Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Keperawatan Jiwa

Oleh :
MELLA DESYA
NIM. 201920461011097

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL

I. Pengertian
Perilaku isolasi sosial/menarik diri merupakan suatu gangguan hubungan
interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang
menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial (Depkes RI, 2000).

Isolasi sosial adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi
dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan
tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau
kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan
orang lain, yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada
perhatian, dan tidak sanggup membagi pengamatan dengan orang lain (Balitbang,
2007). Isolasi sosial adalah percobaan menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain. (Keliat, budi anna 1998 dalam Yosep
2011).

II. Rentang Respon


Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Merasa sendiri Menarik diri

Otonomi Depedensi Ketergantungan

Bekerjasama Curiga Manipulasi

Interdependen Curiga

III Faktor Predisposisi


3.1 Faktor tumbuh kembang
Faktor perkembangan kemampuan membina hubungan yang sehat
tergantung dari pengalaman selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap
tumbuh kembang memilki tugas yang harus dilalui individu dengan
sukses, karna apabila tugas perkembangan ini tidak terpenuhi akan
menghambat perkembangan selanjutnya, kurang stimulasi kasih
sayang,perhatian dan kehangatan dari ibu (pengasuh)pada bayi akan
membari rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa
percaya.
3.2 Faktor Biologi
Genetik adalah salah satu factor pendukung ganguan jiwa, faktor genetic
dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif ada bukri terdahulu
tentang terlibatnya neurotransmitter dalam perkembangan ganguan ini
namun tahap masih diperlukan penelitian lebih lanjut.
3.3 Faktor Sosial Budaya
Faktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya ganguan
dalm membina hubungan dengan orang lain, misalnya angota keluarga,
yang tidak produktif, diasingkan dari orang lain.
3.4 Faktor Komunikasi dalam Keluarga
Pola komunikasai dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang kedalam
ganguan berhubungan bila keluarga hanya mengkomunikasikan hal-hal
yang negatif akan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah.

IV. Faktor Presipitasi


Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh
stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.
4.1 Stressor sosial kultur
4.2 Stressor psikologis

V. Tanda dan Gejala


Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial.
5.1 Kurang spontan
5.2 Apatis (acuh terhadap lingkungan)
5.3 Ekspresi wajah kurang berseri
5.4 Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan diri
5.5 Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
5.6 Mengisolasi diri
5.7 Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
5.8 Asupan makanan dan minuman terganggu
5.9 Retensi urine dan feces
5.10 Aktivitas menurun
5.11 Kurang energi (tenaga)
5.12 Rendah diri
5.13 Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi
tidur).

VI. Proses keperawatan


6.1 Pengkajian
Data Subyektif:
 Klien mengatakan: Saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data Obyektif:
 Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri atau ingin mengakhiri
hidup.

6.2 Diagnosa Keperawatan


Gangguan konsep diri : harga diri rendah

6.3 Rencana Tindakan Keperawatan


6.3.1 Untuk Klien
Tujuan umum: Klien dapat berhubungan dengan orang lain
secara optimal
Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
c. Klien dapat menilai kemampun yang dimiliki
d. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit
dan kemampuannya.

6.3.2 Untuk Keluarga


a. Mendiskusikan faktor-faktor yang melatar belakangi
terjadinya isolasi sosial
b. Mendiskusikan keuntungan berinteraksi
c. Mendiskusikan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
d. Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara
bertahap.

VII. Strategi Pelaksanaan


SP pada Pasien SP pada Keluarga
SP I SP I
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi 1. Diskusikan masalah yang dirasakan
pasien : siapa yang serumah, siapa orang keluarga dalam merawat pasien
terdekat, yang tidak dekat, dan apa 2. Jelaskan pengertian isolasi social, tanda
sebabnya. dan gejala serta proses terjadinya isolasi
2. Mendiskusikan dengan pasien tentang social
keuntungan punya teman dan bercakap – 3. Jelaskan cara merawat pasien dengan
cakap isolasi social
3. Mendiskusikan dengan pasien tentang 4. Latih dua cara merawat : cara berkenalan,
kerugian tidak punya teman dan tidak berbicara saat melakukan kegiatan harian
bercakap – cakap 5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk dan memberikan pujiaan saat besuk
latihan berkenalan
SP 2 SP 2
1. Evaluasi kegiatan berkenalan (berapa 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
orang, serta beri pujian) merawat/melatih pasien berkenalan dan
2. Latih cara berbicara saat melakukan berbicara saat melakukan kegiatan harian,
kegiatan harian (latih 2 kegiatan) beri pujian
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk 2. Jelaskan kegiatan rumah tangga yang
latihan berkenalan 2-3 orang pasien, dapat melibatkan pasien berbicara
perawat dan tamu, berbicara saat (makan, sholat bersama) di rumah
melakukan kegiatan harian 3. Latih cara membimbing pasien berbicara
dan memberi pujian
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
saat besuk
SP 3 SP 3
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
(berapa orang) dan bicara saat melakukan merawat/melatih pasien berkenalan dan
kegiatan harian. Beri pujian berbicara saat melakukan kegiatan harian,
2. Latih cara berbicara saat melakukan beri pujian
kegiatan harian (2 kegiatan baru) 2. Jelaskan cara melatih melakukan
3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk termasuk minum obat (discharge
latihan berkenalan 4-5 orang, berbicara planning)
saat melakukan kegiatan harian 3. Menjelaskan follow up pasien setelah
pulang
SP 4 SP 4
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
bicara saat melakukan kegiatan harian, beri merawat/melatih pasien berkenalan dan
pujian berbicara saat melakukan kegiatan harian/
2. Latih cara bicara sosial : meminta sesuatu, RT, berbelanja, beri pujian
menjawab pertanyaan 2. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kambuh dan rujukan.
latihan berkenalan >5 orang, orang baru, 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
berbicara saat melakukan kegiatan harian kegiatan dan memberikan pujian
dan sosialisasi
SP 5 - 12 SP 5 – 12
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
bicara saat melakukan kegiatan harian dan merawat/melatih pasien berkenalan,
sosialisasi. Beri pujian berbicara saat melakukan kegiatan harian/
2. Latih kegiatan harian RT, berbelanja dan kegiatan lain serta
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri follow up, beri pujian
4. Nilai apakah isolasi sosial teratasi 2. Nilai kemampuan keluarga merawat
pasien
3. Nilai kemampuan keluarga melakukan
control ke RSJ/PKM

Contoh Strategi Pelaksanaan Isolasi Sosial

Orientasi (Perkenalan):
“Selamat pagi ”
“Saya Agung Nugroho Saya senang dipanggil Agung Saya mahasiswa keperawatan
USKW salatiga, saya yang akan membantu merawat ibu dari sekarang sampai 2
minggu kedepan
“Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?”
“Apa keluhan S... hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga
dan teman-teman ibu S? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di
ruang tamu? Mau berapa lama S...? Bagaimana kalau 15 menit”
Kerja:
(Jika pasien baru)
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan S? Siapa yang
jarang bercakap-cakap dengan S? Apa yang membuat S jarang bercakap-cakap
dengannya?”
(Jika pasien sudah lama dirawat)
”Apa yang S rasakan selama S dirawat disini? Apakah S merasa sendirian? Siapa
saja yang S kenal di ruangan ini”

“Apa saja kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman yang S kenal?”
“Apa yang menghambat S dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang
lain?”
”Menurut S apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada
teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah
kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya S ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau
begitu inginkah S belajar bergaul dengan orang lain ?
«  Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”
“Begini lho S, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan
nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya S, senang
dipanggil Si. Asal saya dari Bireun, hobi memasak”
“Selanjutnya S menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini:
Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?”
“Ayo S dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan S. Coba berkenalan dengan
saya!”
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah S berkenalan dengan orang tersebut S bisa melanjutkan percakapan tentang
hal-hal yang menyenangkan S bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi,
tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
Terminasi:
”Bagaimana perasaan S setelah kita latihan berkenalan?”
”S tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”
”Selanjutnya S dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak
ada. Sehingga S lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. S mau praktekkan ke
pasien lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan
hariannya.”
”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak S berkenalan dengan
teman saya, perawat N. Bagaimana, S mau kan?”
”Baiklah, sampai jumpa.”

Daftar Pustaka
Balitbang. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor

Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa : Teori Dan Tindakan Keperawatan


Jiwa. Jakarta : Depkes RI.

Iyus Yosep,2011. Keperawatan jiwa. PT Refika Adimata bandung

Agungmajestic.files.wordpress.com/2011/10/lp-menarik-diri.doc (diakses
pada 14 Januari 2017)

https://agungmajestic.files.wordpress.com/2011/10/lp-menarik-diri (diakses
pada 14 Januari 2017)

Anda mungkin juga menyukai