Latar belakang
Salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan serius
adalah hipertensi .Diagnosis hipertensi dapat ditegakkan setelah dua kali pemeriksaan dalam
waktu yang berbeda.Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation and Treatment of HighBlood Pressure (JNC VII) (2003) membuat
klasifikasi prehipertensi jika tekanan darah sistolik antara 120 -139 mmHg dan/atau tekanan
darah diastolik antara 80 - 89 mmHg. (Carolia, dkk., 2016)
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang dapat diderita oleh semua kalangan
baik pria atau wanita, tua ataupun muda dapat terkena penyakit ini. Berdasarkan data dari
Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Kemenkes RI (2012) bahwa proporsi kasus
baru rawat inap penyakit tidak menular yang menjadi prioritas adalah penyakit hipertensi.
Penyakit ini masih menjadi kasus terbanyak dengan persentase 3,66% pada tahun 2009 dan
3,13% pada tahun 2010. Hipertensi esensial (primer) merupakan penyakit peringkat pertama
dari 10 besar penyakit tidak menular penyebab rawat inap di rumah sakit dengan persentase
4,19% pada tahun 2009 dan 4,39% pada tahun 2010. (Prihanto, dkk., 2015).
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi naiknya tekanan darah, salah satu faktor
tersebut adalah asupan garam yang berlebih. Naiknya tekanan darah akibat asupan garam
berlebih dikarenakan kandungan Ion natrium dalam garam mengakibatkan retensi air,
sehingga volume darah bertambah dan juga memperkuat efek vasokontriksi noradrenalin
(Tjay dan Rahardja, 2007: 540-541).
Tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat antihipertensi adalah daun jambu biji
(Psidium guajava). Jambu biji (Psidium guajava) selain berguna sebagai agen antidiabetik,
antiinflamasi, antidiare, bio antimutagenik, antipiretik, antimikroba, antibakterial,
antioksidan, hipoglikemik, analgesik, spasmolitik, dan proteksi hati, juga berguna sebagai
agen antihipertensi.
Tinjauan Pustaka
Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan diastoliknya di atas 90 mmHg (Smeltzer dan Bare, 2001 dalam
Ahmad, 2009).
Menurut WHO (World Health Organization), batas normal adalah 120-140 mmHg
sistolik dan 80-90 mmHg diastolik. Jadi seseorang disebut mengidap hipertensi jika tekanan
darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 95 mmHg, dan tekanan darah
perbatasan bila tekanan darah sistolik antara 140 mmHg160 mmHg dan tekanan darah
diastolik antara 90 mmHg-95 mmHg (Poerwati, 2008). Sedangkan menurut lembaga-lembaga
kesehatan nasional (The National Institutes of Health) mendefinisikan hipertensi sebagai
tekanan sistolik yang sama atau di atas 140 dan tekanan diastolik yang sama atau di atas 90
(Diehl.2007).
Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing
individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Hipertensi tidak memberikan
tanda-tanda pada tingkat awal. Kebanyakan orang mengira bahwa sakit kepala terutama pada
pagi hari, pusing, berdebar-debar, dan berdengung ditelinga merupakan tanda-tanda
hipertensi. Tanda-tanda tersebut sesungguhnya dapat terjadi pada tekanan darah normal,
bahkan seringkali tekanan darah yang relatif tinggi tidak memiliki tanda-tanda tersebut. Cara
yang tepat untuk meyakinkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan
mengukur tekanannya. Hipertensi sudah mencapai taraf lanjut, yang berarti telah berlangsung
beberapa tahun, akan menyebabkan sakit kepala, pusing, napas pendek, pandangan mata
kabur, dan mengganggu tidur (Soeharto, 2004).
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Pada
kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui (essensial atau hipertensi
primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di kontrol. Kelompok
lain dari populasi dengan persentase rendah mempunyai penyebab yang khusus, dikenal
sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder, endogen maupun
eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-
pasien ini dapat disembuhkan secara potensial (Depkes, R.I., 2006).
Tanaman Jambu biji
Tanaman jambu biji merah (Psidium guajava L.) bukan merupakan tanaman asli
Indonesia. Tanaman ini pertama kali ditemukan di Amerika Tengah oleh Nikolai Ivanovich
Vavilov saat melakukan ekspedisi ke beberapa negara di Asia, Afrika, Eropa, Amerika
Selatan, dan Uni Soviet antara tahun 1887-1942. Seiring dengan berjalannya waktu, jambu
biji menyebar di beberapa negara seperti Thailand, Taiwan, Indonesia, Jepang, Malaysia dan
Australia. Thailand dan Taiwan, jambu biji merah menjadi tanaman yang dikomersialkan
(Parimin, 2005).
Jambu biji merah adalah tumbuhan dengan batang yang berkayu, mengelupas, bercabang,
dan berwarna cokelat, kulit batang licin,. Daun berwarna hijau dan tunggal, ujung tumpul,
pangkal membulat, tepi rata berhadapan, petulangan daun menyirip berwarna hijau
kekuningan.Bunganya termasuk bunga tunggal, terletak di ketiak daun, bertangkai, kelopak
bunga berbentuk corong. Pada mahkota bunga berbentuk bulat telur, benang sari pipih
berwarna putih atau putih kekuningan. Berbentuk bulat seperti telur dan bijinya kecil-kecil,
keras, dan dalam nya berwarna merah pada jambu biji merah (Venant, 2004).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Tanaman jambu biji atau Psidium guajava L. termasuk familia Myrtaceae. Jambu biji
memiliki beberapa kelebihan, antara lain buahnya dapat dimakan sebagai buah segar, dapat
diolah menjadi berbagai bentuk makanan dan minuman. Selain itu, buah jambu biji
bermanfaat untuk pengobatan (terapi) bermacam-macam penyakit, seperti memperlancar
pencernaan, menurunkan kolesterol, antioksidan, menghilangkan rasa lelah dan lesu, demam
berdarah, dan sariawan. Daun jambu biji mempunyai manfaat bagi kesehatan yaitu sebagai
antiinflamasi, antidiare, analgesik, antibakteri, antidiabetes, antihipertensi, mengurangi
demam dan penambah trombosit (Kirtikar dan Bashu., 1998).
Jambu biji merah digunakan untuk pengobatan secara tradisional dan sudah banyak
produk herbal dari sediaan jambu biji. Kandungan kimia pada daun jambu biji (Psidium
guajava L.) menurut Taiz dan Zeiger (2002) yaitu terpen, fenolik, dan senyawa mengandung
nitrogen terutama alkaloid. Kandungan kimia tersebut merupakan bagian dari sistem
pertahanan diri yang berperan sebagai pelindung dari serangan infeksi mikroba patogen dan
mencegah pemakanan oleh herbivora