Asuhan Keperawatan Atelektasis
Asuhan Keperawatan Atelektasis
Disusun Oleh:
Berlianti Diah Nawaningrum (S11009)
Chlivisia Charnovan Putra (S11010)
Sri Ayu Setyaningsih (S11038)
2.1 Definisi
Atelektasis adalah suatu kondisi di mana paru-paru tidak dapat mengembang secara
sempurna (Somantri, 2008).
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak sempurna dan
menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak mengandung udara
dan kolaps. (Suzanne.2001).
Jadi, atelektasis merupakan suatu keadaan kolaps, dimana paru-paru tidak dapat
mengembang secara sempurna, tepatnya pada alveolus/alveoli paru yang tidak mengandung
udara.
Macam-macam Atelektasis:
1. Atelektasis Neonatorum
Atelektasis Neonatorum banyak terjadi pada bayi prematur di mana pusat pernapasan
dalam otak tidak matur dan gerakan pernapasan masih terbatas. Faktor pencetus
termasuk komplikasi persalinan yang menyebabkan.
2. Atelektasis Acquired atau Didapat
Atelektasis pada dewasa, termasuk gangguan intratoraks yang menyebabkan kolaps dari
ruang udara yang sebelumnya telahberkembang. atelektasis terbagi atas absorpsi,
kompresi,kontraksi dan bercak.
2.2 Etiologi
Adapun penyebab timbulnya atelektasis adalah:
2.2.1 Etiologi intrinsik atelektasis adalah sebagai berikut :
1. Bronkus yang tersumbat, penyumbatan bisa berasal di dalam bronkus seperti tumor
bronkus, benda asing, cairan sekresi yang masif. Penyumbatan bronkus akibat panekanan
dari luar bronkus seperti tumor sekitar bronkus, kelenjar yang membesar.
2. Peradangan intraluminar airway menyebabkan penumpukan sekret yang berupa mukus.
3. Tekanan ekstra pulmonal biasanya diakibatkan oleh pneumothorak, cairan pleura,
peninggian diafragma, naiknya alat pencernaan di perut ke dalam rongga torak, tumor
thorak seperti tumor mediastinum.
4. Paralisis atau paresis gerakan pernapasan, akan menyebabkan perkembangan paru yang
tidak sempurna, misalkan pada kasus poliomyelitis dan kelainan neurologis lainnya.
Gerak napas yang terganggu akan mempengaruhi lelancaran pengeluaran sekret bronkus
dan ini akan menyebabkan penyumbatan bronkus yang berakhir dengan memperberat
keadaan atelektasis.
5. Hambatan gerak pernapasan oleh kelainan pleura atau trauma thorak yang menahan rasa
sakit, keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran sekret bronkus yang dapat
memperberat terjadinya atelektasis
2.2.2 Etiologi ekstrinsik atelektasis:
1. Pneumothoraks
2. Tumor
3. Pembesaran kelenjar getah bening.
4. Pembiusan (anestesia)/pembedahan
5. Pernafasan dangkal
6. Penyakit paru-paru
2.5 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan dahak dari paru-paru dan kembali
mengembangkan jaringan paru yang terkena.
Tindakan yang biasa dilakukan :
1. Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali bisa
mengembang
2. Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur lainnya
3. Latihan menarik nafas dalam ( spirometri insentif )
4. Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak
5. Postural drainase
6. Antibiotik diberikan untuk semua infeksi
7. Pengobatan tumor atau keadaan lainnya
Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan
atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena mungkin perlu
diangkat.
Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru yang
mengempis akan kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan jaringan parut
ataupun kerusakan lainnya.
Penatalaksaan Atelektasis meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut:
2.6 Medis
1. Pemeriksaan bronkoskopi
2. Pemberian oksigenasi
3. Pemberian terapi simtomatis (anti sesak, bronkodilator, antibiotik dan kortikosteroid)
4. Fisioterafi (masase atau latihan pernapasan)
5. Pemeriksaan bakteriologis
2.7 Keperawatan
1. Teknik batuk efektif
2. Pegaturan posisi secara teratur
3. Melakukan postural drainase dan perkusi dada
4. Melakukan pengawasan pemberian medikasi secara teratur
AKTIFITAS 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian
Pindah
Ambulasi
Makan/minum
Toileting
Skore 0 : mandiri
Skore 1 : dibantu sebagian
Skore 2 : perlu dibantu orang lain
Skore 3 : perlu bantuan orang lain dan alat
Skore 4 : tergantung / tidak mampu
Pada pasien dengan gangguan pernapasan pola aktifitas dan latihan sedikit terganggu.
Ketidaknormalan frekuensi,
irama, dan kedalaman pernafasan
Adanya retraksi dada
3 Ds: Ketidakafektifan Akumulasi mukus pd
keluargaa px mengatkan bahwa px bersihan jalan nafas bronkus
saat bernafas terdapat bunyi
Do:
Tampak batuk
bunyi nafas ronki
bunyi nafas px melemah
Frekwensi nafas px >20x/m
Ro. Dada terdapat adanya bercak
putih
4 Ds: Gangguan perfusi Oksigen jaringan
KESEMUTAN jaringan perifer menurun
Do:
sianosis
Pengisian kembali kapiler lebih
dari tiga detik
TD tinggi > 120/80 mmHg
N cenderung tinggi 80-100x
/menit
S : tinggi >37,8⁰C
SaO2 : < 96%
2.15 Intervensi
No Diagnosa keperawatan Tujuan/kriteria hasil Intervensi
1. Gangguan pertukaran tujuan:setelah 1. kajifrekuensi kedalaman pernafasan.
gas b.d ventilasi dan dilakukan tindakan R/untuk mengevaluasi derajat
perfusi tidak seimbang keperawatan selama distrespernafasan pernafasan atau
1×24 jam pasien prosespenyakit
menunjukan 2. Auskultasi bunyi nafas,cacat area
perbaikan ventilasi penurunan aliran udara /bunyi tambahan ,
dan oksigenasi (ronki,mengi,wheezing).
jaringan R/bunyi nafas mungkin redup karena
kriteria hasil: penurunan aliran udara,adanya mengi
keluarga pasien mengindikasikan spasme bronkus.
mengatakan sesak 3. Palpasi fremitus (getaran vibrasi pada saat
saat bernafas. palpasi)
Do: R/penurunan getaran fibrasi diduga ada
pasien terlihat pengumpulan cairan
segar 4. Tinggikan kepala tempat tidur bantu
tidak sesak napas pasien memilih posisi yang mudah untuk
Bunyi nafas bernafas.dorong pasien untuk penafasan
vesikuler dalam atau nafas bibir.
Frekwensi nafas R/pengiriman oksigen dapat di perbaiki
pasien 16-24 x/m dengan posisi duduk tinggi dan latihan
GDA : nafas untuk menurunkan kolaps jalan
nafas..
5. Ajarkan teknik napas dalam kepada pasien
dan keluarga.
Kolaborasi
1. Awasi /gambaran seri GDA dan nadi
R/PaCO2 biasanya meningkat
(bronchitis,emfisema)dan PaCO2 secara
umum menurun sehingga terjadi hipoksia
2. Berika oksigen tambahan sesuai degan
indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.
R/memperbaiki atau mencegah
memburuknya hipoksia
DIURETIK
2 Ketidakefektifan pola Pola nafas kembali 1. Observasi tanda dan gejala sianosis
nafas efektif setelah R/ Sianosis merupakan salah satu tanda
dilakukan tindakan manifestasi ketidakadekuatan suply O2
keperawatan selama pada jaringan tubuh perifer
3 × 24 jam, dengan 2. Observasi tanda-tanda vital
kriteria hasil: R/ Dyspneu, sianosis merupakan tanda
Batuk berkurang terjadinya gangguan nafas disertai dengan
Ronki berkurang kerja jantung yang menurun timbul
Bunyi nafas takikardia dan capilary refill time yang
pasien lebih memanjang/lama.
adekuat 3. Observasi timbulnya gagal nafas.
Frekwensi nafas R/ Ketidakmampuan tubuh dalam proses
pasien normal respirasi diperlukan intervensi yang kritis
16-20x/menit dengan menggunakan alat bantu
pernafasan (mekanical ventilation).Atur
posisi semi fowler
R/ Jalan nafas yang longgar dan tidak ada
sumbatan proses respirasi dapat berjalan
dengan lancar.
4. Berikan informasi pada pasien tentang
penyakitnya
R/ Informasi yang adekuat dapat
membawa pasien lebih kooperatif dalam
memberikan terapi
5. Berikan terapi oksigenasi
R/ Pemberian oksigen secara adequat
dapat mensuplai dan memberikan
cadangan oksigen, sehingga mencegah
terjadinya hipoksia.
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam
memberikan pengobatan
R/ Pengobatan yang diberikan berdasar
indikasi sangat membantu dalam proses
terapi keperawatan
3 Ketidakafektifan Tujuan : Mandiri
bersihan jalan nafas setelah dilakukan 1. auskultasi bunyi nafas.catat adanya bunyi
b.d akumulasi mukus tindakan nafas ,misal: mengi ,ronki.
pada bronkus keperawatan selama R/beberapa derajat spasme bronkus terjadi
1×24 jam pasien dengan obtruksi jalan nafas dan terdapat
menunjukan perilaku nafas adventisius.
mencapai bersihan 2. kaji frekwensi kedalaman pernafasan dan
jalan nafas. gerakan dada
kriteria hasil: R/pernafasan dangkal dan gerakan dada
S.D.A tidak simetris sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding
dada/cairan paru.
3. observasi warna kulit,membran
mukosa,dan kuku
R/sianosis kuku menunjukan adanya
vasokontruksi,sianosis membram mukosa
dan kulit sekitar mulut menunjukan
hipoksemia sistemik
4. berikan air minum hangat sedikitnya 2500
ml/hari
5. Ajarkan teknik batuk efektif kepada
pasien.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi
1. bronkodilator,mis :egonis :epinefrin
(adrenalin ,vaponefrin ) Xantin
,mis:aminofilin ,oxtrifilin.
R/merilekskan otot halus dan menurunkan
kongesti lokal
2. berikan humidikasi
tambahan,mis:nebulizer
ultranik,humidifier aerosol ruangan
R/kelembaban menurunkan kekentalan
sekret dan mempermudahpengeluaran
secret.
3. berikan pengobatan pernafasan
,misal;fisioterapi dada
R/drainase postural dan perkusi bagian
penting untuk mengencerkan
secret.dan memperbaiki ventilasi pada
segmen
3.2 Pengkajian
3.2.1 Data Biografi
Identitas Klien:
Nama : An. B
Umur : 8 th
Suku/bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Alamat : Jl.Padang harapan
Tanggal masuk RS : 22 November 2012
Tanggal Pengkajian : 23 November 2012
Catatan kedatangan : kursi roda ( ), Ambulan ( ), Brankar ( √ )
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
( bronkospasme ), lemah, penurunan energi.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi,
spasme bronchus
3. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, risiko tinggi terhadap anoreksia yang
berhubungan dengan muntahan dan bau.
3.2.8 INTERVENSI
Nama klien : An.B
Ruang Rawat : Kemuning
Diagnosa medic : Atelektasis
No Diagnosa Tujuan Keriteria hasil Intervensi Rasional
keperawatan
1 Bersihan Setelah Jalan nafas bebas Berbaring Berbari
jalan nafas dilakukan atau dahak dapat pada sisi paru- ng pada
tidak efektif intervensi dikeluarkan . paru yang posisi yang
berhubunga keperawatan Dispnea dan sehat sehingga sehat akan
n dengan selama 3x 24 takipnea tidak ada. paru-paru yang akan
peningkatan jam diharapkan Kesulitan terkena menciptakan
produksi jalan nafas bernapas tidak ada. kembali bisa kenyamanan
sekret paten/ kembali Penggunaan otot mengembang pasien
( bronkospa efektif, dahak bantu pernapasan tidak Perkusi Perkusi
sme ), dapat ada. (menepuk- akan
lemah, dikeluarkan dan TTV DBN: nepuk) dada mengencerk
penurunan tidak sulit dalam TD:120-130/80- an dahak
energi. bernafas 85mmHg Menghilan Melaui
ND;60-100x/i gkan bronkoscopy
RR:16-24x/i penyumbatan, akan bisa
baik melalui melihat
bronkoskopi penyumbata
maupun n ( obstruksi
prosedur jalan nafas
lainnya
2 Setelah di Berpartisipasi Jadwalkan
Kerusakan lakukan dalam program pengobatan
pertukaran intervensi pengobatan dalam pernapasan
gas keperawatan tingkat sedikitnya 1
berhubunga selama 3 x 24 kemampuan/situasi jam sebelum
n dengan jam di harapkan Dispnea & makan
obstruksi pertukaran gas takipnea tidak ada.
jalan nafas atau oksigenasi Kesulitan bernafas
oleh sekresi, ade kuat, tidak tidak ada.
spasme ada lagi obtruksi Gelisah tidak ada.
bronchus. jalan nafas TTV DBN :
TD : 120-130/80-85
mmHg
ND : 80-100 x /i
RR :16-24 x/i
Hb : 14 -18 dr/dL.
3.2.9 IMPLEMENTASI
No TANGGAL NO. IMPLEMENTASI RESPON KLIEN TTD
. / JAM DX.
3.2.10 EVALUASI
No Tanggal/jam No. Dx EVALUASI TTD
.
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran
udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal. Penyebab dari
atelektasis bisa bersifat obstruktif maupun non-obstruktif.Penyebab obstruktif bisa berasal dari
dalam saluran pernafasan maupun dari luar saluran pernafasan. Sedangkan penyebab non-
obstruktif bisa disebabkan oleh adanya kompresi jaringan paru atau pengembangan alveoli yang
tidak sempurna dan akhirnya mengalami kolaps.
Diagnosa atelektasis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan fisis. Secara
radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang homogen dengan tanda pengempisan lobus.
5.2 Saran
5.2.1 Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang atelektasis dan
problem solving yang efektif dan juga sebaiknya kita memberikan informasi atau health
education mengenai atelektasis kepada para orangtua terhadap anak yang utama.
5.2.2 Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya atelektasis dan
meningkatkan pencegahan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall Edisi 8. Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta
Nanda International 2009.Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. EGC : Jakarta
Price A. Sylvia & Lorraine M. Wilson.2006. Patofisologi edisi 6,vol.2. Penerbit buku
kedokteran.EGC.Jakarta.
Somantri Irman.2008.Keperawatan Medikal Bedah:Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Sistem Pernapasan.Jakarta.Salemba medika
Suzanne C. Smeltzer &Brenda G. Bare.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
vol.1.penerbit buku kedokteran:EGC.Jakarta
Tarwoto & Wartonah.2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.Edisi 4.
Salemba Medika : Jakarta
Willkinson Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta