Henoch-Schönlein Purpura
Ker
Pembimbing:
dr. Roestanti
oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT HUSADA
PERIODE 11 MARET 2013-18 MEI 2013
1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
JL. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk-Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RUMAH SAKIT : RS HUSADA
IDENTITAS PASIEN
Ayah
2
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : Rp.6.000.000,-/bulan
Ibu
Nama lengkap : Ny. PPA
Umur : 27 tahun
Suku bangsa : Indonesia
Alamat : Tanah Pasir No.54 RT006/RW007
Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara 14440
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Penghasilan :-
RIWAYAT PENYAKIT
Autoanamnesis & alloanamnesis Ibu OS pada tanggal 20 Maret 2013, pukul 02.00
Keluhan Utama : Sakit perut sejak 6 hari SMRS
Keluhan Tambahan :-
Riwayat perjalanan penyakit :
OS sakit perut sejak 6 hari SMRS, sakit yang dirasakan terutama di daerah ulu hati,
dan sakitnya hilang timbul. OS juga mengeluh mual, tidak ada muntah, tidak ada
demam. Batuk dan pilek disangkal OS. BAB terakhir konsistensinya keras, warna
kecoklatan, tidak ada lendir, busa, maupun darah. BAK tidak ada keluhan. OS
mengaku nafsu makan menurun, dan riwayat makan tidak teratur, punya riwayat
maag.
4 hari SMRS, OS menceritakan timbul ruam-ruam kemerahan di kedua kaki, dan
daerah sekitar kemaluan. Ruam-ruam kemerahan tersebut dapat diraba dan awalnya
sebesar gigitan nyamuk berubah menyatu menjadi ukuran yang bervariasi sebesar biji
jagung sampai sebesar koin 100 Rupiah. Ruam-ruam kemerahan berubah menjadi lesi
yang berwarna kecoklatan. Ibu OS mengatakan OS tidak punya alergi terhadap obat
ataupun makanan.
Sebelum datang ke RS Husada, OS dirawat selama 4 hari di RS Atmajaya karena
keluhan yang sama, namun tidak ada perbaikan.
3
Difteri (-) Cacingan (-)
Morbili (-) Alergi (-)
Parotitis (-) Kecelakaan (-)
Demam berdarah (-) Operasi (-)
Demam tifoid (-) Lain-lain (-)
Alergi √
Asma √
Tuberkulosis √
Hipertensi √
Diabetes √
Kejang Demam √
Epilepsy √
Ayah Ibu
32thn 27thn
OS
2thn
7thn
DATA KELUARGA
AYAH/WALI IBU/WALI
Perkawinan ke 1 1
4
Keadaan Kesehatan/ Sehat Sehat
Penyakit bila ada
Kehamilan
Kelahiran
Keadaan bayi
5
Kurva Lubchenko
6
Kesan : Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan (NCBSMK)
RIWAYAT PERTUMBUHAN
7 tahun 21 kg
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi pertama : 8 bulan
Psikomotor:
Tengkurap : 3 bulan
Duduk : 6 bulan
Merangkak : 8 bulan
Berdiri : 9 bulan
Berjalan : 11 bulan
Berbicara : 10 bulan
Pasien sekarang duduk di kelas 2 SD dan tidak pernah tinggal kelas.
Kesan: Riwayat perkembangan sesuai dengan usia.
RIWAYAT IMUNISASI
Imunisasi Dasar
0 1 2 3 4 5 6 9 12 18 2 3 5
BCG I
DPT I II III
Hepatitis B I II III
Campak I
Non-PPI / Dianjurkan
7
Vaksin Usia
Hepatitis A - - - -
HiB - - - -
Typhim - - - -
MMR - - - -
Varicela - - - -
Pneumokokus - - - -
RIWAYAT MAKANAN
0-4 bl ASI ad
libitum on
demand
8
bl 2x200 cc Apel 2x/hari mangkuk kecil
3x/hari
DATA PERUMAHAN
Kepemilikan Rumah : Milik orangtua pasien
Keadaan Rumah : 1 rumah ditinggali 4 orang ( ayah, ibu, os, adik os), terdiri dari
3 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur, 1 ruang tamu berfungsi
juga sebagai ruang keluarga.
Ventilasi : terdapat 1 jendela di masing-masing kamar, 1 jendela di ruang
tamu sehingga sinar matahari dapat masuk ke rumah dan kamar
depan, 2 jendela di dapur. Terdapat lubang udara di atas tiap
pintu sebagai tempat pertukaran udara.
Cahaya : sinar matahari dapat masuk ke ruang tamu dan kamar.
Terdapat lampu dengan sinar putih di setiap kamar tidur.
Keadaan Lingkungan : Selokan depan rumah lancar, rumah berdempetan dengan
rumah tetangga, sanitasi lingkungan baik.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal : 20 Maret 2013 Jam : 02.00
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital:
Tekanan darah :100/70mmHg
Frekuensi nadi : 80x/menit
Frekuensi napas : 24x/menit
9
Suhu tubuh : 36,8°C
Data Antropometri
Berat badan : 21kg
Tinggi badan : 120cm
10
PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Kepala : Bentuk dan ukuran normocephali, rambut hitam, distribusi
merata, tidak mudah dicabut.
Mata : Bentuk tidak ada kelainan, kedudukan kedua bola mata
simetris, palpebra inferior kanan dan kiri tidak cekung,
konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, kornea kanan dan kiri
jernih, pupil kanan dan kiri bulat simetris (2,5mm/2,5mm),
refleks cahaya +/+.
Telinga : Normotia, MAE kanan dan kiri lapang, serumen -/-
Hidung : Bentuk tidak ada kelainan, septum deviasi (-), sekret (-), napas
cuping hidung (-)
Bibir : Mukosa bibir tidak pucat dan tidak kering, sianosis (-)
Gigi geligi : Gigi geligi utuh, caries (-)
Mulut : Bentuk tidak ada kelainan, mukosa pipi tidak pucat dan tidak
kotor
Lidah : Bentuk dan ukuran normal, tidak kotor
Tonsil : T1-T1 tidak hiperemis
Faring : Tidak tampak hiperemis, uvula di tengah
Leher : Bentuk tidak ada kelainan, KGB tidak teraba membesar.
Thoraks :
Paru :
Inspeksi : Bentuk normal, simetris dalam keadaan statis dan
dinamis, retraksi sela iga (-)
Palpasi : Fremitus taktil simetris kanan dan kiri.
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing(-/-)
Jantung :
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I-II normal, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Datar, tidak tampak gambaran vena, tidak tampak
gerakan peristaltik usus
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan(+)
epigastrium
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
11
palpable purpura, makula kecoklatan berukuran miliar-
numular di kedua ekstremitas inferior dan daerah sekitar
genitalia
Pemeriksaan neurologis : Gerak normal, refleks fisiologis normal
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
20 Maret 2013
HEMATOLOGI
MCV 78 fl 80-100
MCH 27 pg 26-34
MCHC 35 % 32-36
HITUNG JENIS
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 1 % 1-3
Batang 0* % 2-6
Monosit 4 % 2-8
KIMIA KLINIK
ELEKTROLIT
12
Kalium 4,10 mmol/L 3,60-5,80
URINALISA
Kejernihan jernih
pH 6
SEDIMEN URIN
Silinder
Granular 0 /LPK
Hyalin 0 /LPK
Trichomonas Negatif
Jamur Negatif
13
LAIN-LAIN
FESES
MAKROSKOPIS
Warna coklat
Konsistensi padat
MIKROSKOPIS
Eritrosit 0
Leukosit 0
E. coli Negatif
E. hystolitica Negatif
Telur cacing
Ascaris Negatif
Ankylostoma Negatif
Trichuris Negatif
Oxyuris Negatif
PENCERNAAN
IMMUNOLOGI
14
IgM H. pylori Positif 1,28 Negatif ≤ 0,90
Borderline 0,91-0,99
Positif ≥1,00
RINGKASAN
Anak perempuan usia 7 tahun 7 bulan datang ke RS dengan keluhan nyeri epigastrium
sejak 6 hari SMRS. OS juga mengeluh nausea, tidak ada vomitus, tidak ada febris.
BAB terakhir konsistensinya keras, warna kecoklatan, tidak ada lendir, busa, maupun
darah. BAK tidak ada keluhan. OS mengaku nafsu makan menurun, dan riwayat
makan tidak teratur, punya riwayat maag.
4 hari SMRS, OS menceritakan timbul ruam-ruam makula eritematosa yang berubah
menjadi palpable purpura di kedua kaki, dan daerah sekitar kemaluan. Palpable
purpura ada yang berkonfluens dan ukurannya bervariasi dari miliar sampai numular,
dan berubah menjadi lesi makula kecoklatan. Riwayat alergi disangkal. Riwayat
dirawat selama 4 hari di RS Atmajaya karena keluhan yang sama, namun tidak ada
perbaikan.
DIAGNOSIS KERJA
Henoch-Schönlein Purpura
DIAGNOSIS BANDING
15
Akut abdomen
PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungtionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
PENATALAKSAAN
Non Medikamentosa :
Tirah baring
Diet lunak (1680kal/hari)
Medikamentosa :
Terapi cairan
o Maintenance : KAEN-3B 1520mL/24jam
Esomeprazole p.o 1x10mg
Ranitidine i.v 2x50mg
Ondancetrone i.v 3x5mg
Ceftriaxone drip 1x1gr
Methylprednisolone i.v 3x40mg
EDUKASI
16
FOLLOW UP
Kamis, 21 Maret 2013
S: nyeri perut yang hilang timbul, mual (+), ruam-ruam kemerahan pada kaki dan
kemaluan, nyeri sendi dengkul dan kaki
O: TD: 110/70mmHg N: 90x/menit S: 36,80C RR: 24x/menit
Mata : CA-/-, SI-/-
C/P : BJ I&II regular, m(-), g(-), vesikuler, rh-/-, wh-/-
Abdomen : nyeri tekan (+) epigastrium, supel, timpani, BU (+)
Extremitas : akral hangat, edema (-), nyeri (+)
Kulit : ruam-ruam makula eritematosa menjadi palpable purpura,
makula kecoklatan berukuran miliar-numular di kedua ekstremitas inferior dan daerah
sekitar genitalia
17
Tidak tampak ascites maupun efusi pleura.
KESAN:
18
Jamur : Negatif LAIN-LAIN
Lain-lain : Negatif Urobilinogen : 0,2EU/dl
A: perbaikan Henoch-Schönlein Purpura
P: terapi lanjut
19
Kontrol
TINJAUAN PUSTAKA
Henoch-Schönlein Purpura
BAB 1
PENDAHULUAN
20
gagal ginjal progresif, dimana timbul pada 1-2% pasien.
BAB 2
PEMBAHASAN
Definisi
Sementara pada Nelson Text book of Pediatrics disebutkan bahwa HSP adalah
vaskulitis pembuluh darah kecil yang memiliki kekhasan, adanya purpura, arthritis,
nyeri abdomen, dan glomerulonefritis, sehingga dapat berupa manifestasi nya HSP
nefritis dan Ig A nefropati.
21
Dua tambahan keadaan kriteria telah disarankan untuk diagnosis HSP.
Helander et al mengajukan bahwa tiga atau lebih dari keadaan berikut ini:
Etiologi
22
dan mesangium renal. HSP adalah suatu kelainan yang hampir selalu terkait dengan
kelainan pada IgA1 daripada IgA2.
Epidemiologi
Penyakit ini terutama terdapat pada anak umur 2 – 15 tahun (usia anak sekolah)
dengan puncaknya pada umur 4–7 tahun. Terdapat lebih banyak pada anak laki–laki
dibanding anak perempuan (1,5 : 1).5,6
Patogenesis
23
Inflamasi dinding pembuluh darah kecil merupakan manifestasi utama penyakit
ini. Bila pembuluh darah yang terkena adalah kulit, maka terjadi ekstravasasi darah ke
jaringan sekitar, yang terlihat sebagai purpura. Namun purpura pada HSP adalah khas,
karena batas purpura dapat teraba pada palpasi. Bila yang terkena adalah pembuluh
darah traktus gastrointestinal, maka dapat terjadi iskemia yang menyebabkan nyeri
atau kram perut. Kadang, dapat menyebabkan distensi abdomen, buang air besar
berdarah, intususepsi, maupun perforasi yang membutuhkan penanganan segera.
Gejala gastrointestinal umumnya banyak ditemui pada fase akut dan kemungkinan
mendahului gejala lainnya seperti bercak kemerahan pada kulit.
Etiologi dari HSP tidak diketahui tetapi melibatkan deposisi vaskular dari
kompleks immune IgA. Lebih spesifik lagi, kompleks imun terdiri dari IgA1 dan
IgA2 dan diproduksi lagi oleh limfosit peripheral B. Kompleks ini seringkali
terbentuk sebagai respon terhadap faktor penimbul. Kompleks sirkulasi menjadi tidak
terlarut, disimpan didalam dinding pembuluh darah kecil (arteri, kapiler, venula) dan
komplement aktivasi, lebih banyak sebagai jalur alternative (didasarkan kehadiran
dari C3 dan properdin serta ketiadaan komponen awal pada kebanyakan biopsi).
Terjadi deposisi kompleks imun IgA pada dinding pembuluh darah kecil. Lebih
spesifik, yaitu kompleks IgA-1 kompleks imun (IgA1-C). Pada keadaan normal,
IgA1-C dibersihkan oleh hepatosit melalui reseptor asialoglikoprotein yang akan
berikatan dengan rantai oligosakarida dari fragmen IgA1-C. Pada pemeriksaan serum,
kadar IgA1-C lebih tinggi pada pasien HSP dengan gejala klinis keterlibatan ginjal
daripada mereka yang tanpa keterlibatan ginjal.
24
ini akan mengakibatkan ekstravasasi dari eritrosit akan perdarahan dari organ yang
dipengaruhi dan bermanifestasi secara histologis sevagai vaskulitis leukocytoclastic.
Sama banyaknya dengan 50% kejadian yang timbul pada pasien pediatrik
menampakkan URI, dan studi terbaru pada dewasa mendemonstrasikan bahwa 40%
pasien mempunyai URI terdahulu. Beberapa agen berimplikasi, termasuk group A
streptococci, varicella, hepatitis B, Epstein-Barr virus, parvovirus B19, Mycoplasma,
Campylobacter, dan Yersinia. Lebih jarang, faktor lain telah dikaitkan dengan dengan
agen penimbul dalam perkembangan HSP. Hal tersebut meliputi obat, makanan,
kehamilan, demam mediterania familial, dan paparan di udara yang dingin. HSP juga
telah dilaporkan pada kelanjutan vaksinasi untuk typhoid, campak, demam kuning dan
kolera.
25
Patogenesis spesifik HSP tidaK diketahui, pasien dengan HSP mempunyai
fruekuensi signifikan yang lebih tinggi akan HLA-DRB1*07 daripada kontrol
geografis. Peningkatan konsentrasi serum dari sitokin tumor necrosis factor-α (TNFα)
dan interleukin (IL)-6 telah diidentifikasi dalam penyakit yang aktif.Teknik
Immunofluorescence menunjukkan deposisi dari IgA dan C3 dalam pembuluh darah
kecil dikulit dan glomeruli renal, tetapi peranan aktivasi komplemen tetap
kontroversial.2,4
Diagnosis
Kriteria Definisi
Manifestasi Klinis
26
HSP biasanya muncul dengan trias berupa ruam purpura pada ekstremitas
bawah, nyeri abdomen atau kelainan ginjal dan artritis. Namun trias tidak selalu ada,
sehingga seringkali mengarahkan kepada diagnosis yang tidak tepat.
Purpura terutama terdapat pada kulit yang sering terkena tekanan (pressure-
bearing surfaces). Kelainan kulit ini ditemukan pada 100% kasus dan merupakan
50% keluhan penderita pada waktu berobat. Kelainan kulit dapat pula ditemukan pada
wajah dan tubuh. Kelainan pada kulit dapat disertai rasa gatal. Pada bentuk yang tidak
klasik, kelainan kulit yang ada dapat berupa vesikel hingga menyerupai eritema
multiform. Kelainan akut pada kulit ini dapat berlangsung beberapa minggu dan
menghilang, tetapi dapat pula rekuren. Edema skrotum juga dapat terjadi dan
gejalanya mirip dengan torsio testis. Gejala prodromal dapat terdiri dari demam
dengan suhu tidak lebih dari 38°C, nyeri kepala dan anoreksia.
Pada anak berumur kurang dari 2 tahun, gambaran klinis bisa didominasi oleh
edema kulit kepala, periorbital, tangan dan kaki. Gambaran ini disebut AHEI (Acute
Hemorrhagic Edema of Infancy).
Selain purpura, ditemukan pula gejala artralgia dan artritis yang cenderung
bersifat migran dan mengenai sendi besar ekstremitas bawah seperti lutut dan
pergelangan kaki, namun dapat pula mengenai pergelangan tangan, siku dan
persendian di jari tangan. Kelainan ini timbul lebih dulu (1–2 hari) dari kelainan kulit.
Sendi yang terkena dapat menjadi bengkak, nyeri dan sakit bila digerakkan, biasanya
tanpa efusi, kemerahan ataupun panas. Kelainan teutama periartrikular dan bersifat
sementara, dapat pula rekuren pada masa penyakit aktif tetapi tidak menimbulkan
deformitas menetap.
27
Pada penyakit ini dapat ditemukan adanya gangguan abdominal berupa nyeri
abdomen atau perdarahan gastrointestinalis. Keluhan abdomen biasanya timbul
setelah timbul kelainan pada kulit (1–4 minggu setelah onset). Organ yang paling
sering terlibat adalah duodenum dan usus halus. Nyeri abdomen dapat berupa kolik
abdomen yang berat, lokasi di periumbilikal dan disertai mual, muntah, bahkan
muntah darah dan kadang–kadang terdapat perforasi usus dan intususepsi ileoileal
lebih sering terjadi dibanding ileokolonal. Intususepsi atau perforasi disebabkan oleh
vaskulitis dinding usus yang menyebabkan edema dan perdarahan submukosa dan
intramural. Kadang dapat juga terjadi infark usus yang disertai perforasi maupun
tidak.
28
Hati dan kandung empedu juga bisa terlibat dengan gejala hepatomegali,
hidrops kandung empedu, kolesistitis. Semua ini bisa menyebabkan keluhan nyeri
abdomen pada pasien. Apendisitis akut juga pernah dilaporkan terjadi pada pasien
HSP.
Gejala-gejala lain yang pernah dilaporkan tetapi jarang terjadi antara lain
vaskulitis miokardia, vaskulitis paru yang menyebabkan perdarahan paru bilateral,
ureteritis stenosis, oedem penis, orkitis, priapisme, perdarahan intrakranial, hematoma
subperiosteal orbital bilateral, hematoma adrenal dan pankreatitis akut.4,6,8
Differensial Diagnosis
Diferensial diagnosis dari HSP berdasarkan gejala yang dapat timbul antara lain
akut abdomen, meningitis akibat meningokokus, SLE, endokarditis bakterial, ITP,
demam reumatik, Rocky mountain spotted fever, reaksi alergi obat–obatan, nefropati
IgA, artritis reumatoid.5-8
Pemeriksaan Penunjang
29
pembuluh darah. Pada pemeriksaan radiologi dapat ditemukan penurunan motilitas
usus yang ditandai dengan pelebaran lumen usus ataupun intususepsi melalui
pemeriksaan barium. Terkadang pemeriksaan barium juga dapat mengkoreksi
intususepsi tersebut.4-6,8
Komplikasi
Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan definitif pada penderita HSP. Pengobatan adalah suportif
dan simtomatis, meliputi pemeliharaan hidrasi, nutrisi, keseimbangan elektrolit dan
mengatasi nyeri dengan analgesik. Untuk keluhan artritis ringan dan demam dapat
digunakan OAINS seperti ibuprofen. Dosis ibuprofen yang dapat diberikan adalah
10mg/kgBB/6 jam. Edema dapat diatasi dengan elevasi tungkai. Selama ada keluhan
muntah dan nyeri perut, diet diberikan dalam bentuk makanan lunak. Penggunaan
asam asetil salisilat harus dihindarkan, karena dapat menyebabkan gangguan fungsi
trombosit yaitu petekie dan perdarahan saluran cerna. Bila terdapat kelainan ginjal
progresif dapat diberi kortikosteroid yang dikombinasi dengan imunosupresan.
Metilprednisolon IV dapat mencegah perburukan penyakit ginjal bila diberikan secara
dini. Dosis yang dapat digunakan adalah metilprednisolon 250 – 750 mg/hr IV selama
3 – 7 hari dikombinasi dengan siklofosfamid 100 – 200 mg/hr untuk fase akut HSP
yang berat. Dilanjutkan dengan pemberian kortikosteroid (prednison 100 – 200 mg
oral) selang sehari dan siklofosfamid 100 – 200 mg/hr selama 30 – 75 hari sebelum
akhirnya siklofosfamid dihentikan langsung dan tappering-off steroid hingga 6 bulan.
30
persisten. Pemberian dini pada fase akut dapat mencegah perdarahan, obstruksi,
intususepsi dan perforasi saluran cerna.4-6,8
Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah baik, dapat sembuh secara spontan dalam
beberapa hari atau minggu (biasanya dalam 4 minggu setelah onset). Rekurensi dapat
terjadi pada 50% kasus. Pada beberapa kasus terjadi nefritis kronik, bahkan sampai
menderita gagal ginjal. Bila manifestasi awalnya berupa kelainan ginjal yang berat,
maka perlu dilakukan pemantauan fungsi ginjal setiap 6 bulan hingga 2 tahun pasca
sakit.
Penyulit yang dapat terjadi antara lain perdarahan saluran cerna, obstruksi,
intususepsi, perforasi, gagal ginjal akut dan gangguan neurologi. Penyulit pada
saluran cerna, ginjal dan neurologi pada fase akut dapat menimbulkan kematian,
walaupun hal ini jarang terjadi.
Prognosis buruk ditandai dengan penyakit ginjal dalam 3 minggu setelah onset,
eksaserbasi yang dikaitkan dengan nefropati, penurunan aktivitas faktor XIII,
hipertensi, adanya gagal ginjal dan pada biopsi ginjal ditemukan badan kresens pada
glomeruli, infiltrasi makrofag dan penyakit tubulointerstisial.4-6
BAB 3
KESIMPULAN
31
Terapi yang diberikan adalah Metilprednisolon, Prednison, dan golongan
OAINS. Pengobatan simptomatik, termasuk diet dan kontrol nyeri dengan analgesik,
disediakan untuk masalah sendiri yang terbatas dari arthritis, edema, demam dan
malaise. Menjauhi aktivitas kompetitif dan menjaga ekstremitas bawah pada
ketergantungan persistent dapat menurunkan edema lokal.
Prognosis penyakit ini baik, karena dapat sembuh sempurna, kecuali yang
menimbulkan komplikasi, misal pada ginjal, prognosis tergantung komplikasi yang
terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
32