Anda di halaman 1dari 6

 Sinopsis

PULANG
Tamin adalah seorang heiho yang bertugas di Burma,setelah 7 tahun lamanya akhirnya
Tamin memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya.Setelah ia sampai di rumah
ayah,ibu dan adiknya Sumi menyambutnya dengan penuh suka cita .Keesokan harinya ,ketika
Tamin melihat kandang sapinya yang sudah tidak terurus , Tamin berinisiatif membersihkan
kandang dan akan membeli sapi juga membelikan baju batik untuk Sumi,namun keinginan
Tamin untuk membeli sapi tak jadi terpenenuhi karena ternyata sawah milik Ayahnya sudah ada
di tangan orang lain jadi percuma saja jika ia membeli sapi tapi tidak bisa untuk membajak
sawah.Melihat keadaan itu akhirnya Tamin berfikir untuk menebus sawah Ayahnya namun uang
yang dimilikinya tidak cukup ,akhirnya ia pun merelakan barang berharganya yaitu kalung emas
milik almarhum istrinya .

Keesokan harinya Tamin dan Sumi segera pergi kepasar untuk menjual perhiasan dan
membeli baju untuk sumi ,setelah luhur mereka sudah sampai dirumah lalu Tamin pergi untuk
menebus sawah ,penebusan berjalan dengan lancar.Siang itu ,ketika Tamin sedang memacul,Pak
Banji memberitahukan bahwa akan diadakannya perbaikan makan Gamik.Ketika tamin sudah
pulang Ibunya mulai bertanya pengalaman apa yang didapatkan Tamin ketika tujuh tahun selain
berperang ,kemudian ia bercerita bahwa sebenarnya dulu ia pernah menikah ia juga akan menjadi
Ayah tapi takdir berkata lain anak dan istrinya meninggal di rumah bersalin.

Malam itu Tamin pergi ke pendapa untuk menghadiri acara perencanaan perbaikan
makam Gamik.Tamin pun terkejut ketika ada yang bertanya tentang pengalamannya.Sebenarnya
Tamin ingin mengatakan bahwa sebenarnya ia adalah pasukan pembela Belanda ketika perang
terjadi namun itu tidak mungkin dikatakan ,akhirnya ia mengatakan bahwa ia juga membela
Indoneisa pada saat itu .Ketika pulang dari acara tersebut pikiranya tidak karuan , ia takut jika
kebohongan itu terungkap,lalu ia pun memutuskan untuk meninggalkan desa.Ketika merasa
lelah, sampai lah Tamin dipinggir bengawan ,ia pun berniat untuk mengakhiri hidupnya .Namun,
ada seorang nelayan yang menepuk pundaknya.Tamin pun diajak Nelayan itu ke
laut.Dipejalanan mereka saling berbincang-bincang, Tamin berkata bahwa ia iri melihat
kebahagian nelayan yang mempunyai seorang anak dan istri.Namun nelayan menjawab bahwa
kebahagiaan itu terletak pada dasar hati masing-masing orang.Setelah berterimakasih Tamin pun
pergi ke kota untuk mencari pekerjaan .Empat bulan lamanya ia pergi dari desa.Tamin pun mulai
rindu dengan keluargannya.Keesokan harinya kebetulan Tamin bertemu dengan Pak Banji ,lalu
Pak Banji menanyakan kenapa ia pergi dari desa dan membawa kabar bahwa ayahnya telah
tiada.Tamin pun langsung bergegas kembali ke desanya, sebelumnya ia menuju makam
ayahnya,lama ia berdiri melihat orang yang dicintainya telah ditanam,ia pun mencium nisan
ayanhya.Ketika Tamin membalikan badan,Sumi berdiri tepat dibalakangnya.Tamin pun meminta
maaf tentang apa yang ia perbuat,lalu mereka melangkah meninggalkan pusaran ayahnya.
Unsur Intrinsik

 Tema : Seorang pejuang Belanda yang berbohong pada warga desa


 Alur : Campuran

-Konflik

Dalam perkumpulan tersebut ada seorang yang bercerita tentang kematian Gamik,cerita
tersebut sangat menarik juga menceritakan tentang perjuangan masyarakat desa untuk melawan
Belanda dan betapa siksaan yang diderita mereka .Tamin terkejut ketika ada seoseorang yang
bertanya tentang pengalamanya ketika pergi merantau.Sebenarnya ia ingin menceritakan yang
sebenarnya bahwa ia adalah pasukan pembela Belanda.Namun itu sangat tidak mungkin
dikatakan karena bukan itu yang ingin didengar mereka,terpaksa ia harus mengarang cerita
bahwa ia juga membela Indonesia pada saat itu (halaman 67)

-Klimaks

Ketika pulang dari acara pertemuan itu,pikirannya melayang kemana-mana.Ia takut jika
kebohongannya itu terungkap.Karena terlalu memikirkannya ,ia pun jatuh sakit.Pada saat itu juga
adiknya juga selalu mendesak Tamin agar bercerita tentang apa yang sudah dialaminya,karna
jengkel Tamin langsung menampar adiknya ,ia pun terkejut dan kemudian Tamin memutuskan
untuk meninggalkan desa.(halaman 70-86)

-Peleraian

Pagi-pagi ketika ia duduk di pojok Gudang,ia bertemu dengan seseorang yang tidak asing
orang itu adalah Pak Banji.Pak Banji menanyakan mengapa ia pergi dari desa dan membawa
sebuah kabar yang membuat Tamin sangat menyesal yaitu ayahnya telah tiada. (halaman 97)

-Penyelesaian

Tamin akhirnya pulang , meminta maaf kepada Sumi dan berjanji tidak akan pergi lagi.
(halaman 102-103)

 Tokoh
1. Tamin
2. Sumi
3. Ayah Tamin
4. Ibu Tamin
5. Pak Banji
 Penokohan
1. Tamin : Pekerja keras dan pembohong
Bukti (pekerka keras) : ”Ia telah berada disawah sewaktu subuh dan pulang menjelang
senja” (halaman 51 paragraf 3)
Bukti (pembohong) : ”Tidak,ia tak hendak bercerita itu kepada mereka ,mereka
tak pernah akan mengerti.”(halaman 68 paragraf 1)
2. Sumi : Pemaaf
Bukti : ”Oh itu? Bagaimana aku bisa marah kepadamu? Aku telah
lupa peristiwa itu.” (halaman 103 paragraf 2)
3. Ayah Tamin : Penyayang
Bukti : ”Lalu tangan tua itu terangkat ke atas kepala Tamin ,membelai
rambutnya pelan dengan penuh mesra.”(halaman 38 paragraf 1)
4. Ibu Tamin : Penyayang
Bukti : ”mata sejuk itu menatap wajah anaknya dengan penuh kasih
sayang.”(halaman 18 paragraf 3)
5. Pak Banji : Humoris
Bukti : ”ia terkenal di seluruh desa sebagai seorang periang,paling kaya
tawa dan dicintai karena kejenakaanya.”(halaman 57 paragraf 2)
- Tokoh Protagonis : Tamin
Bukti : ”Tidak,ia tak hendak bercerita itu kepada mereka .Mereka tak
pernahmakan mengerti.”(halaman 68 paragraf 1)
-Tokoh Antagonis :Tamin
Bukti : “Bagaimana saya dapat pulang? Jika mereka marah kepada
saya?”(halaman 99 paragraf 1)
-Tokoh Tritagonis :Pak Banji
Bukti :”Apa yang engkau maksudkan Tamin?Tak seorang pun yang
marak kepadamu?Bagaimana kau punya pikiran semacam itu ?
Engkau tak tahu,ketika datang musi pemotong padi dan ayahmu
telah sakit maka kami seluruh desa telah menolong memotong
padimu,engkau tahu mengapa? Lantaran orang desa cinta
kepadamu.”(halaman 99 paragraf 1)
 Setting/Latar
 Tempat
1. Di kandang sapi
Bukti : “Diambilnya pacul,dibersihkannya tanah bekas kandang sapi,diikatnya bambu-
bambu yang tersebar itu untuk dinding pada keempat tiangnya.”(halaman 21
paragraf 2)

2. Di sungai
Bukti : “ Tamin duduk di atas batu dianrtara mereka,ia mengajar bagaimana melempar
pancing,bagaimana menarik, dan tanda-tanda kemungkinan jenis ikan yang telah
menelan umpan.”(halaman 30 paragraf 2)
3. Di pinggir sawah
Bukti : “Sendiri,Tamin berdiri di pinggir sawah ,disamping pematang yang masih
tergenang air oleh hujan kemaren petang.” (halaman 30 paragraf 3)

4. Di pendapa kelurahan
Bukti :”Pendapa kelurahan telah ramai.” (halaman 65 paragraf 1)

5. Di bengawan
Bukti : “Ia duduk di tangga babakan sebatang sungai kecil yang memuntahkan seluruh
airnya ke bengawan.”(halaman 88 pargraf 2)

6. Di pojok gudang
Bukti : “Pagi-pagi benar ketika ia tengah duduk di pojok gudang ia melihat seorang
yang telah tua berdiri dihadapannya.” (halaman 97 paragraf 4
7. Di makam ayahnya
Bukti : “Lama ia berdiri menghadap makam ayahnya.”(halaman 102 paragraf 1)

 Waktu
1. Pagi hari
Bukti : “Pagi-pagi ketika suara pedati pertama menembus dinding dan langkah orang
dijalanan menuju pasar mulai ramai,Tamin telah terbangun.”
(halaman 20 paragraf 1)
2. Siang hari
Bukti : “ Menjelang lohor mereka telah sampai dirumah kembali.”
(halaman 45 paragraf 6)
3. Malam hari
Bukti : “Malam itu adalah pertama kali Tamin menampakkan diri diantara orang ramai
sejak kembali ke desanya.” (halaman 65 paragraf 2)
4. Empat bulan
Bukti : “ Empat bulan matanya bertambah dalam,wajahnya bertambah kering.”
(halaman 96 paragraf 1)

 Suasana
1. Nyaman
 Bukti : “ Seisi rumah duduk diatas tikar mending tua,hidangan makan malam
telah diundurkan…….Sumi datang membawa seteko kopi dari belakang.” (halaman
15 paragraf 1)
2. Menegangkan
Bukti :” Mulaikah mereka menaruh prasangka terhadap dirinya? Seperti terdakwa
menghadapi tuduhan jaksa,ia duduk tidak bergerak,matanya tunduk kebawah
mengawasi tikar”(halaman 68 paragraf 3)

 Amanat
- Jangan berburuk sangka terhadap orang lain dan jangan memulai sesuatu dengan
kebohongan
 Sudut pandang
-Orang ketiga serba tahu
 Majas

Personifikasi

1. Matahari merah mencium laut jauh dibarat ketika terbenam(Bab I, hal 17,baris22)
2. Rambut yang telah setengah putih bergerak melambai oleh angin dari
belakang( Bab II, hal 23 , baris 10)
3. Dan matanya yang bicara kepadaku ( Bab IV ,hal 61, baris 32)

Hiperbola

1. Seperti seluruh isi bumi terlalu kecil untuk memenuhinya

Metafora

1. Betapa urat uratnya yang keras, hitam mengilau seperti baja ( Bab 1 , hal 11, baris
12 )
2. Alangkah tajam seperti pedang ucapan yang sederhana itu menembus hati tamin
(bab 1, hal 16, baris 9)
3.
Unsur Ekstrinsik
1. Nilai Sosial : Gotong royong,tolong menolong, dan suka berbagi
Bukti (gotong royong) : “Jika pekerjaan gotong royong itu telah selesai
seluruhnya dan orang telah siap-siapuntuk melakukan
pembukaan dengan upacara resmi.”
(halaman 76 paragraf 1)
Bukti (tolong menolong) : “ Ketika datang musim memotong padi dan ayahmu telah
sakit maka kami seluruh desa telah menolong memotong
padimu.” (halaman 99 paragraf 1)
Bukti (suka berbagi) : “ Kita bagi buah-buah itu ke tetangga nanti.”(halaman 40
paragraf 4)
2. Nilai Budaya : Bergilir menjaga desa
Bukti : “ Malam itu dua kali mereka memutari desa dengan tabuh
tong-tong,membangunkan orang untuk memeriksa pojok
rumahnya.” (halaman 82 paragraf 4)
3. Nilai Pendidikan : Saling memaafkan
Bukti : “ Oh itu? Bagaimana aku bisa marah kepadamu ? aku
telah lupa peristiwa itu.” (halaman 103 paragraf 2)

Anda mungkin juga menyukai