Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DETEKS DINI KANKER SERVIKS DAN KANKER PAYUDARA

Disusun oleh:

1. KIKI SUNARTI NIM. 011611223018


2. VIVI KUSNIAWATI NIM. 011411231019
3. FANI USNAWATI NIM. 011411231020
4. LATIFA ERVIKA D.NIM. 011611223019
5. HELEN ERMALIA NIM. 011611223020
6. PUTRI RAHAYU A. NIM. 011611223021

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DETEKSI DINI KANKER SERVIKS

A. Identitas Penyuluhan
1. Pokok bahasan : Deteksi dini kanker serviks
2. Sasaran : Wanita Usia Subur dan Remaja di
3. Jumlah sasaran : 25 orang
4. Hari, Tanggal :
5. Waktu : 60 menit
6. Tempat :
7. Tujuan Umum : Setelah penyuluhan diharapkan peserta mampu
mengerti tentang deteksi dini kanker serviks
8. Tujuan Khusus :
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :
1. Menjelaskan pengertian kanker serviks
2. Menyebutkan penyebab kanker serviks
3. Menyebutkan tanda dan gejala kanker serviks
4. Menjelaskan cara deteksi dini kanker serviks
5. Menjelaskan cara pencegahan kanker serviks

B. Media dan Metode : Leaflet, flipchart, dan ceramah tanya jawab.

C. Kegiatan penyuluhan

No Kegiatan Wakt Kegiatan Penyuluhan Kegiataan Saasaran Media


. u
1. Pembukaan 5 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
Menit dan perkenalan. 2. Mendengarkan
2. Menjelaskan tujuan dan
umum dan khusus. memperhatikan
3. Menyepakati kontrak 3. Menyatakan
dalam penyuluhan. setuju
2. Penyuluhan 30 1. Menggali pengetahuan 1. Menjawab Leaflet
Menit peserta mengenai 2. Mendengarkan dan
deteksi dini kanker dan Flipcha
serviks memperhatikan rt
2. Menjelaskan pengertian 3. Mendengarkan
kanker serviks dan
3. Menyebutkan penyebab memperhatikan
kanker serviks 4. Mendengarkan
4. Menyebutkan tanda dan dan
gejala kanker serviks memperhatikan
5. Mengetahui cara 5. Mendengarkan
deteksi dini kanker dan
serviks memperhatikan
6. Mengetahui cara 6. Mendengarkan
pencegahan kanker dan
serviks memperhatikan
3. Penutup 25 1. Memberi kesempatan 1. Peserta bertanya
Menit peserta untuk bertanya 2. Menjelaskan
2. Menanyakan kembali dengan singkat
kepada peserta mengenai deteksi
mengenai deteksi dini dini kanker
kanker servik serviks
3. Mempersilahkan 3. Fasilitator
fasilitator untuk memberikan
menambahkan atau tambahan
menjelaskan kembali 4. Mendengarkan
jawaban pertanyaan dan
peserta yang belum memperhatikan.
terjawab. 5. Menjawab salam.
4. Menyimpulkan hasil
penyuluhan.
5. Menutup penyuluhan
dan memberikan
salam.

D. Pengorganisasian
1. Pembimbing dan Pendamping :
1. Dwi Izzati
2. Desi Ariningtyas, SST
2. Pembawa acara : Ferisca Maya K.W
3. Pembicara : 1. Cicilia Valentine S
2. Virna
4. Fasilitator : Khairun Nisa’
5. Observer : Rim Kosim
E. KriteriaEvaluasi
1. Struktur
a. Kesiapan SAP, materi, dan media sesuai dengan penyuluhan yang
akan diberikan.
b. Kesiapan daftar hadir peserta penyuluhan.
c. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Puskesmas Gunung
Anyar Surabaya. 
d. Kesiapan tempat penyuluhan dengan suasana yang nyaman dan
kondusif.
e. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan telah disiapkan
sebelum acara penyuluhan.
2. Proses
a. Target peserta yang hadir dalam penyuluhan diharapkan mencapai
90%
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c. Proses penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan
d. Peserta berpartisipasi aktif dalam penyuluhan dengan memberikan
pertanyaan dan menjawab pertanyaan yang diberikan.
e. Suasana penyuluhan menyenangkan dan tidak gaduh.
3. Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan 90% peserta hadir dalam penyuluhan dan
80% peserta penyuluhan mampu menjawab pertanyaan penyuluhan yang
diberikan sesuai dengan tujuan khusus
MATERI
DETEKSI DINI KANKER SERVIKS

A. PENGERTIAN
Kanker serviks adalah proses keganasan pada leher rahim/serviks
(bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina) sehingga
jaringan disekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana
mestinya (Nugroho dan Utama, 2014).
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh pada serviks yang
merupakan pintu masuk kearah rahim (uterus) yang terletak antara rahim
dan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang
telah berumur diatas 30 tahun, tetapi bukti statistic menunjukan bahwa
kanker serviks juga dapat terjadi pada wanita yang berumur antara 22
sampai 55 tahun (Diananda, 2009).
Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.
90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks
dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran
servikal yang menuju ke dalam rahim (Nugroho dan Utama, 2014).

B. PENYEBAB
Penyebab primer kanker leher rahim adalah infeksi kronik leher
rahim oleh satu atau lebih virus HPV (Human Papiloma Virus) tipe
onkogenik yang berisiko tinggi menyebabkan kanker leher rahim, ditularkan
melalui hubungan seksual (sexually transmitted disease).
HPV adalah virus penyebab kutil genitalis (kondiloma akuminata)
yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya
adalah HPV tipe 16,18, 45, dan 56 (Nugroho dan Utama, 2014). Jenis dari
vaksin HPV adalah Bivalen (16, 18) dan quadrivalen (16, 18, 6, 11). HPV
16 dan HPV 18 merupakan HPV risiko tinggi (karsinogen), sedangkan HPV
6 dan 11 merupakan HPV risiko rendah (non-karsinogen).Vaksinasi tidak
bertujuan untuk terapi. Lama proteksi vaksin bivalen 53 bulan, dan vaksin
quadrivalen berkisar 36 bulan (Andrijono, 2007).
C. FAKTOR RISIKO
1. Kontak seksual terlalu dini kurang dari umur 15 tahun.
2. Berhubungan seks dengan banyak pasangan atau mempunyai pasangan
yg suka berganti2 pasangan
3. Merokok
Seseorang yang merokok 20 batang perhari akan memiliki risiko
7 kali lebih besar dibandingkan tidak merokok, dapat disimpulkan
bahwa semakin lama merokok maka makin tinggi pula risiko terkena
kanker serviks karena disebabkan oleh tembakau yang mengandung
karsinogen. Wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56
kali lebih tinggi dibandingkan dalam serum. Nikotin berefek langsung
pada leher rahim dan akan menurunkan status imun local sehingga
menjadikan ko-karsinogen(Dewi, Sawitri, Adiputra, 2013).
4. Faktor Genetik ( Faktor Keturunan)
Bila seorang wanita mempunyai saudara kandung atau ibu yang
mempunyai kanker serviks, maka seseorang wanita tersebut akan
mempunyai kemungkinan 2-3 kali lebih besar mengidam penyakit
kanker serviks dibandingkan dengan orang yang normal. Beberapa
penelitian menduga hal ini berhubungan dengan berkurangnya
kemampuan untuk melawan infeksi HPV (Laras, 2009).
5. Pencucian vagina dengan antiseptik atau deodoran yang terlalu sering

D. TANDA DAN GEJALA


Pada tahap prakanker sering tidak menimbulkan gejala. Bila ada
gejala biasanya berupa keputihan yang tidak khas, atau ada perdarahan
setitik yang bisa hilang sendiri. Pada tahap selanjutnya (kanker) dapat
timbul gejala berupa keputihan atau keluar cairan encer dari vagina yang
biasanya berbau, perdarahan diluar siklus haid, perdarahan sesudah
melakukan senggama, timbul kembali haid setelah mati haid (menopause)
nyeri daerah panggul, gangguan buang air kecil (Depkes RI, 2009).
E. PENCEGAHAN
Resiko terjadinya kanker serviks dapat dilakukan dengan
menghindari infeksi HPV. HPV menyebar melalui kontak kulit dengan
bagian badan yang terinfeksi, tidak hanya dengan hubungan seks.
Menggunakan kondom setiap melakukan hubungan dapat mengurangi
resiko terkena infeksi HPV.
Sebagai tambahan dari penggunaan kondom, cara terbaik untuk
mencegah kanker serviks yaitu :
1. Menghindari hubungan sex pada umur muda.
2. Memiliki partner seks tunggal
3. Menghindari rokok

F. DETEKSI DINI KANKER SERVIKS


1.Pap Smear
a.Definisi
Pap smear merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel
cairan dinding leher rahim dengan menggunakan mikroskop untuk
mendeteksi kanker serviks, yang dilakukan secara mudah, cepat, tidak
sakit, serta hasil yang akurat. Tes pap smear adalah pemeriksaan
sitologi serviks dan porsio untuk melihat adanya perubahan atau
keganaasan pada epitel serviks atau porsio (Azmi, 2017).
b.Manfaat pap smear
Manfaat pap smear secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut
(Manuaba, 2010)
a) Diagnosis dini keganasan
Pap smear bertujuan untuk mendeteksi dini kanker serviks, kanker
korpus endometrium, keganasan tuba fallo[I, dan mungkin
keganasan ovarium
b) Perawatan ikutan dari keganasan
Pap smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan
setelah mendapat kemoterapi dan radiasi
c) Interpretasi hormonal wanita
Pap smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan
ovulasi atau tanpa ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan
menentukan kemungkinan keguguran pada hamil muda.
d) Menentukan proses peradangan
Pap smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada
berbagai infeksi bakteri dan jamur.
2.IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
a. Pengertian
IVA merupakan salah satu cara deteksi dini kanker serviks yang
mempunyai kelebihan yaitu kesederhanaan teknik dan kemampuan
memberikan hasil yang segera. IVA bisa dilakukan oleh semua tenaga
kesehatan, yang telah mendapatkan pelatihan (Depkes RI, 2009).
Nilai sensitifitas IVA lebih baik, walaupun memiliki spesifisitas yang
lebih rendah. IVA merupakan praktek yang dianjurkan untuk fasilitas
dengan sumber daya rendah dibandingkan dengan penapisan lain dengan
beberapa alasan antara lain karena aman, murah, mudah dilakukan, kinerja
tes sama dengan tes lain, dapat dilakukan oleh hampir semua tenaga
kesehatan, memberikan hasil yang segera sehingga dapat diambil
keputusan segera untuk penatalaksanaannya, peralatan mudah didapat, dan
tidak bersifat invasif serta efektif mengidentifikasikan berbagai lesi
prakanker
b. Tujuan IVA
Mengetahui cara penanganan deteksi dini kanker serviks dengan
metode IVA(Subagio, Adi. 2014).
c. Indikasi Pemeriksaan IVA
Menjalani tes kanker atau prakanker dianjurkan bagi semua wanita
berusia 30-45 tahun. Berikut ini faktor risiko yang berhubungan dengan
perkembangan kanker serviks antara lain:
1. Usia muda saat pertama kali melakukan hubungan seksual (usia <20
tahun)
2. Memiliki banyak pasangan seksual
3. Riwayat pernah mengalami infeksi menular seksual (IMS)
4. Ibu atau saudara perempuan yang memiliki riwayat kanker serviks
5. Hasil pap smear sebelumnya yang tidak normal
6. Wanita perokok
7. Wanita yang mengalami masalah penurunan kekebalan tubuh
(HIV/AIDS)
(Sri Kustiyanti,Winarni, 2011)
d. Waktu Pemeriksaan IVA
Pemeriksaan IVA dapat dilakukan oleh semua wanita usia subur yang
aktif berhubungan seksual dan pemeriksaannya dapat dilakukan kapan saja
termasuk saat menstruasi, saat kehamilan, dan saat asuhan nifas atau pasca
keguguran. Tes IVA dapat dilakukan pada wanita yang dicurigai atau
diketahui menderita IMS atau HIV/AIDS (Sri Kustiyanti, Winarni, 2011).
e. Mekanisme Pemeriksaan IVA
Asam asetat mempengaruhi epitel abnormal, sehingga meningkatkan
osmolaritas cairan ekstraseluler. Cairan ekstraseluler hipertonik, kemudian
menarik cairan intrasel menyebabkan membran kolaps dan jarak antarsel
semakin dekat. Bila mendapat sinar, tidak ditemukan stroma, karena
dipantulkan keluar dan terbentuk warna putih (acetowhite). Apabila
semakin putih dan jelas, maka derajat kelainan histologi semakin tinggi.
Perubahan warna pada serviks dapat menunjukkan serviks normal
(merah homogen) atau lesi pra kanker (bercak putih). Dalam waktu sekitar
60 detik sudah dapat dilihat jika ada kelainan, yaitu munculnya plak putih
pada serviks. Tujuannya adalah untuk melihat adanya sel yang mengalami
displasia sebagai salah satu metode skrining kanker mulut rahim. IVA
tidak direkomendasikan pada wanita pasca menopause, karena daerah zona
transisional seringkali terletak di kanalis servikalis dan tidak tampak
dengan pemeriksaan inspekulo (Rasjidi, 2008).
f. Kategori Pemeriksaan IVA
Menurut Subagio, Adi (2014), ada beberapa kategori yang dapat
dipergunakan yaitu :
1) IVA negatif =menunjukkan leher rahim normal (lici, merah muda,
bentuk porsio normal)
2) IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), ektropion,atau
kelainan jinak lainnya (polipserviks). Ektropion adalah migrasi sel-sel
dari lapisan kanal endoserviks kebagian luar dari serviks
(ektoserviks). Kadang-kadang secara tidak akurat disebut erosi atau
abrasi, yang berarti kerusakan. Ekstropion serviks adalah kondisi
normal dan sering terjadi pada wanita muda dan wanita yang
menggunakanpil KB.
3) IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium).
Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks
dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis
Serviks-prakanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker serviks
in situ).
4) IVA-Kanker serviks = Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan
temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi
penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada
stadium invasifdini (stadium IB-IIA).
g. Follow Up IVA
Penatalaksanaan kasus dengan IVA positif dapat dilakukan tindakan
kolposkopi apabila fasilitas kesehatan tersebut menyediakan. Jika hasilnya
negatif, dapat dilakukan pemeriksaan IVA rutin dan apabila terdapat lesi
akan dilakukan biopsi terarah di patologi anatomi. Sedangkan apabila hasil
temuan IVA positif di Bidan Praktik Mandiri bisa dilakukan rujukan ke
puskesmas yang menyediakan tindakan krioterapi. Apabila hasil temuan
IVA tersebut didapatkan di Puskesmas, bisa dilakukan krioterapi langsung
oleh dokter atau Bidan/perawat terlatih dan dilakukan rujukan apabila di
Puskesmas tidak terdapat tindakan krioterapi. Krioterapi adalah
pengobatan dengan pendinginan (dengan gas dingin), efek samping ringan
dan mudah diatasi. Tes hasil IVA positif yang memerlukan tindakan,
antara lain lesi bukan kanker, lesi tidak meluas sampai dinding vagina, lesi
tidak melebihi 75% dari seluruh luas permukaan serviks, dan lesi luasnya
tidak lebih 2 mm dari garis tengah probe alat cryo (Pelatihan Deteksi Dini
kanker Leher Rahim dengan IVA dan Pap Smear, 2015). Di Indonesia,
anjuran untuk melakukan IVA bila hasil positif adalah 1 tahun dan bila
hasil negatif adalah 5 tahun (Yayasan Kanker Indonesia, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Andrijono.2007. Kanker Serviks, Divisi Onkologi Departemen Obstetri dan


Gynecolog. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Depkes RI. 2009. Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim Dan Kanker
Payudara. Jakarta: Depkes RI.
Dewi IGAAN, Sawitri AAS dan Adiputra N. 2013. Paparan Asap Rokok dan
Higiene Diri Merupakan Faktor Risiko Lesi Prakanker Leher Rahim di Kota
Denpasar Tahun 2012. Jurnal Public health and Preventive Medicine Archive.
Diananda, Rama. 2009. Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta : Katahati

Handayani, Lestari. 2012.Menaklukan Kanker Serviks dan Kanker Payudara


dengan 3 Terapi Alami. jakarta : Agromedia Pustaka
Laras Lembahmanah. 2009. Analisa faktor pendidikan pada wanita peserta
program penapisan kanker leher rahim dengan pendekatan “See & Treat”: 50
untuk deteksi lesi prakanker dan pengobatan dengan terapi beku.Jurnal Fakultas
Kedokteran UI.
Nugroho. T., Utama. B. I. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.
Yogyakarta: Nuha Medika
Nursalam. (2008). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. (Edisi 2). Jakarta : salemba Medika
Ramli, H.M,dkk., 2005. Deteksi Dini Kanker. FKUI, Jakarta. Edisi Ke III.

Wijayakusuma, Hembing. 2005. Atasi Kanker dengan Tanaman Obat. Jakarta :


Puspa Swara.

Yatim, F., 2005. Penyakit Kandungan, Myoma, Kanker Rahim/Leher Rahim dan
Indung Telur, Kista, serta gangguan lain. Jakarta: Pustaka Populer Obor

Yayasan Kanker Indonesia.2012. YKI – Jakarta Race. Available from:


http://yayasankankerindonesia.org/tentang-kanker/jenis-jenis-kanker/41/quiz
[Accessed 29 Mei 2018]
DAFTAR HADIR
PESERTA PENYULUHAN

NO NAMA
ALAMAT Tanda Tangan
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
surabaya
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN

NO. PERTANYAAN JAWABAN

1.

2.

3.

Surabaya,

Anda mungkin juga menyukai