Anda di halaman 1dari 19

PENGEMBANGAN SISTEM EKONOMI KERAKYATAN

DALAM PERSPEKTIF NEGARA HUKUM


KESEJAHTERAAN BERDASARKAN UUD 1945

Marojohan S. Panjaitan
Dosen Tetap Sekolah Tinggi Hukum Bandung
Email : jurnal@sthb.ac.id

Abstract

In the prosperity law state, the most priority is a guarantee for human rights of peoples' social
economy. In creating human rights of peoples' social economy, the state or government is
given authority, task or responsibility to get involved and participate in individual or social
lives. Then, it produces economy democracy ideology in the field of economy.

Keywords: law state, democracy, economy

A. Pendahuluan masyarakat banyak pada abad modern ini.


Berbicara tentang konsepsi negara Ada hal yang menggelitik hati, dimana
hukum kesejahteraan dan sistem ekonomi banyak para ahli maupun politikus
kerakyatan, kita diperhadapkan pada dua membicarakan konsepsi negara hukum
permasalahan yang berbeda. Perbedaan dan sistem ekonomi kerakyatan, akan
ini itu terjadi oleh karena kedua hal tetapi mereka tidak pernah menjelaskan
tersebut berada pada dua disiplin ilmu tentang apa yang dimaksud dengan
yang berbeda. Konsepsi negara hukum konsepsi negara hukum kesejahteraan dan
kesejahteraan berada dalam lingkup ilmu sistem ekonomi kerakyatan tersebut.
hukum, dan lajim dibicarakan oleh para Dalam pada itu, konsepsi negara hukum
ahli hukum, sedangkan sistem ekonomi kesejahteraan dan sistem ekonomi
kerakyatan berada pada disiplin ilmu kerakyatan, sering dijadikan oleh para
ekonomi, dan lajim dibicarakan oleh para politikus sebagai kendaraan politik dalam
ahli ilmu ekonomi. meraih kursi di DPR dan jabatan Presiden
Sudut pandang terhadap kedua hal dan Wakil Presiden.
tersebut di atas, tidak dapat dipersalahkan. Menjelang pemilihan umum yang lalu,
Akan tetapi, jika dilihat dari hakekat baik untuk pemilihan DPR dan
keduanya, maka baik para ahli ilmu Presiden/Wakil Presiden periode 2009-
ekonomi maupun para ahli hukum wajib 2010, Prabowo Subianto dalam
mengetahui dan memahaminya. Bahkan mempromosikan dirinya sebagai calon
menurut penulis, semua orang seharusnya presiden dan partainya yakni Partai
wajib mengetahui dan memahaminya, Gerakan Indonesia Raya (Gerindra),
dengan alasan bahwa keduanya melontarkan issu sistem ekonomi
m e nya n g k u t ke l a n g s u n g a n h i d u p kerakyatan sebagai issu dalam pencitraan

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012 445


dirinya dan partainya kepada masyarakat. liberal. Sistem ekonomi neo liberal ini
Ketika itu, hampir setiap saat melalui iklan dibenturkan dengan sistem ekonomi
televisi, maupun dalam setiap kesempatan kerakyatan ketika Susilo Bambang
diseminar-seminar dan pertemuan, Yudoyono memilih Budiono menjadi
P ra b o wo S u b i a n to d a n p a r t a i nya pendampingnya sebagai calon wakil
m e m p r o m o s i k a n s i s t e m e ko n o m i presiden. Pihak-pihak yang tidak merestui
kerakyatan. Usaha Prabowo menjadikan B u d i o n o m e n j a d i wa k i l p re s i d e n
issu ekonomi kerakyatan sebagai maskot melontarkan issu bahwa Budiono adalah
dalam kampanye Partai Gerindra pada seorang penganut ekonomi neo liberal.
akhirnya membuahkan hasil yang cukup Sama halnya dengan sistem ekonomi
memuaskan. Sebagai partai baru, Partai kerakyatan, masyarakat juga tidak
Gerindra mampu meraih 26 kursi dari 560 memahami apa itu sistem ekonomi neo
kursi yang diperebutkan. Dengan liberal. Di tengah masyarakat hanya
perolehan kursi tersebut, Partai Gerindra terbangun suatu opini, bahwa sistem
dapat memenuhi kuota untuk bisa duduk ekonomi neo liberal itu tidak baik, maka
di DPR. Pada hal, ada partai yang sudah harus ditolak.
lama berdiri, seperti Partai Bulan Bintang Apa yang disebutkan di atas hanya
misalnya, harus tersingkir dari gedung penggambaran tentang ketidak pahaman
DPR karena tidak mampu memenuhi kuota masyarakat terhadap sistem ekonomi
kursi yang ditentukan. ke ra k ya t a n te r s e b u t . Pe m a h a m a n
Issu ekonomi kerakyatan yang terhadap ekonomi kerakyatan itu
dikumandangkan oleh Prabowo ini, sangatlah diperlukan, agar masyarakat
ternyata secara diam-diam diikuti oleh tidak keliru dalam menafsirkannya. Di
partai dan calon presiden yang lain dalam samping itu, memahami ekonomi
kampanyenya. Hanya yang menjadi kerakyatan itu juga penting, dalam kita
persoalan ketika itu adalah tidak ada ingin memahami ide negara hukum
penjelasan yang rinci tentang apa yang kesejahteraan sebagaimana dianut hampir
dimaksud dengan sistem ekonomi seluruh negara di dunia, termasuk
kerakyatan itu. Penggambaran ekonomi Indonesia. Ide negara hukum
kerakyatan hanya terlihat dalam iklan kesejahteraan dapat dilihat di dalam
ditelevisi antara lain dengan Pancasila dan UUD 1945 sebagai cita
mempertontonkan petani yang sedang hukum (recht ide) dalam pelaksanaan
panen raya, membenturkan pasar pembangunan di Indonesia.
tradisional dengan pasar modem,
mempertontonkan industri rumah tangga, B. Pembahasan
dan lain sebagainya. Masyarakat sendiri 1. K o n s e p s i N e g a r a H u k u m
tidak pemah paham dengan apa yang Kesejahteraan
dimaksud dengan ekonomi kerakyatan. Berkenaan dengan tema sentral yang
Permasalahan kemudian muncul, ketika diangkat dalam tulisan ini, maka terlebih
issu ekonomi kerakyatan mulai dahulu akan dijelaskan konsepsi negara
dibenturkan dengan sistem ekonomi neo hukum kesejahteraan. Menurut penulis,

446 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012


konsepsi negara hukum kesejahteraan udministratie). Saluran-saluran hukum ini
merupakan landasan pemikiran dalam dibuat oleh Raja bersama-sama dengan
m e n g e m b a n g k a n s i s t e m e ko n o m i rakyat. Jadi rakyat ikut menentukan
kerakyatan. Sebab, di dalam konsepsi kepentingan umum, bukan raja sendiri
negara hukum kesejahteraan termuat seperti dalam Polizeistaat.
nilai-nilai keadilan yang merupakan Tentang keikutsertaan rakyat turut
rohnya pembangunan ekonomi. menentukan kepentingan umum tidak
Paham negara hukum kesejahteraan terlepas dari pemikiran Jean Jacques
sering juga disebut sebagai negara hukum Rousseau yang terkenal dengan teorinya
1
modern dalam arti material. Bagir Manan yaitu: Teori kontrak sosial (contract social)
mengatakan bahwa konsep Negara hukum atau perjanjian masyarakat. J J. Rousseau
kesejahteraan, adalah: berpendapat bahwa kekuasan tertinggi
“Negra atau pemerintah tidak semata­ dalam negara ada pada rakyat, jadi yang
mata sebagai penjaga keamanan atau berdaulat adalah rakyat, sedangkan
ketertiban masyurakat, tetapi pemikul p e n g u a s a - p e n g u a s a n e ga ra h a nya
utama tanggung jawab mewujudkan merupakan wakil-wakil rakyat.
keadilan sosial, kesejahteraan umum Perwujudan dari kedaulatan rakyat itu
dan sebesar­besarnya kemakmuran dituangkan atau menjelma di dalam
rakyat”. konstitusi. Rousseau mengemukakan ada
3
Apabila diamati, konsepsi negara empat sifat kedaulatan rakyat, yakni :
hukum kesejahteraan sesungguhnya 1. Kesatuan (unite); semangat
merupakan pengembangan dari konsepsi Rakyat berhak memerintah dan
negara hukum material. Dalam upaya tak mau diperintah itu adalah
menciptakan kesejahteraan rakyat muncul satu. Kesatuannya itu adalah satu.
konsepsi negara hukum kesejahteraan Kesatuannya itu kelihatan pada
ya n g d i i n t ro d u s i r o l e h O t t o B a r permbuatan undang-undang,
s e b a ga i m a n a d i ku t i p o l e h A m ra n menyatakan peperangan,
2
Muslimin, bahwa: penuntutan keadilan, dan yang
Negara hukum modern menjadi menjunjungnya selalulah pula
Negara yang bersifat Negara Kebudayaan satu negara atau Rakyat.
(Cultuurstaaf) atau Negara Kesejahteraan 2. B u l a t , t i d a k t e r b a g i - b a g i
(Welvaarstaat). Negara dianggap sebagai (indivisibilite); kedaulatan tidak
perusahaan yang medatangkan manfaat dapat dipecah-pecah, misalnya
bagi rakyat, karena menyelenggarakan dilaksanakan sebagian
kepentingan umum dan melalui saluran- da rip a da nya oleh seora n g -
saluran hukum (Wetmatigheid van seorang. Dalam kerajaan maka

1
Bagir Manan, Politik Perundang­undangan Dalam Rangka Mengantisipasi Liberalisme Perekonomian, FH UNLA, Bandar
Lampung, 1996, hlm. 9.
2
Amran Muslimin, Beberapa Asas­asas Dan Pengertian­pengertian Pokok Tentang Administrasi Dan Hukum Administrasi,
Alumni, Bandung, 1982, hlm. 87.
3
Terpetik dari Muhamat Yamin, Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia, Penerbit Djambatan,
Djakarta/Amsterdam, 1951, hlm. 62-63.

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012 447


rajalah, dan apabila kedaulatan Jean Jaques Rousseau, yang menganggap
ada ditangan rakyat, maka hanya adanya suatu contract social yaitu suatu
Rakyat itulah yang perjanjian antara seluruh rakyat, yang
melaksanakannya dan memegang menyetujui pemerintah mempunyai
segala upacara kedaulatan. Sifat kekuasaan dalam suatu Negara.
5
ini ialah wujud kedaulatan. Dalam pada itu, I Gde Pantja Astawa
3. T i d a k b o l e h d i s e r a h k a n mengemukakan, bahwa:
(inalienabilite). Kedaulatan tidak Berdasarkan teori perjanjian
boleh dijual, digadai atau masyarakat yang dikemukakan oleh
dihadiahkan; kedaulatan adalah Rousseau, muncul konsep atau ajaran
kepunyaan segala bangsa turun- kedaulatan rakyat. Dalam teori
temurun. Sifat ini ialah menurut perjanjian masyarakat, rakyatlah yang
tabiat kedaulatan itu sendiri. memiliki kekuasaan tertinggi dalam
4. Te t a p t i d a k b e r u b a h - u b a h Negara (kedaulatan rakyat). Itu berarti
(impreecriptibilite). Walaupun sekelompok orang (pemerintah/
b a ga i m a n a s e ka l i l a m a nya , penguasa) merupakan mandataris
kedaulatan itu tetap dalam tangan rakyat untuk melaksanakan
Rakyat, tidak susut dan tidak kedaulatan rakyat tersebut. ...Bahkan
b e r k u ra n g . Ke d a u l a t a n i t u pelaksanaan kedaulatan rakyat
bukanlah hak atau benda diwajibkan untuk memperjuangkan
kepunyaan yang boleh hilang- dan membela hak-hak dan
timbul, melainkan ialah keinginan kepentingan anggota masyarakat
umum atau kekuasaan tertinggi serta mengusahakan terciptanya
yang kekal-abadi, sama timbul- kesejahteraan bagi masyarakat.
tenggelam kehidupannya dengan Berdasarkan pendapat di atas, dapat
Rakyat. (ejaan diseuaikan penulis dikemukakan bahwa teori kedaulatan
dengan ejaan baru) rakyat adalah merupakan dasar
Teori kontrak sosial dari Rousseau ini lahirnya konsepsi negara
selanjutnya oleh beberapa pakar hukum kesejahteraan. Akan tetapi, apabila
dan politik disebutkan sebagai “Teori ditelusuri, seperti dikemukakan oleh
Kedaulatan Rakyat”. Wirjono Prodjodikoro4 Bagir Manan,6 bahwa konsepsi negara
mengatakan, bahwa: kesejahteraan lahir sebagai reaksi
Menurut teori kedaulatan rakyat terhadap gagalnya konsepsi negara
(volkssouvereiniteit), segala kekuasaan hukum klasik dan negara hukum
dalam suatu Negara didasarkan pada sosialis. Kedua konsepsi dan tipe
kekuasaan rakyat bersama yang terkenal negara hukum tersebut memiliki
dalam hal ini seorang Perancis bernama pandangan yang berbeda tentang

4
Terpetik dari Muhamat Yamin, Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia, Penerbit Djambatan,
Djakarta/Amsterdam, 1951, hlm. 62-63.
5
I Gde Pantja Astawa, Hak Angket Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Menurut Undang-undang Dasar 1945,
(Disertasi), Program Pascasarjana UNPAD, Bandung, 2000, 1982, hlm. 87.
6
Bagir Manan, Op.Cit., hlm. 9.

448 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012


dasar dan bentuk penguasaan negara usaha besar dengan modal yang
atas sumber daya ekonomi. Perbedaan memadai untuk menguasai ekonomi
tersebut dilatarbelakangi oleh dan sumber daya alam dengan segala
pengaruh ideologi yang dianutnya. isinya. Keadaan ini menimbulkan
Paham negara hukum liberalis klasik ketimpangan antara pemilik modal
dipengaruhi oleh paham liberalisme, dengan warga masyarakat yang
sedangkan paham negara hukum kekurangan modal atau antara kaum
sosialis dipengaruhi oleh paham kapitalis dengan para buruh. Dengan
Marxisme. demikian, konsepsi negara hukum
Penguasaan negara atas sumber daya tersebut semakin memperkuat posisi
alam dan segala isinya, oleh paham kaum kapitalis dan melemahkan posisi
tersebut dibatasi. Negara tidak boleh kaum buruh, yang pada gilirannya
turut campur tangan lebih jauh akan menimbulkan penderitaan dan
tentang urusan-urusan ekonomi kesengsaraan rakyat banyak.
masyarakat. Hal yang tampak dari Selanjutnya, mengenai konsepsi
paham tersebut adalah, bahwa secara negara hukum sosialis mempunyai
tidak seimbang kemerdekaan dipuja- paradigma bahwa pada mulanya
puja dan kebebasan berkompetisi secara alamiah, manusia menguasai
secara perorangan terutama di dan memiliki segala potensi sumber
lapangan ekonomi yang dianggap daya alam dengan segala isinya.
paling super sesuai dengan latar Lambat laun, pemilikan atau
belakang ajaran ekonomi. Dalam penguasaan tersebut menimbulkan
konteks ini, yang diutamakan adalah perbedaan di antara sesama manusia
terjaminnya hak asasi berupa dalam melakukan usaha, yang pada
kemerdekaan, baik dalam bidang akhimya melahirkan kelas-kelas
politik maupun bidang sosial ekonomi, d a l a m m a sya ra ka t . Pe rb e d a a n
serta adanya jaminan kebebasan dan tersebut timbul karena perbedaan
kemerdekaan untuk mendapatkan hak kekuatan, seperti kekuatan modal
milik. Konsekuensi logis dari paham usaha. Kelas-kelas dalam masyarakat
tersebut adalah, negara dapat saja tersebut, oleh Karl Marx dan Friedrich
dipandang sebagai subyek hukum Engels disebut golongan borjuis dan
7
yang dapat bertindak dan mempunyai g o l o n g a n p r o l e t a r. S e b a g a i
hak milik atas sumber daya alam. implikasinya, lahirlah suatu kondisi
Perkembangan lebih lanjut dari paham dalam masyarakat, di mana kekayaan
tersebut adalah, adanya jaminan menentukan kekuasaan atau kekuasan
pemilikan secara perorangan yang oleh kaum borjuis (kapitalis).
juga dijamin kebebasan dalam Wa l a u p u n n e g a ra d a n h u k u m
penggunaannya. Hal tersebut digunakan sebagai alat legitimasi
menyebabkan timbulnya kelompok kekuasaan, tidak berarti bahwa usaha

7
Lihat Abrar, Hukum Pertambangan, UII Press, Jogyakarta, 2002, hlm. 11-14.

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012 449


ke arah perjuangan untuk mengakhiri pada mulanya bertujuan untuk menjamin
kekuasaan itu berhenti, justru distribusi hasil produksi sumber daya
sebaliknya, semakin kuat dalam ekonomi bagi kepentingan rakyat banyak,
mempertahankan kekuasaan. secara perlahan-laban dimanfaatkan oleh
Menurut konsepsi sosialis, terutama penguasa negara untuk mempertahankan
aliran sosialis ilmiah yang dipelopori Karl kekuasaan dan diubah menjadi monopoli
Marx, bahwa kelemahan-kelemahan sosial negara. Bagi negara tipe ini, hal tersebut
ekonomi yang timbul dalam sistem dimungkinkan, karena bentuk hukumnya
kapitalis, berakar pada dilegalkannya mencerminkan aturan-aturan yang selalu
kebebasan berusaha tanpa batas bagi memberi tempat pada negara untuk
pengusaha perorangan untuk mengejar mempengaruhi kegiatan ekonomi. Akan
8
kepentingan pribadi. Paham Marxisme tetapi, dalam perkembangannya, monopoli
dengan tesis yang mengatakan bahwa negara yang begitu besar terhadap sumber
semua sumber daya alam harus dikuasai daya ekonomi mengakibatkan
oleh negara untuk menjamin distribusi, ketidakseimbangan dan tidak
sedangkan antithesisnya adalah pemilikan berkembang, sehingga kebutuhan sosial
perorangan atas sumber daya alam ekonomi masyarakat menjadi beban dan
dihapuskan atau dilarang, dan sithesisnya tanggung jawab negara. Hal itu
adalah sumber daya alam menjadi milik menimbulkan penderitaan bagi rakyat.
bersama yang secara konkrit dimiliki Berbagai kekurangan dan kelebihan
negara (etatisme). Pada negara sosialis tipe-tipe negara sebagaimana disebutkan
yang berpaham Marxisme, pemilikan di atas, telah menimbulkan perhatian dan
individual atas sumber daya alam tidak reaksi dengan mencoba menggantikan
dikenal dan tidak pernah diakui secara sistem tersebut dengan suatu sistem yang
hukum. baru. Perkembangan selanjutnya, muncul
Teori pemilikan negara atas sumber suatu konsepsi yang bersifat pragmatis,
daya alam yang dikemukakan Karl Marx yang berusaha mempertahankan
dan Friedrich Engels, pada kenyataannya kebebasan dalam negara hukum sekaligus
bertolak belakang dengan teori-teori membenarkan perlunya campur tangan
ekonomi, khususnya tentang nilai buruh negara untuk menyelenggarakan
yang di atasnya diletakkan ajaran hukum kesejahteraan rakyat (citizenry welfare)
dan negara. Menurut teori ini, hanya dan kesejahteraan umum (public welfare).
dengan pemilikan negara atas sumber daya Konsepsi ini merupakan perpaduan antara
alam dapat menciptakan suatu sistem baru b e b e ra p a ko n s e p s i , ya i t u p a h a m
dalam hubungan produktif berdasarkan liberalisme-individualisme dengan
produksi untuk penggunaan bersama dan konsepsi sosialis-kolektivitas.
9
tidak untuk keuntungan perorangan. Paham di atas, pada akhimya
Namun demikian, pemilikan negara yang melahirkan konsepsi tentang socio

8
Loc. Cit.
9
Loc. Cit.

450 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012


capitalis state atau new liberalism yang mendesak hukum privat, sebagai
10
mengutamakan fungsi welfare. Dalam konsekuensi semakin luasnya
konsepsi demikian, menurut Mac Iver,11 peran negara;
nagara tidak dipandang lagi sebagai alat g. Lebih bersifat negara hukum
kekuasaan (instrument of power) semata, material yang mengutamakan
tetapi lebih dari itu, dipandang sebagai alat keadilan sosial yang material pula.
pelayanan (an agency of services). Paham Dari uraian di atas, tampak bahwa
yang pragmatis ini, kemudian melahirkan peran negara telah ditempatkan pada
konsepsi negara kesejahteraan (welfare posisi yang kuat dan lebih besar dalam
state) atau negara hukum modern atau menciptakan kesejahteraan umum (public
negara hukum material, yang menurutnya welfare) dan keadilan sosial (social justice).
12
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Konsepsi negara demikian, dalam berbagai
a. D a l a m n e g a r a h u k u m literatur disebut dengan istilah, antara
kesejahteraan, yang diutamakan lain: social services state atau an agency of
adalah terjaminnya hak-hak asasi services13 (negara sebagai alat pelayanan)
sosial ekonomi rakyat; atau social reehtsstaat (negara hukum
b. Pertimbangan-pertimbangan sosial). Lemaire14 menyebutnya dengan
efsiensi dan manajemen lebih terminologi “bestuurzorg” (negara
diutamakan daripada pembagian menyelenggarakan kesejahteraan umum)
kekuasaan yang berorientasi atau “verzorgingstaat” (negara
politis, sehingga peran eksekutif kesejahteraan).15 Konsepsi negara hukum
lebih besar daripada peran modern ini, selain menghendaki setiap
legislatif; tindakan negara atau pemerintah harus
c. Hak milik tidak bersifat mutlak; berdasarkan hukum, juga negara diserahi
d. Negara tidak hanya menjaga peran, tugas, dan tanggung jawab yang
ketertiban dan keamanan, tetapi lebih luas untuk mensejahterakan rakyat.
juga turut serta dalam usaha-
usaha sosial dan ekonomi; b. Sistem Ekonomi Kerakyatan
e. K a i d a h - k a i d a h h u k u m Tentang lahirnya sistem ekonomi
administrasi semakin banyak kesejahteraan tidaklah dapat dipisahkan
mengatur sosial-ekonomi dan dari pemikiran dari konsepsi Negara
membebankan kewajiban hukum kesejahteraan. Pendapat ini dapat
tertentu kepada warga negara; dilihat dari apa yang dikemukakan oleh
16
f. Peran hukum publik condong Bagir Manan. Menurut Bagir Manan , di

10
Ibid., hlm. 21.
11
Mac Iver, The Modern State, Oxford University Press, London, 1950, p.4.
12
Loc. Cit.
13
Loc.Cit.
14
Terpetik dari S.F. Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administratif, Liberty, Yogyakarta, 1977, hlm. 166
15
De Haan P et. al, Bestuursreht in de sociale rechstaat, Del I Onttwikkeling, Organisatie, Instrumentarium, Kluwer-
Deventer, 1986, p.15.
16
Bagir Manan, Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1994, hlm. 38.

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012 451


dalam konsepsi negara hukum modern dalam bentuk kewajiban negara dan
memuat tiga hal pokok, yaitu: pemerintah untuk mewujudkan
a. aspek politik, menghendaki kesejahteraan umum dan kemakmuran
19
adanya pembatasan kekuasaan rakyat. W. Friedmann melihat hal tersebut
Negara. dengan mengemukakan beberapa fungsi
b. konsep hukum, dan antara lain negara dalam kaitan dengan aspek-aspek
supremasi hukum, asas legalitas, di atas sebagai berikut:
dan the rule of law. a. Negara memiliki fungsi sebagai
c. aspek sosial ekonomi, adalah provider (penjamin)
keadilan sosial (social justice) dan kesejahteraan bagi seluruh
kesejahteraan umum (public rakyatnya;
welfare). b. Negara memainkan peran dan
Korelasi dari ketiga aspek tersebut di fungsinya juga sebagai regulator
atas adalah, hak asasi manusia dan (pengatur);
kesejahteraan sosial-ekonomi. Konsepsi c. Negara memainkan perannya juga
tersebut berseberangan dengan konsepsi sebagai entrepreneur (pengusaha)
negara hukum klasik yang meletakkan hak atau menjalankan sektor-sektor
asasi manusia hanya pada hak politik. Hal tertentu melalui badan usaha
tersebut tentu tidak memuaskan, sehingga milik negara; dan
hak asasi perlu diperluas ke lapangan d. Negara memainkan perannya juga
sosial, yaitu hak asasi sosial (sociale sebagai pengawashvasit (umpire).
grondrechten atau sociale Pertanyaan yang harus diajukan
menchenrechten). Sebab, hak sosial adalah bagaimana negara dan pemerintah
memberikan wewenang, tugas dan mewujudkan kesejahteraan dan
tanggung jawab pada negara atau kemakmuran rakyat itu. Seperti diuraikan
pemerintah untuk memasuki atau ikut di atas, bahwa munculnya konsep negara
serta dalam perikehidupan individu hukum kesejahteraan adalah sebagai
maupun masyarakat. Pengertian tersebut, pengembangan dari teori kedaulatan
melahirkan paham demokrasi ekonomi rakyat, dan gagalnya konsepsi nagara
17
atau kerakyatan di bidang ekonomi. hukum klasik dan negara hukum sosialis
Dalam praktek sehari-hari, keadilan dalam memberi kesejahteraan dan
sosial dibatasi hanya pada keadilan kemakmuran kepada rakyat. Berdasarkan
ekonomis saja, sehingga menurut Bagir pemikiran ini, maka peran masyarakat
18
Manan, bahwa keadilan sosial harus untuk terlibat lebih banyak dalam
mencakup pula segala segi kehidupan pembangunan ekonomi amatlah penting.
masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Terhadap hal ini adalah tepat gagasan
Namun demikian, keadilan ekonomis Almarhum Mubyarto yang menggagas
merupakan hal yang sangat menonjol penerapan ekonomi kerakyatan dalam
17
Loc.Cit.
18
Bagir Manan, Peranan Hukum Dalam Pergeseran Nilai Sosial Budaya Masyarakat Memasuki Era Refornasi, (Makalah),
FISIP-UNPAD, 1999, hlm. 7.
19
W. Friedmann, The State and The Rule of Low in A Mixed Economy, Stevens and Sons, London, 1997, p-3.

452 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012


mewujudkan konsepsi negara hukum diterjemahkan dalam konteks ilmu
kesejahteraan. Konsep ini juga didukung ekonomi, maka rakyat adalah kumpulan
oleh Sri Edy Swasono, dan bahkan oleh kebanyakan individu dengan ragam
20
Prabowo Subianto. ekonomi yang relatif sama. Dainy Tara
Tentang konsep ekonomi kerakyatan, membuat perbedaan yang tegas antara
maka yang perlu mendapat pengkajian e ko n o m i ra k ya t d e n ga n e ko n o m i
adalah apa makna kata rakyat secara utuh. kerakyatan. Menurutnya, ekonomi rakyat
Apabila diamati secara visual, khususnya adalah satuan (usaha) yang mendominasi
dalam kaitan dengan pembangunan ragam perekonomian rakyat. Sedangkan
ekonomi, kata rakyat merupakan suatu ekonomi kerakyatan lebih merupakan kata
konsep yang abstrak dan tidak dapat sifat, yakni upaya memberdayakan
ditangkap untuk diamati perubahan visual (kelompok atau satuan) ekonomi yang
ekonominya. Kata rakyat baru bermakna mendominasi struktur dunia usaha.21
secara visual jika yang diamati adalah Di Indonesia, kata rakyat dalam
individualitas dari rakyat. Memahami kata konteks ilmu ekonomi dapat
rakyat ini sangat penting dalam kita ingin diterjemahkan sebagai kesatuan besar
mengetahui konsep ekonomi rakyat. individu aktor ekonomi dengan jenis
Sebab, ketika berbicara ekonomi rakyat, kegiatan usaha berskala kecil dalam
maka akan muncul pertanyaan, yaitu p e r m o d a l a n nya , s a ra n a te k n o l o g i
ekonomi rakyat yang mana, siapa, dimana produksi yang sederhana, manajemen
dan berapa jumlahnya. usaha yang belum bersistem, dan bentuk
Dalam konsep bernegara, semua orang kepemilikan usaha secara pribadi. Sebab,
berhak menyandang predikat rakyat. kelompok usaha seperti dengan
Haruslah dijelaskan, yakni rakyat yang ka ra k te r i s t i k s e p e r t i i n i l a h ya n g
mana yang harus ditempatkan dalam mendominasi struktur dunia usaha
ruang ekonomi kerakyatan itu. Indonesia. Ekonomi rakyat tumbuh secara
Selanjutnya, harus pula dijelaskan natural karena adanya potensi
bagaimana memperlakukan rakyat disekelilingnya. Mulanya mereka tumbuh
dimaksud. Dalam hal ini, harus tanpa adanya insentif artifisial apapun,
diperhatikan tentang perlakuan terhadap atau dengan kata lain hanya mengandalkan
rakyat apakah selama ini sudah benar, naluri usaha dan kelimpahan sumberdaya
serta upaya menggiring rakyat ke dalam alam, sumberdaya manusia, serta peluang
ruang ekonomi apakah sudah berada pada pasar. Atas dasar itulah, maka kata rakyat
koridor yang benar. dalam ekonomi kerakyatan sering
Dalam konteks ilmu sosial, kata rakyat disinonimkan dengan rakyat miskin.
terdiri dari satu individu pada umumnya Sehingga, konsep ekonomi kerakyatan
atau jenis manusia kebanyakan. Kalau adalah konsep ekonomi yang berpihak

20
Lihat Ign. Gatut Saksono, Neoliberalisme vs Sosialisme Membangkitkan Ekonomi Kerakyatan, Forkoma PMKRI,
Yogyakarta, 2009, hlm. 163.
21
Terpetik dari Fredrik Benu, Ekonomi Kerakyatan dan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat: Suatu Kajian Konseptual, (Artikel
– Th 1 – No. 10- Desember 2002, him. 2.

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012 453


kepada rakyat miskin. menyebabkan fondasi ekonomi nasional
Kelompok ekonomi kerakyatan ini yang dibangun berstruktur rapuh
berbeda dengan pelaku ekonomi dengan terhadap persaingan pasar. Kelompok ini
modal besar yang disebut dengan tidak bisa diandalkan untuk menopang
konglomerat. Kelompok konglomerat ini perekonomian nasional dalam ekonomi
mempunyai bentuk usaha yang kontras pasar. Padahal, ekonomi pasar diperlukan
dengan apa yang diragakan oleh sebagian untuk menentukan harga yang tepat (price
besar pelaku ekonomi rakyat. Sebab, right) untuk menentukan posisi tawar-
kelompok konglomerat ini memiliki modal menawar yang imbang.
yang besar, mempunyai akses pasar yang Mubyarto dan Sri Edi Swasono
luas, menguasai usaha dari hulu ke hilir, menyebut ekonomi kerakyatan itu dengan
menguasai teknologi produksi dan istilah Sistem Ekonomi Pancasila. Menurut
manajemen usaha modern. Kelompok ini Mubyarto,22 sistem ekonomi Pancasila
tentu tidak digolongkan dalam ekonomi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
kerakyatan, sebab jumlahnya hanya sedikit 1. Roda perekonomian digerakkan
sehingga tidak merupakan representasi oleh rangsangan ekonomi, sosial
dari kondisi ekonomi rakyat yang dan moral.
sebenarnya. Atau dengan kata lain, usaha 2. Kehendak kuat dari seluruh
ekonomi yang diragakan bernilai ekstrim masyarakat ke arah keadaan
terhadap totalitas ekonomi nasional. p e m e ra t a a n s o s i a l
Golongan yang kedua ini biasanya (egalitarianisme), sesuai asas-
(walaupun tidak semua) lebih banyak asas kemanusiaan.
tumbuh karena membangun patner usaha 3. Prioritas kebijakan ekonomi
yang baik dengan pengusaha lainnya adalah penciptaan perekonomian
sehingga memperoleh berbagai bentuk nasional yang tangguh, yang
kemudahan usaha dan insentif serta berarti nasionalisme menjiwai
proteksi bisnis. Mereka lahir dan tiap kebijaksanaan ekonomi.
berkembang dalam suatu sistem ekonomi 4. Koperasi merupakan soko guru
yang selama ini lebih menekankan pada perekonomian dan merupakan
peran negara yang dikukuhkan (salah bentuk paling kongkret dari usaha
satunya) melalui pengontrolan bersama.
perusahaan swasta dengan rezim insentif 5. Adanya imbangan yang jelas dan
ya n g m e m i h a k s e r t a m e m b a n g u n tegas antara perencanaan di
hubungan istimewa dengan pengusaha- tingkat nasional dengan
pengusaha besar yang melahirkan praktik- desentralisasi dalam pelaksanaan
praktik anti persaingan. Lahimya sejumlah kegiatan ekonomi untuk
pengusaha besar (konglomerat) yang menjamin keadilan sosial.
bukan merupakan hasil derivasi dari Sedangkan menurut Sri Edi Swasono23
kemampuan manajemen bisnis yang baik s i s t e m e k o n o m i Pa n c a s i l a d a p a t

22
Terpetik dari Sri Edi Swasono, Menegakkan Ekonomi Pancasila, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 2009, hlm. 7.
23
Ibid., hlm. 8.

454 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012


digambarkan sebagai sistem ekonomi yang memberi kesejahteraan lebih banyak
berorientasi atau berwawasan pada sila- kepada masyarakat merupakan
sila Pancasila, yaitu: pengejawatahan dari prinsip ekonomi
1. Ketuhanan Yang Maha Esa (adanya berdasarkan UUD 1945, khususnya Pasal
atau diberlakukannya etik dan 33 yang dijiwai Pembukaan dan didukung
moral agama, bukan materialisme; dan dilengkapi oleh Pasal 18, 23,27 ayat
manusia beragama melaksanakan (2), dan 34.
syariah berkat iman sebagai Pasal 33 UUD 1945 mengatakan,
hidayah Allah); bahwa:
2. K e m a n u s i a a n ( k e h i d u p a n (1) Perekonomian disusun sebagai
berekonomi yang humanistik, adil usaha bersama berdasarkan asas
dan beradab, tidak mengenal kekeluargaan.
pemerasan, penghisapan ataupun (2) Cabang-cabang produksi yang
riba); penting bagi negara dan yang
3. Persatuan (berdasarkan sosio- menguasai hajat hidup orang
nasionalisme Indonesia; banyak dikuasai oleh Negara.
kebersamaan dan berasaskan (3) Bumi dan air dan kekayaan alam
kekeluargaan, gotong royong, yang terkandung di dalamnya
bekerja sama, tidak saling dikuasai oleh negara dan
mematikan); dipergunakan untuk sebesar-
4. K e r a k y a t a n ( b e r d a s a r k a n besar kemakmuran rakyat.
demokrasi ekonomi, kedaulatan (4) P e r e k o n o m i a n n a s i o n a l
ekonomi, mengutamakan hajat diselenggarakan berdasarkan atas
hidup orang banyak, ekonomi demokrasi ekonomi dengan
rakyat sebagai dasar prinsip kebersamaan, efisiensi
perekonomian nasional); berkeadilan, berkelanjutan,
5. Keadilan sosial secara menyeluruh berwawasan lingkungan,
(kemakmuran rakyat yang utama, kemandirian, serta dengan
b u ka n ke m a k m u ra n o ra n g - menjaga keseimbangan kemajuan
seorang, berkeadilan, dan kesatuan ekonomi nasional.
berkemakmuran). Ketentuan Pasal 33 UUD 1945 ini
Konsep ekonomi kerakyatan atau adalah merupakan landasan
sistern ekonomi Pancasila di atas sangatlah pembangunan perekonomian nasional di
tepat dikembangkan di Indonesia, dengan Indonesia. Pembangunan ekonomi
suatu asumsi bahwa rakyat (pelaku dilakukan dalam meningkatkan
ekonomi) di Indonesia masih berskala kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
miskin. Dalam kondisi seperti ini, peran secara adil dan merata. Perekonomian
negara sebagai provider, regulator, I n d o n e s i a d i b a n g u n b e rd a s a r k a n
entepreneur, dan umpire sebagaimana demokrasi ekonomi dengan ”prinsip
dikemukakan W. Friedmann sangat kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
diharapkan. Prinsip ekonomi yang berkelanjutan, berwawasan lingkungan,

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012 455


kemandirian, serta dengan menjaga dengan perbaikan ekonomi. Namun
keseimbangan kemajuan dan kesatuan demikian, dalam melaksanakan
ekonomi nasional”. Ketentuan ini akan pembangunan dalam negara, tidak hanya
dijadikan sebagai landasan dalam pembangunan ekonomi yang perlu
pengembangan sistem ekonomi diperhatikan, akan tetapi pembangunan
kerakyatan di Indonesia. aspek kehidupan lain juga perlu mendapat
perhatian,25 sebab seperti dikemukakan
26
c. Cita Hukum Pancasila Sebagai oleh J.C.T. Simorangkir bahwa:
Kaidah Penuntun Dalam “Membangan dalam rangka pembangunan
Pengembangan Sistem Ekonomi nasional menyangkut segala aspek
Kerakyatan Di Indonesia daripada persoalan keseluruhan". Untuk
B e r b i c a ra d a l a m p e l a k s a n a a n itu, istilah yang paling tepat dipergunakan
pembangunan, Mochtar Kusumaatmadja24 adalah pembangunan nasional. Bertalian
mengemukakan, bahwa: dengan pengertian pembangunan nasional
Pembangunan dalam arti seluas­ tersebut, maka agar pembangunan itu
luasnya meliputi segala dari kehidupan dapat menciptakan kesejahteraan bagi
masyarakat dan tidak hanya segi dari seluruh rakyat, hal tersebut harus
kehidupan masyarakut dan tidak hanya dilakukan secara sinergis satu dengan yang
segi kehidupan ekonomi belaka­karena lainnya. Berdasarkan visi, misi, dan
itu istilah pembangunan ekonomi strategi pembangunan sebagaimana
sebenarnya kurang tepat, karena kita tercantum di dalam Peraturan Presiden
tidak dapat membangun ekonomi No, 7 Tahun 2004 tentang RPJMN, maka
suatu masyarakat tanpa menyangkut disusun tiga agenda pembangunan
pembangunan segi­segi kehidupan nasional tabun 2004-2009, yaitu:
lainnya. 1. Menciptakan Indonesia yang
Apa yang dikemukakan oleh Mochtar Aman dan Damai.
Kusumaatmadja di atas adalah benar, 2. Mewujudkan Indonesia yang Adil
mengingat pemahaman yang sering dan Demokratis.
berkembang selama ini dimasyarakat 3. Meningkatkan Kesejahteraan
bahwa pembangunan yang dilakukan Rakyat Indonesia
adalah pembangunan ekonomi. Akhirnya, Berdasarkan visi, misi, dan strategi di
setiap kebijakan yang diambil oleh atas, maka dalam konteks pembangunan
pemerintah lebih ditonjolkan pada nasional,27 menciptakan Negara yang aman
pembangunan ekonomi. da n da m a i , a di l da n de m o k ra t i s,
T i d a k d a p a t d i s a n g k a l b a hwa peningkatan kesejahteraan rakyat
kehidupan manusia itu sangat ditunjang merupakan bagian integral dari

24
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep­konsep Hukum Dalam Pembangunan, Alumni, Bandung, 2002, him. 19.
25
Lihat Bernard Arief Sidharta, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, 1999. hlm. 208. lihat pula
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, LP3ES, Jakarta, 2001, hlm. 20-21. lihat pula Philip Nonet L Philip Selznik,
Law and Society in Transtition Toward Responsive Law, Harper and Row, New York, 1978, et passim.
26
J.T.C. Simorangkir, Hukum dan Konstitusi Indonesia I, Gunung Agung, Jakarta, 1987, hlm. 73.
27
Lihat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 – 2009.

456 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012


pembangunan itu. Konsep pembangunan Mochtar Kusumaatmadja ingin
ini selaras dengan konsepsi pembangunan menekankan bahwa perubahan yang
nasional yang meliputi pembangunan terjadi sebagai akibat dari pembangunan
bidang kesehatan, pendidikan, itu harus ada hukum sebagai alat
perumahan, pertahanan dan keamanan, pengendalinya. Dalam pada itu Soetandyo
31
politik (proses demokratisasi), hukum dan Wignjosoebroto dengan mengutip
lain sebagainya,28Pembangunan nasional pendapat Mochtar Kusumaatmadja
sebagai suatu kebijakan dalam negara tersebut berpendapat bahwa
menunjuk pada kegiatan-kegiatan yang pendayagunaan hukum sebagai sarana
terorganisir yang diselenggarakan baik untuk merekayasa masyarakat menurut
oleh lembaga-lembaga pemerintah skenario kebijakan pemerintah (dalam hal
maupun swasta yang bertujuan untuk ini eksekutif) amatlah terasa diperlukan
menciptakan kesejahteraan rakyat. o l e h n e g a ra - n e g a ra ya n g s e d a n g
Adalah suatu kenyataan bahwa semua berkembang, jauh melebihi kebutuhan
masyarakat yang sedang membangun yang dirasakan negara-negara industri
dicirikan oleh perubahan. Untuk itu maju yang telah mapan. Negara-negara
Mochtar Kusumaatmadja29 maju memiliki mekanisme hukum yang
mengemukakan, bahwa: telah “jalan” untuk mengakomodasikan
Perubahan tersebut haruslah perubahan-perubahan di dalam
dilakukan secara teratur, sebab masyarakatnya, sedangkna negara-negara
perubahan yang teratur melalui yang tengah berkembang tidaklah
prosedur hukum baik berwujud demikian. Sedangkan harapan-harapan
perundang­undangan atau keputusan dan keinginan-keinginan masyarakat di
badan­badan peradilan lebih baik negara-negara yang sedang berkembang
daripada perubahan yang tidak teratur akan terwujudnya perubaban yang
dengan menggunakan kekerasan membawa perbaikan taraf hidup amatlah
semata­mata. besamya, melebihi harapan-harapan yang
Karena baik perubahan maupun diserukan oleh masyarakat-masyarakat di
ke t e r t i b a n ( a t a u ke t e r a t u r a n ) negara-negara yang telah maju.
merupakan tujuan kembar dari Bertalian dengan peranan hukum
masyarakat yang sedang membangun, dalam pembangunan, Satjipto Rahardjo32
hukum menjadi suatu alat yang tidak mengatakan, bahwa:
dapat diabaikan dalam proses Penggunaan perundang­undangan
30
pembanganan. secara sadar oleh pemerintah sebagai
sarana untak melakukan tindakan sosial
Berdasarkan pendapat di atas, yang terorganisir telah merupakan ciri khas
28
Lihat Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-
2009.
29
Mochtar Kusumaatmadja, Op.Cit, hlm. 19. Lihat pula J.T.C. Simorangkir, Op.Cit. hlm. 67.
30
Ibid, hlm. 20.
31
Soetaadyo Wignjosoebroto, Dinamika Sosial­Politik Dalam Perkembangan Hukum di Indonesia, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 1994, hlm. 231-232.
32
Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, Angkasa, Bandung, 1986, hlm.113.

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012 457


n e ga ra m o d e r n . D a l a m t i n g ka t a n menciptakan keteraturan. Keteraturan ini
penggunaan hukum secara sadar untuk yang menyebabkan orang dapat hidup
mencapai tujuan­tujuan sosial yang berkepastian. Artinya, dengan adanya
dikehendaki seperti yang dialami oleh hukum orang dapat menikmati
negara modern sekarang ini maka pembangunan, dapat mengadakan
persoalannya bergeser kepada tegangan kegiatan-kegiatan yang diperlukan dalam
antara idea kepastian hukum dan kehidupan masyarakat. Keteraturan yang
penggunaan hukum untuk melakukan intinya kepastian ini apabila dihubungkan
perubahan­peruhahan. Idea kepastian dengan kepentingan penjagaan keamanan
hukum menghendaki adanya stabilitas di diri maupun harta milik, akan terlihat
dalam musyarakat, sedangkan penggunaan fungsi hukum yang lainnya yakni
hukum secara instrumental adalah untuk ketertiban. Namun demikian, seperti
menciptakan perubahan melalui dikemukakan oleh Soerjono Soekanto33,
pengaturan tingkah laku warga bahwa:
m a s ya ra ka t m e n u j u s a s a ra n ya n g Di samping ketertiban, maka hukum
dikehendaki. juga bertujuan untuk mencapai
Tentang peranan hukum dalam keadilan yang pada hakekatnya
p e m b a n g u n a n , d i d a l a m Re n c a n a berakar pada kondisi yang pada suatu
Pembangunan Lima Tahun tahap pertama waktu tertentu diinginkan oleh sesuatu
yang diusulkan oleh pemerintah tahun masyarakat yang tertentu.
1969 juga diakui. Dalam naskah rencana Apa yang dikemukakan oleh Soerjono
pembangunan itu dikatakan bahwa tanpa Soekanto ini adalah benar, sebab unsur
pembangunan di bidang hukum maka keadilan34 tidak bisa dipisahkan dari
pembangunan ekonomi akan sia-sia. hukum sebagai perangkat asas dan kaedah
Naskah itu merujuk pada penjelasan UUD yang menjamin adanya keteraturan
1945 bahwa Indonesia adalah negara (kepastian) dan ketertiban dalam
berdasarkan atas hukum dan bukan negara masyarakat. John Rawls mengatakan
yang berdasarkan atas kekuasaan belaka. bahwa keadilan adalah kebajikan utama
Hal ini juga diakui dalam rencana institusional sosial, sebagaimana
pembangunan selanjutnya hingga di dalam kebenaran dalam sistem pemikiran.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Artinya, bahwa unsur keteraturan
Nasional Tahun 2004 – 2009 sesuai (kepastian), ketertiban, dan keadilan
Perpres No. 7 Tahun 2005. adalah tiga pilar yang menopang hukum,
35
Berdasarkan uraian di atas, tampak dan merupakan rohnya hukum, yang akan
apa yang menjadi peranan dan fungsi dijadikan sebagai kaidah penuntun dalam
hukum dalam pembangunan itu yakni pembangunan, termasuk dalam

33
Soerjono Soekanto, Beberapa Permasalahan Hukum Dalam Kerangka Pembangunan di Indonesia, Yayasan Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta, 1975, hlm. 5. lihat pula Soerjono Soekanto, Efektifikasi Hukum dan Peranan Sanksi,
Remadja Karya, Bandung, 1985, hlm. 1-4. lihat pula Budiono Kusumohamidjojo, Ketertiban Yang Adil Problematik
Filsafat Hukum, Grasindo, Jakarta, 1999, hlm. 121 ...dst.
34
John Rawls, Teori Eeadilan (A Theory of Justice), (alih bahasa) Uzair Fauzan – Heru Prasetyo, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2006, hlm. 3.

458 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012


pengembangan sistem ekonomi yang dinginkan masyarakat. Cita-hukum
kerakyatan di Indonesia. Hal ini penting berfungsi sebagai pemandu (Leitstern)
sekali dipahami bukan hanya bagi suatu bagi tercapainya cita-cita masyarakat. Cita-
kehidupan masyarakat yang teratur, akan hukum itu mengandung prinsip-prinsip
tetapi merupakan suatu syarat yang yang berlaku sebagai norma bagi keadilan
mutlak bagi suatu organisasi yang atau ketidakadilan hukum. Dengan
melampaui batas-batas waktu masa kini. demikian, cita-hukum secara serentak
Ta n p a a d a n y a k e p a s t i a n h u k u m , memberikan manfaat ganda. Dengan cita-
ketertiban, dan keadilan, manusia tidak hukum kita dapat menguji hukum positif
akan bisa mengembangkan kemampuan- yang berlaku, dan pada cita-hukum pula
kemampuannya di dalam masyarakat, dan dapat mengarahkan hukum positif menuju
t i d a k a ka n b i s a m e n i k m a t i h a s i l hukum yang adil. Dikatakan bahwa hukum
pembangunan. Dalam pelaksanaan yang adil ialah hukum positif yang
program pembangunan nasional, ketiga memiliki sifat yang di arahkan oleh cita-
unsur ini harus diimpletasikan di hukum untuk mencapai tujuan
dalamnya, agar pembangunan tersebut masyarakat. Secara lebih spesifik Stamler
dapat memberi kesejahteraan bagi seluruh mengidentifikasikan cita-hukum itu
rakyat. Sebab, seperti dikemukakan oleh sebagai “kemauan yuridis” yang berada di
Satjipto Rahardjo36 bahwa “hukum pun ikut atas kemauan subyektif orang-orang
menciptakan kesejahteraan dan pribadi. Kemauan yuridis adalah suatu
kebahagiaan masyarakat”. kemauan obyektif. Kemauan yuridis
Jika berbicara tentang pembangunan, mendorong orang-orang untuk
maka perlu dicari apa yang menjadi cita membentuk peraturan-peraturan bagi
hukum (recht idee) sebagai dasar masyarakat dalam hukum positif. Di sini
fundamental dalam melaksanakan tampaklah bahwa kemauan yuridis
pembangunan itu. Hal itu penting merupakan dasar dan syarat dari seluruh
dilakukan, agar pembangunan itu selaras hukum positif dan semua pengalaman
dengan cita hukum sebagaimana telah tentang hukum. Tanpa kemauan yuridis
diletakkan oleh para pendiri negara ini, hukum tidak ada artinya, bahkan sama
sebelum Indonesia merdeka. Tujuannya sekali tidak ada. Bila terdapat kemauan
adalah agar pembangunan dapat yuridis, maka ketentuan-ketentuan hukum
memberikan kesejahteraan bagi seluruh positif juga menjadi terang dan jelas. Juga
rakyat. ditegaskannya bahwa kemauan yuridis
Bertalian dengan cita-hukum tersebut, yang menjadi bintang pemandu bagi
37
Rudolf Stammler berpendapat bahwa pembentukan tata hukum ini, jangan
cita-hukum adalah konstruksi pikir yang dipandang sebagai suatu realitas
harus mengarahkan hukum pada cita-cita psikologis yang disadari sebagai kemauan.

35
Lihat Satjipto Rahardjo, Hukum Dalam Jagat Ketertiban, UKI Press, Jakarta, 2006, hlm. 97-98.
36
Satjipto Rahardjo, Membedah Hukum Progresif, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2006. hlm. 11.
37
Lihat H. Anton Djawamaku, Cita­cita Hukum dan Langkah Strategis Pembangunan Huhae, (Jumal) CSIS Tahun XXII, No. 1
Januari-Februari 1993, him. 21. Lihat pula Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius,
Yogyakarta, 1982, him. 150-151.

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012 459


Kemauan yuridis bersifat transendental, kemasyarakatan, cita-hukum itu akan
yaitu bahwa kemauan ini berfungsi sebagai mempengaruhi dan berfungsi sebagai asas
prinsip terakhir segala pengertian tentang umum yung memedomani (guiding
38
hukum. Arief Sidharta mengatakan, principle), norma­kritik (kaidah evaluasi)
bahwa: dan faktor yang memotivasi dalam
40
Tatanan hukum yang beroperasi dalam penyelenggaraan hukum.
suatu masyarakat pada dasarnya Bertalian dengan uraian di atas,
merupakan pengejawantahan cita­ apabila dihubungkan dengan cita-hukum
hukum yang dianut dalam masyarakat Bangsa Indonesia, hal tersebut harus
yang bersangkutan ke dalam perangkat dikembalikan pada Pembukaan UUD 1945
berbagai aturan hukum positif, sebagai cita-hukum (Rechtsidee) yang
lembaga hukum dan proses (perilaku menguasai hukum dasar negara, baik
birokrasi pemerintahan dan warga hukum yang tertulis maupun hukum tidak
masyarakat). tertulis. Pokok-pokok pikiran dalam
Lebih lanjut Arief Sidharta dengan pembukaan UUD itu secara singkat
mengutip hasil seminar nasional “Temu digambarkan, yakni persatuan dengan
Kenal Cita Hukum dan Penerapan Asas- mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
asas Hukum Nasional” disebutkan, bahwa: rakyat, kerakyatan dan permusyawaratan
Cita Hukum (rechtsidee) mengandung perwakilan, Ketuhanan Yang Maha Esa
arti bahwa pada hakekatnya hukum menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
sebagai aturan tingkah laku beradab. Dengan demikian, cita-hukum itu
mesyarakat berakar pada gagasan, tidak lain Pancasila. Artinya, Cita hukum
rasa, karsa, cipta dan pikiran dari Bangsa Indonesia berakar pada Pancasila.
39
masyarakat itu sendiri. Pancasila sebagai cita-hukum berfungsi
Jadi, cita-hukum itu adalah gagasan, mengarahkan, dan menjadi kaidah
karsa, cipta dan pikiran berkenaan dengan penuntun bagi seluruh sistem norma
hukum atau persepsi tentang makna hukum. Arief Sidharta mengemukakan cita
hukum, yang dalam intinya terdiri atas tiga hukum Pancasila berintikan:
unsur: keadilan, kehasil­gunaan (a) Ketuhanan Yang Maha Esa;
(doelmatigheid) dan kepastian hukum. Cita (b) Penghormatan atas martabat
hukum itu terbentuk dalam pikiran dan manusia;
sanubari manusia sebagai produk (c) Wa w a s a n k e b a n g s a a n d a n
berpadunya pandangan hidup, keyakinan Wawasan Nusantara;
keagamaan dan kenyataan masyarakat (d) Persamaan dan kelayakan;
ya n g d i p r o ye k s i k a n p a d a p r o s e s (e) Keadilan Sosial;
pengkaidahan perilakau warga (f) Moral dan budi pekerti yang luhur;
masyarakat yang mewujudkan tiga unsur (g) Partisipasi dan transparansi dalam
tersebut. Dalam dinamika kehidupan proses pengambilan putusan

38
Arief Sidharta, Refleksi ... Op. Cit, hlm. 180.
39
Ibid., hlm. 181.
40
Loc.Cit.

460 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012


publik. melakukan liberalisasi ekonomi. Di
Bertalian dengan konsep Indonesia, liberalisasi ekonomi ini
pembangunan ekonomi seperti ditandai dengan banyaknya deregulasi dan
dikemukakan di atas, apabila dihubungkan debirokratisasi dalam merespon issu
dengan pengembangan sistemn ekonomi globalisasi tersebut.
kerakyatan di Indonesia, kerangka pikir Sejak Indonesia meratifikasi
seperti disebutkan di atas akan dijadikan kesepakatan-kesepakatan di WTO, maka
sebagai kaidah penuntun. Sebagaimana asas – asas yang melandasi kesepakatan
diketahui bahwa kemajuan ilmu dan tersebut dengan sendirinya harus
teknologi telah membawa perubahan, direfleksikan dalam peraturan hukum
tidak hanya dalam cara manusia saling nasional, seperti liberalisasi ekonomi,
berinteraksi, namun juga mempengaruhi transparansi, pengelolaan ekonomi pasar,
seluruh sendi kehidupan masyarakat. privatisasi, termasuk mengurangi peranan
Kemajuan ilmu dan teknologi telah negara dalam badan-badan usaha. Peranan
menjadi salah satu faktor pendorong n e ga ra ya n g s e m u l a m e n e n t u ka n
semakin cepatnya globalisasi, yang kebijakan, mengatur sekaligus menjadi
seringkali diartikan sebagai peningkatan penyelenggara usaha, dalam
keterkaitan dan ketergantungan perkembangannya negara hanya menitik
antarbangsa dan antarmanusia di seluruh beratkan pada pembinaan kebijakan,
dunia melalui berbagai bentuk interaksi pengaturan, pengawasan dan
yang mengaburkan batas-batas negara. pengendalian, sedangkan
Globalisasi telah melahirkan penyelenggaraan usaha negara hanya di
kesempatan bagi pelaku usaha untuk arahkan untuk lebih memberdayakan
memperoleh pasar atau konsumen yang masyarakat. Dalam merefleksi asas-asas
lebih besar lagi. Pada abad ke 21, setiap yang disepakati di WTO ke dalam
negara dihadapkan pada kompetisi global kebijakan pembangunan, maka hal
yang sangat ketat. Suatu negara harus tersebut haruslah sinergis dengan sistem
mampu memanfaatkan kesempatan- ekonomi kerakyatan yang dikembangkan
kesempatan yang ada. Setiap negara harus di Indonesia. Memadukan asas-asas yang
bisa 'menjual' kekuatan/ kemampuan yang terkandung di dalam WTO dengan sistem
dimilikinya. Untuk itu, setiap negara perlu ekonomi kerakyatan, adalah sangat
melakukan penilaian tentang hal-hal apa penting agar konsepsi negara hukum
saja yang merupakan kelemahan atau kesejahteraan sebagaimana dianut di
kelebihan yang mereka miliki dengan dalam Pancasila dan UUD 1945 dapat
menggunakan teori-teori marketing. terwujud. Sebagai kaidah penuntun dalam
Semakin mudahnya aktifitas perdagangan, memadukan kedua hal tersebut adalah cita
investasi dan berbagai aktifitas ekonomi hukum Pancasila dan UUD 1945.
lain yang melibatkan semakin banyak
pihak di berbagai negara yang berbeda, C. Penutup
memaksa semua negara untuk melakukan Pengembangan sistem ekonomi
p e nye s u a i a n - p e nye s u a i a n , d e n ga n kerakyatan dalam mewujudkan konsepsi

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012 461


negara hukum kesejahteraan di Indonesia Kumpulan Esai Indonesia, Gramedia,
adalah merupakan harapan dalam Jakarta, 2009
mengatasi dampak ekonomi global yang
Budiono Kusumohamidjojo, Ketertiban
tidak mungkin dihindarkan. Sebagai Yang Adil Problematik Filsafat
kaidah penuntun pengembangan sistem Hukum, Grasindo, Jakarta, 1999.
ekonomi kerakyatan dalam mewujudkan
konsepsi negara hukum kesejahteraan De Haan P et. al., Bestuursreht in de sociale
tersebut adalah cita hukum Pancasila dan rechstaat, Del I. Onttwikkeling,
Organisatie, Instrumentarium,
UUD 1945. Kluwer-Deventer, 1986.

Firmanzah, Globalisasi, Sebuah Proses


DAFTAR PUSTAKA Dialektika Sistemik, Yayasan Sad
Satria Bhakti, Jakarta 2000.
Abrar, Hukum Pertambangan, UII Press,
Jogyakarta, 2002 Friedmann, W, The State and The Rule of
Lou in A Mixed Economy, Stevens and
Amrah Muslimin, Beberapa Asas­asas Dan Sons, London,1997.
Pengetian­Pengertian Pokok tentang
Administrasi Dan Hukum Fredrik Benu, Ekonomi Kerakyatan dan
Administrasi, Alumni, Bandung, 1982. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat:
Suatu Kajian Konseptual, (Artikel – Th
Bagir Manan, Hubungan Antara Pusat dan I – No. 10-Desember 2002
Daerah Menurut UUD 1945, Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta, 1994. H. Anton Djawamaku, Cita­cita Hukum dan
Langkah Strategis Pembangunan
_________, Politik Perundang­undangan Hukum, (Jurnal) CSIS Tahun XXII, No.
Dalam Rangka Mengantisipasi 1 Januari-Februari 1993.
Liberalisme Perekonomian, FH.
UNILA, Bandar Lampung, 1996. I Gde Pantja Astawa, Hak Angket Dalam
Sistem Ketatanegaraan Indonesia
_________, Penelitian di Bidang Hukum, Menurut Undang­Undang Dasar
dalam Jurnal Hukum Puslitbangkum 1945, (Disertasi), Pmgram
Nomor: 1-1999, Pusat Penelitian Pascasarjana UNPAD, Bandung,
Perkembangan Hukum, Lembaga 2000.
Penelitian Universitas Padjadjaran,
Bandung, 1999. Ign. Gatut Saksono, Neoliberalisme vs
Sosialisme Membangkitkan Ekonomi
_________, Peranan Hukum Dalam Kerakyatan, Forkoma PMKRI,
Pergeseran Nilai Sosial Budaya Yogyakarta, 2009.
Masyarakat Memasuki Era Reformasi,
(Makalah), FISIP-UNPAD, 1999. J.T.C. Simorangkir, Hukum dan Konstitusi
Indonesia I, Gunung Agung, Jakarta,
Bernard Arief Sidharta, Refleksi Tentang 1988.
Struktur Ilmu Hukum, Mandar Maju, Lili Rasjidi dan Ira Rasjidi, Pengantar
Bandung, 1999. Filsafat Hukum, CV Mandar Maju,
Bandung, 2002.
Budiono, Ekonomi Indonesia Mau Ke Mana?

462 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012


Mac Iver, The Modern State, Oxford Liberty, Yogyakarta, 1977
University Press, London, 1950.
Soerjono Soekanto, Beberapa
M o c h t a r Ku s u m a a t m a d j a , H u ku m , Permasalahan Hukum Dalam
Masyarakat Dan Pembinaan Hukum Kerangka Pembangunan di Indonesia,
Nasional, Bina Cipta, Bandung, 1976. Yayasan Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta, 1975.
__________, Konsep­konsep Hukum Dalam
Pembangunan, Alumni, Bandung, _________, Efektifikasi Hukum dan Peranan
2002. Sanksi, Remadja Karya, Bandung,
1985.
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di
Indonesia, LP3ES, Jakarta, 2001. Soetandyo Wignjosoebroto, Dinamika
Sosial­Politik Dalam Perkembangan
Muhamat Yamin, Proklamasi dan Konstitusi Hukum di Indonesia, Raja Grafindo
Republik Indonesi, Penerbit Persada, Jakarta, 1994.
Djambatan, Djakarta/Amesterdam,
1951. Sri Edi Swasono, Menegakkan Ekonomi
Pancasila, Yogyakarta: Universitas
Philip Nonet & Philip Selznik, Law and Gajah Mada, 2009.
Society in Transtition Toward
Responsive Law, Harper and Row, Wirjono Prodjodikom, Asas­asas Hukum
New York, 1978, et passim. Tata Negara, Dian Rakyat, Jakarta,
1983.
Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam
Lintasan Sejarah, Kanisius,
Yogyakarta, 1982.

Rawls, John, Teori Eeadilan (A Theory of


Justice), (alih bahasa) Uzair Fauzan –
Heru Prasetyo, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2006.

Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat,


Angkasa, Bandung, 1986.

_________, Hukum Dalam Jagat Ketertiban,


UKI Press, Jakarta, 2006.

_________, Membedah Hukum Progresif,


Penerbit Buku Kompas, Jakarta,
2006.

_________, Membedah Hukum Progresif,


Penerbit Buku Kompas, Jakarta,
2006.

S.F. Marbun, Peradilan Administrasi


1U'egara dan Upaya Administratif,

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 26 No. 01 Februari 2012 463

Anda mungkin juga menyukai