Laporan PKL Pengawasan K3 Mekanik Dan Konstruksi Bangunan 2
Laporan PKL Pengawasan K3 Mekanik Dan Konstruksi Bangunan 2
NAMA KELOMPOK :
1. ___________________________
2. ___________________________
3. ___________________________
4.____________________________
PENYELENGGARA :
PT. PRIME SAFETY INDONESIA & KEMENAKERTRANS R.I
17 – 29 September 2012
PUSAT K3 HIPERKES, CEMPAKA PUTIH, JAKARTA
Kelompok I Page 1
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 3
B. Maksud dan Tujuan....................................................................................... 4
C. Ruang Lingkup ............................................................................................. 4
D. Dasar Hukum................................................................................................ 4
Kelompok I Page 2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya setiap tenaga kerja maupun perusahaan tidak ada yang
mengehendaki terjadinya kecelakaan. Hal tersebut merupakan naluri yang wajar dan
bersifat universal bagi setiap mahluk hidup di dunia. Namun karena adanya perbedaan
status sosial antara tenaga kerja dengan pengusaha sebagai pemberi kerja dalam
melakukan hubungan kerja terutama pada saat melakukan kontrak perikatan dan hal-hal
lain selama berlangsungnya hubungan kerja maka diperlukan interfensi pemerintah untuk
memberikan batas minimal yang harus dipenuhi dalam persyaratan K3. Batas minimal
atau persyaratan minimal tersebut dituangkan dalam Undang-Undang Keselamatan Kerja
No. Tahun 1970.
Pada tahapan pelaksanaan jasa konstruksi bangunan mempunyai ciri-ciri tempat
kerja proyek terbuka dan tertutup dan mempunyai konstruksi panas, dingin, lembab,
kering angin kencang serta berdebu dan kotor. Pada pelaksanaan jasa konstruksi
bangunan menggunakan tenaga kerja sebagai berikut: musiman atau tidak tetap
pendidikan rendah, pengetahuan K3 sangat kurang dan fasilitas yang sangat terbatas.
Kecelakaan kerja pada pelaksanaan bangunan jasa konstruksi yaitu kejatuhan benda,
tergelincir, terpukul terkena benda tajam, jatuh dari ketinggian, tersengat listrik dan bahaya
ledakan.
Dalam industrialisasi penggunaan peralatan mekanik semakin meningkat baik
jumlah maupun jenisnya potensi bahya akan lebih besar akibat penggunaan peralatan
mekanik, kenyataan dilapangan banyak peralatan yang tidak stadar dan tidak layak
dioperasikan, tenaga kerja atau operator belim mengenal atau memahami K3 Mekanik.
Adapun faktor lain tidak optimalnya pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan
dibidang mekanik, sehingga banyak sumber-sumber bahaya mekanis yang tidak terpantau
yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja pada tenaga kerja yang dipekerjakan.
C. Ruang Lingkup
Laporan Praktek Kerja Lapangan ini mencakup, sebagai berikut:
I. Pengawasan K3 di Bidang Konstruksi Bangunan.
II. Pengawasan K3 di Bidang Mekanik.
Kelompok I Page 3
D. Dasar Hukum
Umum:
1. Undang - Undang Dasar 1945, pasal 27 ayat (2) - setiap Warga Negara berhak
mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak.
2. Undang - Undang No. 1 Tahun 1970 - Keselamatan Kerja (Lembar Negara
Republik Indonesia Nomor 1, Tambahan Lembar Negara Tahun 1918).
3. Undang - Undang No. 13 Tahun 2003 pasal 87 - Tentang Ketenaga Kerjaan.
Bidang K3 Mekanik.
1. Undang - Undang No. 1 Tahun 1970 pasal (2) ayat 2 - Tentang Keselamatan Kerja,
pada umumnya kegiatan tersebut menggunakan peralatan mekanik.
2. Undang - Undang No. 1 Tahun 1970 pasal (3) ayat 1 - Tentang pelaksanaannya
yang mengatur secara tehnik dan administrasi.
3. Peraturan Mentri No. 04/MEN/1985 - Tentang pesawat tenaga dan produksi,
pesawat angakat angkut.
4. Peraturan Mentri No. 01/MEN/1989 - Tentang klasifikasi dan syarat-syarat operator
kren angkat.
BAB 2
KONDISI
Kelompok I Page 4
sehingga dalam penanganan suatu masalah yang berkaitan dengan dana harus
menunggu keputusan dari Direksi.
B. Temuan
Metode pencarian data untuk mengumpulkan informasi K3 Mekanik dan Konstruksi
Bangunan di PT. XXXXX adalah:
Briefing / Induction oleh pihak perusahaan.
Survey ke lokasi secara langsung sehingga bisa didapatkan data secara visual.
Tanya jawab dengan pihak Kepala Mekanik sekaligus yang menangani K3 dan ikut
mendampingi selama kunjungan.
Dengan waktu yang sangat terbatas pengumpulan data kurang maksimal pada masing -
masing proses dalam pengamatan secara visual dan tanya jawab. Namun team berusaha
semaksimal mungkin untuk bisa menangkap gambaran proses dan pengamatan temuan -
temuan baik yang bersifat positif maupun negatif, dalam rangka memberikan proses
pembelajaran dan feedback pada perusahaan yang dikunjungi.
Kelompok I Page 5
I. Temuan negatif tanpa menggunakan APD di area kerja.
1. Ditemukan pekerja yang sedang menggerinda, memotong dan mengelas
plat tanpa menggunakan APD.
Gambar penggerindaan, memotong, dan mengelas plat tanpa menggunakan helm, kacamata las, masker,
baju apron dan safety shoes.
Gambar pekerja yang mengecat tanpa menggunakan helm, masker, dan safety shoes
Gambar pekerja yang mengangkat matrial tanpa menggunakan helm, masker, dan safety
shoes
Kelompok I Page 6
4. Ditemukan pekerja yang sedang melakukan pengelasan diketinggian tanpa
menggunakan alat perancah dan APD
Gambar pekerja yang bekerja diketinggian dan melakukan pengelasan tanpa menggunakan
scafolding, safety full body harnes, helm, kacamata las, masker,baju apron dan safety shoes
Gambar pengawas yang mengawasi pekerjaan yang ada dipabrik tanpa menggunakan
helm, safety shoes dan masker.
Gambar dinding bangunan dan atap pabrik yang rusak potensi bahaya bila hujan rawan konsleting pada
panel-panel sambungan listrik serta korosif pada material bangunan didalamnya.
Kelompok I Page 7
2. Conveyor untuk memasukan material dari truck dan lori tidak terdapat
pembatas yang baik.
Gambar conveyor yang tidak ada pagar pengaman potensi bahaya karena operator banyak
aktifitas bekerja disekitar conveyor untuk melakukan pembersihan dan pengecekan.
3. Listik yang menyatu dengan bangunan dan tidak dilakukan isolasi dengan
baik.
Gambar
instalasi listrik yang terpasang di dinding dan tiang bangunan tanpa isolasi berdekatan dengan
bahan bakar serta diareal aktifitas kerja potensi bahaya karyawan bisa tersengat listrik dan rawan
terjadi kebakaran.
4. Rantai mesin yang tidak terdapat penutup bagian dari mesin produksi yang
Kelompok I Page 8
Gambar roda gigi dan rantai mesin yang tidak mempunyai cungkup pengaman berpotensi
karyawan terjepit dan tergilas roda gigi.
Gambar kawat sling yang tidak tertata dengan rapi pada crane potensi bahaya bisa
tersangkut dimesin.
Gambar penempatan bekas material bongkaran tidak ditempatkan pada areal khusus dan
berpotensi bahaya tersandung, tertusuk dan terbentur pada kepala.
Kelompok I Page 9
7. Prasarana perbaikan konstruksi yang tidak standar.
Gambar penempatan perlengkapan tabung las yang tidak standar dan regulator yang rusak
tidak diganti berpotensi terjadi ledakan karena berdekatan dengan panel listrik serta posisi tabung
tertidur.
Gambar Pengangkatan material pipa besar yang tidak diberi baricade pengaman dan
membiarkan karyawan lain bekerja dibawahnya.
Kelompok I Page 10
BAB 3
ANALISA
Kelompok I Page 11
diketinggian dibuatkan JSA, 11/M/B/1997
tanpa APD SOP dan IK
tentang pekerjaan
pengelasan di
ketinggian.
Kelompok I Page 12
Rantai mesin Berpotensi Dibuatkan cover alat Permen No.
yang tidak karyawan terjepit pengaman rantai 01/Men/1980
terdapat penutup dan tergilas roda mesin yang berputar Pasal 42 ayat (1)
bagian dari gigi. dan gigi roda yang dan (2).
mesin produksi berputar serta Permen No.
4 yang juga tidak dibuatkan pagar 04/Men/1985
terdapat tutup pengaman. Pasal 1 point (o)
pengaman roda & (p).
berputar. Permen No.
05/Men/1985
Pasal 11
Bagian crane potensi bahaya bisa kawat sling yang Permen No.
untuk kawat tersangkut dimesin. tidak tertata dengan 01/Men/1980
seling tidak ada rapi pada crane Pasal 30.
5
pengaman. sesuai dengan Permen No.
standart SWL 05/Men/1985
Pasal 12.
Penempatan Berpotensi bahaya Dibuatkan tempat Permen No.
material bekas tersandung, tertusuk khusus untuk 01/Men/1980
bongkaran dan terbentur pada material-material Pasal 6.
bangunan kepala. yang tidak
6 ditempatkan digunakan kembali,
tidak pada area atau langsung
khusus namun dibuang.
terdapat didalam
area pabrik.
Prasarana Berpotensi terjadi Untuk penempatan Permen no.
perbaikan ledakan karena alat-alat di 01/MEN/1980
konstruksi , berdekatan dengan tempatkan pada pasal 42 ayat (1)
7 tabung las , panel listrik serta suatu tempat
blender posisi tabung khusus sesuai
pemotong yang tertidur. peruntukannya dan
tidak standar. diberi label.
Pengangkatan Kejatuhan material Saat melakukan Permen No.
material dari atas. perkerjaan, area 01/Men/1980
konstruksi pipa tersebut diberikan Pasal 31.
tanpa di pengaman agar
bericade orang lain tidak
8
/pembatas dan masuk area
membiarkan tersebut.
orang lain
bekerja
dibawahnya.
Kelompok I Page 13
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. PT. XXXXX telah memiliki seorang pegawai K3 yang sekaligus merangkap
sebagai Kepala Mekanik namun dalam pelaksanaannya K3 ditempat ini tidak
berjalan dengan semestinya. Belum sesuai dengan Undang-Udang No. 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 2c, 2k, 2l dan Pasal 3.
2. Beberapa komponen mesin telah menggunakan autometic STOP sebagai
bagian dari implementasi K3 Mesin namun banyak unsur dari mesin yang
belum memenuhi stadard keselamatan maupun keamanan mesin seperti
rantai mesin dan roda gigi berputar belum ada cungkup pengamannya.
3. Banyak ditemukan budaya kerja yang tidak aman dalam pelaporan ini
khusunya Unsafe Act dari pekerja itu sendiri serta ditunjang dengan kondisi
yang ada, menyebabkan sangat kompleksnya permasalahan penerapan K3.
Unsur orang lain yang tidak terlibat dalam pekerjaan juga masuk dalam
lingkungan pekerjaan yang mempunyai banyak potensi bahaya, banyak
tenaga kerja yang tidak menggunakan APD karena kurangnya kesadaran
akan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
4. Untuk pelaksanaan konstruksi belum memenuhi stadar K3 sebagaimana
yang distadarkan dalam Permenaker No. 01/Men/1980 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan dan SK Besarama
Menaker No. 174/Men/1986 dan No. 104/Kpts/1986.
B. SARAN
1. Memang tidak mudah untuk menerapkan K3 di PT. XXXXX namun hal ini
sekiranya dapat dicoba untuk dimulai dari hal yang terkecil kesadaran
penggunaan APD saat bekerja, sehingga budaya K3 bukan hanya sebagai
semboyan dan simbol semata.
2. Sebaiknya segera diaplikasikan sistem manajemen K3 di PT. XXXXX sesuai
yang diwajibkan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 10 dan
Permenaker No. 05/Men/1996 Tentang penerapan Sistem Manajemen K3 di
Perusahaan.
3. Temuan dan rekomendasi yang terdapat dalam Karya Tulis ini bisa
menjadikan masukan kepada pihak management PT. XXXXX bahwa K3
perlu dilakukan karena dalam rekomendasi ini, pemerintah telah mewajibkan
lewat Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 05, 20, 27 ayat (2), Undang-
Undang Ketenaga Kerjaan pasal 86, 87 paragraf 5, Undang-Undang No. 1
Tahun 1970 dan Peraturan pelaksana lainnya yang menjamin karyawan
harus dilindungi oleh perusahaan untuk Keselamatan dan Kesehatan
Kerjannya.
Kelompok I Page 14