Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ST ELEVATION MYOCARDIAL INFARCTION

A. PENGERTIAN

STEMI terjadi karena sumbatan yang komplit pada arteri koroner. Jika tidak
dilakukan pengobatan dapat menyebabkan kerusakan miokardium yang lebih jauh.
Pada fase akut pasien beresiko tinggi untuk mengalami fibrilasi ventrikel atau
takhikardi yang dapat menyebabkan kematian. Bantuan medis harus segera dilakukan.
Infark miokard akut adalah nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah ke
otot jantung (Kapita Selekta : 437).
Infark miokard adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat
kekurangan oksigen yang berkepanjangan (Corwin : 367).
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat
suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah korener berkurang. Penyebab
penurunan suplai darah mungkin akibat penyempitan krisis arteri koroner karena
arterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli atau thrombus. Penurunan
aliran darah koroner juga bisa diakibatkan oleh syok atau perdarahan (KMB 2 : 788).
B. PENYEBAB

Infark miokard secara umum dapat disebabkan oleh :

penyempitan kritis arteri koroner akibat ateriosklerosis atau oklusi arteri


komplit akibat embolus atau trombus. Penurunan aliran darah koroner dapat juga
disebabkan oleh syok dan hemoragi. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen miokard.
Menurut Kasuari, 2002 ada beberapa etiologi / penyebab terjadinya infark
miokard akut yaitu :
1) Faktor penyebab :

a) Berkurangnya suplai oksigen ke miokard yang disebabkan oleh tiga faktor:

i) Faktor pembuluh darah :

· Aterosklerosis

· Spasme

· Arteritis

·
ii) Faktor sirkulasi:
· Hipotensi

· Stenosis aorta

· Insufisiensi

iii) Faktor darah:

· Anemia

· Hipoksemia

· Polisitemia

b) Curah jantung yang meningkat:

Aktivitas yang berlebihan

· Makan terlalu banyak

· Emosi

· Hipertiroidisme

c) Kebutuhan oksigen miokard meningkat, pada:

· Kerusakan miokard

· Hipertropimiokard

· Hipertensi diastolik

2) Faktor predisposisi

a) Faktor resiko biologis yang tidak dapat dirubah:

· Umur lebih dari 40 tahun

. Jenis kelamin: insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita


meningkat setelah menopause
· Hereditas

· Ras: insiden pada kulit hitam lebih tinggi


b) Faktor resiko yang dapat dirubah:

i) Mayor:

· Hipertensi

· Hiperlipidemia

· Obes
itas

· Diab
etes

· Mero
kok
· Diet: tinggi lemak jenuh, tinggi kalori

ii) Minor:

· Kepribadian tipe A (agresif, ambisius, emosional, kompetitif)

· Stress psikologis berlebihan

· Inaktifitas fisik

C. TANDA DAN GEJALA

Pada infark miokard dikenal istilah TRIAS, yaitu:

1. Nyeri :

a. Gejala utama adalah nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan
terus- menerus tidak mereda, biasanya dirasakan diatas region sternal
bawah dan abdomen bagian atas.
b. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak
tertahankan lagi.
c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar
ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau
gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan
tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin.
e. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.

f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis


berat, pening atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
g. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat
karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu
neuroreseptor.
2. Laboratorium

Pemeriksaan enzim jantung :

a. CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam,
memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
b. LDH/HBDH

Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali
normal
c. AST/SGOT

Meningkat ( kurang nyata / khusus ) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak


dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari
3. EKG

Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi

dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang terjadi
kemudian adalah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
D. PATOFISIOLOGI
E. KOMPLIKASI

1. Aritmia

2. Bradikardia sinus

3. Irama nodal

4. Gangguan hantaran atrioventrikular

5. Gangguan hantaran intraventrikel

6. Asistolik

7. Takikardia sinus

8. Kontraksi atrium premature

9. Takikardia supraventrikel

10. Flutter atrium

11. Fibrilasi atrium

12. Takikardia atrium multifocal

13. Kontraksi prematur ventrikel

14. Takikardia ventrikel

15. Takikardia idioventrikel

16. Flutter dan Fibrilasi ventrikel

17. Renjatan kardiogenik

18. Tromboembolisme

19. Perikarditis

20. Aneurisme ventrikel

21. Regurgitasi mitral akut

22. Ruptur jantung dan septum

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Elektrokardiografi (EKG) Adanya elevasi segmen ST pada sadapan tertentu


- Lead II, III, aVF : Infark inferior
- Lead V1-V3 : Infark anteroseptal

- Lead V2-V4 : Infark anterior

- Lead 1, aV L, V5-V6 : Infark anterolateral

- Lead I, aVL : Infark high lateral

- Lead I, aVL, V1-V6 : Infark anterolateral luas

- Lead II, III, aVF, V5-V6 : Infark


inferolateral Adanya Q valve patologis pada
sadapan tertentu.
2. Ekokardiogram

Digunakan untuk mengevaluasi lebih jauh mengenai fungsi jantung


khususnya fungsi vertrikel dengan menggunakan gelombang ultrasoouns
3. Laboratorium- Peningkatan enzim CK-MB, CK 3-8 jam setelah sernagan
puncaknya 10-30 gram dan normal kembali 2-3 hari- Peningkatan LDH
setelah serangan puncaknya 48-172 jam dan kembali normal 7-14 hari-
Leukosit meningkat 10.000 – 20.000 kolesterol atau trigliserid meningkat
sebagai akibat aterosklerosis
4. Foto thorax roentgenTampak normal, apabila terjadi gagal jantung akan
terlihat pada bendungan paru berupa pelebaran corakan vaskuler paru dan
hipertropi ventrikel
5. Percutaneus Coronary Angiografi (PCA)Pemasangan kateter jantung dengan
menggunakan zat kontras dan memonitor x-ray yang mengetahui sumbatan
pada arteri koroner
6. Tes TreadmillUji latih jantung untuk mengetahui respon jantung terhadap
aktivitas

G. PENATALAKSANAAN

1. Istirahat total, Tirah baring, posisi semi fowler.

2. Monitor EKG

3. Diet rendah kalori dan mudah dicerna ,makanan lunak/saring serta


rendah garam (bila gagal jantung).
4. Pasang infus dekstrosa 5% untuk persiapan pemberian obat intravena.
5. Atasi nyeri :
a. Morfin 2,5-5 mg iv atau petidin 25-50 mg im, bisa diulang-ulang.

b. Lain-lain : nitrat, antagonis kalsium, dan beta bloker.

c. oksigen 2-4 liter/menit.

d. sedatif sedang seperti diazepam 3-4 x 2-5 mg per oral

5. Antikoagulan :

a. Heparin 20.000-40.000 U/24 wad iv tiap 4-6 wad atau


drip iv dilakukan atas indikasi
b. Diteruskan asetakumoral atau warfarin

c. Streptokinase / trombolisis

6. Bowel care : laksadin

7. Pengobatan ditujukan sedapat mungkin memperbaiki kembali aliran


pembuluh darah koroner. Bila ada tenaga terlatih, trombolisis dapat
diberikan sebelum dibawa ke rumah sakit. Dengan trombolisis,
kematian dapat diturunkan sebesar 40%.
8. Psikoterapi untuk mengurangi cemas
H. ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN

Pengkajian Primer

1. Airways

a. Sumbatan atau penumpukan sekret

b. Wheezing atau krekles

2. Breathing

a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat

b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal

c. Ronchi, krekles

d. Ekspansi dada tidak penuh

e. Penggunaan otot bantu nafas

3. Circulation

a. Nadi lemah , tidak teratur

b. Takikardi
c. TD meningkat / menurun

d. Edema

e. Gelisah

f. Akral dingin

g. Kulit pucat, sianosis

Pengkajian Sekunder
1. Aktifitas Gejala :
· Kelemahan

· Kelelahan

· Tidak dapat tidur

· Pola hidup menetap


· Takikardi
· Dispnea pada istirahat atau aktifitas.

2. Sirkulasi Gejala :
Riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan
darah, diabetes mellitus.
Tanda :

· Tekanan darah

Dapat normal / naik / turun

Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri.

· Nadi

Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat


kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur
(disritmia).
· Bunyi jantung

Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal


jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel.
· Murmur

Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung

· Friksi ; dicurigai Perikarditis

· Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur

· Edema

Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum,


krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
· Warna

Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau


bibir

3. Integritas ego

Gejala : Menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal
sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan ,
kerja , keluarga.
Tanda : Menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah,
perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri, koma nyeri.
4. Eliminasi : Tanda : normal, bunyi usus menurun.

5. Makanan atau cairan

Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau rasa terbakar

Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan


berat badan
6. Higiene

Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan

7. Neurosensori

Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau
istrahat )

Tanda : perubahan mental, kelemahan


8.Nyeri
Gejala : Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan
dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun
kebanyakan nyeri dalam dan viseral).

· Lokasi :

Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke


tangan, ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium,
siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
· Kualitas :

“Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan.

· Intensitas :

Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk


yang pernah dialami.
Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus ,
hipertensi, lansia
9. Pernafasan:

Gejala :
· dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat

· dispnea nokturnal

· batuk dengan atau tanpa produksi sputum

· riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.

Tanda :
· peningkatan frekuensi pernafasan

· nafas sesak / kuat

· pucat, sianosis

· bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum

10. Interaksi sosial

Gejala :

· Stress
· Kesulitan koping dengan stressor yang ada misal : penyakit,
perawatan di RS
Tanda :

Kesulitan istirahat dengan tenang

Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus,


takut ) Menarik diri
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri


2. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan faktor- faktor listrik,
penurunan karakteristik miokard.
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan , iskemik, kerusakan otot jantung,
penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria
4. Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan
perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air , peningkatan tekanan hidrostatik,
penurunan protein plasma.
5. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli atau
kegagalan utama paru, perubahan membran alveolar- kapiler ( atelektasis , kolaps
jalan nafas/ alveolar edema paru/efusi, sekresi berlebihan
/ perdarahan aktif )

6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen


miokard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrosis jaringan miokard ditandai dengan
gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam aktifitas, terjadinya disritmia,
kelemahan umum
7. Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas biologis

8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi jantung /


implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang akan datang , kebutuhan
perubahan pola hidup ditandai dengan pernyataan masalah, kesalahan konsep,
pertanyaan, terjadinya kompliksi yang dapat dicegah.
RENCANA KEPERAWATAN

No. Diagnosa keperawatan Tujuan dan KriteriaHasil Intervensi

(NOC) (NIC)
1 Nyeri berhubungan Tujuan : Intervensi :
dengan iskemia jaringan Nyeri berkurang setelah 1. Observasi karakteristik,
sekunder terhadap dilakukan tindakan lokasi, waktu, dan
sumbatan arteri ditandai perawatan selama di RS perjalanan rasa nyeri
dengan : dada.
· nyeri dada dengan / Kriteria Hasil: 2. Anjurkan pada
tanpa penyebaran · Nyeri dada berkurang klien menghentikan
· wajah meringis misalnya dari skala 3 aktifitas selama ada
· gelisah ke 2, atau dari 2 ke 1 serangan dan
· delirium · ekpresi wajah istirahat.
· perubahan nadi, tekanan rileks / tenang, tak 3. Bantu klien
darah. tegang melakukan tehnik
· tidak gelisah relaksasi, misalnya
· nadi 60-100 x / menit, nafas dalam,
· TD 120/ 80 mmHg perilaku distraksi,
visualisasi, atau
bimbingan imajinasi.
4. Pertahankan
oksigenasi dengan
bikanul contohnya
( 2-4 L/ menit )
5. Monitor tanda-tanda vital
( nadi & tekanan
darah ) tiap dua jam.
6. Kolaborasi dengan tim
kesehatan dalam
pemberian analgetik.
2. Resiko penurunan curah Tujuan : Curah jantung Intervensi :
jantung berhubungan membaik / stabil setelah 1. Pertahankan tirah
dengan perubahan faktor- dilakukan tindakan baring selama fase
faktor listrik, penurunan keperawatan selama di akut
karakteristik miokard. RS. 2. Kaji dan laporkan
adanya tanda – tanda
Kriteria Hasil : penurunan COP, TD
· Tidak ada edema 3. Monitor haluaran urin
· Tidak ada disritmia 4. Kaji dan pantau TTV
· Haluaran urin normal tiap jam
· TTV dalam batas normal 5. Kaji dan pantau EKG tiap
hari
6. Berikan oksigen
sesuai kebutuhan
7. Auskultasi pernafasan
dan jantung tiap jam
sesuai indikasi
8. Pertahankan cairan
parenteral dan obat-
obatan sesuai advis
9. Berikan makanan
sesuai diitnya
10. Hindari valsava manuver,
mengejan ( gunakan laxan
)
3. Gangguan perfusi jaringan Tujuan : Intervensi :
berhubungan dengan , Gangguan perfusi 1. Monitor Frekuensi
iskemik, kerusakan otot jaringan berkurang / dan irama jantung
jantung, penyempitan / tidak meluas selama 2. Observasi perubahan
penyumbatan pembuluh dilakukan tindakan status mental
darah arteri koronaria perawatan di RS. 3. Observasi warna dan
ditandai dengan : suhu kulit / membran
· Daerah perifer dingin Kriteria Hasil: mukosa
· EKG elevasi segmen ST · Daerah perifer hangat 4. Ukur haluaran urin dan
& Q patologis pada lead · Tidak sianosis catat berat jenisnya
tertentu · Gambaran EKG tak 5. Kolaborasi : berikan
· RR lebih dari 24 x/ menit menunjukan perluasan cairan IV sesuai
· Kapiler refill lebih dari 3 infark indikasi
detik · RR 16-24 x/ menit 6. Pantau pemeriksaan
· Nyeri dada · Tidak terdapat diagnostik / dan
· Gambaran foto torak clubbing finger laboratorium misal
terdpat pembesaran · Kapiler refill 3-5 detik EKG, elektrolit , GDA
jantung & kongestif paru ( · Nadi 60-100x / menit (Pa O2, Pa CO2 dan
tidak selalu ) · TD 120/80 mmHg saturasi O2 ). Dan
· HR lebih dari 100 pemberian oksigen
x/menit, TD > 120/80
AGD dengan : pa O2 <
80 mmHg, pa CO2 > 45
mmHg dan Saturasi < 80
mmHg
· Nadi lebih dari 100 x/
menit
· Terjadi peningkatan
enzim jantung yaitu CK,
AST, LDL/HDL
4. Resiko kelebihan volume Tujuan : Intervensi :
cairan ekstravaskuler Keseimbangan volume 1. Ukur masukan /
berhubungan dengan cairan dapat dipertahankan haluaran, catat
penurunan perfusi ginjal, selama dilakukan tindakan penurunan ,
peningkatan natrium / keperawatan di RS pengeluaran, sifat
retensi air , peningkatan Kriteria Hasil : konsentrasi, hitung
tekanan hidrostatik, · Tekanan darah dalam keseimbangan cairan
penurunan protein plasma. batas normal 2. Observasi adanya
· Tak ada distensi oedema dependen
vena perifer/ vena 3. Timbang BB tiap hari
dan edema dependen 4. Pertahankan masukan
· Paru bersih total cairan 2000 ml/24
Berat badan ideal ( BB ideal jam dalam toleransi
TB -100 - 10 %) kardiovaskuler
5. Kolaborasi : pemberian
diet rendah natrium,
berikan diuretik.
5. Kerusakan pertukaran gas Tujuan : Intervensi :
berhubungan dengan Oksigenasi dengan GDA 1. Catat frekuensi &
gangguan aliran darah ke dalam rentang normal (Pa kedalaman
alveoli atau kegagalan O2 < 80 mmHg, Pa CO2 pernafasan,
utama paru, perubahan > 45 penggunaan otot
membran alveolar- kapiler mmHg dan Saturasi < 80 bantu pernafasan
( atelektasis , kolaps jalan mmHg ) setelah dilakukan 2. Auskultasi paru untuk
nafas/ alveolar edema tindakan keperawatan mengetahui penurunan /
paru/efusi, sekresi selama di RS. tidak adanya bunyi nafas
berlebihan / perdarahan dan adanya bunyi
aktif ) ditandai dengan : Kriteria hasil : tambahan misal krakles,
· Dispnea berat · Tidak sesak nafas ronki dll.
· Gelisah · Tidak gelisah 3. Lakukan tindakan
· Sianosis · GDA dalam batas untuk memperbaiki /
· Perubahan GDA Normal ( Pa O2 < 80 mempertahankan jalan
· Hipoksemia mmHg, Pa nafas misalnya , batuk,
CO2 > 45 mmHg dan penghisapan lendir dll.
Saturasi 4. Tinggikan kepala /
< 80 mmHg ) tempat tidur sesuai
kebutuhan / toleransi
pasien
5. Kaji toleransi aktifitas
misalnya keluhan
kelemahan/ kelelahan
selama kerja atau tanda
vital berubah.
6. Intoleransi aktifitas Tujuan : Intervensi :
berhubungan dengan Terjadi peningkatan 1. Catat frekuensi jantung,
ketidakseimbangan antara toleransi pada klien irama, dan perubahan
suplai oksigen miokard setelah dilaksanakan TD selama dan sesudah
dan kebutuhan, adanya tindakan keperawatan aktifitas
iskemik/ nekrosis jaringan selama di RS 2. Tingkatkan istirahat (
miokard ditandai dengan di tempat tidur )
gangguan frekuensi 3. Batasi aktifitas pada
jantung, tekanan darah Kriteria Hasil : dasar nyeri dan berikan
dalam aktifitas, terjadinya Klien berpartisipasi aktifitas
disritmia, kelemahan dalam aktifitas sesuai 4. sensori yang tidak berat.
umum kemampuan klien 5. Jelaskan pola peningkatan
· Frekuensi jantung 60-100 bertahap dari tingkat
x/ menit aktifitas, contoh bengun
· TD 120-80 mmHg dari kursi bila tidak ada
nyeri, ambulasi dan
istirahat selam 1 jam
setelah mkan.
6. Kaji ulang tanda
gangguan yang
menunjukan tidak
toleran terhadap
aktifitas atau
memerlukan pelaporan
pada dokter.
7. Cemas berhubungan Tujuan : Intervensi :
dengan ancaman aktual Cemas hilang / 1. Kaji tanda dan respon
terhadap integritas berkurang setelah verbal serta non
biologis dilakukan tindakan verbal terhadap
keperawatan selama di ansietas
RS 2. Ciptakan
lingkungan yang
Kriteria Hasil : tenang dan nyaman
 Klien tampak rileks 3. Ajarkan tehnik
 Klien relaksasi
dapat 4. Minimalkan
beristirahat rangsang yang

 TTV dalam membuat stress

batas normal 5. Diskusikan dan


orientasikan klien
dengan lingkungan
dan peralatan
6. Berikan sentuhan
pada klien dan ajak
kllien berbincang-
bincang dengan
suasana tenang
7. Berikan support
mental
8. Kolaborasi
pemberian
sedatif sesuai
indikasi
8. Kurang pengetahuan Tujuan : Intervensi :
berhubungan dengan Pengetahuan klien tentang 1. Berikan informasi
kurang informasi tentang kondisi penyakitnya dalam bentuk
fungsi jantung / implikasi menguat setelah diberi belajar yang
penyakit jantung dan pendidikan kesehatan bervariasi, contoh
status kesehatan yang selama di RS buku, program
akan datang , kebutuhan audio/ visual, tanya
perubahan pola hidup Kriteria Hasil : jawab dll.
ditandai dengan · Menyatakan pemahaman 2. Beri penjelasan
pernyataan masalah, tentang penyakit jantung , faktor resiko, diet
kesalahan konsep, rencana pengobatan, ( rendah lemak
pertanyaan, terjadinya tujuan pengobatan & efek dan rendah
kompliksi yang dapat samping / reaksi garam ) dan
dicegah. merugikan aktifitas yang
· Menyebutkan gangguan berlebihan,
yang memerlukan 3. Peringatan
perhatian cepat. untuk
menghindari
aktifitas
manuver
valsava
4. Latih pasien
sehubungan
dengan
aktifitas
yang
bertahap
contoh :
jalan, kerja,
rekreasi
aktifitas
seksual.
DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, M.E., et.all. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.

2. Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Edisi VI. Jakarta :
EGC.

3. Price, S.A. & Wilson, L.M. (1995). Patofisiologi. Jakarta : EGC.

4. Rokhaeni, dkk. (2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Harapan Kita.

5. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC.
6. A. Price, Sylvia and M. Wilson, Lorraine. (1992). Pathophysiology Fourth Edition.
Mosby Year Book. Michigan.

7. Doenges, Marylinn E. et al. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Alih bahasa I Made
Kariasa. Jakarta. EGC.

8. Long. B. C. (1996). Perawatan Medikal Bedah ( Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan ). Yayasan IAPK Universitas Padjadjaran. Bandung.

9. Soeparman. Et al. (1990). Buku Ajar Penyakit Dalam, Edisi Ketiga. Jakarta. Balai
Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai