Anda di halaman 1dari 30

BAB I

BESARAN DAN SATUAN

Standar Kompetensi
1. Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya

Kompetensi Dasar:
1.1 Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu)
1.2 Melakukan penjumlahan vektor

A. BESARAN POKOK, BESARAN TURUNAN, SATUAN,


DIMENSI
1) Pengertian besaran dan pengukuran
Besaran merupakan sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan
angka.
Sesuatu dalam hal ini adalah sifat fisika, misalnya jarak, massa ,
kecepan, dan sebagainya
Mengukur adalah membandingkan besaran ( yang diukur ) dengan
besaran sejenis yang digunakan sebagai satuan

Hasil pengukuran mencakup antara lain :


1. Nilai / harga / kuantitas hasil pengukuran
2. Satuan pengukuran

Sebagai contoh, ada tiga siswa SMAN 2 Banguntapan mengukur jarak


antara Pendopo Balai Desa Wirokerten dengan sekolah . Mereka
menggunakan alat yang berbeda – beda, dan hasilnya diperoleh hasil
berikut ini.

Tabel 1
Siswa Alat Ukur Hasil Satuan
Ali meter standar 200 meter
Budi langkah kaki 667 langkah
Cinta tongkat 100 batang

sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1


1
2) Penetapan satuan standar sistem internasional
Untuk dapat mengukur ditentukan lebih dahulu satuan yang digunakan
sebagai pembanding besaran yang diukur. Secara internasional satuan
ini sudah ditentukan, dan dari waktu ke waktu dapat berkembang
sesuai dengan jamannya, antara lain karena ketepatan atau
kemudahannya. Berikut ini contohnya.

Standart satuan panjang


“Meter pada awalnya ditetapkan oleh Akademi Sains Perancis
(Académie des sciences) sebagai 1/10.000.000 jarak sepanjang
permukaan Bumi dari Kutub Utara hingga Khatulistiwa melalui
meridian Paris pada
tahun 1791, dan pada 7
April 1795 Perancis
menggunakan meter
sebagai jarak resmi
untuk panjang.
Ketidakpastian dalam
pengukuran jarak
tersebut menyebabkan Gambar 1
Biro Berat dan Ukuran
Internasional (BIPM - Bureau International des Poids et Mesures)
menetapkan 1 meter sebagai jarak antara dua garisan pada batang
platinum-iridium yang disimpan di Sevres, Perancis pada tahun
1889.Pada tahun 1960, ketika laser diperkenalkan, Konferensi
Umum tentang Berat dan Ukuran (Conférence Générale des Poids
et Mesures/CGPM) ke-11 mengganti definisi meter sebagai
1.650.763,73 kali panjang gelombang spektrum cahaya oranye-
merah atom krypton-86 dalam sebuah ruang vakum.
Pada tahun 1983, BIPM menetapkan meter sebagai jarak yang
dilalui cahaya melalui vakum pada 1/299.792.458 detik (kecepatan
cahaya ditetapkan sebesar 299.792.458 meter per detik). Oleh
karena kecepatan cahaya dalam vakum adalah sama di manapun
saja, definisi ini lebih universal dibandingkan dengan jarak ukurlilit
bumi atau panjang batang logam tertentu.

sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1


2
Oleh karena itu, jika batang logam itu hilang atau musnah, panjang
meter standar masih dapat diulangi dalam laboratorium manapun.
Selain itu ia secara teori dapat diukur dengan lebih tepat
dibandingkan dengan ukuran yang lain”.
(Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Meter)

Tugas 1
Carilah materi, berisi tentang penetapan satuan standar sistem
internasional untuk :
a. Satuan Massa c. Satuan arus listrik e. Satuan intensitas cahaya
b. Satuan waktu d. Satuan temperatur d. Satuan jumlah zat

3) Tujuh macam besaran pokok


Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan lebih
dahulu.
Sifat besaran pokok adalah berdiri sendiri tidak tergantung dari besaran
lain
Besaran pokok dapat digunakan untuk menentukan besaran turunan
Berdasarkan sistem satuan metrik, pada tahun 1960, suatu perjanjian
internasional telah menetapkan satuan sistem internasional
(International System of Unit) di singkat SI.
Adapun tujuh macam satuan SI diperlihatkan pada besaran pokok
berikut ini

Tabel 2
No. Besaran Simbol Satuan Simbol
Besaran Satuan
1 Panjang S, l, x, y, h,... meter m
2 massa m kilogram kg
3 Waktu t Sekon s
4 Arus listrik Ii Ampere A
5 Suhu T Kelvin K
6 Intensitas I Candela cd
cahaya
7 Jumlah zat Nn mole mol

sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1


3
4) Sistem internasional (SI)
Penggunaan berbagai macam satuan dapat menimbulkan kesulitan,
antara lain
a. Masing-masing negara akan mempunyai berbagai macam alat ukur
sesuai dengan satuan yang digunakan
b. Timbulnya kesulitan dalam mengkonversi satuan satu ke yang lain
dari besaran sejenis

Oleh karena itu timbul kesepakan untuk mengadakan satuan yang


dipakai bersama.

Sistem satuan yang sering dipakai dewasa ini antara lain :


a. Sistem metrik
1) Sistem mks (meter, kilogram, sekon)
2) Sistem cgs (centimeter, gram , sekon)

Dalam sistem metrik terdapat kemudahan karena konversinya


menggunakan sepuluh berpangkat

b. Sistem british (sistem Inggris)


Sistem FPS (foot, pound,sekon)

Dalam uraian selanjutnya, sistem yang digunakan adalah sistem


internasional mks.

5) Penggunaan awalan dalam sistem internasioal


Penulisan hasil pengukuran atau perhitungan di dalam fisika
terkadang tidak praktis karena hasil yang diperoleh terlalu kecil atau
terlalu besar. Oleh karena itu, untuk efektifnya penulisan hasil
pengukuran ditetapkan suatu awalan berdasar bilangan sepuluh
berpangkat.

Penggunaan awalan ini melekat pada penulisan satuan besaran yang


digunakan

sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1


4
Tabel 3
faktor awalan simbol faktor awalan simbol
1018 eksa E 10-18 atto a
1015 peta P 10-15 femto f
1012 tera T 10-12 piko p
109 giga G 10-9 nano n
106 mega M 10-6 mikro
103 kilo k 10-3 milli m
102 hekto h 10-2 centi c
101 deka d 10-1 desi d

6) Notasi Ilmiah
Dalam pengukuran , hasil yang diperoleh terkadang terlalu besar
ataupun terlalu kecil. Supaya penulisan lebih efektif, penulisan dapat
menggunakan sistem sepuluh berpangkat yang dikenal dengan notasi
ilmiah atau bentuk baku.
Secara matematis bentuk baku dinyakan dengan
a x 10n
a = angka hasil pengukuran (1≤ a < 10)
n = bilangan bulat (positif atau negatif)

Soal
1. Isilah konversi awalan satuan berikut
a. 2 km = ........hm = ........m = ........cm = ........mm
b. 5 gr. = ........ kg
c. 10 m3 = ........cm3
d. 500 cc = ........ m3
e. 1000 kg/m3 = ........ gr/cm3
f. 0,045 mm = ........ m
g. 10 kHz = ........ Hz
2. Tulislah hasil pengukuran berikut dalam bentuk baku
a. Massa matahari = 2.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000 kg
b. Massa nyamuk = 0,0000012 kg
c. Massa proton = 0,000 000 000 000 000 000 000 000 00167 kg
d. Lama detak jantung = 0,8 sekon
3.
sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1
5
7) Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang diperoleh dari menggabungkan
dua besaran pokok atau lebih. Dengan demikian satuan besaran turunan
juga nerupakan gabungan satuan besaraan pokok
Besaran ini dapat diperoleh dari mangalikan, membagi, memangkatkan,
atau menarik akar dua besaran pokok atau lebih

8) Dimensi Besaran
Dimensi besaran merupakan cara untuk mengungkapkan suatu besaran
tersusun dari besaran pokoknya.
Dimensi besaran dinyatakan dengan huruf - huruf tertentu dengan diberi
tanda kurung siku [...]( dibaca dimensi dari...)

Tabel 4
No. Besaran Dimensi
1 Panjang L
2 massa M
3 Waktu T
4 Arus listrik I
5 Suhu Θ
6 Intensitas cahaya J
7 Jumlah zat N

Kegunaan dimensi besaran dalam fisika


1) Untuk mengungkapkan kesetaraan atau kesamaan dua besaran
Dua besaran dikatakan setara jika mempunyai dimensi yang sama.
2) Untuk menentukan satuan dari suatu besaran berdasarkan satuan
besaran pokoknya.
3) Untuk membuktikan tepat atau tidaknya sebuah pesamaan secara
fisika

Semua konstanta berupa angka tidak mempunyai dimensi.

sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1


6
Soal
1. Tentukan satuan dan dimensi dari besaran berikut ini
a. Luas d. Percepatan
b. Kecepatan e. Gaya
c. Volume f. Massa jenis

2. Dari besaran- besaran berikut, manakah yang setara?


a. Energi potensial e. Luas permukaan bola
b. Usaha f. Luas segi tiga
c. Energi kinetik g. impuls
d. momentum

3. Selidikilah, persamaan berikut benar atau tidak


1 3
a. Sebuah benda yang bergerak dinyatakan sebagai x  at , dengan
2
x = jarak tempuh benda
a = percepatan benda
t = waktu tempuh

b. Sebuah benda bergerak, mempunyai energi kinetik Ek = ½ mv3


m = massa benda bergerak
v = kecepatan benda bergerak
½ = konstanta tanpa dimensi

c. S = v.t + ½ a.t2, dengan s = jarak tempuh, v = kecepatan, t = waktu


tempuh, dan a = percepatan.

4. Tentukan dimensi dari


a. Gaya berat d. Energi potensial
b. Gaya dorong e. Tekanan
c. Percepatan gravitasi f. Momentun

5. Anggaplah perpindahan benda bergerak dinyatakan dengan persamaan


x = k t4, dengan x = perpindahan, t = waktu tempuh, k = konstanta
yang sesuai. Tentukan dimensi dan satuan dari k!

sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1


7
6. Gaya tarik menarik F antara dua benda bermassa m1 dan m2 yang
berjarak r dinyatakan oleh Newton (dikenal dengan Hukum Gravitasi
m .m
Newton), ditampilkan dengan persamaan F  G 1 2 2 . G disebut
r
konstanta gravitasi universal. Carilah dimensi dan satuan dari G

7. Diketahui periode (waktu untuk satu ayunan) suatu bandul dinyatakan


l
dengan persamaan T  2 g , dengan l = panjang tali , g = percepatan
gravitasi, 2π = besaran tanpa dimensi, T = periode. Buktikan bahwa
persamaan tersebut benar!

8. Sebuah batu diikat pada ujung tali kemudian diputar sehingga bergerak
melingkar beraturan. Gaya tegang tali F, bergantung pada massa batu
m, kelajuan batu v, dan jari jari putaran. Hubungan antara variabel-
variabel tersebut dinyatakan sebagai
F = k.ma.vb.rc
dengan k = konstanta tanpa dimensi. Tentukan nilai a, b, dan c

B. BESARAN SKALAR DAN BESARAN VEKTOR


1) Besaran Skalar
 Besaran yang hanya mempunyai nilai / harga saja
 Besaran yang tidak mempunyai arah / sudut
 Contoh : jarak, massa, waktu, daya, energi, dsb
Jarak antara pendopo balai desa Wirokerten dengan pendopo
SMA 2 Banguntapan adalah 200 meter

2) Besaran Vektor
a) Pengertian
Besaran yang memiliki nilai / harga dan arah
Dengan kata lain besaran yang harus dinyatakan dengan angka dan
arah
Contoh : perpindahan kecepatan, percepatan, gaya, momentum,
dsb.

sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1


8
Ali berpindah dari pendopo balai desa Wirokerten ke pendopo
SMA 2 Banguntapan sejauh 200 meter

b) Penggambaran dan penulisan


1) lambang vektor dapat berupa huruf kapital atau huruf kecil
dengan di cetak tebal atau atau diberi tanda khusus (biasanya
tanda anak panah di atas huruf). Contoh 
Vektor gaya dapat dilambangkan dengan F atau F atau karena
keterbatasan cara penulisan terkadang dituliskan F

.2) penulisan dapat juga menggunakan dua huruf.


Contoh Sebuah benda berpindah dari A ke B, dapat ditulis AB,
atau AB atau AB

3) Penggambaran / diagram vektor


Sebuah besaran vektor dapat digambarkan dengan sebuah anak
panah. Panjang anak panah mewakili nilai vektor dan arah anak
panah mewakili arah besaran vektor yang bersangkutan.

Contoh, sebuah gaya sebesar 20 N dengan arah ke kanan, dapat


digambarkan sebagai
Atau dapat juga di tulis dengan
20 N F = 20 N, 0o

Sebuah motor bergerak ke tenggara dengan kecepatan 60 m/s


60 m/s
Atau dapat juga di tulis dengan
v = 20 N, 315o

4) Dua besaran vektor yang sama


Dua buah besaran vektor dinyatakan sama jika
 Besaran kedua vektor sejenis
 Mempunyai nilai sama
 Mempunyai arah sama

sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1


9
5) Pangkal dan ujung panah vektor
Suatu vektor yang berangkat dari titik A ke titik B dapat ditulis
sebagai vektor AB atau a, dengan
A = titik pangkal vektor
B = ujung vektor

A B
a

6) Arah vektor
Arah vektor dapat diketahui dengan menyebutnya, misal ke
utara, ke tanggara, ke atas, ke kiri, dari rumah ke sekolah dan
sebagainya. Namun ketika sudah melibatkan operasi matematis
vektor, maka arah biasanya dinyatakan dengan sudut.
Kesepakatan yang digunakan
adalah, arah sumbu x positif sesuai
dengan 0o, kemudian berputar
berlawanan dengan putaran jarum
jam konvensional.

7) Vektor bebas
Di dalam vektor bebas dapat
dilakukan pergeseran terhadap
dirinya sendiri, baik segaris kerja
atau sejajar dengan garis kerja,
asalkan besar dan arah vektor
tersebut tidak berubah
Gambar 2
c) Penjumlahan vektor (resultan vektor)
Operasi matematika (penjumlahan dan perkalian) besaran skalar
berbeda dengan besaran vektor. Pada operasi skalar hanya
menggunakan penjumlahan biasa, karena skalar tidak melibatkan
arahnya. Pada operasi vektor, harus melibatkan arahnya, walaupun ada
kemungkinan hasil operasi skalar bisa sama dengan operasi vektor.

Ada beberapa metode operasi penjumlahan vektor

sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1


10
1) Metode poligon (segi banyak)
Aturan yang digunakan :
a) Lukis salah satu vektor (sebut vektor pertama)
b) Lukis vektor kedua, dengan meletakkan pangkal vektor kedua
pada ujung vektor pertama dengan besar dan arah yang tepat
c) Lukis vektor ke tiga, dengan meletakkan pangkal vektor ke tiga
pada ujung vektor kedua
d) Lukis sampai vektor yang terakhir
e) Vektor hasil penjumlahan (di sebut vektor resultan) diperoleh
dengan menghubungkan pangkal vektor pertama ke ujung
vektor terakhir

2) Metode jajaran genjang


Aturan yang digunakan :
a) Lukis vektor pertama dan vektor kedua , dengan pangkal kedua
vektor berimpit
b) Lukis jajaran genjang dengan sisi dari kedua vektor tersebut
(gunakan sifat pergeseran vektor)
c) Vektor resultan adalah diagonal jajaran genjang, dengan titik
pangkal sama dengan titik pangkal kedua vektor tersebut.

Catatan :
Kedua metode di atas cukup membantu secara visual, tetapi
untuk mencari hasilnya harus dibantu dengan mistar (untuk
mencari panjang vektor) dan busur derajat (untuk mencari arah
vektor).

Pengurangan vektor
Pengurangan vektor adalah penjumlahan vektor dengan
lawannya. Contoh

R = A – B sama dengan R = A + (- B)

sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1


11
Soal
1. Perhatikan vektor- vektor berikut ini.
Jika R menyatakan resultan vektor gambarlah dengan metode jajaran
genjang . Gunakan penggaris dan busur derajat untuk menentukan
besar dan arah vektor penjumlahan
a. R = A + B + C + D
b. S = A – B + C – D

2. Dengan metode jajaran genjang,


tentukanlah
a. R = A + B
b. S = A – B
c. T = B - A
Gunakan penggaris dan busur derajat untuk
menentukan besar dan arah vektor penjumlahan

3. Tentukan hasil penjumlahan vektor perpindahan berikut.


a. 4 km ke utara dan 3 km ke utara
b. 6 km ke timur, 7 km ke barat, 8 km ke utara
c. 4 km ke utara, 3 km ke barat

4. Kurangi vektor kedua dengan vektor pertama secara grafis dan


tentukan hasilnya
a. 20 km ke utara, 40 km ke timur
b. 15 km ke utara, 15 km ke selatan
c. 7 km ke selatan, 24 km ke barat

3) Secara matematis
Sebelum kita memulai cara ini, kita akan sedikit pelajari teori
matematis yang mendukung penyelesaian perhitungan.

Teori Phytagoras

sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1


12
sisi _ samping C
cos   
sisi _ miring B
Gambar 3
sisi _ depan D
sisi _ depan D tg  
sin    sisi _ samping C
sisi _ miring B

Aturan Sinus
Pada segitiga sembarang, maka berlaku

P Q R
 
Sin Sin Sin Gambar 4

Bermula dari metode jajaran genjang, seperti gambar di bawah


maka dapat dicari hasil resultan penjumlahan vektor ( besar dan
arahnya), yaitu

Gambar 5

R=A+B

Besarnya vektor resultan R adalah


R A2  B 2  2 ABCos

Arah vektor resultan  dapat di cari dengan


B
sin   sin 
R
dimana
A = besar vektor A R = besar resultan vektor

sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1


13
B = besar vektor B  = sudut yang dibentuk antara A dan B

Catatan :
Karena dalam perhitungan matematis sering melibatkan fungsi
sinus, cosinus, dan tangen, maka sangat dianjurkan untuk
memahami tentang:
 Sudut istimewa
 Penggunaan tabel nilai sin, cos, tg
 Penggunaan kalkulator berkaitan dengan sin, cos, tg.

Soal
1. Dua vektor satu sama lain membentuk sudut 60o. Kedua vektor tersebut
panjangnya 2 satuan dan 3 satuan. Tentukanlah
a. Sketsa resultan kedua vektor tersebut
b. Besar resultan kedua vektor
c. Arah resultan vektor

2. Dua buah vektor a dan b segaris, masing- masing besarnya 10 satuan


dan 4 satuan. Tentukan:
a. Pejumlahan kedua vektor tersebut
b. Pengurangan kedua vektor tersebut

3. Dua buah gaya masing masing besarnya 15 N dan 9 N bertitik


tangkap sama dan saling membentuk sudut 30o. Tentukan
a. Besar resultan kedua gaya tersebut
b. Arah resultan gaya

4. Ada dua vektor a dan b yang mempunyai nilai a dan b dan mengapit
sudut  . Buktikan bahwa
a. Pada  = 1800, besar resultan kedua vektor R = a – b
b. Pada  = 00, besar resultan kedua vektor R = a + b
c. Pada  = 900, besar resultan kedua vektor R  a 2  b 2

4) Penjumlahan vektor secara analisis


 Penguraian (analisis) sebuah vektor

sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1


14
Sebuah vektor bebas v , dapat dianalisis ke dalam sumbu x dan
sumbu y, seperti gambar berikut

Gambar 6

Hasil analisis vektor v pada sumbu x dan sumbu y, memenuhi


kaedah matematis yaitu

Vx  V . cos  Vy
tg 
Vx
V y  V .sin  2
V  Vx  Vy
2

 Penjumlahan beberapa vektor secara analisis


Keunggulan penjumlahan beberapa vektor secara analisis
adalah kemampuan menghitung penjumlahan banyak vektor
sekaligus dengan lebih sederhana, dibandingkan metode yang
lain.

Langkah-langkah penjumlahan ini adalah


1) uraikan masing masing vektor pada sumbu x dan sumbu y
2) jumlahkan masing masing vektor ke dalam masing masing
sumbu
Rx   Vx  V1 x  V2 x  V3 x  V4 x
Ry   Vy  V1 y  V2 y  V3 y  V4 y
3) hitung besar resultan vektor
2 2
R Rx  R y
4) tentukan arah resultan vektor (  )

Ry Ry
tg    arc.tg
Rx Rx
sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1
15
Sebagai contoh, empat buah vektor v1, v2, v3, dan v4 diperlihatkan
seperti gambar berikut. Tentukan v = v1 + v2 + v3 + v4

Untuk mempermudah pembahasan maka ikuti langkah langkah berikut


1) Susunlah vektor vektor seperti gambar 7.b

`
a b
Gambar 7

2) Buatlah tabel pertolongan ( jika perlu)

Vektor Komponen
nama besar sudut vx vy
v1 v1 1 + F1 cos  1 +F1 sin  1
v2 v2 2 - F2 cos  2 +F2 sin  2
v3 v3 3 - F3 cos  3 +F3 sin  3
v4 v4 4 + F4 cos  4 -F4 sin  4
RESULTAN VEKTOR vX= ..... vY= ......

3) Hasil vx dan vy adalah seperti


gambar 8 berikut.

sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1


16
4) Resultan vektor v  vx 2  v y 2

5) Arah resultan vektor v atau disebut


 dapat dicari dengan Gambar 8

vy vy
tg    arc.tg
vx vx

Soal
1. Sebuah vektor gaya F = 10 N bersudut 30o terhadap sumbu x.
Tentukanlah komponen-komponen vektor tersebut pada sumbu x dan
sumbu y.

2. vektor F1 (400 N, 450) dijumlahkan dengan vektor F2 (300 N, 1350).


Tentukanlah :
a. Sketsa resultan vektor tersebut
b. Besar dan arah vektor resultan

3. Sebuah benda ditarik dengan tiga buah gaya yaitu: F1 (60 N, utara) , F2
(80 N, barat), dan F3 (100 N, tenggara). Tentukanalah
a. Sketsa resultan vektor tersebut
b. Besar dan arah vektor resultan

4. Empat buah vektor yang titik tangkapnya berimpit, masing maisng


panjangnya 10 cm, 8 cm, 6 cm, dan 4 cm. Jika vektor pertama sejajar
dengan sumbu x positip dan tiga vektor lainnya membentuk sudut
terhadap vektor pertama sebesar 600 , 1350 , dan 2400 . Tentukanlah :
a. Sketsa resultan vektor tersebut
b. Besar dan arah vektor resultan

5. Pada sebuah benda bekerja empat buah gaya bertutut turut adalah 10 N,
4 N, 1 N, 5 3 dengan arah 600 , 1200 , 1800 , 2700 . tentukan :
a. Sketsa resultan vektor tersebut
b. Besar dan arah vektor resultan
sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1
17
d) Perkalian vektor
1. Perkalian besaran vektor dengan besaran skalar
Sebuah besaran vektor a dikalikan dengan besaran skalar b akan
menghasilkan besaran baru yang bersifat vektor , misal c
c=ba

vektor baru c ini mempunyai arah sama dengan vektor semula a.

Pada peristiwa pembagian, misal besaran vektor d di bagi dengan


besaran skalar e, akan menghasilkan besaran baru yang bersifat
vektor, misal f
1
f  d
e

2. Perkalian vektor menggunakan titik (dot vector)


Sebuah vektor f di kalikan dengan vektor g menggunakan titik, akan
menghasilkan besaran baru yang bersifat skalar, misal h

h=f.g
(dibaca vektor f dot vektor g)

besarnya h dapat dinyatakan dengan

Gambar 9 h = f g cos α

dengan
f = besar vektor f
g = besar vektor g
α = sudut apit terkecil antara kedua vektor
3. Perkalian vektor menggunakan silang (cross vector)
Perkalian silang antara vektor f dengan vektor g akan menghasilkan
besaran baru yang bersifat vektor, misal vektor o.

sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1


18
o=fxg (dibaca vektor f cross vektor g)

besarnya hasil vektor o adalah


0 = f g sin α

Sedangkan arah vektor o dapat dicari


dengan aturan tangan kanan.
“lipatlah ke empat jari tangan
kananmu (menunjukkan arah vektor f
ke vektor g melalui sudut terkecil),
arah ibu jari menyatakan arah vektor
baru hasil perkaian cross vektor”

Gambar 10

Operasi cross mempunyai sifat anti komutatif

mxn =-nxm

Soal
1. Berikut ini gambar vektor a yang mempunyai besar 2
satuan.. Tentukanlah nilai dari :
a. c = 2 a c. D = a/2
b. e = 3 a d. F = ½ a

2. berapakah besar perpindahan s yang telah ditempuh oleh sebuah


kendaraan dengan kecepatan 10 m/s selama 10 s ?

3. Gaya F sebesar 50 N digunakan


untuk menarik peti sehingga
bepindahan 25 m. Jika gaya tarik
membentuk sedut 30o terhadap

sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1 Gambar 11


19
perpindahan, tentukan usaha yang
dilakukan F.

4. Dua vektor masing masing besarnya 8 satuan dan 6 satuan yang saling
mengipit sudut 60o. Tentukanlah besarnya :
a. Perkalian titik kedua vektor b. Perkalian silang kedua vektor

5. Dua vektor masing masing besarnya 8 satuan dan 6 satuan dengan


sudut apit 37o (sin 37 = 0,6). Hitunglah
a. Perkalian titik kedua vektor b. Perkalian silang kedua vektor

C. PENGUKURAN
1. Ketelitian pengukuran
 Pengukuran memegang peranan penting dalam fisika.
Semakin teliti suatu alat ukur, semakin baik pengukurannya karena
akan semakin kecil kesalahannya. Ketelitian merupakan ukuran
ketepatan dalam pengukuran

 Supaya hasil pengukuran menghasilkan ketelitian yang baik


maka:
a. Pengukurannya dilakukan berkali kali
b. Alat ukur yang digunakan harus sesuai dengan obyek yang diukur
c. Alat ukur hendaknyan masih baik
d. Hindari kesalahan karena pengamatan (kesalahan paralaks)

2. Angka Penting
 Perhatikan ilustrasi pengukuran berikut ini
Sebuah batang besi diukur dengan dua buah mistar yang mempunyai
ketelitian berbeda. Tentukan hasil pengukuran dan lebih teliti
manakah alat ukurnya?

sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1


20
Gambar 12

Hasil pengukuran dengan mistar yang atas adalah


Skala / angka pasti : .............
Angka taksiran : .............
Hasil pengukuran : .............

Hasil pengukuran dengan mistar yang bawah adalah


Skala / angka pasti : .............
Angka taksiran : .............
Hasil pengukuran : .............

Jika hasil pengukuran benda yang sama, mempunyai jumlah angka


penting lebih banyak, akan menunjukkan hasil pemngukurannya lebih
teliti.

 Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil


pengukuran

Angka penting harus memiliki :


a. Sejumlah angka pasti
b. Satu angka taksiran

Angka taksiran adalah angka yang diragukan nilainya, karena


diperoleh dari perkiraan penunjukkan alat ukur.

 Aturan angka penting


a. Semua angka bukan nol adalah angka penting
sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1
21
26,2 gr (memiliki 3 angka penting = 2 angka pasti, 1
angka taksiran)
273,5 m (memiliki 4 angka penting = 2 angka pasti, 1
angka taksiran)

b. Angka nol yang terletak diantara angka bukan nol adalah angka
penting
160,375 gr (memiliki 6 angka penting = 5 angka pasti, 1
angka taksiran)
100, 0005 gr (memiliki 7 angka penting = 6 angka pasti, 1
angka taksiran)

c. Untuk bilangan desimal yang lebih kecil dari satu, angka nol yang
terletak disebelah kiri angka bukan nol (baik disebelah kiri atau
sebelah kanan koma desimal) adalah bukan angka penting
0,0062 m (memiliki 2 angka penting = 1 angka pasti, 1
angka taksiran)
0,006 gr (memiliki 1 angka penting = tidak ada angka
pasti, 1 angka taksiran
0,0602 gr (memiliki 3 angka penting = 2 angka pasti, 1
angka taksiran

d. Angka nol yang terletak di deretan akhir sebuah bilangan termasuk


angka penting, kecuali angka sebelum nol diberi tanda khusus
(garis bawah), maka angka selanjutnya (disebelah kanan angka
yang diberi garis bawah) adalah bukan angka penting. Angka yang
diberi garis bawah termasuk angka penting.

1300 m (memiliki 4 angka penting = 3 angka pasti, 1


angka taksiran)
1300 m (memiliki 3 angka penting = 2 angka pasti, 1
angka taksiran
1300 m (memiliki 2 angka penting = 1 angka pasti, 1
angka taksiran

sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1


22
e. Dalam penulisan bilangan yang menggunakan notasi ilmiah
(bentuk baku), yaitu a x 10n, maka a menyatakan jumlah angka
penting bilangan tersebut
1300 m = 1,300 x 103 m (memiliki 4 angka penting)
1300 m = 1,30 x 103 m (memiliki 3 angka penting)
3
1300 m = 1,3 x 10 m (memiliki 2 angka penting)

Catatan : bilangan adalah kumpulan angka

 Bilangan eksak
Bilangan eksak adalah bilangan yang pasti (tidak diragukan nilainya)

Beda bilangan penting dan bilangan eksak


a. Bilangan penting diperoleh dari mengukur, sedang bilangan eksak
diperoleh dari membilang atau menghitung
Contoh
Sekranjang apel setelah dihitung isinya 33 buah
Kertas ini berjumlah 28 lembar

Jadi 33 dan 28 merupakan bilangan eksaks.

b. Pada bilangan penting jumlah angka penting terbatas jumlahnya


sesuai dengan ketelitian alat ukur. Sedangkan bilangan eksak
jumlah angka tidak terbatas jumlahnya.
Contoh
1 buah roti dibagi untuk 3 anak. Berapakah tiap bagian anak ?
Tiap anak dapat 1/3 bagian = 0,3333333333 bagian
0,3333333 tidak berkaitan dengan ketelitian alat.

 Aturan – aturan pembulatan dalam fisika


a. Angka yang lebih besar dari 5 dibulatkan ke atas
Contoh
5,58 gr dibulatkan menjadi 5,60 gr ( 8 dibulatkan ke atas)

b. Angka yang lebih kecil dari 5 dibulatkan ke bawah


Contoh

sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1


23
6,054 cm dibulatkan menjadi 6,050 gr ( 4 dibulatkan ke bawah)

c. Angka yang tepat sama dengan 5


 Dibulatkan ke atas jika angka sebelumnya ganjil
Contoh
5,475 gr dibulatkan menjadi 5,480 gr ( 5 dibulatkan ke atas)

 Dibulatkan ke bawah jika angka sebelumnya genap


Contoh
5,485 gr dibulatkan menjadi 5,480 gr ( 5 dibulatkan ke
bawah)

 Aturan-aturan berhitung yang melibatkan angka penting


a. Hasil penjumlahan dan pengurangan bilangan penting hanya boleh
mengandung satu angka yang diragukan

Soal
1. hasil pengukuran dua buah pita adalah 6,48 m dan 18,2 m. Berapakah
panjang keseluruhan pita tersebut ?

2. Andi beratnya 452 N. Sambil menggendong adiknya, Andi menimbang


dan didapatkan hasil 600 N. Berapakah berat adinya?

3. X = 2208 m + 282 m + 3224 m, tentukanlah X

4. Y = 5872 kg – 72 kg. Tentukanlah Y

b. Hasil perkalian atau pembagian bilangan-bilangan penting hanya


boleh memiliki angka penting sebanyak salah satu bilangan
penting yang memiliki angka penting paling sedikit

Soal
1. Jika a = 3,22 cm dan b = 2,1 cm
Tentukan
sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1
24
a) d = a x b b) e = a / b

2. a. Tentukan luas dari gambar a berikut


b. jika jari jari lingkaran tabung gambar b
3,23 cm dan tinggi tabung 5,3 cm,
tentukanlah
a. luas dasar tabung Gambar 13
b. volume tabung

3. Tentukan volume sebuah benda dengan panjang = 2,3 cm, lebar = 3 cm


dan tebal 1,005 cm

c. Hasil perkalian dan pembagian bilangan penting dengan bilangan


eksak atau sebaliknya, memiliki angka penting sebanyak bilangan
penting tersebut.

Soal
1. Hitunglah
a. X = 1824 cm x 12
b. Y = 1824 cm : 12

2. Tebal sebuah batu bata 20,2 cm . tentukanlah tinggi tumpukan 30 batu


bata.

3. Tebal sebuah buku yang terdiri dari 100 lembar kertas adalah 2,68 cm.
Tentukan tebal tiap lembar kertas tersebut

4. Radius sebuah bola pejal 5 cm. Hitunglah luas dan volume permukaan
bola tersebut

d. Hasil memangkatkan suatu bilangan penting memiliki jumlah


angka penting yang sama dengan bilangan penting yang
dipangkatkan

sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1


25
e. Hasil penarikan akar suatu bilangan penting memiliki jumlah angka
penting yang sama dengan bilangan penting yang ditarik akarnya

Soal
1. Hitunglah
a. A = (25 cm) 2
b. B = (25 cm)3

2. Hitunglah
a. C = 225m 2 c. E = 3
68m 3

b. D = 501m 2

D. Jangka Sorong dan Mikrometer Sekrup


1. Jangka sorong
 Bagian – bagian jangka sorong

Gambar 14

Keterangan :
1. Rahang tetap
2. Rahang bergerak
sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1
26
3. Skala utama
4. Skala nonius
5. Mur pengunci
6. Rahang pengukur dalam
7. Rahang pengulur tebal
8. Batang pengukur tinggi / dalam

 Manfaat jangka sorong


1. Mengukur panjang bidang luar
2. Mengukur panjang bidang dalam
3. Mengukur kedalaman / tinggi

 Mengukur dengan jangka sorong


Cara menentukan hasil pengukuran :
X = (SU + (SN x ketelitian alat) ) mm
dengan :
X = hasil pengukuran (mm)
SU = skala terbaca pada rahang tetap (pada skala utama),
disebelah kiri angka nol skala nonius
SN = skala terbaca pada rahang geser (skala nonius), pada
guratan dimana skala utama dan skala nonius berimpit
Soal
Tentukan hasil pengukuran jangka sorong berikut ini :

a c

sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1


27
b d

Gambar 15

2. Mikrometer Sekrup
 Mikrometer sekrup adalah alat pengukur panjang yang bersifat
khusus, untuk menentukan tebal plat, diameter luar, atau panjang
suatu bagian

 Bagian – bagian mikrometer sekrup


1. Rahang tetap
2. Rahang geser
3. Kunci
4. Skala utama
5. Skala nonius
6. Pemutar
7. Roda bergerigi / rachet Gambar 16

 Dasar kerja mikrometer sekrup


Skala utama
Skala utama dalam satuan mm
Tiap 1 mm terdapat skala tengahan
Tiap 5 mm diberi angka penunjukkan

Skala nonius
Skala nonius berbentuk lingkaran penuh yang dapat diputar sehingga
bergerak maju (diputar ke kanan) atau mundur (diputar ke kiri)
Skala nonius terdapat 50 skala ( dari 0 sampai 50)
Jika sarung pemutar diputar satu putaran penuh , maka rahang akan
bergerak sejauh 0,5 mm
sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1
28
Ketelitian alat
1 putaran penuh ditempuh 50 SN
1 putaran penuh , rahang bergerak 0,5 mm
Jadi 50 SN = 0,5 mm
1 SN = (0,5 / 50 ) mm
1 SN = 0,01 mm\

1 skala nonius mewakili 0,01 mm, inilah yang dijadikan sebagai


batas ketelitian mikrometer sekrup

 Cara menggunakan mikrometer sekrup


Cara memegang mikrometer sekrup dengan tangan kanan, dan
usahakan skala pada posisi yang mudah terbaca.
Bingkai mikrometer ditahan oleh telapak tangan dan jari kelingking

Benda yang akan diukur dipegang dengan tangan kiri

Sebelum memutar sarung pengukur yakinkan kunci dalam keadaan


terbuka. Ibu jari dan telunjuk tangan kanan memutar sarung
pengukur pada gigi rachetnya.
Jika terdengar bunyi “klik” pada gigi rachet, hentikan pemutaran.

 Mengukur dengan mikrometer sekrup


Cara menentukan hasil pengukuran :
X = (SU + (SN x ketelitian alat) ) mm

dengan :
X = hasil pengukuran (mm)
SU = skala terbaca pada rahang tetap (pada skala utama),
disebelah kiri selubung skala nonius
SN = skala terbaca pada rahang putar (skala nonius), yaitu
guratan skala pada selubung yang segaris dengan garis
mendatar pada skala utama.

sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1


29
Soal
Tentukan hasil pengukuran mikrometer sekrup berikut ini :

a c

b d

\
Gambar 17

sma n 2 banguntapan, Fisika X sem 1


30

Anda mungkin juga menyukai