pemberian oksigen
x/menit, TD > 120/80
AGD dengan : pa O2 <
80 mmHg, pa CO2 > 45
mmHg dan Saturasi < 80
mmHg
· Nadi lebih dari 100 x/
menit
· Terjadi peningkatan
enzim jantung yaitu CK,
AST, LDL/HDL
4. Resiko kelebihan volume Tujuan : Intervensi :
cairan ekstravaskuler Keseimbangan volume 1. Ukur masukan /
berhubungan dengan cairan dapat dipertahankan haluaran, catat
penurunan perfusi ginjal, selama dilakukan tindakan penurunan ,
peningkatan natrium / keperawatan di RS pengeluaran, sifat
retensi air , peningkatan Kriteria Hasil : konsentrasi, hitung
tekanan hidrostatik, · Tekanan darah dalam keseimbangan cairan
penurunan protein plasma. batas normal 2. Observasi adanya
· Tak ada distensi oedema dependen
vena perifer/ vena 3. Timbang BB tiap hari
dan edema dependen 4. Pertahankan masukan
· Paru bersih total cairan 2000 ml/24
Berat badan ideal ( BB ideal jam dalam toleransi
TB -100 - 10 %) kardiovaskuler
5. Kolaborasi : pemberian
diet rendah natrium,
berikan diuretik.
5. Kerusakan pertukaran gas Tujuan : Intervensi :
berhubungan dengan Oksigenasi dengan GDA 1. Catat frekuensi &
gangguan aliran darah ke dalam rentang normal (Pa kedalaman
alveoli atau kegagalan O2 < 80 mmHg, Pa CO2 pernafasan,
utama paru, perubahan > 45 penggunaan otot
membran alveolar- kapiler mmHg dan Saturasi < 80 bantu pernafasan
( atelektasis , kolaps jalan mmHg ) setelah dilakukan 2. Auskultasi paru untuk
nafas/ alveolar edema tindakan keperawatan mengetahui penurunan /
paru/efusi, sekresi selama di RS. tidak adanya bunyi nafas
berlebihan / perdarahan dan adanya bunyi
aktif ) ditandai dengan : Kriteria hasil : tambahan misal krakles,
· Dispnea berat · Tidak sesak nafas ronki dll.
· Gelisah · Tidak gelisah 3. Lakukan tindakan
· Sianosis · GDA dalam batas untuk memperbaiki /
· Perubahan GDA Normal ( Pa O2 < 80 mempertahankan jalan
· Hipoksemia mmHg, Pa nafas misalnya , batuk,
CO2 > 45 mmHg dan penghisapan lendir dll.
Saturasi 4. Tinggikan kepala /
< 80 mmHg ) tempat tidur sesuai
kebutuhan / toleransi
pasien
5. Kaji toleransi aktifitas
misalnya keluhan
kelemahan/ kelelahan
selama kerja atau tanda
vital berubah.
6. Intoleransi aktifitas Tujuan : Intervensi :
berhubungan dengan Terjadi peningkatan 1. Catat frekuensi jantung,
ketidakseimbangan antara toleransi pada klien irama, dan perubahan
suplai oksigen miokard setelah dilaksanakan TD selama dan sesudah
dan kebutuhan, adanya tindakan keperawatan aktifitas
iskemik/ nekrosis jaringan selama di RS 2. Tingkatkan istirahat (
miokard ditandai dengan di tempat tidur )
gangguan frekuensi 3. Batasi aktifitas pada
jantung, tekanan darah Kriteria Hasil : dasar nyeri dan berikan
dalam aktifitas, terjadinya Klien berpartisipasi aktifitas
disritmia, kelemahan dalam aktifitas sesuai 4. sensori yang tidak berat.
umum kemampuan klien 5. Jelaskan pola peningkatan
· Frekuensi jantung 60-100 bertahap dari tingkat
x/ menit aktifitas, contoh bengun
· TD 120-80 mmHg dari kursi bila tidak ada
nyeri, ambulasi dan
istirahat selam 1 jam
setelah mkan.
6. Kaji ulang tanda
gangguan yang
menunjukan tidak
toleran terhadap
aktifitas atau
memerlukan pelaporan
pada dokter.
7. Cemas berhubungan Tujuan : Intervensi :
dengan ancaman aktual Cemas hilang / 1. Kaji tanda dan respon
terhadap integritas berkurang setelah verbal serta non
biologis dilakukan tindakan verbal terhadap
keperawatan selama di ansietas
RS 2. Ciptakan
lingkungan yang
Kriteria Hasil : tenang dan nyaman
Klien tampak rileks 3. Ajarkan tehnik
Klien relaksasi
dapat 4. Minimalkan
beristirahat rangsang yang
1. Doenges, M.E., et.all. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.
2. Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Edisi VI. Jakarta :
EGC.
4. Rokhaeni, dkk. (2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Harapan Kita.
5. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC.
6. A. Price, Sylvia and M. Wilson, Lorraine. (1992). Pathophysiology Fourth Edition.
Mosby Year Book. Michigan.
9. Soeparman. Et al. (1990). Buku Ajar Penyakit Dalam, Edisi Ketiga. Jakarta. Balai
Penerbit FKUI.