Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS

I
S
U
S
U

N
Oleh:
1. UMMU HABIBAH LUBIS
2. RIZKY HANDAYANI SIREGAR
3. LESTI NASUTION
4. INDAH WARDANI
5. DANDY WAHYUDI
6. MAHMULYADI SIREGAR

PRODI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


UNIVERSITAS AUFA ROYHAN DI KOTA
PADANGSIDIMPUAN
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan
Karunia-Nyalah, kami selaku penulisan makalah Keperawatan Jiwa yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH ANSIETAS
(KECEMASAN)” yang mana makalah ini sebagai salah satu seminar, Alhamdulillah
dapat terselesaikan tepat pada waktunya

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sehingga
dapat digunakan untuk membantu perbaikan mendatang dan atas perhatian dan
kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang.................................................................................. 1

1.2 Rumusan masalah............................................................................. 1

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi ............................................................................................ 3

2.2 Etiologi............................................................................................. 3

2.3 Klisifikasi Ansietas........................................................................... 5

2.4 Manifestasi Klinis............................................................................. 6

2.5 Patofisiologi ..................................................................................... 8

2.6 Penatalaksanaan................................................................................ 8

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian...................................................................................... 11

3.2 Pohon Masalah............................................................................... 17

3.3 Diagnosa Keperawatan................................................................... 17

3.4 Perencanaan.................................................................................... 18

BAB IV PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan..................................................................................... 23

4.2 Saran............................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Kecemasan merupakan hal normal yang terjadi pada setiap individu. Kecemasan
dapat muncul pada situasi tertentu seperti berbicara di depan umum, tekanan pekerjaan,
menghadapi ujian, atau membuat keputusan penting. Kecemasan lebih berorientasi masa
depan dan bersifat umum, mengacu pada kondisi ketika individu merasakan kekhawatiran
atau kegelisahan, ketegangan, dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali mengenai
kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk.

Kecemasan adalah respons yang tepat terhadap ancaman. Namun kecemasan


dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat meredam rasa cemas tersebut dalam
situasi dimana kebanyakan orang mampu menangani tanpa adanya kesulitan. Kecemasan
bisa menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman, atau
datang tanpa ada penyebabnya yaitu, bila merupakan respons terhadap perubahan
lingkungan. Kecemasan dapat menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu dalam
kehidupannya, hal ini juga terjadi pada mahasiswa. Mahasiswa rentan terhadap
kecemasan dan depresi. Mahasiswa kedokteran dilaporkan memiliki stressor yang tinggi
atau penuh dengan stres dan ketika dibandingkan dengan populasi umum, mahasiswa
kedokteran lebih banyak mengalami tekanan, depresi, dan kecemasan. Kecemasan
tersebut.

Kehilangan (Loss) merupakan peristiwa yang siapapun individu pasti pernah dan
akan mengalaminya dalam kehidupannya, baik kehilangan harta benda, kehilangan
pekerjaan, kehilangan anggota tubuh atau fungsi dari anggota tubuh, kehilangan tempat
tinggal, ataupun kehilangan orang terdekat baik keseluruhan ataupun hanya sebagian,
baik secara perlahan atupun tibatiba, baik bersifat sementara ataupun selama-lamanya.
Penyebab dari kehilangan bisa karena ketidakwaspadaan, kecelakaan, bencana alam,
perceraian, ataupun kematian. Kehilangan (Loss) didefinisikan sebagai suatu situasi
aktual maupun potensial yang dapat dialami individu ketika berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup
sehingga terjadi perasaan kehilangan.
Rumusan Masalah

- Apa definisi dari ansietas?

- Apa etiologi dari ansietas?

- Apa saja klasifikasi ansietas?

- Apa manifestasi klinis dari ansietas?

- Bagaimana patofisiologi ansietas?

- Bagaimana penatalaksanaan ansietas?

- Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien ansietas?

Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi dari ansietas

2. Untuk mengetahui etiologi ansietas

3. Untuk mengetahui klasifikasi dari ansietas

4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari ansietas

5. Untuk mengetahui patofisiologi ansietas

6. Untuk mengetahui penatalaksanaan

7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan ansietas


BAB II

TINJAUAN TEORI

Definisi

Ansietas adalah suatu perasaan takut dengan gejala fisiologis, sedangkan pada
gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi
yang di sebabkan oleh kecemasan tersebut.

Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang
spesifik. Ansietas di alami secara subjektif dan dikomunikasikan secaar interpersonal.

Ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian intelektual


terhainterperson.Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan yang tidak di dukung
oles situasi.

Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan
gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf
Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering
merupakan satu fungsi emosi. Sedangkan depresi merupakan satu masa terganggunya
fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya
termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa
putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.Kecemasan memiliki nilai yang
positif. Menurut Stuart dan Laraia aspek positif dari individu berkembang dengan adanya
konfrontasi, gerak maju perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi
pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan seseorang.

Etiologi

Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan


keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan gangguan ini.
Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah dan
tujuan hidup.

Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang berbeda-beda, seseorang dapat
tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stres berat pada orang lain.

Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi ansietas adalah :

* Faktor Predisposisi

1) Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi


antara dua elemen kepribadiani yaitu id, ego dan superego. Id mewakili dorongan insting
dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan
oleh norma budaya, sedangakan ego di gambarkan sebagai mediator antara tuntunan dari
id dan super ego

2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap


ketidak setujuan dan penolakan interpersonal.

3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala


sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang di inginkan.

4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa
di temui dalam suatu keluarga.

5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor khusus untuk


benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam-asam gama-
aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang
berhubungan dengan ansietas.

* Faktor Presipitasi

Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat


mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stresor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik


yang meliputi :

a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi


suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).

b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan
lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

- Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat


kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga
dapat mengancam harga diri.

- Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status


pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

✓ Klasifikasi Ansietas

~ Tingkatan Ansietas :

- Ansietas Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Menyebabkan individu
menjadi lebih waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini dapat
memotivasi belajar dan menghasilakn pertumbuhan serta kreativitas.

- Ansietas Sedang

Memungkinkan individu unutk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan
hal yang lain. Mempersempit lapang persepsi individu. Sehingga individu mengalami
tidak perhatian yang selektif namun dapat lebih berfokus pasda area jika diarahkan untuk
melakukannya.

- Ansietas Berat

Sangat mengurangi lapang persepsi individu, cenderung berfokus ada sesuatu yang rinci
dan spesifik sehingga tidak memikirkan hal yang lain. Semua perilaku ditujukkan untuk
mengurangi ketegangan. Individu memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada hal
lain.

- Tingkat Panik dari Ansietas

Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Individu yang mengalami panik
tidak mampu melakukan sesuatu meskipun dengan arahan, karena mengalami kehilangan
kendali.

- Manifestasi Klinis

Manifestasi dengan gejala setiap kategori yaitu, ansietas ringan, ansietas sedang,
ansietas berat, dan ansietas panik.

1) Ansietas Ringan

a. Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari.

b. Lapang persepsi meluas/melebar dan individu berhati-hati serta waspada.

c. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan


kreatifitas.

- Respon Ansietas Ringan

a. Fisiologis

Kadang nafas pendek, nadi dan TD naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan
bibir bergetar.

b. Kognitif

Lapang persepsi meluas/melebar, mampu menerima rangsangan yang kompleks,


konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif.
c. Perilaku dan Emosi

Tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang meninggi.

2) Ansietas Sedang

Pada tingkat ini lapang pandang terhadap linngkungan menurun, individu lebih
memfokuskan pada hal penting saat itu dn mengesampingkan hal lain.

✓ Respon Ansietas Sedang

a. Fisiologis

Sering nafas pendek, nadi dan TD naik, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, gelisah

b. Kognitif

a. Lapang persepsi menyempit

b. Rangsang luar tidak mampu diterima

c. Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya

c. Perilaku dan Emosi

b. Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)

c. Bicara banyak & lebih cepat

d. Susah tidur

e. Perasaan tidak aman

3) Ansietas Berat

Pada tingkat ini lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung memikirkan
hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak mampu berpikir berat
lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/ tuntunan.

✓ Respon Ansietas Berat

a. Fisiologis

Nafas pendek, nadi dan TD naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur,
ketegangan.

b. Kognitif

- Lapang persepsi sangat sempit

- Tidak mampu menyelesaikan masalah

c. Perilaku dan Emosi


- Perasaan ancaman tinggi

- Verbalisasi cepat

- Blocking

4) Ansietas Panik

Terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/ tuntunan

✓ Respon Ansietas Panik

a. Fisiologis

Nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi motorik
rendah.

b. Kognitif

- Lapang pandang persepsi sangat sempit

- Tidak dapat berpikir logis

c. Perilaku dan Emosi

- Agitasi mengamuk dan marah

- Ketakutan dan berteriak-teriak, blocking

- Kehilangan diri kendali/ kontrol diri

- Persepsi kacau

Patofisiologi

Berdasarkan proses perkembangannya:

1) Bayi/anak-anak

- Berhubungan dengan perpisahan

- Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal

- Berhubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya

2) Remaja

Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:

- Perkembangan seksual
- Perubahan hubungan dengan teman sebaya

3) Dewasa

Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:

- Kehamilan

- Menjadi orang tua

- Perubahan karir

- Efek penuaan

Lanjut usia

Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:

- Penurunan sensori

- Penurunan motorik

- Masalah keuangan

- Perubahan pada masa pension

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode
pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau
psikiatrik, psikososial dan psikoreligius (Hawari, 2008) selengkapnya seperti pada uraian
berikut :

1) Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :

a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.

b. Tidur yang cukup.

c. Cukup olahraga.

d. Tidak merokok.

e. Tidak meminum minuman keras.

2) Terapi psikofarmaka

Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan


yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf)
di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai
adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam,
lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.

3) Terapi somatik

Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari
kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik)
itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.

4) Psikoterapi

Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :

a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar


pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.

b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai


bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.

c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (rekonstruksi)


kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.

d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan


untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.

e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika


kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi stressor
psikososial sehingga mengalami kecemasan.

f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor


keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai
faktor pendukung.

3. Terapi psikoreligius

Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan
daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor.
Pathway

Penyakit sistem Penyakit SSP Rangsangan Faktor


vestibuler perifer berlebihan stress

Gangguan susunan
vestebuler/keseimba
ngan
Koping individu tidak
efektif
Proses pengolahan
informasi terganggu

Ketidakcocokan yang
disampaikan ke pusat kesadaran

(sistem otonom) (pusat


gejala ototnom vestibuler) gejala
vertigo

Nistagmus Rasa tidak stabil

Resiko jatuh Nausea Ansietas


BERDUKA
Pengertian
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan
yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah
tidur, dan lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.
Tipe Berduka
NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan
berduka disfungsional.
1. Berduka diantisipasi adalah suatu status yang meruppakan pengalaman
individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan
seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional
sebelum terjadinya kehilanngan. Tipe in masih dalam batas normal.
2. Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara
aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional.
Tipe ini kadang-kadanng menjurus ke tipikal, abnormal, atau
kesalahan/kekacauan.
Tahap-Tahap Berduka
1. Tahap berduka menurut Teori Engels
a. Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk
malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis,
mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dak kelelahan.
b. Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseorang mulai merasakan kehilangan secara nyata dan mungkin mengalami
putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa
tiba-tiba terjadi.
c. Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong,
karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang bertujuan
untuk mengalihkann kehilangan seseorang.
d. Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap sesuatu yang
meninggalkannya. Bisa merasa bersalah dan kurang perhatiannya di masalalu
terhadap almarhum.
e. Fase V
Kehilangan yang tidak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga
pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran
baru telah berkembang.
2. Tahap berduka menurut PARKES
a. Mati rasa dan meningkari.
Orang yang baru saja mengalami kehilangan akan merasa tidak nyata,
penghentian waktu, segera setelah kematian orang yang penting dalam kehidupan
mereka. Perasaan ini digambarkan sebagai “mati rasa”. Ada kecenderungan untuk
mengingkari kejadian dan keyakinan bahwa semuanya hanyalah mimpi buruk.
Hal ini berlangsung beberapa hari sampai berminggu-minggu.
b. Kerinduan atau Pining
Fase ini ditandai dengan adanya kebutuhan untuk menghidupkan kembali orang
yang sudah meninggal. Hal ini dinyatakan dalam mimpi orang yang kehilangan,
dan orang yang sering kalil menyatakan meluhat orang yang sudah meninggal
dalam keramaian.
c. Putus asa dan depresi
Jika orang yang kehilangan akhirnya menyadari kenyataan tentang kematian, ada
perasaan putus asa yang hebat dan kadang terjadi depresi. Periode ini adalah saat
individu mengalami disorganisasi dalam batas tertentu dan merasa bahwa mereka
tidak mampu melakukan tugas yang dimasa lalu dilakukan dengan sedikit
kesulitan.
d. Penyembuhan dan reorganiosasi.
Pada titik tertentu kebanyakan individu yang kehilangan menyadari bahwa hidup
mereka harus berkanjut dan mereka harus mencari makna baru dari keberadaan
mereka.
3. Tahap berduka menurut Kubler Ross
a. Fase pengingkaran (denial)
Perasaan tidak percaya, syok, biasanya ditandai dengan menangis, gelisah, lemah,
letih, dan pucat.
b. Fase marah (anger)
Perasaan marah dapat diproyeksikan pada orang atau benda yang ditandai dengan
muka merah, suara keras, tangan mengepal, nadi cepat, gelisah, dan perilaku
agresif.
c. Fase tawar menawar
Individu mampu mengungkapkan rasa marah akan kehilangan, ia akan
mengekspresikan rasa bersalah, takut dan rasa berdosa.
Peran perawat:
- Diam
- Mendengarkan
- Memberikan sentuhan terapeutik
d. Fase depresi
Individu menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara, putus asa. Perilaku
yang muncul seperti menolak makan, susah tidur, dan dorongan libido menurun.
Peran perawat:
- Pasien jangan ditinggalkan sendiri
- Pintu kamar dibiarkan terbuka
e. Fase penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang berpusat
pada objek kehilangan mulai berkurang.
Peran perawat:
- Menemani pasien
- Bila mungkin, bicara dengan pasien
- Tanyakan apa yang dibutuhkan
- Apakah butuh pertolongan perawat
- Pintu kamar jangan ditutup
4. Tahap berduka menurut teori Rando
a. Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
b. Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika pasien secara
berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam
dan dirasakan paling akut.
c. Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedudukan akut dan mulai
memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana pasien
belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.
Kebutuhan keluarga yang berduka
5. Harapan
a. Perawatan yang terbaik sudah diberikan.
b. Keyakinan bahwa mati adalah akhir penderitaan dan kesakitan.
6. Berpartisipasi
a. Memberi perawatan
b. Sharing dengan staf.
7. Support
a. Dengan support pasien dapat melewati kemarahan, kesedihan, dan denial.
b. Support bisa digunakan sebagai koping dengan perubahan yang terjadi.
8. Kebutuhan spiritual
a. Berdoa sesuai kepercayaan
b. Mendapatkan kekuatan dari Tuhan
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN “Ny. M”

DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN : KECEMASAN

A. Identitas Klien

Inisial : Ny. M
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Berladang
Suku bangsa : Melayu
Status marital : Menikah
Alamat lengkap : Jln. Adisucipto Gg. Cempaka Putih Dalam

B. Alasan Masuk
Klien mengatakan terkena stroke 2 tahun yang lalu dan dibawa ke RSUD
Soedarso . Klien melakukan terapi di RS sebanyak 4 kali. Tetapi tidak ada
perubahan yang signifikan. Klien terkena stroke sudah 4 kali. Dan yang
terakhir terkena stroke saat Idul Adha 2017 klien tiba-tiba terjatuh saat ingin
ke WC dan mengalami kelumpuhan di bagian kiri tubuh klien dari ekstremitas
atas ke ekstremitas bawah dan bicara jadi pelo
Saat Pengkajian :
Klien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya. Klien mengatakan
sebelumnya 3 kali terkena tidak sampai seperti ini. Keluarga mengatakan
bingung melihat kondisi Ny. M seperti ini, tidak tahu cara perawatannya dan
sudah lama tidak kontrol ke-pelayanan kesehatan karena kondisi Ny. M yang
tidak bisa berjalan seperti dulu.
Masalah Keperawatan : Gangguan Alam Perasaan : Kecemasan,
Kurang Pengetahuan Keluarga Dalam Merawat Klien Dirumah.

C. Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan
Klien mengatakan sebelumnya 3 kali terkena penyakit tapi tidak sampai
seperti ini.
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi antar anggota keluarga baik, saat mempunyai masalah, klien
sering menceritakannya kepada anggota keluarganya yang lain terutama
suaminya.
3. Faktor psikologis
Klien termasuk tipe orang yang terbuka, dan tidak merasa dirinya tidak
berharga walaupun klien mengalami hambatan dalam mobilisasi.
4. Faktor genetik
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
Kakak klien memiliki riwayat hipertensi . Suami klien ada riwayat
hipertensi.
D. Faktor Presipitasi
1. Faktor sosial budaya
Klien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya.
2. Faktor biokimia
Adanya rasa khawatir karena penyakitnya sekarang karena klien 3 kali
terkena dan terakhir yang parah dan khawatir adanya komplikasi yang lain .
3. Faktor psikologis
Adanya masalah yang tidak hilang-hilang (Penyakitnya). Dimana klien
merasa cemas dengan masalahnya
E. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-Tanda Vital
TD : 220 / 100 mmHg N : 88 x/mt S : 36.7 0C P: 22 x/mt
2. Ukur
TB : 153 cm BB : 46 kg (*) turun ( ) naik
3. Keluhan Fisik ( ) ya (*) tidak
Klien mengatakan saat ini tidak ada keluhan fisik yang dirasakan .

F. Psikososial
1. Genogram

Keterangan :

Laki-laki :

Perempuan :

Sudah meninggal :

Klien :

Tinggal serumah :

Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Klien berumur 53 tahun.
Klien sudah menikah dan memiliki 3 orang anak. Klien tinggal serumah
dengan suami dan 3 orang anaknya. Hubungan klien dengan keluarganya
terjalin dengan erat dan sangat baik. Orang yang terdekat dengan klien
adalah suaminya.

2. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Klien senang dengan keadaan tubuhnya dari rambut sampai ujung kaki.
Klien juga mengatakan tidak mempunyai bagian tubuh yang tidak
disukai.
b. Identitas diri
Klien bekerja sebagai petani di ladangnya yang terletak di belakang
rumahnya. Biasanya klien menghabiskan waktu luangnya dengan bertani,
menonton TV dan berbincang-bincang dengan anak dan suaminya.
Semenjak sakit klien hanya bisa menonton TV dan berbincang-bincang
dengan anak dan suaminya
c. Peran diri
Klien berperan sebagai ibu rumah tangga. Semenjak sakit klien tidak bisa
memenuhi perannya.
d. Ideal Diri
Klien mengatakan bercita-cita untuk bisa menyekolahkan
anaknya setinggi-tingginya.
e. Harga Diri
Klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga dan
orang lain.
3. Hubungan Sosial
Klien memiliki orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu suami dan
anaknya. Klien berkata jika ada masalah, klien akan menceritakan kepada
suami dan anaknya pasti akan membantu memecahkan masalah yang
dialami klien. Klien tidak mengikuti kegiatan diluar rumah karena
kondisinya.
4. Spiritual
Klien beragama Islam dan yakin dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Klien mengatakan sholat lima waktu walaupun dengan kodisinya saat ini,
dan berharap diberi kesembuhan atas penyakitnya.
G. Status Mental
1. Penampilan
Klien berpenampilan rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan
tempatnya. Rambut klien tersisir rapi. Rambut pendek seleher.
2. Pembicaraan
Klien berbicara pelo (kurang jelas, harus mendengarkan dari dekat). Klien
menjawab pertanyaan yang diberikan dengan tepat, selama proses
wawancara klien berbicara mengenai satu topik dengan jelas (Isi
pembicaraan).

3. Aktivitas motorik
Saat wawancara klien tampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan
yang diulang-ulang ataupun gemetar. Namun saat membicarakan
penyakitnya klien tampak sedikit cemas
4. Alam perasaan
Klien mengatakan terkadang khawatir dengan kondisinya, takut ada
komplikasi lain. Klien tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat
sedih maupun gembira. Klien terlihat senang saat menceritakan
pengalamannya yang menyenangkan.
5. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan stimulus
yang diberikan.
6. Interaksi selama wawancara
Selama proses wawancara, Klien mau menjawab pertanyaan perawat.
Kontak mata klien ada dan klien menatap wajah perawat saat wawancara
dan mau menjawab pertanyaan perawat dengan panjang lebar.
7. Persepsi
Keluarga mengatakan klien tidak pernah berbicara sendiri. Klien
mengatakan tidak pernah mengalami halusinasi.
8. Proses pikir
Selama wawancara, pembicaraan klien singkat dan tidak berbelit-belit dan
ada hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu
topik.
9. Isi pikir
Selama wawancara tidak ditemukan gangguan isi pikir. Pemikiran klien
realistis.
10. Tingkat kesadaran
Klien menyadari bahwa dia sedang berada di rumahnya, klien juga sadar
dan mengenal dengan siapa dia berbicara dan lingkungannya. Tingkat
kesadaran klien terhadap waktu, orang dan tempat jelas.

11. Memori
Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa
lalu maupun saat ini. Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi
klien sudah makan atau belum, jam berapa. Klien tidak mengalami
gangguan daya ingat baik jangka panjang maupun jangka pendek.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa
yang ditanyakan. Klien bersekolah hanya sampai tingkat SD, klien mampu
untuk menjawab hitungan sederhana.
13. Kemampuan penilaian
Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mendahulukan kegiatan
berladang atau menyiapkan sarapan untuk keluarga. Klien memilih
menyiapkan sarapan terlebih dahulu karena kalau sudah membuat sarapan
klien leluasa keladangnya
14. Daya tilik diri
Klien mengetahui penyakit yang dideritanya.

H. Pola Makan dan Eliminasi


1. Makan dan minum
Klien makan 3 kali sehari dengan porsi lebih sedikit dari biasanya
(sebelum sakit seperti sekarang ) tapi habis , klien dapat makan tanpa
bantuan. Keluarga hanya mengambilkan makanan.
2. BAB/BAK
Klien dapat BAK dan BAB sendiri, namun suami yang membantu
membawa ke WC.
3. Mandi
Klien mandi secara mandiri, mandi 2x sehari. Klien mandi menggunakan
sabun, shampo, dan juga sikat gigi.
4. Berpakaian/Berhias
Klien dapat mengganti pakaian secara mandiri tanpa bantuan orang lain.
Klien menggunakan baju dengan benar.

5. Istirahat dan Tidur


Klien mengatakan tidur nyenyak , namun terkadang klien terbangun karena
ingin BAK
6. Penggunaan Obat
Keluarga mengatakan klien sudah lama tidak kontrol ke pelayanan
kesehatan. Selama ini hanya menggunakan obat warung .
7. Kegiatan di Dalam Rumah
Klien mengatakan hanya menonton TV, berbincang-bincang dengan
keluarga dirumah.
8. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan semenjak kondisi klien seperti sekarang klien hanya
keluar ke teras rumah agar tidak jenuh sekalian berjemur.

A. Mekanisme Koping
Klien mengatakan setiap mempunyai masalah selalu menceritakannya
kepada keluarganya.

B. Kurang Pengetahuan Tentang


Klien mengatakan sudah lama tidak kontrol kondisinya ke pelayanan
kesehatan, Keluarga mengatakan bingung melihat kondisi Ny. M seperti ini,
tidak tahu cara perawatannya dirumah, Ny. M hanya meminum obat warung
dan berjemur saat pagi hari di teras rumah .
C. Aspek Medis
Keluarga mengatakan dokter rumah sakit menyatakan Ny. M terkena Stroke.
Saat wawancara keluarga tidak tahu obat-obat apa yang diminum Ny. M ,
karena obatnya sudah habis dan Ny. M sudah lama tidak kontrol ke pelayanan
kesehatan .

D. Analisa Data

No Data Masalah

1. DS :

• Klien mengatakan merasa cemas dengan


kondisinya saat ini (penyakitnya).
Kecemasan
• Klien mengatakan tubuhnya bagian kiri
mati rasa.
• Keluarga mengatakan sebelumnya klien
sudah 4 kali menjalani terapi, tapi tidak
ada perubahan yang signifikan. Dan
sekarang kondisi klien seperti ini.

DO :

• Klien dan keluarga tampak cemas


• Klien tampak gelisah
• Klien dan keluarga bertanya-tanya
tentang kondisi klien saat ini.
2. DS :

• Klien mengatakan terkadang khawatir


dengan kondisinya, takut ada komplikasi
Ketakutan
lain

DO :
• Wajah klien tampak ketakutan
• Bertanya-tanya kepada perawat

3. DS :

• Keluarga mengatakan bingung melihat


kondisi Ny. M seperti ini, tidak tahu cara
Kurang Pengetahuan
perawatannya dan sudah lama tidak
kontrol ke-pelayanan kesehatan karena
kondisi Ny. M yang tidak bisa berjalan
seperti dulu.
• Klien mengatakan sudah lama tidak
kontrol kondisinya ke pelayanan
kesehatan, hanya meminum obat warung
dan berjemur saat pagi hari di teras
rumah

DO :

• Klien dan keluarga bertanya-tanya


kepada perawat

E.Daftar Masalah
1. Kecemasan
2. Ketakutan
3. Kurang pengetahuan

F.Pohon Masalah

Ketakutan

Kecemasan

Kurang Pengetahuan
Tindakan Keperawatan

N Tanggal Wakt Intervensi Implementasi (DAR) Evaluasi Para


o u (SOAP) f

1. Selasa 16.00 DS : S:
3 WIB • Bina • keluarga
• Klien mengatakan
Novembe hubungan dan klien
merasa cemas
r 2017 saling mengataka
dengan kondisinya
percaya n sedikit
saat ini
• Bantu klien tenang
(penyakitnya).
mengidentif sudah
• Klien mengatakan
ikasi dan dijelaskan
tubuhnya bagian
menguraika dan
kiri mati rasa.
n diajarkan
• Keluarga
perasaannya cara
mengatakan
• Bantu klien mengatasi
sebelumnya klien
memahami penyakit
sudah 4 kali
perspektif yang
menjalani terapi,
pasien dirasakan
tapi tidak ada
terhadap klien (mati
perubahan yang
situasi rasa).
signifikan. Dan
stress dan • klien
sekarang kondisi
kondisi mengataka
klien seperti ini.
yang n akan
dialaminya memprakte
sekarang kkan cara
tidak akan DO : yang sudah
sembuh diajarkan
• Klien dan keluarga
dalam perawat.
tampak cemas
waktu
singkat. • Klien tampak O:
gelisah
• klien dan
• Dengarkan • Klien dan keluarga
keluarga
dengan bertanya-tanya
masih
penuh tentang kondisi
tampak
perhatian klien saat ini.
sedikit
• Ajarkan A:
cemas
teknik
• membina hubungan
relaksasi A:
saling percaya
nafas dalam
• membantu klien Masalah
untuk
mengidentifikasi teratasi
kontrol
menguraikan sebagian
mengurangi
perasaannya
kecemasan P:
• membantu klien
yang
memahami Intervensi
dirasakan
perspektif pasien dilanjutkan

terhadap situasi
stress yang
dialaminya.

• mendengarkan
dengan penuh
perhatian
• mengajarkan teknik
relaksasi nafas
dalam untuk
kontrol rasa percaya
diri dan mengurangi
kecemasan yang
dirasakan klien.
R:

• klien tampak sudah


percaya dan mau
cerita tentang
kecemasan yang
dirasakan klien
• klien mau
mengungkapkan
perasaannya
• klien mau
mempraktekkan
Tarik nafas dalam
untuk mengurangi
kecemasan yang
dirasakan
2. Selasa 16.00 DS : S:
3 WIB • Jelaskan • Klien dan
• Klien mengatakan
Novembe pada klien keluarga
terkadang khawatir
r 2017 tentang mengatak
dengan kondisinya,
penyakitnya an sudah
takut ada
dan ada
komplikasi lain
komplikasi gambaran
yang bisa DO : tentang
terjadi. penyakit
• Wajah klien
• Anjurkan yang
tampak ketakutan
klien dan dialami
• Bertanya-tanya
keluarga klien serta
kepada perawat
untuk check komplikas
up/kontrol A: i yang
kondisi klien bias
• jelaskan pada klien
ke pelayanan tentang terjadi.
kesehatan penyakitnya dan
untuk komplikasi yang O:
mengatasi bisa terjadi. • Klien dan
kondisi klien • Anjurkan klien dan keluarga
dan keluarga untuk tampak
mencegah check up/kontrol mengerti
terjadinya kondisi klien ke dengan
komplikasi pelayanan penjelasa
lain . kesehatan untuk n perawat.
mengatasi kondisi
klien dan
mencegah A:
terjadinya Masalah
komplikasi lain . teratasi

R:
P:
• klien dan keluarga Evaluasi
sudah mengerti apa intervensi
yang di jelaskan yang sudah
perawat dilakukan.
• klien dan keluarga
mau mendengarkan
apa yang
disampaikan perawat
3. Selasa 16.00 DS : S:
3 WIB • Jelaskan • Klien dan
• Keluarga
Novembe pada klien keluarga
mengatakan
r 2017 tentang mengatak
bingung melihat
penyakitny an sudah
kondisi Ny. M
a dan ada
komplikasi seperti ini, tidak gambaran
yang bisa tahu cara tentang
terjadi. perawatannya penyakit
• Ajarkan dan sudah lama yang
klien tidak kontrol ke- dialami
menggerak pelayanan klien serta
kan bagian kesehatan karena komplikas
tubuh yang kondisi Ny. M i yang
mati rasa yang tidak bisa bias
(ROM) berjalan seperti terjadi.
untuk dulu. O:
membantu • Klien • Klien dan
memperlan mengatakan keluarga
car sudah lama tidak mengerti
peredaran kontrol dengan
darah agar kondisinya ke penjelasa
tidak terjadi pelayanan n perawat.
atrofi otot kesehatan, hanya
• Anjurkan meminum obat A:
klien dan warung dan Masalah
keluarga berjemur saat teratasi
untuk pagi hari di teras
check rumah
up/kontrol P:
DO :
kondisi Evaluasi
klien ke • Klien dan intervensi
pelayanan keluarga yang sudah
kesehatan bertanya-tanya dilakukan
untuk kepada perawat
mengatasi
A:
kondisi
klien dan • Men jelaskan
mencegah pada klien
terjadinya tentang
komplikasi penyakitnya dan
lain . komplikasi yang
bisa terjadi.
• mengajarkan
klien
menggerakkan
bagian tubuh
yang mati rasa
(ROM) untuk
membantu
memperlancar
peredaran darah
agar tidak terjadi
atrofi otot
• menganjurkan
klien dan
keluarga untuk
check up/kontrol
kondisi klien ke
pelayanan
kesehatan untuk
mengatasi
kondisi klien dan
mencegah
terjadinya
komplikasi lain

R:
• klien dan
keluarga sudah
mengerti apa
yang di jelaskan
perawat
• klien dan
keluarga mau
mendengarkan
apa yang
disampaikan
perawat
• klien
mempraktekkan
gerakan (ROM)
yang diajarkan
perawat.

No Tanggal Waktu Intervensi Implementasi Evaluasi Paraf


(DAR) (SOAP)
1. Kamis 16.00 DS : S:
5 WIB • Bantu klien • keluarga dan
• Klien
November mengidentifi klien
mengatakan
2017 kasi dan mengatakan
tidak ada
menguraikan merasa
keluhan yang
perasaannya terbantu
dirasakan .
• Bantu klien dengan
• Klien
memahami datangnya
mengatakan
perspektif perawat
mempraktekkan
pasien kerumah
cara-cara yang
terhadap
telah diajarkan O:
situasi stress
perawat.
dan kondisi • klien dan
yang DO : keluarga
dialaminya tampak
• Klien dan
sekarang lebih tenang
keluarga tidak
tidak akan
cemas lagi A:
sembuh
dengan kondisi
dalam waktu Masalah teratasi
klien
singkat.
• Klien P:
• Dengarkan
mempraktekkan
dengan Evaluasi
cara yang
penuh Intervensi yang
diajarkan
perhatian sudah dilakukan
perawat
• Evaluasi
A:
teknik
relaksasi • membantu klien
nafas dalam mengidentifikasi
untuk menguraikan
kontrol perasaannya
mengurangi • membantu klien
kecemasan memahami
yang perspektif
dirasakan pasien terhadap
situasi stress
yang
dialaminya.
• mendengarkan
dengan penuh
perhatian
• mengevaluasi
teknik relaksasi
nafas dalam
untuk kontrol
rasa percaya diri
dan mengurangi
kecemasan yang
dirasakan klien.

R:

• klien mau
mengungkapkan
perasaannya
• klien mau
mempraktekkan
Tarik nafas
dalam untuk
mengurangi
kecemasan yang
dirasakan
2. Kamis 16.00 DS : S:
5 WIB • Anjurkan • Klien dan
• Klien dan
November klien dan keluarga
keluarga
2017 keluarga mengataka
mengatakan
untuk check n akan
sudah tidak
up/kontrol melakukan
khawatir dan
kondisi klien kontrol ke
takut lagi akan
ke pelayanan pelayanan
komplikasi yg
kesehatan kesehatan
bisa terjadi .
untuk
mengatasi DO : O:
kondisi klien • Klien dan
• Klien
dan keluarga
mendengarkan
mencegah tampak
penjelasan
terjadinya mengerti
perawat.
komplikasi dengan
lain . penjelasan
perawat.
A:

• menganjurkan A:
klien dan Masalah teratasi
keluarga untuk P:
check Evaluasi
up/kontrol intervensi yang
kondisi klien ke sudah dilakukan.
pelayanan
kesehatan untuk
mengatasi
kondisi klien
dan mencegah
terjadinya
komplikasi lain
.

R:

• klien dan
keluarga sudah
mengerti apa
yang di jelaskan
perawat
• klien dan
keluarga mau
mendengarkan
apa yang
disampaikan
perawat
3. Kamis 16.00 DS : S:
5 WIB • Jelaskan • Klien dan
• Keluarga dan
November pada klien keluarga
klien
2017 tentang mengatakan
mengatakan
penyakitnya mengerti
mengerti
dan dengan
dengan
komplikasi kondisi
kondisi yang
yang bisa klien serta
dialami klien
terjadi. komplikasi
• Evaluasi DO : yang bias
cara klien terjadi.
• Klien
menggerakk
mendengarka
an bagian O:
n penjelasan
tubuh yang • Klien
perawat.
mati rasa memprakte
(ROM) kkan cara
untuk yang
membantu diajarkan
memperlanc • Klien dan
ar peredaran A: keluarga
darah agar mengerti
• Men jelaskan
tidak terjadi dengan
pada klien
atrofi otot penjelasan
tentang
• Anjurkan perawat.
penyakitnya dan
klien dan
komplikasi yang
keluarga
bisa terjadi.
untuk check A:
• Mengevaluasi
up/kontrol Masalah teratasi
cara klien
kondisi
menggerakkan
klien ke
bagian tubuh
pelayanan P:
yang mati rasa
kesehatan Evaluasi
(ROM) untuk
untuk intervensi yang
membantu
mengatasi sudah dilakukan
memperlancar
kondisi
peredaran darah
klien dan
agar tidak
mencegah
terjadi atrofi
terjadinya
otot
komplikasi
• Menganjurkan
lain .
klien dan
keluarga untuk
check
up/kontrol
kondisi klien ke
pelayanan
kesehatan untuk
mengatasi
kondisi klien
dan mencegah
terjadinya
komplikasi lain

R:

• klien dan
keluarga
sudah
mengerti apa
yang di
jelaskan
perawat
• klien dan
keluarga
mau
mendengarka
n apa yang
disampaikan
perawat
• klien
mempraktekk
an gerakan
(ROM) yang
diajarkan
perawat.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Ansietas masih menjadi salah satu masalah gangguan kesehatan jiwa yang masih banyak terjadi baik
di negara-negara maju maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Ansietas sendiri merupakan
kekhawatiran atau keadaan emosional yang tidak jelas, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak
memiliki objek yang spesifik.

Tingkatan Ansietas :

a. Ansietas Ringan

b. Ansietas Sedang

c. Ansietas Berat

d. Tingkat Panik dari Ansietas

Patofisiologi :

a. Bayi/ anak-anak

b. Remaja

c. Dewasa

d. Lanjut usia

Faktor Predisposisi

- Dalam pandangan psikoanalisis

- Menurut pandangan interpersonal

- Menurut pandangan perilaku

- Kajian keluarga

- Sedangkan kajian biologis

Faktor Presipitasi

- Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik

- Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal


Saran

Ansietas merupakan gangguan kejiwaan berupa cemas yang tidak berobyek, sehingga memerlukan
pencegahan sedini mungkin pada tiap lapisan masyarakat. Langkah-langkah pencegahan tersebut dapat
berupa :

- Kurikulum pendidikan kesehatan jiwa pada tiap jenjang pendidikan

- Perbaikan pelayanan kesehatan jiwa pada di setiap lapisan institusi kesehatan

- Gaya hidup yang sehat :

- Makan makan yang bergizi dan seimbang.

- Tidur yang cukup.

- Cukup olahraga.

- Tidak merokok.

- Tidak meminum minuman keras.


DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. (5th ed). Jakarta : EGC.

Tomb, D. A. (2001). Buku Saku Psikiatri (5th ed). Jakarta : EGC.

Townsend, M.C. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatrik :Pedoman
untuk Pembuatan Rencana Perawatan (3rd ed). Jakarta : EGC.

Videbecek, S. L. (2001). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Tomb, Davit A. (2003). Buku Saku Psikiatri. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai